makalah radiofarmasi
DESCRIPTION
radiofarmasiTRANSCRIPT
MAKALAH RADIOFARMASI
177LU-DOTA-NIMOTUZUMAB SEBAGAI RADIOFARMAKA
TERAPI KANKER
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Putri Efriani ()
Wita Nurleny (08111006011)
DOSEN: Annisa
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013/2014
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nimotuzumab merupakan obat anti kanker yang termasuk dalam
kelompok inhibitor epidermal growth factor receptor (EGFR). Senyawa ini
menghambat protein reseptor epidermal growth factor (EGF) yang banyak
terdapat pada pemukaan sel kanker. EGF secara normal menstimulasi sel
untuk tumbuh dan berdiferensiasi. Dengan menghambat reseptor ini,
nimotuzumab mencegah sel kanker menerima pesan yang diperlukan sel untuk
tumbuh, berkembang dan menyebar.(1) Nimotuzumab menghambat aktivasi
protein tirosin kinase dan berikatan dengan afinitas yang optimal serta
spesifisitas tinggi pada daerah ekstraseluler dari EGFR, sehingga dapat
menghambat ikatan ligan dan aktivasi reseptor.
Nimotuzumab merupakan humanized antibodi monoclonal yang 95%
rangkaian asam aminonya mirip dengan rangkaian asam amino antibodi
manusia, sehingga pada penggunaanya dapat mengurangi efek samping seperti
ruam, diare dan konjungtivitis.(4) EGFR merupakan target kunci dalam
pengembangan terapi kanker. Obat-obatan dengan target EGFR terbukti dapat
meningkatkan efek terapi bila digunakan bersamaan dengan terapi secara
konvensional seperti terapi radiasi dan kemoterapi.(3) Nimotuzumab telah
digunakan oleh lebih dari 1800 pasien di seluruh dunia melalui uji klinis
maupun penjualan komersial, dan dari laporan terakhir tidak ditemukan
adanya efek samping seperti yang diuraikan diatas. Efek samping yang sering
ditemukan pada penggunaan EGFR-targeting monoclonal antibodies atau
molekul kecil lainnya hampir atau jarang terjadi pada penggunaan
Nimotuzumab.
Laporan terakhir juga menginformasikan bahwa Nimotuzumab sedang
dipelajari dalam uji klinis untuk lebih dari 10 indikasi keganasan, dan secara
bervariasi sudah disetujui di beberapa negara untuk terapi kegansan otak,
kanker leher dan glioma, serta sedang dalam uji klinis untuk bermacam-
macam tipe keganasan lain seperti kolorektal, glioma (pada manula dan
dewasa), pankreas, prostat, non-small cell lung, esofagus, leher rahim dan
keganasan payudara.(1). Di Amerika, uji klinis fase II untuk keamanan dan
efikasi dari nimotuzumab pada pasien manula yang menderita glioma yang
kambuh secara berkepanjangan dan sudah menyebar sedang dilakukan. Uji ini
sudah dimulai dari Oktober 2007 dan berakhir pada Desember 2009.
Berdasarkan fakta adanya peningkatan efek pengobatan dari nimotuzumab
bila digunakan bersamaan dengan radioterapi(3), maka dirasa perlu dilakukan
pengembangan radiofarmaka yang dapat mensinergikan kemampuan
Nimotuzumab yang tidak hanya mampu berikatan dengan target target EGFR
secara spesifik tetapi juga mampu menghentikan berkembang dan
menyebarnya keganasan dengan radionuklida pemancar partikel alfa atau beta
yang mampu mentransfer energi(cross fire) pada sel kanker yang ada
disekitarnya yang pada gilirannya akan menghancurkan sel kanker tersebut.
Terapi keganasan dengan radiofarmaka ini diharapkan bersifat terarah
(targeted) sehingga bisa lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
Nimotuzumab atau radioterapi secara sendiri-sendiri. Selain itu terapi dengan
radiofarmaka ini diharapkan memberikan efek samping yang jauh lebih rendah
karena bersifat terarah sehingga radiasi terhadap sel yang tidak menjadi target
(sel normal) dapat dihindarkan.
Radionuklida yang dipilih untuk penandaan Nimotuzumab dalam
penelitian ini adalah 177Lu. Pemilihan radionuklida ini karena 177Lu
mempunyai mempunyai sifat kimia dan terutama sifat fisika yang sangat
atraktif untuk terapi kanker. Lu-177 adalah pemancar partikel relatif lunak
dengan Emax 497 keV (78,6%) dan 176 (12,2%) keV dan kemampuan
penetrasi ~ 1,5 mm yang sesuai untuk kanker berukuran kecil. Radionuklida
177Lu juga memancarkan sinar [113 (6,4%) dan 208 (11%) keV] yang
sangat ideal digunakan untuk pencitraan, sehingga deposisi agent secara in
vivo dapat
diamati. Pengadaan 177Lu dengan aktifitas jenis yang cukup tinggi (~ 10 Ci/
mg Lu) melalui reaksi inti [176Lu(n,)177Lu] relatif mudah karena tampang
lintang reaksi yang cukup tinggi yaitu 2100 barn.(5)Kromatografi adalah suatu
metoda pemisahan yang banyak digunakan dalam proses pemurnian dan
kendali kualitas radiofarmaka.
Kromatografi adalah suatu metoda pemisahan yang didasarkan pada
perbedaan migrasi senyawa-senyawa yang dipisahkan pada suatu sistim yang
terdiri dari dari fasa diam dan fasa gerak. Pada awal perkembangannya
pemisahan dengan kromatografi hanya didasarkan pada perbedaan
kemampuan serap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan pada suatu fasa
diam (kromatografi adsorpsi). Fasa diam kemudian dielusi dengan eluen yang
sesuai untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terserap tersebut. Senyawa
yang tidak terserap dengan baik pada fasa gerak akan bergerak bersama fasa
gerak dan yang terserap dengan baik akan tetap pada posisi awal senyawa
tersebut diaplikasikan. Pada perkembangannya pemisahan campuran dengan
kromatografi juga didasarkan pada perbedaan koeffisen partisi,/ koeffesien
distribusi kromatografi partisi), muatan (penukar ion), perbedaan besar
molekul (kromatografi saring molekul) dan beberapa prinsip migrasi lainnya.
(6) Pada penelitian ini dua metoda kromatografi yaitu kromatografi lapisan
tipis (KLT) dan kromatografi saringan molekul digunakan berturut-turut untuk
penentuan kemurnian dan pemurnian radiofarmaka yang disiapkan dalam
penelitian ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penandaan
Nimotuzumab dengan 177Lu dan uji stabilitas hasil penandaan. Dengan
mensinergikan kemampuan Nimotuzumab dan 177Lu dalam bentuk
Nimotuzumab bertanda 177Lu maka radioimmunokonjugat ini diharapkan
dapat mengantisipasi permintaan dalam negeri akan radiofarmaka terapi untuk
pengobatan berbagai macam keganasan seperti keganasan leher, pankreas
maupun glioma yang mempunyai ekspresi EFGR.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memproduksi sediaan radiofarmasi untuk terapi kanker ?
2.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara memproduksi sediaan
radiofarmasi untuk terapi kanker
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
1. Alat dan Bahan
Alat:
- Magenetic stirer (Labcompanion)
- Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang dilengkapi
dengan detektor UV-Vis
- (Shimadzu), thermomixer (Eppendrof)
- Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) scanner
Bahan:
- DOTA (Fluka)
- Resin penukar ion Chelex 100 (Bio-Rad)
- Larutan salin (IPHA)
- Ammonium asetat
- NaHCO3
- K2HPO4
- KH2PO4
- sulfo-N
2. Prosedur Pembuatan
I. Dialisis Nimotuzumab
10 ml Nimotuzumab (5mg/ml) dimasukkan kedalam kaset dialisis
Dialisis dalam 1 L dapar fospat (K2HPO4) 0,1 M pH 7,5 dengan 1,2 gram resin penukar ion Chelex-100
Proses dialysis dilakukan selama 72jam pada suhu 40C dengan penggantian larutan dapar setiap 24jam
II. Penyiapan sulfo-NHS-DOTA dengan EDC sebagai “condensing
agent”
III. Konjugasi sulfo-NHS-DOTA pada Nimotuzumab
DOTA (57 mg, 120 mmol) dilarutkan dalam 1620 µl H2O
ditambah 160 µl NaOH 1 M, didinginkan pada suhu 4º C
Sulfo-NHS disiapkan dalam kondisi segar (26 mg, 120 mmol) dilarutkan dalam 800 µl H2O 4º C
Campuran ini didinginkan pada temperatur 40C
ditambahkan 195 µl larutan EDC segar yang dilarutkan dalam H2O (25 mg/ml)
Campuran dibiarkan bereaksi sambil diaduk selama 30 menit pada suhu 40C
Tambahkan larutan sulfo-NHS-DOTA kedalam tabung yang berisi 2 ml nimotuzumab yang telah diatur pH nya menjadi
7,3 (dengan penambahan 0,2 M Na2HPO4 pH 9)
Campuran reaksi ini diinkubasi pada rotator selama 24 jam pada suhu 40C
Imunokonjugat yang terbentuk dimurnikan dengan cara dialysis menggunakan kaset dialisa
IV. Pemurnian imunokonjugat DOTA-Nimotuzumab
V. Penyiapan 177LuCl3
imunokonjugat DOTA-Nimotuzumab dimasukkan kedalam kaset dialisis
Dialisis dalam 1 L dapar ammonium asetat 0,25M pH 7,0 dengan 1,2 gram resin penukar ion Chelex-100
Proses dialysis dilakukan selama 72jam pada suhu 40C dengan penggantian larutan dapar setiap 24jam
Imunokonjugat dimasukkan kedalam vial (0,2mg Nimotuzumab/vial) disimpan dalam deep freezer siap
ditandai dengan 177Lu
Iradiasi 0,5 –1,0 mg 176Lu (176Lu2O3, pengkayaan 60.60%) di RSG-GAS selama 4 atau 10 hari
Dipindahkan ke gelas beker lalu ditambahkan 2ml HCl 6M, diamkan selama 30 menit
Ditambahkan 2ml H2O2
Campuran reaksi dipanaskan dengan pengadukan sampai kering
Garam Lu-177 yang terbentuk dilarutkan dengan 3ml HCl 0,5M
VI. Penandaan immunokonjugat DOTA-Nimotuzumab dengan 177Lu
VII. Pemurnian 177Lu-DOTA-Nimotuzumab
VIII. Uji toksisitas
Ditambahkan aliquot 177LuCl3 kedalam aliquot immunokonjugat DOTA-Nimotuzumab
pH campuran reaksi diatur sampai menjadi 5,5 dengan penambahan larutan HCl 1M
Campuran reaksi diinkubasi pada suhu 420C selama 1jam
Pada akhir reaksi ditambahkan larutan EDTA 0,05M secara berlebih (perbandingan mol EDTA : 177Lu = 20:1) diinkubasi
selama 5menit suhu 420C
Larutan dilewatkan dalam kolom Sephadex G-25 Medium (diameter 1cm panjang 20cm) yang sudah dijenuhkan dengan
1ml larutan BSA 10%
Dielusi dengan 0,1M phosphate buffer saline (PBS) pH 7,2
Eluat ditampung dalam 27 tabung reaksi per 0,5ml
Sejumlah [Lu-17]-DOTA-nimotuzumab, 10 Ci, dinjeksikan pada beberapa group mencit normal
Ambil darah mencit, analisa konsentrasi leukosit, trombosit dan haemoglobinnya