makalah ppd _ isu dan permasalahan remaja serta implikasi dalam dunia pendidikan
DESCRIPTION
Isu Dan Permasalahan Remaja Serta Implikasi Dalam Dunia Pendidikan, mata kuliah perkembangan peserta didikTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja seringkali dihubungkan dengan penyimpangan dan tidakwajaran.
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas
ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-
tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya
maupun akibat perubahan lingkungan.
Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka
juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak.
Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa
remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila
tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan,
kebahagian dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-
tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas
perkembangan pada fase berikutnya.
Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis,
yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Fenomena perubahan-perubahan psikofisik yang
menonjol terjadi pada msa remaja, baik dibandingkan masa-masa sebelumnya
maupun sesudahnya mengundang banyak tafiran. Seperti, perubahan sosial
kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan
remaja membuat beberapa ahli memasukan mereka dalam kategori remaja. Adanya
peningkatan kecenderungan para remaja untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti
pelatihan kerja (magang) setamat SLTA, membuat individu yang berusia 19 hingga
22 tahun juga dimasukan dalam golongan remaja, dengan pertimbangan bahwa
pembentukan identitas diri remaja masih terus berlangsung sepanjang rentang usia
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Remaja itu?
2. Apa saja profil perkembangan remaja?
3. Apa saja bentuk permasalahan yang timbul pada remaja?
4. Apa saja faktor permasalahan remaja?
5. Bagaimanakah implikasinya bagi pendidikan?
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan pengertian remaja.
2. Mendeskripsikan profil perkembangan remaja.
3. Mendeskripsikan bentuk permasalahan yang timbul pada remaja.
4. Mendeskribsikan faktor permasalahan remaja.
5. Mendeskribsikan implikasinya bagi pendidikan.
Adapun manfaat pembahasan dari makalah ini adalah :
Dari tujuan yang diharapkan penulis dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa
manfaat baik untuk pembaca maupun penulis sendiri, yaitu :
1. Bagi Pembaca
Jika penulisan makalah ini dirasakan dapat menambah pengetahuan tentang isu
dan permasalahan remaja serta implikasinya terhadap pendidikan, diharapkan
pembaca dapat lebih memahami isi dari makalah ini.
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini menjadi suatu pembelajaran, sebagai pengetahuan kami
untuk lebih mengetahui berbagai isu dan permasalahan remaja.
D. Metode Pembahasan
Metode yang kami pergunakan adalah studi literatur. Studi literatur (kajian
pustaka) merupakan penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar
ataupun dari hasil penelitian orang lain yang bertujuan untuk menyusun dasar teori
yang penyusun gunakan dalam melakukan penelitian. Sebelum menggunakan metode
literatur, penyusun mengadakan diskusi tentang permasalahan yang pernah dialami
dan di lihat ketika penyusun menjadi peserta didik. Selanjutnya penyusun melakukan
diskusi dari literatur yang didapatkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,
1998).
Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat
pertama kali menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan, biologik,
psikologik, dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara
biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai
dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara
sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya
kelak sebagai seorang dewasa muda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia
12 – 18 tahun. Sementara itu, menurut BKKBN batasan usia remaja adalah 10 – 21
tahun. Menurut Harold Alberty remaja merupakan suatu periode yang dijalani
seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai masa dewasa.
Fenomena perubahan-perubahan psikofisik yang menonjol terjadi dalam masa
remaja, baik dibandinbgkan masa-masa sebelumnya maupun sesudahnya,
mengundang banyak tafsiran. Sebagaimana lazimnya dalam dunia ilmu pengetahuan
(social, terutama) bahwa sifat tafsiran itu sangat bergantung pada dasar pandangan
(assumption ) dan konsep atau kerangka dasar teoretis (conceptual frame work) serta
norma yang digunakan (frame of references) oleh penafsir atau sarjanaa yang
bersangkutan. Hal ini ternyata berlaku pula bagi fenomena masa remaja seperti
tampak pada beberapa contoh berikut ini.
1. Freud (yang teori kepribadiannya berorientasikan kepada seksual libido;
dorongan seksual), menafsirkan masa remja sebagai suatu masa mencari
hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitive karena perpaduan
(unifikasi) hidup seksual yang banyak bentuknya (polymorph) dan infantile
(sifat kekanak-kanakan).
2. Charlotte Buhler (yang membandingkan proses pendewasaan pada hewan dan
manusia, menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi mengisi.
Individu menjadi gelisah dalam kesunyiannya, lekas marah dan bernafsu dan
dengan ini tercipta syarta-syarat untuk kontak dengan individu lain.
3. Spranger (yang teori kepribadiannya berorientasikan kepada sikap individu
terhadap nilai-nilai), menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa
pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental ialah
kesadran akan aku, berangsur-angsur menjadi jelasnya tujuan hidup,
pertumbuhan ke arah dan ke dalam berbagai lapangan hidup.
4. Hoffman (berorientasikan kepada teori resonansi psikis), menafsirkan bahwa
masa remaja itu merupakan suyatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap
sesuatu yang dialami individu. Perkembangan fungsi-fungsi psikofisiknya
pada masa remaja itu berlangsung amat pesat sehingga dituntut kepadanya
untuk melakukan tindakan-tindakan integrative demi terciptanya harmoni
diantara fungsi-fungsi tersebut di dalam dirinya.
5. Conger (Yang menekankan pada pendekatan interdisipliner dalam
pemahamannya terhadap kehidupan remaja masa kini), sejalan dengan
pendapat Erikson (yang teori kepribadiannya berorientasi kepada
psychological crisis development), menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu
masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and
the worst of time. Kalo individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang
dihapinya secara integrative, ia akan menemukan identitasnya yang akan
dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalo gagal, ia akan
berada pada krisis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan.
B. Profil Perkembangan Remaja
1. Profil Perkembangan Fisik dan Psikomotorik Remaja
Remaja Awal Remaja Akhir
Laju perkembangan sangat cepat
Proporsi ukuran tinggi dan berat
badan sering kurang seimbang
Munculnya ciri-ciri skunder
(tumbuh bulu pada pubic region,
dsb)
Aktif dalam berbagai jenis
permainan/aktivitas
Laju perkembangan menurun
Proporsi ukuran tinggi dan berat
badan tampak seimbang
Organ reproduksi siap
difungsikan
Lebih selektif dalam memilih
kativitas
2. Profil Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif Remaja
Remaja Awal Remaja Akhir
Perkembangan bahasa sandi dan
mulai tertarik bahasa asing
Lebih bersifat realisme kritis
Mampu mengoperasikan kaidah-
kaidah logika formal
Bakat (aptitudes) mulai
menunjukkan kecenderungan –
kecenderungan lebih jelas
Cenderung berpikir dan bertindak
“here and now”
Lebih memantapkan diri pada
bahasa asing yang dipilihnya
Lebih bersifat rasionalisme
idealis
Logika formal disertai
generalisasi konklusif dan
komprehensif
Kecenderungan bakat tertentu
mencapai titik puncak
Sudah mulai berpikir dan
bertindak “what next?”
3. Profil Perkembangan Perilaku Sosial, Emosional, Moralitas, dan Religius
Remaja
Remaja Awal Remaja Akhir
Diawali dengan kecenderungan
ambivalen dalam berteman
Kebergantungan pada teman sebaya
dan semangat komformitas
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosi
masih labil dan belum terkendalikan
dengan baik
Mengidentifikasi diri dengan tokoh
moralitas yang diidolakan
Muncul perilaku skeptis pada agama
Masih mencari dan mencoba
menemukan pegangan hidup
Bergaul dengan jumlah teman
terbatas dan selektif
Mulai fleksibel terhadap teman
sebaya
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosi
tampak lebih stabil, terkendali,
dan mampu menguasai diri
Identifikasi diri pada tokoh
moralitas idola sebagai hasil
pertimbangan kemandirian nilai
Penghayatan yang tingi tentang
kehidupan reliogius
Mulai menemukan pegangan
hidup yang lebih definitif
4. Profil Perkembangan Fisik dan Psikomotorik Remaja
Remaja Awal Remaja Akhir
Lima kebutuhan dasar (fisik, rasa
aman, afiliasi, sosial, penghargaan,
perwujudan diri) mulai menunjukkan
arah kecenderungan -
kecenderungannya.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosinya
masih labil dan belum terkendali
sudah menunjukkan arah
kecenderungan tertentu yang akan
mewarnai pola dasar
kepribadiannya.
Reaksi-reaksi dan ekspresi
emosionalnya tampak mulai
terkendali dan dapat menguasai
seperti pernyataan marah, gembira,
atau kesedihannya mungkin masih
dapat berubah-ubah dalam tempo
yang cepat.
Kecenderungan-kecenderungan arah
sikap nilai mulai tampak (teoritis,
ekonomis, estetis, sosial, politis, dan
religius), meskkipun masih dalam
taraf eksplorasi dan coba-coba.
merupakan masa kritis dalam rangka
menghadapi krisis identitas yang
sangat dipengaruhi oleh kondisi
psikososial yang akan membentuk
kepribadiannya.
dirinya.
kecenderungan titik berat ke arah
sikap nilai tertentu sudah mula
jelas seperti yang akan
ditunjukkan oleh kecendrungan
minat dan pilihan karieratau
pendidikan lanjutannya; yaitu
juga akan memberi warna kepada
tipe kepribadiannya.
kalau kondisi psikososialnya
menunjang secara positif maka
mulai tampak dan ditemukan
identitas kepribadiannya yang
relatif definitif yang akan
mewarnai hidupnya sampai
dewasa.
C. Bentuk permasalahan yang Timbul pada Remaja
Masalah adalah suatu hal yang selalu melekat dalam sebuah kehidupan.Dan
permasahan itu akan semakin memuncak ketika mereka menginjak usia yang transisi
yang itu pada fase remaja. Adapun masalah-masalah yang terjadi pada remaja
menurut Prof. DR. H. Abin Syamsuddin Makmun, M. A adalah sebagai berikut.
1. Masalah-masalah yang mungkin timbul berhubungan dengan perkembangan
fisik dan psikomotorik, misalnya :
a. Adanya variasi yang mencolok dalam tempo dan irama serta kepesatan
laju perkembangan fisik antarindividual atau kelompok (wanita lebih
cepat sekitar 1-2 tahun dari pria) dapat menimbulkan kecanggungan-
kecanggungan bergaul satu sama lain.
b. Perkembangan ukuran-ukuran tinggi dan berat badan yang kurang
proporsional, juga dapat membawa ekses psikologis tertentu,
umpamanya munculnya nama-nama cemoohan (nickname) si
congcorang, si gendut, dan sebagainya. Yang lebih jauh lagi dapat
membawa kea rah self-rejection karena bodu-image-nya tidak sesuai
dengan self-picture yang diharapkannya.
c. Perubahan suara dan peristiwa menstruasi dapat juga menimbulkan
gejala-gejala emosional tertentu seperti perasaan malu.
d. Matangnya organ reproduksi, membutuhkan pemuasan biologis, kalau
tidak terbimbing oleh norma-norma tertentu dapat mendorong remaja
melakukan masturbasi, homo-sexual, atau mencoba heterosexual yang
mungkin berakibat lebih jauh lagi berkembang penyakit kelamin, di
samping merupakan pelanggaran atas norma kesusilaan.
2. Masalah-masalah yang mungkin timbul berhubungan dengan perkembangan
bahasa dan perilaku kognitif.
a. Bagi individu-individu tertentu, mempelajari bahasa asing bukanlah
hal yang menyenangkan. Kelemahan-kelemahan dalam fonetik
misalnya, juga dapat merupakan bahan semacam cemoohan, yang
bukan mustahil berakibat sikap negatif terhadap pelajaran dan guru
bahasa asing yang bersangkutan, benci pelajarannya dan juga terhadap
gurunya.
b. Intelegensi juga merupakan kapasitas dasar belajar, bagi yang
dianugerahi IQ yang tinggi (superior) atau di bawah rata-rata (slow
learners), kalau kurang bimbingan yang memadai akan membawa
ekses psikologis (underachiever-prestasinya di bawah kapasitasnya
karena malas atau nakal ; inferiority conflex – rasa rendah diri karena
tidak pernah mastery atau mencapai hasil yang diharapkan dalam
belajarnya).
c. Kadang-kadang terjadi ketidakselarasan, antara keinginan dan minat
seseorang dengan bakat khusus (aptitudes)-nya, sering membawa
kesulitan juga dalam memilih program/jurusan/jenis sekolah yang
akan dimasukinya. Banyak kegagalan studi mungkin bersumber pada
pilihan yang kurang tepat ini.
3. Masalah yang timbul berhubungan dengan perkembangan perilaku sosial,
moralitas, dan keagamaan.
a. Keterikatan hidup dalam gang (peers group) yang tidak terbimbing
mudah menimbulkan junevile delinquency (kenakalan remaja) yang
berbentuk perkelahian antar-kelompok, pencurian, perampokan,
prostitusi, dan bentuk-bentuk perilaku antisocial lainnya.
b. Konflik dengan orang tua, yang mungkin berakibat tidak senang di
rumah, bahkan minggat (melarikan diri dari rumah).
c. Melakukan perbuatan-perbuatan yang justru bertentangan dengan
norma masyarakat atau agamanya, seperti mengisap ganja, narkotika
dan sebagainya.
4. Masalah yang timbul berhubungan dengan perkembangan perilaku afektif,
konatif dan kepribadian.
a. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan gerakan atau kegiatan
dekstruktif yang spontan untuk melampiaskan ketegangan instutif
emosionalnya meskipun ia tidak mengetahui maksud yang sebenarnya
dari tindakan-tindakannya itu. Mudah terlibat kegiatan-kegiatan masa
remaja.
b. Ketidakmampuan menegakkan kata hatinya membawa akibat sukar
terintregasikan dan sintesis fungsi-fungsi psikofisiknya, yang berlanjut
akan sukar pula menemukan identitas pribadinya. Ia akan hidup
dalam suasana adolencentimes (remaja yang berkepanjangan)
meskipun usianya sudah menginjak dewasa.
D. Faktor Permasalahan Remaja
1. Internal
Sebab-sebab internal adalah sebab-sebab yang berasal dari kondisi
peserta didik itu sendiri. Hal ini bisa bermula dari adanya kelainan fisik
maupun kelainan psikis.
- Kelainan Fisik
Anak-anak yang menderita kelainan fisik akan merasa tertolak untuk
hadir di tengah-tengah temannya yang normal. Misalnya, peserta didik
yang terlalu gemuk akan menjadi bahan ejekan teman-temannya. Hal
ini membuatnya merasa tidak nyaman untuk hadir di tengah teman-
temannya.
Kelainan-kelainan fisik banyak ragamnya. Diantaranya adalah buta,
tunawicara, tunarungu, bentuk kaki yang tidak proporsional, atau
bahjkan lumpuh total. Agar mereka tidak tersisihkan diantara teman-
teman yang normal, maka diselenggarakan pendidikan yang khu8sus.
- Kelainan Psikis
Yang dimaksud dengan kelainan psikis adalah kelainan yang terjadi
pada kemampuan berpikir (kecerdasan) seorang anak. Kelainan ini
baik secara inperior (lemah) maupun superior (kuat). Tak dapat
dipungkiri bahwa peserta didik memiliki taraf kecerdasan yang
berbeda-beda. Kecerdasan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Idiot : IQ <30
Embisil : IQ 30-49
Debil : IQ 50-69
Border line : IQ 70-79
Bodoh : IQ 80-89
Sedang, rata-rata : IQ 80-109
Cerdas : IQ 110-119
Cerdas sekali : IQ 120-139
Superior : IQ >140
(Dalyono, 2009:262)
Peserta didik dalam taraf kecerdasan inperior akan sangat tersiksa
bilka dikumpulkan dalam satu kelas dengan peserta didik yang
kecerdasannya rata-rata. Peserta didik dalam taraf kecerdasan superior
pun akan merasa tertekan apabila diperlakukan sama dengan peserta
didik yang kecerdasannya rata-rata. Ini terjadi karena mereka merasa
bahwa sekolah tidak member apa-apa pada mereka.
Alternative terbaik untuk mendidik mereka adalah dengan
mengumpulkan mereka pada satu kelas tersendiri atau bahkan satu
sekolah khusus yang mendidik mereka.
2. Eksternal
Sebab-sebab eksternal adalah sebab-sebab yang hadir dari luar peserta
didik. Sebab-sebab eksternal ini berpangkal dari keluarga, pergaulan, salah
asuh, atau pengalaman hidup yang tak menyenangkan.
- Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dikenal oleh
peserta didik. Peserta didik mulai menerima nilai-nilai baru dari dalam
keluarga dan dari keluargalah mereka mensosialisasikan diri. Di dalam
keluarga anak mulai tumbuh sejak kecil. Pada waktu kecil inilah
adanya apa yang disebut Media Montessori sebagai masa peka,
sedangkan Dr. Zakiah Darajat memberikan istilah adamya Persepsi
Dasar.
Orang tua otoriter akan memperlakukan anak-anaknya secara otoriter.
Perlakuan ini akan berkesan dalam jiwa anak sebagai persepsi dasar.
Sebagai kelanjutannya ialah bahwa anak tersebut akan tum buh dan
berkembang sebagai anak yang otoriter dan keras kepala.
Anak-anak yang dibesarkan dengan segala kemudahan juga akan
mempunyai kesan bahwa segalanya itu mudah. Karenanya dia akan
sangat terpukuljika dia terpaksa harus menghadapi beberapa kesulitan
dalam memahami satu bahan pelajaran. Bahkan dia akan
memberontak.
- Pergaulan
Lingkungan kedua yang dikenal oleh anak adalah lingkungan
masyarakat atau lingkungan anak-anak yang telah dididik baik oleh
orang tuanya, anak yang mendapat kesulitan untuk mengembangkan
diri di tengah-tengah lingkungannya yang tak baik. Hal ini akan
menyebabkan jiwanya terguncang.
Seorang anak yang terdidik untuk jujur akan merasa jengkel jika
ternyata teman-temannya suka berbohong. Dia dihadapkan pada dua
pilihan, jujur sesuai didikan orang tua tapi tak diterima oleh kelompok
atau ikut berbohong agar diterima dengan kelompoknya meskipun
bertentangan dengan batinnya.
Jika suasana demikian, maka anak berada di persimpangan jalan. Akan
kemana anak akan melangkah sedikit banyak ditentukan oleh
intensitas masing-masing lingkungan. Jika lingkungan keluarga
ternyata lebih menyenangkan maka tentu dia akan memilih berbuat
jujur. Tapi sebaliknya, jika lingkungan pergaulan lebih intensif maka
ikut juga berbohong akan menjadi pilihannya.
Lingkungan pergaulan, karenanya juga mempunyai andil yang sangat
berarti bagi perkembangan psikis anak jika lingkungan baik anak
cenderung menjadi baik. Jika lingkungan tidak baik maka
kemnungkinan anak pun cenderung menjadi tidak baik.
- Pengalaman hidup
E. Implikasinya bagi Pendidikan
Memperhatikan permasalahan yang mungkin timbul dalam kehidupan masa
remaja, sudah jelas kata Conger (197:ix) pemahaman dan pemecahannya harus
dilakukan secara interdisipliner dan antarlembaga. Meskipun demikian, pendekatan
dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling strategis
karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya
gurulah, mereka itu paling banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan
bergaul.
Di antara usaha-usaha pembinaan, sekurang-kurangnya untuk mengurangi
kemungkinan tumbuhnya permasalahan tersebut di atas, dalam rangka kegiatan
pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya,
ialah:
(a) Untuk memahami dan mengurangi permasalahan yang bertalian dengan
perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik, antara lain:
(1) Seyogiannya dalam program dan kegiatan pendidik tertentu, diadakan program
dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan wanita (misalnya, dalam
pelajaran anatomi dan fisiologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh
para guru yang dapat menyelenggarakan penjelasan nya dengan penuh dignity;
(2) Disamping itu melalui bentuk-bentuk pendidikan secara formal tersebut, kiranya
dapat pula diadakan diskusi atau panel atau ceramah tamu tentang pendidikan jenis
(sex education), bahaya-bahaya dari perilaku menyimpang dalam pemuasan
kehidupan seksual (masturbasi, onani, prostitusi, dan sebagainya) terhadap
kesehatan serta perkembangan jasmani dan rohani yang sehat;
(3) Role playing, akan sangat tepat untuk mengurangi ekses sosial dari perkembangan
fisik dan perilaku psikomotorik, yang sebenarnya merupakan hal wajar (natural)
terjadi tidak perlu merupakan keanehan yang baru ditabukan secara berlebihan.
(b) Untuk memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang
bertalian dengan perkembangan bahan perilaku kognitif, antara lain:
(1) Kepada para guru bidang studi tertentu seperti bahasa asing, matematika, seni
suara, dan olahraga, tampaknya dituntut pemahaman yang mendalam dan
perlakuan layanan perndidikan dan bimbingan kebijaksanaan sehingga siswa-
siswa remaja yang biasanya mengalami kesulitan dan kelemahan tertentu dalam
bidang-bidang studi yang sensitif tersebut tidak menjurus kepada situasi-situasi
frustasi yang mengandung lahirnya reaksi-reaksi mekanisme pertahanan diri atau
defence mechanism atau sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang negatif destruktif,
baik terhadap bidang studinya maupun gurunya;
(2) Penggunaan strategi belajar-mengajar yang tepat (individualize atau small group
based instruction) untuk membantu siswa-siswa yang tepat (the accelerated
students), dan yang lambat (the slow leaners) misalnya menggunakan sistem
belajar modul;
(3) Penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi seyogyanya
memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi
secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (iq), bakat
khusus (aptitudes), di samping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang
bersangkutan.
b) Untuk memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang
bertalian dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup
atau penghayatan keagamaan, antara lain:
1) Diusahakan terciptanya suasana dan tersedianya fasilitas yang memungkinkan
terbentuknya kelompok-kelompok perkumpulan remaja yang mempunyai tujuan-
tujuan dan program-program kegiatan yang positif konstruktif berdasarkan minat,
keolahragaan, kesenian, keagamaan, hobi, kelompok belajar atau seperti diskusi,
yang diorganisasikan oleh mereka sendiri dengan guidance dari para pendidik
seperlunya;
2) Diaktifkannya rumah dengan sekolah (parent-teacher association) untuk saling
mendekatkan dan menyelaraskan system nilai yang dikembangkan dan cara
pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan
yang diberikan dalam pembinaannya;
3) Pertemuan dan kerja sama antarkelembagaan yang mempunyai tugas dan
kepentingan yang bersangkutan dengan kehidupan remaja secara rasional (sekolah,
lembaga keagamaan, lembaga kesehatan, lembaga keamanan, lembaga pengabdian
kanak-kanak, lembaga konsultasi psikologis, guidance and consulting centre,
jawatan sosial, jawatan penempatan tenaga kerja, lembaga kesehatan mental, dan
sebagainya), tampaknya akan sangat bermanfaat dalam rangka membantu para
remaja mengembangkan program-program pembinaan minat, karier, dan aktifitas
lainnya.
c) Untuk memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang
bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif, dan kepribadian,
antara lain:
1) Sudah barang tentu jalan yang paling strategis untuk ini ialah apabila para
pendidik terutama para orang tua dan guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya
yang dapat merupakan objek identifikasi sebagai pribadi idola para remajanya;
2) Pemberian tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar
menimbang, memilih dan mengambil keputusan atau tindakan yang tepat akan
sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat Apabila gagal dalam tugas
perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya. Maka remaja akan
kehilangan arah. Permasalahan yang terjadi pada remaja disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Implikasi yang dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan permasalahan yang terjadi pada remaja yaitu memahami dan
mengurangi permasalahan yang bertalian dengan perkembangan fisik dan prilaku
psikomotorik, memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan
yang bertalian dengan perkembangan bahasa dan prilaku kognitif, memahami dan
mengurangi kemungkunan timbulnya permasalahan yang timbul bertalian dengan
perkembangan prilaku sosial, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan
keagamaan, dan memahami serta mengurangi permasalahan yang timbul bertalian
dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif, dan kepribadian.