makalah patofisiologi infeksi saluran kemih

38
MAKALAH PATOFISIOLOGI INFEKSI SALURAN KEMIH Disusun Oleh : Aprilya Eka Pratiwi (260110100004) Tineke Anugrah K (260110100013) Firda Aryanti (260110100021) Ayu Shalihat (260110100029) Fatimah Rahmawati (260110100038) Rd. Aldizal Mahendra (260110100048) Hanna Sofyana (260110100057) Aisha Kamelia (260110100067) Bella Puspa W (260110100075) FAKULTAS FARMASI

Upload: michael-djajaseputra

Post on 15-Jan-2016

105 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah Patofisiologi yang berjudul “ Infeksi Saluran Kemih ”. Makalah ini kami buat guna memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Patofisiologi. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan orang lain. Maka dari itu sampaikan terimakasih kepada Dosen Patofisiologi yang telah memberikan ilmu yang dapat membantu kami dalam menyusun makalah ini, sehingga kami mampu menyelesaikannya dengan baik, kedua orang tua kami yang tiada hentinya membantu kami baik berupa do’a maupun materi, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini dan kepada rekan-rekan yang tak pernah lelah memberikan dorongan dan semangat dalam berjuang meraih cita-cita sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.Kami menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi jalan ilmu pengetahuan khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.Jatinangor, 8 April 2012 Kelompok 5DAFTAR ISIKata Pengantar…………………………………………………………… 1Daftar Isi………………………………………………………………….. 2BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang................................................................................. 31.2. Tujuan.............................................................................................. 4.1.3. Rumusan Masalah............................................................................ 41.4. Metode Penulisan............................................................................. 51.5. Sistematika Penulisan...................................................................... 5BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih...................................................... 62.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih...................................................... 72.3 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih............................................. 82.4 Fisiologis Infeksi Saluran Kemih.................................................. 112.5 Patofisiologis Infeksi Saluran Kemih............................................. 122.6 Prognosis Infeksi Saluran Kemih................................................... 142.7 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih ................................................ 152.8 Gejala Infeksi Saluran Kemih ....................................................... 162.9 Pencegahan Infeksi Saluran Kemih ............................................... 192.10 Pengobatan Infeksi Saluran Kemih ............................................... 20BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan....................................................................................... 22Daftar Pustaka............................................................................................ 23 BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangInfeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih yang beredar dimasyarakat dapat menyerang baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering terserang ISK daripada pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%.Prevalensi penyakit infeksi saluran kemih cukup beragam pada tingkatan usia dan jenis kelamin, biasanya ditandai dengan adanya bakteri dalam jumlah tertentu di urin (bakteriuria) yang tidak lazim ditemukan dalam kondisi normal. Pada bayi baru lahir sampai usia enam bulan misalnya, prevalensi infeksi saluran kemih pada rentang usia ini hanya sekitar 1% dan umumnya diderita oleh bayi laki-laki. Kejadian infeksi pada bayi dihubungkan dengan abnormalitas struktur d

TRANSCRIPT

MAKALAH PATOFISIOLOGI

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun Oleh :

Aprilya Eka Pratiwi (260110100004)

Tineke Anugrah K (260110100013)

Firda Aryanti (260110100021)

Ayu Shalihat (260110100029)

Fatimah Rahmawati (260110100038)

Rd. Aldizal Mahendra (260110100048)

Hanna Sofyana (260110100057)

Aisha Kamelia (260110100067)

Bella Puspa W (260110100075)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan

rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah Patofisiologi yang

berjudul “ Infeksi Saluran Kemih ”. Makalah ini kami buat guna memenuhi salah

satu tugas Mata kuliah Patofisiologi.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini kami tidak

terlepas dari bantuan orang lain. Maka dari itu sampaikan terimakasih kepada

Dosen Patofisiologi yang telah memberikan ilmu yang dapat membantu kami

dalam menyusun makalah ini, sehingga kami mampu menyelesaikannya dengan

baik, kedua orang tua kami yang tiada hentinya membantu kami baik berupa do’a

maupun materi, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini dan

kepada rekan-rekan yang tak pernah lelah memberikan dorongan dan semangat

dalam berjuang meraih cita-cita sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan

baik.

Kami menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik

dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna lebih baik

lagi di masa yang akan datang. Kami berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat dan menjadi jalan ilmu pengetahuan khususnya bagi kami dan

umumnya bagi pembaca.

Jatinangor, 8 April 2012

Kelompok 5

1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………… 1

Daftar Isi………………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................................. 3

1.2. Tujuan.............................................................................................. 4.

1.3. Rumusan Masalah............................................................................ 4

1.4. Metode Penulisan............................................................................. 5

1.5. Sistematika Penulisan...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih...................................................... 6

2.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih...................................................... 7

2.3 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih............................................. 8

2.4 Fisiologis Infeksi Saluran Kemih.................................................. 11

2.5 Patofisiologis Infeksi Saluran Kemih............................................. 12

2.6 Prognosis Infeksi Saluran Kemih................................................... 14

2.7 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih ................................................ 15

2.8 Gejala Infeksi Saluran Kemih ....................................................... 16

2.9 Pencegahan Infeksi Saluran Kemih ............................................... 19

2.10Pengobatan Infeksi Saluran Kemih ............................................... 20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................... 22

Daftar Pustaka............................................................................................ 23

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk

menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran

kemih yang beredar dimasyarakat dapat menyerang baik laki-laki maupun wanita

dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi

dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering terserang ISK daripada pria

dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%.

Prevalensi penyakit infeksi saluran kemih cukup beragam pada tingkatan usia

dan jenis kelamin, biasanya ditandai dengan adanya bakteri dalam jumlah tertentu

di urin (bakteriuria) yang tidak lazim ditemukan dalam kondisi normal. Pada bayi

baru lahir sampai usia enam bulan misalnya, prevalensi infeksi saluran kemih

pada rentang usia ini hanya sekitar 1% dan umumnya diderita oleh bayi laki-laki.

Kejadian infeksi pada bayi dihubungkan dengan abnormalitas struktur dan

fungsional saluran kemihnya, kelainan anatomi dan fungsional saluran

kemihndiyakini sebagai salah satu faktor resiko terkena infeksi saluran kemih.

Pada usian1 sampai 5 tahun prevalensinya meningkat antara pria dan wanita

masing-masing sekitar 4,5% dan 0,5% dan sekitar 8% wanita pernah mendapat

infeksi saluran kemih pada masa kanak-kanaknya. Pada masa remaja, prevalensi

infeksi saluran kemih meningkat secara dramatis dari 1% sebelum puber hingga

menjadi 4% pada masa setelah puber. Kenaikan ini pada umumnya dihubungkan

dengan perilaku seksual, dimana pada usia pertumbuhan sebagian remaja sudah

mulai melakukan aktivitas seksual (Coyle dan Prince, 2005).

Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin.

Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria

simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis.

Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105

3

koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis

bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat

perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang

kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di

Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan

masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli – Desember 2004). 

Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran

kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin

melalui biakan atau kultur (Tessy, et al, 2001) dengan jumlah signifikan. Tingkat

signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen

penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp.,

Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia

coli (Coyle & Prince, 2005).

1.2 Tujuan

1. Memenuhi tugas mata kuliah patofisiologi

2. Mengetahui penyebab dan cara penyebaran penyakit infeksi saluran kemih

3. Mengetahui manifestasi dan gejala penyakit infeksi saluran kemih

4. Mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi saluran kemih

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah faktor yang dapat menyebabkan prnyakit infeksi saluran kemih

2. Bagaimana cara penyebaran penyakit infeksi saluran kemih

3. Bagaimanakah cara untuk mengetahui seseorang menderita penyakit

infeksi saluran kemih

4. Bagaimana pengaruh obat obatan dalam mencegah dan mengobati

penyakit infeksi saluran kemih

4

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan tehnik pengumpulan

data yaitu dengan melakukan, studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku

yang berhubungan dengan Infeksi Saluran Kemih

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun secara sistematika dengan

urutan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, perumusan

masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari definisi, terminologi, etiologi,

epidemiologi, fisiologis , patofisiologis, prognosis, klasifikasi, gejala,

diagnosis, pencegahan dan pengobatan.

Bab III : Kesimpulan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya

mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih

tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Dengan demikian air

kemih di dalam sistem saluran kemih biasanya steril. Walaupun demikian ujung

uretra bagian bawah dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya berkurang di

bagian uretra yang dekat dengan kandung kemih. Setelah melalui uretra biasanya

sudah tercemar dengan bakteri yang terdapat di meatus uretra, preputium atau

vulva. Infeksi yang terjadi bergantung dengan virulensi kuman dan mekanisme

pertahanan tubuh. Secara umum faktor predisposisi memudahkan terjadi ISK

antara lain adanya bendungan aliran air kemih, refluks vesiko ureter, air kemih

sisa adanya dalam buli-buli, pemakaian instrumentasi dan kehamilan(Tessy, et al,

2001)

ISK atau infeksi saluran kemih merupakan gangguan pada saluran kemih

yang disebabkan adanya sumbatan.Keradangan bakterial saluran kemih disertai

adanya kolonisasi mikroba di urin.Biasanya, yang menyumbat itu adalah batu

berbentuk kristal yang menghambat keluarnya air seni melalui saluran kemih,

sehingga jika sedang buang air kecil terasa sulit dan sakit. Tapi, bila saat buang air

seni disertai dengan darah, itu petanda saluran kemih anda sudah terinfeksi (Adi,

2009).

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,

termasuk ginjal sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme.Sebagian besar

infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat

menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli,

suatu kontaminan tinja yang sering ditemukan di daerah anus (Corwin, 2008).

6

2.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih

Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang

biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram

negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian

diikuti oleh Proteus sp., Klebsiella sp., Enterobacter sp., dan Pseudomonas sp.,

bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK

No. Mikroorganisme Persentase biakan (%)

1 Escherichia coli 50-90

2 Klebsiela sp. atau Enterobacter sp. 10-40

3 Proteus sp. 5-10

4 Pseudomonas aeroginosa 2-10

5 Staphylococcus epidermidis 2-10

6 Enterococci sp. 2-10

7 Candida albicans 1-2

8 Staphylococcus aureus 1-2

Jenis penyebab ISK non-bakterial adalah biasanya adenovirus yang dapat

menyebabkan sistitis hemoragik. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK

melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan

Mycobacterium tuberculosa . Candida sp merupakan jamur yang paling sering

menyebabkan ISK terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin,

pasien dengan penyakit imunnocompromised, dan pasien yang mendapat

pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering

ditemukan adalah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik

dapat menulari saluran kemih secara hematogen ( Zainul, 2010 ).

7

Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :

1. Bendungan aliran urin, terdiri atas :

a. Anomali kongenital

b. Batu saluran kemih

c. Oklusi ureter (sebagian atau total)

2. Refluks vesikoureter

3. Urin sisa dalam buli-buli karena :

a. Neurogenic bladder

b. Striktura uretra

4.Hygienitas

5. Instrumentasi

a. Kateter

b. Dilatasi uretra

c. Sitoskopi ( Zainul, 2010 ).

Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan infeksi saluran kemih

sejauh ini adalah E. coli yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap 80%

kasus infeksi, 20% sisanya disebabkan oleh bakteri Gram negatif lain seperti

Klebsiella dan spesies Proteus, dan bakteri Gram positif seperti Cocci,

Enterococci dan Staphylococcus saprophyticus. Organisme terakhir dapat ditemui

pada kasus-kasus infeksi saluran kemih wanita muda yang aktif kegiatan

seksualnya. Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan abnormalitas

struktural saluran kemih sering disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten seperti

Pseudomonas aeruginosa , Enterobacter dan spesies Serratia. Bakteri-bakteri ini

juga sering ditemui pada kasus infeksi nosokomial, terutama pada pasien yang

mendapatkan kateterisasi urin. Selain karena bakteri, faktor lain yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya infeksi saluran kemih antara lain, kehamilan,

menopause, batu ginjal, memiliki banyak pasangan dalam aktivitas seksual,

penggunaan diafragma sebagai alat kontrasepsi, inflamasi atau pembesaran pada

prostat, kelainan pada urethra, immobilitas, kurang masukan cairan dan

kateterisasi (Nofriaty, 2010).

8

2.3 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih

Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun pertama pada anak.

Selama tahun pertama kehidupan, prevalensi bakteriuria 0,9% pada anak

perempuan dan 2,5% pada anak laki-laki. Prevalensi ISK pada anak usia 2 bulan

sampai 2 tahun adalah 5%. Insidens ISK pada anak usia kurang dari 6 tahun

adalah 3-7% pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki-laki. Insidens ISK

pada anak remaja adalah 10%, dimana 7,8% diantaranya dijumpai pada anak

perempuan (Daulay, 2011).

Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2%

anak laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat

lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir

normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak

terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran

kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana

infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki

hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian

infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada

anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih

menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia

2 bulan – 2 tahun, 5% anak dengan infeksi saluran kemih mengalami demam

tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi

saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan

(Indra, 2011).

Suatu penelitian mendapatkan prevalensi yang lebih tinggi terjadi pada

anak malnutrisi yaitu sekitar 8-35%. Angka kejadian ISK pada anak kulit putih

lebih tinggi daripada anak kulit hitam. Rekurensi ISK dapat terjadi 6 – 12 bulan

berikutnya dengan angka kejadian 20-48%. Rekurensi ISK terutama terjadi pada

anak usia 3 - 5 tahun (Daulay, 2011).

9

Penyebab terbanyak ISK baik yang simtomatik maupun yang asimtomatik,

termasuk pada neonatus adalah Escherichia coli (70-80%). Pada suatu studi di

Arab didapatkan E.coli pada ISK lebih sering dijumpai pada perempuan (81,7%).

Pada uropati obstruktif dan pada kelainan saluran kemih sering ditemukan Proteus

species. Pada penelitian di Iran pada ruangan Intensive Care Unit, bakteri yang

paling banyak dijumpai adalah K.pneumonia. Menurut peneliti, hal ini

berhubungan dengan infeksi nosokomial (Daulay, 2011).

Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:

1. Panjang urethra

Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek dibandingkan pria sehingga

lebih mudah (Indra, 2011).

2. Faktor usia

Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan usia yang lebih muda

(Indra, 2011).

3. Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena pengaruh hormonal

ketika kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal

dibandingkan sebelum kehamilan (Indra, 2011).

4. Faktor hormonal seperti menopause

Wanita pada masa menopause lebih rentan terkena karena selaput mukosa yang

tergantung pada esterogen yang dapat berfungsi sebagai pelindung (Indra,

2011).

5. Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin

Sifat urin yang asam dapat menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi

gangguan dapat menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi

bakteri (Indra, 2011).

6. Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau

menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi (Indra,

2011).

Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor

risiko tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan

kemungkinan faktor risiko seperti :

10

1. Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih

2. Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying)

3. Konstipasi

4. Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih

sehingga terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.

5. Kekebalan tubuh yang rendah (Indra, 2011).

2.4 Fisiologis Infeksi Saluran Kemih

Komponen

Terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine; dia ureteryang membawa

urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara; dan uretra

yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretraeksterna (Sloane,

2004).

Fungsi Ginjal

Ginjal memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

1. Pengeluaran zat sisa organik

2. Ginjal mengekskresikan urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian

hemoglobin dan hormone

3. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting

4. Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan

fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya

melalui rute lain seperti pada saluran gastrointestinal dan kulit

5. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh

6. Ginjal mengendalikan ekskresi ion Hidrogen, bikarbonat, dan ammonium

serta memproduksi urine asam atau basa, tergantung kebutuhan tubuh.

7. Pengaturan produksi sel darah merah

8. Ginjal melepas eritropoietin yang mengatur produksi sel darah merah

dalam sumsum tulang.

9. Pengaturan tekanan darah

10. Ginjal mengatur volume cairan yang essensial bagi pengaturan tekanan

darah, dan juga memproduksi enzim renin.Renin adalah komponen penting

11

dalam mekanisme renin-angiostenin-aldosteron yang meningkatkan

tekanan darah dan retensi air.

11. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino

darah

12. Ginjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih bertanggung

jawab atas konsentrasi nutrient dalam darah

13. Pengeluaran zat beracun

14. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan, atau

zat kimia asing lain dalam tubuh (Sloane, 2004).

2.5 Patofisiologis Infeksi Saluran Kemih

Pada periode neonatus, bakteri mencapai saluran kemih melalui aliran

darah atau uretra, yang selanjutnya bakteri naik ke saluran kemih dari

bawah.Perbedaan individu dalam kerentanannya terhadap infeksi saluran kemih

dapat diterangkan oleh adanya factor-faktor hospes seperti produksi antibody

uretra dan servikal (IgA), dan factor-faktor lain yang mempengaruhi perlekatan

bakteri pada epitel introitus dan uretra.Beberapa diantara factor-faktor ini, seperti

fenotip golongan darah P, ditentukan secara genetic. Imunosupresi, diabetes,

obstruksi saluran kemih, dan penyakit granulomatosa kronis adalah factor lain

yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Bila organisme dapat

masuk ke dalam kandug kemih, beratnya infeksi dapat menggambarkan virulensi

bakteri dan factor anatomik seperti refluks vesikouretra, obstruksi, stasis urin, dan

adanya kalkuli. Dengan adanya stasis urin, kesempatan untuk berkembang biak

bakteri meningkat, karena urin merupakan medium biak yang sangat baik. Lebih-

lebih lagi, pembesaran kandung kemih yang sangat akan mengurangi aliran darah

ke dinding kandung kemih dan dapat menurunkan resistensi alami kandung kemih

terhadap infeksi (Behrman, dkk. , 2000)

Dua jalur utama terjadinya infeksi saluran kemih adalah hematogen dan

ascending, tetapi dari kedua cara ini ascendinglah yang sering terjadi (Tessy, dkk.,

2001)

12

Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora

normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium

penis, kulit perineum, dan disekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran

kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis (pada pria) buli-buli – ureter,

dan sampai ke ginjal (Purnomo, 2003).

Terjadinya ISK karena adanya gangguan keseimbangan ini disebabkan karena

adanya gangguan keseimbangan antar mikroorganisme penyebab infeksi sebagai

agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini

disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau virulensi

agent yang meningkat (Purnomo, 2003).

Beberapa jenis mikroorganisme penyebab ISK (Tessy, dkk., 2001)

Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk kedalam saluran

kemih disebabkan oleh beberapa factor, antara lain adalah :

1. Pertahanan lokal dari host.

13

2. Peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas kekebalan

humoral maupun imunitas seluler (Purnomo, 2003)

Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK.Penyebab

terbanyak adalah gram-negatif termasuk bakteri yang biasa menghuni usus yang

kemudian naik ke sistem saluran kemih.Dari gram-negatif Escherichia coli

menduduki tempat teratas. Sedangkan jenis gram-positif lebih jarang sebagai

penyebab ISK sedangkan enterococcus dan Staphylococcus aureus sering

ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih (Tessy, dkk., 2001)

Faktor predisposisi terjadinya ISK (Tessy, dkk., 2001)

2.6 Prognosis Infeksi Saluran Kemih

1. Infeksi Saluran Kemih disebabkan sistem kekebalan tubuh yang menurun,

sehingga bakteri alat kelamin, dubur atau dari pasangan (akibat hubungan

intim) masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang

biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke

ginjal (Adi, 2009).

2. Bakteri penyebab Infeksi Saluran Kemih Escherichia coli (50-90%)

menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh Proteus sp., Klebsiella

sp., Enterobacter sp., dan Pseudomonas sp (Zainul, 2010).

14

3. Infeksi Saluran Kemih lebih rentan terkena pada wanita, penyebabnya

adalah saluran uretra (saluran yang menghubungkan kantung kemih ke

lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar 3-5 centi meter).

Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang penisnya,

sehingga kuman sulit masuk (Adi, 2009).

4. Dua jalur utama terjadinya ISK adalah ascending dan hematogen.  Namun,

secara umum, infeksi paling sering terjadi dengan cara ascending,

walapupun infeksi secara hematogen dapat terjadi pada anak usia infant

(Zainul, 2010).

5. Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing,

infeksi kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri ,

bila setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara

membersihkan dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan

antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah

berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang wanita dari

ISK (Purnomo, 2003).

6. Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu

saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang

multisistem, dan gangguan fungsi ginjal (Zainul, 2010).

7. Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi

jangka panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat

dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan

dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis,

bayi prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension (Zainul, 2010).

8. Infeksi Saluran Kemih tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis

lebih baik bila pengobatan pada fase akut adekuat dan disertai pengawasan

terhadap kemungkinan infeksi berulang (Widodo, 2012).

2.7 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

Dari segi anatomi infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi 2

bawah. Infeksi saluran kemih bagian bawah terdiri dari sistitis (kandung kemih),

15

uretritis (uretra), serta prostatitis (kelenjar prostat). Infeksi saluran kemih bagian

atas terdiri dari pielonefritis yaitu infeksi yang melibatkan ginjal (Coyle dan

Prince, 2005).

Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:

1. Infeksi saluran kemih atas

a) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal

yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

b) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi

bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi

saluran kemih serta refluks vesikoureter dengan atau tanpa

bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat

parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

2. Infeksi saluran kemih bawah

a) Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai

bakteriuria bermakna.

b) Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa

ditemukan mikroorganisme (steril). (Zainul, 2010)

2.8 Gejala Infeksi Saluran Kemih

1. Manifestasi Klinik infeksi saluran kemih secara umum :

Keadaan Klinik infeksi saluran kemih pada dewasa :

a. Gejala :

Infeksi saluran kemih bagian bawah :

Disuria , urgensi urinasi , Sering urinasi , Hematuria

Infeksi saluran kemih bagian atas :

Sakit panggul , demam , nausea , mual , muntah , malaise

b. Tanda:

Bakteriuria

Pyuria ( bilangan sel darah putih > 10/mm3)

Urin positif Nitrit

16

Urin positif leukosit esterase (Sukandar dkk, 2008).

2. Manifestasi Klinis khusus :

Infeksi Saluran Kemih

a. Bakteriuris asistomatik : Tidak ada gejala

b. Sistitis

Tanda :

Koloni bakteri uria > 100.000

Terdapat Nitrat dalam urin (merupakan produk samping bakteri)

Jumlah SDP Lebih dari 50 per ml urine atau 25 per HPP urine

SDM dalam urine

Gejala :

Sering berkemih

Urgensi berkemih

Disuria

Nyeri suprapubis

Hematuria

c. Pielonefritis

Tanda:

Demam lebih dari 37,8° atau lebih , disertai menggigil

Bakteri , nitrat , SDM , SDP , dan protein dalam urine

Gejala:

Nyeri punggung bagian bawah

Anoreksia , mual dan muntah

Sering berkemih , urgensi berkemoh , dan disuria

Nyeri tekan pada sudut kontovertebrata (costovertebral angle ,

CVA)

Nyeri Suprapubis (Morgan ,2009).

d. Prostatitis

17

Tanda:

Bakteriuria

Bakteri di temui pada sekitar prostat

Gejala

a. Akut :

Demam tinggi

Kedinginan

Lemas

Mialgia

Nyeri yang terlokalisasi (rectal , perneal , sakrokokkigeal )

Frekuensi

Urgensi

Disuria

Nokturia

Retensi

Bengkak , nyeri , kaku atau pengerasan kelenjar

b. Kronik :

Nyeri pada bagian bawah

Ketidak nyamanan pada perineal

Suprapubik

Pembesaran Prostat (Sukandar dkk, 2008).

Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai

berikut :

1. 0-1 Bulan : Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan

diare, kejang, koma, panas/hipotermia tanpa

diketahui sebabnya, ikterus (sepsis) (Noer, 2006).

2. 1 bln-2 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya,

gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare,

kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air

18

kemih berbau/berubah warna, kadang-kadang

disertai nyeri perut/pinggang (Noer, 2006).

3. 2-6 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak

dapat menahan kencing, polakisuria, disuria,

enuresis, air kemih berbau dan berubah warna,

diare, muntah, gangguan pertumbuhan serta

anoreksia (Noer, 2006).

4. 6-18 thn : Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui

sebabnya, tak dapat menahan kencing, polakisuria,

disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah

warna (Noer, 2006).

2.9 Pencegahan Infeksi Saluran Kemih

Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing,

infeksi kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri , bila

setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari

depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan antara rektum dan vagina

setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah berhubungan seksual juga dapat

menurunkan resiko seorang wanita dari ISK ( Zainul, 2010).

1. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri

melalui sistem urine.

2. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang

air kecil juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau

ISK.

3. Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush

setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual.

4. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri

berbahaya dalam sistem saluran kemih

5. Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan

berpotensi berkembang biaknya bakteri. Hindari sandal jepit ( Zainul, 2010).

2.10 Pengobatan Infeksi Saluran Kemih

19

Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian

terapi, namun bila sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika.

Antibiotika yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan tes kepekaan

antibiotika.

Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi

tinggi ke dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan

untuk mendapatkan efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran

kemih. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain:

1. Pengobatan dosis tunggal

2. Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)

3. Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)

4. Pengobatan profilaksis dosis rendah

5. Pengobatan supresif (1)

Berikut ini adalah deskripsi beberapa agen antimikroba yang umum

digunakan dalam terapi infeksi saluran kemih:

1. Siprofloksasin

Obat golongan kuinolon ini bekerja dengan menghambat DNA gyrase

sehingga sintesa DNA kuman terganggu. Siprofloksasin terutama aktif terhadap

kuman Gram negatif termasuk Salmonella, Shigella, Kampilobakter, Neiseria, dan

Pseudomonas. Obat ini juga aktif terhadap kuman Gram positif seperti Str.

pneumonia dan Str. faecalis, tapi bukan merupakan obat pilihan utama untuk

Pneumonia streptococcus .

2. Trimetropim-Sulfametoksazol (kotrimoksazol)

Sulfametoksazol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk kombinasi

karena sifat sinergisnya. Kombinasi keduanya menghasilkan inhibisi enzim

berurutan pada jalur asam folat . Mekanisme kerja sulfametoksazol dengan

mengganggu sintesa asam folat bakteri dan pertumbuhan lewat penghambat

pembentukan asam dihidrofolat dari asam para-aminobenzoat. Dan mekanisme

kerja trimetoprim adalah menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi

tetrahidrofolat (Tjay dan Raharja, 2007).

3. Amoksisillin

20

Amoksisilin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja dengan

cara menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis

dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan

menghasilkan efek bakterisid . Amoksisillin merupakan turunan ampisillin yang

hanya berbeda pada satu gugus hidroksil dan memiliki spektrum antibakteri yang

sama. Obat ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan menghasilkan

kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007).

4. Seftriakson

Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga.

Berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman, berdasarkan penghambatan

sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan

dindingnya .Seftriakson memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan

sefalosprin yang lain sehingga cukup diber ikan satu kali sehari. Obat ini

diindikasikan untuk infeksi berat seperti septikemia, pneumonia, dan meningitis.

(Tjay dan Rahardja, 2007).

5. Gentamisin

Gentamisin merupakan aminoglikosida yang paling banyak digunakan.

Spektrum anti bakterinya luas, tetapi tidak efektif tehadap kuman anaerob

6. Ampisilin

Ampisilin adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,

bronkitis kronis, salmonelosis invasif dan gonore. Ampisilin efektif terhadap

beberapa mikroba gram -negatif dan tahan asam, sehingga dapat

diberikan per oral.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

21

ISK atau infeksi saluran kemih merupakan gangguan pada saluran kemih

yang disebabkan adanya sumbatan, keradangan bakterial saluran kemih disertai

adanya kolonisasi mikroba di urin. Penyebab ISK umumnya mikroorganisme,

bakteri Escherichia coli, Chlamydia dan Mycoplasma. Masuknya mikroorganisme

kedalam saluran kemih dapat melalui penyebaran endogen yaitu kontak langsung

dari tempat infeksi terdekat (ascending), hematogen (sering terjadi pada pasien

yang sistem imunnya rendah), limfogen dan eksogen (akibat pemakaian berupa

kateter).

DAFTAR PUSTAKA

Adi. 2009. Infeksi Saluran Kemih. Tersedia pada :

http://adproindonesia.multiply.com/journal/item/111?

22

&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem [diakses pada 08 April

2012].

Behrman, Kliegman, dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15, Volume 3. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Corwin, E J. 2008. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Coyle, E. A., Prince, R. A. 2005. Urinary Tract Infection, in Dipiro J.T., et al,

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th, Appleton&Lange,

Stamford.

Daulay, M.2011. Kaitan Popok Sekali Pakai dengan ISK. Available online at

www. repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf [Diakses tanggal

11 April 2012]

Indra, M. 2011. Infeksi Saluran Kemih. Available online at: www.

xa.yimg.com/kq/groups/21714241/.../cystitis_X.d... [diakses tanggal 9

April 2012]

Morgan,G and Hamiton, C .2009. Obstetri dan Ginekologi: Panduan Praktik Edisi

2 Cetakan Pertama . Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Noer, Muhammad S., dkk. 2006. Infeksi Salluran Kemih. Tersedia online di

http://www.pediatrik.com/isi03.php?

page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=071

10-fnzh263.htm [diakses pada 08 April 2012].

Nofriaty, Reni. 2010. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi

Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Moewardi Surakarta Tahun 2009. Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah. Surakarta

Purnomo,BB 2003. Dasar-Dasar Urologi 2nd Edition. Sagung Seto. Jakarta.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC

23

Sukandar, Y. E , dkk . 2008. ISO Farmakoterapi . PT. ISFI Penerbitan – Jakarta.

Tessy, A., Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ketiga. Jakarta. Penerbit FKUI.

Tjay dan Rahardja, 2007. Obat-obat Penting. Gramedia . Jakarta

Widodo, N. 2012. Infeksi Saluran Kemih ( Nefrologi Anak ). Tersedia pada :

http://dinkes.banyuasinkab.go.id/index.php/artikel-kesehatan/126-infeksi-

saluran-kemih-nefrologi-anak-.html [diakses pada 08 April 2012].

Zainul, 2010. ISK (infeksi saluran kemih). Tersedia pada :

http://omzainul.wordpress.com/2010/03/29/isk-infeksi-saluran-kemih-

dari-berbagai-sumber-moga-berguna/ [diakses pada 08 April 2012].

24