makalah nata de coco
DESCRIPTION
Nata de coco merupakan makanan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba Acetobacter xylinum, yang berbentuk padat, berwarna putih, transparan, berasa manis dan bertekstur kenyal.Menurut penelitian dari Balai Mikrobiologi, Puslitbang Biologi LIPI, di dalam 100 gram Nata de Coco terkandung nutrisi, antara lain : kalori 146 kal; lemak 20 g; karbohidrat 36,1 mg; Ca 12 mg; Fosfor 2 mg; dan Fe 0,5 mg.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Nata de coco merupakan makanan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba
Acetobacter xylinum, yang berbentuk padat, berwarna putih, transparan, berasa manis dan
bertekstur kenyal. Seperti diketahui, Acetobacter xylinum ini menghasilkan enzim selulase.
Nata de coco rasanya menyegarkan dan mengandung banyak serat sehingga baik untuk
pencernaan. Nata de coco juga dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan
kolesterol
Nata berkalori rendah (kadar serat kasar 2,5%) memiliki kandungan air 98% dengan
tekstur agak kenyal, padat, kokoh, putih, dan trasparan. Serat yang ada dalam nata jenis ini
sangat dibutuhkan dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita diabetes
mengatasi masalah dehidrasi.
Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil
Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%,
sumber mineral yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung
pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan
pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum). Adanya gula sukrosa dalam air
kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber
karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk
Nata de Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan
meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan
membantu meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter
xylinum untuk menghasilkan selulosa. Dengan perrtimbangan diatas maka pemanfaatan
limbah air kelapa merupakan upaya pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki nilai
tambah.
II. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Nata de Coco ?
2. Apa peran dari bakteri Acetobacter Xylinum dalam pembuatan nata de coco?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan acetobacter xylinum dalam pembuatan nata de
coco ?
4. Bagaimana proses pembuatan nata de coco ?
5. Apa manfaat dari nata de coco ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari nata de coco ?
III. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian dari nata de coco
2. Untuk mengetahui peran bakteri Acetobacter Xylinum pada nata de coco.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan acetobacter xylinum
dalam pembuatan nata de coco
4. Untuk mengetahui cara pembuatan nata de coco
5. Untuk mengetahui manfaat dari nata de coco
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari nata de coco
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa,
santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang,
jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut Nata de
Coco. Di Indonesia, Nata de Coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de
Coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, Nata de Coco mulai dicoba pada tahun
1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975. Namun demikian, Nata de Coco mulai
dikenal luas di pasaran pada tahun 1981 (Sutarminingsih, 2004).
Nata diambil dari nama tuan Nata yang berhasil menemukan Nata de Coco. Dari
tangan tuan Nata, teknologi pembuatan nata mulai diperkenalkan kepada masyarakat luas di
Philiphina. Pada saat ini, Filiphina menjadi negara nomer satu di dunia penghasil nata. Nat de
coco dari Filiphina banyak diekspor ke Jepang (Warisno, 2006). Karena merupakan hasil
fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum, maka Nata de Coco dapat juga
dianggap sebagai selulosa bakteri yang berbentuk padat, berwarna putih, transparan, berasa
manis, bertekstur kenyal, dan umumnya dikonsumsi sebagai makanan ringan. Air kelapa
dapat dimanfaatkan sebagai substrat menghasilkan Nata de Coco karena mengandung gula,
mineral Mg2+, foktor pendukung pertumbuhan (growt promoting factor) untuk A.xylinum.
Pembuatan Nata de Coco dengan menggunakan substrat air kelapa dilakukan dengan cara
menambahkan gula sukrosa (gula pasir) 10%, urea 0,5%, asam asetat glasial 2% atau asam
cuka dapur 25% sebanyak 16 ml/ liter air kelapa.
Kandungan Gizi Nata
Menurut penelitian dari Balai Mikrobiologi, Puslitbang Biologi LIPI, di dalam 100
gram Nata de Coco terkandung nutrisi, antara lain : kalori 146 kal; lemak 20 g; karbohidrat
36,1 mg; Ca 12 mg; Fosfor 2 mg; dan Fe 0,5 mg. Nata juga mengandung air yang cukup
banyak (sekitar 80%), namun tetap dapat disimpan lama.Kandungan gizi nata yang
dihidangkan dengan sirup adalah sebagai berikut: 67,7 persen air, 0,2 persen lemak, 12 mg
kalsium, 5 mg zat besi, 2 mg fosfor, vitamin B1, protein, serta hanya 0,01 mikrogram
riboflavin per 100 gramnya.
II. BAKTERI PEMBENTUK NATA
Bibit natadalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata
jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen
melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan
enzim yang dapat menyusun zat gula(glukosa) menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari
jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-
benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut
sebagai nata.
Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal
bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada
suhu 28°– 31 °C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan
keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat
dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang
diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-
asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.
REAKSI BIOKIMIA YANG TERJADI
Substrat + mikroorganisme ————-> produk baru
Air kelapa + acetobacter xylinum ——————-> nata decoco
Nata decoco merupakan selulosa bakteri yang terbentuk sebagai aktifitas bakteri
acetobacter xylinum terhadap air kelapa. Selulosa ini merupakan produk bakteri untuk
membentuk slime (menyerupai kapsul) yang pada akhirnya bakteri tersebut terperangkap di
dalam masa fibrilar selulosa tersebut.
Sintesis
Air kelapa + acetobacter xylinum ———-> selulosa
Acetobacter xylinum merupakan suatu model sistem untuk mempelajari enzim dan
gen yang terlibat dalam biosintesis selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik
yang dikenal sebagai nata.Ketebalan jalinan selulosa sebagai hasil dari proses fermentasi
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah bekatul yang ditambahkan pada medium
fermentasi.
Nutrient(C,H,O,N)
Air kelapa + acetobacter xylinum —–> jumlah selulosa semakin banyak
ketersediaan nutrien yang cukup pada medium tumbuh menyebabkan bakteri mampu
melakukan metabolisme dan reproduksi yang cukup tinggi, sehingga produk metabolismenya
pun semakin banyak.
Monomer-monomer selulosa hasil sekresi Acetobacter xylinum terus berikatan satu
dengan yang lainnya membentuk lapisan-lapisan yang terus menerus menebal seiring dengan
berlangsungnya metabolisme Acetobacter xylinum. Semakin banyak hasil sekresi
Acetobacter xylinum, maka semakin tebal pula selulosa yang dihasilkan dari proses
fermentasi.
Berat selulosa yang dihasilkan semakin besar seiring dengan meningkatnya jumlah
nutrien yang ditambahkan pada medium tumbuh.Semakin banyak nutrien yang tersedia, maka
semakin banyak pula jalinan-jalinan selulosa yang dihasilkan sebagai produk metabolit
sekunder. Jalinan-jalinan selulosa tersebut terus berikatan membentuk ikatan yang kokoh dan
kompak.,berat sellulosa yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh tebal tipisnya selulosa, juga
dipengaruhi oleh kekompakan ikatan. Semakin kompak ikatannya akan semakin bertambah
beratnya.
Besar konsentrasi bekatul
Jalinan-jalinan selulosa ————> kadar seratnya semakin tinggi(selulosa tebal)
Kadar serat selulosa hasil fermentasi menunjukkan semakin besar konsentrasi bekatul
pada medium, semakin besar pula kadar serat yang dihasilkan. Hal ini mengindikasikan
semakin besar pula kemampuan Acetobacter xylinum menghasilkan metabolit sekunder, yang
berupa jalinan serabut selulosa yang termasuk serat kasar.
Banyaknya kandungan nutrien pada medium ini berpengaruh terhadap kadar serat
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena selama proses fermentasi, nutrien terus menerus
dipakai oleh Acetobacter xylinum untuk membentuk produk metabolisme. Nutrien yang
dibutuhkan oleh bakteri selama proses kehidupannya adalah makanan yang mengandung
unsur C, H, O dan N yang berguna untuk menyusun protoplasma. Nitrogen yang diperlukan
berguna untuk pembentukan protein yang penting pada pertumbuhan sel dan pembentukan
enzim. Kekurangan nitrogen menyebabkan sel kurang tumbuha dengan baik dan menghambat
pembentukan enzim yang diperlukan sehingga proses fermentasi dapat mengalami kegagalan
atau tidak sempurna. Nutrien yang berperan utama dalam proses fermentasi oleh Acetobacter
xylinum adalah karbohidrat sebagai sumber energi dan untuk perbanyakan sel.
Pada proses metabolismenya, selaput selulosa ini terbentuk oleh aktivitas Acetobacter
xylinum terhadap glukosa. Karbohidrat pada medium dipecah menjadi glukosa yang
kemudian berikatan dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) membentuk prekursor penciri
selulosa oleh enzim selulosa sintetase.kemudian dikeluarkan ke lingkungan membentuk
jalinan selulosa pada permukaan medium..
Selama metabolisme karbohidrat oleh Acetobacter xylinum terjadi proses glikolisis
yang dimulai dengan perubahan glukosa menjadi glukosa 6-posfat yang kemudian diakhiri
dengan terbentuknya asam piruvat. Glukosa 6-P yang terbentuk pada proses glikolisis inilah
yang digunakan oleh Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Selain metabolit sekunder, Acetobacter xylinum juga menghasilkan metabolit primer
berupa asam asetat, air dan energi yang digunakan kembali dalam siklus metabolismenya.
Asam asetat dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai substrat agar tercipta kondisi
yang optimum untuk pertumbuhannya dan untuk membentuk CO2 dan H2O.
Asam asetat + acetobacter xylinum —————> CO2 + H2O.
bakteri Acetobacter xylinum bersifat “overoxidizer” yaitu dapat mengubah asam asetat dalam
medium fermentasi menjadi CO2 dan H2O, apabila gula dalam medium fermentasi telah habis
dimetabolisir.
Sifat-sifat Acetobacter xylinum
1. Sifat Morfologi
Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2
mikron dan lebar 0,6 mikron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa
membentuk rantai pendek dengan satuan 6 – 8 sel. Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun
pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni
yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel dan koloninya.
Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat
dengan mudah diambil dengan jarum ose.
2. Sifat Fisiologi
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, dan propil alkohol, tidak
membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2dan
H2O. Sifat yang paling menonjol dari bakteri ini adalah memiliki kemampuan
mempolimerisasi glukosa hingga menjadi selulosa. Selanjutnya,selulosa tersebut membentuk
matrik yang dikenal sebagai nata. Faktor – faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisiologi
dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur, dan ketersediaan
oksigen.
III. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Acetobacter Xylinum dalam Pembuatan
Nata de Coco
1. Sumber karbon
Sumber karbon yang dapat digunakan dalam fermentasi nata adalah senyawa
karbohidrat yang tergolong monosakarida dan disakarida. Pembentukan nata dapat
terjadi pada media yang mengandung senyawa – senyawa glukosa, sukrosa, danlaktosa.
Sementara yang paling banyak digunakan berdasarkan pertimbangan ekonomis, adalah
sukrosa atau gula pasir. Penambahan sukrosa harus mengacu pada jumlah yang
dibutuhkan. Penambahan yang berlebihan, disamping tidak ekonomis akan mempengaruhi
teksturnata, juga dapat menyebabkan terciptanya limbah baru berupa sisa dari sukrosa
tersebut. Namun sebaliknya, penambahan yang terlalu sedikit, menyebabkan bibit nata menjadi
tumbuh tidak normal dan nata tidak dapat dihasilkan secara maksimal.
2. Sumber nitrogen
Sumber nitrogen bisa digunakan dari senyawa organik maupun anorganik. Bahan yang baik bagi
pertumbuhanAcetobacter xylinumdan pembentukan nata adalah ekstrak yeast dan kasein.
Namun, amonium sulfat dan amonium fosfat (di pasardikenal dengan ZA) merupakan
bahan yang lebih cocok digunakan dari sudut pandang ekonomi dan kualitas nata yang dihasilkan.
Banyak sumber N lain yang dapat digunakan dan murah seperti urea.
3. Tingkat keasaman (pH)
Meskipun bisa tumbuh pada kisaran pH 3,5 – 7,5 , bakteri Acetobacter xylinum sangat
cocok tumbuh pada suasana asam (pH 4,3). Jika kondisi lingkungan dalam suasana
basa, bakteri ini akan mengalami gangguan metabolisme selnya.
4. Temperatur
Adapun suhu ideal (optimal) bagi pertumbuhan bakteriAcetobacter xylinumadalah 280C – 310C.
Kisaran suhu tersebut merupakan suhu kamar. ). Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
akan mengganggu pertumbuhan bakteri pembentuk nata, yang akhirnya juga menghambat
produksi nata.
5. Udara (oksigen)
Bakteri Acetobacter xylinum merupakan mikroba aerobik. Dalam pertumbuhan,
perkembangan, dan aktivitasnya, bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Bila kekurangan oksigen,
bakteri ini akan mengalami gangguan dalam pertumbuhannya dan bahkan akan segera
mengalami kematian. Oleh sebab itu, wadah yang digunakan untuk fermentasi nata de
coco, tidak boleh ditutup rapat. Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, pada ruang
fermentasi nata harus tersedia cukup ventilasi..
6. Kualitas starter
Starter yang kurang baik akan menghasilkan nata yang kurang baik pula. Sebaiknya
digunakan starter yang berkualitas baik untuk mendapatkan nata dengan kualitas baik. Starter yang
berkualitas baik adalah starter yang tidak terkontaminasi, dengan ketebalan nata yang
sedang (tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis), dan berada pada lapisan atas permukaan
media fermentasi.
7. Kebersihan alat
Alat-alat yang tidak steril dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum. Sedangkan alat-alat yang steril dapat mendukung pertumbuhan
bakteri Acetobacter xylinum.
8. Jenis dan konsentrasi medium
Medium fermentasi harus mengandung banyak karbohidrat (gula) di samping vitamin – vitamin dan
mineral, karena pada hakikatnya nata tersebut adalah benang –benang halus dari sel bakteri yang
kaya akan selulosa yang diproduksi dari glukosa oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata
merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum, bakteri ini dapat tumbuh
dan berkembang dalam medium gula dan akan mengubah gula menjadi selulosa.
9. Waktu Fermentasi
Waktu fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata umumnya 2 – 4minggu.
Minggu ke 4 dari waktu fermentasi merupakan waktu maksimal produksi nata, yang
berarti lebih dari 4 minggu, maka kualitas nata yang diproduksi akan menurun.
10. Tempat Fermentasi
Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari logam karena mudah korosif yang
dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme pembentuk nata. Di samping itu tempat
fermentasi sebaiknya tidak terkena cahaya matahari langsung, jauh dari sumber panas,
dan harus berada dalam kondisi steril. Selain itu, dalam pembuatan nata juga harus
diperhatikan bahwa selama proses pembentukan nata berlangsung harus di hindari gerakan
atau goncangan di sekitar tempat fermentasi. Akibat adanya gerakan atau goncangan ini akan
menenggelamkan lapisan nata yang telah terbentuk dan menyebabkan terbentuknya lapisan nata
yang baru yang terpisah dari nata yang pertama. Hal ini menyebabkan ketebalan produksi nata tidak
standar. (Budiyanto, 2004).
IV. PROSS PEMBUATAN NATA DE COCO
Proses pembuatan Nata de Coco dibagi dalam tiga tahapan proses, yaitu :
a. Pre Treatment (tahap awal)
b. Treatment
c. Post Treatment (tahap akhir)
Masing-masing ketiga tahapan proses tersebut terdiri dari tahapan-tahapan proses
sebagai berikut :
1. Pre Treatment
Pre treatment adalah tahapan awal. Pada proses pembuatan Nata de Coco ini pre
treatment terdiri dari beberapa tahapan, antara lain :
a. Persiapan Substrat
Sustrat adalah media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, bentuk cair yang
didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum,
untuk menghasilkan Nata de Coco. Cara penyiapan substrat untuk pembuatan Nata de Coco
dengan bahan baku air kelapa ádalah sebagai berikut : Air kelapa yang diperoleh dari pasar
disaring dengan menggunakan kain saring bersih. Ke dalam air kelapa ditambahkan sukrosa
(gula pasir) sebanyak 10% (b/v). Gula ditambahkan sambil dipanaskan, diaduk hingga
homogen. Urea (sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa bergula yang disiapkan)
ditambahkan dan diaduk sambil didihkan. Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam
acetat glacial (asam cuka ) sebanyak 2% atau asam cuka dapur 25% (16 ml asam asetat untuk
setiap 1 liter air kelapa). Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam outoclave pada
suhu 121 oC, tekanan 2 atm, selama 15 menit (atau didihkan selama 15 menit).
b. Persiapan Media Stater
Starter adalah bibit Acetobacter xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat
pertumbuhan kultur tersebut sehingga populasi bakteri Acetobacter xylinum mencapai
karapatan optimal untuk proses pembuatan nata, yaitu 1 x 109 sel/ml. Biasanya kerapatan ini
akan dicapai pada pertumbuhan kultur tersebut dalam susbtrat selama 48 jam (2 hari).
Penyiapan starter adalah sebagai berikut : Substrat disterilkan dengan outoclave atau dengan
cara didihkan selama 15 menit. Setelah dingin kira-kira susu 40 oC, sebanyak 300 ml
dimasukkan ke dalam botol steril volume 500 ml. Substrat dalam botol steril diinokulasi
(ditanami bibit bakteri Acetobacter xylinum) sebanyak 2 ose (kira-kira 2 pentol korek api),
bibit Acetobacter xylinum. Substrat digojog, sebaiknya menggunakan shaker dengan
kecepatan 140 rpm ( secara manual digojog setiap 2-4 jam ). Starter ditumbuhkan selama 2
hari, pada suhu kamar.
2. Treatment
Treatment adalah tahapan inti dari proses pembuatan Nata de Coco dimana pada
tahapan ini terbentukklah Nata de Coco melalui proses fermentasi. Fermentasi adalah suatu
proses pengubahan senyawa yang terkandung di dalam substrat oleh mikroba (kulture)
misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain (misalkan selulosa / Nata de Coco), baik
merupakan proses pemecahan maupun proses pembentukan dalam situasi aerob maupun
anaerob. Di dalam proses fermentasi ini bisa terjadi proses katabolisme maupun proses
anabolisme. Pada proses fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum ini, enzim
akstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum akan mengubah zat gula
(sukrosa) menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air
kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya
nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Fermentasi substrat air kelapa yang telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya sebagai
berikut :
Substrat air kelapa disterilkan dengan menggunakan outoclave atau dengan cara didihkan
selama 15 menit. Substrat didinginkan hingga suhu 40oC. Substrat dimasukkan pada nampan
atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 5 cm.
Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10 % (v/v). Substrat
kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan kain kasa. Nampan diinkubasi atau
diperam dengan cara diletakan pada tempat yang bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan
menggunakan kain bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan
selama 10 – 15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digojok. Pada
umur 10-15 hari nata dapat dipanen.
3. Post Treatment
Post treatment adalah pengolahan tahap akhir. Post treatment ini terdiri dari proses :
a. Pemanenan
Nata de Coco yang dipanen pada umur 10-15 hari, dalam bentuk lembaran dengan
ketebalan 1 - 1,5 cm. Nata de Coco dicuci dengan menggunakan air bersih, diiris dalam betuk
kubus, dicuci dengan menggunakan air bersih. Nata de Coco direndam dalam air bersih
selama 2-3 hari. Agar rasa asam Nata de Coco hilang perlu direbus hingga selama 10 menit.
Hingga tahap ini telah dihasilkan Nata de Coco rasa tawar.
Untuk menghasilkan Nata de Coco siap konsumsi yang memiliki rasa manis dengan
flavour tertentu perlu dilakukan proses lanjut. Nata de Coco direbus dalam air bergula.
Penyiapan air bergula dengan cara menambahkan gula pasir sebanyak 500 gr ke dalam 5 liter
air ditambahkan vanili atau flavour agent lain untuk menghasilkan valour yang diinginkan.
Potongan Nata de Coco bentuk dadu dumasukkan kedalam air bergula selanjutnya direbus
hingga mendidih selama 15 menit. Nata de Coco didingankan dan siap untuk dikonsumsi.
b. Pengemasan
Kemasan merupakan aspek penting dalam rangka menghasilkan produk Nata de Coco
untuk keperluan komersial. Dengan demikian proses pengemasan perlu dilakukan secara teliti
dan detai prosesnya sehingga menghasilkan nilai tambah yang optimal dari manfaat dan
tujuan pengemamasan tersebut.
Kemasan terhadap produk Nata de Coco memiliki tujuan seabagai berikut:
Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak.
Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki
daya tarik yang lebih tinggi.
Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk.
Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.
Untuk menghasilkan kemasan yang baik dengan mempertimbangkan keawetan produk yang
dihasilakan perlu diperhatikan hal-hal sabagai berikut:
Kemasan harus bersih atau steril.
Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan
sehingga mikroba kontaminan tidak tumbuh.
Proses pengemasan produk Nata de Coco dapat dilakukan sebagai berikut; Nata de Coco
yang telah direbus dengan penambahan gula dan flavouring agent tertentu didinginkan hingga
suhu 40 oC (suma-suam kuku). Produk tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan
plastik atau cup secara aseptik untuk menghindari contaminan. Pengisian produk kedalam
kemasan harus penuh agar tidak tersisa udara dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan
tidak bisa tumbuh. Kemasan selanjutnya ditutup dengan menggunakan sealer. Setelah
pengemasan selesai produk dimasukkan dalam air dingin hingga produk menjadi dingan dan
segera ditiriskan. Selanjutnya produk yang telah dikemas dan didistribusikan atau disimpan
dalam penyimpan berpendingin agar tetap segar dan lebih awet.
V. Manfaat Nata de Coco
1. Kandungan Gizi
Seperti yang kita ketahui, kandungan air kelapa terdiri atas karbohidrat, potassium,
protein, lemak, kalsium, zat besi, fosfor, vitamin B kompleks, riboflavin serta nutrisi
lainnya. Selama proses mendidihkan air kelapa dan pengeraman, banyak nutrisi yang
hilang. Karena itu nilai gizi yang terkandung dalam nata de coco tidaklah cukup
sebagai asupan nutrisi bagi tubuh. Banyak produsen nata de coco yang pada kahirnya
melakukan fortifikasi pangan yaitu dengan menambahkan satu atau lebih zat gizi
(nutrien) kepangan ke dalam suatu produk yang akan dikonsumsi secara masal. Tentu
saja tujuannya untuk meningkatkan kandungan nutrisi di dalam produk tersebut.
Karena nilai manfaat nata de coco bertambah, diharapkan penerimaan konsumen akan
lebih baik lagi. Penambahan zat gizi biasanya berupa vitamin seperti vitamin C,
vitamin B1, riboflavin dan niasin. Serta ditambahkan juga mineral seperti fosfor dan
kalsium. Terkadang ditambahkan pula ekstrak perasa pisang, jeruk, stroberi dan
lainnya agar konsumen mudah menerima produk nata de coco ini.
2. Diet dan Sembelit
Karena kaya akan serat, nata de coco baik untuk melancarkan pencernaan. Salah
satunya untuk melancarkan pembuangan feses tubuh dan mencegah sembelit
(konstipasi). Selain itu, akibat rendahnya kandungan gizi, nata de coco aman
dikonsumsi mereka yang mengalami obesitas dan sedang melakukan diet randah
kalori guna menurunkan berat badan berlebih. Serat yang ada dalam nata jenis ini
sangat dibutuhkan dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita
diabetes mengatasi masalah dehidrasi.
VI. Keunggulan dan Kelemahan Nata De Coco
a. Keunggulan
Nata de coco merupakan produk biokovensional yang merupakan hasil fermentasi air
kelapa dengan bantuan bakteri Acetobcter xylinum. Nata De Coco banyak digemari
masyarakat sebagai cemilan atau pelepas dahaga. Keunggulan dari produk fermentasi ini
adalah kandungan air dan seratnya yang tinggi. Serat dalam Nata De Coco baik untuk
melancarkan proses pecernaan, selain itu nata de coco terbuat dari bahan yang mudah di
dapat dan harganya relatif murah. Air kelapa yang difermentasi menjadi nata de coco
meningkatkan nilai jual karena sudah terolah dalam bentuk yang menarik dan rasa yang lebih
enak, sehingga nata de coco dapat dijadikan sebagai produk rumahan atau industri yang
menjanjikan.
b. Kelemahan
Kelemahan dari produk fermentasi ini tidak terlalu banyak, hanya saja pada saat
proses pembuatan nata de coco bayak zat gizi yang terkandung di dalam air kelapa hilang
akibat proses pemanasan sehingga hasil akhir nata de coco sedikit mengandung zat-zat gizi
dan perlu dilakukan proses penambahan zat gizi.
(http://inacofood.wordpress.com)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco).