makalah patofisiologi infeksi saluran kemih
DESCRIPTION
KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah Patofisiologi yang berjudul “ Infeksi Saluran Kemih ”. Makalah ini kami buat guna memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Patofisiologi. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan orang lain. Maka dari itu sampaikan terimakasih kepada Dosen Patofisiologi yang telah memberikan ilmu yang dapat membantu kami dalam menyusun makalah ini, sehingga kami mampu menyelesaikannya dengan baik, kedua orang tua kami yang tiada hentinya membantu kami baik berupa do’a maupun materi, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini dan kepada rekan-rekan yang tak pernah lelah memberikan dorongan dan semangat dalam berjuang meraih cita-cita sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.Kami menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi jalan ilmu pengetahuan khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.Jatinangor, 8 April 2012 Kelompok 5DAFTAR ISIKata Pengantar…………………………………………………………… 1Daftar Isi………………………………………………………………….. 2BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang................................................................................. 31.2. Tujuan.............................................................................................. 4.1.3. Rumusan Masalah............................................................................ 41.4. Metode Penulisan............................................................................. 51.5. Sistematika Penulisan...................................................................... 5BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih...................................................... 62.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih...................................................... 72.3 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih............................................. 82.4 Fisiologis Infeksi Saluran Kemih.................................................. 112.5 Patofisiologis Infeksi Saluran Kemih............................................. 122.6 Prognosis Infeksi Saluran Kemih................................................... 142.7 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih ................................................ 152.8 Gejala Infeksi Saluran Kemih ....................................................... 162.9 Pencegahan Infeksi Saluran Kemih ............................................... 192.10 Pengobatan Infeksi Saluran Kemih ............................................... 20BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan....................................................................................... 22Daftar Pustaka............................................................................................ 23 BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangInfeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih yang beredar dimasyarakat dapat menyerang baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering terserang ISK daripada pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%.Prevalensi penyakit infeksi saluran kemih cukup beragam pada tingkatan usia dan jenis kelamin, biasanya ditandai dengan adanya bakteri dalam jumlah tertentu di urin (bakteriuria) yang tidak lazim ditemukan dalam kondisi normal. Pada bayi baru lahir sampai usia enam bulan misalnya, prevalensi infeksi saluran kemih pada rentang usia ini hanya sekitar 1% dan umumnya diderita oleh bayi laki-laki. Kejadian infeksi pada bayi dihubungkan dengan abnormalitas struktur dTRANSCRIPT
MAKALAH PATOFISIOLOGI
INFEKSI SALURAN KEMIH
Disusun Oleh :
Aprilya Eka Pratiwi (260110100004)
Tineke Anugrah K (260110100013)
Firda Aryanti (260110100021)
Ayu Shalihat (260110100029)
Fatimah Rahmawati (260110100038)
Rd. Aldizal Mahendra (260110100048)
Hanna Sofyana (260110100057)
Aisha Kamelia (260110100067)
Bella Puspa W (260110100075)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah Patofisiologi yang
berjudul “ Infeksi Saluran Kemih ”. Makalah ini kami buat guna memenuhi salah
satu tugas Mata kuliah Patofisiologi.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini kami tidak
terlepas dari bantuan orang lain. Maka dari itu sampaikan terimakasih kepada
Dosen Patofisiologi yang telah memberikan ilmu yang dapat membantu kami
dalam menyusun makalah ini, sehingga kami mampu menyelesaikannya dengan
baik, kedua orang tua kami yang tiada hentinya membantu kami baik berupa do’a
maupun materi, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini dan
kepada rekan-rekan yang tak pernah lelah memberikan dorongan dan semangat
dalam berjuang meraih cita-cita sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Kami menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna lebih baik
lagi di masa yang akan datang. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi jalan ilmu pengetahuan khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca.
Jatinangor, 8 April 2012
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………… 1
Daftar Isi………………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................. 3
1.2. Tujuan.............................................................................................. 4.
1.3. Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.4. Metode Penulisan............................................................................. 5
1.5. Sistematika Penulisan...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih...................................................... 6
2.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih...................................................... 7
2.3 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih............................................. 8
2.4 Fisiologis Infeksi Saluran Kemih.................................................. 11
2.5 Patofisiologis Infeksi Saluran Kemih............................................. 12
2.6 Prognosis Infeksi Saluran Kemih................................................... 14
2.7 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih ................................................ 15
2.8 Gejala Infeksi Saluran Kemih ....................................................... 16
2.9 Pencegahan Infeksi Saluran Kemih ............................................... 19
2.10Pengobatan Infeksi Saluran Kemih ............................................... 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 22
Daftar Pustaka............................................................................................ 23
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran
kemih yang beredar dimasyarakat dapat menyerang baik laki-laki maupun wanita
dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi
dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering terserang ISK daripada pria
dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%.
Prevalensi penyakit infeksi saluran kemih cukup beragam pada tingkatan usia
dan jenis kelamin, biasanya ditandai dengan adanya bakteri dalam jumlah tertentu
di urin (bakteriuria) yang tidak lazim ditemukan dalam kondisi normal. Pada bayi
baru lahir sampai usia enam bulan misalnya, prevalensi infeksi saluran kemih
pada rentang usia ini hanya sekitar 1% dan umumnya diderita oleh bayi laki-laki.
Kejadian infeksi pada bayi dihubungkan dengan abnormalitas struktur dan
fungsional saluran kemihnya, kelainan anatomi dan fungsional saluran
kemihndiyakini sebagai salah satu faktor resiko terkena infeksi saluran kemih.
Pada usian1 sampai 5 tahun prevalensinya meningkat antara pria dan wanita
masing-masing sekitar 4,5% dan 0,5% dan sekitar 8% wanita pernah mendapat
infeksi saluran kemih pada masa kanak-kanaknya. Pada masa remaja, prevalensi
infeksi saluran kemih meningkat secara dramatis dari 1% sebelum puber hingga
menjadi 4% pada masa setelah puber. Kenaikan ini pada umumnya dihubungkan
dengan perilaku seksual, dimana pada usia pertumbuhan sebagian remaja sudah
mulai melakukan aktivitas seksual (Coyle dan Prince, 2005).
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin.
Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria
simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis.
Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105
3
koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis
bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat
perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang
kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di
Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan
masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli – Desember 2004).
Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin
melalui biakan atau kultur (Tessy, et al, 2001) dengan jumlah signifikan. Tingkat
signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen
penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp.,
Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia
coli (Coyle & Prince, 2005).
1.2 Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah patofisiologi
2. Mengetahui penyebab dan cara penyebaran penyakit infeksi saluran kemih
3. Mengetahui manifestasi dan gejala penyakit infeksi saluran kemih
4. Mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi saluran kemih
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah faktor yang dapat menyebabkan prnyakit infeksi saluran kemih
2. Bagaimana cara penyebaran penyakit infeksi saluran kemih
3. Bagaimanakah cara untuk mengetahui seseorang menderita penyakit
infeksi saluran kemih
4. Bagaimana pengaruh obat obatan dalam mencegah dan mengobati
penyakit infeksi saluran kemih
4
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan tehnik pengumpulan
data yaitu dengan melakukan, studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku
yang berhubungan dengan Infeksi Saluran Kemih
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun secara sistematika dengan
urutan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, perumusan
masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari definisi, terminologi, etiologi,
epidemiologi, fisiologis , patofisiologis, prognosis, klasifikasi, gejala,
diagnosis, pencegahan dan pengobatan.
Bab III : Kesimpulan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Dengan demikian air
kemih di dalam sistem saluran kemih biasanya steril. Walaupun demikian ujung
uretra bagian bawah dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya berkurang di
bagian uretra yang dekat dengan kandung kemih. Setelah melalui uretra biasanya
sudah tercemar dengan bakteri yang terdapat di meatus uretra, preputium atau
vulva. Infeksi yang terjadi bergantung dengan virulensi kuman dan mekanisme
pertahanan tubuh. Secara umum faktor predisposisi memudahkan terjadi ISK
antara lain adanya bendungan aliran air kemih, refluks vesiko ureter, air kemih
sisa adanya dalam buli-buli, pemakaian instrumentasi dan kehamilan(Tessy, et al,
2001)
ISK atau infeksi saluran kemih merupakan gangguan pada saluran kemih
yang disebabkan adanya sumbatan.Keradangan bakterial saluran kemih disertai
adanya kolonisasi mikroba di urin.Biasanya, yang menyumbat itu adalah batu
berbentuk kristal yang menghambat keluarnya air seni melalui saluran kemih,
sehingga jika sedang buang air kecil terasa sulit dan sakit. Tapi, bila saat buang air
seni disertai dengan darah, itu petanda saluran kemih anda sudah terinfeksi (Adi,
2009).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme.Sebagian besar
infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat
menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli,
suatu kontaminan tinja yang sering ditemukan di daerah anus (Corwin, 2008).
6
2.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram
negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian
diikuti oleh Proteus sp., Klebsiella sp., Enterobacter sp., dan Pseudomonas sp.,
bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK
No. Mikroorganisme Persentase biakan (%)
1 Escherichia coli 50-90
2 Klebsiela sp. atau Enterobacter sp. 10-40
3 Proteus sp. 5-10
4 Pseudomonas aeroginosa 2-10
5 Staphylococcus epidermidis 2-10
6 Enterococci sp. 2-10
7 Candida albicans 1-2
8 Staphylococcus aureus 1-2
Jenis penyebab ISK non-bakterial adalah biasanya adenovirus yang dapat
menyebabkan sistitis hemoragik. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK
melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan
Mycobacterium tuberculosa . Candida sp merupakan jamur yang paling sering
menyebabkan ISK terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin,
pasien dengan penyakit imunnocompromised, dan pasien yang mendapat
pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering
ditemukan adalah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik
dapat menulari saluran kemih secara hematogen ( Zainul, 2010 ).
7
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :
1. Bendungan aliran urin, terdiri atas :
a. Anomali kongenital
b. Batu saluran kemih
c. Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena :
a. Neurogenic bladder
b. Striktura uretra
4.Hygienitas
5. Instrumentasi
a. Kateter
b. Dilatasi uretra
c. Sitoskopi ( Zainul, 2010 ).
Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan infeksi saluran kemih
sejauh ini adalah E. coli yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap 80%
kasus infeksi, 20% sisanya disebabkan oleh bakteri Gram negatif lain seperti
Klebsiella dan spesies Proteus, dan bakteri Gram positif seperti Cocci,
Enterococci dan Staphylococcus saprophyticus. Organisme terakhir dapat ditemui
pada kasus-kasus infeksi saluran kemih wanita muda yang aktif kegiatan
seksualnya. Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan abnormalitas
struktural saluran kemih sering disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten seperti
Pseudomonas aeruginosa , Enterobacter dan spesies Serratia. Bakteri-bakteri ini
juga sering ditemui pada kasus infeksi nosokomial, terutama pada pasien yang
mendapatkan kateterisasi urin. Selain karena bakteri, faktor lain yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi saluran kemih antara lain, kehamilan,
menopause, batu ginjal, memiliki banyak pasangan dalam aktivitas seksual,
penggunaan diafragma sebagai alat kontrasepsi, inflamasi atau pembesaran pada
prostat, kelainan pada urethra, immobilitas, kurang masukan cairan dan
kateterisasi (Nofriaty, 2010).
8
2.3 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih
Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun pertama pada anak.
Selama tahun pertama kehidupan, prevalensi bakteriuria 0,9% pada anak
perempuan dan 2,5% pada anak laki-laki. Prevalensi ISK pada anak usia 2 bulan
sampai 2 tahun adalah 5%. Insidens ISK pada anak usia kurang dari 6 tahun
adalah 3-7% pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki-laki. Insidens ISK
pada anak remaja adalah 10%, dimana 7,8% diantaranya dijumpai pada anak
perempuan (Daulay, 2011).
Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2%
anak laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat
lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir
normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak
terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran
kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana
infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki
hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian
infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada
anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih
menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia
2 bulan – 2 tahun, 5% anak dengan infeksi saluran kemih mengalami demam
tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi
saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan
(Indra, 2011).
Suatu penelitian mendapatkan prevalensi yang lebih tinggi terjadi pada
anak malnutrisi yaitu sekitar 8-35%. Angka kejadian ISK pada anak kulit putih
lebih tinggi daripada anak kulit hitam. Rekurensi ISK dapat terjadi 6 – 12 bulan
berikutnya dengan angka kejadian 20-48%. Rekurensi ISK terutama terjadi pada
anak usia 3 - 5 tahun (Daulay, 2011).
9
Penyebab terbanyak ISK baik yang simtomatik maupun yang asimtomatik,
termasuk pada neonatus adalah Escherichia coli (70-80%). Pada suatu studi di
Arab didapatkan E.coli pada ISK lebih sering dijumpai pada perempuan (81,7%).
Pada uropati obstruktif dan pada kelainan saluran kemih sering ditemukan Proteus
species. Pada penelitian di Iran pada ruangan Intensive Care Unit, bakteri yang
paling banyak dijumpai adalah K.pneumonia. Menurut peneliti, hal ini
berhubungan dengan infeksi nosokomial (Daulay, 2011).
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:
1. Panjang urethra
Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek dibandingkan pria sehingga
lebih mudah (Indra, 2011).
2. Faktor usia
Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan usia yang lebih muda
(Indra, 2011).
3. Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena pengaruh hormonal
ketika kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal
dibandingkan sebelum kehamilan (Indra, 2011).
4. Faktor hormonal seperti menopause
Wanita pada masa menopause lebih rentan terkena karena selaput mukosa yang
tergantung pada esterogen yang dapat berfungsi sebagai pelindung (Indra,
2011).
5. Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin
Sifat urin yang asam dapat menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi
gangguan dapat menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi
bakteri (Indra, 2011).
6. Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau
menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi (Indra,
2011).
Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor
risiko tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan
kemungkinan faktor risiko seperti :
10
1. Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih
2. Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying)
3. Konstipasi
4. Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih
sehingga terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.
5. Kekebalan tubuh yang rendah (Indra, 2011).
2.4 Fisiologis Infeksi Saluran Kemih
Komponen
Terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine; dia ureteryang membawa
urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara; dan uretra
yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretraeksterna (Sloane,
2004).
Fungsi Ginjal
Ginjal memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1. Pengeluaran zat sisa organik
2. Ginjal mengekskresikan urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian
hemoglobin dan hormone
3. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting
4. Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan
fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya
melalui rute lain seperti pada saluran gastrointestinal dan kulit
5. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh
6. Ginjal mengendalikan ekskresi ion Hidrogen, bikarbonat, dan ammonium
serta memproduksi urine asam atau basa, tergantung kebutuhan tubuh.
7. Pengaturan produksi sel darah merah
8. Ginjal melepas eritropoietin yang mengatur produksi sel darah merah
dalam sumsum tulang.
9. Pengaturan tekanan darah
10. Ginjal mengatur volume cairan yang essensial bagi pengaturan tekanan
darah, dan juga memproduksi enzim renin.Renin adalah komponen penting
11
dalam mekanisme renin-angiostenin-aldosteron yang meningkatkan
tekanan darah dan retensi air.
11. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino
darah
12. Ginjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih bertanggung
jawab atas konsentrasi nutrient dalam darah
13. Pengeluaran zat beracun
14. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan, atau
zat kimia asing lain dalam tubuh (Sloane, 2004).
2.5 Patofisiologis Infeksi Saluran Kemih
Pada periode neonatus, bakteri mencapai saluran kemih melalui aliran
darah atau uretra, yang selanjutnya bakteri naik ke saluran kemih dari
bawah.Perbedaan individu dalam kerentanannya terhadap infeksi saluran kemih
dapat diterangkan oleh adanya factor-faktor hospes seperti produksi antibody
uretra dan servikal (IgA), dan factor-faktor lain yang mempengaruhi perlekatan
bakteri pada epitel introitus dan uretra.Beberapa diantara factor-faktor ini, seperti
fenotip golongan darah P, ditentukan secara genetic. Imunosupresi, diabetes,
obstruksi saluran kemih, dan penyakit granulomatosa kronis adalah factor lain
yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Bila organisme dapat
masuk ke dalam kandug kemih, beratnya infeksi dapat menggambarkan virulensi
bakteri dan factor anatomik seperti refluks vesikouretra, obstruksi, stasis urin, dan
adanya kalkuli. Dengan adanya stasis urin, kesempatan untuk berkembang biak
bakteri meningkat, karena urin merupakan medium biak yang sangat baik. Lebih-
lebih lagi, pembesaran kandung kemih yang sangat akan mengurangi aliran darah
ke dinding kandung kemih dan dapat menurunkan resistensi alami kandung kemih
terhadap infeksi (Behrman, dkk. , 2000)
Dua jalur utama terjadinya infeksi saluran kemih adalah hematogen dan
ascending, tetapi dari kedua cara ini ascendinglah yang sering terjadi (Tessy, dkk.,
2001)
12
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium
penis, kulit perineum, dan disekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran
kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis (pada pria) buli-buli – ureter,
dan sampai ke ginjal (Purnomo, 2003).
Terjadinya ISK karena adanya gangguan keseimbangan ini disebabkan karena
adanya gangguan keseimbangan antar mikroorganisme penyebab infeksi sebagai
agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini
disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau virulensi
agent yang meningkat (Purnomo, 2003).
Beberapa jenis mikroorganisme penyebab ISK (Tessy, dkk., 2001)
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk kedalam saluran
kemih disebabkan oleh beberapa factor, antara lain adalah :
1. Pertahanan lokal dari host.
13
2. Peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas kekebalan
humoral maupun imunitas seluler (Purnomo, 2003)
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK.Penyebab
terbanyak adalah gram-negatif termasuk bakteri yang biasa menghuni usus yang
kemudian naik ke sistem saluran kemih.Dari gram-negatif Escherichia coli
menduduki tempat teratas. Sedangkan jenis gram-positif lebih jarang sebagai
penyebab ISK sedangkan enterococcus dan Staphylococcus aureus sering
ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih (Tessy, dkk., 2001)
Faktor predisposisi terjadinya ISK (Tessy, dkk., 2001)
2.6 Prognosis Infeksi Saluran Kemih
1. Infeksi Saluran Kemih disebabkan sistem kekebalan tubuh yang menurun,
sehingga bakteri alat kelamin, dubur atau dari pasangan (akibat hubungan
intim) masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang
biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke
ginjal (Adi, 2009).
2. Bakteri penyebab Infeksi Saluran Kemih Escherichia coli (50-90%)
menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh Proteus sp., Klebsiella
sp., Enterobacter sp., dan Pseudomonas sp (Zainul, 2010).
14
3. Infeksi Saluran Kemih lebih rentan terkena pada wanita, penyebabnya
adalah saluran uretra (saluran yang menghubungkan kantung kemih ke
lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar 3-5 centi meter).
Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang penisnya,
sehingga kuman sulit masuk (Adi, 2009).
4. Dua jalur utama terjadinya ISK adalah ascending dan hematogen. Namun,
secara umum, infeksi paling sering terjadi dengan cara ascending,
walapupun infeksi secara hematogen dapat terjadi pada anak usia infant
(Zainul, 2010).
5. Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing,
infeksi kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri ,
bila setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara
membersihkan dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan
antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah
berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang wanita dari
ISK (Purnomo, 2003).
6. Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu
saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang
multisistem, dan gangguan fungsi ginjal (Zainul, 2010).
7. Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi
jangka panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat
dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan
dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis,
bayi prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension (Zainul, 2010).
8. Infeksi Saluran Kemih tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis
lebih baik bila pengobatan pada fase akut adekuat dan disertai pengawasan
terhadap kemungkinan infeksi berulang (Widodo, 2012).
2.7 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
Dari segi anatomi infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi 2
bawah. Infeksi saluran kemih bagian bawah terdiri dari sistitis (kandung kemih),
15
uretritis (uretra), serta prostatitis (kelenjar prostat). Infeksi saluran kemih bagian
atas terdiri dari pielonefritis yaitu infeksi yang melibatkan ginjal (Coyle dan
Prince, 2005).
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
1. Infeksi saluran kemih atas
a) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
b) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi
saluran kemih serta refluks vesikoureter dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
2. Infeksi saluran kemih bawah
a) Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai
bakteriuria bermakna.
b) Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril). (Zainul, 2010)
2.8 Gejala Infeksi Saluran Kemih
1. Manifestasi Klinik infeksi saluran kemih secara umum :
Keadaan Klinik infeksi saluran kemih pada dewasa :
a. Gejala :
Infeksi saluran kemih bagian bawah :
Disuria , urgensi urinasi , Sering urinasi , Hematuria
Infeksi saluran kemih bagian atas :
Sakit panggul , demam , nausea , mual , muntah , malaise
b. Tanda:
Bakteriuria
Pyuria ( bilangan sel darah putih > 10/mm3)
Urin positif Nitrit
16
Urin positif leukosit esterase (Sukandar dkk, 2008).
2. Manifestasi Klinis khusus :
Infeksi Saluran Kemih
a. Bakteriuris asistomatik : Tidak ada gejala
b. Sistitis
Tanda :
Koloni bakteri uria > 100.000
Terdapat Nitrat dalam urin (merupakan produk samping bakteri)
Jumlah SDP Lebih dari 50 per ml urine atau 25 per HPP urine
SDM dalam urine
Gejala :
Sering berkemih
Urgensi berkemih
Disuria
Nyeri suprapubis
Hematuria
c. Pielonefritis
Tanda:
Demam lebih dari 37,8° atau lebih , disertai menggigil
Bakteri , nitrat , SDM , SDP , dan protein dalam urine
Gejala:
Nyeri punggung bagian bawah
Anoreksia , mual dan muntah
Sering berkemih , urgensi berkemoh , dan disuria
Nyeri tekan pada sudut kontovertebrata (costovertebral angle ,
CVA)
Nyeri Suprapubis (Morgan ,2009).
d. Prostatitis
17
Tanda:
Bakteriuria
Bakteri di temui pada sekitar prostat
Gejala
a. Akut :
Demam tinggi
Kedinginan
Lemas
Mialgia
Nyeri yang terlokalisasi (rectal , perneal , sakrokokkigeal )
Frekuensi
Urgensi
Disuria
Nokturia
Retensi
Bengkak , nyeri , kaku atau pengerasan kelenjar
b. Kronik :
Nyeri pada bagian bawah
Ketidak nyamanan pada perineal
Suprapubik
Pembesaran Prostat (Sukandar dkk, 2008).
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai
berikut :
1. 0-1 Bulan : Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan
diare, kejang, koma, panas/hipotermia tanpa
diketahui sebabnya, ikterus (sepsis) (Noer, 2006).
2. 1 bln-2 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya,
gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare,
kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air
18
kemih berbau/berubah warna, kadang-kadang
disertai nyeri perut/pinggang (Noer, 2006).
3. 2-6 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak
dapat menahan kencing, polakisuria, disuria,
enuresis, air kemih berbau dan berubah warna,
diare, muntah, gangguan pertumbuhan serta
anoreksia (Noer, 2006).
4. 6-18 thn : Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui
sebabnya, tak dapat menahan kencing, polakisuria,
disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah
warna (Noer, 2006).
2.9 Pencegahan Infeksi Saluran Kemih
Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing,
infeksi kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri , bila
setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari
depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan antara rektum dan vagina
setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah berhubungan seksual juga dapat
menurunkan resiko seorang wanita dari ISK ( Zainul, 2010).
1. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri
melalui sistem urine.
2. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang
air kecil juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau
ISK.
3. Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush
setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual.
4. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri
berbahaya dalam sistem saluran kemih
5. Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan
berpotensi berkembang biaknya bakteri. Hindari sandal jepit ( Zainul, 2010).
2.10 Pengobatan Infeksi Saluran Kemih
19
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian
terapi, namun bila sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika.
Antibiotika yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan tes kepekaan
antibiotika.
Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi
tinggi ke dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan
untuk mendapatkan efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran
kemih. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain:
1. Pengobatan dosis tunggal
2. Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
3. Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
4. Pengobatan profilaksis dosis rendah
5. Pengobatan supresif (1)
Berikut ini adalah deskripsi beberapa agen antimikroba yang umum
digunakan dalam terapi infeksi saluran kemih:
1. Siprofloksasin
Obat golongan kuinolon ini bekerja dengan menghambat DNA gyrase
sehingga sintesa DNA kuman terganggu. Siprofloksasin terutama aktif terhadap
kuman Gram negatif termasuk Salmonella, Shigella, Kampilobakter, Neiseria, dan
Pseudomonas. Obat ini juga aktif terhadap kuman Gram positif seperti Str.
pneumonia dan Str. faecalis, tapi bukan merupakan obat pilihan utama untuk
Pneumonia streptococcus .
2. Trimetropim-Sulfametoksazol (kotrimoksazol)
Sulfametoksazol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk kombinasi
karena sifat sinergisnya. Kombinasi keduanya menghasilkan inhibisi enzim
berurutan pada jalur asam folat . Mekanisme kerja sulfametoksazol dengan
mengganggu sintesa asam folat bakteri dan pertumbuhan lewat penghambat
pembentukan asam dihidrofolat dari asam para-aminobenzoat. Dan mekanisme
kerja trimetoprim adalah menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi
tetrahidrofolat (Tjay dan Raharja, 2007).
3. Amoksisillin
20
Amoksisilin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja dengan
cara menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan
menghasilkan efek bakterisid . Amoksisillin merupakan turunan ampisillin yang
hanya berbeda pada satu gugus hidroksil dan memiliki spektrum antibakteri yang
sama. Obat ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan menghasilkan
kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007).
4. Seftriakson
Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga.
Berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman, berdasarkan penghambatan
sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan
dindingnya .Seftriakson memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan
sefalosprin yang lain sehingga cukup diber ikan satu kali sehari. Obat ini
diindikasikan untuk infeksi berat seperti septikemia, pneumonia, dan meningitis.
(Tjay dan Rahardja, 2007).
5. Gentamisin
Gentamisin merupakan aminoglikosida yang paling banyak digunakan.
Spektrum anti bakterinya luas, tetapi tidak efektif tehadap kuman anaerob
6. Ampisilin
Ampisilin adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,
bronkitis kronis, salmonelosis invasif dan gonore. Ampisilin efektif terhadap
beberapa mikroba gram -negatif dan tahan asam, sehingga dapat
diberikan per oral.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
21
ISK atau infeksi saluran kemih merupakan gangguan pada saluran kemih
yang disebabkan adanya sumbatan, keradangan bakterial saluran kemih disertai
adanya kolonisasi mikroba di urin. Penyebab ISK umumnya mikroorganisme,
bakteri Escherichia coli, Chlamydia dan Mycoplasma. Masuknya mikroorganisme
kedalam saluran kemih dapat melalui penyebaran endogen yaitu kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat (ascending), hematogen (sering terjadi pada pasien
yang sistem imunnya rendah), limfogen dan eksogen (akibat pemakaian berupa
kateter).
DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2009. Infeksi Saluran Kemih. Tersedia pada :
http://adproindonesia.multiply.com/journal/item/111?
22
&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem [diakses pada 08 April
2012].
Behrman, Kliegman, dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15, Volume 3. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Corwin, E J. 2008. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Coyle, E. A., Prince, R. A. 2005. Urinary Tract Infection, in Dipiro J.T., et al,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th, Appleton&Lange,
Stamford.
Daulay, M.2011. Kaitan Popok Sekali Pakai dengan ISK. Available online at
www. repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf [Diakses tanggal
11 April 2012]
Indra, M. 2011. Infeksi Saluran Kemih. Available online at: www.
xa.yimg.com/kq/groups/21714241/.../cystitis_X.d... [diakses tanggal 9
April 2012]
Morgan,G and Hamiton, C .2009. Obstetri dan Ginekologi: Panduan Praktik Edisi
2 Cetakan Pertama . Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Noer, Muhammad S., dkk. 2006. Infeksi Salluran Kemih. Tersedia online di
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=071
10-fnzh263.htm [diakses pada 08 April 2012].
Nofriaty, Reni. 2010. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi Surakarta Tahun 2009. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah. Surakarta
Purnomo,BB 2003. Dasar-Dasar Urologi 2nd Edition. Sagung Seto. Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
23
Sukandar, Y. E , dkk . 2008. ISO Farmakoterapi . PT. ISFI Penerbitan – Jakarta.
Tessy, A., Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ketiga. Jakarta. Penerbit FKUI.
Tjay dan Rahardja, 2007. Obat-obat Penting. Gramedia . Jakarta
Widodo, N. 2012. Infeksi Saluran Kemih ( Nefrologi Anak ). Tersedia pada :
http://dinkes.banyuasinkab.go.id/index.php/artikel-kesehatan/126-infeksi-
saluran-kemih-nefrologi-anak-.html [diakses pada 08 April 2012].
Zainul, 2010. ISK (infeksi saluran kemih). Tersedia pada :
http://omzainul.wordpress.com/2010/03/29/isk-infeksi-saluran-kemih-
dari-berbagai-sumber-moga-berguna/ [diakses pada 08 April 2012].
24