makalah otot
DESCRIPTION
Otot merupakan bagian dari tubuh yang berfungsi sebagai sistem pergerakan. 50% dari tubuh adalah otot. Sebagian besar menyelaputi rangka dan tersusun teratur dibawah kulit. Sebagai alat pergerakan otot dilengkapi oleh jaringan pengikat, pembuluh darah dan urat saraf.Otot bersifat kontraktil atau dapat melakukan kontraksi, hal tersebut menyebabkan otot dapat melakukan sistem pergeraknnya. Dibedakan menjaadi dua antara pergerakan secara sadar dan tidak sadar dengan suatu sistem yang melibatkan komponen protein.Selain otoy tubuh manusia juga terdiri dari rangka, rangka tubuh manusia terdiri dari kira-kira 206 buah yang satu sama lainnya berhubungan. Fungsi dari system rangka antara lain memberi tompangan dan bentuh pada tubuh, pergerakan, perlindungan, pembentukan sel darah, dan tempat penyimpanan mineral.TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otot merupakan bagian dari tubuh yang berfungsi sebagai sistem
pergerakan. 50% dari tubuh adalah otot. Sebagian besar menyelaputi rangka
dan tersusun teratur dibawah kulit. Sebagai alat pergerakan otot dilengkapi
oleh jaringan pengikat, pembuluh darah dan urat saraf.
Otot bersifat kontraktil atau dapat melakukan kontraksi, hal tersebut
menyebabkan otot dapat melakukan sistem pergeraknnya. Dibedakan
menjaadi dua antara pergerakan secara sadar dan tidak sadar dengan suatu
sistem yang melibatkan komponen protein.
Selain otoy tubuh manusia juga terdiri dari rangka, rangka tubuh manusia
terdiri dari kira-kira 206 buah yang satu sama lainnya berhubungan. Fungsi
dari system rangka antara lain memberi tompangan dan bentuh pada tubuh,
pergerakan, perlindungan, pembentukan sel darah, dan tempat penyimpanan
mineral.
Saat melakukan aktifitas otot menggunakan banyak energi dan oksigen.
Telah diketahui bahwa kelelahan otot merupakan ketidak mampuan otot
untuk berkontraksi secara cepat dan kuat (Kuntarti, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah mekanisme kerja otot dapat menyebabkan kelelahan otot
1.3 Tujuan
1. Mengetahui struktur otot
2. Mengetahui jenis-jenis otot
3. Mengetahui mekanisme kontraksi otot
1.4 Hipotesa
Mekanisme kerja otot dapat menyebabkan kelelahan otot
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otot
Otot (muscle) adalah organ tubuh kontraktil guna mengadakan gerakan.
Kontraktil (contractile) yaitu bersifat dapat berkontraksi (Kamus Kedokteran
FKUI, 2011).
Jaringan otot, yang mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, pada umumnya
tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi,
sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan (Sloane,
2003).
Jaringan otot merupakan jaringan yang menunjukkan kerja mekanis dengan
cara berkonttaksi. Jika ada sesuatu yang merangsang (stimulus) datang pada
sel-sel otot, maka sel-sel otot tersebut menyambutnya dengan cara mengubah
sitoplasma sel. Sel-sel otot akan memendekkan dirinya dalam arah tertentu
(Irianto, 2012).
2.1.1 Struktur Otot
Dengan adanya struktur otot pada tubuh manusia, terjadinyalah
pergerakan. Peristiwa mata berkedip, bernafas, menelan, peristaltik
usus dan aliran darah kesemuanya itu merupakan hasil kerja otot
(Setiadi, 2007).
Ada beberpa bagian yang perlu diketahui dari masa otot, antara lain:
a. Origo, yaitu tempat lekat otot pada tulang yang relatif diam
sewaktu kontraksi otot.
b. Insertio, yaitu tempat lekat otot pada tulang yang relatif banyak
berpindah saat kontraksi.
c. Tendo, yaitu jaringan ikat yang kuat dan melekat pada tulang
berfungsi sebagai tali penarik pada pergerakan.
d. Ligamentum, yaitu jaringan ikat penghubung tulang maupun sendi-
sendi.
e. Kartilago, yaitu tulang rawan.
3
2.1.2 Fungsi Otot
1. Pergerakan
Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat
dan bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh (Sloane, 2003).
2. Penompang tubuh dan mempertahanka postur
Otot menompang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada
dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi (Sloane,
2003).
3. Produksi panas
Kontraksi otot secara metabolisme menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu normal tubuh (Sloane, 2003).
2.1.3 Ciri-ciri Otot
1. Kontraksi
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin
juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terelongasi
karena kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat
hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas (Sloane, 2003).
2. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespons denan kuat jika distimulasi oleh implus
saraf (Sloane, 2003).
3. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang
otot saat refleks (Sloane, 2003).
4. Elastisitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi
atau meregang (Sloane, 2003).
4
2.1.4 Jenis-jenis Otot
1. Otot rangka adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Setiap
serabut memiliki banyak inti, yang tersusun di bagian perifer.
Kontraksinya cepat dan kuat (Sloane, 2003).
2. Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan
uterus serta pada dinding tuba, seperti sistem respiratorik. Kontraksinya
kuat dan lamban (Sloane, 2003).
3. Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada
jantun. Otot jantung merupakan kombinasi otot rangka dan otot polos.
Kontraksi otot jantung kuat dan berirama (Sloane, 2003).
2.1.5 Mekanisme Kerja Otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan Hansen dan Huxly (1995) maka
munculah teori sliding filaments yaitu teori yang menyatakan bahwa
kontraksi terjadi berdasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot
kontraktil yang berupa aktin dan miosin.
Sumber energi untuk melakukan kontraksi didapat dari ATP yang
dihasilkan dari glikolisis pada mitokondria baik aerob maupun anaerob
serta dari penumpukan ATP saat otot beristirahat.
Miosin dan aktin terhalang oleh tropomiosin untuk melakukan sliding
filament maka dibutuhkan molekul kalsium untuk membuka
tropomiosin yang ditangkap oleh troposin yang melekat pada aktin.
Pergerakan kepala miosin dilakukan oleh ADP yang dihasilkan dari
pemecahan ATP oelh enzym ATPase yang terdapat pada kepala miosin.
Siklus tersebut berlangsung terus menerus, sehingga terjadi
pemendekan pada otot atau dinamakan kontraksi.
2.1.6 Karakteristik dan Sifat Kerja Otot
Otot adalah sebagai jaringan yang kontraktil atau dapat melakukan
kontraksi. Pada saat otot aktif akan berkontraksi dan memendek,
5
berbeda saat relaksasi atau saat otot beristirahat. Otot memiliki karakter
utama yaitu:
a. Kontraksibilitas; kemampuan otot untuk memendek
b. Ekstensibilitas; kemampuan otot untuk memanjang, otot menjadi lebih
panjang dari ukuran semula
c. Elastisitas; kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
d. Kepekaan terhadap rangsangan, otot mampu mengadakan tanggapan
apabila ototdirangsang
Dalam bekerja otot berpasangan dengan otot yang lain. Sifat kerja otot
pada pasangannya dibedakan atas;
a. Sinergis
Pasangan otot yang kontraksinya gerak searah dan bekerjanya saling
menguatkan Contoh: Pranotot teres dan pranotor kuadratus (otot-otot
tulang rusuk saat bernafas).
b. Antagonis
Pasangan otot yang bekerjanya berlawanan. Jika yang satu berkontraksi
maka yang lain mengalami relaksasi, begitupun sebaliknya. Contoh:
- Pronasi dan Supinasi (menelungkup-menengadah); pada telapak
tangan.
- Fleksi dan Ekstensi (membengkokan-meluruskan); pada sendi siku
dan lutut (bisep dan trisep).
- Abduksi dan Adduksi (menjauhi-mendekati badan); pada sendi lengan
atas dan sendi paha.
- Depresi dan Elevasi (bawah-atas); ketika kepala menunduk dan
menengadah.
6
Gambar 2.1. Antagonis bisep dan trisep
2.1.7 Sumber Energi untuk Kontraksi
Karena ATP (Adenosht Tri Phosphat) yang tersimpan dalam otot
biasanya akan habis setela sepuluh kali kontraksi, maka ATP harus
dibentuk kembali untu kelangsungan aktivitas otot melalui sumber lain
(Sloane, 2003).
1. Kreatin fosfat (CP), senyawa berenergi tinggi lainnya,
merupakan sumber energi yang berlangsung tersedia untuk
memperbarui ATP dari ADP (CP + ADP ATP+ kreatin)
(Sloane, 2003).
2. Reaksi anareob (jalur glikolisi)
a. Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen
dengan menggunakan ATP yang dihasilkan melalui glikolisis
anaerob, langkah pertama dalam respirasi selular (Sloane,
2003).
b. Glikolisis berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan
oksigen, dan melibatkan pengubahan satu molekul glukosa
menjadi dua molekul asam piruvat (Sloane, 2003).
c. Glikolisis anareob berlangsung cepat tetapi tidak efisien
karena hanya menghasilkan dua molekul ATP per molekul
glukosa. Glikolisis dapat memenuhi kebutuhan ATP untuk
7
kontraksi otot dalam waktu singkat jika persediaan oksigen
tidak mencukupi (Sloane, 2003).
d. Pembentukan asam laktat dalam glikolisis anaerob. Tanpa
oksigen, asam piruvat diubah menjadi asam laktat. Jika
aktivitas yang dilakukan sedang dan singkat, persediaan
oksigen yang adekuat akan menghalangi akumulasi asam
laktat. Asam laktat berdifusi ke luar dari otot dan dibawa ke
hati untuk disintesis ulang menjadi glukosa (Sloane, 2003).
3. Reaksi aerob (memakai oksigen)
a. Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang terbentuk
melalui glikolisis anaerob mengalir ke mitokondria
sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat untuk
oksidasi (Sloane, 2003).
b. Jika ada oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi
karbon dioksida, air dan energi (ATP) (Sloane, 2003).
c. Reaksi aerob berlangsung lambat tetai efisien, menghasilkan
energi sampai 36 mol ATP per mol glukosa (Sloane, 2003).
4. Oxygen debt. Saat terjadi aktivitas berat yang singkat, penguraian
ATP berlangsung dengan ce[at sehingga simpanan energi anaerob
menjadi cepat habis. Sistem respiratorik dan pembuluh darah tidak
dapat menghantar cukup oksigen ke otot untuk membentuk ATP
melalui reaksi aerob (Sloane, 2003).
.
2.1.8 Jenis-jenis Kelainan Otot
Kelaianan pada otot dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebagai
berikut:
1) Atrofi
Atrofi merupakan suatu keadaan mengecilnya otot sehingga
kehilagan kemampuan berkontraksi.
2) Kelelahan otot
Kelelahan otot terjadi karena terus menerus melakukan aktivitas, dan
bila ini berlanjut dapat menyebabkan kram.
8
3) Tetanus
Tetanus adalah otot yang terus menerus berkontraksi (tonus atau
kejang) akibat serangan bakteri Clostridium tetani.
4) Miestenia gravis
Miestenia gravis adalah melemahnya otot secara berangsur-angsur
sehingga menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Penyebabnya
belum diketahui dengan pasti.
5) Kaku leher (stiff)
Stiff adalah peradangan otot trapesius leher sehingga leher terasa
kaku. Stiff terjadi akibat kesalahan gerak.
2.1.9 Kelelahan Otot
Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan kondisi melemahnya
tenaga untuk melakukan sesuatu.
Kelelahan pada otot terjadi akibat ketidak seimbangan kebutuhan
energi (ATP) untuk aktivitas (kontraksi) otot dengan suplai O2 dan
glukosa dengan aliran darah. Otot terpaksa menggunakan likolisis
anerobik untuk memenuhi tuntutan aktifitas dan terpisahlah asam laktat
yang merupakan racun bagi otot dan timbul kelelahan. Kekurangan
oksigen tersebut harus dipenuhi kembali setelah aktivitas (seperti;
olahraga) selesai untuk memproses perubahan asam laktat dan
menggantikan glikolisis aerobik yang tanpa zat sisa penyebab kelelahan
otot (Setiadi, 2007).
2.2 Rangka
Kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi
beberapa organ lunak terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka
juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan
permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka (Pearce, 2008)
9
2.2.1 Fungsi Sistem Rangka
1. Tulang memberikan topangan dan bentuk pada tubuh (Sloane, 2003).
2. Pergerakan. Tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah
sendian dan berfungsi sebagai pengungkit. Jika otot-otot (yang tertanam
pada tulang) berkontraksi, kekuatan yang diberikan padapengukit
menghasilkan gerakan (Sloane, 2003).
3. Perlindungan. Sistem rangka melindungi organ-organ lunak yang ada
dalam tubuh (Sloane, 2003).
4. Pembentukan sel darah (hematopoiesis). Sumsum tulang merah yang
ditemukan pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan
vetebra, tulang pipih pada kranium, dan pada bagian ujung tulang
panjang, merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit darah (Sloane, 2003).
5. Tempat penyimpanan mineral. Matriks tulang tersusun dari sekitar 62%
garam anorganik, terutama kalsium fosfat dan kalsium karbonat dengan
jumlah magnesium, klorida, florida, sitrat yang lebih sedikit rangka
mengandung 99% kalsium tubuh, kalsium dan fosfor disimpan dalam
tulang agar bisa ditarik kembali dan dipakai untuk fungsi-fungsi tubuh;
zat tersebut kemudian diganti melalui nutrisi yang diterima (Sloane,
2003).
2.3 Saraf
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
sertaerdiri terutama dari jaringan saraf.dalam mekanisme sistem saraf,
lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dam diatur.
Kemampuan khusus seperti iritbilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus,
dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons
terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga carara utama:
1. Input sensorik
2. Aktivitas integratif
3. Output motorik
10
BAB III
KONSEP MAPPING
Mekanisme Kerja Otot
Kontraksi
Otot mengkerut
Relaksasi
Respirasi
anaerob
Penguraian
ATP
ATP ADP+P+energi
Otot mengendur Pembentukan ATP
Respirasi aerob
Glikogen
Sumber energi
cadangan
Kelelahan otot
Asam laktat
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Otot terdiri dari otot polos yang fungsinya diatur oleh sistem saraf tak sadar,
otot rangka yang mempunyai perlekatan pada tulang dan fungsi utamanya
adalah penggerak tulang, dan otot jantung yang terletak pada jantung serta
pergerakannya dibawah pengaruh saraf tidak sadar (saraf otonom).
Rangka manusia dewasa terdiri dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang
membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh.
Sistem koordinasi bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya, dan
menanggapi rangsangan. Sistem koordinasi pada manusia meliputi sistem
saraf yang dibedakan menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sistem saraf pusat merupakan pusat dari sistem saraf, yang terdiri dari
otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf
sadar dan sistem tak sadar.
ATP disintesis pada mitokondria melalui fosforilasi oksidasif. Glikolisis
aerob dan anaerob dapat terjadi pada kontraksi otot. Glikolisis aerob
menghasilkan 36 ATP, mealui proses yang panjang. Disaat otot melakukan
kontraksi yang lma sehingga asupan O2 tidak memenuhi untuk mitokondria
melakukan glikolisis aerobm makan akan terjadi glikolisis anaerob yang
menghasilkan 2 ATP dan asam laktat. Karena proses yang singkat maka
jumlah ATP jauh lebih kecil, dibanding dengan kebutuhan otit akan ATP
yang banyak, sehingga proses tersebut terjadi berulang kali dan terjadi
penumpukan asam laktak. Hal itulah penyebab adanya kelelahan pada otot.
Laktat dapat dihidroganise oleh jantung untuk dirubah menjadi piruvat dan
masuk kembali dalam siklus asam trikarboksilat atau dipecah dihati untuk
menjadi glukosa.
Jumlah ATP yang menumpuk, disaat otot tidak melakukan kontraksi atau
istirahat, akan menyebabkan penimbunan ATP konsentrasi tinggi yang
mennyebabkan pemindahan gugus fosfat (CK) ceratin kinase atau disebut
dengan fosfor kinase; merupakan cadangan energy pertama. Otot istirahat
memiliki lima kali CK lebih besar daripada ATP.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot
memendek juka sedang berkontraksi dan memanjang jika sedang berelaksasi.
Berdasarkan jenisnya, otot terbagi menjadi tiga, yaitu: otot polos, otot rangka,
otot jantung.
Otot rangka adalah otot yang bekerja dibawa kesadaran. Kontraksinya cepat
dan kuat. Otot polos dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti
kandung kemihuterus, serta dinding tuba. Kontraksi otot polos kuat dan
lamban. Otot jantung hanya ditemukan pada jantung. Otot jantung juga
merupakan kombinasi otot rangka dan otot polos. Kontraksi otot jantung kuat
dan berirama.
ATP merupakan sumber energi. ATP yang tersimpan dalam otot biasanya
akan habis setelah sepuluh kali kontraksi, maka ATP harus dibentuk kembali
untuk melakukan kembali aktivitas.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kuntarti. 2006. Sistem Saraf Motorik. Jakarta: Biomed
Kamus Kedokteran ed.6. 2011. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Setiadi. 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Ismail, 2012. Faktor penyebab kelelahan. Sumber
Budiyono, setiadi. 2011. Anatomi tubuh manusia. Bekasi: Laskar aksara
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi & Fisiologi. Jakarta : EGC.
Pearce, Evelin C. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:
PT Gramedia
Muscular System. http://www.innerbody.com/image/musfov.html. diakses
tgl 25 Maret 2014.