makalah pbak 2
DESCRIPTION
dampak korupsi terhadap pelayanan kesehatanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah Negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya
alam yang tersedia, namun di lihat secara nyata, rakyat Indonesia banyak
yang menderita. Penderitaan ini seperti : kemiskinan, kelaparan, dan
kesengsaraan. Penderitaan yang di jalani rakyat tidak lain dan tidak bukan
adalah dampak dari otonomi daerah yang kurang terstruktur. Hal ini di
karenakan rendahnya moral – moral para pejabat yang memegang kekuasaan
di Indonesia. Rendahnya moral para pejabat yang ada
di Indonesia menyebabkan Indonesia menempati rangking ke-3 dalam
Negara terkorup di dunia. Hal ini sangat mencoreng nama bangsa
Indonesia sebagai Negara yang memiliki kekayaan lebih. Saat ini, korupsi
di Indonesia sudah mencapai puncaknya, setiap pejabat tinggi yang di
periksa, pasti terlibat korupsi. Jika hal ini tidak di tanggapi dengan serius
maka Negara Indonesia tidak akan mencapai puncak emas seperti yang di
cita – cita kan dalam pembukaan undang – undang dasar 1945.
Permasalahannya adalah, masyarakat belum mengetahui tentang dampak
korupsi dalam pelayanan kesehatan, penanganan di sector kesehatan. Maka
dengan penyusunan makalah ini, penulis akan mengunggakap hal – hal yang
berkaitan dengan masalah tersebut.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang
dibahas dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apakah dampak korupsi terhadap pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana penanganan korupsi di sektor kesehatan ?
3. Bagaimana contoh kasus korupsi di sektor kesehatan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pelayanan kesehatan.
2) Untuk mengetahui penanganan korupsi di sektor kesehatan.
3) Untuk mengetahui penanganan korupsi di sektor kesehatan.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan diatas, maka penulisan makalah ini diharapkan
dapat bermanfaat, sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Umum
Memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan tentang materi.
1.4.2 Manfaat Khusus
1.4.2.1 Bagi pembaca
2
Makalah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam memahami
materi yang di sajikan. Selain itu pembaca makalah ini diharapkan mampu
menerima semua materi yang disampaikan.
1.4.2.2 Bagi penulis
Dapat memperluas kaidah-kaidah pengetahuan serta sumber ajar yang
berguna dalam proses pembelajaran khususnya pada materi .
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dampak Terhadap Pelayanan Kesehatan
Identik dengan di atas, korupsi di bidang kesehatan akan
meningkatkan biaya barang dan jasa di bidang kesehatan, yang pada
akhirnya kesemuanya harus ditanggung oleh konsumer atau rakyat
Keberhasilan terhadap program program kesehatan tidak ditentukan
semata hanya kuantitas dari program itu sendiri, namun sedikit
banyaknya ditentukan oleh berjalannya sistem yang ada melalui
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Kewenangan dan kekuasaan
pada tahap implementasi dapat diterjemahkan secara berbeda oleh tiap-
tiap daerah dan cenderung ditafsirkan dengan keinginan masing-masing
daerah. Kondisi ini akan dapat menciptakan peluang-peluang KKN yang
dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan
kesehatan masyarakat.
Dampak korupsi di bidang kesehatan, antara lain:
1. Tingginya biaya kesehatan.
Tingginya biyaya kesehatan saat ini sangatlah membuat kalangan
masyarakat menengah kebawah untuk mendapat pelayanan yang
optimal, fenomena ini terjadi akibat prilaku nakal dari pejabat-pejabat
yang rusak moralnya sehingga dana-dana yang seharusnya digelontorkan
untuk menunjang kesehatan masyarakat miskin “dimakan” oleh para
pejabat-pejabat nakal yang menduduki kursi di pemerintahan, sehingga
masyarakat miskin yang jadi korbannya.
4
2. Tingginya angka kematian ibu hamil, ibu menyusui dan bayi.
Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup
masih terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan
PembangunanMillenium (Millenium Development Goals/MDGs) dalam
rangka mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang meninggal
selama hamil dan melahirkan pada 2015. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dalam pernyataan yang diterbitkan di laman resmi WHO itu
dijelaskan, untuk mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu
antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen pertahun. Data WHO,
UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu
hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun. Tahun 2005,
sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah
persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang
sebanyak 576.000. Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian
ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara
berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negaraberkembang
merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000
kelahiran bayihidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di
sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Terlebih lagi, rendahnya penurunan angka kematian ibu global
tersebut merupakan cerminanbelum adanya penurunan angka kematian
ibu secara bermakna. Sebanyak 20-30 persen dari kehamilan mengandung
resiko atau komplikasi yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian
ibu dan bayinya. Salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu
5
negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu adalah
jumlah wanita yang meninggal mulai dari saat hamil hingga 6 minggu
setelah persalinan per 100.000 persalinan. Angka Kematian Ibu
menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas
pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat,
kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam
memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan.
Tingginya AKI dan lambatnya penurunan angka ini menunjukkan
bahwa pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk
ditingkatkan baik dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanannya.
Menurut WHO tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal
akibat persalinan. Sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan
450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan
dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih
tergolong tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya. Menurut
Depkes tahun 2008 jikadibandingkan AKI Singapura adalah 6 per
100.000 kelahiran hidup, AKIMalaysia mencapai 160 per 100.000
kelahiran hidup. Bahkan AKI Vietnam sama seperti Negara Malaysia,
sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, filipina 112 per
100.000 kelahiran hidup, brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup,
sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut
6
depkes pada tahun 2010, penyebab langsung kematian maternal di
Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28
persen. Sebab lain, yaitu eklampsi 24 persen, infeksi 11 persen, partus
lama 5 persen, dan abortus 5 persen.
3. Tingkat kesehatan masih buruk.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan
4. Banyaknya kasus gizi buruk
Masalah gizi, khususnya anak pendek, menghambat perkembangan
anak muda, dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam
kehidupan selanjutnya. Studi menunjukkan bahwa anak pendek sangat
berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama pendidikan
yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa
Meskipun Indonesia telah menunjukkan penurunan kemiskinan secara
tetap, tetapi masalah gizi pada anak-anak menunjukkan sedikit
perbaikan. Dari tahun 2007 sampai 2011, proporsi penduduk miskin di
Indonesia mengalami penurunan sebesar 16,6 - 12,5 persen, tetapi
masalah gizi tidak menunjukkan penurunan secara signifikan (Gambar
1). Prevalensi anak pendek sangat tinggi, mempengaruhi satu dari tiga
anak balita, yang merupakan proporsi yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat menurut kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dari
7
fakta tersebut terbukti bahwa gizi buruk di indonesia masih banyak,
penyebab signifikan dari hal ini adalah pelayanan kesehatan yang kurang
memadai, dan yang mengakibatkan pelayanan kesehatan yang kurang
memadai adalah dana yang “dimakan” oleh para pejabat diatas yang
melakukan “korupsi”
5. Kinerja petugas kesehatan yang tidak sesuai standar.
Resiko kerusakan dapat terjadi pada kesehatan dan keselamatan
manusia berbagai akibat kualitas lingkungan yang buruk kualitas petugas
kesehatan yang masih buruk, penanaman modal yang anti-lingkungan
atau ketidakmampuan memenuhi standarisasi kesehatan dan lingkungan.
Korupsi akan menyebabkan kualitas pembangunan buruk, yang dapat
berdampak pada kerentanan bangunan sehingga memunculkan resiko
korban.
Angka mortalitas ibu hamil dan melahirkan pada tahun 2012,
ternyata masih tinggi yakni 359 per 100.000 kelahiran. Angka ini
meningkat tajam dibanding tahun 2007, yakni 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Secara makro, angka kematian ibu hamil dan melahirkan,
merupakan parameter kualitas kesehatan masyarakat pada suatu negara.
Laksono Trisnantoro dalam Seminar Pencegahan Korupsi di
Sektor Kesehatan yang diselenggarakan oleh Keluarga Alumni Gadjah
Mada Fakultas Kedokteran Yogyakarta (Kagama Kedokteran) pada Rabu,
22 Mei 2013, secara khusus menyoroti dampak korupsi terhadap sistem
manajemen rumah sakit. Sistem manajemen rumah sakit yang diharapkan
8
untuk pengelolaan lebih baik menjadi sulit dibangun. Apabila korupsi
terjadi di berbagai level maka akan terjadi keadaan sebagai berikut:55
1. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai
sisi bayangan yang semakin gelap.
2. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidak
relevan;
3. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus membayar
untuk menjadi direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen;
4. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan
tidak seperti apa yang ada di buku teks.
Akhirnya, terjadi kematian ilmu manajemen apabila sebuah rumah/
lembaga kesehatan sudah dikuasai oleh kultur korupsi di sistem
manajemen rumah sakit maupun sistem penanganan klinis.
2.2 Penanganan Korupsi di Sektor Kesehatan
Secara prinsip dikenal ungkapan Pencegahan lebih baik dibanding
dengan Pengobatan. Oleh karena itu, diperlukan pencegahan korupsi di
sektor kesehatan melalui berbagai cara, antara lain:
1. Pembangunan karakter tenaga kesehatan, pimpinan pemerintahan dan
politik, serta konsultan, yang dimulai sejak masa kecil;
2. Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit dan serta
SDMnya harus dilakukan secara baik ,dan transparan;
3. Pendampingan kegiatan yang potensi korupsi sejak awal perencanaan,
terutama pada proyek-proyek di sektor kesehatan yang rentan menjadi
proyek yang dapat dirancang untuk dikorupsi;
9
4. Cermat dalam melakukan kegiatan, termasuk administrasi perkantoran;
5. Dokter, tenaga kesehatan, manajer RS harus memahami peraturan dan
perundangan mengenai korupsi melalui pendidikan dan pelatihan.
2.3 Contoh Kasus Korupsi Dalam Sektor Kesehatan
Kasus dokter Ayu yang divonis hukuman 10 bulan penjara oleh
MA sepertinya mampu membangunkan kesadaran masyarakat betapa
buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia. Selain pelayanan yang
buruk, kasus korupsi yang menjerat para dokter dan orang-orang yang
terlibat dalam bidang kesehatan juga menyebabkan citra dokter semakin
terpuruk.
Tulisan ini akan mencoba membuka kembali lembaran-demi
lembaran prasasti tentang jenis-jenis tindak pidana korupsi (TIPIKOR)
yang kerap dilakukan oleh para dokter dan orang-orang yang
berkecimpung dibidang kesehatan baik yang dilakukan secara sengaja
maupun yang dilakukan karena ketidaktahuannya. Fakta bahwa dokter
juga melakukan korupsi perlu diangkat ke publik karena kejahatan
korupsi di Indonesia sudah membuat hati masyarakat Indonesia gundah
gulana. Kegundahan yang disebabkan hampir setiap hari berita tentang
tertangkapnya koruptor tidak pernah berhenti. Survei MTI (Masyarakat
Transparansi Indonesia) beberapa tahun lalu yang menempatkan
Indonesia dalam kelompok Negara terkorup juga membuat hati semakin
miris dan meringis.
Dan diantara kasus-kasus korupsi yang pernah ditangani oleh
aparat penegak hukum baik KPK, kejaksaan dan kepolisian beberapa
10
diantaranya menyeret dokter baik sebagai tersangka, terdakwa maupun
terpidana. Catatan KPK menunjukkan, di tahun 2005 saja, ada 93 kasus
yang menyeret orang-orang yang bekerja dibidang kesehatan dan 11
dokter diantaranya telah dijatuhi hukuman.
Kongkalingkong dokter dengan produsen obat
Sudah bukan rahasia lagi jika dokter mempunyai hubungan spesial
dengan perusahaan farmasi. Dokter sering dijadikan ujung tombak
pemasaran obat-obatan dari perusahaan farmasi tertentu. Kerjasama
spesial dokter-perusahaan farmasi mengarahkan dokter untuk untuk
membeli obat ataupun peralatan medis ke perusahaan farmasi dan ini
tentu mempengaruhi dokter dalam memberikan resep kepada pasien. Dan
perusahaan farmasi pun membalas jasa dokter dengan cara memberikan
fee baik berupa discount khusus maupun fasilitas lain seperti jalan-jalan
ke luar negeri, biaya dan akomodasi seminar. Akibat adanya biaya khusus
untuk memberikan pelayanan para dokter, maka perusahaan farmasi
menghitungnya sebagai biaya promosi yang kemudian dibebankan
kepada biaya produksi yang semakin tinggi dan berakibat pada mahalnya
harga obat-obatan. Akhirnya, harga obat yang mahal pun semuanya
dibebankan kepada pasien. Menurut Direktur Gratifikasi, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Giri Suprapdiono, pemberian fee baik
berupa discount khusus maupun fasilitas lain seperti jalan-jalan ke luar
negeri, biaya dan akomodasi seminar merupakan bentuk gratifikasi dan
dapat dikategorikan tindakan korupsi. Pasalnya, gratifikasi perusahaan
farmasi kepada dokter baik secara langsung maupun tidak langsung akan
11
mempengaruhi dokter untuk memberikan resep atau alat kesehatan ke
perusahaan tertentu yang telah menjalin kerjasama dengan dokter. Seperti
diketahui, regulasi tentang gratifikasi tercantum jelas dalam UU Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Korupsi. Berdasar undang-undang tersebut,
sumbangan bisa saja masuk kategori gratifikasi. Setiap gratifikasi kepada
PNS atau penyelenggara negara dianggap korupsi, apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
Menurut Pasal 12B UU No. 20/2001 bagi penerima gratifikasi dihukum
pidana seumur hidup, atau pidana paling singkat 4 tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (Rp1 Milyar). Kecuali, apabila penerima
gratifikasi melaporkannya ke KPK dalam waktu 30 hari setelah
diterimanya gratifikasi.
Mark up dana pengadaan alat kesehatan
Selain gratifikasi, tindak pidana korupsi yang paling banyak
menjerat dokter dan tenaga kesehatan adalah mark up dan manipulasi
dana pengadaan alat kesehatan untuk Puskesmas dan RSUD. Contoh
dari kasus ini adalah hukuman terhadap mantan Menteri Kesehatan di
era Presiden Megawati, Achmad Suyudi yang dijatuhi hukuman penjara
2 tahun 3 bulan dan denda 100 juta rupiah. Proyek pengadaan alat
kesehatan untuk 32 RSUD di wilayah Indonesia timur tersebut
mengakibatkan kerugian negara hingga 104 milyar rupiah. Selain
Achmad Suyudi, mantan Menteri Kesehatan KIB-1 era Presiden SBY,
12
Siti Fadilah Supari juga terjerat kasus pengadaan alkes dalam rangka
wabah flu burung tahun 2006-2007. Mantan Menteri Kesehatan
almarhumah Endang Rahayu Sedyaningsih juga sempat diisukan terlibat
dalam dugaan korupsi Pengadaan Alat Bantu Belajar Mengajar (ABBM)
Pendidikan dokter/dokter Spesialis di Rumah Sakit (RS) Pendidikan dan
RS Rujukan Tahun 2010 pada Kementerian Kesehatan. Proyek ABBM
ini diduga melibatkan mafia anggaran di DPR yang dikendalikan dan
diatur oleh M. Nazaruddin.
Dampak korupsi yang dilakukan oleh dokter
Terjadinya tindak pidana korupsi dibidang kesehatan yang
dilakukan oleh dokter dan pejabat di lingkungan kementrian kesehatan
mengakibatkan semakin buruknya pelayanan kesehatan dan menurunnya
derajat kesehatan masyarakat. Anggaran kesehatan yang seharusnya
digunakan untuk membangun kesehatan dan mewujudkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat, justru digunakan
untuk memperkaya diri sendiri dan orang lain yang berakibat pada
buruknya pelayanan kesehatan masyarakat.
Dampak korupsi lebih jauh yang dilakukan oleh dokter adalah semakin
tingginya harga obat-obatan dan rendahnya kualitas alat kesehatan pada
rumah sakit dan puskesmas serta sarana kesehatan masyarakat lainnya.
Karenanya, kongkalingkong dokter dengan produsen obat harus segera
dihentikan agar pasien tidak dirugikan. Seharusnya Dokter Demo ke
Kementrian Kesehatan.Fakta membuktikan bahwa selama ini kasus-
kasus korupsi dibidang kesehatan banyak dilakukan oleh para pejabat
13
dilingkungan kementrian kesehatan baik di pusat maupun di daerah.
Melihat fakta-fakta tersebut, seharusnya dokter-dokter yang selama ini
mengeluhkan kecilnya anggaran di bidang kesehatan sebaiknya
mengarahkan demonya ke Kementrian Kesehatan agar anggaran untuk
kesehatan yang sudah kecil tidak ada lagi korupsi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dampak korupsi di bidang kesehatan akan meningkatkan biaya
barang dan jasa di bidang kesehatan, yang ada akhirnya ke semuanya
harus ditanggung oleh konsumer atau rakyat. Kondisi ini akan dapat
menciptakan peluang-peluang KKN yang dapat berdampak langsung
maupun tidak langsung terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. Hal
tersebut akan menimbulkan dampak di bidang kesehatan,
seperti :Tingginya biaya kesehatan, Tingginya angka kematian ibu hamil,
ibu menyusui dan bayi, Tingkat kesehatan masih buruk, Banyaknya kasus
gizi buruk, Kinerja petugas kesehatan yang tidak sesuai standar. Secara
prinsip dikenal ungkapan Pencegahan lebih baik dibanding dengan
Pengobatan. Oleh karena itu, diperlukan pencegahan korupsi di sektor
kesehatanseperti 1. Pembangunan karakter tenaga kesehatan, 2.
Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit dan serta
SDMnya harus dilakukan secara baik ,dan transparan, 3. Pendampingan
pada kegiatan yang berpotensi korupsi sejak awal perencanaan, 4. Cermat
dalam melakukan kegiatan, termasuk administrasi perkantoran, 5.Dokter
atau tenaga kesehatan,manajer RS harus memahami peraturan dan
perundangan mengenai korupsi melalui pendidikan dan pelatihan demi
menciptakan pelayanan kesehatan yang optimal bersih dari korupsi.
15
3.1 Saran
Dengan kekayaan yang sangat melimpah ini, rakyat Indonesia
seharusnya dapat hidup lebih baik dan bahkan sangat mungkin untuk
menjadi yang terbaik di dunia ini. Sudah sewajarnya kalau penduduk
Indonesia hidup sejahtera jika melihat kekayaan yang dimiliki tersebut.
Tidak ada orang yang menderita karena sakit dikarenakan tidak mampu
untuk berobat, tidak ada lagi orang yang meninggal karena pelayanan
kesehatan burukdan tingginya biaya kesehatan,Tidak ada angka kematian
ibu hamil, ibu menyusui dan bayi, Tidak ada kesehatan yang masih
burukdan banyaknya kasus gizi buruk. Indonesia sangat potensial untuk
menjadikan masyarakatnya memiliki dan mendapatkan pelayanan
kesehatan yang terjamin. Tentunya dengan catatan, tidak ada korupsi,
tidak ada yang mengambil hak orang lain, dan tidak ada yang menjarah
kekayaan negara.Sebab apabila masih ada yang korupsi dan mengambil
hak-hak orang lain, Oleh sebab itu mari satukan langkah, mari perangi
korupsi dengan mengawali dari diri sendiri, dengan harapan besar bagi
kejayaan negeri ini serta kesejahteraan bangsa yang ditumjukan dengan
kemakmuran rakyatnya.
16