makalah radiology
DESCRIPTION
kelainan periodontal dan resorpsi akarTRANSCRIPT
Tugas Kelompok Radiologi II
GAMBARAN RADIOGRAFIK KELAINAN PERIODONTAL
DAN RESORBSI AKAR
Oleh:
Noralita Ratnasari 021311133149
Adil Rachmawan 021311133150
Erin Imaniar Basar 021311133151
ILMU RADIOLOGI II - DEPARTEMEN RADIOLOGI MULUT
Fakultas Kedokteran Gigi – Universitas Airlangga
Semester Genap – 2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul : “Gambaran Radiografik
Kelainan Periodontal dan Resorbsi Akar”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dimaksudkan sebagai pemenuhan tugas
mandiri mata kuliah Radiologi II semester genap.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan makalah ini adalah karena
bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. R.P. Bambang Noerjanto, drg., MS., Sp.RKG selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan petunjuk dan pengarahan sehingga terselesaikannya makalah ini dengan baik.
2. Tim dosen mata kuliah Radiologi II Fakultas Kedokteran Gigi
3. Teman-teman Cementum 2013
4. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya
kesempurnaan dalam penulisan makalah ini.
Surabaya, 26 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Judul .....................................................................................................................
Kata Pengantar ......................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................
Daftar Gambar ......................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan ...............................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .....................................................................................
1.3 Manfaat ....................................................................................................
Bab 2 Tinjauan Pustaka ...............................................................................
2.1 Radiografik Jaringan Radiografik Yang Sehat ........................................
2.2 Pengertian Penyakit Periodontal .............................................................
2.3 Klasifikasi Penyakit Periodontal..............................................................
2.3.1 Acute Periodontal Abscess..........................................................
2.3.2 Chronic Periodontitis ..................................................................
2.3.3 Early Onset Periodontitis.............................................................
2.4 Pengertian Resorbsi Akar ........................................................................
2.5 Klasifikasi Resorbsi Akar ........................................................................
2.5.1 Resorbsi Interna ..........................................................................
2.5.2 Resorbsi Eksterna ........................................................................
Bab 3 Penutup .......................................................................................................
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................
3.2 Saran ........................................................................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar1. Fitur radiografi tulang alveolar yang sehat ...........................................................................
Gambar2. Antara gigi posterior, puncak alveolar sejajar dengan garis yang menghubungkan CEJ ....
Gambar3. Gigi anterior, puncak alveolar biasanya runcing dan mungkin memiliki korteks yang
terdefinisi dengan baik ..........................................................................................................
Gambar4.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling
banyak diderita manusia. Penyakit periodontal adalah penyakit inflamasi pada jaringan
pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik tertentu atau kelompok
mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan progresif dari ligamen periodontal dan
tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya. Penyakit periodontal
terbagi atas penyakit periodontal non-destruktif (gingivitis) dan penyakit yang bersifat
lebih destruktif (periodontitis). Bakteri merupakan penyebab yang paling banyak
terjadinya penyakit periodontal. Klasifikasi Penyakit Periodontal adalah acute
Periodontal Abscess, chronic Periodal dan Early Onset Periodontitis
Resorpsi akar adalah pengerusakan atau penghancuran yang menyebabkan
hilangnya struktur gigi. Hal ini disebabkan oleh kerja sel tubuh yang menyerang bagian
dari gigi. Bila kerusakan meluas ke seluruh gigi, dinamakan resorpsi gigi. Penyebab
terjadinya resorbsi akar bermacam-macam, misalnya inflamasi, bahan kimia, tekanan,
dan lain-lain. Klasifikasi resorbsi akar dibagi menjadi dua yaitu resorbsi akar internal
(destruksi gigi yang diawali pada daerah yang berdekatan dengan pulpa pada dinding
internal dentin dan berkembang kearah luar) dan tresorbsi eksternal (odonklas meresorpsi
permukaan luar dari gigi).
Oleh karena itu, kami akan mengulas tentang gambaran radiografik penyakit
periodontal dan klasifikasinya, serta resorbsi akar dengan tujuan untuk memahami
secara jelas tentang gambaran radiografik.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan gambaran radiografik periodontal sehat dan kelainan penyakit
periodontal
2. Menjelaskan gambaran radiografik resorbsi akar dan klasifikasinya
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat memahami gambaran radiorafik penyakit periondontal dan
resorbsi akar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Radiografik Jaringan Periodontal Yang Sehat
Periodonsium yang sehat jika tidak terdapat penyakit. Namun, kesehatan tidak
bisa dipastikan dari radiografi saja, informasi klinis juga yang dibutuhkan.
Radiografi dikatakan berhasil jika diketahui fitur radiografi jaringan sehat (belum
ada keropos tulang). Satu-satunya yang dapat diandalkan Fitur radiografi adalah
hubungan antara margin tulang crestal dan cemento-enamel junction (CEJ). Jika jarak ini
dalam biasa batas (2-3 mm) dan tidak ada tanda-tanda klinis hilangnya attachment, maka
dapat dikatakan bahwa belum adanya periodontitis. (Nanci A, dll, 2003)
Fitur radiografi tulang alveolar yang sehat meliputi: (Nanci A, dll, 2003)
1. Tipis, halus, merata corticated margin ke tulang crestal interdental di daerah posterior.
2. Tipis, adanya margin untuk interdental tulang crestal di daerah anterior.
3. Cortication di atas puncak tidak selalu jelas, terutama untuk sejumlah tulang yang
kecil antara gigi anterior.
4. Tulang crestal interdental kontinu dengan lamina dura dari gigi yang berdekatan. Itu
persimpangan dua bentuk sudut yang tajam.
5. Tipis dan lebar ke mesial, distal ruang ligamen periodontal.
6. Tidak tidak selalu jelas.
Kegagalan untuk melihat fitur ini mungkin karena:
1. Kesalahan Teknik
2. Overexposure
3. Variasi anatomi normal di alveolar Bentuk dan kepadatan tulang.
.
Gambar1. Fitur radiografi tulang alveolar yang sehat
Tulang alveolar normal yang mendukung gigi memiliki penampilan yang khas.
Lapisan tipis tulang kortikal yang opak sering meliputi puncak alveolar. Antara gigi posterior,
puncak alveolar sejajar dengan garis yang menghubungkan CEJ yang berdekatan (gambar2).
Antara gigi anterior, puncak alveolar biasanya runcing dan mungkin memiliki korteks yang
terdefinisi dengan baik (gambar3.). Puncak alveolar berlanjut dengan lamina dura gigi yang
berdekatan. (White,2014:301)
Gambar2. Antara gigi posterior, puncak alveolar sejajar dengan garis yang menghubungkan CEJ yang
berdekatan.
Gambar 3. Antara gigi anterior, puncak alveolar biasanya runcing dan mungkin memiliki korteks yang
terdefinisi dengan baik.
2.2 Pengertian Penyakit Periodontal
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi
sebagai penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulang
alveolar. Sebelum memahami kerusakan jaringan periodontal, sebaiknya dimulai dengan
gingiva yang sehat dan tulang pendukung yang normal. Gingiva yang sehat dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan gigi.
Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bakteri yang
terbentuk pada mahkota gigi dan meluas disekitarnya, lalu menerobos sulkus gingiva
yang nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan sejumlah zat yang
secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal.
Peradangan pada gingiva dan perkembangannya pada bagian tepi permukaan gigi terjadi
ketika koloni mikroorganisme berkembang. (Gutman JL, 1992)
Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis.
Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah proses inflamasi yang
mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kerusakan tulang,
keadaan ini dikenal dengan Gingivitis. Apabila penyakit gingiva tidak dirawat maka
proses penyakit akan terus berkembang mempengaruhi tulang alveolar, ligamen
periodontal atau sementum, keadaan ini disebut dengan Periodontitis. Gingivitis
merupakan fenomena bifase. Pada anak-anak bersifat akut, sementara dan cenderung
mengenai papila, sedangkan pada orang dewasa bersifat kronis dan progresif. Gingiva
anak-anak terhadap gingivitis lebih cepat dan jelas bila dibandingkan dengan orang
dewasa. (Eric Waites, 2003)
2.3 Klasifikasi Penyakit Periodontal
2.3.1 Acute Periodontal Abscess
Abses periodontal merupakan suatu proses yang cepat berkembang, lesi destruktif
yang biasanya berasal dari dalam pocket jaringan lunak. Hal ini terjadi ketika bagian koronal
dari pocket menjadi tersumbat atau ketika bahan asing tersangkut antara gigi dan gingiva. Jika
lesi akut, mungkin tidak ada perubahan yang terlihat pada gambar. Namun jika lesi berlanjut
(yaitu pada abses periodontal kronis), daerah radiolusen akan tampak pada gambar, sering
tumpang tindih di atas akar gigi. Radiolusen dapat berupa area bulat yang mengalami
penipisan, dan jembatan tulang terdapat pada bagian atas aspek koronal lesi, yang terpisah dari
puncak alveolar ridge. Setelah pengobatan, beberapa tulang yang hilang dapat beregenerasi.
(Whites,2014:308)
Gambar4. Contoh abses periodontal kronis yang berhubungan dengan kaninus rahang atas, perhatikan area yang didefinisikan dengan hilangnya tulang yang berlebihan pada regio
pertengahan akar dan memperluas ke arah mesial terhadap gigi insisivus lateral. Tampaknya terdapat lapisan tulang (panah) yang memisahkan wilayah dari kerusakan tulang dari puncak
proses alveolar. (Whites,2014:308)
Kadang-kadang, pasien datang dengan kondisi yang parah dilokasi penyakit periodontal. Penyakit ini biasanya berasal dari jaringan yang dalam yang telah tersumbat. Diagnosis dari abses periodontal adalah adanya tanda-tanda peradangan akut, infeksi yang jelas dan tidak radiografi.
Gambar5. Secara klinis gambaran abses periodontal.
2.3.2 Periodontitis kronis
Periodontitis kronis adalah penyakit periodontal yang paling umum. Dilihat
dari segi patologis adalah : (Eric Waites, 2003)
a. Peradangan (biasanya perkembangan dari gingivitis kronis)
b. Penghancuran ligamen periodontal
c. Resorpsi tulang alveolar
d. Hilangnya jaringan epitel
e. Pembentukan pocket di sekitar gigi
f. Pengunduran gingiva resesi.
Periodontitis adalah resorpsi dari tulang alveolar yang menyediakan fitur
radiografi utama kronis Periodontitis, meliputi :
a. Hilangnya margin interdental, tepi tulang menjadi tidak teratur atau tumpul
b. Pelebaran ruang ligamen periodontal pada margin crestal
c. Hilangnya sudut yang biasanya tajam antaratulang crestal dan lamina dura, sudut
tulang menjadi bulat dan tidak teratur
d. Lokasi dari alveolar yang tulang pendukung
e. Hilangnya tulang horizontal atau vertikal yang mengakibatkan hilangnya tulang
atau pembentukan kerusakan intra-tulang yang kompleks.
Hilangnya tulang horisontal menggambarkan penampilan hilangnya
ketinggian tulang alveolar di mana puncak masih horizontal (sejajar dengan garis
bayangan yang bergabung dengan CEJ gigi yang berdekatan) tetapi diposisikan apikal
lebih dari beberapa milimeter dari CEJ. Kehilangan tulang horisontal mungkin ringan,
sedang, atau berat, tergantung pada luasnya. Keropos tulang ringan dapat
didefinisikan sebagai kehilangan 20%, atau sekitar 1 sampai 2 mm, dari ketinggian
tulang normal yang mendukung, dan kehilangan moderat adalah hilangnya antara
20%, atau sekitar 2 mm, dan 50% dari ketinggian tulang pendukung. Kehilangan berat
adalah terjadi bila hilangnya tulang lebih dari titik tersebut.
Sementara itu, kerusakan tulang vertikal (sudut) adalah lesi tulang yang
terlokalisasi satu gigi, meskipun seorang individu mungkin memiliki beberapa
kerusakan tulang vertikal. Kerusakan ini berkembang ketika hilangnya tulang
berlangsung turun ke akar gigi, sehingga ada pendalaman pocket periodontal secara
klinis. Ini bermanifestasi sebagai kelainan vertikal dalam alveolus yang memanjang di
sepanjang apikal akar gigi yang terkena dampak dari puncak alveolar. Dalam bentuk
awal, kerusakan vertikal muncul pelebaran yang abnormal dari ruang PDL di puncak
alveolar (gambar4)
Kerusakan vertikal ini sering sulit untuk dikenali pada gambaran radiografik
karena satu atau kedua plat kortikal tulang masih bertumpangan di atas defek.
Visualisasi kedalaman pocket dapat dibantu dengan memasukkan gutta-percha
sebelum membuat gambar intraoral. Gutta-percaha tampak mengikuti defek karena
gutta percha relatif tidak fleksibel dan radiopak (Gambar5). Pemeriksaan klinis dan
bedah adalah cara terbaik menentukan jumlah sisa dinding tulang. Gambaran CBCT
juga dapat membantu untuk mengkarakterisasi cacat lebih jelas.(White,2014:303)
Gambar6. (a) contoh dari perkembangan kerusakan vertikal, (b) contoh dari beberapa
kerusakan vertikal yang mempengaruho permukaan mesial dari M1 dan permukaan distal
dari kaninus
Gambar7. Gutta-percaha tampak mengikuti defek karena gutta percha relatif tidak
fleksibel dan radiopak
f. Hilangnya tulang di daerah furkasi dari gigi multirooted, ini dapat bervariasi dari
pelebaran pencabangan ligamen periodontal untuk zona besar kerusakan tulang.
Gambar8. Radiografi periapikal menunjukkan tipe radiografi dari tulang horizontal dalam
periodontitis yang mempengaruhi insisiv RA (a) tulang yang hilang baru sedang, (b)
tulang yang hilang sudah parah
Gambar9. Radiografi menunjukkan tipe radiografi dari hilangnya tulang horizontal
didalam chronic periodontitis mempengaruhi gigi posterior (a) pertama, hilangnya tulang
secara sedang yang mempengaruhi mandibular molar
(b) sedang dan bahkan parah, hilangnya tulang yang mempengaruhi molar RA, bagian
hitam diindikasi adanya calculus deposit
(c) vertikal bitewings menunjukan hilangnya tulang sudah parah, bagian hitam diindikasi
adanya clculus deposit
Gambar10. Radiografi periapikal menunjukkan contoh dari hilangnya tulang vertikal
dalam periodontitis khronik (a) ringan, (b) sedang, (c) akut/parah
Gambar9.
Pelebaran periodontal interdental ruang ligamen terkait dengan faktor lokal
sekunder meskipun penyebab utama penyakit periodontal adalah plak bakteri.
Beberapa faktor tersebut dapat dideteksi pada radiografi meliputi:
a. Deposito Kalkulus
b. Karies
c. Overhanging filling ledges
d. Kurangnya titik kontak
e. Kontur restorasi yang buruk
f. Status endodontik dalam kaitannya dengan Perio-endo lesi
g. Overerupted gigi berlawanan
h. Gigi miring
i. Akar yang berdekatan
Gambar11. Contoh dari penyebab faktor sekunder yang terlibat dalam penyakit
periodontal (a) deposit kalkulus, (b) deposit kalkulus, (c) karies, (d) Overhanging
filling ledges, (e) efek Overhanging filling ledges, (f) lubang sampai ke jaringan
periodontal
2.3.3 Awal mula periodontitis
Penyakit periodontal yang terparah berkembang pada masa remaja. Fitur radiografi
meliputi:
a. Kerusakan tulang vertikal parah yang mempengaruhi M1 atau gigi seri
(kadang-kadang)
b. Secara umum kehilangan tulang
c. Migrasi dari gigi seri dengan diastema
d. Formasi
e. Keropos tulang.
Gambar12. Awal mulanya periodontitis
2.4 Pengertian Resorbsi Akar
Dalam ilmu kedokteran gigi, resorpsi akar adalah pengerusakan atau
penghancuran yang menyebabkan hilangnya struktur gigi. Hal ini disebabkan oleh kerja
sel tubuh yang menyerang bagian dari gigi. Bila kerusakan meluas ke seluruh gigi,
dinamakan resorpsi gigi. Kerusakan akar yang parah dapat terjadi bila kerusakan sudah
mencapai pulpa, sehingga sangat sulit untuk dirawat dan biasanya memerlukan ekstraksi
gigi. Resorpsi akar terjadi akibat diferensiasi makrofag menjadi odontoklas yang akan
meresorpsi sementum permukaan akar serta dentin akar. Tingkat keparahannya
bervariasi dapat dilihat dari bukti-bukti berupa lubang mikroskopis yang dapat
menyebabkan kehancuran pada permukaan akar.(Fuss Z,2003) Resorpsi diklasifikasikan
sebagai internal dan eksternal atas dasar permukaan gigi yang diresorpsi.
(White&Pharaoh,2014:603)
Resorpsi eksternal mempengaruhi permukaan luar dari permukaan gigi,
sedangkan resobsi internal mempengaruhi permukaan dalam dari ruang pulpa dan kanal.
Ada dua tipe yang membedakannya dari gambaran radiografis dan perawatannya.
Walaupun etiologi dari lesi-lesi resorptif belum diketahui, tetapi adanya keterangan yang
menunjukkan bahwa beberapa lesi merupakan hasil dari infeksi kronis (inflamasi),
tekanan dan fungsi yang berlebihan atau faktor-faktor yang diasosiasikan dengan tumor
lokal dan kista. (White&Pharaoh,2014:603)
2.4.1 Resorbsi Internal
2.4.1.1 Definisi
Resorbsi internal adalah destruksi gigi yang diawali pada daerah yang
berdekatan dengan pulpa pada dinding internal dentin dan berkembang kearah luar,
yang akhirnya menembus permukaan eksternal dari mahkota ke akar.
(Markus,2006) Paling banyak kasus resorbsi internal tidak diketahui penyebabnya (
idiopatik ). Walaupun faktor-faktor pendukung tidak diketahui, proses yang
terlihat dihubungkan dengan inflamasi pulpa, saat ini dipercaya bahwa resorbsi
internal disebabkan oleh pulpitis irreversible kronis. (Fuss Zet al, 2003)
Resorpsi internal dapat mempengaruhi gigi baik dalam dentin primer
atau sekunder. Hal ini terjadi paling sering pada gigi permanen, biasanya dalam
gigi seri tengah dan molar pertama dan kedua. Proses resorptif paling sering
dimulai selama dekade keempat dan kelima adalah lebih umum pada laki-laki. Jika
pulpa yang membesar melubangi dentin dan enamel, maka secara klinis pada
daerah tersebut dapat muncul yang disebut pink spot. (White&Pharaoh,2014:603)
Pada daerah resorbsi, yang tersisa hanya selapis email yang sangat tipis
dan daerah resorbsi dipenuhi dengan jaringan granulasi hipervaskular. Jika resorbsi
terjadi pada bagian korona gigi, memungkinkan darah terlihat sangat jelas, maka
pink spot akan muncul pada mahkota gigi melalui enamel yang translusen.
(Sommer RF, et al, 1962; Fuss, et al, 2003)
Gambar 13. Pink Spot (Sommer RF, et al, 1962)
2.4.1.2 Etiologi
a. Inflamasi
Inflamasi pulpa juga dapat menyebabkan resorpsi internal apabila
inflamasi menyebabkan kematian odontoblas sehingga peradangan terus
berlanjut ke dentin, sedangkan pulpa masih mempertahankan vitalitasnya.
Gambar14. ( a) Resorpsiakar internal yang disebabkan oleh inflamasi.
Saluran akar nekrotik dan terdapa tmikroorganisme. Rongga
resorpsimengandung sel odontoclast. b.) gambar close-up resorpsi
Sel peresorpsi dating dan berkontak dengan predentin atau dentin.
Berdasarkan beberapa penelitian mengatakan bahwa terdapat beberapa bakteri
yang mampumengaktifkan RANKL dan osteoklas. Resorpsi internal menyebar
kesegalaarah secara simetris kedalam dentin yang mengelilingi pulpa. Awal
mulainya resorpsi internal, berbentuk seperti lingkaran penuh dan terus
menyebar kearah koronal dan apical apabila inflamasi berkembang. Mikroba
merupakan stimulus yang diperlukan untuk resorpsi akar internal.
Gambaran radiografik dapat menunjukkan tanpa gejala awal dari
resorpsi internal. Lesi tampak terlokalisasi, radiolusen dan membulat, oval atau
memanjang dalam akar atau mahkota dan dilanjutkan dengan gambaran ruang
pulpa dan kanal. Outline biasanya tampak jelas dan halus atau agak berlekuk-
lekuk. Sehingga, akan tampak perluasan yang iregular dari kamar pulpa atau
kanal. Gambaran tersebut tampak homogen radiolusen, tanpa trabekula tulang
atau pulp stone. Namun stuktur internal dapat terlihat jelas jika permukaan
struktur gigi yang teresorpsi berbentuk sangat irregular dan berlekuk-lekuk.
Pada beberapa kasus, hampir seluruh pulpa dapat membesar di dalam gigi,
walaupun pada umumnya lesi masih terlokalisasi. (White&Pharaoh,2014:603)
Gambar15. Resorpsi Internal bisa terjadi pada bagian mahkota atau akar dari gigi. Gambaran
periapikal menunjukkan reseorpsi internal berpusat di sistem kanal akar. (White&Pharaoh,2014:604)
Gambar16. Insisif lateral maksila dengan riwayat kelainan periodontal (subluxation).
Membuktikan bahwa terlihat adanya resorpsi akar internal,
khususnya resorpsi inflamasi internal (panah). (Miloro, 2011:395)
b. Bahan Kimia
Internal resorpsi mungkin merupakan hasil dari stimulasi oleh kalsium
hidroksida yang sangat alkali, pada perawatan pulotomi. Sifat alkali dari
Calsium hidroksida dapat menyebabkan metaplasia dalam jaringan pulpa, yang
mengarah pada pembentukan odontoclast. (Ingle, et al.1994)
Gambar17. Resorpsi internal yang sangat besar dari molar
bawah setelah dilakukan perawatan pulpotomi. (Ingle, et al.1994)
c. Trauma
Beberapa penyelidik melaporkan bahwa trauma sering dicurigai
sebagai faktor awal resorbsi internal. Trauma dapat disebabkan oleh pukulan
suatu benda, preparasi mahkota dengan panas yang ekstrim tanpa semprotan air
yang cukup. Panas diperkirakan akan menghancurkan lapisan predentin.
Resorbsi internal dapat terbatas pada mahkota atau akar gigi.(Cohen Set al,
1984; Sommer RF, 1962)
Dalam kasus gigi trauma, perdarahan intra pulpa dapat berkembang,
bekuan darah yang terbentuk kemudian diganti dengan jaringan granular yang
menekan dinding saluran akar. Dengan aktivasi sel-sel mesenkim non-
differentiated dari jaringan pulpa maka sel-sel tersebut akan berdiferensiasi
menjadi dentinoclast, sel yang bertanggung jawab untuk resorpsi jaringan keras
gigi.
Gambar18. Tampak gambaranr adiografik yang jelas dari resorpsi akar internal yang dapat disebut
“internal/central granuloma” setelah preparasi gigi. Batas pulpa masih mudah teridentifikasi.
(Pasler. 2007:164)
Trauma tiba-tiba pada gigi menghasilkan hemorrhage intrapulpa yang
terorganisasi (contohnya : ditempati oleh jaringan granulasi ). Proliferasi jaringan
granulasi menekan dinding dentin sehingga pembentukan predentin berhenti dan
mulai resorbsi. Berbagai aspek resorbsi internal telah banyak dipelajari, namun
mekanisme pasti masih menjadi spekulasi. Saluran akar menyediakan atmosfer
yang baik untuk pertumbuhan dari sel yang meresorbsijaringan keras, hal ini dapat
terjadi setelah proses trauma. Perubahan sirkulasi mempengaruhi metabolisme sel
menjadi derajat yang lebih luas. (Fuss Zet al, 2003)
Resorbsi akar ternyata lebih sering tejadi di dekat pembuluh darah. Hal
ini juga telah diobservasi, bahwa hiperemi aktif dan didukung tekanan oksigen
yang tinggi menyebabkan aktifitas odontoklas.(Fuss Zet al, 2003)
2.4.2 Resorbsi Eksternal
2.4.2.1 Definisi
Pada resorpsi eksternal, odontoklas meresorpsi permukaan luar dari
gigi. Resorpsi ini umumnya meliputi permukaan akar tetapi bisa juga meliputi
sementum dan dentin, dan pada beberapa kasus secara sedikit demi sedikit meluas
ke pulpa. (White&Pharaoh,2014:604)
Umumnya tempat bagi resorpsi akar eksternal merupakan region apikal
dan servikal. Ketika lesi mulai pada apex, umumnya menyebabkan resorpsi halus
pada struktur gigi, sehingga menumpulkan bagian apeks akar. Namun, ketika
resorpsi eksternal terjadi sebagai hasil dari lesi inflamasi periapikal, lamina dura
hilang dari sekeliling apeks. Jika resorpsi dari region apikal terjadi, kanal pulpa
tampak secara abnormal meluas pada apeks. (White&Pharaoh,2014:604)
Gambar19. Resorpsi akar eksternal menakibatkan hilangnya stuktur gigi dari apeks. Perhatikan bagian
tumpul dari apeks akar, saluran akar pulpa yang melebar, dan lamina dura yang masih utuh.
(White&Pharaoh,2014:604)
2.4.2.2 Etiologi
a. Inflamasi
Resorpsi akibat inflamasi diduga terjadi karena infeksi jaringan pulpa.
Daerah yang terinfeksi biasanya berada di sekitar forfamen apikal dan canalis
lateralis. Sementum, dentin, dan jaringan periodontal yang berdekatan juga
dapat terlibat. Pada pemeriksaan radiografi terlihat adanya gambaran radiolusen
pada daerah tersebut. Saluran akar dan tubulus dentin terinfeksi dan nekrosis,
serta respon inflamatori dengan aktivitas osteoklas terjadi di dentin dan tulang.
Pertambahan aktivitas osteoklas yang berada di dentin pada sebelah kanan
menunjukkan pengaruh bakteri yang berada pada tubulus dentin. (Gutmann
JL,1992;Cohen S,,1984)
Gambar20.. Radiografik periapikal menggambarkan gigi 42 yang non vital, dengan
resorpsi apikal akibat chronic apical periodontitis. (Pasler. 2007:164)
b. Tekanan
Tekanan pada akar gigi dapat menyebabkan resorpsi yang merusak
jaringan ikat diantara dua permukaan, tekanan dapat disebabkan karena gigi
yang erupsi atau impaksi, pergerakan orthodonti, trauma karena oklusi, atau
jaringa patologis seperti kista atau neoplasma. Resorpsi akibat tekanan misalnya
akibat perawatan ortho dapat terjadi pada apeksi gigi, dengan cedera berasal dari
tekanan pada sepertiga apeks sewaktu menggerakkan gigi.(Harokopakis, 2007)
Akibatnya dapat tekanan berlebihan selama perawatan orthodonti dapat
menyebabkan terjadinya resorpsi akar. Osteoklas dapat meluas sampai ke dentin
dan menegenai tubulus dentin tanpa adanya bakteri.(Patel S, 2009) Menurut
Newma, gigi yang paling sering mengalami resorpsi akibat tekanan adalah
insisivus karena gigi insisivus lebih sering digerakkan. Tekanan yang diberikan
dapat membangkitkan pelepeasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklas
sehingga terjadi resorpsi. Apabila penyebab tekanan dihilangkan, maka resorpsi
dapat dihentikan.(Nanci A,2003)
Gambar21. Resorpsi eksternal akar akibat tekanan gigi impaksi.
Gambar22. Resorpsi akar eksternal (distal) karena trauma selama preparasi gigi
Gamba23 . Resorpsi eksternal karena tekanan dari
gigi yang impaksi. (Pasler. 2007)
Gambar24. Resorpsi akar yang berbatasan dengan ameloblastoma yang radiolusen.
(White&Pharaoh,2014:369)
Gambar25. Resorpsi akar gigi eksternal akibat Osteo sarcoma (Eric
Whaites,2003:239)
c. Resorpsi Pergantian (Replacement)
Resorpsi ini dapat terjadi pada trauma yang berat, namun tidak selalu
terjadi. Salah satu contohnya, resorpsi penggantian ini dapat terjadi setelah
replantasi, terutama bila replantasi terlambat dilakukan. Cedera pada
permukaan akar biasanya berat, sehingga penyembuhan dengan sementum
tidak dapat terjadi, yang menyebabkan kontak langsung antara tulang alveolar
dan permukaan akar. Proses ini bersifat reveribel pada permukaan akar yang
terlibat kurang dari 20%. Karena osteoklas berkontak langsung dengan dentin,
maka resorpsi dapat terus berlangsung tanpa stimulasi hingga tulang alveolar
menggantikan dentin. Istilah ankylosis dapat digunakan karena tulang alveolar
melekat langsung ke dentin. Secara radiografis, ruang ligamen periodontal
tidak akan terlihat karena penggabungan tulang dengan dentin. Pada kasus ini,
saluran akar harus diobturasi untuk mencegah terjadinya resorpsi akar akibat
infeksi pulpa. (Harokopakis, 2007)
Gambar26. Terlihat penyatuan secara langsung antara tulang dan akar. Dengan substansi akar
yang secara bertahap digantikan oleh tulang. (Andreasen. 2007)
Menurut Hovland dan Dumsha (2000) perbedaan gambaran radiografi antara resorpsi internal
dan resorpsi eksternal adalah (Harokopakis, 2007) :
1) tepi kerusakan resorpsi internal halus dan tegas, sebaliknya tepi resorpsi eksternal
kasar, berbeda-beda kepadatannya dan mempunyai penampilan “moth
eaten”(seperti dimakan ngengat);
2) kebanyakan kerusakan resorpsi internal simetris. Resorpsi eksternal biasanya
asimetris;
3) pada resorpsi internal konfigurasi anatomi saluran akar berubah dan ukurannya
bertambah. Pada resorpsi eksternal saluran akar tidak berubah dan garis bentuknya
dapat diikuti melalui kerusakan resorpsi, kecuali apabila resorpsinya terlalu dalam
dan telah menginvasi saluran akar.
Gambar27. Resorpsi eksternal pada apek sdanresropsi internal (Eric
Whaites,2003:350)
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit periodontal adalah penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan dari ligamen
periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket. Klasifikasi Penyakit
Periodontal adalah acute Periodontal Abscess, chronic Periodal dan Early Onset
Periodontitis. Sedangkan, resorpsi akar adalah pengerusakan atau penghancuran yang
menyebabkan hilangnya struktur gigi. Penyebab terjadinya resorbsi akar bermacam-
macam, misalnya inflamasi, bahan kimia, tekanan, dan lain-lain. Klasifikasi resorbsi
akar dibagi menjadi dua yaitu resorbsi akar internal (destruksi gigi yang diawali pada
daerah yang berdekatan dengan pulpa pada dinding internal dentin dan berkembang
kearah luar) dan tresorbsi eksternal (odonklas meresorpsi permukaan luar dari gigi).
3.2 Saran
a. Jika individu mengalami tanda-tanda penyakit periodontal dan resorbsi akar
sebaiknya langsung kedokter gigi , supaya penyebaran penyakitnya tidak menyebar
luas
b. Pemerintah dan aparat kesehatan mengadakan penyuluhan tentang akibat dari
penyakit periodontal dan resorbsi agar
c. Adanya kesadaran dari individu tentang pentingnya dari kesehatan gigi dan mulut
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart C. White and Michael J. Pharoah. 2014. Oral Radiology-Principles and
Interpretation 6th. Mosby. Page : 603-606
2. Sommer RF, et all, 1962. Clinical endodontics a manual of scientific endodontics.
2nd edition, Philadelphia : WB Saunders Company.
3. Fuss Z, Tsesis I, Lin S. Root resorption-diagnosis,classification and treatment
choices based on stimulation factors. DentTraumatol 2003.
4. Ingle and Backlan. 1994. Endodontics. 5th ed. USA: BcDeckler Inc.
5. Harokopakis-Hajishengallis E. resorpsi akar fisiologis di gigi primer:. peristiwa
molekuler dan histologis . J Oral Sci 2007; 49 . :1-12 [ PubMed ]
6. Pasler. 2007. Pocket Atlas of Dental Radiology. USA: Thieme. Pp.164
7. Andreasen. 2007. Textbook and color atlas of traumatic injuries to the teeth. 4 th
ed. Denmark: Blackwell
8. Miloro M. 2011. Peterson’s Principle of Oral and Maxillofacial Surgery. 3th ed.
USA: PMPH. Hlm 395
9. Patel S, S Kanagasingam, Pitt Ford T. Eksternal serviks resorpsi:. Review . J
Endod 2009, 35 . :616-25[ PubMed ]
10. Markuss H, Unni E. Internal Inflammatory Root Resorption : The Unknown
Resorption of The Tooth. Endodontic Tropics 2006, 14;60-79
11. Cohen S, Burns RC, 1984. Pathways of the pulp. 8th edition, Toronto : The CV
Mosby Company.
12. Eric Whaites. 2003. Essential of Dental Radiography and Radiology. 3thed.USA:
Churchill Livingstone. pp. 239,350
13. Nanci A, Whitson WS, Bone BP. Dalam: Histologi Oral Ten Cate:. Pembangunan,
Struktur, dan Fungsi ed 6. Nanci A, editor. St Louis: CV Mosby; 2003. hlm 122-
30.
14. Gutmann JL, et all, 1992. Problem solving in endodontics prevention,
identification, and management. 2nd edition, Toronto : Mosby Year Book.
LAMPIRAN
1. Pertanyaan oleh Nadira Jasmin (021311133144)
Jika resorpsi internal dapat meresorpsi dentin hingga ke permukaan luar akar, lalu apa
perbedaan resorpsi internal dan resorpsi eksternal selain dilihat dari letak terjadinya
resorpsi tersebut?
Jawab:
Resorpsi internal: biasanya simetris, batas halus dan tegas
Resorpsi eksternal: biasanya asimetris, batas kasar dan tampak seperti dimakan rayap
2. Pertanyaan oleh Fara Dwiyanti
Apa yang disebut replantasi pada replacement resorption?
Jawaban:
Replantasi adalah memasang kembali gigi yang terlepas pada waktu kecelakaan atau gigi
yang dicabut dengan suatu rencana. Ada beberapa syarat dari replantasi agar dapat
dilakukan salah satunya adaah replantasi sangat dipengaruhi oleh lamanya gigi berada
diluar soket alveolar. Sebab, ligamen periodontal dan pulpa gigi rentan terhadap
kekeringan. Jika replantasi terlambat dilakukan, maka dapat menyebabkan penyembuhan
dengan sementum tidak dapat terjadi, sehingga tulng alveolar akan terlibat kontak
langsung dengan permukaan akar. Namun, proses terjadinya replacement resorption
tersebut pada gigi tidak selalu terjadi.
3. Pertanyaan oleh Alvita Wibowo
Apa perbedaan osteosarkoma dan ameloblastoma?
Jawaban:
Untuk penjelasan mengenai perbedaan dari kedua tumor tersebut akan dielaskan leih
jelas pada presentasi kelompok berikutnya, namun dalam hal ini yang perlu diingat dan
diketahui bahwa tumor dan kista bisa saja menyebabkan resorpsi pada akar gigi.
4. Pertanyaan oleh Chairilita (021311133163)
Pada kelainan periodontal dikenal pula adanya gingivitis selain periodonititis, namun
mengapa pada presentasi tidak dijelaskan mengenai gambaran radiografik gingivitis?
Jawaban:
Sesuai namanya gingivitis berarti keradangan pada gingiva atau dengan kata lain
merupakan suatu betuk penyakit periodontal yang mempengaruhi jaringan lunak yang
mengelilingi gigi tanpa menyebabkan adanya kerusakan pada tulang alveolar. Sehingga,
karena gambaran radiografik tidak bisa menangkap gambaran jaringan lunak akibat
gingivitis tersebut, maka hal ini menyebabkan gingivitis tidak bisa diidentifikasi melalui
pemeriksaan radiografik.
5. Pertanyaan oleh Risma A. (021311133137)
Apa yang disebut penurunann resesi gingiva?
Jawaban:
6. Pertanyaan oleh Lidya
Bagaimana cara membedakan filling yang berlebih dengan calculus pada gambaran
radiografik?
Jawaban:
Perbedaan filling berlebih dan kalkulus pada gambaran radiografik terlihat jelas dari
warna keduanya. Filling terlihat seperti lebih radiopak daripada kalkulus dan jaringan
keras sekitar, sedangkan kalkulus terlihat radiopak dengan intensitas warna yang sama
dengan jaringan keras sekitar.