makalah put
DESCRIPTION
tugas PUTTRANSCRIPT
PAPER
TUGAS PRAKTIKUM
PENGANTAR USAHATANI
“Profl petani dan usahatani komoditas pertanian”
Oleh
Kelompok 4
Sylvie Rahmadita 135040201111075
Agung Hari Santoso 1350402011110xx
Mahardian Anggarini 135040201111xxx
Fadhilatun Naily 135040201111xxx
Kelas R
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
Pendahuluan
Pertanian merupakan suatu kegiatan bercocok tanam yang merupakan sumber kehidupan
bagi manusia. Dalam bidang pertanian terdapat usaha-usaha untuk meningkatkan produksi
pertanian yang kita kenal dengan sebutan usahatani. Dimana usahatani tersebut menurut
Soekartawi (1995) memiliki arti yakni kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang petani
untuk mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien dan efektif untuk memperoleh
keuntungan secara maksimal dalam waktu tertentu. Di dalam usahatani ini sendiri terdapat
beberapa faktor yang mendukung dalam proses pengembangannya antara lain: tenaga kerja,
modal, bahan dan faktor-faktor lainnya. Yang mana faktor-faktor ini harus dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Meskipun Indonesia merupakan negara agraris, dengan berbagai faktor
pendukung yang tergolong melimpah, namun usahatani di Indonesia termasuk dalam usahatani
kecil. Hal ini dikarenakan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak dan sebagian besar dari
mereka memanfaatkan sumberdaya yang sama sehingga menjadi terbatas dan juga dengan modal
maupun pengetahuan yang sangat minim. Usahatani dalam sistem pertanian tidak berbeda satu
sama lain, tetapi setiap usahatani memiliki sumberdaya fisik, biologis, dan manusia yang
berbeda-beda yang dikelola sesuai dengan tujuan, kemampuan, dan sumber daya yang dimiliki
petani. Oleh karenanya, tiap-tiap usahatani itu merupakan suatu sistem yang unik dan menarik.
Pembahasan
Petani adalah semua orang yang berdiam dipedesaan yang mengelola usaha pertanian
serta yang membedakan dengan masyarakat adalah faktor pemilikan tanah atau lahan yang
disandangnya. Akan tetapi lain halnya dengan yang dikemukakan oleh Eric R. Wolf
mendefinisikan petani sebagai penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan
membuat keputusan yang otonom tentang proses tanam. Kategori itu dengan demikian mencakup
penggarapan atau penerima bagi hasil maupun pemilik penggarap selama mereka ini berada pada
posisi pembuat keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman mereka.
Namun itu tidak memasukkan nelayan atau buruh tani tak bertanam
A.T. Mosher juga membagi pertanian dalam dua golongan, yaitu:
Pertanian primitif
Pertanian primitif diartikan sebagai petani yang bekerja mengikuti metode-metode yang
berasal dari orang-orang tua dan tidak menerima pemberitahuan (inovasi). Mereka yang
mengharapkan bantuan alam untuk mengelolah pertaniannya.
Pertanian modern
Pertanian modern diartikan sebagai yang menguasai pertumbuhan tanaman dan aktif
mencari metode-metode baru serta dapat menerima pembaruan (inovasi) dalam bidang
pertanian. Petani macam inilah yang dapat berkembang dalam rangka menunjang ekonomi
baik dibidang pertanian.
Sedangkan Koentrjaraningrat memberikan pendapat bahwa petani atau peasant itu
merupakan rakyat pedesaan, yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama, tetapi merasakan
diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan suatu bagian atas yang
dianggap lebih halus dan beradab dalam masyarakat kota. Sistem ekonomi dalam masyarakat
petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan) yang menghasilkan
pangan dengan teknologi yang sederhana dan dengan ketentuan-ketentuan produksi yang tidak
berspesialisasi.
Fadholi Hermanto mengungkapkan bahwa petani mempunyai banyak sebutan, anggota
fungsi, kedudukan dan peranannya yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Petani sebagai pribadi
Yang dimaksud pernyataan diatas yaitu petani sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan
YME, petani juga manusia yang punya perasaan, cita-cita, dan kehendak untuk dihargai dan
diakui oleh sesamanya. Petani sebagai pribadi sadar bahwa ia tidak sendiri di dunia ini. Ia
mempunyai kepercayaan, keyakinan, serta kemampuan diri yang baka dalam dirinya,
ataupun yang diperoleh selama kekayaan yang perlu dikenali oleh petani sebagai pribadi
untuk dapat digerakkan dalam memainkan peran yang jamak, termasuk sebagai pengelola
usahatani.
b. Petani sebagai kepala keluarga / anggota keluarga
Sebagai kepala keluarga (bagi petani yang sudah menikah), petani harus bertanggung jawab
terhadap pemenuhan kesejahteraan seluruh anggota keluarganya. Ini merupakan tugas yang
cukup berat. Biasanya anggota keluarga lain membantu dalam mencari pertambahan nafkah
dan dalam proses usahatani itu sendiri. Dalam kondisi ini, petani perlu mengetahui total
kebutuhan keluarga per tahun dan perinciannya per bulan bahkan per hari. Hal ini penting
untuk dapat dijadikan dasar dalam menentukan pengelolaan usahataninya. Setidak-tidaknya
untuk sasaran pemenuhan kebutuhannya. Di bagian ini, petani harus mampu menghitung
potensi tenaga yang tersedia di dalam keluarga, serta berapa yang telah digunakan secara riil.
Hal ini penting agar mampu mengorganisir faktor kerja sebagai salah satu unsur usahatani.
c. Petani sebagai guru
Petani sebagian besar masuk di dalam kelompok tani. Dalam kelompok ini berkembang
sistem belajar diantara petani. Petani yang maju menjadi guru, tempat bertanya dari petani
yang lain.
d. Petani sebagai pengelola usaha tani
Dalam fungsi ini, petani berguna sebagai pengambil keputusan dalam mengorganisisr faktor-
faktor produksi yang sesuai dengan pilihannya dari beberapa kebijakan produksi yang
diketahui. Kebanyakan petani bukan memilih alternatif terbaik karena keterbatasan sumber
yang dikusai, tetapi telah memilih selamat dan tidak menanggung resiko sebagai akibat salah
dalam pengambilan keputusan.
e. Petani sebagai warga sosial kelompok
Sebagai makhluk Tuhan, manusia petani tidak dapat hidup sendiri. Ia berkelompok di dalam
keluarga, keluarga besar dan di masyarakat. Sebagai pribadi, petani yang bermasyarakat
akan loyal terhadap aturan bermasyarakat. Tetapi, bila loyalitas itu mundur, maka sangsi
masyarakat akan berlaku. Hal itu biasanya, justru sangat ditakuti oleh warga kelompok,
termasuk petani. Ada semacam keterikatan yang diberikan oleh kelompok dalam sistem
masyarakat tersebut. Dari keduanya, antara petani dan masyarakat terdapat arus bolak balik
antara keterikatan kelompok dengan integrasi (pembauran).
f. Petani sebagai warga Negara
Petani pribadi menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah Indonesia, melalui tatanan
yang terendah (desa/RT/RW). Bukti penyerahan kekuasaan itu terwujud dalam pengakuan,
seperti ikut pemilihan kepala desa, pemilu, diberikan KTP, dan lain-lain. Ada arus timbal
balik dan keterikatan antara kekuasaan dan keterikatan. Dalam pertanian masa depan,
diharapkan petani menjadi petani sejati yang menguasai hak untuk memiliki keragaman
hayati, hak untuk melestarikan, mengembangkan, saling tukar dan jual benih dan hak untuk
mendapatkan makanan yang aman dan menyelamatkan. Dalam banyak kasus, sistem
pertanian mereka kini dan dulu merupakan bentuk bentuk pertanian ekologis yang lebih
canggih dan tidak destruktif serta tepat bagi kondisi kondisi lingkungan yang khusus.
Mosher ( 1968 ) mengartikan usahatani sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang
ada di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan –
perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan – bangunan yang didirikan di
atas tanah itu dan sebagainya. Menurut Soekartawi ( 1995 ) usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Usaha tani mempunyai
arti penting dalam suatu pertanian, dimana usaha tani adalah suatu tempat di permukaan bumi
dimana pertanian di selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil akan membuahkan
terwujudnya target pembanguna nasional. Seperti tujuan dari pancasila dan UUD 1945 yaitu
mewujudkan kesejahteraan rakyat serta keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
terwujudnya kesejahteraan rakyat dan keadilan social secara menyeluruh di wilayah Indonesia
ini maka otomatis telah tecapainya pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang
baik yang berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani itu sendiri.
Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
2) Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah
3) Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten
4) Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya
Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil,maka telah disepakati batasan
petani kecil (Soekartawi, 1986) pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979,
menetapkan bahwa petani kecil adalah :
a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per
tahun
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di Jawa
atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5
ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa.
c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.
Menurut Fadholi (1991) masalah-masalah yang terjadi dalam usahatani di Indonesia adalah
sebagai berikut :
a) Kurang rangsangan
Masalah kurang rangsangan karena sikap puas diri para petani yang umumnya petani
kecil. Ada semacam kejenuhan dan putus asa karena sulitnya meningkatkan taraf hidup dan
pemenuhan kebutuhan keluarganya. Akibat berikutnya akan berpengaruh terhadap
kemampuan untuk meningkatkan pendidikan dan tersedianya dana yang cukup untuk biaya
operasional usahataninya. Rendahnya tingkat pendidikan akan berpulang kepada rendahnya
adopsi teknologi, apalagi kurangnya dana tadi akan sulit untuk nmembeli teknologi.
b) Lemah tingkat teknologinya
Dalam hal ini, disebut dalam kelompok Late Majority. Yaitu kelompok yang lambat
dalam hal menerima informasi ataupun teknologi terbaru. Sehingga mereka tetap berada di
situ saja. Tidak berjalan ke depan. Tetapi kelompok ini lebih skeptic dan lambat dalam hal
mengadoptir sesuatu hal baru yang asing bagi mereka, meskipun mereka punya kemauan
untuk mengadopsi atau menerapka suatu teknologi tersebut. Mereka hanya mengikuti
teknologi yang baru jika telah disetujui oleh pendapat umum dan telah diterapkan oleh
kebanyakan orang.
c) Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahatani
Dengan terbatasnya modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa alat-alat usahatani
semakin sulit dipenuhi. Akibatnya intensitas penggunaan kerja menjadi semakin menurun.
Ketergantungan keluarga akan modal menyebabkan petani terjerat sistem yang dapat
merugikan diri sendiri dan keluarganya , seperti adanya sistem ijon dsb.
Sebagai akibat langkanya modal usahatani, kredit menjadi penting. Dalam hal ini
pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani dengan syarat mudah dicapai.
Keadaan yang demikian belum sepenuhnya ada. Demikian pula dengan prosedur mudah dan
suku bunga yang relatif rendah. Dengan demikian terbuka pemilik modal swasta
mengulurkan tangan, sambil membunuh secara perlahan kepada petani, melalui sistem yang
dikenal dengan sistem ijon. Alasan petani untuk tidak menggunakan fasilitas kredit yang
disediakan pemerintah adalah belum tahu caranya, tidak ada jaminan, serta bunganya
dianggap terlalu besar.
d) Masalah transformasi dan komunikasi
Upaya pembangunan termasuk membuka isolasi yang menutup terbukanya komunikasi
dan langkanya transportasi. Hal itu menyulitkan petani untuk menyerap inovasi baru dan
bahkan untuk memasarkan hasil usahataninya. Isolasi ini akan menutup setiap informasi
harga yang sebetulnya sangat diperlukan oleh petani.
e) Kurangnya informasi harga
Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah diluar usahatani yang perlu diperhatikan.
Seperti kita ketahui petani yang serba terbatas ini berada pada posisi yang lemah dalam
penawaran persaingan, terutama yang menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-
bahan pertanian. Penentu harga produk tidak pada petani. Petani harus terpaksa menerima
apa yang menrjadi kehendak dari pembeli dan penjual. Makin ia maju, ketergantungan akan
dunia luar akan semakin besar. Tengkulak memegang peranan yang besar pada aspek
penjualan hasil usahatani.
f) Adanya gap penelitian terpakai untuk petani
Bahan penelitian yang mampu menggerakkan teknologi terkadang lambat diubah dalam
bahan penyuluhan oleh penghantar teknologi. Terjadi kesenjangan antara peneliti dan petani.
Terjadi kelambatan dan adanya proses adaptasi hasil penelitian,memerlukan penanganan
yang lebih mantap terhadap sistem maupun pelayanan pengukuran.
g) Luasan usaha yang tidak menguntungkan
Dengan lahan usahatani yang sempit, akan membatasi petani berbuat pada rencana yang
lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani serba salah, bahkan menjurus
kepada keputusasaan. Tanah yang sempit dengan kualitas tanah yang kurang baik akan
menjadi beban bagi petani pengelola usaha tani.
Akibat lanjutan dari sempitnya luasan lahan usahatani adalah rendahnya tingkat
pendapatan petani. Besarnya jumlah anggota yang akan menggunakan pendapatan yang
sedikit tadi, akan berakibat rendahnya tingkat konsumsi. Dan ini berpengaruh terhadap
produktivitas kerja dan kecerdasan anak, menurunnya kemampuan berinvestasi, dan upaya
pemupukan modal.
h) Belum mantapnya sistem dan pelayanan penyuluhan
Memang penyuluh telah ditambah, tetapi jumlah petani cukup banyak sehingga
imbangan petani-penyuluh menjadi besar. Belum lagi lokasi dan tingkat pengetahuan petani
yang beragam membuat sulit dalam mekanisme penghantaran teknologi.
i) Aspek social, politik, ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani
Petani dituntut mengadakan pangan, bahan baku industri, dan melestarikan sumberdaya
alam. Ada pembebanan yang tinggi terhadap sector ini. Semua semua merupakan kebijakan-
kebijakan politik. Kondisi sosial menempatkan petani pada posisi sulit, meskipun berperan
besar. Ini adalah fakta sosial petani, termasuk nelayan, bagian yang terbesar jumlah petani
pada posisi lemah. Posisi kuat dimiliki sektor lain, kebanyakan di luar petani. Ini aspek
ekonomi, di pihak lain petani memberikan konstruksi tinggi terhadap pendapatan nasional.
Pemasaran hasil usahataninya di luar kekuasaannya. Meraka belum dan bahkan tidak
dilibatkan dalam penetapan kebijakan pasar, mereka lemah posisi bersaingnya.
Profil usaha tani yang akan berkembang di masa datang yang memberikan indikasi
tentang kualifikasi umum yang perlu dimiliki oleh petani yaitu:
1. Menjalankan usahanya atas dasar permintaan pasar yang tersedia, inovasi, peluang pasar,
asas skala ekonomi dan resiko merupakan aspek-aspek yang melekat pada usaha yang
berorientasi pasar sehingga kemampuan-kemampuan yang menyangkut aspek-aspek tersebut
sangat perlu dimiliki dan dikembangkan di kalangan petani.
2. Mempunyai kemampuan bekerjasama dalam skala ekonomi yang menguntungkan dan efisien
diantara sesama maupun antar petani dengan pengusaha agroindustri.
3. Usaha yang dilakukan berorientasi pada pelesterian sumber daya alam sehingga
kesinambungan pembangunan pertanian dapat diwujudkan.
4. Berkemampuan mengadaptasi diri dengan pengetahuan dan keterampilan baru di luar
bidang pertanian maupun bidang agroindustri sehingga menambah mobilitas penduduk pedesaan
dalam mengisi kesempatan kerja dan berusaha yang terbuka di pedesaan maupun perkotaan.
Golongan yang paling potensil untuk memilki kualifikasi demikian adalah para pemuda
tani yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari orang tua mereka. Dalam jangka
pendek dan menengah para petani muda, petani maju dan kontak tani andalan berpotensi nyata
untuk mengadakan perubahan nyata dalam struktur sosial ekonomi.
Untuk mengidentifikasi kualifikasi petani maka ada beberapa indikator perilaku MUKIBAT,
yaitu komponen perilaku sebagai berikut:
1. Mental produktif, yaitu kondisi mental produktif karena mempunyai wawasan, pola pikir,
sikap, semangat dan keuletan dalam melaksanakan usaha agribisnis.
2. Usahawan, yaitu wira usaha yang mempunyai kekuatan, keberanian untuk mengambil resiko
karena terpanggil dan mampu menciptakan dan mengembangkan usaha dengan tindakan
investasi.
3. Kreatif, yaitu mempunyai daya kreasi untuk selalu mengembangkan dinamika yang tanggap
terhadap setiap tantangan, ancaman dan hambatan serta bernaluri tinggi dalam memanfaatkan
setiap peluang yang timbul di sekelilingnya.
4. Inovatif, yaitu mempunyai kemampuan untuk selalu melakukan pembaharuan dalam rangka
pengembangan usaha agribisnis yang efisien, berkualitas dan berkesinambungan.
5. Bina-benah, yaitu mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu melakukan pembenahan dan
pembinaan dengan menerapkan jurus operasional dan menciptakan kondisi strategis dalam
menggerakkan sistem agribisnis.
6. Arsitek, yaitu mempunyai kemampuan dalam merekayasa dan merancang bangun sistem
agribisnis agar menjadi suatu sistem yang tersusun sehingga secara teknik efektif, secara
ekonomis efisien dan kompetitif, serta secara sosial diinginkan.
7. Tehnologi tepat guna, yaitu mempunyai kemampuan untuk memilih tehnologi yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan agribisnis.
Selain masalah diatas juga diketahui bahwa dalam usahatani ada tiga elemen pokok yaitu
lahan, tanaman atau ternak yang akan dibudidayakan dan petani sebagai juru tani dan pengelola
usahatani. Hubungan antara ketiga elemen pokok ini tak dapat dipisahkan satu sama lain, dan
oleh karenanya disebut sebagai TRI TUNGGAL USAHATANI.
a. Lahan
Kemampuan lahan sebagai input pertanian dinilai dari : 1. kesesuaian lahan untuk ditanami
jenis tanaman tertentu. Makin banyak jenis tanaman yang sesuai ditanam di lahan tersebut
maka kemampuan lahan akan semakin tinggi; 2. kemampuan lahan untuk berproduksi. Lahan
yang subur akan mampu menghasilkan produksi tanaman yang tinggi. Oleh karena itu lahan
yang subur memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi; 3. kemampuan lahan untuk diolah
secara berlanjut. Lahan yang dirawat melalui konservasi lahan, terutama yang letaknya di
lereng-lereng pegunungan akan bernilai lebih tinggi dibandingkan lahan tidur yang tak
pernah dirawat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi baik buruknya kelas kemampuan
lahan pertanian adalah: 1. kemiringan lereng; 2. irigasi dan drainase; 3. kedalaman tanah; 4.
tekstur bawah; 5. derajat kelembaban; 6. permeabilitas; 7. resiko kebanjiran.
b. Petani
Perbedaan antara kehidupan tumbuhan dan hewan liar dengan pertanian dan peternakan
adalah adanya pengelolaan yang dilakukan oleh petani. Dalam menjalankan usahataninya,
petani memiliki dua peran yaitu sebagai kultivator (juru tani) dan manajer (pengelola). Peran
pertama petani adalah sebagai juru tani. Dalam melakukan perannya sebagai juru tani, petani
melakukan berbagai kegiatan seperti menyemaikan benih, menanam, menyiang, mengatur
irigasi serta melindungi tanaman terhadap hama, penyakit dan gulma. Peran petani sebagai
pengelola mencakup tak hanya keterampilan fisik semata namun lebih merujuk pada
keterampilan berpikir, mengatur dan mengorganisasikan usahatani. Tugas petani terpenting
sebagai manajer adalah mengambil keputusan bisnis, termasuk melakukan tawar menawar
dalam proses pemasaran dan negosiasi bisnis lainnya.
c. Tanaman, ternak, dan ikan
Tanaman, ternak dan ikan adalah makhluk Tuhan yang untuk hidupnya mempunyai
kebutuhan dasar agar dapat tumbuh dan berkembang biak. Ketika petani memilihnya sebagai
cabang usaha, petani harus menguasai dan memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan.
Tanaman mempunyai populasi yang banyak, demikian pula ternak dan ikan. Satu dan lainnya
memerlukan perlakuan yang tidak sama. Tiap tahap pertumbuhan membutuhkan perlakuan
yang berbedabaik fasilitas maupun makanan. Fasilitas dan makanan itu yang akan
menentukan besarnya produksi yang akan dihasilkan. Kita mengenal tanaman setahun dan
tahunan. Diantara tanaman setahun kita kenal tanaman pangan, hortikultura, tanaman
industry, obat-obatan dan lain-lain. Kita juga mengenal ternak kecil, ternak sedang, dan
ternak besar. Untuk ikan kita kenal ikan air tawar, ikan tambak, dan ikan air asin dan jenis
lainnya seperti kerang, mutiara, dan lain-lain. Persyaratan tumbuh tanaman tergantung pada
ketinggian, kelembapan, suhu, kesuburan tanah, serta pH tanah. Dengan mengetahui kondisi
daerah dan criteria syarat tumbuh, petani dapat menentukan perilaku budidaya yang
dikehendaki.
Usahatani dibagi kedalam beberapa klasifikasi baik dari segi pola, tipe, bentuk dan
lainnya. Adapun pembagian klasifikasi usahatani adalah sebagai berikut.
Pola usahatani
Terdapat dua macam pola usahatani, yaitu lahan basah atau sawah dan lahan kering atau
tegal. Sehingga ada beberapa lahan yang irigasinya dipengaruhi oleh sifat pengairannya,
yaitu:
Sawah dengan pengairan tehnis
Sawah dengan pengairan setengah tehnis
Sawah dengan pengairan sederhana
Sawah dengan pengairan tadah hujan
Sawah pasang surut, umumnya di muara sungai
Tipe usahatani
Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada macam dan cara
penyusunan tanaman yang diusahakan.
a. Macam tipe usahatani :
1) Usaha tani padi
2) Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung)
b. Cara penyusunan tanaman:
1) Usahatani Monokultur
Pola tanam monokultur merupakan penanaman denngan satu jenis tanaman sayuran
yang ditanam pada suatu lahan. Pola ini tidak memperkenankan adanya jenis tanaman
lain pada lahan yang sama. Jadi bila menanam cabai, hanya cabai saja yang ditanam di
lahan tersebut. Pola tanam monokultur banyak dilakukan petanis ayuran yang memiliki
lahan khusus. Jarang yang melakukannya di lahan yang sempit. Penataan tanaman
secaratunggal (monokultur), di atas tanah tertentu dan dalam waktu tertentu (sepanjang
umur tanaman) hanya ditanami satu jenis tanaman. Setelah dilakukan pemanenan atas
tanaman itu, maka tanah yang bersangkutan itu kemudian ditanami lagi dengan jenis
tanaman yang sama dan atau dengan jenis-jenis tanaman lain.
2) Usahatani Campuran/tumpangsari
Pola tanam tumpang sari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih jenis
sayuran dalam suatu luasan lahan. Jenis sayuran yang digabung bias banyak variasinya.
Pola tanam ini sebagai upaya memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Tumpangsari
juga dapat dilakukan di ladang-ladang padi atau jagung, maupun pematang sawah. Pola
tanam tumpangsari bias diterapkan untuk tanaman semusim. Prinsip tumpangsari
diantaranya :
- Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman atau lebih mempunyai umur
yang tidaksama
- Apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur yang hampir sama,
sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda.
- Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan unsure hara.
- Tanaman mempunya iperbedaan perakaran.
Pola tanam tumpangsari memberikan berbagai keuntungan, baik ditinjau dari aspek
ekonomis, maupun lingkunganagronomis. Ada beberapa keuntungan dari
tumpangsari adalah sebagai berikut :
- Mengurangi resiko kerugian yang disebabkan fluktuasi harga pertanian
- Menekan biaya operasional seperti tenaga kerja dan pemeliharaan tanaman.
- Meningkatka nproduktifitas tanah sekaligus memperbaiki sifat tanah.
3) Usahatani bergilir /tumpanggilir
Struktur usahatani
Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan. Cara pengusahaan
dapat dilakukan secara khusus (1 lokasi), tidak khusus (berganti-ganti lahan atau varietas
tanaman) dan campuran (2 jenis ataul ebih varietas tanaman, missal tumpangsari dan
tumpang gilir). Ada pula yang disebut dengan “Mix Farming” yaitu manakala pilihannya
antara dua komoditi yang berbeda polanya, misalnya hortikultura dan sapi perah.
Pemilihan khusus atau tidak khusus ditentukan oleh :
1) Kondisilahan
2) Musim/iklimsetempat
3) Pengairan
4) Kemiringanlahan
5) Kedalamanlahan
Pemilihan khusus dilakukan berdasarkan keadaan tanah yang menyangkut kelangsungan
produksi dan pertimbangan keuntungan. Pemilihan tidak khusus dilakukan oleh petani karena
dipaksa oleh keadaan lahan yang dimiliki, misalnya bila petani memiliki sawah, tanah kering
dan kolam, maka pilihan komoditi yang terbaik adalah yang menyebabkan kenaikan produk
dari yang satu diikuti oleh kenaikan produk cabang usaha yang lain.
Corak Usahatani
Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan usahatani yang ditentukan oleh
berbagai ukuran atau kriteria, antaralain :
1. Nilai umum, sikap dan motivasi
2. Tujuan produksi
3. Pengambilan keputusan
4. Tingkat teknologi
5. Derajat komersialisasi dari produksi usahatani
6. Derajat komersialisasi dari input usahatani
7. Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan
8. Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat
9. Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani
10. Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi
Bentuk Usahatani
Bentuk usahatani dibedakan atas penguasaan faktor produksi oleh petani, yaitu :
1. Perorangan
Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya juga akan
ditentukan oleh seseorang
2. Kooperatif
Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan dibagi berdasar
kontribusi dari pencurahan faktor yang lain. Dari hasil usahatani kooperatif tersebut
disisihkan atas dasar musyawarah per anggotanya untuk keperluan pemeliharaan dan
pengembangan faktor yang dikuasai bersama serta kegiatan sosial dari kelompok
kegiatan itu antara lain: pemilikan bersama alat pertanian, pemasaran hasil dan lain-lain
Kesimpulan
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,
mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor faktor produksi seefektif dan
seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Dengan demikian, harus dimulai dengan merencanakan untuk menentukan dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pada waktu yang akan datang secara
efisien sehingga dapat diperoleh pendapatan yang maksimal. Selain itu ilmu usahatani
merupakan upaya penelaahan tritunggal yaitu manusia (petani), lahan, dan tanaman atau hewan.
Petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan hidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian,peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut. Tanaman, ternak, dan ikan adalah
makhluk mempunyai kebutuhan dasar agar dapat tumbuh dan berkembang bia sehingga petani
harus menguasai dan memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan. Tanah sebagai harta produktif
adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf
hidup, dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani.
Daftar Rujukan
AT. Mosher, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, terjemahan Ir. Krisnandhi. CV. Yasa Guna ,Jakarta 1966
Hermanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: SwadayaSoekartawi, et al. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI Press.
Soekartawi, et.al. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI Press.
Tohir, Kaslan A. 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani di Indonesia.Jakarta : Penebar Swadana.
Wolf, R. Eric. 1985. Petani, Suatu Tinjauan Antropologis. Jakarta: CV. Rajawali