makalah sumber daya ekonomi regional
DESCRIPTION
arrqTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Batas-batas dari Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai berikut :
Utara : Vietnam dan Kamboja
Timur : Provinsi Kalimantan Barat dan Malaysia
Selatan : Provinsi Kep. Bangka Belitung dan Jambi
Barat : Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau
Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota, 47 kecamatan serta 274 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil yang 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 km², sekitar 95% merupakan lautan dan hanya sekitar 5% daratan.
Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga.
Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Ibukota Provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat internasional, serta pada bibir pasar dunia yang memiliki peluang pasar.
Dengan Motto Berpancang Amanah, Bersauh Marwah, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk membangun daerahnya menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, cerdas, dan berakhlak mulia. Dalam memberdayakan berbagai potensi yang ada, Provinsi Kepulauan Riau berusaha untuk tetap menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penerapan good governance dan clean government dengan memberikan kemudahan berinvestasi
sehingga dapat menarik lebih banyak investor baik domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya.
B. Luas Wilayah Darat dan Laut
Luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau :
Luas Keseluruhan : 425.214,6679 Km2
Luas Daratan : 8.209,6085 Km2 (2%)
Luas Lautan : 417.005,0594 Km2 (98%)
Total Pulau : 2.408 buah
Pulau Berpenghuni : 385
Pulau Bernama dan tidak berpenghuni : 965
Pulau tidak bernama dan tidak berpenghuni : 1.058
Daftar beberapa pulau di Kepulauan Riau :
Kepulauan Anambas
Kepulauan Badas
Kepulauan Karimun
Kepulauan Lingga
Kepulauan Natuna
Kepulauan Natuna Besar
Kepulauan Natuna Selatan
Kepulauan Riau
Kepulauan Tambelan
Pulau Abang
Pulau Abang Besar
Pulau Bakong atau Pulau Bakung
Pulau Batam
Pulau Batang
Pulau Batu Berhanti
Pulau Belat
Pulau Benuwa atau Pulau Benua
Pulau Bintan
Pulau Buaya
Pulau Bugi
Pulau Bulan
Pulau Bunguran
Pulau Buru
Pulau Damar
Pulau Combol
Pulau Dompak
Pulau Galang
Pulau Iyu Kecil
Pulau Jemaja
Pulau Karimun
Pulau Karimun Kecil atau Pulau Anak Karimun
Pulau Kelapa Jernih
Pulau Kepala
Pulau Kundur
Pulau Lagong
Pulau Lalang
Pulau Laut
Pulau Lingga
Pulau Mangkai
Pulau Mapor
Pulau Matak
Pulau Mendarik
Pulau Mesawak
Pulau Midai
Pulau Mubur
Pulau Murih
Pulau Nanas
Pulau Nipa atau Pulau Nipah
Pulau Nongsa
Pulau Panjang
Pulau Papan
Pulau Parit
Pulau Pejantan
Pulau Pelampong
Pulau Pengibu
Pulau Penyengat
Pulau Pinang Seribu
Pulau Posik
Pulau Raiba
Pulau Rempang
Pulau Sambu
Pulau Sebangka
Pulau Sebetul
Pulau Sekatung
Pulau Selayar
Pulau Semiun
Pulau Sentut
Pulau Senua
Pulau Serak
Pulau Serasa
Pulau Singkep
Pulau Subi
Pulau Subi Kecil
Pulau Tambelan Besar
Pulau Tarempa atau Pulau Tarempah
Pulau Temiyang atau Pulau Temiang
Pulau Timau
Pulau Tokong Belayar
Pulau Tokong Iyu
Pulau Tokong Malang Biru
Pulau Tokong Nanas
Pulau Tokong Piramida
Pulau Tokongboro
Pulau Uwi
BAB II
Pembahasan
A. Potensi Sumber Daya Alam dan Ekonomi Kepulauan Riau
1. Sumber Daya Alam Laut
Sebagai Provinsi Kepulauan, wilayah ini terdiri atas 98% lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya Ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. Di kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya.
Untuk sektor perikanan, terutama perikanan tangkap dan pengembangan budidaya perikanan yang meliputi usaha pembenihan dan pemanfaatan teknologi budidaya sangat cocok dikembangkan di Provinsi KepRi. Di Kabupaten Bintan, Karimun, dan Natuna, misalnya, terdapat budidaya ikan yang bernilai ekonomis seperti ikan kerapu, napoleon, dan kakap. Begitu pula potensi budidaya ikan air tawar dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Natuna. Pada tahun 2007, total produksi perikanan tangkap mencapai 217.094,91 ton dan produksi ikan budidaya 3.475,70 ton.
Berikut ini akan di sebutkan macam-macam sumber daya alam yang di dapat dari wilayah pesisir dan lautan Kepulauan Riau.
Sumber Daya Hayati
1. EstuariaEstuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.
Estuaria merupakan tempat bertemunya arus air sungai dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisik lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. Banyaknya unsur hara di daerah estuaria mengakibatkan tumbuh suburnya tumbuhan, termasuk makrophyta dan phytoplankton. Daerah pesisir biasanya merupakan daerah pemusatan industri, yang limbah buangannya masih mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun, maka informasi mengenai ini sangat penting untuk pengelolaannya. Dari hasil citra satelit terlihat bahwa penyebaran estuaria terdapat dalam areal yang luas di Kepulauan Riau, khususnya Pulau Bintan.
2. MangrovePenyebaran mangrove di Provinsi Riau sebagian besar terdapat di Riau daratan, yakni di Kabupaten Indragiri Hilir. Sedangkan di Riau daratan lainnya (sebagian Bengkalis, Pelalawan, dan Rokah Hilir) mangrove hanya terdapat sebagian kecil saja, lainnya merupakan hutan pantai. Pada dasarnya mangrove mempunyai tiga fungsi utama yaitu (1) fisik meliputi menjaga garis pantai agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan, melindungi pantai dan tebing sungai dan mengolah limbah. (2) biologis ekologis meliputi tempat benih ikan, udang dan kerang dan lepas pantai, tempat bersarangnya burung-burung besar, habitat alami bagi banyak biota, nursery ground, feeding ground dan selter area bagi biota perikanan. (3) ekonomi meliputi tambak, tempat pembuatan garam, rekreasi, hasil-hasil kayu dan nonkayu. Pemanfaatan kayu mangrove di Provinsi Riau secara umum digunakan untuk: (1) kayu bakar, arang dan alkohol. (2) untuk konstruksi rumah, konstruksi berat, pancang geladak, tiang dan galah banguan, material pembuatan kapal, serpihan kayu, pagar dan lain-lain. (3) alat untuk memancing, pelampung dan racun ikan, (4) untuk pertanian dan pakan ternak. (5) peralatan rumah tangga dan mainan, (6) arang, (7) chip wood yaitu serpihan buat bahan kertas (pulp).
3. Padang Lamun (seagrass beds)
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah pesisir atau perairan laut dangkal. Lamun yang hidup merupakan kelompok tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas angiospermae. Keunikan dari tumbuhan lamun dari tumbuhan laut lainnya adalah adanya perakaran yang ekstensif dan sistem rhizome. Karena tipe perakaran ini menyebabkan daun-daun tumbuhan lamun menjadi lebat, dan ini besar manfaatnya dalam menopang produktivitas ekosistem padang lamun. Disamping itu ada beberapa tumbuhan lamun yang melakukan fiksasi nitrogen ditandai dengan ditemukan mengandung epiphyte (blue-green algae), hal ini memegang peranan penting dalam kesuburan komunitas lamun, sehingga komunitas padang lamun sangat produktif. Padang
lamun sangat sedikit berada di Provinsi Riau, tetapi masih dapat dilihat di daerah Riau Kepulauan, khususnya di Barelang (Batam, Rempang, Galang), Kepulauan Riau, dan Natuna.
4. Terumbu Karang (coral reefs )
Terumbu karang merupakan organisme yang hidip di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Penyebaran terumbu karang di Provinsi Riau tidak ditemui di perairan laut Riau daratan, tapi berada di Riau kepulauan yakni sebagian besar di Natuna, kemudian Kepulauan Riau, Barelang, dan Karimun. Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada hakekatnya tidak selalu tetap, akan tetapi sering berubah karena adanya gangguan baik karena aktifitas alam maupun aktifitas manusia. Gangguan dapat berupa faktor fisik-kimia dan biologis. Faktor-faktor fisik-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan dan/atau laju pertumbuhan karang, antara lain adalah cahaya matahari, suhu, salinitas, dan sedimen. Sedangkan faktor biologis biasanya berupa predator atau pemangsanya.
Sumber Daya Perikanan
Perikanan Tangkap
Potensi perikanan tangkap (laut) di Propinsi Riau sangat besar. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau (2002) menunjukkan bahwa di Selat Malaka diperkirakan potensi tersedia sebesar 141.546 ton, dengan potensi lestari sebesar 84.928 ton, sedangkan di Laut Cina Selatan potensi tersedia sebesar 602.348 ton, dengan potensi lestari 361.430 ton.
Usaha penangkapan ikan di laut merupakan penyumbang terbesar dari produksi perikanan Riau. Dari total produksi sebesar 308.808,80 ton, sebesar 286.290.40 ton (92,7%) berasal dari penangkapan ikan di laut. Daerah-daerah potensial penghasil ikan tangkap di Riau terdapat di Kabupaten Kepulauan Riau, Natuna, Karimun, Bengkalis, Rokan Hilir, dan Indragiri Hilir.
Perikanan Budidaya
Potensi perikanan tambak di Propinsi Riau hingga saat ini belum dikembangkan secara serius. Budidaya yang dikembangkan antara lain rumput laut, kolam, keramba, tambak, Nilai produksi budidaya keramba di Riau mengalami penurunan sebesar dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh kurangnya benih ikan dan kegagalan panen. Kegagalan panen ini kemungkinan besar disebabkan oleh perairan lokasi keramba mengalami pencemaran limbah rumah tangga dan pabrik yang ada di sekitar aliran sungai. Jenis ikan yang dominan di budidayakan pada keramba adalah kakap putih (Lates calcariver) di samping kerang darah (Anadara granosa) dan kepiting (Scylla serrata).
2. Sumber Daya Alam Darat
Daerah daratan Provinsi KepRi yang hanya 5 persen dari keseluruhan
wilayahnya, menurut penelitian Zwieryeki pada tahun 1919 hingga 1929, dapat
dikatakan tanah tua. Sedangkan selebihnya yang membentang ke utara sampai dengan
daerah-daerah pantai, merupakan konstruksi dari formasi jenis
tanah alluvium (endapan) yang berasal dari zaman Quarter sampai dengan zaman
Recen. Jenis tanah tersebut terutama terdapat di daerah-daerah pantai Provinsi KepRi
sampai dengan pertengahan daratan yang berformasi sebagai daratan muda (yang kini
merupakan wilayah Provinsi Riau). Dari susunan jenis tanah tersebut, menjadi jelas
bahwa Provinsi KepRi jauh lebih tua apabila dibandingkan dengan formasi tanah yang
ada di Provinsi Riau. Hal ini dibuktikan dengan dikenalnya arus pasang naik dan
pasang surut sepanjang tahun yang pengaruhnya dirasakan sampai jauh mencapai
arah hulu sungai-sungai di daratan Provinsi Riau.
Dengan keadaan topografi tersebut, Provinsi KepRi memiliki sumber daya alam
yang melimpah, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak dan gas
bumi, emas, dan lain-lain, maupun kekayaan pertanian dan perkebunannya, serta
kekayaan sungai dan lautnya. Seiring diterapkannya otonomi daerah, hasil kekayaan
alam Provinsi KepRi yang mulanya disalurkan ke Pemerintah Pusat (Jakarta) secara
bertahap akan dinikmati langsung oleh daerah setempat, meski tidak secara
keseluruhan. Hal ini mengacu pada aturan baru dari Pemerintah RI pascareformasi,
yang memberi batasan dan aturan tegas mengenai pemanfaatan sumber daya alam
daerah, bagi hasil dengan Pemerintah Pusat, dan kewajiban penanaman modal di
daerah (lihat www.kepriprov.go.id).
Peranan sektor pertanian merupakan sektor terkecil yakni hanya berkontribusi
5,32 persen terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 2007. Sektor
tersebut belum berkembang maksimal karena luas lahan pertanian lebih kecil
dibandingkan luas perairan. Di samping itu, tanah merah di Kepulauan Riau pun hanya
dapat ditanami jenis tanaman tertentu yang masih memerlukan penelitian dan
pengembangan khusus untuk meningkatkan produksinya.
Pada tahun 2007, sektor pertanian padi di Provinsi KepRi memiliki lahan sawah
seluas 1.792 hektar, sedangkan lahan bukan sawah yang terdiri dari lahan kering
mencapai 694.924 hektar dan lahan lainnya mencapai 74.607 hektar. Luas lahan
hortikultura mencapai 42.728 hektar. Lahan sawah irigasi teknis mencapai 130 hektar,
lahan sawah irigasi sederhana mencapai 104 hektar, sementara lahan sawah dengan
irigasi desa mencapai 309 hektar, dan lahan sawah tadah hujan seluas 1.249 hektar.
Luas lahan panen padi seluruh kabupaten dan kota di Provinsi KepRi mencapai
94 hektar dan dapat memproduksi padi sebanyak 249 ton dengan rata-rata produksi
5,20 ton/hektar. Pada sektor pertanian palawija, menurut data tahun 2007 menyebutkan
tanaman jagung dengan luas lahan panen 585 hektar berproduksi 1.267 ton, ubi kayu
dengan luas lahan panen 708 hektar berproduksi 4.927 ton, ubi jalar dengan luas lahan
panen 130 hektar berproduksi 1.159 ton, dan kacang tanah dengan lahan panen 124
hektar berproduksi 179 ton. Sementara, sayur-mayur berproduksi 723 ton, kacang
panjang berproduksi 1.295 ton, bayam berproduksi 26.715 ton, dan kangkung
berproduksi 842 ton.
Di sektor perkebunan, komoditas yang berpotensi di Provinsi KepRi antara lain,
cengkeh dengan luas lahan 14.716 hektar, kelapa seluas 39.491 hektar, karet seluas
34.891 hektar, lada seluas 449 hektar, sagu seluas 3.949 hektar, dan gambir seluas
996 hektar. Sedangkan di sektor peternakan, kambing merupakan populasi terbanyak
mencapai sekitar 18.166 ekor, diikuti sapi sekitar 9.976 ekor, dan babi sekitar 4.655
ekor. Populasi unggas terdiri atas ayam buras sekitar 585.226 ekor, ayam petelur
sekitar 347.800 ekor, ayam pedaging sekitar 452.510 ekor, itik sekitar 21.634 ekor, dan
puyuh sekitar 26.270 ekor.
Potensi Ternak di Provinsi Kepulauan Riau No. Jenis Jumlah
Populasi (ekor)
Pemotongan (Ekor)
Daging (Kg)
1 Sapi 9.910 7.689 10.021.3512 Kerbau 19.704 18 3.3973 Kambing 351 7.646 94.2394 Babi 680.380 201.465 8.426.6405 Ayam Beras 904.417 745.110 904.5936 Ayam Petelur 258.390 219.191 492.3357 Ayam Pedaging 442.636 1.134.132 1.508.3948 Itik 70.275 120.670 136.652
Luas Lahan menurut Jenis Lahan Tahun 2006Kab/Kota Potensi
Lahan (Ha)Komoditas (Ha)
Perkebunan Buah SayuranBintan 17.379 6.652 8.707 2.020Karimun 4.637,4 805,5 3.377,8 454,1Natuna 21.117 5.386 8.308 7.423Batam 8.553,98 355,04 6.906,6 1.292,34Tg.Pinang 7.382 363 6.766 253Lingga 14.361 500 13.426 435Total 73.430,38 14.061,54 47.491,4 11.877,44
Produksi Tanaman Buah-Buahan Tahun 2004
Kabupaten /Kota
Pisang (Ton)
Durian (Ton)
Duku Lansium
(Ton)
Mangga (Ton)
Jeruk (Ton)
01. Bintan 1.429 423 44 116 25
02. Batam 393,68 62 20 99 73
03. Karimun 867 522 0 799 200
04. Natuna 157 3.532 301 1.200 581
05. Tg Pinang
74 - - 14 -
06. Lingga - - - - -
Prov Kep.Riau 2.920 4.539 365 2.228 879
Kabupaten /Kota
Rambutan (Ton)
Pepaya (Ton)
Nenas (Ton)
Jambu(Ton) Lainnya (Ton)
01. Bintan 559 533 7.520 48 531
02. Batam 420,29 150,15 159,39 7 48
03. Karimun 103 101 14.330 - 122
04. Natuna 402 240 31 87 1.324
05. Tg.Pinang 29 74 13 - 64
06. Lingga - - - - -
Prov Kep.Riau 1.513,29 1.098,15 22.053,39 142 2.089
3. Sumber Daya Alam Mineral (Pertambangan)
Sementara di sektor pertambangan, pada tahun 2007, Provinsi KepRi memiliki
potensi hasil minyak, gas, timah, dan bauksit yang melimpah. Cadangan minyak bumi
mencapai 298,81 Million Meter Barrel Oil (MMBO) dan cadangan gas alam mencapai
55,3 Triliun Square Cubic Feet (TSCF) yang terdapat di Kabupaten Natuna. Timah
dengan jumlah cadangan mencapai 11.360.500 m3 terdapat di Pulau Karimun. Bauksit
dengan total cadangan 15.880,000 ton terdapat di Pulau Bintan dan Tanjungpinang.
Granit dengan total cadangan mencapai 858.384.000 m3 terdapat di Pulau Karimun dan
Pulau Bintan. Sementara pasir darat dengan total cadangan mencapai 39.826.400 ton
terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan.
Kepri memiliki potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan
bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, bahan galian B
(vital) seperti timah, bauksit dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir dan
kuarsa.
No Jenis Bahan Galian Kabupaten/Kota Jumlah Cadangan1 Minyak Bumi Natuna 298,81 MMBO2 Gas Alam Natuna 55,3 TSCF3 Timah Karimun
Lingga11.360.500 m3
-4 Bauksit Bintan
KarimunLinggaT. Pinang
-3.832.500 m3
-1.150.000 m3
5 Pasir Besi LinggaNatuna
--
6 Zircon Lingga -7 Antimon Natuna -8 Granit Karimun
BintanNatunaLingga
4.204.840 ton-
19.662.288.605 m3-
9 Pasir Darat KarimunLinggaBintan
16.800.000 m3--
10 Pasir Laut KarimunBintan
- 7.164.348.267 ton
11 Kuarsa KarimunNatunaLingga
84.930.000 m3--
12 Granulit Natuna -13 Diorit Natuna
Lingga882.000.000
-
14 Andesit NatunaKarimun
-20.000.000 m3
15 Rijang Natuna 78.013.300.931 m316 Feldspar Lingga -17 Kaolin Lingga -18 Batu setengah permata Lingga -19 Hornfels Natuna 43.240.000 m320 Batuan Ultrafamic Natuna 36.555.921.955 m
No. Jenis Bahan Galian Kab. / Kota Jumlah Cadangan
4. Potensi Perindustrian
Industri manufaktur yang berskala kecil sampai sedang dan industri besar,
terutama industri perkapalan, agroindustri dan perikanan. Saat ini industri yang paling
banyak di Kepulauan Riau adalah industri elektronik seperti PCB, komponen komputer,
peralatan audio dan video dan bagian otomotif. Industri ringan lainnya seperti industri
barang-barang, garmen, mainan anak – anak, peralatan rumah tangga. Industri lainnya
fabrikasi baja, penguliran pipa, peralatan eksplorasi minyak, pra-fabrikasi minyak, jacket
lepas pantai dan alat berat terdapat di Bintan, Batam dan Karimun.
Disamping itu, kegiatan perdagangan di Kepulauan Riau difokuskan pada ekspor
dan impor dengan total nilai ekspor di tahun 2004 mencapai USD 4.910 milyar dan
impor USD 4.175 milyar yang berasal dari kegiatan ekspor 95 perusahaan ke 60
negara. Nilai Ekspor melampaui nilai impor.
Selanjutnya, untuk menyongsong Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batam,
Bintan, dan Karimun, nilai investasi asing yang telah ditanam
mencapai US$ 543.200.000.
Daftar investor asing di Kawasan BBK Tahun 2006
NO NAMA PERUSAHAAN
JLH NAKER
BIDANG USAHA NILAI INVESTASI (US$)
LOKASI
1 Batam Fast Indonesia, PT
105 Angkutan Penyebrangan
2.000.000 Batam
2 Neptune Marine, PT
205 Pembuatan Kapal
1.600.000 Batam
3 Cemara Intan Shipyard, PT
202 Pembuatan Kapal
2.000.000 Batam
4 Indo Multi Sarana 1500 Pengembangan Industri
15.000.000 Batam
5 Tiong Woon Co.Ltd 1000 Shipping, Kepelabuhanan
20.000.000 Bintan
6 Daeju Construction Engineering Co.Ltd
5000 Galangan Kapal, Perumahan
500.000.000 Karimun
TOTAL 8057 543.200.000
B. Strategi dan Model Pengembangan Ekonomi Kepulauan Riau
Dengan terbatasnya sumberdaya maka sebaiknya pemerintah memilih satu atau
beberapa sektor unggulan saja. Sektor-sektor ini sebaiknya yang memiliki keterkaitan
ekonomi dengan sektor lain dan wilayah lain.
Beberapa jenis industri yang diusulkan untuk dikembangkan antara lain adalah
industri elektronik dan industri migas dan olahannya. Pengembangan industri di Batam
dan sekitarnya diarahkan untuk ke giatan ekspor, sedangkan industri di Natuna
difokuskan kepada industri berat. Jika dilihat keterkaitannya dengan sektor lain dan
daerah lain, maka jenis - jenis industri tersebut memiliki keterkaitan yang relatif tidak
banyak.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka perlu dikembangkan sektor - sektor
pendukung. Sektor - sektor ini merupakan sektor yang memberikan input bagi
perkembangan industri - industri tersebut. Sektor - sektor tersebut antara lain sektor
pertanian (terutama perikanan, perkebunan, dan pertan ian pangan), pariwisata, dan
industri ringan.
Salah satu subsektor yang dapat menjadi andalan daerah adalah perikanan.
Subsektor ini disamping membutuhkan banyak tenaga kerja juga untuk memanfaatkan
potensi perikanan laut yang cukup besar.
Dalam penerapa n model pembangunan di atas perlu memperhatikan beberapa
hal antara lain:
a. Keterkaitan antar Sektor dan Daerah
Pemilihan sektor yang akan menjadi engine of growth perekonomian daerah
harus didasarkan pada keterkaitan antar sektor dan daerah. Dengan kata lain, sektor
yang dipilih sebaiknya memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hilir maupun
hulu serta dengan daerah penunjang (hinterland).
b. Infrastruktur
Keterkaitan antar sektor dan daerah dapat terjadi apabila didukung dengan
sarana dan prasara na yang baik terutama sarana dan prasarana di bidang
perhubungan dan telekomunikasi mengingat kawasan ini merupakan kepulauan.
c. Sumberdaya Manusia
Penerapan model pembangunan apapun sangat tergantung pada kapasitas
sumberdaya manusia yang melaksanakannya. Pengembangan industri perikanan,
pengolahan pertanian dan pariwisata membutuhkan tenaga - tenaga dengan keahlian
memadai dalam jumlah yang cukup. Kurangnya tenaga terampil dan ahli dari
masyarakat lokal mengakibatkan investor membawa dari tenaga dari luar. Hal ini
merupakan salahsatu sumber potensial untuk terjadinya konflik sosial antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal. Dengan mendidik masyarakat lokal
menjadi tenaga terampil dan ahli maka diharapkan kenaikan pendapatan masyarakat
langsung membe rikan dampak positif bagi perekonomian setempat.
Sangat perlu diperhatikan bahwa masalah pendidikan bukan hanya masalah
daya fikir dan kreasi, tetapi pada hakekatnya masalah budaya. Perlu dilakukan upaya
perubahan budaya ke arah budaya produktif dan bekerj a keras dan rajin sebagai
prasyarat bagi pembangunan masyarakat secara menyeluruh. Di samping itu juga perlu
dipikirkan kebijakan untuk “menarik” penduduk Kepulauan Riau yang sedang menuntut
ilmu di luar wilayah tersebut agar mereka tetap mempunyai “interest” dan komitmen
terhadap pengembangan dan pembangunan daerah asalnya, terutama sebagai bagian
dari perubahan budaya ke arah masa depan masyarakat yang lebih baik. Dengan cara
ini diharapkan potensi konflik dapat dieliminasi.
d. Penatagunaan Tanah
Agar pembangunan Kepulauan Riau dapat berkelanjutan, maka diperlukan suatu
penatagunaan tanah (land use zoning) dan manajemen lingkungan yang
baik.Penatagunaan tanah diperlukan agar terdapat pembagian pemanfaatan tanah
yang lebih merata dan saling mendukung. Perlu diadakan pengaturan mengenai lokasi
industri, pertanian, permukiman dan sejenisnya yang jelas serta didukung dengan
upaya penegakan hukum yang kuat. Saat ini terdapat beberapa pulau yang tidak
berpenghuni yang berpotensi untuk menjadi daerah industri.
Dengan dikembangkannya daerah tersebut maka akan terjadi arus migrasi ke
wilayah tersebut, dan ini akan memberikan implikasi kepada masalah sosial dan
budaya. Penatagunaan tanah ini memiliki kaitan yang erat dengan masalah sosial
budaya dalam bidang pertan ahan. Berbagai kegiatan investasi membutuhkan
prasyarat kepastian hukum utamanya dalam hal pertanahan, ruang, dan lingkungan.
d. Manajemen Lingkungan
Manajemen lingkungan dibutuhkan untuk mencegah dan mengeliminasi dampak
negatif dari berbagai kegiatan pemb angunan daerah sehingga pembangunan dapat
berkelanjutan. Dengan adanya ketentuan daerah untuk mengelola kawasan pesisir
yang merupakan kawasan yang dominan di wialayah kepulauan, maka eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya pesisir perlu dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan
konservasi sumberdaya tersebut. Sebagai contoh, pengambilan karang laut untuk
pembangunan jalan, rumah, industri dan sejenisnya akan merusak ekosistem pesisir
sehingga pada akhirnya akan menurunkan produksi di sektor perikanan dan industri
terkait lainnya. Bagi daerah seperti Kepulauan Riau, pertimbangan daya dukung
lingkungan tidak hanya daratan saja tapi juga (atau bahkan, terutama) kelautan.
e. Keuangan Daerah
Untuk mendanai kebutuhan rutin dan pembangunannya pemerintah daerah
harus memiliki keinginan dan kemampuan mengelola sumber - sumber pendapatannya
secara efisien dan efektif. Peningkatan PAD bukan berarti memperluas jenis dan
besarnya pungutan tetapi untuk memperluas kesempatan berusaha dan menarik
investasi swasta yang sebesar - besarnya. Rasionalisasi dan upaya peningkatan yang
kontraproduktif dalam penerimaan pendapatan daerah perlu dihindari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan singkat di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
a. Kawasan Kepulauan Riau memiliki cukup banyak potensi yang dapat menjadi modal dasar bagi pembangunan daerah tersebut. Potensi tersebut selain karena faktor geografis dimana dekat dengan pasar internasional, juga karena memiliki sumberdaya alam yang melimpah.
b. Di sisi lain terdapat kendala dalam pengembangan Kepulauan Riau. Kendala tersebut berupa prasarana fisik, bentuk geografis yang merupakan kepulauan yang tersebar, serta kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia.
c. Dalam pengembangan Kepulauan Riau sebaiknya dipilih satu atau beberapa sektor andalan saja sebagai engine of growth . Sektor ini sebaiknya memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lainnya dan daerah penunjangnya.
B. Saran
Strategi pengembangan Kepulauan Riau yang tepat perlu ditetapkan oleh pemerintah dengan menampung sebanyak - banyaknya aspirasi masyarakat dan dengan menganalisis secara seksama kebutuhan dan kemampuan daerah secara realistik. Beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah adalah peningkatan prasarana khususnya perhubungan dan telekomunikasi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan menitikberatkan pada porsi yang memadai dari tenaga-tenaga lokal untuk menjadi tenaga terampil dan ahli.
Apapun strategi yang ditetapkan, pada hakekatnya keberhasilan penerapan strategi ditentukan oleh kesungguhan dan konsistensi dalam penerapannya, dengan tetap membuka diri pada kemungkinan perbaikan dan perubahan.