makalah model sequence new
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan seorang anak pada hakikatnya telah dimulai sejak ia dilahirkan ke
dunia, bahkan sebagian besar pakar pendidikan meyakini bahwa perkembangan seorang
anak telah dimulai sejak terjadinya konsepsi yang merupakan pertemuan antara sel telur
dengan sel sperma dari kedua orang tuanya.
Setiap orangtua tentunya mendambakan seorang anak yang cerdas, berprestasi dan
bermoral. Anak yang cerdas belum tentu tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
berprestasi, dan anak yang cerdas dan berprestasi belum tentu tumbuh dan berkembang
menjadi pribadi yang bermoral jika tidak dididk dengan baik dan benar. Orang yang
cerdas dan berprestasi tetapi tidak bermoral, tentu sangat membahayakan dan merugikan
orang banyak.
Di dalam Undang-undang Republik Indonesia nompr 21 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), menyatakan ”bahwa pendidikan anak usia dini adalah
suatu upaya pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.
Oleh karena itu ada hal-hal yang mendasari pentingnya pemberian rangsangan
sejak dini kepada anak-anak. Rangsangan sejak dini, merupakan suatu hal yang perlu
diberikan kepada anak-anak untuk meningkatkan tingkat intelektual dan tingkat
kreatifitas anak. Beberapa hal yang mendasari pembelajaran sejak dini menurut Joan
Back adalah sebagai berikut:
1. Pada dasarnya, tingkat inteligensi anak bukanlah sebuah ”harga mati” yang
tidak dapat berubah sepanjang hidupnya. Tingkat inteligensi anak dapat diubah
oleh lingkungannya menjadi lebih baik, atau justru semakin memburuk.
2. Sesungguhnya, pemberian rangsangan sejak dini dapat menghasilkan
perubahan-perubahan dalam ukuran serta fungsih kimiawi otak.
3. Faktor keturunan bukanlah satu-satunya penentu tingkat kecerdasan seseorang,
akan tetapi lingkungan juga ikut memberikan andil dalam membentuk
kecerdasan seseorang.
4. Kapasitas intelektual anak berkembang pesat pada awal-awal kehidupannya.
Menjelang usia empat tahun, kapasitas intelektualnya berkembang sebanyak
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 1
50% kapasitas intelektual orang dewasa. Dan menjelang usia delapan tahun
berkembang menjadi 80%. Setelah anak berusia delapan tahun, tanpa
mempedulikan jenis sekolah dan lingkungan yang diperoleh, kemampuan
intelektual anak hanya dapat berubah sekitar 20%.
5. Cortex otak pada anak ibarat sebuah komputer yang harus diprogram terlebih
dahulu, agar dapat dioperasikan secara efektif. Anak memprogram otak dengan
memakai stimulus panca indera yang dikirim sepanjang jalur urat saraf dari
telinga, hidung, mata, mulut, dan tactile-kinesthetic. Semakin banyak
rangssangan panca indera yang mengaktifkan sel otak, maka otak semakin
cerdas.
6. Terdapat batas waktu kapan sel otak dapat diaktifkan dengan mudah. Pada usia
lanjut, kerja otak sudah mengalami penurunan, crotex sudah tidak elastis lagi,
dan cenderung lebih sukar untuk diaktifkan. Contohnya adalah, ketika ada anak
yang masih kecil mengalami luka otak di daerah yang berfungsih dalam
menunjang kemampuan bicaranya, setelah selang beberapa bulan, otaknya
membentuk pusat ucapan baru pada bagian otak yang lain dengan
menggunakan sel yang dahulunya tidak terikat. Tetapi bagi orang dewasa yang
tidak terluka pada bagian otak yang vital tersebut, ia mengalami kesulitan yang
luar biasa dalam membentuk daerah ucapan yang baru, dikarenakan cortex yang
sudah terikat atau terbentuk sudah tidak elastis lagi.
7. Belajar merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, dan anak kecil
biasanya belajar dengan senang hati apabila usahanya tidak diubah oleh
tekanan, persaingan, hadiah, hukuman, atau ketakutan.
8. Semakin banyak hal-hal yang baru dilihat dan didengar oleh anak, maka
semakin banyak hal yang baru yang ingin dialaminya. Semakin besar
rangsangan lingkungan yang diatasi anak, maka semakin besar pula
kapasitasnya untuk mengatasi berbagai hal.
9. Masa sensitif terjadi pada setiap anak untuk jenis belajar tertentu. Setelah masa
sensitif terlalui, terkadang anak mengalami kesulitan untuk menguasai jenis
belajar tertentu. Misalnya, masa sensitif yang khusus dalam kehidupan bayi
adalah mengunyah makanan padat. Menurut para ahli, masa sensitif ini terjadi
pada bayi yang berusia sekitar enam bulan, namun dapat berfariasi dari bayi
yang satu dengan bayi yang lain. Apabila bayi tidak dapat diberi makanan padat
untuk dinkunyah pada saat pertama kalinya mampu mengunyah, maka bayi
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 2
akan menolak mencoba mengunyah, ia akan mengeluarkan makanan yang
dimasukkan kemulutnya.
Maka berdasarkan beberapa hal yang menyangkut dengan dasar pembelajaran anak usia
dini ini, sudah sewajarnya untuk dikenal dan dipelajari tidak hanya bagi orangtua, akan
tetapi bagi serorang guru, sebelum anak beranjak ke pendidikan selanjutnya.
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari
segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang di alaminya sebagai suatu kesatuan yang
utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-pisah). Sayangnya,
ketika memasuki situasi belajar secara formal di bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh
berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga mereka terkadang
mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat dan
alam sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang
memisahkan penyajian antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya akan
mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah dasar.
Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian matapelajaran-matapelajaran
tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan
pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh
karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan anak usia dini harus memperhatikan
karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai satu kesatuan
yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan berpengaruh
terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan
kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar matapelajaran, akan memberi
peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning).
Penyampaian materi pelajaran di sekolah lebih bersifat transfer of
knowlegde ( menyampaikan pengetahuan teoritis) belum terpadu secara integral
dengan transfer of value dan transfer of skill ( menanamkan nilai dan melatih keterampilan).
Sehingga proses pembelajaran menghasilkan manusia yang tahu tapi tidak mau dan tidak
mampu
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna
bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan
membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 4
konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan
pandangan yang utuh. Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan informasi
yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal itu dapat diperoleh tidak saja melalui pemberian
pengetahuan baru kepada siswa melainkan juga melalui kesempatan memantapkan dan
menerapkannya dalam berbagai situasi baru yang semakin beragam.
Pembelajaran Terpadu yang ideal menurut konsep ajaran Islam yang bersumber dari Al
Qur’an adalah pembelajaran yang memadukan dan menyatukan antara nilai-nilai keimanan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah populernya keseimbangan antara IMTAK
dan IPTEK. Istilah ini konsepnya telah lama kita dengar tapi konteksnya masih jarang kita
lihat.
Istilah Pembelajaran Terpadu berasal dari kata “ integrated teaching and learning” atau
“ integrated curriculum approach ”. Konsep ini telah lama dikemukakan oleh John Dewey
sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan
kemampuan pengetahuannya ( Beans, 1993 dalam Dedi Suherman).
Pembelajaran terpadu juga sering disebut pembelajaran koheren ( a coherent
curriculum approach ) yang memandang bahwa pembelajaran terpadu merupakan
pendekatan untuk mengembangkan program pembelajaran yang menyatukan dan
menghubungkan berbagai program pendidikan. Keterhubungan dalam kurikulum bukan
hanya antara mata pelajaran dan kebutuhan serta minat dan bakat anak, tetapi juga
menghubungkan antara tujuan dan kegiatan, serta kondisi masyarakat pada umumnya.
Menurut Cohen dan Manian Pembelajaran terpadu adalah “kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pada
pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (Center of interest; Cohen dan Manian (1992) dan
Brand (1991).
Pembelajaran Terpadu adalah “pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dan
menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate
Practice).
Pembelajaran terpadu merupakan “suatu konsep pendekatan belajar yang melibatkan
beberapa bidang untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak”. Dikatakan
bermakna karena dalam pembelajaran terpadu anak akan memahami konsep-konsep yang
dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 5
yang sudah dipahami anak melalui kesempatannya mempelajari apa yang berhubungan
dengan tema atau peristiwa otentik.
Definisi lain tentang pembelajaran terpadu adalah pendekatan holistik ( a holitic
approach ) yang mengkombinasikan aspek efistemologi, sosial, psikologi dan pendekatan
paedagogi untuk pendidikan anak, yaitu menghubungkan antara otak dan otot, antara individu
dan individu, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan. (Udin
Syaefudin Sa’ud, Ph.D, 2006 ).
Menurut para pakar pendidikan pembelajaran terpadu sangat tepat diterapkan pada
pendidikan anak usia dini , karena pada jenjang pendidikan anak usia dini, siswa memahami
dan menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi
pemilahan dan pemisahan yang artificial. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat
dari asfek proses atau waktu, aspek bahan ajar dan asfek kegiatan belajar mengajar.
Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991) terdapat tiga kemungkinan
variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam
suasana pendidikan progresif yaitu:
1. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kegiatan menata keterpaduan berbagai materi
mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan
tidak ada.
2. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk
mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
3. Pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih
terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik
pusatnya (center core / center of interest);
Pembelajaran Terpadu itu sendiri merupakan suatu model pembelajaran yang
membawa pada kondisi pembelajaran yang relevan dan bermakna untuk anak. Pembalajaran
terpadu merupakan media pembelajaran yang secara efektif membantu anak untuk belajar
secara terpadu dalam mencari hubungan-hubungan dan keterkaitan antara apa yang telah
mereka ketahui dengan hal-hal baru atau informasi baru yang mereka temukan dalam proses
belajarnya sehari-hari.
Pembelajaran terpadu adalah upaya memadukan berbagai materi belajar yang
berkaitan, baik dalam satu displin ilmu maupun antar disiplin ilmu dengan kehidupan dan
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 6
kebutuhan nyata para siswa, sehingga proses belajar anak menjadi sesuatu yang bermakna
dan menyenangkan anak. Pembelajaran terpadu mengacu kepada dua hal pokok, yaitu :
1) keterkaitan materi belajar antar disiplin ilmu relevan dengan diikat/disatukan melalui
tema pokok, dan
2) keterhubungan tema pokok tersebut dengan kebutuhan dan kehidupan aktual para
siswa. Dengan demikian tingkat keterpaduannya tergantung kepada strategi dalam
mengaitkan dan menghubungkan materi belajar dengan pengalaman nyara para siswa
(http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-di-
sekolah.html).
Pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu strategi yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengembangkan potensinya secara seimbang, optimal, dan
terpadu pula. Pendekatan terpadu pada dasarnya membantu anak untuk mengembangkan
dirinya secara utuh, membantu anak untuk menjadi pengembang dan pembangun ilmu
pengetahuan melalui pengalaman nyata. Melalui proses pembelajaran terpadu anak dilatih
untuk bekerja sama, berekreasi, dan berkolaborasi dengan teman sejawatnya ataupun guru
dalam mengembangkan ilmu maupun memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Pendekatan pembelajaran terpadu mencoba untuk menjadikan pembelajaran relevan dan
bermakna, proses belajar mengajar lebih bersifat informal, melalui pendekatan ini aktivitas
belajar anak meningkat (Rusli Lutan, 1994 : 27) dalam
http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-di-sekolah.html.
B. Karakteristik Pembelajaran
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti menurut Hilda
Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa Pembelajaran Terpadu memiliki beberapa macam
karakteristik diantaranya:
1. Berpusat pada anak (studend centerd).
2. Memberi pengalaman langsung pada anak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
5. Bersipat luwes.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 7
7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak.
8. Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa.
9. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik.
10. Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.
Wujud lain dari implementasi terpadu yang bertolak pada tema, yakni kegiatan
pembelajaran yang dikenal dengan berbagai nama seperti pembelajaran proyek, pembelajaran
unit, pembelajaran tematik dan sebagainya.
Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak.
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak pada minat dan kebutuhan anak.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat
bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran Terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.
5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui dalam lingklungan anak.
6. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain dalam Hilda Karli (2003: 53)
Fogarty (1991:33-83) menjelaskan model pembelajaran erpadu melalui kurikulum
terpadu memungkinkan terjadi penyeberangan beberapa topik, tema, konsep, atau teori ke
mata pelajaran lain dan atau terjadi overlaping yang memungkinkan diajarkan bersama atau
saling mendukung. Karakteristik penataan kurikulum ini, guru tidak hanya berkonsentrasi
pada satu mata pelajaran akan tetapi dapat berdiskusi dengan rekan lain (jika guru bidang
studi) atau menyusun seluruh peta konsep untuk setiap mata pelajaran 9juka guru kelas),
sehingga guru memperoleh gambaran secara konkret peta konsep seluruh mata pelajaran
dalam satu satuan waktu, misalnya catur wulan (Depdikbud, 1994). Keterpaduan pada tingkat
ini tidak dimaksudkan terpadu dalam arti overlaping saja akan tetapi antar konsep sa;ing
mendukung atau serupa dikatakan keterpaduan (sequenced), sehingga murid belajar lebih
mudah dan bermakna.
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 8
C. Model-model Pembelajaran terpadu
Robin Fogarty, menyatakan bahwa sangat dibutuhkan keterampilan yang tinggi baik
dari guru maupun siswa dari sepuluh model kurikulum yang diterapkan dengan sederhana
hingga yang sangat rumit. Sepuluh model kurikulum ini berorientasi pada mata pelajaran
yang terpotong-potong hingga model pembelajaran terpadu, antara lain :
1. The Fragmented Model ( Model Fragmentasi )
2. The Connected model ( Model Terhubung )
3. The Nested Model ( Model Tersarang )
4. The Sequenced Model ( Model Terurut )
5. The Shared Model ( Model Terbagi )
6. The Webbed Model ( Model Jaring laba-laba )
7. The Threaded Model ( Model pasang Benang )
8. The Integrated Model ( Model Integrasi )
9. The Immersed Model ( Model Terbenam )
10. The Networked Model ( Model Jaringan )
Dari sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikemukakan Forgarty (1991 : 64-67 ), dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu:
1. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan di dalam mata pelajaran-mata
pelajaran yang ada dalam satu disiplin ilmu, yaitu model Fragmented, Connected, dan
Nested.
2. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan yang ada pada beberapa mata
pelajaran, dari yang sederhana hingga yang rumit dari suatu mata pelajaran. Model ini
terdiri dari Sequenced, Shared, Webbed, threaded.
3. Model pembelajaran terpadu berdasarkan pendekatan lintas beberapa disiplin ilmu. Model
ini terdiri atas integrated, Immersed, Networked.
Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada faktor
evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada produk,
tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada dampak
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 9
instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak pengiring dari proses
pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik
evaluasi yang banyak ragamnya http://maestrofisika.blogspot.com/2009/05/it-fisika.html).
D. SEQUENCED MODEL (Model rangkaian)
Pada model pembelajaran terpadu model rangkaian, persamaan-persamaan yang ada
diajarkan secara bersamaan meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda-beda.
Kelemahan model pembelajaran terpadu model ragkaian (sequence) adalah diperlukan
kolaborasi terus-menerus dan fleksibilitas yang tinggi, dan guru hanya mempunyai sedikit
otonomi untuk merangcang kurikulum. Kelebihan model ini adalah dapat difasilitasi transfer
pembelajaran pada beberapa mata pelajaran.
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang
berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara
paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa,
karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang
menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya
pada alokasi jam yang sama. Dengan demikian model ini merupakan model pemaduan topik-
topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel dengan cara mengajarkan materi
pelajaran yang memiliki kesamaan materi dan keterkaitan antar keduanya.
Sequenced (urutan) terjadi jika topik atau unit pada dua mata pelajaran dirancang ulang
dan dirutkan satu dengan yang lain sehingga saling mendukung kebermaknaannya meskipun
tetap diajarkan pada masing-masing mata pelajaran,
Persamaan yang ada diajarkan secara bersama meskipin temasuk kedalam mata
pelajaran yang berbeda (indrawati) kelebihan memfasilitasi trasnfer pembelajaran melintasi
beberapa mata pelajaran/ kekutamaan memebutuhkan kolaborasi terus menerus dan
kelenturan karena guru hanya sedikit memiliki otonomi untuk mengurutkan merancang
kurikulum
Topik atau urut dalam mata pelajaran dirancang dan diurutkan agar serupa dengan mata
pelajaran yang lain. Kesamaan ide diajarkan secara bersama-sama (cocert/konkret) yang
diajarkan tetap pada mata pelajaran secara terpisah. Model ini diterapkan, jika ada dalam dua
mata pelajaran terdapat urutan atau rangkaian topik-topik yang jika diurutkan akan saling
mendukung, maka dua guru akan mengajarkan secara urut, sehingga akan saling mendukung,
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 10
maka dua guru akan mengajarkan secara urut, sehingga apa yang diajarkan akan sejajar dan
didukung oleh bahasa mata pelajaran lainnya. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Dua mata pelajaran yang berhubungan dan memiliki kesamaan dapat diurutkan
sehingga mata pelajaran keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan merangkai urutan
dalam topik yang diajarkan, aktivitas tiap bahasan akan mempertinggi (enhance) bahasan
yang lain. Esensinya satu bahasa akan membawa ke kegiatan yang serba guna (vice versa).
Contoh : seorang guru bahasa sedang mengajarkan sejarah novel dalam satu periode,
sementara seorang guru sejarah mengajarkan satu periode sejarah waktu yang sama.
Kesamaan antara novel dengan sejarah pada waktu itu akan saling mendukung atau bersama-
sama saling memberi dan mendukung kebermaknaan. Model ini menuntun siswa untuk
secara mudah untuk membuat koneksi atau memberi pengalaman pada sesuatu yang
berkenaan dengan situasi tersebut.
Pengertian Sequenced Model menurut Forgarty adalah model pembelajaran terpadu
dimana suatu mata pelajaran dapat disusun kembali urutan topiknya ke dalam urutan
pengajaran dalam topik yang sama atau relevan. Pada saat guru mengajarkan suatu mata
pelajaran, ia dapat menyusun kembali urutan topik dan memasukkan topik mata pelajaran
lain ke dalam urutan pengajarannya karena ada kesamaan dan relevansi diantara keduanya.
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antarmata pelajaran yang
berbeda secara paralel. Isi roman sejarah, misalnya topik pembahasannya secara paralel atau
dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa,
karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang
menyangkut perubahan makna. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada
alokasi jam yang sama. Pembelajaran terpadu bertahap merupakan pembelajaran yang
ditempuh dengan cara mengajarkan yang secara material memiliki kesamaan materi dan
keterkaitan antarkeduanya. Terpadu ini ditempuh dalam upaya mengutuhkan atau
menyatukan materi-materi yang bercirikan sama dan terkait agar lebih menyeluruh dan utuh.
Dengan demikian siswa mudah menerima, memahami, menyimpan, dan memproduksi serta
menghayati makna yang terkandung dalam dua mata pelajaran tersebut. Penerapan
pendekatan ini secara metodologis lebih praktis dan hemat. Hal tersebut karena materi yang
seharusnya disampaikan dalam dua mata pelajaran, cukup digabungkan menjadi satu mata
pelajaran. Untuk itu, penggabungan dalam penyampaian materi dapat ditempuh dengan cara
mengatur sedemikian rupa waktu, materi secara bertahap.
Untuk memahami model sequence perhatikan gambar di bawah ini :
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 11
Gambar: Model Sequence
Kaca mata: konten internal bervariasi yang dibingkai oleh konsep
(terkait).Topik atau unit studi yang disusun kembali dan berurutan,
bersamaan (bertepatan) dengan satu sama lain. Ide-ide serupa diajarkan
secara bersama namun tetapi dalam mata pelajaran terpisah
Jadi, persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan meskipun termasuk
ke dalam pelajaran yang berbeda. Metode Sequenced Model sebenarnya merangkai dua mata
pelajaran atau disiplin ilmu yang berbeda namun dengan topik yang relevan, sehingga materi
dari kedua mata pelajaran tersebut dapat diajarkan secara paralel. Contohnya, seorang guru
bahasa Inggris mengajarkan mengenai novel atau cerita sejarah yang terjadi pada kurun
waktu tertentu (“Diary of Anne Frank”) dan disaat yang sama (paralel), guru sejarah sedang
mengajarkan sejarah tentang “World War II” yang terjadi dalam kurun waktu yang sama
pula. Contoh: Guru bahasa Inggris menyajikan sebuah novel sejarah yang
menggambarkan periode tertentu sementara ini guru sejarah mengajarkan periode
sejarah yang sama
Apa itu Model Sequenced?
Dengan artikulasi yang terbatas di seluruh disiplin ilmu, guru dapat mengatur
ulang urutan Topik-topik atau unit-unit dari bidang kajian diatur kembali dan diurutkan agar
sesuai satu sama lain. Ide-ide yang mirip diajarkan bersamaan, sambil pada saat yang sama
merupakan mata pelajaran yang berbeda. Pada intinya, satu subjek, mengusung yang lainnya
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 12
dan sebaliknya sehingga unit yang sama bertepatan dengan satu sama lain. Dua disiplin
terkait dapatdiurutkan sehingga isi subyek keduanya diajarkan secaraparalel.Dengan menguru
tkan urutan topik yang diajarkan, kegiatan masing meningkatkan yang lain. Pada intinya,
satu subjek, mengusung yang lainnya dan sebaliknya
Kelebihan dari Sequenced Model antara lain :
1. Model ini memfasilitasi transfer pembelajaran untuk lintas mata pelajaran
2. Guru dapat mengatur ulang urutan topik dan materi sesuai dengan prioritasnya tanpa
harus selalu mengikuti format dalam buku.
3. Untuk siswa, pengaturan ulang topik dari disiplin ilmu yang berbeda dapat membantu
mereka untuk dapat lebih memahami mata pelajaran yang diberikan.
Apa Kekurangannya?
Sebuah kelemahan dari kulikulum sequencing adalah diperlukan kompromi nuntuk
membentuk model mereka. Guru harus menyerah dalam otonomy membuat urutan kurikulum
sebagai mitra mereka dengan yang lain. Juga untuk urutan yang sesuai dengan kejadian saat
ini, membutuhkan kerjasama yang berkelanjutan dan ekstrim fleksibel dalam bagian
dari semua konten-wilayah orang yang terlibat. Hal ini tidak semudah seperti
kedengarannya. Namun dalam waktu yang sangat singkat, bahkan dengan hanya satu hari
brsama. mitra guru dapat dengan mudah melakukan beberapa penataan
dan mengurutkan sebagai langkah awal. Jika ini usaha pertama pada menghubungkan dua
daerah subjek kerja, dua guru dapat mencoba untuk mengurutkan lebih banyak unit
pengajaran paralel
Dengan demikian kelemahan dari Sequenced Model adalah model ini memerlukan
kolaborasi yang terus menerus dan fleksibilitas yang tinggi karena guru-guru memiliki lebih
sedikit otonomi untuk mengurutkan (merancang) kurikulum.
Apa Gunanya?
Model urutan berguna dalam tahap awal dari proses integrasi,menggunakan wilayah dua
disiplin yang dg mudahkah terkait satu sama lain. Guru, bekerja dengan pasangan, mulai
dengan membuat daftar isi kurikuler secara terpisah. Kemudian tim mencoba untuk menyulap
potongan yang terpisah sampai keduanya dapat menyesuaikan atau menjadi beberapa
urutan yang bertepatan. Mereka mencoba untuk mensejajarkan isi yang berbeda untuk
membuat lebih masuk akal ke siswa yang belajar dari keduanya. Dalam model ini, kedua
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 13
disiplin tetap murni. Penekanan khusus masih dalam domain materi
pelajaran, namun siswa menuai manfaat dari konten terkait.
Hamalik (2008:48), menyatakan bahwa Sequenced Model adalah susunan atau urutan
pengelompokan kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan kurikulum
dengan lebih mengacu pada ”kapan” dan ”di mana” pokok-pokok bahasan tersebut
ditempatkan dan dilaksanakan.
E. Prinsip Pelaksanaan Sequenced Model
Prinsip dari pelaksanaan Sequenced Model adalah dengan membuat suatu perencanaan
kurikulum dan membuat konsep evaluasi untuk melihat hasil antara yang diharapkan dan
sebenarnya.
1. Kurikulum hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek perkembangan anak
(fisik, emosi, sosial, spiritual, dan kognitif) dengan cara yang terintegrasi atau
terpadu. Jika salah satu aspek perkembangan distimulus, maka akan mempengaruhi
aspek perkembangan lainnya.
2. Kurikulum hendaknya memperhatikan proses belajar interaktif dengan keterlibatkan
anak secara aktif dan dapat mengarahkan anak dalam mencari solusi
permasalahannya. Dengan demikian anak akan merasa berhasil dan rasa keberhasilan
dapat memotivasi mereka untuk terus aktif belajar dan bereksplorasi.
3. Kurikulum hendaknya selalu dimodifikasi seiring berjalannya waktu pembelajaran
dengan mengenal kekuatan, bakat, minat, dan kebutuhan setiap anak.
4. Kurikulum hendaknya dapat merencanakan suatu kegiatan dengan
mempertimbangkan latar belakang budaya keluarga anak dibesarkan. Permainan,
norma-norma sosial, dan lagu-lagu yang relevan dengan latar belakang anak dapat
dipakai. Seluruh kegiatan belajar dan material yang digunakan juga harus kongkrit,
nyata, dan relevan dalam kehidupan anak.
F. Konsep Evaluasi:
a. Dalam mengevaluasi keberhasilan anak hendaknya tidak memakai standar
orang dewasa tetapi melalui eksplorasi dan interaksi antar sesama guru.
b. Hasil proses belajar hendaknya dapat meningkatkan minat anak untuk
berpikir dan bertanya tidak hanya sebatas baik dan tidak baik.
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 14
c. Partisipasi aktif anak untuk mengarahkan dirinya terlibat dalam kegiatan yang
konkrit dan pengalaman hidup yang nyata, merupakan motivasi yang ada
dalam dirinya dan kunci keberhasilan.
d. Guru hendaknya tahu dan mengerti kapan anak perlu diberikan kegiatan
yang lebih menantang karena umumnya sesuatu yang sudah dikuasai anak
akan membuat mereka bosan. Cara yang dilakukan dapat berupa melontarkan
pertanyaan-pertanyaan, memberikan usulan-usulan, atau menambahkan
material yang lebih kompleks.
G. Implementasi Pembelajaran Terpadu Model Sequence di Taman Kanak-Kanak
Dalam makalah ini, model pembelajaran Sequence diterapkan dalam pembelajaran di Taman
Kanak Kanak (TK). Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan program pembelajaran
dimana hasil belajar dan kompetensi yang diharapkan dicapai anak, cara penyampaian,
maupun indikator penyampaian hasil belajar anak harus dirumuskan secara jelas saat
memulai perencanaan. Hasil Belajar adalah pernyataan kemampuan anak didik yang
diharapkan dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi yang dimaksud. Hasil belajar
juga merupakan hasil kegiatan setelah anak didik mengalami pembelajaran dalam kompetensi
tertentu. Ppembelajaran di TK meliputi:
1. Pengembangan Kemampuan Dasar yang terdiri dari :
a. Kognitif
b. Bahasa
c. Fisik/Motorik
d. Seni
2. Pengembangan Perilaku melalui pembiasaan yang terdiri dari:
a. Moral dan Nilai-nilai agama
b. Sosial, Emosional, dan
c. Kemandirian
Hamalik (2008:48), menyatakan Langkah-langkah menyusun sequence adalah :
1. Mulai dari yang paling sederhana menuju yang kompleks;
2. Mengikuti alur kronologis
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 15
3. Kebalikan dari alur kronologis
4. Mulai dari keadaan geografis yang dekat sampai ke yang jauh
5. Mulai dari keadaan geografis yang jauh menuju ke yang dekat.
6. Dari konkret ke abstrak
7. Dari umum menuju khusus,dan
8. Dari khusus menuju umum
Dalam model Sequenced di TK Kelompok A, kemampuan yang ingin dicapai adalah
kemampuan motorik dan kognitif. Sesuai dengan basis kompetensi yang dipakai sebagai
pendekatan dalam contoh ini maka kemampuan yang diharapkan tersebut memperhatikan
kesesuaian tahap perkembangan anak usia usia 4 tahun.
No Perkembangan Kompetensi Dasar Hasil Belajar Indikator1 Matematika Anak mampu
mengenal berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari
1. Anak dapat mengenal benda di sekitarnya, menurut bentuk, jenis, dan ukuran
1.1 Mengelompokan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak, misal:menurut warna, bentuk, ukuran, dan jenis
1.2 Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya
2. Anak dapat mengenal bilangan
3. Anak dapat mengenal ukuran
2.1 Membilang/ menyebut urutan bilangan dari 1 sd 10
2.2 Menyebutkan kembali benda-benda yang baru dilihatnya
3.1 Mengisi wadah dengan air, pasir, biji-bijian, beras, dan biji lainnya
02 Motorik Anak mampu mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai media/bahan dalam berkarya seni melalui kegiatan
1. Anak dapat menggambar sederhana
2. Anak dapat menciptakan
1.1 Menggambar benda dengan berbagai media (pensil warna, krayon, dll)
2.1 Meronce dengan manik-manik
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 16
eksplorasi sesuatu dengan berbagai media
2.2 Mencipta 2 bentuk bangunan dan balok
Anak mampu melakukan aktifitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan
1. Anak dapat menggerakan jari tangan kelenturan otot dan koordinasi
1.1 Mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan, misal: makan, mandi,makan, dll
1.2 Membuat berbagai bentuk dengan plastisin /tanah liat
1.3 Menjahit jelujur1.4 Memegang pinsil
2. Anak dapat menggerakan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan dan koordinasi
2.1 Berjalan maju pada garis lurus, berjalan di atas papan titian2.2 Berdiri di atas sutu kaki selama 10 detik2.3 Merayap dan merangkak lurus kedepan
Kemudian dalam pembelajarnnya dilakukan pemaduan topik-topik antara bidang
pengembangan kemampuan dasar koginitif dan kemampuan motorik secara paralel dengan
cara memberikan kegiatan pembelajaran yang memiliki kesamaan dan keterkaitan antar
keduanya, diurutkan satu dengan yang lain sehingga saling mendukung kebermaknaannya
meskipun tetap diajarkan pada masing-nasing bidang pengembangan.
Contoh dalam makalah ini memadukan bidang pengembangan kemampuan dasar
kognitif dengan kemampuan dasar motorik TK Kelompok A yang memiliki keterkaitan antar
keduanya.
KEMAMPUAN DASAR MOTORIK
Anak mampu melakukan aktivitas fisik
secara terkoordinasi dalam rangka
kelenturan, keseimbangan, dan
kelincahan
KEMAMPUAN DASAR KOGNITIF
Anak mampu mengenal berbagai konsep
sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil Belajar: Dapat menggerakkan jari
tangan untuk kelenturan otot dan koordinasi
Indikator Belajar:
a. Anak dapat membuat berbagai bentuk
1. Hasil Belajar: Anak dapat mengenali
benda di sekitarnya menurut bentuk, jenis
dan ukuran
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 17
dengan menggunakan plastisin,
palydough/tanah liat dengan baik
b. Anak dapat menjahit jelujur 10 lubang
dengan rapih menggunakan tali sepatu
c. Anak dapat memegang pensil dengan
benar
d. Menggambar benda dengan berbagai
media (pensil warna, krayon, dll)
e. Anak dapat menyusun menara dari benda
minimal 8 susun
Indikator Belajar:
a. Anak dapat mengelompokkan kendaraan
dengan tepat berdasarkan jenisnya
b. Anak dapat mencoba dan menceritakan
apa yang terjadi jika mainan kendaraan
dari plastisin dijatuhkan (gravitasi)
berdasarkan ukuran
Hasil Belajar : Anak dapat menggerakan
badan dan kaki rangka keseimbangan dan
koordinasi
Indikator Belajar:
Berjalan maju pada garis lurus, berjalan di
atas papan titian
2. Hasil Belajar: Anak dapat mengenal
bilangan
Indikator Belajar:
a. Anak dapat membilang/menyebut urutan
bilangan dari 1-10 dengan tepat ketika
diminta membilang
b. Anak memasangkan lambang bilangan
dengan tepat jumlah kendaraan sampai 5
(anak tidak disuruh menulis)
c. Menyebutkan kembali kendaraan benda-
benda yang baru dilihatnya
3. Hasil Belajar: Anak dapat mengenal
Ukuran
Indikator Belajar:
Mengisi wadah dengan air, pasir, biji-bijian,
beras, dan biji lainnya
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 18
Gambar model pembelajaran terpadu Sequenced di TK kelas A sebagai berikut:
Membuat Rencana Pembelajaran
Langkah-langkah pengembangan rencana pembelajaran, sebagai berikut:
Mempelajari dokumen Kurikulum, yakni kerangka dasar dan standar kompetisi
Menentukan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk
setiap kelompok dalam satu hari dalam perencanaan satuan kegiatan harian (SKH)
yang diturunkan dari satuan kegiatan mingguan (SKM) dan satuan kegiatan semester.
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 19
Kemampuan Dasar Motorik Kemampuan Dasar Kognitif
DeskripsiTopik-topik atau unit-unit dari bidang kajian diatur kembali dan diurutkan agar sesuai satu sama lain. Ide-ide yang mirip diajarkan bersamaan, sambil pada saat yang sama merupakan mata pelajaran yang berbeda.
1. Menjahit jelujur 10 lubang dengan tali
2. Menyusun menara dari benda minimal 8 susun
3. Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin
4. Berjalan maju pada garis lurus, berjalan di atas papan titian
5. Memegang pinsil
1. Membilang/mengurut bilangan dari 1-10
2. Menceritakan apa yang terjadi jika benda-benda dijatuhkan
3. Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak menurut jenisnya
4. Mengisi wadah dengan pasir
5. Memasang lambang bilangan dengan benda sampai 5
Membuat ”Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah ini
yang harus dilakukan adalah memasukan hasil belajar dan/ atau indikator ke dalam
jaringan tema.
Menetapkan alokasi waktu untuk setiap jaringan tema dengan memperhatikan
keluasan cakupan pembahaan dan minggu efektif sekolah.
Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) Berdasarkan Model Sequence di TK Kelas A
HARI(SEMINGGU)
KEGIATAN MINGGUAN DENGANKEMAMPUAN DASAR BERDASARKAN SEQUENCE
TEMA : KENDARAANKOGNITF MOTORIK
SENIN Membilang/mengurut bilangan dari 1-10
Menjahit jelujur 10 lubang dengan tali
SELASA Menceritakan apa yang terjadi jika benda-benda dijatuhkan
Menyusun menara dari benda minimal 8 susun
RABU Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak menurut jenisnya
Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin
KAMIS Mengisi wadah dengan pasir Berjalan maju pada garis lurus, berjalan di atas papan titian
JUM’AT Memasang lambang bilangan dengan benda sampai 5
Memegang pinsil
Penyusunan Satuan Kegiatan Harian (SKH) :
SATUAN KEGIATAN HARIANKELOMPOK : B Nabi Ismail SEMESTER/MINGGU : II/2TEMA/SUBTEMA : Kendaraan/Kendaraan di DaratHARI/TANGGAL : Senin 10 Nopember 2011WAKTU : 5 x 30 menit
INDIKATOR BELAJAR
KEGIATAN PEMBELAJARAN
METODA DAN ALAT PERAGA
PENILAIANAlat Hasil
Perilaku Moral pembiasaan: Anak dapat bersikap sopan dengan mengucapkan salam
Anak dapat mengucapkan doa sebelum belajar
Anak dapat bermain dengan teman (perilaku sosial)
Kemampuan Motorik
I. KEGIATAN PEMBUKAAN (30 MENIT)
a. Ikrar anak TK
b. Berdoa mau belajar
c. Senam fantasi naik mobil
Metoda:Praktek langsungAlat peraga : Radio Tape
Metoda: Praktek langsung
Hasil Kerja Anak
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 20
Anak dapat menjahit jelujur 10 lubang pola kendaraan dengan rapi
Kemampuan KognitifAnak dapat membilang/ mengurut bilangan dari 1-10 dengan tepat
Pembentukan perilaku:Anak dapat membersihkan diri sendiri
Anak menunjukkan disiplin dengan mengikuti aturan permainan
Pembentukan sikap dan perilaku: Anak dapat menunjukkan kebanggaan atas hasil belajarnya
II. KEGIATAN INTI (60 MENIT)
a. Menjahit Pola Kendaraan
b. Membilang jumlah kendaraan yang dibuat teman
III. ISTIRAHAT/MAKAN (30 MENIT)
a. Makan bersama
b. Bermain Bebas
IV. KEGIATAN PENUTUP (30 MENIT)
a. Evaluasi kegiatan hari ini dengan membilang angka 1-10
b. Bernyanyi lagu ”Naik Delman”
c. Janji pulang sekolah
Alat Peraga:Pola Jahit Kendaraan
Metoda: Praktek Langsung dan Bermain
Alat Peraga: Peralatan makan dan alat bermain
Metoda: Tanya Jawab dan Bernyanyi
Lembar Observasi
Kepala TK Guru Kelas,
…………………………. …………………….
Evaluasi Belajar
1. Lembar Penilaian Hasil Karya:
Untuk menilai kemampuan dasar motorik dengan Indikator belajar “Anak dapat menjelujur
10 lubang pola kendaraan dengan menggunakan tali sepatu”
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 21
Nama Anak : …………………………..Kelas : ………………………….. Hari dan Tanggal :……………………………Nilai : Anak dapat menjelujur 10 lubang gambar pola kendaraan
Anak dapat menjelujur 5-9 lubang pola kendaraan Anak dapat menjelujur kurang dari 5 lubang pola kendaraan
2. Lembar Penilain Observasi
Untuk menilai kemampuan dasar Kognitif :Anak dapat membilang/mengurut bilangan dari 1-
10 dengan tepat dan jelas
Format Penilaian Kemampuan Kognitif
Membilang Urutan 1 sd 10
Kelas:………
Hari dan Tanggal : …………..
Semester: ………….
Nama Anak
Aspek yang dinilai
Ani Beni Dini Farah Dst…..
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.Dapat mengurut
bilangan 1 sd 10
2.Dapat
mengucapkan
nama bilangan
dengan tepat
Penjelasan: Penilaian 1,2,3, dan 4, menunjukan tingkatan nilai yang diperoleh1 = belum berkembang2 = sudah berkembang3 = berkembang4 = memiliki bakat khusus
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembelajaran terpadu dengan Sequenced Model antara
lain :
1. Model Sequenced adalah model pembelajaran terpadu dimana dua disiplin ilmu yang berbeda
tetapi memiliki topik yang relevan dirangkaikan sehingga materi dari kedua disiplin ilmu
tersebut dapat diajarkan secara parallel.
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 22
Nama Anak : …………………………..Kelas : ………………………….. Hari dan Tanggal :……………………………Nilai : Anak dapat menjelujur 10 lubang gambar pola kendaraan
Anak dapat menjelujur 5-9 lubang pola kendaraan Anak dapat menjelujur kurang dari 5 lubang pola kendaraan
2. Melalui metode ini, guru tidak harus memberikan materi sesuai dengan urutan format di buku
(dari bab awal sampai akhir) atau sesuai kurikulum, sebaliknya guru dapat mengatur ulang
urutan topik sesuai dengan prioritasnya.
3. Metode ini akan membuat siswa lebih memahami mata pelajaran yang diberikan.
4. Karena metode ini merangkaikan lebih dari satu bidang studi, maka dibutuhkan kerja sama
antar guru masing-masing bidang studi untuk membuat rangkaian kurikulum baru.
STAIPersis Taty Setiaty, M.Pd 23