makalah tentang rencana strategis pengelolaan wilayah pesisir propinsi lampung
TRANSCRIPT
MAKALAH TENTANG RENCANA STRATEGIS PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
PROPINSI LAMPUNG
(untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah administrasi pembangunan)
Oleh :
Nama : Ardita Josi Wiyono
NIM : 105030600111009
Program Studi Perencanaan Pembangunan
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
2011
BAB I
PENDAHULUAN
LATARBELAKANG
Secara yuridis formal daerah Lampung ditetapkan sebagai Propinsi dengan Undang-
Undang No. 14 tahun 1964. Sebelumnya daerah ini merupakan salah satu wilayah
karesidenan dari Propinsi Sumatera Selatan. Daerah ini terletak pada posisi geografis antara
3o 45’ LS – 6o 45’ LS dan 103o 40’ BT – 105o 50’ BT, di sebelah paling ujung tenggara
Pulau Sumatera.
Kondisi topografi Propinsi Lampung sangat bervariasi mulai dari dataran rendah dan
berawa sampai dengan perbukitan dan pegunungan yang tinggi. Daerahnya dibagi dalam 5
unit topografi, yaitu (1) berbukit sampai bergunung, dengan kemiringan 25%; (2) berombak
sampai bergelombang, dengan kemiringan 8 – 15 %; (3) dataran alluvial, dengan kemiringan
0–3 %; (4) daerah dataran rawa pasang surut, dan (5) river ba- sin.
Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 35.376,5 km 2, panjang
garis pantai Lampung 1.105 km (termasuk 69 pulau kecil) dengan dua teluk besar yaitu Teluk
Lampung dan Teluk Semangka, serta 184 desa pantai dengan luas total 414.000 ha. Mengacu
pada Pasal 3 UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah, daerah Lampung memiliki luas
wilayah perairan pesisir lebih kurang 16.625,3 km2 sehingga secara keseluruhan Propinsi
Lampung memiliki luas wilayah 51.991,8km2.
Potensi wilayah pesisir tersebut sampai saat ini belum dikelola secara optimal, karena
pemanfaatan yang dilakukan cenderung eksploitatif dan bersifat sektoral. Oleh karenanya
dalam jangka panjang perlu dilakukan re-orientasi kebijaksanaan terhadap pola pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Salah satu tahapan dalam re-orientasi tersebut
adalah diperlukan adanya perencanaan strategis sebagai acuan dalam pendayagunaan dan
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir. Dengan Renstra ini tidak saja akan dicapai
keterpaduan pengelolaan, tetapi akan diperoleh manfaat ganda bagi generasi saat ini dan
generasi yang akan datang.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana visi Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung ?
Bagaimana pengembangan aspek sumberdaya aparatur pemerintah Lampung ?
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui visi Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung.
Untuk mengetahui aspek sumberdaya aparatur pemerintah Lampung.
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang dilakukan oleh penulis tugas makalah ini adalah metode
kepustakaan, metode kepustakaan sendiri adalah suatu metode yang dilaksanakan dengan
mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan topik dan tema pembuatan makalah ini.
Metode kepustakaan juga mencari data-data yang menunjang dalam penyelesaian
makalah ini, misalnya buku, internet, jurnal. Dari sumber-sumber tersebut penulis dapat
menyelesaikan makalahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung
Dengan mempertimbangkan kecenderungan global dan kebijakan pembangunan
nasional sebagai unsur peluang atau ancaman serta kondisi sarana – prasarana, sumberdaya
manusia, sumberdaya alam wilayah pesisir sebagai unsur kekuatan atau kelemahan, maka
disusun visi pengelolaan wilayah pesisir Lampung serta visi pengelolaan pulau-pulau kecil
dan perairan sekitarnya. Visi ini merupakan sari dari visi-visi kabupaten/kota pesisir dan isu
pengelolaan pulau-pulau kecil yang diformulasikan berdasarkan konsultasi publik dengan
berbagai stake-holders (pemerintah dan non pemerintah).
Rendahnya kualitas SDM di wilayah pesisir tidak hanya terjadi pada masyarakat
pesisir saja, tetapi juga terjadi pada SDM instansi terkait. Untuk masyarakat pesisir,
rendahnya kualitas SDM tersebut erat hubungannya dengan rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat baik pendidikan formal maupun non-formal. Hal tersebut ternyata ditunjang pula
oleh masih rendahnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan kualitas SDM
masyarakat pesisir, yang selama ini sebagian besar merupakan daerah-daerah yang terisolir.
Wilayah yang terisolir tersebut antara lain wilayah Pantai Barat, Teluk Semangka, dan Pantai
Timur. Rendahnya pendidikan masyarakat pesisir juga berpengaruh terhadap tingkat
kesehatan masyarakat, dan ternyata permasalahannya sama dengan proses pendidikan. Secara
keseluruhan pengembangan tingkat pendidikan dan kesehatan tersebut sangat tersendat-
sendat karena sangat minimnya sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang tersedia
di wilayah pesisir. Kondisi ini sangat mencolok terjadi di wilayah pulau-pulau kecil.
Oleh sebab itu pemerintah Lampung memiliki visi :
“Untuk terwujudnya pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan yang didukung oleh peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, penaatan dan penegakan hukum, serta penataan ruang untuk terwujudnya
peningkatan kesejahteraan masyarakat.”
Visi Pengelolaan Pulau-pulau Kecil dan Perairan sekitarnya :
“Untuk terwujudnya pengelolaan pulau-pulau kecil dan lingkungan perairan
sekitarnya secara adil dan lestari yang berbasis masyarakat melalui penataan ruang,
peningkatan sarana-prasarana pendidikan dan kesehatan, serta penaatan dan
penegakan hukum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.”
Peran Renstra Pesisir adalah sebagai berikut :
1. Memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan-tujuan
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan nasional secara
menyeluruh.
2. Memberikan landasan yang konsisten bagi penyusunan Rencana Zonasi,
Rencana Pengelolaan, dan Rencana Aksi.
3. Mengidentifikasi tujuan, dan sasaran dari setiap permasalahan serta
mencari strategi penyelesaiannya.
Aspek Pengembangan Sumber Daya Aparatur
Pengembangan sumber daya aparatur sangat perlu dilakukan guna mempermudah
upaya pencapaian tujuan utama dalam renstra. Aspek pengembangan sumber daya aparatur
dibagi menjadi lima , yaitu : aspek wawasan atau knowledge, peningkatan pengembangan
keterampilan atau skill, peningkatan motivasi kerja atau etos kerja, pengembangan potensi
dan bakat, peningkatan kepribadian, moral atau etika.
Didalam makalah ini akan menjelaskan tiga dari lima aspek pengembangan sumber
daya aparatur, yaitu : aspek wawasan atau knowledge, pengembangan potensi dan bakat,
moral atau etika.
1. Aspek wawasan atau knowledge.
Knowledge atau wawasan dan pengetahuan adalah salah satu aspek yang harus
dimiliki oleh seorang perencana dalam membuat dan melaksanakan rencana strategis. Dalam
hal ini pelaku rencana strategis adalah para perencana atau planner. Wawasan luas harus
dimiliki oleh setiap perencana untuk dapan membuat rencana strategis dengan tepat dan
efisien.
Tujuan dari aspek knowledge antara lain :
Mempermudah para perencana dalam pencarian pilihan-pilihan untuk di
implementasikan kedalam rencana strategi.
Menjauhkan dari perencanaan yang kurang menghasilkan atau kurang berpengaruh
terhadap masyarakat pesisir.
Bisa mempercepat pengerjaan atau pelaksanaan.
Dengan pengetahuan yang baik akan hadir rencana-rencana besar yang selama ini
tidak terpikirkan.
Selain tujuan-tujuan diatas ada juga strategi-strategi yang harus dilaksanakan untuk
mendapatkan pemerataan pembangunan daerah pesisir di Lampung. Salah satu contohnya
dapat dilaksanakan terlebih dahulu pembekalan informasi yang cukup kepada warga pesisir
sebelum diadakannya kerja sama dengan pihak asing. Dengan hal ini akan menghindarkan
warga pesisir dari pembodohan ( pemanfaatan ) oleh pihak asing.
Selain manfaat yang sangat baik aspek knowledge juga memiliki beberapa kelemahan,
kelemahan aspek knowledge dalam pengembangan sektor pesisir di Lampung , yaitu :
Sarana pengembangan pengetahuan yang masih terbatas.
Budaya malas membaca.
Tenaga pengajar belum memiliki kompetensi yang cukup.
Dalam meminimalisir kelemahan itu ada beberapa solusi yang bisa membantu , antara
lain :
Memberikan pelayanan pendidikan yang baik.
Mempermudah akses informasi.
Menghilangkan budaya malu bertanya.
Memberi pemahaman tentang pemanfaatan laut yang efisien.
2. Aspek pengembangan potensi dan bakat.
Potensi dan bakat merupakan hal yang dimiliki semua pelaku rencana strategi.
Walaupun setiap pelaku perencanaan tidak memiliki potensi dan bakat yang sama , namun
hal ini aan menjadi kekuatan yang menguntungkan ketika para pelaku menggabungkan
potensi dan bakat mereka menjadi satu. Tujuan pengembangan potensi dan bakat yaitu untuk
memupuk keterampilan pelaku rencana strategis.
Kendala pun dimiliki oleh para pelaku rencana strategis, mulai dari minimnya sarana
dan prasarana yang ada, kurang adanya dukungan dari pihak swasta, masih lemahnya
kesadaran warga sekitar pesisir pantai lampung. Hal ini sebenarnya berhubungan erat dengan
kegagalan penerapan rencana strategis disebuah kawasan.
Untuk meminimalisir keadaan ini para pelaku rencana strategi harus lebih gencar
dalam melakukan promosi kepihak swasta, memperbaiki sarana dan prasana transportasi,
membuat suatu hal yang menarik dikawasan pesisir. Dengan hadirnya pihak swasta akan
mendatangkan modal dan dapat digunakan untuk mengembangkan kawasan pesisir itu lebih
cepat.
3. Aspek moral
Bicara soal moral memang sulit, moral ialah istilah manusia untuk menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Dalam aspek moral
ini pelaku rencana strategi atau prencana harus memiliki tujuan yang mulia , antara lain :
Memiliki tujuan mensejahterakan orang lain.
Tidak mementingkan golongan maupun individu dengan mengorbankan kepentingan
masyarakat kawasan pesisir.
Strategi dalam memperkokoh moral yang baik sangat penting dalam pencapaian tujuan
yang mulia dari sebuah rencana strategis. Moral para pelaku rencana strategis biasanya akan
goyah karena hal-hal yang bersifat materi. Adapun strategi yang dapat dilaksanakan antara
lain :
Memperdalam ajaran agama setiap pelaku rencana strategis.
Memberikan hukuman yang berat untuk para pelanggar
Kendala yang sering dihadapi oleh pelaksana rencana strategis dalam hal moral antara
lain :
Mudahnya terpengaruh oleh pihal asing yang membuat masyarakan dirugikan.
Rendahnya keteguhan pendirian pelaku rencana strategis dalam mengemban amanat.
Kurangnya pendalaman agama.
Solusi yang dapat saya berikan adalah :
Pecat atau ganti seseorang yang sudah memiliki masalah dengan urusan moral.
Memberi bekal yang cukup terhadap para pelaku rencana strategi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam setiap organisasi, pemerintahan, dan lembaga mempunyai rencana strategi
(renstra) dan bertahap dari tahun ke tahun. Propinsi lampung memiliki rencana strategi untuk
mengembangkan sektor pesisirnya yang masih perlu perhatian besar guna mengembangkan
daerahnya.
Terdapat aspek-aspek pengembangan sumber daya aparatur untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan rencana strategis tersebut. Aspek-aspek tersebut antara lain:
wawasan, skill atau ketrampilan, motivasi kerja, potensi dan bakat, kepribadian, moral dan
etika.
Setiap aspek-aspek tersebut saling keterkaitan antara satu dengan yang lainya.
Program-program dan kebijakan pemerintah yang mendukung akan terlaksanaya rencana
strategis ini sangat didukung, untuk perkembangan masyarakat daerah pesisir.
KRITISI
Setelah membaca rencana strategis pengelolaan wilayah pesisir Lampung . saya
mengerti bahwa sampai saat ini pelaksanaannya sudah cukup bagus, walaupun dalam
penerapanya kurang maksimal, dan masih diperlukan pula dukungan-duungan dari pihak
swasta dalam memperlancar pelaksanaan rencana strategis untuk kedepannya.
Isi dari rencana strategis pengelolaan wilayah pesisir Lampung sudah cukup lengkap .
Sehingga hanya perlu pemaksimalan saja dalam pelaksanaannya.
DAFTAR ISI
http://docs.google.com/viewer?url=http://www.crc.uri.edu/download/
LAM_0001.PDF&chrome=true diakses pada 24 juni, pukul 14.50WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Rencana_strategis diakses pada 25 juni, pukul 09.45WIB
http://eprints.lib.ui.ac.id/4427/8/126775-T-593-Kajian%20perencanaan-Pendahuluan.pdf
diakses pada 25 juni, pukul 12.23