makalah profil bantul

15
MAKALAH PROFIL KABUPATEN BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Vika Rianawati 09 / 284415 / TK / 35303 Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Upload: binar-listyana-suroto

Post on 06-Aug-2015

190 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Profil Bantul

MAKALAH

PROFIL KABUPATEN BANTUL

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Vika Rianawati

09 / 284415 / TK / 35303

Jurusan Teknik FisikaFakultas Teknik

Universitas Gadjah MadaYogyakarta

2012

Page 2: Makalah Profil Bantul

PROFIL KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTEMEWA YOGYAKARTA

1. Latar Belakang Sejarah Kota Bantul

Bantul memang tak bisa lepas dari sejarah Yogyakarta sebagai kota perjuangan dan sejarah

perjuangan Indonesia pada umumnya. Bantul menyimpan banyak kisah kepahlawanan, antara

lain : perlawanan Pangeran Mangkubumi di Ambar Ketawang dan upaya pertahanan Sultan

Agung di Pleret. Perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong. Kisah perjuangan pioner

penerbangan Indonesia yaitu Adisucipto, pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak Belanda

di Desa Ngoto. Sebuah peristiwa yang penting dicatat adalah Perang Gerilya melawan pasukan

Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman (1948) yang banyak bergerak di sekitar

wilayah Bantul. Wilayah ini pula yang menjadi basis, "Serangan Oemoem 1 Maret" (1949)

yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. 

Tolak awal pembentukan wilayah Kabupaten Bantul adalah perjuangan gigih Pangeran

Diponegoro melawan penjajah bermarkas di Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830. Seusai

meredam perjuangan Diponegoro, Pemeritah Hindia Belanda kemudian membentuk komisi

khusus untuk menangani daerah Vortenlanden yang antara lain bertugas menangani

pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung Kidul. Kontrak kasunanan

Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik hal pembagian wilayah maupun pembayaran

ongkos perang, penyerahan pemimpin pemberontak, dan pembentukan wilayah administratif.

Tanggal 26 dan 31 Maret 1831 Pemerintah Hindia Belanda dan Sultan Yogyakarta

mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru dalam

Kasultanan disertai penetapan jabatan kepala wilayahnya. Saat itu Kasultanan Yogyakarta

dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Bantulkaranguntuk kawasan selatan, Denggung untuk

kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindaklanjuti pembagian wilayah baru

Kasultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli 1831 atau Rabu Kliwon 10 sapar tahun Dal

1759 (Jawa) secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya di

kenal bernama Bantulkarang. Seorang Nayaka Kasultanan Yogyakarata

bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri Sultan

Page 3: Makalah Profil Bantul

Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan sebagai Bupati Bantul.

Tanggal 20 Juli ini lah yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten

Bantul. Selain itu tanggal 20 Juli tersebut juga memiliki nilai simbol kepahlawanan dan

kekeramatan bagi masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro dikobarkan tanggal 20 Juli

1825. Pada masa pendudukan Jepang, pemerintahan berdasarkan pada Usamu Seirei nomor 13

sedangakan stadsgemente ordonantie dihapus. Kabupaten Memiliki hak mengelola rumah

tangga sendiri (otonom). 

Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan ditangani oleh Komite Nasional Daerah

untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945. Tetapi di Yogyakarta dan Surakarta undang-undang

tersebut tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun

1948. dan selanjutnya mengacu UU Nomor 15 tahun 1950 yang isinya pembentukan

Pemerintahan Daerah Otonom di seluruh Indonesia. 

Seiring dengan perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan silih bergantinya

kepemimpinan nasional, kini ini Kabupaten Bantul telah mengalami kemajuan pesat diberbagai

bidang dibawah kepemimpinan Drs. HM. Idham Samawi yang menjabat sejak akhir tahun

1999.

2. Letak Geografis dan Iklim

Jika dilihat dari letak geografisnya, Kabupaten Bantul berada di dekat laut, yaitu Samudra

Indonesia yang menjadi batas selatan kabupaten ini. Bagian utara dibatasi oleh Kota

Yogyakarta dan kabupaten Sleman, bagian barat dibatasi oleh Kabupaten Kulonprogo

sedangkan di bagian timur oleh kabupaten Gunung Kidul. Kabupaten Bantul terletak antara 07°

44' 04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur. Luas

wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Propinsi DIY) dengan

topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang

kurang subur, secara garis besar terdiri dari :

a. Bagian Barat, adalah daerah landai dan memiliki perbukitan yang membujur dari Utara ke

Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah).

b. Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur

seluas 210.94 km2 (41,62 %).

Page 4: Makalah Profil Bantul

c. Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih

lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).

d. Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan

keadaan alamnya yang berpasir, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan,

Sanden dan Kretek.

Kondisi cuaca pada tahun 2010, curah hujan tertinggi tercatat 728 mm dan terendah 6 mm,

sedangkan banyaknya hari hujan berkisar antara 3 – 20 hari. Bulan dengan curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Maret tercatat 728 mm dan bulan dengan curah hujan terendah

adalah bulan Juli tercatat 6 mm. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Bantul berkisar 213,51

mm, sedangkan suhu rata- ratanya adalah sekitar 21,8 o C – 35,2 o C dengan kelembaban

sekitar 41 – 97 %.

3. Jumlah Penduduk

Kabupaten bantul ini terdiri dari 17 kecamatan 75 desa dan 933 dusun, dimana daftar nama

kecamtannya adalah Bambang Lipuro, Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Jetis, kasihan,

Kretek, Pajangan, Pandak, Piyungan, Pleret, pundong, Sanden, Sedayu, Sewon, dan Srandakan.

Kabupaten dengan total luas wilayah sebesar 508,13 Km² ditinggali oleh penduduk sebanyak

963.526 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan kelamin di Kabupaten Bantul :

Page 5: Makalah Profil Bantul

4. Ekonomi

Perekonomian Kabupaten Bantul pada tahun 2011 menunjukan kondisi yang lebih baik

dibanding tahun sebelumnya, yaitu tumbuh 5,27% dengan nilai tambah mencapai Rp10,03

trilyun atas dasar harga berlaku dan Rp4,18 trilyun atas dasar harga konstan tahun 2000.

Membaiknya ekonomi daerah dikarenakan semua sektor mengalami pertumbuhan positif,

dengan andil terbesar dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) sedangkan andil

terkecil diberikan oleh sektor penggalian. Kontribusi sektor, menurut harga konstan masih

didominasi oleh 3 besar lapangan usaha, yaitu pertanian (20,76%); perdagangan, hotel, restoran

(20,21%); dan industri pengolahan (16,29%).  Hal tersebut terungkap dalam ekspose PDRB

triwulan IV tahun 2011 yang terselenggara belum lama ini.

Sedangkan PDRB perkapita Kabupaten Bantul pada tahun 2011 mencapai Rp10.882.642,- atas

dasar harga berlaku. Adapun inflasi di Bantul sebesar 3,73%, angka ini lebih rendah dari inflasi

kota Yogya yang mencapai 3,88%, maupun nasional yang sebesar Rp3,79%. Di samping itu

angka kemiskinan di Kabupaten Bantul masih cukup tinggi yaitu 27,39 %. Berikut ini adalah

rincian tingkat kemiskinan warga Kabupaten Bantul :

Jumlah KK Keseluruhan : 240.427 KK

• Jumlah KK Miskin : 67.589 KK ( 28,11% )

• Jumlah Jiwa Keseluruhan : 809.646 jiwa

• Jumlah Jiwa Miskin : 221.757 jiwa ( 27,39 % )

Page 6: Makalah Profil Bantul

DARI Jumlah KK tersebut dapat dirinci :

1. Menurut Jenis kelamin

Laki – laki : 51.766 (76,59 %)

Perempuan : 15.823 (23,41 %)

2. Menurut Status Perkawinan (KK) :

Kawin : 47.553 (70,36 %)

Belum Kawin : 1.557 ( 2,30 %)

.Janda : 14.871 ( 22,00 %)

Duda : 3.608 ( 5,34 %)

3. Menurut Pekerjaan

Tidak Bekerja : 13.490 ( 19,96 %)

Buruh Tani : 8.756 ( 12,95 %)

Buruh Bangunan : 9.054 ( 13,39 %)

Buruh Nelayan : 161 ( 0,4 %)

Buruh Lainnya : 19.370 ( 28,66 %)

Warung : 3.427 ( 5,07 %)

Petani : 5.532 ( 8,18 %)

Pengemudi Becak atau Ojek : 1.913 ( 2,83 %)

Pekerjaan Lainnya : 5.886 ( 8,71 %)

4. Menurut Status Pendidikan (KK) :

Tidak sekolah : 22.339 ( 33,05 %)

SD : 27.623 ( 40,87 %)

SMP : 10.968 ( 16,23 %)

SMU : 6.498 ( 9,61 %)

PT : 161 ( 0,24 %)

5. Status Pendidikan Anak Kelurga Miskin :

• a. Tidak Sekolah : 932 ( 2,53 %)

• b. SD : 20.395 ( 35,29 %)

• c. SMP : 9.838 ( 26,67 %)

• d. SMU : 5.721 (15,51 %)

Page 7: Makalah Profil Bantul

5. Komoditi

Sektor yang menjadi andalan utama untuk perdagangan di Kabupaten Bantul ada dua yaitu

sektor kerajinan dan pertanian. Hal yang menarik dilihat dari sisi kebijakan pemerintahnya,

Kabupaten Bantul seperti tidak mau tergiur dengan keuntungan yang besar saja karena untuk

sementara kabupaten Bantul menangguhkan ijin pembangunan supermarket dan hypermarket

bagi penguatan ekonomi pedagang kecil. Untuk itu Pemda Bantul mengedepankan pasar

tradisoinal sebagai pusat perdagangan rakyat, saat ini di Bantul ada 29 pasar kota dan 27 pasar

desa, tiga diantaranya merupakan relokasi dari Pasar Pijenan, Jejeran, dan Niten.

Pusat Kerajinan

Kabupaten Bantul tersohor dengan daerah penghasil berbagai benda seni dari tanah yang

diolah menjadi patung dan benda yang bernilai seni tinggi, selain itu di sana juga terkenal

dengan sentra gerabah, mebel dan kerajinan kulit. Berbagai barang seni dan kerjainan tersebut

telah banyak di eksport ke Eropa, Belana, dan China. Untuk pengembangan usaha,para

pengrajin telah terbiasa berhubungan secara langsung dengan pembeli. Pemerintah

memberikan bantuan dengan mempromosikan dalam acara bantul Expo, texcraft, pasar seni

gabusan, dan Inna craft.

Pertanian

Di samping itu Kabupaten Bantul merupakan penghasil gabah yang menjadi penyangga kota.

Untuk saat ini stok di gudang Pemda sendiri masih 100 ton, belum lagi stok-stok di 6 gudang

yang lain. Saat ini cadangan beras masih mencukupi bagi kebutuhan daerah bantul sendiri

hingga lebaran. Harga gabah juga menunjukkan penurunan dikarenakan banyaknya stok yang

ada. Untuk harga bawang merah dan cabai merah harga naik dikarenakan cuaca yang

seharusnya memasuki kemarau tetapi masih tetap hujan sehingga hasil panen pun menurun.

Operasi pasar belum diperlukan mengingat harga sembako yang naik bukan kebutuhan utama

dan harga-hara lain seperti beras, minyak, dan gula masih stabil. Pada sektor kerajinan, banyak

barang-barang kerajinan seperti gerabah, mebel, kayu, dan anyaman telah banyak diekspor ke

luar negeri dan merupakan salah satu penyumbang pendapatan yang terbesar bagi Kabupaten

Bantul. Kenaikan TDL belum memberikan dampak yang berarti bagi kenaikan harga sembako

maupun kerajinan.

6. Data Konsumsi Energi di Kabupaten Bantul

Page 8: Makalah Profil Bantul

a. Jumlah Pelanggan, Kapasitas Daya Terpasang dan Pemakaian Kwh

b. Jumlah Pelanggan PLN tahun 2009 di setiap kecamatan di Kabupaten Bantul

Setelah melihat data di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode perancangan energi

yang cocok untuk Kabupaten Bantul ini adalah dengan model pendekatan end-use atau yang

biasa disebut sebagai pendekatan engineering model. Pendekatan ini akan lebih detail walaupun

secara perhitungan menggunakan fungsi yang lebih sederhana. Pertimbangan teknologi yang

digunakan dalam proses aliran energi juga menjadi variabel perhitungan. Pendekatan ini sangat

cocok untuk keperluan proyeksi efisiensi energi karena dimungkinkan untuk secara eksplisit

mempertimbangkan perubahan teknologi dan tingkat pelayanan.

Page 9: Makalah Profil Bantul

Permintaan energi dari masing-masing kegiatan merupakan produk dari dua faktor, yaitu tingkat

aktivitas (layanan energi) dan intensitas energi (penggunaan energi per unit layanan

energi). Selain itu, permintaan total maupun permintaan energi sektoral dipengaruhi oleh rincian

kegiatan yang berbeda yang membentuk komposisi, atau struktur permintaan energi.

Dimana,

Qi = jumlah dari layanan energi i

Ii = intensitas penggunaan energi untuk layanan energi i

Jumlah aktivitas energi Qi tergantung pada beberapa faktor, termasuk di dalamnya jumlah

populasi, proporsi penggunaan akhir energi, pola konsumsi energi, dan pada keadaan tertentu di

mana diperlukan pembagian pada klasifikasi pengguna atau pelanggan.

7. Kuisioner

Kuisioner yang epat untuk audit energi di Kabupaten Bantul berisi :

Nama responden :

Anggota keluarga :

Pekerjaan :

Pendapatan per bulan :

Pengeluaran per bulan :

Biaya listrik per bulan :

Daya listrik di rumah :

Jumlah alat elektronik yang dimiliki :

Daya dari masing- masing alat elektronik :

Biaya air per bulan :

Page 10: Makalah Profil Bantul

Jumlah kendaraan yang dimiliki :

Bahan bakar yang dipakai untuk kendaraan :

Jenis kompor yang dipakai :

Bahan bakar untuk kompor :

Lahan pertanian

Jenis pertanian :

Luas sawah :

Modal + bibit +pupuk :

Hasil produksi :

Waktu panen :

Harga jual hasil pertanian :

Harga jual sawah :

Hasil hutan

Jenis hasil hutan :

Jumlah produksi :

Harga jual barang :

Luas panen :

Hasil laut

Jenis hasil laut :

Jumlah produksi :

Harga jual :

Periode panen :

8. Kesimpulan

Page 11: Makalah Profil Bantul

Kabupaten Bantul dengan jumlah penduduk yang cukup banyak itu memiliki banyak

potensi yang dapat dimanfaatkan. Dengan tanahnya yang cukup subur dan terletak di dekat

pantai, Bantul ini sangat berpotensi dalam sector pertanian dan perikanan. Di samping itu,

Kabupaten Bantul sangat terkenal dengan hasil kerajinannya. Hasil kerajinan tersebut bahkan

sampai di ekspor ke luar negeri.

Dengan jumlah penduduk dengan bermacam – macam pekerjaannya, Kabupaten Bantul

mengkonsumsi energi terutama energi listrik yang besar. Karena konsumsinya besar, maka perlu

dilakukan audit energi untuk menentukan perancangan energi seperti apa yang cocok. Salah satu

cara untuk mengaudit energi ini adalah dengan membagi – bagikan kuisioner kepada warga.