makalah parkinson tk.iib1
DESCRIPTION
KMBTRANSCRIPT
KELOMPOK III
IIB1
APRILIA WULANDARI
JUNHADI FIKRI
MARETTA FITRIANTI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul
sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara
keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di
Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri,
dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita.
Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik
menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena
dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada penderita Parkinson.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, penyebab,tanda gejala, diagnosa, dan
penatalaksanaan medis dari penyakit parkinson.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1Pengertian
1. Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai pusat otak
yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengantur gerakan. Karakteristik yang
muncul berupa bradikinesia (pelambatan gerakan),tremor dan kekuatan otot. (Brunner &
Suddarth, 2001)
2. Penyakit Parkinson (Parkinson’s diease) adalah penyakit saraf progresif yang berdampak
terhadap respons mesenfalon danpergerakan regulasi. (Fransisca, 2009).
3. Parkinsonisme adalah istilah dari suatu sindrom ditandai dengan tremor ritmik,
bradikinesia, kekuatan otot, dan hilangnya refleks-refleks postural. (Arif Muttaqin, 2009).
2.2Etiologi
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-
faktor :
1. Defisiensi dopamine dalam subtansia nigra di otok memberikan respon gejala penyakit
Parkinson
2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau
penyebab lainnya yang tidak diketahui.
2.3 Manifestasi Klinis
Penyakit Parkinson mempunyai gejala klinis sebagai berikut:
1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan
2. Tremor yang menetap 4-5 Hz
3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol
4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur,berkeringat,hipotensi ortostatik)
5. Depresi, demensia
6. Wajah seperti topeng.
2.4 Patofisiologi
2.5 Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis sindrom parkinson mudah ditegakkan tetapi harus disahakan
menentukan jenis untuk mendapat gambaran tentang etiologi,prognosis dan
penatalaksaannya.
1. Parkinsonismus primer/idiopatik paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas. Kira-
kira 7 dari 8 kasus Parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinsonismus sekunder/ simtomatik.
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain :TB, sipilis meningovaskuler,
iatrogenic atau drug induced, misalnya golongan fenoiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-
lain, misalnya : perdarahan serebral pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infrak
lakuner, tumor serebri hipoparatoroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom paraparkinson ( parkins plus )
Pada kelompok ini gejalanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan. Jenis
ini didapat pada penyakit Wilson, hidrosefalus normotensif dan syndrome Shy-drager.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. CSS
Biasanya dalam batas normal dapat menunjukkan sedikit peningkatan konsentrasi protein
pencitran
2. CT scan
Hasil normal atau dapat menunjukkan atrofi sebral.
3. MRI
Untuk menyingkirkan penyebab lain
4. Darah
Hitung darah lengkap : anemia mikrositik ringan kadar obat serum untuk menyingkirkan
Parkinsonisme akibat / obat penyekat dopamin
5. Pemerikasaan GI
Hipomotilitas, pelambatan pengosongan lambung, sebagai derajat distensi usus.
6. EEG
Normal dengan perlambatan minimal pelambatan nyata atau sedang dan/atau disorganisasi
(dengan demensia nyata atau bradikinensia )
7. Sinar –X tengkorak
Pemeriksaan sineradiografik terhadap kemampuan menelan.
2.7 Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan
trauma karena jatuh.
2.8 Penatalaksanaan
1. Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sedative dan antikolinergic pusat ringan, dapat membantu
menghilangkan tremor.
2. Terapi anti koligenergik
Agen antikolinergic ( priheksifenidil , proksiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif
mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat – obatan ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan levodopa. Agen ini meniadakan aksi asetilkolin pada system persarafan
pusat. Efek samping mencangkup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah,
konstipasi, retensi urine, dan konduksi akut. Tekanan intraokuler di pantau ketat karna obat-
obat ini kontraindikasi pada pasien dengan glaukoma sedikit sekalipun. Pasien-pasien dengan
hyperplasia prostatic dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine.
3. Amantadin hidrokhlorida
Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agen-agen antivirus yang digunakan pada awal
pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor, dan bradikinesi. Agen
ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamine dari daerah penyimpanan di dalam
saraf. Reaksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatri (perubahan perasan hati, konfusi,
halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing dan gangguan penglihatan.
4. Terapi levodopa
Walupun levodopa bukan untukpengobatan, saat ini merupakan agen yang paling efektif
untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4) L (MD4) – dopa
menjadi dopamin pada bangsal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamine dengan
konsentrasi normal yang terdapat di dalam sel-sel subtansia nigra mejadi hilang yaitu pada
pasien penyakit Parkinson. Gejala dapat hilang akibat kadar dopamine yang lebih tinggi yang
ada bersamaan dengan levodopa.
5. Derivat Ergoet-Angonis Dopamin
Agen-agen ini ( bromokriptin dan pergolid) dianggap menjadi angonis reseptor dopamine;
agen ini beranfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada pasien yang mengalami reaksi
on-off terhadap fluktuasi klinis ringan.
6. Inhibitor MAO
Eldepril adalah salah satu dari perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat
ini menghambat pemecahan dopamine sehingga meningkatkan jumlah dopamine tercapai,
tidak seperti bentuk terapi lainnya age mini secara nyata memperlambat progresi penyakit.
7. Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat di berikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi pada
penyakit Parkinson.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Anamnesis
Anamnesis pada Parkinson meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien.
b. Meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-60 tahun), jenis
kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan. Alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam masuk RS, nomor register, dan diagnosa medis.
c.Keluhan Utama
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks
postural.
d. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian
yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Adanya
perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas
deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit
menelan, konstipasi.
e. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka
waktu yang lama.
f. Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes
melitus.
g. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat,dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Adanya perubahan pada tanda vital,yaitu bradikardi,hipotensi,dan penurunan frekuensi
pernapasan
B1 (Breathing)
Inspeksi: penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum,sesak
napas,dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi: ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi: ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi.
B2 (Blood)
Hipotensi postural.
B3 (Brain)
Perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh otot,dan kaku pada seluruh
gerakan.
Tingkat kesadaran
Biasanya compos mentis
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik
jangka pendek dan memori jangka panjang.
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I: Fungsi penciuman tidak ada kelainan
Saraf II: Penurunan ketajaman penglihatan
Saraf III,IV,dan VI: Sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena
tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
Saraf V: Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami
penurunan,saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata)
Saraf VII: Persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis
dan penurunan aliran darah regional
Saraf IX dan X: Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan
Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII: Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Sistem motorik
Inspeksi gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan tonus otot, ditemukan
meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi,ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan
otot,kelelahan,perubahan pada gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan.
Sistem Sensorik
Mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif
B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum. Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
B5 (Bowel)
Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena
kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam menelan,konstipasi karena penurunan aktivitas.
B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor dan kaku pada
seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
b. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya
kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan termor, pelambatan
dalam proses makan serta kesulitan menelan dan mengunyah
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara,
perlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
e. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.
3.3 Intervensi
DIAGNOSA KEPERAWATAN I
HAMBATAN MOBILITAS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAKUAN
DAN KELEMAHAN OTOT (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot, dan klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
INTERVENSI RASIONALISASI
Kajian mobilitas yang ada dan observasi
terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara
teratur fungsi motorik.
Kajian mobilitas yang ada dan observasi
terhadap peningkatan kerusakan.
Lakukan program latihan meningkatkan
kekuatan otot.
Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,
menurunkan kekakuan otot, dan mencegah
kontraktor bila otot tidak digunakan.
Lakukan latihan postural. Latihan postural untuk melawan
kecenderungan kepala dan leher tertarik ke
depan dan ke bawah.
Ajarkan teknik berjalan khusus :
Ajarkan untuk berkonsentrasi pada
berjalan tegak, memandang lurus ke depan,
dan menggunakan cara berjalan dengan dasar
lebar.
Klien dianjurkan untuk latihan berjalan
serupa dengan barisan music marching atau
suara dengan birama lagu, karena hal ini
memberikan rangsangan sensori;
Latihan bernapas sambil berjalan
membantu untuk menggerakkan rangka
Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari
untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret
dan kecenderungan tubuh condong ke depan.
tulang rusuk dan transpor oksigen untuk
mengisi bagian paru-paru yang miskin
oksigen;
Periode istirahat yang sering untuk
membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
Anjurkan mandi hangat dan masase otot. Mandi hangat dan masase membantu otot-otot
rileks pada aktivitas pasif dan aktif serta
mengurangi nyeri otot akibat spasme yang
mengakibatkan kekakuan.
Bantu klien melakukan latihan ROM,
perawatan diri sesuai toleransi.
Untuk memelihara fleksibitas sendi sesuai
kemampuan.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien.
Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi
ekstremitras dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik dan tim fisioterapis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN II
DEFISIT PERAWATAN DIRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN
NEUROMUSCULAR, MENURUNNYA KEKUATAN, KEHILANGAN KONTROL
OTOT/KOORDINASI. (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan : Keperawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri,
klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, dan
mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan
dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
Membantu dalam mengantisipasi dan
merencanakan pertemuan kebutuhan individu
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien
dan bantu bila perlu.
Klien dalam keadaan cemas dan tergantung
hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan
harga diri klien.
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas. Dukungan pada klien selama aktivitas
kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan
perawatan diri.
Rencanakan tindakan untuk defisit Klien akan mampu melihat dan memakan
penglihatan seperti tempatkan makanan dan
peralatan dalam suatu tempat, dekatkan
tempat tidur ke dinding.
makanan, akan mampu melihat keluar
masuknya orang ke ruangan.
Modifikasi lingkungan Modifikasi lingkungan diperlukan untuk
mengompensasi ketidak mampuan fungsi.
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur Penggunaan pagar di sekeliing tempat tidur,
baik tempat tidur di rumah sakit maupun di
rumah, atau sebuah tali yang diikatkan pada
kaki tempat tidur untuk memberi bantuan
dalam mendorong diri untuk bangun tanpa
bantuan orang lain.
Kolaborasi :
Pemberian supositoria dan pencahar;
konsul ke dokter terapi okupasi
Pertolongan utama terhadap fungsi usus atau
defekasi. Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus.
DIAGNOSA KEPERAWATAN III
PERUBAHAN NUTRISI, KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH YANG
BERHUBUNGAN DENGAN TREMOR, PELAMBATAN DALAM PROSES MAKAN,
SERTA KESULITAN MENGUNYAH DAN MENELAN. (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria : Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Memperhatikan kenaikan berat
badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi kemampuan makan klien Klien mengalami keslitan dalam
mempertahankan berat badan mereka.
Observasi/timbang berat badan jika
memungkinkan.
Tanda kehilangan berat badan (7-10%).
Manajemen mencapai kemampuan menelan
Gangguan menelan disebabkan oleh
tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai
menelan, kesulitan dalam membentuk
makanan dalam bentuk bolus.
Makanan setengah padat dengan
Meningkatkan kemampuan klien dalam
menelan dan dapat membantun pemenuhan
nutrisi klien via oral.
Tujuan lain adalah mencegah terjadinya
kelelahan, memudahkan masuknya makanan,
dan mencegah gangguan pada lambung.
sedikit air memudahkan untuk menelan.
Klien dianjurkan untuk menelan
secara berurutan.
Klien diajarkan untuk meletakkan
makanan di atas lidah, menutup bibir dan
gigi, dan menelan.
Klien dianjurkan untuk mengunyah
pertama kali pada satu sisi mulut dan
kemudian ke sisi lain.
Untu kmengontrol saliva, klien
dianjukrna untuk menahan kepala tetap tegak
dan membuat keadaan sadar untuk menalan.
Masase otot wajah dan leher sebelum
makan dapat membantu
Berikan makanan kecil dan lunak.
Monitor pemakaian alat bantu Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga
makanan tetap hangat. Penggunaan piring
yang stabil, cangkir yang tidak pecah bila
jatuh, dan alat-alat makan yang dapat
digenggam sendiri digunakan sebagai alat
bantu.
Kajilah fungsi system gastrointerstinal, yang
meliputi suara bising usus, catat terjadi
perubahan di dalam lambung serprti mual,
dan muntah. Observasi perubahan pergerakan
usus, misalnya diare, konstipasi.
Fungsi system gastrointestinal sangat penting
untuk memasukkan makanan. Ventilator
dapat menyebabkan kembung pada lambung
dan perdarahan lambung.
Anjurkan pemberian cairan 2.500 cc/hari
selama tidak terjadi ganggungan jantung.
Mencegah terjadinya dehidrasi akibat
penggunaan ventilator selama tidak sadar dan
mencegah terjadinya konstipasi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang
diindikasikan, seperti : serum, transferrin,
BUN/kreasinin dan glukosa
Memberikan informasi yang tepat tentang
keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.
DIAGNOSA KEPERAWATAN IV
KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENURUNAN VOLUME BICARA, PERLAMBATAN BICARA,
KETIDAKMAMPUAN MENGGERAKKAN OTOT-OTOT WAJAH. (Arif Muttaqin,
2008)
Tujuan : Klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai
kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria : Klien dapat berkomunikasi dengan sumber kemampuan yang ada.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi Gangguan bicara ada pada banyak klien yang
mengalami penyakit Parkinson.
Menentukan cara-cara berkomunikasi, seperti
mempertahankan kontak mata, pertanyaan
denga jwaban ya atau tidak, menggunakan
kertas dan pensil/bolpoin, gambar atau papan
tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dari
komunikasi yang disampaikan.
Mempertahankan kontak mata akan membuat
klien interes selama komunikasi. Jika klien
dapat menggerakkan kepala, mengedipkan
mata, atau senang dengan isyarat-isyarat
sederhana, lebih baik dengan menggunakan
pertanyaan ya/tidak.
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila
terpasang intravenous kateter.
Kateter intravena yang terpasang di tangan
akan mengurangi kebebasan menulis/memberi
isyarat.
Letakkan bel/lampu panggilan di tempat yang
mudah dijangkau, dan berikan penjelasan
cara menggunakannya. Jawab panggilan
tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan
klien. Katakan kepada klien bahwa perawat
siap membantu jika dibutuhkan.
Ketergantungan klien pada ventilator akan
lebih baik dan rileks, persaan aman, dan
mengerti bahwa selama menggunakan
ventilator, perawat akan memenuhi segala
kebutuhannya.
Buatlah catatan di kantor perawatan tentang
keadaan klien yang tak dapat berbicara.
Mengingatkan staf perawatan untuk
berespons dengan klien selama memberikan
perawatan.
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat
dengan klien untuk berbicara dengan klien,
memberikan informasi tentang keluarganya
dan keadaan yang sedang terjadi.
Keluarga dapat merasakan akrab dengan klien
berada dekat klien selama berbicara, dengan
pengalaman ini dapat
membantu/mempertahankan kontak nyata
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu
dalam membentuk peningkatan latihan
percakapan dan membantu petugas kesehatan
untuk mengembangkan metoda komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan klien.
DIAGNOSA KEPERAWATAN V
KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI
DAN DISFUNGSI KARENA PERKEMBANGAN PENYAKIT (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan : Koping individu menjadi efektif.
Kriteria : Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi
dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi,
mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa
harga diri yang negatif.
INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan
hubungan dengan derajat ketidakmampuan
Menentukan bantuan individual dalam
menyusun rencana perawatan atau pemilihan
intervensi.
Dukung kemampuan koping Kepatuhan terhadap program latihan dan
berjalan membantu memperlambat kemajuan
penyakit.
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh
seperti sekarat atau mengingkari dan
menyatakan inilah kematian
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh
atau perasaan negative terhadap gambaran
tubuh dan kemampuan yang menunjukkan
kebutuhan dan intervensi serta dukungan
emosional.
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan
tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian
Membantu klien untuk melihat bahwa
peRawat menerima kedua bagian sebagai
tentang realitas bahwa masih dapat
menggunakan sisi yang sakit dan belajar
mengontrol sisi yang sehat.
bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien
untuk merasakan adanya harapan dan mulai
menerima situasi baru.
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh Klien penyakit Parkinson sering merasa malu,
apatis, tidak adekuat, bosan, dan merasa
sendiri.
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik
dengan memperbaiki kebiasan
Membantu peningkatan perasaan harga diri
dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan.
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan
hari
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan
hari untuk mencegah waktu tidur yang terlalu
banyak yang dapat mengarah pada tidak
adanya keinginan danapatis.
Anjurkan orang yang terdekat untuk
mengizinkan klien melakukan sebanyak-
banyak hal-hal untuk dirinya.
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian
dan membantu perkembangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.
Dukung perilaku atau usaha seperti
peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi.
Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
dan pengertian tentang peran individu masa
mendatang.
Monitor gangguan tidur peningkatan
kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik
diri
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke
di mana memerlukan intervensi dan evaluasi
lebih lanjut.
Kolaborasi : rujuk, pada ahli neuropsikologi
dan konseling bila ada indikasi.
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
penting untuk perkembangan perasaan.
3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan pada asuhan keperawatan parkinson disesuaikan dengan
intervensi keperawatan.
3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan parkinson adalah:
1. Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
2. Keperawatan diri klien terpenuhi.
3. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
4. Klien mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
5. Koping individu menjadi efektif
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Parkinsonisme adalah istilah dari suatu sindrom ditandai dengan tremor ritmik,
bradikinesia, kekuatan otot, dan hilangnya refleks-refleks postural. (Arif Muttaqin, 2009).
Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau
penyebab lainnya yang tidak diketahui. Pada penyakit Parkinson dopamin menipis dalam
subtansia nigra dan korpus stratum. Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia
berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran darah serebral
regional menurun pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan ada kejadian demensia yang
tinggi. Penatalaksanaan medis meliputi pemberian Antihistamin, terapi anti koligenergik,
amantadin hidrokhlorida, terapi levodopa, Derivat Ergoet-Angonis Dopamin, Inhibitor MAO,
dan antidepresan.
4.2 Saran
Demikian makalah yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah yang kami buat
ini dapat bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Battica, Fransisca. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Martin, Susan. 2008 dkk. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Vol.3 .
Jakarta: EGC.
TAMBAHAN
Dopamine adalah salah satu sel kimia dalam otak, sejenis neurotransmiter (zat yang
menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf yang lain) dan merupakan perantara bagi
biosintesis epinefrin dan norepinefrin. Dopamine yang berlebihan dapat menyebabkan
skizofrenia dan bila kekurangan dapat menyebabkan penyakit parkinson.
Hipotensi Postural (Postural Hypotension)
Pada jenis hipotensi ini, tekanan darah mungkin turun mendadak karena perubahan posisi
tubuh, biasanya saat sedang berdiri dari posisi duduk atau dari posisi berbaring. Orang yang
mengalami perasaan seperti mau pingsan, pusing dan pandangan kabur setiap kali ia berdiri
dari posisi duduk atau dari posisi berbaring, mungkin mengalami hipotensi postural. Biasanya
tubuh mengkompensasi penarikan darah ke arah bawah karena gaya grafitasi dengan cara
meningkatkan laju detak jantung untuk memastikan distribusi darah ke otak dalam jumlah
cukup. Pada hipotensi postural, tekanan darah turun karena jantung tidak memompa cukup
darah sehingga terjadi kekurangan oksigen di otak, yang menyebabkan timbulnya gejala rasa
pusing bahkan pingsan.
Orang lanjut usia biasanya mengalami hipotensi postural, khususnya mereka yang berusia
diatas 60 tahun. Namun hipotensi ini juga dapat terjadi pada orang muda, tanpa bahaya
tertentu karena sirkulasi darah yang kurang lancar akibat terlalu lama duduk atau jongkok.
Dehidrasi, temperatur panas, kehamilan, saat-saat badan capek juga dapat menyebabkan
hipotensi postural. Kadangkala obat-obat yang ditelan untuk mengontrol hipertensi (tekanan
darah tinggi) seperti beta blocker dan diuretic juga dapat menjadi salah satu penyebab
hipotensi.
Teknik Berjalan Khusus
Ajarkan teknik khusus:
· Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak,memandang lurus ke depan, dan
menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar(misalnya berjalan dengan kaki terpisah).
· Klien dianjurkan untuk latihan berjalan dengan diiringan music marching band atau lagu,
karena hal ini memberikan rangsangan sensorik.
· Latihan bernafas sambil berjalan membantu untuk menggerakan rangka tulang rusuk dan
transpor oksigen untuk mengisi bagian paru-paru yang kadar oksigennya rendah.
· Melakukan periode istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan
kelelahan.
Gaya berjalan parkinson
Gangguan berjalan dan Gait.
Hal tersebut di kenal dengan “Fasting gait” berupa langkah-langkah kecil-kecil, tetapi cepat
dan susah untuk di hentikan.
SKALA ADL
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas
pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito & Setiabudi, 2005).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri
yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-
hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan
tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan
masyarakat (Sugiarto,2005)
Kenny Self Care merupakan alat wawancara instrumen klinis berbasis mirip dengan
indeks Barthel, digunakan untuk menilai fungsi fisik, khususnya untuk perawatan diri dan
ambulasi.
Aktifitas yang dinilai Nilai
Aktifitas di tempat tidur :
a. Bergeser di bed
b. Bangun dan duduk
Transfer dalam posisi :
a. Duduk
b. Berdiri
c. Penggunaan toilet
Ambulasi :
a. Berjalan
b. Naik turun tangga
c. Pengguanaan kursi roda
Berpakaian :
a. Anggota atas dan trunk bagian atas
b. Anggota bawah dan trunk bagian bawah
c. Kaki
Higine :
a. Wajah, rambut, lengan
b. Trunk
c. Anggota bawah
d. Bladder dan bowel
Makan
Skala Penilaian :
0 = Ketergantungan penuh
1 = Perlu bantuan banyak
2 = Perlu bantuan sedang
3= Perlu bantuan minimal/pengawasan
4 = Mandiri penuh
PERTANYAAN
1. Dede Arie Vitara : Apa yang dimaksud dengan parkinson primer? Dan bagaimana tanda
dan gejalanya?
Jawab : Maretta Fitrianti
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas. Kira-
kira 7 dari 8 kasus Parkinson termasuk jenis ini. Gejalanya gangguan motorik dan non
motorik, dari gangguan motorik tangan bergetar kecil, cepat dan tidak bisa dikendalikan.
Gangguan non motorik terj
2. Hasanah Eka Wahyuningsih : Apa yang dimaksud dengan tremor 4-5 Hz?
Jawab : Aprilia Wulandari
3. Afif Dwi Pasana : Apa penatalaksanaan yang tepat untuk penyakit parkinson? Jelaskan.
Jawab : Junhadi Fikri
Penatalaksanaan yang paling efektif untuk penyakit parkinson adalah latihan fisik. Karena
penyakit parkinson mengakibatkan masalah otot, sehingga harus dilaksanakan latihan fisik.
Seperti teknik berjalan khusus untuk penderita parkinson.
STUDI KASUS
KASUS
Tn P 60 th dengan Diagnosa Parkinson. Pasien mengeluh sedang beristirahat di kursi
kerjanya tiba tiba tangan nya gemetar(tremor), terasa kaku dan mengalami bradikinesia.
Tn P akhir-akhir ini mengalami gangguan tidur dan konstipasi. Diketahui Tn P bekerja
sebagai buruh tani dan sering berhubungan dengan penggunaan pestisida.
Pertanyaan :
1. Identifikasi pengkajian keperawatan yang perlu dikaji oleh perawat?
2. Rumuskan diagnosa keperawatan dari kasus di atas?
3. Tentukan intervensi keperawatan dari kasus di atas?