makalah perlindungan tanaman_dasgro
TRANSCRIPT
MAKALAH DASAR-DASAR AGRONOMI
SISTEM PERLINDUNGAN TANAMAN
Disusun oleh:
Dosen Pengampu: : Ir. Rohlan Rogomulyo, MP.
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
1. Ainun Halimah (11998)
2. Taufik Y. (12005)
3. Eka Putri (12006)
4. Citra Recha (12008)
5. Arinda R. (12019)
6. Fransisca Nugraheni (12047)
7. Dwi Nur M. (12192)
BAB I
PENDAHULUAN
Perlindungan tanaman adalah suatu kegiatan untuk menanggulangi
kerusakan tanaman, baik itu tanaman yang masih berada di perkebunan, ladang,
sawah dan lahan pertanian lainnya, maupun untuk melindungi hasil pertanian
yang sudah dipungut, bahkan setelah disimpan. Perlindungan tanaman bertujuan
untuk mendapatkan rendemen ekonomi yang optimal dengan kerusakan
lingkungan yang minimal. Tanpa kegiatan perlindungan tanaman yang teratur,
produksi pangan dunia akan terganggu. Negara maju yang telah melaksanakan
perlindungan tanaman secara intensif masih kehilangan hasil panen sebesar 10
persen. Sedang negara berkembang masih kehilangan hasil panen sampai 60
persen sebagai akibat kurang dilaksanakannya perlindungan tanaman. Dalam
kejadian insidental lokal atau regional negara berkembang dapat kehilangan hasil
panen sampai dengan 100 persen, misalnya kerusakan karena hama belalang di
negara Timur Tengah dan Afrika. Gangguan hama penyakit dan gulma terhadap
berkurangnya pangan seluruh dunia masih mencapai kurang lebih 20 persen. Dua
pertiga dari penduduk dunia belum mempunyai cukup pangan.
Kerusakan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotis maupun
faktor nonbiotis. Kerusakan oleh faktor biotis disebabkan oleh sebangsa jamur,
bakteri, insekta, virus dan gulma. Untuk memberantas jamur digunakan fungisida,
bakteri digunakan bakterisida, insekta digunakan insektisida. Memberantas virus
umumnya masih dilakukan dengan pencabutan, kemudian dimusnahkan,
sedangkan untuk memberantas gulma digunakan herbisida. Kerusakan oleh faktor
nonbiotis disebabkan oleh suhu, cahaya, oksigen, air tanah dan sebagainya.
Dalam dunia pertanian titik berat masalah terletak pada bidang
penanaman, karena akhir-akhir ini areal penanaman semakin sempit. Mengingat
hal tersebut, dalam usaha peningkatan produksi pertanian, pemerintah
menganjurkan adanya suatu program yang disebut “Intensifikasi”, yaitu usaha
untuk melipatgandakan hasil pertanian dengan cara menanam pada setiap daerah
dengan luas areal tertentu. Salah satu unsur yang terkandung dalam program ini
adalah perlindungan tanaman.
BAB II
ISI
A. PENYEBAB KERUSAKAN TANAMAN
Kerusakan pada tanaman antara lain disebabkan oleh organisme
pengganggu tanaman (OPT) dan non OPT. OPT merupakan semua organisme
yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian
tumbuhan. OPT terdiri dari kelompok hama, penyakit dan gulma.
1) Hama
Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat
dengan pancaindra (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang dan dapat
merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Hama yang merusak
tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan.
Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung biasanya melalui
suatu penyakit.
Berdasarkan cara menyerangnya dengan tipe alat mulut hama digolongkan
sebagai berikut:
a. Ordo Hemiptera
Hama yang termasuk ordo ini tipe alat mulutnya pengisap.
Contoh: kepik, walang sangit, dan wereng.
b. Ordo Lepidoptera
Hama ini terdiri dari golongan kupu-kupu, tipe alat mulutnya pengisap
yang berupa belalai. Golongan ini merusak karena mereka adalah
penggerek batang, penggerek buah, ulat dan sebagainya.
c. Ordo Coleoptera
Ordo ini merupakan tingkatan yang paling besar dari insekta lainnya.
Hama ini sebangsa kumbang, tipe alat mulutnya penggigit.
d. Ordo Ortoptera
Yang termasuk ordo ini adalah sebangsa belalang, jangkerik, gangsir,
kecoa dan lain-lain.
e. Ordo Heminoptera
Sebangsa lebah dengan tipe mulutnya penggigit pengunyah.
f. Ordo Diptera
Yang termasuk ordo ini adalah sebangsa lalat. Tipe mulutnya adalah
penjilat pengisap dan penusuk pengisap.
g. Ordo Tisanoptera
Hama yang termasuk ordo ini sebangsa kutu, tipe alat mulutnya pengisap
dan berujung tajam.
2) Penyakit
Sakit adalah situasi dimana proses hidup suatu tanaman menyimpang dari
keadaan normal dan menimbulkan kerusakan, sehingga tanaman ini tidak dapat
tumbuh dan berkembang biak seperti biasa, bahkan dapat menyebabkan matinya
tanaman tersebut. Penyakit tanaman adalah penyebab kerusakan pada tanaman
selain yang disebabkan oleh hama. Ilmu yang mempelajri penyakit tanaman
disebut Pitopatologi. Penyakit disini dapat berupa: cendawan, bakteri, algae atau
ganggang, virus, keadaan fisiologis yang merugikan.
Pada umumnya tanaman yang sakit menunjukkan gejala-gejala atau tanda-
tanda yang khas. Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman itu
sendiri akibat adanya serangan penyakit.
Secara garis besar gejala ini dibagi menjadi tiga macam:
a. Gejala yang disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan hingga terhentinya
pertumbuhan pada suatu sel. Gejala semacam ini dinamakan hipoplastis.
b. Gejala nekrotis, yaitu suatu gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan sel
atau matinya sel itu.
c. Gejala yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel yang berlebih-lebihan,
disebut hiperplastis.
3) Gulma
Nama lainnya adalah herba atau rumput. Dalam dunia pertanian, istilah
yang populer adalah gulma, sedangkan para petani banyak yang menamakan
rumput. Di sawah, ladang, kebun atau lahan pertanian lainnya, banyak sekali jenis
rumput yang mengganggu tanaman pokok.
Jadi gulma adalah tanaman liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman
yang ditanam manusia sehingga manusia berusaha untuk mengatasinya. Gulma
diberantas karena gulma mengganggu tanaman dalam mengambil makanan,
sehingga mengakibatkan turunnya hasil pertanian. Selain itu juga merugikan
manusia karena gulma ada yang mengandung racun.
Gulma adalah suatu tanaman yang nilai negatifnya melebihi nilai
positifnya. Suatu tumbuhan memiliki nilai negatif apabila tumbuhan tersebut
merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya
tumbuhan bernilai positif apabila mempunyai daya guna bagi manusia. Tumbuhan
dapat bersifat tanaman di suatu tempat tapi dapat bersifat gulma di tempat lain.
Misalnya: Lantana camara pada padang rumput ia sebagai gulma, tetapi bila
tumbuh di pagar ia bersifat ruderal (tidak diperhitungkan) dan jika dibudidayakan
ia menjadi tanaman hias.
Hama mengadakan interaksi pada tanaman umumnya secara tidak
kontinyu (membuat luka, membuat lubang, dsb). Penyakit mengadakan interaksi
dengan tanaman umumnya secara kontinyu (gejala menguning sistematik, hawar,
layu, fliodi, dsb). Gulma mengadakan interaksi dengan tanaman umumnya secara
kompetisi (gulma dan tanaman terpengaruh secara negatif oleh interaksi dalam
bentuk penurunan kegiatan pertumbuhan termasuk peristiwa alelopati. Dalam
perkembangannya ilmu hama tumbuhan, ilmu penyakit tumbuhanm dan ilmu
gulma dapat berdiri sendiri-sendiri, dan ketiganya merupakan perkembangan dari
agronomi.
Faktor penyebab kerusakan tanaman non OPT diantaranya banjir, anomali iklim,
kebakaran lahan, dan penjarahan produksi dan lahan.
Perlindungan tanaman terhadap dampak fenomena iklim
1. Dampak utama yang diakibatkan oleh perubahan dan anomali iklim bagi
petani dan produktivitas pertanian nasional adalah terjadinya banjir dan
kekeringan yang sangat menurunkan hasil.
2. Akhir-akhir ini intensitas dan bobot ancaman iklim makin meningkat
dengan adanya banjir dan kekeringan yang mengganggu pencapaian
sasaran produksi pertanian khususnya tanaman pangan.
3. Dampak fenomena iklim dapat terjadi untuk semua kelompok tanaman
(pangan, hortikultuira dan perkebunan), namun lebih banyak dirasakan
oleh petani pangan, khususnya produksi padi dan kurang begitu dirasakan
oleh petani-petani hortikultura dan perkebunan, kecuali pada kasus ekstrim
bencana El Nino yang kita alami pada tahun 1997-1998.
Kedudukam iklim dalam pertanian
Iklim menentukan produksi dan pertumbuhan tanaman melalui penyediaan
curah hujan / air, dan unsur-unsur iklim lainnya seperti suhu, radiasi, dll.
Kondisi iklim akan menentukan alternatif jenis tanaman yang
dibudidayakan, pola tanam, areal tanam, dan musim tanam serta efisiensi
produksi.
Iklim merupakan gejala alam yang sangat dinamis, dalam kondisi normal
berfluktuasi secara reguler dalam pola tertentu atau teratur secara periodik
harian, bulanan, musim, tahunan, dll.
Iklim di Indonesia sangat rumit / kompleks, dinamis dan beragam ,
sehingga sulit diprediksi secara tepat perubahan iklim yang akan terjadi
Perubahan Iklim merupakan perubahan unsur-unsur iklim yang bersifat
tetap atau berjangka panjang dengan kecenderungan baru tertentu.
Terjadinya El-Nino
El Nino adalah gejala alam munculnya arus panas atau naiknya suhu
permukaan laut di Pasifik tropik bagian timur, yaitu sepanjang pesisir
Amerika Selatan (pesisir equador sampai Peru). Ketika muncul gejala El
Nino terjadi pergeseran pembentukan awan dari perairan Indonesia kearah
timur atau Pasifik tengah. Dengan bergesernya lokasi pembentukan awan
ini muncul kekeringan di wilayah Indonesia
Terjadi penurunan tekanan udara di Pasifik Tengah dan sepanjang pantai
Amerika Selatan. Sistem tekanan rendah diganti dengan tekanan tinggi-
lemah di pasifik barat (SO).
Perubahan pola tekanan udara ini menyebabkan kecepatan angin pasat
berkurang yang mengakibatkan terjadinya ”arus balik arah” dari barat ke
timur yang membawa air permukaan laut hangat sampai ke garis pantai
Peru.
Akibatnya air hangat yang menumpuk di barat kembali ke timur, dan tidak
banyak air dingin yang naik ke permukaan lautan. Suhu permukaan laut di
Pasifik timur meningkat.
Lautan jadi lebih panas mengakibatkan angin melemah. Akumulasi air
hangat tersebut menghentikan proses gerakan air dingin dari dalam ke
permukaan di pantai Peru seperti yang terjadi dalam keadaan normal.
Akumulasi awan terjadi di Pasifik Tengah dan tidak terjadi di pantai Utara
Australia dan Indonesia
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
B. PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA
Untuk menanggulangi hama, penyakit dan gulma yang mengganggu
kelestarian tanaman, secara garis besar dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu
dengan cara preventif dan kuratif.
1) Cara preventif, yaitu suatu usaha atau tindakan yang dilakukan sebelum
tanaman mendapat serangan hama, penyakit dan gulma. Pengendalian
dengan cara preventif diataranya:
a. Pengolahan tanah secara intensif.
b. Menanam jenis yang resisten.
c. Mendesinfeksi benih ke dalam larutan kimia.
d. Mengadakan rotasi (giliran) tanaman.
e. Menanam tepat pada waktunya.
2) Cara kuratif, yaitu suatu usaha atau tindakan yang dilakukan setelah
tanaman mengalami gangguan serangan hama, penyakit dan gulma. Cara
kuratif ini meliputi:
a. Biologis, yaitu pemberantasan dengan makhluk hidup yang merupakan
predatornya. Misalnya, hama tikus dimakan anjing, hama ulat dimakan
burung dan sebagainya.
b. Kemis, yaitu suatu cara pemberantasan hama, penyakit atau gulma
dengan menggunakan pestisida (zat kimia yang beracun).
Pemberantasan secara kemis ini harus dilakukan dengan hati-hati
karena pestisida dapat merusak kelestarian lingkungan setempat, lebih
lagi karena pestisida membawa efek yang sangat berbahaya.
Contoh: pemberantasan hama wereng dengan penyemprotan pestisida
secara tidak tepat menyebabkan semakin bertambahnya jumlah hama
tersebut. Oleh karena itu penggunaan pestisida harus diatur sedemikian
rupa agar jangan sampai merusak kelestarian lingkungan hidup
setempat.
Pestisida bermacam-macam, ada insektisida, herbisida, fungisida,
bakterisida, acarisida, rodentisida dan nematisida. Cara bekerja
pestisida pun bermacam-macam, misalnya stomach poison, fumingan,
antractan, repelen, sistemik, dan kontak.
c. Mekanis, yaitu suatu cara pemberantasan langsung dengan
membunuhnya.
Contoh: Pada hama, memberantas tikus dengan “gropyokan”; pada
penyakit, langsung mencabut tanaman yang terserang kemudian segera
dimusnahkan; pada gulma langsung disiangi.
d. Fisis, yaitu suatu cara pemberantasan dengan menggunakan faktor
alam. Misalnya, pada areal yang terserang hama penggerek, sehabis
panen arealnya digenangi air minimal 5 hari.
B.1. Prinsip-prinsip Pengendalian Hama
Tujuan pengendalian hama adalah mengupayakan agar populasi hama
tidak menimbulkan kerugian, melalui cara pengendalian yang efektif,
menguntungkan, dan aman terhadap lingkungan.
Terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam pengendalian hama:
a. Proaktif: upaya mengekang perkembangan hama agar populasinya tetap
berada di bawah ambang ekonominya. Meliputi penanaman varietas
tahan, cara bercocok tanam, penggunaan musuh alami, dll.
b. Reaktif: upaya menekan perkembangan hama agar populasinya kembali
berada di bawah ambang ekonominya. Umumnya berupa pengendalian
kimiawi.
B.2. Cara Pengendalian Hama
a. Pengendalian hama dengan peraturan/ perundang-undangan/karantina
Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah sehubungan dengan
kegiatan pertanian dan pengendalian hama.
Karantina, dinas yang mengawasi lalu lintas manusia, hewan dan
tumbuhan antar daerah atau antar pulau. Untuk hewan dan tumbuhan :
karantina pertanian.
Tindakan karantina: perlakuan pestisida, pelarangan masuk, pemusnahan/
eradikasi.
Sertifikasi, keterangan yang membuktikan bahwa tanaman atau hewan itu
sehat sehingga dapat dibudidayakan/ diternakkan dan dapat dikeluarkan/
dimasukkan dari dan ke daerah atau negara.
b. Pengendalian hama dengan bercocok tanam atau kultur teknis
Pengolahan atau pengerjaan tanah
Ditujukan bagi hama yang dalam siklus hidup mempunyai fase di dalam
tanah. Contoh: larva penggerek batang padi putih.
Sanitasi
Pembersihan ladang dari sisa tanaman terdahulu atau gulmanya dan
pencabutan tanaman terserang.
Pemupukan
Pemupukan yang berimbang dengan kebutuhan tanaman antara N, P, dan
K dan unsur-unsur mikro sehingga tanaman sehat dan tahan serangan
hama.
Pengairan
Tanam serempak
Harus dilakukan di areal yang cukup luas, minimal satu hamparan dengan
golongan air yang sama. Tujuannya untuk membatasi perkembangbiakan
larva. Pengendalian ini secara tidak langsung mengurangi populasi, yaitu
memeratakan serangan per petak (dikonsentrasikan pada petak yang
banyak makanannya).
Rotasi/ pergiliran tanaman
Tujuannya untuk mematikan kehidupan hama dengan menghilangkan
tanaman inang. Sangat efektif pada serangga-serangga monofag.
Penanaman tanaman perangkap atau bertani secara jalur (Strip farming)
Varietas tanaman perangkap adalah tanaman paling rentan yang ditanam
terlebih dahulu. Menanam minimal dua jenis tanaman di lahan yang sama
dalam bentuk baris-barisan (tumpang sari).
Contoh: tumpang sari kubis dan tomat dapat mengurangi populasi Plutella
xylostella.
c. Pengendalian hama dengan menggunakan varietas resisten
Cara ini tidak termasuk cara bercocok tanam karena yang diganti
varietasnya bukan cara menanamnya. Sifat resisten didasari oleh faktor
genetik.
d. Pengendalian secara fisik dan mekanis
Faktor-faktor fisik meliputi suhu, kelembaban, cahaya dan suara. Faktor
mekanis meliputi penggunaan penghalang (barier) atau tekanan mekanis.
Suhu: dapat digunakan suhu tinggi atau rendah.
Kelembaban: kelembaban relatif diantara tanaman dapat diatur dengan
mengatur jarak tanam dari pohon pelindung atau peneduh.
Cahaya: lampu perangkap dapat digunakan untuk menangkap serangga
fototropik positif (tertatik cahaya), misalnya kutu daun tertarik dengan
warna kuning.
Suara: penggunaan gelombang ultrasonik.
Penghalang (barier mekanik): penggunaan pagar seng, plastik atau parit
dan penggunaan plastik pembungkus pada buah.
Penggunaan alat penghancur/pemotong: di AS sering digunakan pemotong
batang jagung setelah panen agar penggerek batang jagung yang ada di
dalam terbunuh.
e. Pengendalian Hayati
Definisi: pengendalian hama dengan menggunakan musuh-musuh alaminya
(dengan campur tangan manusia). Jika tidak ada campur tangan manusia
disebut pengendalian alami.
Musuh alami serangga hama: predator, parasitoid, patogen.
Teknik atau cara pengendalian hayati:
Inokulasi: pelepasan musuh alami dalam jumlah sedikit, diharapkan musuh
alami mampu berkembang biak.
Inundasi: pelepasan musuh alami dalam jumlah besar secara periodik.
Konservasi: menciptakan lingkungan yang mendukung dan
menguntungkan untuk perkembangan musuh alami.
f. Pengendalian hama secara genetik
Definisi: pengendalian hama dengan menggunakan jenisnya sendiri bukan
musuh alami. Contoh: penggunaan serangga jantan mandul. Pelepasan
serangga jantan mandul dalam jumlah besar dengan harapan akan bersaing
dengan serangga fertil dalam memperoleh betina.
g. Pengendalian hama secara kimiawi
Pengendalian hama dengan menggunakan senyawa kimia beracun
untuk melindungi tanaman atau hasil tanaman. Bahan kimia tersebut disebut
pestisida (pest: hama, sida: racun).
Keuntungan penggunaan pestisida: praktis, cepat dan hasil dapat cepat
dilihat.
Kerugian penggunaan pestisida: pencemaran lingkungan, kerusakan
pada aplikator, resistensi hama, resurgensi, timbulnya hama sekunder, dan
adanya residu pada bahan yang dipanen.
C. PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) muncul karena adanya
pengaruh sampingan penggunaan pestisida seperti resistensi, resurgensi, kematian
serangga bukan sasaran, dan timbulnya hama sekunder.
Menurut Brayer (1979), PHT adalah sistem pengendalian hama yang dapat
dibenarkan secara ekonomi dan berkelanjutan yang meliputi berbagai
pengendalian yang kompatibel dengan tujuan memaksimalkan produktivitas tetapi
dengan dampak negatif terhadap lingkungan sekecil-kecilnya.
PHT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tujuan utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan
hama, tetapi pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah satu
tingkatan atau aras yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian
ekonomi. Strategi PHT bukanlah eradikasi hama tetapi pembatasan. PHT
mengakui adanya suatu jenjang toleransi manusia terhadap polpulasi hama
atau terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh hama. Pandangan yang
menyatakan bahwa setiap individu hama yang ada di lapangan adalah
berbahaya dan harus diberantas tidak sesuai dengan prinsip PHT. Dalam
keadaan tertentu ada kemungkinan bahwa adanya individu serangga atau
binatang malahan berguna bagi manusia.
2. Dalam melaksanakan pengendalian hama digunakan semua metode atau
teknik pengendalian yang dikenal. PHT tidak tergantung pada satu cara
pengendalian tertentu seperti penggunaan pestisida saja, tetapi semua teknik
pengendalian digunakan secara terpadu dalam satu kesatuan pengelolaan.
3. Dalam mencapai sasaran utama PHT yaitu mempertahankan populasi hama di
bawah kerusakan ekonomi, sehingga produktivitas pertanian dapat diusahakan
pada tingkat yang tinggi, maka perlu diperhatikan berbagai kendala yaitu:
a. Kendala sosial dan ekonomi yang berarti bahwa pelaksanaan PHT
harus didukung oleh kelayakan sosial ekonomi masyarakat setempat.
b. Kendala ekologi yang berarti bahwa dalam penerapan PHT harus dapat
dipertanggungjawabkan secara ekologi dan tidak menimbulkan
kegoncangan dalam kerusakan lingkungan yang mertugikan bagi
binatang yang berguna, margasatwa, manusia dan lingkungan pada
umumnya baik pada saat ini maupun pada masa mendatang.
Menurut Smith dan Apple (1978) langkah pokok yang harus dikerjakan
dalam PHT adalah:
a. Identifikasi dan analisis status hama yang harus dikelola
Hama utama, merupakan hama yang selalu menyerang pada suatu daerah
dengan intensitas serangan yang berat, sehingga selalu memerlukan suatu
usaha pengendalian. Tanpa pengendalian hama tersebut akan selalu berada
di atas ambang ekonomi. Perhatian utama dari PHT adalah hama utama
tersebut.
Hama kedua, merupakan jenis hama yang relatif kurang penting, tetapi
kadang-kadang populasinya pada suatu waktu sempat meningkat melebihi
ambang ekonomi. Kelompok hama ini sering peka terhadap perlakuan
PHT pada hama utama, sehingga perlu diawasi agar tidak menimbulkan
serangan hama kedua.
Hama potensial, merupakan hama yang pada keadaan normal tidak
membahayakan karena tidak menimbulkan kerusakan yang nyata. Tetapi
ada kemungkinan karena perubahan ekosistem tertentu hama potensial
meningkat populasinya sehingga menjadi membahayakan.
Hama migran, merupakan hama yang bukanberasal dari agroekosistem,
tapi datang dari luar secara periodik yang mungkin mengakibatkan
kerusakan ekonomi.
b. Mempelajari saling tindak komponen dalam ekosistem
Komponen pada suatu unit ekosistem perlu dipelajari terutama yang
berpengaruh terhadap hama utama. Termasuk dalam studi ini adalah
inventarisasi berbagai musuh alami yang penting dan sampai berapa jauh
peranan mereka sebagai pengendali alami. Saling tindak antar berbagai
komponen biotik dan abiotik, dinamika populasi hama dan musuh alaminya,
studi fenologi tanaman dan hama, studi sebaran hamadan lainnya merupakan
bahan yang sangat diperlukan untuk menetapkan strategi pengendalian hama
yang tepat.
c. Penetapan dan pengembangan Ambang Ekonomi (AE)
Ambang ekonomi atau ambang pengendalian atau ambang toleransi
ekonomi merupakan ketetapan tentang pengambilan keputusan kapan harus
dilaksanakan penggunaan pestisida. Apabila populasi atau kerusakan hama
belum mencapai aras tersebut penggunaan pestisida masih belum diperlukan.
Untuk menentukan ambang ekonomi diperlukan banyak informasi,baik
data biologi maupun ekologi serta ekonomi. Penetapan kerusakan hasil dalam
hubungannya dengan populasi hama merupakan bagian yang penting dalam
penetapan ambang ekonomi, demikian pula analisis biaya / manfaat
pengendalian sangat diperlukan. Meskipun ambang ekonomi perlu ditetapkan
secara sistematik, namun ketetapan sementara berdasarkan data empirik dapat
digunakan, sambil dilakukan perbaikan terhadapnya.
d. Pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama
Monitoring diperlukan untuk mengetahui keadaan suatu hama pada
suatu waktu dan tempat terhadap AE hama tersebut. Monitoring hama harus
dilakukan secara rutin dan terorganisir dengan baik. Metode pengambilan
sampel perlu dikembangkan agar data lapangan agar data lapangan yang
diperoleh dapat dipercaya secara statistik dan cara pengumpulan data mudah
dikerjakan.
Jaringan dan organisasi monitoring yang merupakan salah satu bagian
organisasi PHT harus dikembangkan agar dapat menjaminketepatan dan
kecepatan arus informasi dari lapangan ke fihak pengambil keputusan
pengendalian hama dan sebaliknya.
e. Pengembangan metode deskriptif dan peramalan hama
Apabila telah diketahui gejolak populasi hama dan hubungannya
dengan komponen ekosistem lainnya, dapat dikembangkan metode kuantitatif
yang dinamik dan mampu meramalkan gejolak populasi dan kerusakan dengan
tingkatan probabilitas tertentu. Peranan ilmu sistem dan ilmu komputer dan
matematik pada penyusunan model dengan validitas tinggi sangat
menentukan.
f. Pengembangan strategi pengelolaan hama
Strategi pengendalian hama bukanlah eradikasi melainkan
mengendalikan atau menahan. Beberapa taktik dasar PHT antara lain:
penggunaan varietas tahan, sanitasi, pengendalian hayati, pengelolaan
lingkungan dengan bercocok tanam, penggunaan pestisida secara bijaksana.
g. Penyuluhan pada petani agar menerima dan menerapkan PHT
Petani sebagai pelaksana utama pengendalian hama perlu menyadari
dan mengerti tentang cara pendekatan PHT dan bagaimana penerapannya di
lapangan.
h. Pengembangan organisasi PHT
Sistem PHT mengharuskan adanya suatu organisasi yang efisien dan
efektif yang bekerja secara cepat dan repat dalam menanggapi setiap
perubahan yang terjadi dalam ekosistem. Organisasi tersebut tersusun dari
komponen monitoring, pengambil keputusan, program tindakan, dan
penyuluhan pada petani.
BAB III
PENUTUP
Perlindungan tanaman merupakan salah satu unsur yang pendukung
peningkatan produksi pertanian. Dengan dilakukannya sistem perlindungan
tanaman diharapkan perolehan rendemen ekonomi yang maksimal dengan
kerusakan lingkungan seminimal mungkin. Pengendalian tanaman dalam arti luas
mempelajari gangguan karena hama, penyakit dan gulma serta cara
penanggulangannya.
Petani pada umumnya memandang hama sebagai sesuatu yang harus
dihilangkan atau diberantas. Pengertian lama tentang ‘pemberantasan hama’ perlu
diganti dengan pengendalian atau pengelolaan hama. Sistem konvensional
perlindungan tanaman dengan hanya menggunakan satu metode atau teknik
pengendalian hama tidak lagi efektif seiring dengan makin beragamnya penyebab
kerusakan tanaman. Metode yang sering digunakan adalah metode kemis
menggunakan pestisida yang memberikan pengaruh sampingan yang negatif.
Karena itu muncul konsep sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yang
menggunakan semua metode pengendalian dalam suatu pengelolaan. Hal ini
dirasa lebih efektif karena pengendalian dilakukan secara terkonsep mulai dari
pengendalian alamiah, menentukan ambang ekonomi, monitoring dan melihat
biologi dan ekologi sehingga keseimbangan ekosistem dapat terjaga. PHT yang
telah terkonsep dengan baik tidak akan terlaksana dengan baik apabila petani tidak
berperan aktif. Petani sebagai pelaku utama dalam pengendalian hama perlu
memahami dan mengerti betul mengenai cara dan pendekatan PHT, disinilah
peran penyuluh pertanian dibutuhkan untuk berbagi informasi mengenai PHT
kepada petani.
DAFTAR PUSTAKA
Matnawy, Hudi. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Sartiami, D. dan P. Hidayat. 2005. Pengantar Perlindungan Tanaman.
<http://ipb.ac.id/~phidayat/perlintan>. Diakses tanggal 03 Mei 2011.
Triharso. 1993. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.