makalah mastoiditis

76
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik, nekrosis karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan pembentukan empiema. Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada anak yang mengalami pemecahan membran timpani secara spontan selama otitis media dan yang kemudian mengalami nyeri telinga yang makin mendenyut dengan bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari telinga. Demam dapat berlangsung terus menerus meskipun telah mendapat antibiotik. Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak segera tertangani akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.

Upload: mirafitrianisr

Post on 07-Feb-2016

253 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Mastoiditis

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mastoiditis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati

secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel

udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik, nekrosis

karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan pembentukan empiema.

Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada anak yang mengalami

pemecahan membran timpani secara spontan selama otitis media dan yang

kemudian mengalami nyeri telinga yang makin mendenyut dengan

bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari telinga. Demam dapat

berlangsung terus menerus meskipun telah mendapat antibiotik.

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka

yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya

berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama

dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak segera tertangani akan terjadi

komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.

Dari catatan medis di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat

sepanjang Januari 2004 sampai Desember 2005 didapatkan 95 pasien dengan

mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum mendapatkan pengobatan baik

topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari terakhir yang dilakukan dalam

penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata 27 tahun termuda 5 tahun dan

tertua 70 tahun terbanyak antara 21-30 tahun (36,8%) terhadap kesamaan

distribusi gender dalam penelitian ini (laki-laki 53,7% dan wanita 46,3%).

Berdasarkan keterangan di atas, kami mengambil asuhan keperawatan

klien dengan Mastoiditis guna mengetahui lebih dini serta dapat melakukan

berbagai penatalaksanaan dan intervensi mengenai mastoiditis yang biasa

terjadi pada anak serta mengurangi jumlah terjadi nya mastoiditis dan dapat

Page 2: Makalah Mastoiditis

berguna bagi mahasiswa maupun praktisi kesehatan sebagai salah satu

sumber referensi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar pada masotiditis ?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan mastoidits ?

3. Bagaimana klasifikasi dan kriteria mastoiditis berdasarkan skenario kasus

pada masing-masing pasien ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memahami bagaimana konsep dasar dan proses asuhan keperawatan

pada klien mastoiditis.

2. Tujuan Khusus

Mengidentifikasi Konsep mastoiditis meliputi definisi, etiologi,

manifestasi klinis dan patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan,

pencegahan, serta pemeriksaan penunjangnya.

Mengidentifikasi proses keperawatan pada mastoiditis.

Mengetahui pengkajian pada klien mastoiditis.

Mengetahui diagnosa keperawatan yang terjadi pada klien

mastoiditis, tujuan dan kriteria hasil

Mengetahui intervensi keperawatan dari klien dengan mastoiditis.

Memahami kodeaspek legal etik keperawatan yang berhubungan

dengan kasus.

Mengetahui perkembangan yang terjadi pada penyakit mastoiditis

pada jurnal dan penelitian.

Memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan mengenai

penyakit mastoiditis.

Page 3: Makalah Mastoiditis

D. Manfaat Penulisan

a. Bagi klien

Mengetahui faktor-faktor resiko penyakit dan gejala dari penyakit mastoiditis sehingga dapat mengetahui cara pencegahan dan pengobatannya.

b. Bagi institusi pendidikan

Memperbanyak informasi dan pandangan terhadap masalah kesehatan dan penyakit yang sering timbul terutama penyakit mastoiditis.

c. Bagi masyarakat umum

Memberikan informasi pada masyarakat luas tentang faktor yang mempengaruhi timbulnya mastoiditis pada seluruh tingkatan usia sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanggulannya.

d. Bagi penulis

Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai konsep dasar penyakit mastoiditis pada anak maupun dewasa serta dapat menjadi pedoman asuhan keperawatan pada saat praktik di Rumah Sakit.

Page 4: Makalah Mastoiditis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

Anatomi dan fisiologi telinga menurut (Syaifudin, 1997) adalah :

1. Telinga Bagian Luar (Auris Eksterna)

a. Aurikula (Daun Telinga)

Menampung gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam

telinga.

b. Meatus Akustikus Eksterna

Saluran penghubung aurikula dengan membrane timpani, panjangnya

± 2,5 cm terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini

mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

khususnya menghasilkan sekret-sekret berbentuk serum.

c. Membrane Timpany

Antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang

telinga yang disebut membrane timpany.

Gambar 2.1

(Sumber : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/155, 7 Mei 2007)

2. Telinga Bagian Tengah (Auris Media)

a. Cavum Timpany

Page 5: Makalah Mastoiditis

Rongga di dalam tulang temporalis terdapat tiga buah tulang

pendengaran yang terdiri dari malleus, inkus, dan stapes yang

melekat pada bagian dalam membrane timpany dan bagian dasar

tulang stapes membuka pada fenestra ovalise.

b. Antrum Timpany

Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak di bagian

bawah samping dari cavum timpani. Antrum timpany dilapisi oleh

mukosa merupakan lanjutan dari lapisan mukosa cavum timpany,

rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut

sellula mastoid yang terdapat di belakang bawah antrum di dalam

tulang temporalis. Dan adanya hubungan ini dapat mengakibatka

menjalarnya proses radang.

c. Tuba Auditiva Eustaki

Saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring ke

bawah agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.

3. Telinga Bagian Dalam (Auris Interna)

Serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan dinamakan perilimfe.

a. Vestibulum

Bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini membuka

fenestra ovale dan venestra rotundum dan pada bagian belakang atas

menerima muara canalis semisirkularis.

b. Cochlea

Berbentuk seperti rumah siput, pada koklea ini ada tiga pintu yang

menghubungkan cochlea dengan vestibulum, cavum timpany dan

dengan canalis cochlearis.

c. Labirintus Membranosus

1) Utrichulus

Bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada

tempatnya oleh jaringan ikat, di sini terdapat saraf (nervus

Page 6: Makalah Mastoiditis

akustikus) pada bagian depan dan sampingnya ada daerah yang

lonjong disebut makula akustica utriculo.

2) Sachulus

3) Duktus Semi Sircularis

4) Duktus Cochlearis

B. DEFINISI

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu

infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang

terletak pada tulang temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang

diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat

terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya

berasal dari kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang

berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid

berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan

terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang

makin banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah

biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum.

Gambar 2.2Anatomi telinga(Sumber : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/155, 7 Mei 2007).

Page 7: Makalah Mastoiditis

C. ETIOLOGI

Menurut Reeves (2001) etiologi mastoiditis adalah:

- Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah

mengumpul di sel-sel udara mastoid

- Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut

Menurut George (1997) etiologi mastoiditis antara lain:

- Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media

akut yang dideritanya

- Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media

akut  yaitu streptococcus pnemonieae.

- Bakteri penyebab lain  ialah Streptococcus hemolytikus (60%),

Pneumococcus (30 %), staphylococcus albus, Streptococcus 

viridians, H. Influenza

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:

1. Akut mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari

otitis media akut suppurative.

2. Kronik mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan

penyakit telinga kronis.

3. Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian

mastoid.

4. Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari

infeksi di organ tubuh yang lain.

E. PATOFISIOLOGI

Infeksi dimulai dari infeksi telinga tengah yang kemudian menjalar

mengenai tulang mastoid dan sel-sel di dalamnya, hal ini mengakibatkan

terjadinya proses nekrosis tulang mastoid serta merusak struktur tulang.

Bila tidak segera dilakukan pengobatan terhadap infeksinya maka dapat

mengakibatkan terjadinya abses sub peritoneal pada mastoid. Apabila

Page 8: Makalah Mastoiditis

infeksi merusak tulang disekitarnya sampai nanah dapat keluar mungkin

terjadi:

1. Keluar melalui permukaan luar dan prosesus mastoid, sehingga

terjadi abses sub peritoneal pada mastoid.

2. Ke bawah mulai ujung prosesus masuk leher.

3. Ke depan mulai dinding belakang liang telinga.

4. Ke atas melalui pegmen (atap) ronnga telinga masuk fosa chranial

media

5. Ke belakang melalui fosa chranial posterior

Kebanyakan mastoiditis akut sehingga ditemukan pada pasien yang

tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan yang mengalani

infeksi telinga yang tidak cepat ditangani. Mastoiditid kronis ini dapat

mengakibatkan terjadinya pembentukan kolestetoma yang merupakan

pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membrane

timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpany laterale

membentuk kantong luar berisi kulit yang rusak dan bahan sebaseus,

kantong dapat melekat ke struktur telinga dan mastoid. Bila tidak

ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis

nervus facialis, kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan

keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.

Pembedahan pada mastoid yang mengalami kelainan peradangan

ditunjukkan untuk mengangkat kolesteatoma mencapai struktur yang sakit

dan dapat mencapai kondisi telinga yang aman, kering, dan sehat.

Mastoidektomy biasanya dilakukan melalui insisi post aurikular dan

infeksi dihilangkan dengan mengambil sel udara mastoid. Begitu pasien

bangun, pembiusan harus diperhatikan setiap tanda paries fanalis yang

harus segera dilaporkan ke dokter bila terjadi kelemahan fasial balutan

pada mastoid harus dilonggarkan dan pasien dikembalikan ke meja

operasi. Luka dibuka dan nervus fasialis didekompresi untuk

melonggarkan kanalis tulang yang mengelilingi nervus fasialis (Adam,

1997).

Page 9: Makalah Mastoiditis

F. WOC TEORI

Page 10: Makalah Mastoiditis

G. WOC KASUS

Page 11: Makalah Mastoiditis

H. MANIFESTASI KLINIS

Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:

1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan

lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada

pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi.

Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada

besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam

telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa

pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.

3. Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga

tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal

perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian

antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.

4. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di

dalam telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.

5. Hilang pendengaran

6. Nyeri tekan pada tulang mastoid dan pembengkakan pada area tulang

mastoid

7. Sakit kepala (Adam, 2000).

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Mastoid tampak kemerahan pada kompleks mastoid.

2. Kultur Bakteri Telinga tampak Kumpulan jaringan mati dan nanah

3. CT Scan terlihat bahwa sel-sel udara dalam prosesus mastoideus terisi

oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan melebar.

4. Radiologi menujukkan koalesens mengungkapkan adanya opasifikasi

sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabekulasi normal dari

sel-sel tersebut.

5. Audiometric akan menunjukkan tuli konduktif.

6. Rontgenogram akan memperlihatkan sklerosis nyata pada prosesus

mastoideus dan sering dapat terlihat kolesteatoma.

Page 12: Makalah Mastoiditis

7. Pemeriksaan laboratorium, contoh nanah harus diambil untuk kultur

dan tes sensitifitas antibiotika.

8. Tes garpu tala menunjukkan adanya kurangnya pendengaran.

(Thane, 1993).

J. PENATALAKSANAAN

1. Terapi

Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per

oral dalam dosis besar, karena organisme penyebabnya

mungkin Streptococcus β-hemoliticusatau Pneumococcus.

H .influenza. Tetapi harus juga sesuai  dengan hasil test kultur dan

hasil resistensi.

2. Pembedahan 

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi

diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama

beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total yang sederhana atau yang

dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan

ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan

pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga

infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain. 

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi

belum dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari

struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga te-ngah. Komplikasi

mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial

wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan

klien untuk melihat ke arah sam-ping/lateral (syaraf kranial VI) dan

menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial

VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses

otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.

3. Mastoidektomi

a. Mastoidektomi Sederhana

Page 13: Makalah Mastoiditis

Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek

mastoid dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan

patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak,

menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila tersumbat.

Masteidoktomi simple yang lengkap harus membuang seluruh sel-

sel mastoid termasuk yang di sudut sino-dura, sel mastoid di

tegmen mastoid, dan sampai seluruh sel-sel mastoid di mastoid tip.

Pada mastoidektomi simple untuk OMSK, jarang sekali

dibutuhkan  mastoidektomi simple lengkap, cukup hanya

membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila

tersumbat, sedangkan sel pneumatisasi mastoid yang masih utuh

tidak perlu dibuang. Mastoidektomi simple adalah tindakan

membuang seluruh sel-sel mastoid dengan tetap memperetahankan

keutuhan tulang dinding belakang liang telinga.

Dibedakan menjadi :

a. Operasi  pada jaringan lunak

b. Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang akan

dipakai, apakah enaural atau retroartikuler.

c. Operasi pada bagian tulang

b. Mastoidektomi Superfisial

Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea

temporalis, spina Henle, segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada

tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor yang paling besar.

Sebelum pengeboran, permukaan tulang diirigasi lebih dahulu agar

serbuk tulang tidak bertebangan. Irigasi juga berguna untuk

meredam panas yang ditimbulkan gesekan mata bor dengan tulang.

c. Mastoidektomi dalam

Antrum Mastoid

Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus

dituju pada setiap mastoidektomi karena ruangan ini berhubungan

Page 14: Makalah Mastoiditis

langsung dengan aditus ad antrum yang menghubungkan ron

gga mastoid dengan kavum timpani. Dengan melanjutkan

pengeboran langsung di belakang liang telinga dengan menjaga

dinding liang telinga tetap utuh tetapi tipis, juga dengan melakukan

pengeboran di rongga mastoid bertepatan dengan tegmen mastoid,

maka di sebelah dalam segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan

antrum mastoid.

Aditus ad Antrum

Aditus ad antrum dapat ditemukan dengan menyusuri

bagian anterior-superior pertemuan dinding belakang liang telinga

dengan tegmen mastoid.

Fosa Indikus

Fosa indikus paling mudah dicapai dengan mengebor

bagian tulang prosesus zigomatikus yang menutupi antrum.

d. Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh

Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down

tympanoplasty, modified radical mastoidectomy, open method

tympanoplasty) adalah modifikasi dari mastoidektomi radilkal.

Mastoidektomi radikal yang klasik adalah tindakan membuang

seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan dinding

belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang

mempunyai drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total

sel-sel mastoid di sudut sino-dura, di daerah segitiga Trautman.

Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba

eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud tindakan

ini adalah untuk membuang seluruh jaringan patologis dan

meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel mastoid

atau kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan kavitas

operasi yang basah yang rentan terhadap peradangan.

Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada

mastoidektomi radikal, maka diusahakan pembersihan total sel-sel

Page 15: Makalah Mastoiditis

mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-

tulang pendengaran dipertahankan setelah proses patologis

dibersihkan sebersih-bersihnya. Tuba eustachius tetap

dipertahankan, bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup

jaringan patologis. Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila

m.temporalis baik berupa tandur (free fascia graft) ataupun sebagai

jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang

pendengaran.

Penatalaksanaan menurut (Thane, 1993) yaitu :

1. Pengobatan radang mastoid dengan antibiotik intravena seperti

pennisilin,ceftriaxone (rhocepin), dan metronidazole (flogil) selama

14 hari.

2. Jika pasien tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan

operasi mastoidektomy. Tindakan ini untuk menghilangkan sel-sel

tulang mastoid yang terinfeksi dan untuk mengalirkan nanah.

Beberapa struktur telinga bagian (incus dan malleus) mungkin juga

perlu dipotong.

3. Tympanoplasty yang merupakan pembedahan rekontruksi telinga

bagian tengah untuk memelihara pendengaran.

4. Radang mastoid kronis membutuhkan mastoidektomy radikal

(menghilangkan dinding posterior dari kanal telinga, disisakannya

gendang telinga, dan dua tulang telinga (incus dan malleus).

Mastoidektomy radikal jarang dilakukan sebab merupakan terapi

antibiotic, tidak secara drastic memperbaiki pendengaran

seseorang.

4. Perawatan Post Operasi

Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti

Iodoform gauze (Nuga-uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila

dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing luar ditempatkan

diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-an dan

kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti

Page 16: Makalah Mastoiditis

dressing. Klien tetap dalam posisi datar dengan telinga diatas,

pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi. Terapi antibiotik

profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan. Umumnya klien

melaporkan mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal

dilepaskan. Sampai saat itu, perawat menggunakan teknik komunikasi

khusus karena adanya gangguan pendengaran pada klien dan

melakukan percakapan langsung pada telinga yang tidak terganggu.

Perawat melatih klien mengenai perawatan post operasi.

K. KOMPLIKASI

Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik

adalah:

1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah

peforasi gendang telinga  dengan cairan yang terus menerus keluar.

2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan

kehilangan pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema.

3. Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran

pelindung sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan

oleh mikroorganisme.

4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam

jaringan otak.

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum

dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain

diluar mastoid dan telinga tengah. Komplikasi mastoiditis meliputi

kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf

kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah

samping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong,

seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain

meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang kronis

dan luka infeksi. (Reeves, C.J.2001).

Page 17: Makalah Mastoiditis

L. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang

masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap

tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat

bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :

A. Anamnesa

1) Identitas Klien

a. Nama : Nama Lengkap Klien

b. Umur : Rata-rata usia yang terkena penyakit

mastoiditis antara 6-13 bulan.

Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

sama-sama bisa terkena penyakit

mastoiditis.

2) Keluhan utama : Rasa nyeri di telinga.

3) Riwayat kesehatan sekarangBiasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu

tanpa penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel

udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari

telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.

5) Pemeriksaan fisik

a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)

b. Kemerahan pada kompleks mastoid

c. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dari

telinga tengah ke auditory canal

d. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ

lain

Page 18: Makalah Mastoiditis

g. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

6) Pola Fungsi Kesehatan

o Pola istirahat dan tidur: Nyeri yang diderita klien dapat

mengakibatkan pola istirahat dan tidurnya terganggu.

o Pola aktivitas: Nyeri yang dialami klien dapat membatasi

gerak.

7) Pemeriksaan Penunjang

a. Periksa Darah

b. Foto Mastoid

c. Kultur Bakteri Telinga

d. Laboratorium: Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama

operasi dan myringotomy cairan. Specimen tersebut  harus

dikirim untuk kultur  kedua bakteri aerobik dan anaerobic,

Gram staining, dan asam-cepat staining.

e. CT Scan dan MRI: untuk mengetahui perubahan pada sel

udara mastoid

f. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin

awalnya dilakukan, diikuti dengan terapi antibiotik.

g. Culturing cairan telinga tengah sebelum antimicrobial

therapy adalah keharusan.

8) Review Of System pada klien Mastoiditis

o B1 Breath              : -

o B2 Blood               : sekresi nanah

o B3 Brain                : pusing

o B4 Bladder            : -

o B5 Bowel              : mual

o B6 Bone                : nyeri  pada tulang mastoid

2. Analisa Data

a. Data SubyektifTanda dan gejala utama infeksi telinga adalah nyeri dan hilangnya

Page 19: Makalah Mastoiditis

pendengaran. Data harus disertai pernyataan mulai serangan, lamanya, tingkat nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding yang sangat sensitif dan kepada membrane timpany oleh cairan getah radang yang membentuk di dalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya.

b. Data ObyektifTelinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri. Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membrane saluran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat keabu-abuan. Untuk visualisasi telinga luar dan gendang telingadigunakan otoskop, bagian yang masuk ke telinga disebut spekulum (corong) dan dengan ini gendang telingadapat terlihat. Untuk pengkajian yang lebih cermat dapat dipakai kaca pembesar. (Long, 1996).

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada mastoiditis antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan  peradangan pada tulang mastoid

akibat infeksi

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

3. Perubahan  persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan

pendengaran.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.

5. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi

6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

Page 20: Makalah Mastoiditis

4. Rencana Asuhan Keperawatan 

1. Nyeri akut berhubungan dengan  peradangan pada tulang mastoid

akibat infeksi

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri teratasi

Kriteria Hasil   : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang

                           b. Skala nyeri turun

                           c. Wajah pasien tampak rileks

No Intervensi Rasional

1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi,

intensitas

Mengetahui ketidakefektifan intervensi

2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

 

3. Ajarkan teknik relaksasi dan

ciptakan lingkungan yang

tenang

Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri

dan mengurangi nyeri

4 Bersihkan pus dengan cara

irigasi telinga

Mencegah infeksi berlebih

5 Ajarkan tekhnik pembersihan

telinga dengan irigasi

Memberi informasi kepaada keluarga dan klien

dalam mengurangi infeksi berlebih.

5 Kolaborasi pemberian

analgesik, antibiotika, dan anti

inflamasi sesuai indikasi

Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman

dan mengurangi peradangan sehingga

mempercepat penyembuhan

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tubuh dapat normal

(360-370C)

Kriteria Hasil    : a.  Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)

                           b. Kulit tidak teraba hangat

                           c. Wajah tidak tampak merah

                           d. Tidak terjadi dehidrasi

No Intervensi Rasional

1. Pantau  input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien

Page 21: Makalah Mastoiditis

2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien

3. Ajarkan kompres hangat dan

banyak minum

Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti

cairan tubuh yang hilang

4. Kolaborasi dengan pemberian

antipiretik

Untuk menurunkan panas

3. Perubahan sensori/ persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan

pendengaran

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu

mendengar dengan baik

Kriteria Hasil  : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum

                          b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

No Intervensi Rasional

1. Kaji tentang ketajaman

pendengaran

Menentukan seberapa baik tingkat

pendengaran klien

2. Diskusikan tipe alat bantu

dengar dan perawatannya yang

tepat

Untuk menjamin keuntungan maksimal

3. Bantu pasien berfokus pada

semua bunyi di lingkungan dan

membicarakannya hal tersebut

Untuk memaksimalkan pendengaran

4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan  jaringan.

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, risiko infeksi

dapat hilang atau teratasi

Kriteria Hasil  :  Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

No Intervensi Rasional

1. Observasi keadaan umum

pasien selama 24 jam

Mengetahui keadaan umum pasien

2. Anjurkan pentingnya cuci

tangan

Mencegah penularan penyakit

3. Ajarkan prosedur mencuci

telinga luar

Mencegah infeksi berlanjut

4. Kolaborasi pemberian antibiotik Agar dapat membunuh kuman, sehingga tidak

Page 22: Makalah Mastoiditis

profilaksis menularkan penyakit terus-menerus

5. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak

terjadi cidera

Kriteria Hasil  : pasien tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional

1. Cegah infeksi telinga berlebih Agar kerusakan penedengaran tidak meluas

2.

 

 

3.

 

4.

Meminimalkan tingkat

kebisingan di unit perawatan

intensif

Lakukan upaya keamanan

seperti ambulasi terbimbing

Kolaborasi dengan pemberian

obat antiemetika

 Antiemetika

Berhubungan dengan kehilangan pendengaran

 

 

Untuk mencegah pasien jatuh akibat gangguan

keseimbangan

Mengurangi nyeri kepala sehingga terhindar

dari jatuh

6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ansietas

berkurang

Kriteria Hasil  : a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping.

                          b.        Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang

efektif

No Intervensi Rasional

1. Informasikan pasien tentang

peran advokat perawat intra

operasi

Kembangkan rasa percaya/ hubungan, turunkan

rasa takut akan kehilangan kontrol pada

lingkungan yang asing

2. Identifikasi tingkat rasa takut

yang mengharuskan dilakukan

penundaan prosedur

pembedahan

Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan

mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan,

risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap

prosedur/ zat-zat anestesi

3. Cegah pemajan tubuh yang Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan

Page 23: Makalah Mastoiditis

tidak diperlukan selama

pemindahan ataupun pada

tulang operasi

harga diri dan ketidakmampuan untuk melatih

kontrol

4. Berikan petunjuk/ penjelasan

yang sederhana pada pasien

yang tenang

Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan

membuat pasien menemui kesulitan untuk

memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan

berbelit-belit

5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan

ansietas

6. Berikan obat sesuai petunjuk,

misal; zat-zat sedatif, hipnotis

Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum

pembedahan; meningkatkan kemampuan koping

Page 24: Makalah Mastoiditis

BAB IIITINJAUAN KASUS

An. C Umur 10 tahun dibawa ke RS oleh keluarganya dengan keluhan demam,

gelisah, rewel, sakit kepala, anoreksia, nyeri telinga,dan mengeluh ganguan pada

pendegaran dan keluar cairan cokelat dari telinga saat bangun tidur. Pada saat

pemeriksaan fisik tampak kemerahan dan bengkak dibagian belakang telinga

sehingga mendesak telinga kebagian depan. Riwayat kesehatan sebelumnya klien

pernah mengalami otitis media akut. TD (110/80), RR

(18x/menit),HR(80x/menit), suhu (38,50C). Dokter memberikan terapi ampisilin

dan menganjurkan agar anak A dirawat inap agar kondisi anak A dapat dipantau.

Akan tetapi karena masalah ekonomi keluarga, keluarga anak A menolak untuk di

rawat inap.

PENGKAJIAN

1. Anamnesa

- Identitas

Nama : An. C

Umur : 10th

- Keluhan Utama : pasien dibawa ke RS oleh keluarganya dengan

keluhan demam, gelisah, rewel, sakit kepala, anoreksia, nyeri

telinga,dan mengeluh ganguan pada pendegaran dan keluar cairan

cokelat dari telinga saat bangun tidur.

- Riwayat Penyakit Sekarang : An. C Umur 10 tahun dibawa ke RS oleh

keluarganya dengan keluhan demam, gelisah, rewel, sakit kepala,

anoreksia, nyeri telinga,dan mengeluh ganguan pada pendegaran dan

keluar cairan cokelat dari telinga saat bangun tidur. Pada saat

pemeriksaan fisik tampak kemerahan dan bengkak dibagian belakang

telinga sehingga mendesak telinga kebagian depan. TD (110/80), RR

(18x/menit),HR(80x/menit), suhu (38,50C).

- Riwayat Penyakit Dahulu : Otitis Media Akut (+)

Page 25: Makalah Mastoiditis

2. Pengkajian Pola Fungsi

a. Neurosensori : klien mengeluh gangguan pada pendengaran.

b. Nyeri/kenyamanan: nyeri pada telinga, sakit kepala.

c. Makanan/cairan : klien mengalami anoreksia.

d. Integritas/ego : klien/keluarga menolak rawat inap karena masalah

ekonomi.

3. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda Vital :

- TD (110/80)

- RR (18x/menit)

- HR(80x/menit)

- suhu (38,50C).

- Pemeriksaan inspeksi dan palpasi: kemerahan dan bengkak dibagian

belakang telinga sehingga mendesak telinga kebagian depan.

4. Penatalaksanaan

- Dilakukan terapi Ampisilin

5. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

Keperawatan

1 Ds:

Klien mengeluh

demam, gelisah,

rewel

Do:

suhu (38,50C)

Proses inflamasi Hipertermi

Page 26: Makalah Mastoiditis

2 Ds:

Klien mengeluh

sakit kepala, nyeri

telinga.

Do:

tampak kemerahan

dan bengkak

dibagian belakang

telinga sehingga

mendesak telinga

kebagian depan. .

TD (110/80)

Peradangan pada tulang

mastoid

Nyeri akut

3 Ds:

Klien mengeluh

ganguan pada

pendegaran dan

keluar cairan cokelat

dari telinga saat

bangun tidur.

Do:

Tampak kemerahan

dan bengkak

dibagian belakang

telinga sehingga

mendesak telinga

kebagian depan.

Gangguan organ

pendengaran

Perubahan persepsi

sensori

pendengaran

Page 27: Makalah Mastoiditis

4 Ds:

Klien mengeluh

mengalami

penurunan nafsu

makan

Do: -

Anoreksia Resiko nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

5 Ds: -

Do:

Keluarga tampak

menolak untuk

dirawat inap karena

masalah ekonomi

Tindakan perawatan Defisiensi

pengetahuan

6. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yg muncul pada An. C adalah:

a. Hipertermi b.d Proses inflamasi

b. Nyeri akut b.d Peradangan pada tulang mastoid

c. Perubahan persepsi sensori pendengaran b.d Gangguan organ

pendengaran

d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia

e. Defisiensi pengetahuan b.d Tindakan perawatan

Page 28: Makalah Mastoiditis

7. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Hipertermi b.d Proses inflamasi

Tujuan/KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24

jam suhu badan normal dengan kriteria hasil suhu

normal 36,5oC-37,2oC, pasien tidak rewel dan gelisah

lagi.

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pantau input/output

2. Ukur suhu setiap 4-8 jam

3. Kompres hangat dan

anjurkan klien untuk

banyak minum

4. Kolaborasi pemberian

antipiretik

1. Mengetahui balance cairan

pasien

2. Mengetahui perkembangan

penyakit klien

3. Menurunkan panas tumbuh

dan mengganti cairan yang

hilang

4. Menurunkan panas.

2. Nyeri akut b.d Peradangan pada tulang mastoid

Tujuan/KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam nyeri teratasi dengan kriteria hasil pasien

menyatakan nyeri berkurang/hilang secara verbal,

pasien tampak rileks, sakit kepala berkurang/hilang.

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Kaji ulang skala, lokasi

dan intensitas nyeri.

2. Berikan posisi nyaman

atau berikan bantal.

3. Ajarkan teknik distraksi.

4. Bersihkan telinga yang

mengalami infeksi secara

berkala

1. Mengetahui tingkat nyeri

untuk mengetahui

intervensi selanjutnya

2. Mengurangi nyeri

3. Mengalihkan pasien

terhadap sesuatu yang

disenanginya untuk

mengurangi nyeri.

Page 29: Makalah Mastoiditis

5. Lakukan irigasi telinga

6. Ajarkan tekhnik irigasi

kepada keluarga

7. Kolaborasi pemberian

analgetik/antibiotik.

4. Mengurangi rasa nyeri dan

mengurangi infeksi

berlanjut.

5. Irigasi bertujuan untuk

membersihkan pus/nanah

infeksi yang terdapat pada

telinga tengah.

6. Membantu keluarga

membersihkan guna

memberikan pendidikan

kesehatan untuk dapat

melakukan secara mandiri.

7. Mengurangi nyeri dan

membunuh kuman

3. Perubahan persepsi sensori pendengaran b.d Gangguan organ

pendengaran

Tujuan/KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24

jam pendengaran pasien membaik dengan kriteria

hasil pendengaran pasien maksimum, menggunakan

alat bantu dengar dengan baik.

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Kaji ketajaman

pendengaran

2. Bersihkan serumen yang

tersembunyi dengan cara

irigasi menggunakan H2O2

3% kurang lebih 3 tetes.

3. Bantu pasien berfokus pada

semua bunyi dilingkungan

dan membicarakan hal

1. Menentukan seberapa parah

tingkat gangguan

pendengaran pasien

2. Serumen tersembunyi dapat

menyebabkan tuli konduktif

dan menambah masalah

pendengaran yang ada

3. Memaksimalkan pendengaran

4. Mengajarkan metode

Page 30: Makalah Mastoiditis

tersebut.

4. Ajarkan metode alternatif

untuk menjalani hidup

dengan penurunan fungsi

pendengaran

5. Instruksikan pasien untuk

menghabiskan seluruh

dosis antibiotik yang

diresepkan

alternatif di harapkan klien

dapat mengatasi penurunan

fungsi pendengaran

5. Memaksimalkan

penyembuhan dan

menghindari resistensi obat.

4 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Tujuan /KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam pasien memiliki nafsu makan dengan kriteria

hasil tidak ada keluhan anoreksia.

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Kaji status nutrisi, pola

makan yang lalu dan obat-

obatan

2. Kaji makanan yang lebih

disukai

3. Pelihara lingkungan yang

bersih

4. Beri posisi nyaman selama

makan.

1. Mengetahui status nutrisi dan

intervensi selanjutnya.

2. Meningkatkan nafsu makan.

3. Mencegah mual / anoreksia

berlanjut

4. Memperbaiki tingkat nafsu

makan.

6. Defisiensi pengetahuan b.d tindakan keperawatan

Tujuan /KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24

jam, pengetahuan klien/keluarga terpenuhi dengan

Page 31: Makalah Mastoiditis

kriteria hasil klien / keluarga memahami proses penyakit,

dan mau melanjutkan tindakan medis.

Intervensi keperawatan Rasional

1. Kaji hal yang membuat

keluarga cemas

2. Anjurkan mengajukan

usulan program pemerintah

seperti BPJS

3. Jelaskan bahaya dan

komplikasi lanjut tentang

penyakit.

1. Mengetahui factor kecemasan

oleh keluarga

2. Meringankan beban ekonomi

keluarga

3. Memberi pengetahuan

terhadap keluarga tentang

penyakit.

Page 32: Makalah Mastoiditis

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat,

menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan

ekstensif (osteomyelitis). Mastoiditis diakibatkan oleh menyebarnya

infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel

udara mastoid. Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan

kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel

skuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Mastoiditis

terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang telah diobati secara tidak

memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara

mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik.

B. SARAN

Penulis menghimbau kepada semua pembaca agar selalu menjaga

kebersihan telinga dari virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang

terkena otitis harus diobati secara tuntas agar tidak terjadi infeksi pada

prosesus mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih parah.

Page 33: Makalah Mastoiditis

DAFTAR PUSTAKA

Di ambil dari http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-s1-2007-ardhiyanto-117&PHPSESSID=1e67af6fa4bdd962b254ed311c991538Pada tanggal : 23 Oktober 2014 Diakses jam : 19.43 WIBhttp://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/02/03/mastoiditis/Diakses Pada Tanggal : 23 Oktober 2014Jam : 20.13http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35549-Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Mastoiditis.htmlPada tanggal : 23 Oktober 2014

Marilyn, E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Thane 1997. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI

Reeves, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Bina Rupa Aksara

Prince, Sylvia, Wolson M. Lerradne. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis, Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.

Adam 2000. Buku saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta

Page 34: Makalah Mastoiditis

LAMPIRANAspek Legal Etik Keperawatan

Kasus Mastoiditis

Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang

untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum

tindakan tsb dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar

atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan

dan keperawatan yaitu :

a. Autonomy (penentu pilihan)

Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil

keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari

keunikan induvidu secara holistik.

Pada kasus terlihat bawa klien menolak untuk dilakukan rawat inap dengan tujuan

agar kondisi An. C dapat dipantau, namun keluarga klien menolak karena alasan

ekonomi. Untuk itu perawat harus menghargai keputusan klien yang mengambil

keputusan sendiri.

b. Non Maleficence (do no harm)

Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan

bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik

keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko

membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.

Pada Kasus ini masalah bahaya bagi klien tidak disebutkan.

c. Beneficence (do good)

Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk

melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan

klien dan keluarga.

Beneficence meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan klien dengan cara

menentukan cara terbaik untuk membantu pasien.

Page 35: Makalah Mastoiditis

Dalam hal ini, perawat harus melakukan tugasnya dengan baik, termasuk dalam

hal memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada klien, guna membantu

mempercepat proses penyembuhan klien , seperti memberi obat sesuai dosis dan

tepat waktu.

d. Informed Consent

Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medis (PTM) merupakan

persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi (mis.

Operasi, transfusi darah, atau prosedur invasif). Ini berdasarkan pemberitahuan

tentang resiko penting yang potensial, keuntungan, dan alternatif yang ada pada

klien. Persetujuan tindakan memungkinkan klien membuat keputusan

berdasarkan informasi penuh tentang fakta. Seseorang yang dapat memberikan

persetujuan jika mereka legal berdasarkan umur, berkompeten, dan jika mereka

telah diidentifikasi secara legal sebagai pembuat keputusan.

Setiap pasien mempunyai hak untuk diberi informasi yang jelas tentang semua

resiko dan manfaat dari perlakuan apapun, termasuk semua resiko dan manfaat

jika tidak menerima perlakuan yang di anjurkan atau jika tidak ada perlakuan

sama sekali. Semua orang dewasa mempunyai otonomi , hak membuat

keputusan-keputusan bagi dirinya sendiri selama keputusan –keputusan itu tidak

membahayakan atau merugikan orang lain. Saat mengambil keputusan tentang

suatu terapi pembedahan atau terapi medik, setiap pasien punya hak untuk

menolak terapi yang demikian, atau untuk memilih terapi alternatif.

Pada kasus ini klien akan dilakukan tindakan untuk rawat inap, namun keluarga

klien menolak untuk dilakukan tindakan dikarenakan keterbatasan ekonomi.

Berdasarkan penjelasan di atas, seseorang yang dewasa atau wali anak

mempunyai otonomi, hak untuk membuat keputusan sendiri. Pasien berhak atas

hak untuk membuat keputusan sendiri dengan mengatakan bahwa klien tidak

ingin dilakukan tindakan rawat inap. Sebagai seorang perawat kita harus

menghargai keputusan tersebut, namun perawat juga harus memberikan

penjelasan informasi yang benar dan jujur kepada pasien untuk memberikan

pengertian dan edukasi kepada klien dengan cara yang baik tanpa melukai dan

melakukan paksaan terhadap klien serta membantu klien mendapat kan jalan

keluar untuk di rawat inap dengan menggunakan jasa kesehatan.

Page 36: Makalah Mastoiditis

e. Justice (perlakuan adil)

Perawat mengambil keputusan dengan rasa keadilan sesuai dengan kebutuhan

tiap klien.

Pada kasus ini, klien mengalami otitis media yang dimana mengganggu

kenyamaanan klien dan pendengaran klien, mengalami demam dan keluar cairan

coklat dari telinga. Peran perawat disini yaitu memberikan intervensi dengan

tujuan meringankan keluhan klien sehingga klien merasa nyaman. Dan membantu

memenuhi kebutuan klien dengan baik.

f. Kejujuran, Kerahasiaan, dan Kesetiaan.

Prinsip mengatakan yang sebenarnya (kejujuran) mengarahkan praktisi untuk

menghindari melakukan kebohongan atau menipu klien. Kejujuran tidak hanya

berimplikasi bahwa perawat harus berkata jujur, namun juga membutuhkan

adanya sikap positif dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan

situasi klien. Dalam hal ini, apabila klien bertanya apapun tentang kondisinya,

perawat harus menjawab semua pertanyaan klien dengan jujur. Prinsip kejujuran

mengarahkan perawat dalam mendorong klien untuk berbagi informasi mengenai

penyakit mereka.

Pada Kasus ini klien melakukan penolakan terhadap tindakan keperawatan rawat

inap , peran perawat yaitu memberikan informasi penjelasan terhadap tindakan

yang akan dilakukan dengan jujur dan dengan kata-kata yang dimengerti oleh

klien. Memberikan penjelasan harus lah dengan tutur kata yang baik, sehingga

klien mengerti dengan apa maksud dan tujuan terhadap prosedur yang akan

dilakukan dan berikan informasi tentang adanya jasa kesehatan yang dapat

membantu mereka dalam menyembuhkan anaknya.

Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien. Perawat

menghindari pembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapa pun yang tidak

secara langsung terlibat dalam perawatan klien. Konflik kewajiban mungkin akan

muncul ketika seorang klien memilih untuk merahasiakan informasi tertentu yang

dapat membahayakan klien atau orang lain. Prinsip kesetiaan menyatakan

bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya pada klien. Ketika

Page 37: Makalah Mastoiditis

seseorang jujur dan memegang janji yang dibuatnya, rasa percaya yang sangat

penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.

Dengan berkata jujur dan dapat menepati janji, diharapkan perawat dapat

mendapat kepercayaan dari klien sehingga memudahkan perawat dalam

melakukan intervensi. Selain dengan klien, perawat juga harus membina

hubungan saling percaya dengan anggota keluarga klien sehingga akan

memudahkan perawat juga dalam pendekatan keluarga klien.

Page 38: Makalah Mastoiditis

Daftar Pustaka

Rayburn, F. William. 2001. Kode Etik Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Liu, T.Y. David. 2008. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EG

Page 39: Makalah Mastoiditis

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT OTITIS MEDIA AKUT

PADA ANAK

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK II B

SEMESTER 5 B

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN

2014

Page 40: Makalah Mastoiditis

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Deteksi dini dan pencegahan penyakit Otitis Media Akut

pada anak

Subpokok bahasan : Deteksi dini pencegahan Otitis Media Akuta pada anak

Sasaran : Keluarga dan pasien yang mengalami OMA

Hari/Tanggal : Selasa, 28 Oktober 2014

Waktu : 15 menit

Tempat : Rumah Sakit Dr. Raden Mataher

A. LATAR BELAKANG

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut telinga tengah.

Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan khususnya pada anak-anak.

Diperkirakan 70% anak mengalami satu atau lebih episode otitis media

menjelang usia 3 tahun. Penyakit ini terjadi terutama pada anak dari baru lahir

sampai umur sekitar 7 tahun, dan setelah itu insidennya mulai berkurang.

Anak umur 6-11 bulan lebih rentan menderita OMA. Insiden sedikit

lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Sebagian kecil anak

menderita penyakit ini pada umur yang sudah lebih besar, pada umur empat

dan awal lima tahun. Beberapa bersifat individual dapat berlanjut menderita

episode akut pada masa dewasa. Kadang-kadang, orang dewasa dengan

infeksi saluran pernafasan akut tapi tanpa riwayat sakit pada telinga dapat

Page 41: Makalah Mastoiditis

menderita OMA.

Dua Faktor-faktor risiko terjadinya OMA adalah bayi yang lahir

prematur dan berat badan lahir rendah, umur (sering pada anak-anak), anak

yang dititipkan ke penitipan anak, variasi musim dimana OMA lebih sering

terjadi pada musim gugur dan musim dingin, predisposisi genetik, kurangnya

asupan air susu ibu, imunodefisiensi, gangguan anatomi seperti celah palatum

dan anomali kraniofasial lain, alergi, lingkungan padat, sosial ekonomi

rendah, dan posisi tidur tengkurap.

1-4 penatalaksanaan OMA tanpa komplikasi mendapat sejumlah

tantangan unik. Pilihan terapi OMA tanpa komplikasi berupa observasi

dengan menghilangkan nyeri (menggunakan asetaminofen atau ibuprofen),

dan / atau antibiotik.

Di Amerika Serikat (AS), kebanyakan anak dengan OMA secara rutin

mendapat antibiotik. Cepatnya perubahan spektrum patogen menyebabkan

sulitnya pemilihan terapi yang paling sesuai. Berkembangnya pengetahuan

baru tentang patogenesis OMA, perubahan pola resistensi, dan penggunaan

vaksin baru memunculkan tantangan yang lebih lanjut pada penatalaksanaan

efektif pada OMA. Food and Drug Administration (FDA) menyetujui

penggunaan vaksin pneumokokus konjugat sebagai cara baru dalam

menurunkan prevalensi OMA dan mencegah sekuele dari infeksi telinga.8

Beberapa peneliti dari Eropa Barat, Inggris, dan AS menyarankan

bahwa anak dengan OMA dapat diobservasi saja daripada diterapi segera

dengan antibiotik. Di Belanda, pengurangan penggunaan antibiotik untuk

OMA sudah dipraktekkan sejak tahun 1990an.10 Pada tahun 2004, American

Academy of

Pediatrics dan the American Academy of Family Physicians

mengeluarkan rekomendasi diagnosis dan penatalaksanaan OMA. Menurut

petunjuk rekomendasi ini, observasi direkomendasikan tergantung pada umur

pasien, kepastian diagnosis dan berat-ringannya penyakit.11,12 Sekitar 80%

anak sembuh tanpa antibiotikdalam waktu 3 hari.

Berdasarkan hal di atas kami mengangkat deteksi dini dan pencegahan

penyakit Otitis Media Akut Guna untuk mengetahui dan mengenali serta

Page 42: Makalah Mastoiditis

melakukan pencegahan terhadap otitis media akut yang kerap terjadi pada

anak anak.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Klien dengan otitis media akut yang menjalar ke struktur pada

telinga tengah dan deteksi dini serta pencegahan penyakit otitis media akut

pada anak.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 15 menit, keluarga

diharapkan mampu memahami penyakit otitis media akut dan mengetahui

pencegahan serta pengobatan yang akan dilakukan terhadap penyakit otitis

media akut.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 15 menit

diharapkan keluarga mampu :

a. Menjelaskan pengertian OMA.

b. Menyebutkan penyebab OMA

c. Menyebutkan manifestasi OMA

d. Menyebutkan klasifikasi OMA

e. Pencegahan OMA

f. Mengetahui pengobatan pada OMA

Page 43: Makalah Mastoiditis

D. PELAKSANAAN KEGIATAN

No

.

Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu

1. Pembukaan

dan salam

- Mengucapkan

salam

- Memperkenalkan

diri

- Menjelaskan

tujuan

- Apersepsi

- Membalas

salam

- Mendengarkan

- Mendengarkan

- Memberikan

respon

2 menit

2. Penyampaia

n Materi

Menjelaskan tentang :

- Pengertian OMA.

- Penyebab OMA.

- Manifestasi OMA

- Klasifikasi OMA

- Pencegahan

OMA.

- Pengobatan

OMA.

Mendengarkan dan

memperhatikan

10

menit

3. Penutup - Tanya Jawab

- Evaluasi dan

menyimpulkan

materi.

- Mengucapkan

salam

- Bertanya dan

mendengarkan

- Memperhatikan

- Membalas

salam

3

menit.

E. METODE

1. Ceramah

2. Tanya jawab

Page 44: Makalah Mastoiditis

F. MEDIA

Laptop

G. SETTING TEMPAT

1. Peserta (pasien dan keluarga) duduk di kursi tunggu

2. Penyaji duduk di depannya.

Page 45: Makalah Mastoiditis

H. MATERI (Terlampir)

I. EVALUASI

Menanyakan kepada pasien dan keluarga klien

1. Coba jelaskan pengertian OMA !

2. Sebutkan penyebab OMA !

3. Sebutkan ciri- ciri OMA !

4. Sebutkan Klasifikasi OMA !

5. Sebutkan pengobatan OMA!

6. Sebutkan Pencegahan OMA !

Page 46: Makalah Mastoiditis

DAFTAR PUSTAKA

Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran persepsi sensori. Surabaya : Airlangga

University.

Widodo .2003.asuhan keperawatan Otitis Media Akut.jakarta;Rajawali

Page 47: Makalah Mastoiditis

Lampiran 1

LANDASAN TEORI

Otitis Media Akut

A. Definisi Otitis Media Akut

Otitis adalah radang telinga, yang ditandai dengan nyeri, demam,

hilangnya pendengaran, tinitus dan vertigo.Otitis berarti peradangan dari

telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media berarti peradangan dari

telinga tengah.

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustacheus, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid/( soepardi,

iskandar ,1990). Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau

seluruh periosteum telinga tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3

minggu (Kapita selekta kedokteran, 1999).

Otiitis media akut adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya

cairan di telinga atau gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnay

tergantung berat ringannya penyakit, antara lain : demam, iritabilitas, letargi,

anoreksia, vomiting, bulging hingga perforasi membrana tympani yang dapat

diikuti dengan drainase purulen.

B. Etiologi Otitis Media Akut

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun

bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.

Virus ditemukan pada 25% kasus da da dan n kadang menginfeksi

telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering

adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan

Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian

besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan

Page 48: Makalah Mastoiditis

antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran

Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama

aliran lendir.

C. Manifestasi Klinik Otitis Media Akut

Nyeri: gejala paling sering adalah rasa sakit atau nyeri di telinga. Anak

yang lebih besar akan bisa memberitahu orang tua bahwa telinganya sakit.

Anak yang lebih kecil biasanya akan rewel dan sering menangis. Anak

akan menarik-narik, menggosok telinganya yang sedang kesakitan. Gejala

ini tampak jelas ketika anak sedang menyusu karena gerakan menghisap

dan menelan akan menimbulkan perubahan tekanan yang menyakitkan di

telinga.

Nafsu makan menurun: karena gerakan makan dan menelan membuat sakit

biasanya nafsu makan anak akan menurun.

Gangguan tidur: posisi tidur telentang akan merangsang timbulnya rasa

nyeri di telinga

Demam: bisa suhu normal (37,7 °C ) hingga demam tinggi misalnya 40

°C.

Anak rewel dan sering menangis.

Gangguan keseimbangan tubuh

Keluar cairan dari telinga: ibu bisa melihat keluarnya cairan kekuningan

atau keputihan dari liang telinga, bisa juga bercampur sedikit darah.

Cairan berbau busuk dan berbeda dengan cerumen telinga (kotoran

telinga). Rasa nyeri dan tekanan terkadang membaik setelah cairan keluar,

namun bukan berarti bahwa infeksi sembuh. Ini bukan kegawatdaruratan,

namun segera bawa anak ke dokter anak untuk diperiksa lebih lanjut.

Gangguan pendengaran: selama dan setelah anak sakit terkadang anak

mengalami sedikit gangguan pendengaran selama beberapa minggu akibat

cairan di belakang gendang telinga mengganggu jalannya gelombang

bunyi. Biasanya ini hanya sementara dan membaik setelah cairan

menghilang.

Page 49: Makalah Mastoiditis

Kadang juga disertai rasa mual atau bahkan muntah.

Penyebab lain nyeri telinga selain radang telinga tengah yaitu:

Infeksi pada kulit telinga bagian luar (otitis eksterna atau swimmer’s ear)

Penurunan tekanan pada telinga tengah akibat batuk pilek atau alergi

Radang tenggorokan

Gigi tumbuh atau nyeri gusi

Radang pada membrana timpani selama batuk pilek tanpa adanya cairan.

Karena rasa nyeri merupakan gejala utama biasanya anak membutuhkan

obat pereda rasa nyeri seperti acetaminophen (parasetamol) atau

ibuprofen. Jangan memberikan aspirin untuk anak. Terkadang ibu bisa

memberikan obat tetes telinga penghilang rasa sakit namun harus

dipastikan gendang telinga (membrana timpani) masih utuh. Dilarang

memberikan obat tetes atau minyak zaitun jika gendang telinga

(membrana timpani) telah robek.

D. Klasifikasi Otitis Media Akut

Terdapat 3 jenis infeksi telinga tengah, yaitu:

Otitis media akut (OMA) merupakan infeksi telinga yang paling sering

dengan gejala dan tanda peradangan pada membrana timpani disertai

adanya cairan yang terjebak di belakang membrana timpani. OMA dibagi

lagi menjadi:

Otitis media akut: otitis media yang muncul dalam waktu 48 jam.

Otitis media akut tanpa komplikasi: otitis media akut tanpa otorrhea

OMA berat: otitis media akut dengan gejala nyeri sedang – berat disertai

demam > 39 °C

OMA tidak berat: otitis media akut dengan gejala nyeri ringan dan tidak

disertai demam > 39 °C

OMA kambuhan: 3 episode OMA terpisah yang terjadi dalam 4 bulan

Page 50: Makalah Mastoiditis

atau 4 episode OMA terpisah yang terjadi dalam 12 bulan dimana 1

episode terakhir masih dalam rentang waktu 6 bulan

Otitis media disertai efusi (OME) merupakan kondisi terjebaknya cairan

di cavitas timpani telinga tengah setelah penyembuhan infeksi telinga

tengah akut. OME kadang tidak bergejala. Cairan ini akan bisa

menghilang sendiri dan tidak berbahaya, dokter akan menyarankan anak

untuk kontrol dalam waktu 2 – 3 bulan.

otitis media dengan efusi kronis merupakan kondisi radang telinga

dimana cairan menetap dalam waktu lama di cavitas timpani telinga

tengah juga kambuhan tanpa dicetuskan oleh infeksi akut sebelumnya.

Kondisi ini menyebabkan anak rentan mengalami infeksi telinga dan

merugikan fungsi pendengaran anak.

E. Pencegahan Otitis Media Akut

1) Menyusui: menyusui menurunkan angka infeksi telinga dan batuk pilek.

Tapi ingat: ASI bukan obat tetes telinga jadi jangan meneteskan ASI ke

dalam telinga anak!

2) Jauhkan anak dari paparan asap rokok, terutama di dalam rumah atau

mobil.

3) Singkirkan empeng atau batasi penggunaannya, terutama jika anak sudah

berumur 1 tahun.

4) Budayakan cuci tangan dengan sabun di rumah atau sekolah (TPA,

PAUD). TPA dan PAUD sebaiknya mencuci mainan dengan rutin.

Tindakan mencuci tangan dan mainan dengan sabun ini ternyata mampu

menurunkan frekuensi kejadian infeksi ISPA maupun telinga pada anak.

5) Vaksinasi: vaksinasi bakteri Pneumococcal vaccine (PCV) dan influenza

bisa menurunkan kejadian infeksi telinga pada anak.

Page 51: Makalah Mastoiditis

F. Pengobatan Otitis Media Akut

Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal

ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan

pemberian antibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.

1. Stadium Oklusi

Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang

di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5%

dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12

tahun dan pada orang dewasa).

2. Stadium Presupurasi

Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golongan

penisilin/ampisilin).

3. Stadium Supurasi

Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila

membran tympani masih utuh.

4. Stadium Perforasi

Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.

5. Stadium Resolusi

Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan

perforasi membran tympani menutup

Segera bawa ke dokter jika terdapat salah satu poin berikut ini:

Anak umur kurang dari 2 tahun.

Keluar cairan dari telinga

Demam tinggi (102,5 °F atau 39 °C)

Anak mengeluhkan sangat kesakitan

Anak sulit tidur

Anak sulit makan

Anak terlihat sakit (toxic appearance)

Gejala bertambah berat setelah 1 hari

Page 52: Makalah Mastoiditis

Gejala tidak membaik dalam 3 hari

Terdapat pembengkakan disekitar telinga

Anak memiliki kelainan bawaan sumbing langit-langit mulut, kelainan

anatomi craniofacial, sindroma Down, gangguan kekebalan tubuh,

anak dengan riwayat efusi telinga tengah, riwayat implantasi koklea,

memiliki penyakit jantung, memiliki penyakit paru.