makalah pendidikan sebagai ilmu

11
MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN Disusun oleh : 1. Yaqub Firman S (14503241008 / A 1) 2. Firman Hidayat (14503241009 / A 1) 3. Indo Ridhwan K (14503241010 / A 1) 4. Wiwiet Imania (14503241011 / A 1) JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

Upload: wiwiet-imania

Post on 22-Jul-2015

69 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN

Disusun oleh :

1. Yaqub Firman S (14503241008 / A – 1)

2. Firman Hidayat (14503241009 / A – 1)

3. Indo Ridhwan K (14503241010 / A – 1)

4. Wiwiet Imania (14503241011 / A – 1)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan

berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan

kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman dan

kemasyarakatan untuk mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberi

penjelasan ataupun melakukan penerapan.

Pendidikan adalah suatu proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta

didik. Ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan obyek pendidikan. Ilmu yang ditransfer

umumnya ilmu pengetahuan yang bersifat memberi pengetahuan peserta didik dengan

harapan peserta didik mampu mengetahui segala macam keadaan alam, sosial dan

kebudayaan yang ada di dunia. Misalnya pada pendidikan formal atau sekolah, obyek

utama dalam proses pendidikan adalah ilmu pengetahuan.

Menapa pendidikan itu disebut ilmu? Karena ilmu merupakan obyek utama dari

pendidikan. Tanpa ilmu, segala sesuatu tidak dapat berjalan dengan.misalnya, anak sejak

kecil dididik oleh orang tuanya kalau makan supaya menggunakan tangan kanan, itulah

yang dinamakan pendidikan dan makan menggunakan tangan kanan itulah yang disebut

ilmu karena kalau menggunakan tangan kiri tidak sopan. Contoh lain misalnya orang

melamar pekerjaan, sebelum orang tersebut diterima menjadi karyawan tetap ia harus

ditraining. Training inilah yang dinamakan pendidikan dan materi-materi yang dilakukan

selama training itulah yang disebut ilmu.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami mengambil beberapa permasalahan, antara lain :

1. Apakah yang dimaksud Pendidikan Sebagai Ilmu ?

2. Apa persyaratan pendidikan sebagai ilmu ?

3. Apa sifat – sifat Ilmu Pendidikan ?

4. Bagaimana pengembangan pendidikan di Indonesia ?

BAB II

ISI

2.1 Pendidikan Sebagai Ilmu

Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan

manusia. Kita dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun

juga di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan sebagai gejala yang

universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan

sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan

perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang

terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang matanmg.

Manusia ingin lebih mempertanggungjawabkan caranya dia mendidik generasi

penerusnya agar lebih berhasil dalam melaksanakan hidupny, dalam pertemuan dan

pergaulannya dengan sesama dan dunia serta dalam hubungannya dengan Tuhan. Di

sinilah muncul keharusan pemikiran teoritis tentang pendidikan.

Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar

untuk mengembangkan potensi – potensi yang dimiliki manusia. Pengertian demikian

menurut Soedomo (1990: 30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan.

Menurut M.J Langeveld (1955), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu

pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untuk mengetahui

betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya

bertindak.

Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah

teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah

ilmu pengetahuan yang mempelajari soal – soal yang timbul dalam praktek pendidikan.

Menurut Cater V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu bangunan

pengetahuan yang sistematis mengenai aspek – aspek kuantitatif dan objektif dan proses

belajar, menggunakan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis – hipotesis

pendidikan untuk diuji dan pengalaman, seringkali dalam bentuk eksperimental.

Menurut Driyarkara (1980: 66 – 67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah,

pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut

pendidikan (mendidik dan matis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik

dan dididik). Kritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang ditangkap atau

muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai

dasar yang kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti betul – betul (tidak hanya

membeo), ingin mengalami sesuatu dengan seluk beluknya dan dasar – dasarnya. Metodis

berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara

tertentu. Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu

ide yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran – pikiran dan pendapat –

pendapat tidak tanpa hubungan, melainkan merupakan kesatuan.

Dari definisi – definisi Ilmu pendidikan yang diutarakan oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa :

1. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan

semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam

perpektif yang luas dan integratif.

2. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan

pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala

yang universal), dalam perpektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan

upaya untuk memanusiakan manusia agar menjadi sebenar – benarnya manusia

(insan), yang hal ini secara integratif diperlukan penggunaan berbagai kajian

tentang pendidikan (kajian historis, filosofis, psikologis dan sosiologis tentang

pendidikan).

3. Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan

dididik) dan pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.

2.2 Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu

Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis dan

sistematis yang berasal dari observasi, studi dan eksperimentasi untuk

menentukan hakikat dan prinsip – prinsip apa yang dipelajari.

Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu

disiplin ilmu, bila dipenuhi setidak – tidaknya tiga syarat, yaitu :

Memiliki objek studi (objek material dan objek formal)

Memiliki sistematika

Memiliki metode

Yang menjadi objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia.

Apabila kita pelajari perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup dalam

masyarakat maka perilaku itu disamping dapat dilihat dan segi ilmu pendidikan

juga dalat dilihat dan segi – segi yang lain seperti segi psikologis, sosiologis,

antropologis.

Objek formal ilmu pendidikan adalah menelaah fenomena pendidikan dan

semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam perspektif

yang luas dan integratif. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada

hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat

pada manusia, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan

manusia agar menjadi sebenar – benar manusia (insan).

Secara teoritik, sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga

segi tinjauan, yaitu :

Melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi

Dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar

Dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya

sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosio – budaya di masa depan.

Selanjutnya syarat ketiga bagi disiplin ilmu yaitu memiliki metode.

Metode – metode yang dapat dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut

(Soedomo, 1990: 46 – 47; Mub, Said, 1989) :

a. Metode Normatif

Metode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan

yang ingin dicapai oleh pendidikan. Metode ini juga membawa pertanyaan

yang berkenaan dengan masalah nilai baik dan nilai buruk.

b. Metode Eksplanatori

Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang

kondisi dan kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.

Dalam hal ilmu pendidikan mendapatkan bantuan dari berbagai teori

tentang pendidikan yang boleh jadi dihasilkan oleh ilmu – ilmu lain.

c. Metode Teknologis

Metode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan

bagaimana melakukannya dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan –

tujuan yang diinginkan.

d. Metode Deskriptif – Fenomenologis

Metode ini menciba menguraikan kenyataan – kenyataan

pendidikan dan kemudian mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang

hakiki.

e. Metode Hermeneutis

Metode ini mencoba menguraikan kenyataan – kenyataan

pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan

struktur dari kegiatan pendidikan.

f. Metode Analisis Kritis (Filosofis)

Metode ini menganalisis secara kritis tentang istilah – istilah,

pernyataan – pernyataan, konsep – konsep dan teori – teori yang ada atau

digunakan dalam pendidikan.

Syarat lain bagi disiplin ilmu pendidikan adalah memiliki evidensi

empiris. Yang dimaksud dengan evidensi empiris adalah adanya

kesesuaian (korespondensi) antara konsepsi teoritisnya dengan

permasalahan – permasalahan dalam praktek sehingga disamping dapat

menjelaskan kasus – kasus yang timbul, juga sekaligus dapat mendukung

diaplikasikannya dalam menjawab permasalahan pendidikan di lapangan,

dalam lingkup kajian ilmu pendidikan. Ini sesua dengan sifat ilmu

pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.

2.3 Sifat Ilmu Pengetahuan

Selain memiliki unsur-unsur ilmu pengetahuan, harus juga memiliki sifat-sifat

yang wajib diketahui, diantaranya :

a. Rasional

b. Empiris

c. Fakta dan Teori

d. Universal

e. Akumulatif

f. Sebagai Ilmu Normatif

g. Praktis dan Teoritis

h. Rohaniah

i. Historis

RASIONAL

Ilmu pengetahuan harus bersifat rasional artinya ilmu tersebut

harus mempunyai sifat kegiatan berpikir yang ditundukan pada logika atau

penalaran . Berpikir rasional berarti berpikir secara sistematis yang

kompleks dan konsepsional dengan kemampuan menggunakan lambang

untuk dapat memberi arti yang hampir tidak terbatas kepada suatu objek

material, seperti pada suara, gerak, warna dan rasa.

EMPIRIS

Ilmu pengetahuan harus bersifat empiris artinya kesimpulan atau

konklusi ilmu pengetahuan yang diambil harus tunduk kepada

pemeriksaan atau verifikasi indra manusia, maka kaidah logika formal dan

hukum sebab-akibat harus menjadi dasar kebenaran yang bersifat relitas

objektif dan netral.

FAKTA dan TEORI

Ilmu pengetahuan terdiri atas dua unsur besar, yaitu fakta dan

teori. Teori mendefinisikan fakta sebagai observasi empiris yang bisa

diverifikasi dan mempunyai tugas menempatan hubungan yang terdapat

diantara fakta-fakta itu. Ilmu tidak dapat disusun hanya berdasarkan fakta

saja, tetapi untuk menjadi ilmu pengetahuan fakta harus disusun dalam

suatu sistem dan diinterpretasikan sehingga tanpa metode tersebut suatu

fakta tidak akan bisa menjadi ilmu.

UNIVERSAL

Ilmu pengetahuan harus bersifat umum artinya kebenaran yang

dihasilkan ilmu pengetahuan dapat diperiksa oleh para peninjau ilmiah dan

dapat dipelajari atau diikuti secara umum serta dapat diajarkan secara

umum pula. Kebenaran ilmu tidak bersifat rahasia tetapi memiliki nilai

sosial sehingga kewibawaan ilmiah didapat setelah hasil itu diketahui,

diselidiki dan dibenarkan veliditasnya oleh sebanyak mungkin ahli dalam

bidang ilmu tesebut.

AKUMULATIF

Ilmu pengetahuan harus bersifat akumulatif atau saling berkaitan

artinya ilmu pengetahuan tersebut harus diketengahkan hubungan antara

ilmu dan kebudayaan sebab ilmu merupakan salah satu unsur kebudayaan

manusia. Misalnya, untuk dapat belajar manusia mempunyai kemampuan

berbicara dan berbahasa. Selain itu, ilmu pengetahuan yang dikenal

dewasa ini, merupakan kelanjutan dari ilmu yang ada sebelumnya.

NORMATIF

Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan

kaidah atau pedoman atau ukuran tingkah laku manusia. Sesuatu yang

normatif berarti berbicara masalah baik atau buruk dari perilaku manusia.

Ilmu Pendidikan merumuskan peraturan-peraturan tentang bertingkah laku

manusia untuk mencapai keteraturan hidup.Keteraturan hidup akan

menjamin kelangsungan keeratan (kohesi)antarmanusia (hubungan sosial

manusia).

Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah

“manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya

termasuk bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat

tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-

praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai

luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang

melakukan pendidikan.

Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan

ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai

tidak diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara

normative bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat dan

pandangan hidup, malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh

seseorang.

Karena Ilmu Pendidikan bersifat normatif berarti pula bersifat

praktis karena ilmu pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan

sehingga pendidik bertugas menanamkan sistem-sistem norma bertingkah

laku manusia yang dibanggakan, dihormati, dan dijunjung tinggi oleh

masyarakat.

PRAKTIS dan TEORITIS

Ilmu pendidikan adalah termasuk ilmu pengetahuan empiris yang

diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis

untuk digunakan secara praktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu

pendidikan didalam sistemmatika ilmu pengetahuan.

Ilmu pendidikan bersifat normatif berarti pendidikan juga bersifat praktis

karena pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan dalam

kehidupan, sehingga pendidik bertugas menanamkan sistem-sistem norma

tingkah laku manusia yang dibanggaakan, dihormati dan dijunjung tinggi

oleh masyarakat (kondisi sebaliknya akan menyebabkan anak dijauhi oleh

masyarakat). Secara etis ilmu pendidikan diarahkan untuk menciptakan

kesejahteraan hidup manusia, sebaliknya tindakan yang ditujukan untuk

menistakan atau melaratkan manusia dikatakan diluar perbuatan

pendidikan.

Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan

mensistemkan didalam pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola

pemikiran pendidikan. Jadi dari pratik-pratik teoritis inilah pendidikan

disusun secara teoritis. Dan pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang

disusun dalam suatu sistem pndidikan yang biasa disebut Ilmu mendidik

teoritis.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

sebagai ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan

kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan. Pendidikan

sebagai ilmu teoritis adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan teori

yang sudah ada untuk mempermudah jalanya pendidikan.

ROHANIAH

Ilmu pendidikan bersifat rohaniah karena selalu memandang

peserta didik sebagai makhluk yang bersusila dan ingin menjadikannya

sebagai makhluk yang beradab.

HISTORIS

Ilmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan teori sistem

pendidikan sepanjang jaman dan kebudayaan serta makna filosofis yang

berpengaruh pada jaman tertentu.

2.4 Pengembangan Pendidikan

Pengembangan pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari

masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang hal-

hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam pengembangan pendidikan, secara

umum dapat diberikan dua buah model pengembangan yang baru yaitu: Pertama

"top-down model" yaitu pengembangan pendidikan yang diciptakan oleh pihak

tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya

pengembangan pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional

selama ini. Kedua "bottom-up model" yaitu model pengembangan yang

bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk

meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Abdul Majid

mendefinisikan pengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain

pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala

sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan

memperhatikan potensi dan kompetensi siswa. Pengembangan pembelajaran hadir

didasarkan pada adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana

berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan

peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain ilmu pengetahuan dan

teknologi, pengembangan pembelajaran hadir juga didasarkan pada adanya sebuah

kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi anak-

anaknya semakin meningkat, sekolah yang berkualitas semakin dicari, dan

sekolah yang mutunya rendah semakin ditinggalkan. Orang tua tidak peduli

apakah sekolah negeri ataupun swasta. Kenyataan ini terjadi hampir di setiap kota

di Indonesia, sehingga memunculkan sekolah-sekolah unggulan di setiap

kota.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka proses belajar mengajar di ruang

kelas telah pula banyak menarik perhatian para peneliti dan praktisi pendidikan

dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, pengembangan

pembelajaran perlu digalakkan, sehingga dapat diketahui secara nyata, apa,

mengapa dan bagaimana upaya-upaya yang seharusnya dilakukan dalam

meningkatkan mutu pembelajaran yang diharapkan.

Dengan demikian pembelajaran perlu dikelola dengan baik agar dapat

mencapai hasil yang optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengelolaan

pembelajaran merupakan kunci keberhasilan menuju pembelajaran yang

berkualitas.

Asumsi penulis, dalam hal ini adalah

(1) pengelolaan pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pembelajaran; (2)

keberhasilan pembelajaran dapat terwujud jika ditentukan oleh kualitas manajemennya.

Semakin baik kualitas pengelolaan pembelajaran, semakin efektif pula pembelajaran

tersebut dapat mencapai tujuannya; dan (3) pengelolaan pembelajaran yang efektif

mempersyaratkan adanya kemampuan menciptakan, mempertahankan dan memperbaiki

pembelajaran, baik yang dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan merupakan suatu proses mentransfer ilmu yang pada umumnya

dilakukan melalui tiga cara yaitu lisan, tulisan dan perbuatan. Pada dasarnya, pendidikan

erat hubunganya dengan ilmu karena obyek utama dari pendidikan adalah ilmu.

Pendidikan yang berlangsung beberapa puluh tahun menunjukkan

perkembangannya sebagai ilmu yang semakin mantap, baik dalam artian isi maupun

metode. Maka, perkembangan isi cabang ilmu pendidikan ini selain mengenai

perbangdingan sistem pendidikan, tetapi juga meliputi kaitan atau peranan pendidikan

terhadap perkembangan aspek- aspek kehidupan lai yang meliputi ekonomi, sosial dan

politik.

Ilmu pendidikan di Indonesia saat ini, praktis hanya memperhatikan dan

menganalisis persoalan- persoalan pendidikan formal di sekolah. Perhatian ilmu

pendidikan terhadap masalah- masalah non-formal relatif kecil. Pertumbuhan

pendidikan tidak hanya ditentukan oleh pengalaman- pengalaman pendidikan formal,

tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan non-formal dan informal.

Ilmu pengetahuan menurut sistematikanya dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Ilmu-ilmu murni adalah ilmu yang mendahului pengalaman atau bebas dari

pengalaman. Contohnya matematika.

2) Ilmu terapan adalah ilmu yang dikaji berdasarkan pengalaman (empiris), penelitian,

pengkajian dan penyimpulan yang disusun secara teoritis dan dilaksanakan secara

praktis.

Ilmu pendidikan adalah ilmu yang berdasarkan pengalaman(empiris), pendidikan,

rohani, normatif, memiliki obyek yang jelas, dapat diuji kebenarannya dan disusun

secara teoritis dan dilaksanakan secara praktis.

Sehingga ilmu pendidikan memenuhi kriteria atau syarat-syarat ilmu pengatahuan

yaitu:

a. Ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan yang bersitaf empiris.

b. Ilmu itu bersifat sistematis

c. Ilmu itu mempunyai obyek atau lapangan tertentu yang jelas, dapat dipisahkan

dari obyek pengetahuan yang lain

d. Ilmu tersebut mempunyai metode dan tujuan tertentu

3.2 Saran

Agar pemerintah lebih memperhatikan pendidikan di Indonesia. Tidak hanya

pendidikan formal di sekolah, tetapi juga pendidikan non-formal dan informal. Karena

pendidikan tidak hanya ditentukan oleh pengalaman-pengalaman pendidikan formal,

tetapi juga pengalaman-pengalaman pendidikan non-formal seperti pendidikan

mayarakat baik lembaga-lembaga bimbingan (kursus) maupun pendidikan lingkungan

sekitar dan informal seperti lingkungan keluarga yang merupakan pendidikan primer

pada anak. Juga pemerintah lebih memperhatikan anak-anak dari keluarga kurang

mampu yang membuat anak tersebut harus putus sekolah. Dengan cara lebih mengawasi

pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di lapangan. Dan dengan

merealisasikan dana anggaran 20% APBN dan APBD untuk penyelenggaraan

pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://hamkamodern.blogspot.com/2009/11/makalah-ilmu-pendidikan-pendidikan.html

Alfianto,M. Dody, S.Ag dan Suwiarno , S.Ag. 2008. Berislam Menuju Kesalehan Individulis dan

Sosia., Surakarta: LPID UMS

Barnadib, Prof. Imam,M.A.,Ph. 1990. Pendidikan Perbangdingan Buku Dua. Yogyakarta: Andi

Offset.

Barnadip, prof.. Dra. Sutari Imam. 1976. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta:

fakultas Ilmu Pendidikan( FIP)- IKIP Yogyakarta

Jumali,Drs. Muhammad; Dra. Surtikanti, SH.; Dra. SA. Tuarat Aly; Dra. Sundari, SH.. 2004.

Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyan University Press UMS

Sukmadinata,Prof. Dr. Nana Syaodih. 2003. Landasan Pendidikan Teoritus dan Prakti.,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

TIM Dosen FIP- IKIP Malang. 1980. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional

W.J.S Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.