makalah waterpass

40
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi dengan mempergunakan skala tertentu dan digambarkan pada bidang horizontal dengan mempergunakan proyeksi tertentu, gambaran penampakan tersebut diberikan simbol-simbol dan tulisan-tulisan sebagai keterangan simbol-simbol tersebut. Dalam kaitannya dengan laporan ini, mahasiswa diharapkan dapat membuat peta tofografi. Pembuatan peta suatu daerah dan lingkungan sekitar tentu membutuhkan data-data yang akurat. Sumber data tersebut adalah lapangan nyata, yaitu kenampakan-kenampakan yang ada di daerah atau lingkungan tersebut. Akan tetapi tidak semua data yang ada di lapangan diperlukan, tergantung pada tujuan peta atau peta yang akan dibuat. Misalnya kita akan membuat peta iklim maka cukup data-data iklim dari daerah tersebut yang dikumpulkan, peta tanah, cukup data mengenai jenis tanah dan batas-batasnya dan seterusnya. Jadi pengambilan data dari lapangan harus selektif. Dalam praktikum kali ini yang akan dibahas lebih lanjut mengenai pembuatan peta yaitu dengan metode 1

Upload: abd-hafidz

Post on 21-Oct-2015

4.352 views

Category:

Documents


122 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi dengan mempergunakan skala

tertentu dan digambarkan pada bidang horizontal dengan mempergunakan proyeksi

tertentu, gambaran penampakan tersebut diberikan simbol-simbol dan tulisan-tulisan

sebagai keterangan simbol-simbol tersebut. Dalam kaitannya dengan laporan ini,

mahasiswa diharapkan dapat membuat peta tofografi. Pembuatan peta suatu daerah

dan lingkungan sekitar tentu membutuhkan data-data yang akurat. Sumber data

tersebut adalah lapangan nyata, yaitu kenampakan-kenampakan yang ada di daerah

atau lingkungan tersebut. Akan tetapi tidak semua data yang ada di lapangan

diperlukan, tergantung pada tujuan peta atau peta yang akan dibuat. Misalnya kita

akan membuat peta iklim maka cukup data-data iklim dari daerah tersebut yang

dikumpulkan, peta tanah, cukup data mengenai jenis tanah dan batas-batasnya dan

seterusnya. Jadi pengambilan data dari lapangan harus selektif.

Dalam praktikum kali ini yang akan dibahas lebih lanjut mengenai pembuatan

peta yaitu dengan metode waterpass. Dimana dalam penggunaannya waterpass

digunakan sebagai alat dalam menentukan perbedaan tinggi dari suatu daerah, dimana

tempat praktikum berlangsung.

Mengenai bagian-bagian waterpass, cara penggunaan, pengolahan data, dan hal-

hal penting lainnya dalam pembuatan peta topografi akan dibahas lebih lanjut dalam

bab selanjutnya.

1

1.1. Maksud dan Tujuan

1.1.1. Tujuan Instruksional Umum

Adapun maksud dan tujuan instruksional umum dari praktikum ini yaitu agar

mahasiswa mampu mengukur perbedaan tinggi suatu daerah atau lingkungan tertentu

dengan menggunakan waterpass dan rollmeter. Hal tersebut merupakan salah satu

kunci pokok yang sangat diperlukan dalam pembuatan peta suatu daerah mulai dari

pengolahan data sampai pada akhirnya menghasilkan suatu peta kontur/ peta

topografi.

1.2.2. Tujuan Instruksional Khusus

Mahasiswa mampu untuk:

1. Menghitung besar volume pekerjaan tanah.

2. Mengembangkan peta – peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.

3. Meneliti ciri – ciri aliran di suatu tempat.

4. Membuat perencanaan proyek – proyek konstruksi menurut evaluasi

terencana.

1.3. Batasan Masalah

Dalam pengukuran kali ini, ada di berikan batasan masalah yaitu batasan masalah ini di batasi dari metode pengenalan dan penggunaan alat (waterpass) sampai dalam pengukuran ini di peroleh suatu data yang akan diolah hingga akhirnya dapat menghasilkan suatu peta, yang dimana peta tersebut dinamakan peta situasi atau peta teknis dan biasanya dalam skala 1: 500 dan 1:1000, yang merupakan penggambaran dari dalam satu poligon atau lebih.

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Waterpass adalah alat ukur yang menggunakan gelombang air dalam sebuah

tabung kaca kecil, prinsip kerjanya adalah berdasarkan kerataan terhadap horizontal

bumi serta mempunyai fungsi untuk mengukur beda tinggi suatu tempat dari satu titik

acuan ke acuan berikutnya.

Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk

mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di

dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah, berarti

waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat

sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah menyerupai ordinat (koordinat

kartesius). Angka pada sasaran bidik akan terbaca dengan melakukan pengaturan

fokus lensa. Selisih ketinggian dapat diperoleh dengan cara mengurangi nilai

pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan.

Perbedaan penggunaan alat ukur kompas dengan waterpass:

a) Pembacaan alat ukur pada waterpass lebih mudah, karena angkanya sudah

tercantum pada waterpass, sedangkan pada kompas kita dituntut untuk pintar

membaca skala/ jarum yang ditunjuk.

b) Waterpass digunakan untuk mengukur beda tinggi, sedangkan kompas, selain

untuk mengukur beda tinggi/ ketinggian, juga untuk mengukur arah atau

azimuth.

3

Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain:

1. Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran – saluran yang

mempunyai garis gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.

2. Merencanakan proyek – proyek konstruksi menurut evaluasi

terencana.

3. Menghitung volume pekerjaan tanah.

4. Menyelidiki ciri – ciri aliran di suatu wilayah.

5. Mengembangkan peta – peta yang menunjukkan bentuk tanah secara

umum.

Waterpass yang juga disebut penyifat datar karena sifatnya tersebut digunakan

untuk mementukan ketinggian titik-titik yang menyebar dengan kerapatan tertentu

untuk membuat garis-garis ketinggian (kontur) suatu daerah.Adapun beberapa jenis

pengukuran sifat,yaitu:

1. Pengukuran sifat datar resiprokal (reciprocal leveling).

Adalah pengukuran sifat datar dimana alat sifat datar tidak dapat ditempatkan

di antara dua stasiun. Misalnya, pengukuran sifat datar menyeberangi sungai/

lembah yang lebar.

2. Pengukuran sifat datar teliti (precise leveling).

Adalah pengukuran sifat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sifat

datar teliti.

4

2.1.1. Bagian – Bagian Alat Ukur Waterpass Beserta Fungsinya

Gambar 1. Waterpass

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Bagian – bagian dari waterpass:

1. Lensa obyektif.

2. Lensa okuler.

3. Nivo.

4. Garis bidik.

5. Dasar alat.

6. Sekrup lantai.

7. Garis arah nivo.

8. Sekrup koreksi nivo.

9. Sekrup pengunci dengan kaki tiga.

10. Sekrup koreksi diafragma.

11. Sekrup pengatur.

12. Kaki penyangga.

5

Adapun nama bagian-bagian utama dari alat ukur waterpass beserta

fungsinya, sebagai berikut:

1. Teropong, berfungsi sebagai alat pembidik.

2. Visir, berfungsi sebagai alat pengarah bidikan secara kasar sebelum dibidik

dilakukan melalui teropong atau lubang tempat membidik.

3. Lubang tempat membidik.

4. Nivo kotak, digunakansebagai penunjuk Sumbu Satu dalam keadaan tegak

atau tidak. Bila nivo berada ditengah berarti Sumbu Satu dalam keadaan

tegak.

5. Nivo tabung adalah penunjuk apakah garis bidik sejajar garis nivo atau tidak.

Bila gelembung nivo berada di tengah atau nivo U membentuk huruf U,

berarti garis bidik sudah sejajar garis nivo.

6. Pemfokus diafragma, berfungsi untuk memperjelas keadaan benang

diafragma.

7. Skrup pemokus bidikan, berfungsi untuk mengatur agar sasaran yang dibidik

dari teropong terlihat dengan jelas.

8. Tiga sekrup pendatar, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo kotak.

9. Skrup pengatur nivo U, berfungsi untuk mengatur nivo U membentuk huruf

U.

10. Sekrup pengatur gerakan halus horizontal, berfungsi untuk menepatkan

bidikan benang difragma tegak tepat disasaran yang dibidik.

11. Sumbu tegak atau sumbu satu (tidak nampak), berfungsi agar teropong dapat

diputar ke arah horizontal.

12. Lingkaran horizontal berskala yang berada di badan alat berfungsi sebagai alat

bacaan sudut horizontal.

13. Lubang tempat membaca sudut horizontal.

14. Pemfokus bacaan sudut, berfungsi untuk memperjelas skala bacaan sudut.

6

2.1.2. Prinsip Kerja Alat

Yaitu garis bidik ke semua arah harus mendatar, sehingga membentuk bidang

datar atau horizontal, dimana titik – titik pada bidang tersebut akan menunjukkan

ketinggian yang sama.

Pada dasarnya, pengambilan data pada praktikum kompas hampir sama dengan

waterpass. Cuma bedanya, pada kompas diukur kemiringan, sedangkan waterpass

tidak mengukur kemiringan.

Perbedaan penggunaan alat ukur kompas dengan waterpass:

1. Pembacaan alat ukur pada waterpass lebih mudah, karena angkanya sudah

tercantum pada waterpass, sedangkan pada kompas kita dituntut untuk

pintar membaca skala/ jarum yang ditunjuk.

2. Waterpass digunakan untuk mengukur beda tinggi, sedangkan kompas,

selain untuk mengukur beda tinggi/ ketinggian, juga untuk mengukur arah

atau azimuth.

Contoh sketsa pengukuran dengan waterpass:

7

Gambar 2. Sketsa Pengukuran Waterpass

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

2.1.3. Kegunaan Alat

Fungsi utama, yaitu sebagai berikut:

a. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang

sama tinggi, sehingga titik – titik yang tepat garis bidikan/ bidik

memiliki ketinggian yang sama.

b. Dengan pandangan mendatar ini dan diketahui jarak dari garis bidik

yang dapat dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik –

titik tertentu, maka akan diketahui atau ditentukan beda tinggi atau

ketinggian dari titik – titik tersebut.

Alat ini dapat ditambah fungsi atau kegunaannya dengan menambah bagian alat lainnya. Umumnya alat ukur waterpas ditambah bagian alat lain, adalah sebagai berikut:

1. Benang stadia, yaitu dua buah benag yang berada di atas dan dibawah serta

sejajar dan dengan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar. Dengan

adanya benang stadia dan bantuan alat ukur waterpas berupa rambu atau bak

8

ukur alat ini dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal atau mendatar.

Pengukuran jarak dengan cara seperti ini dikenal dengan jarak optik.

2. Lingkaran berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi dengan

skala ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang

dinyatakan dengan bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang

diafragma tegak dapat diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah titik,

sudut antara ke dua titik tersebut dengan alat dapat ditentukan atau dengan

kata lain dapat difungsikan sebagai alat pengukur sudut horizontal.

2.1.4. TIPE – TIPE WATERPASS

Sama halnya dengan alat ukur lain, waterpass juga memiliki banyak jenis,

diantaranya, yaitu :

 Automatic Level / Waterpass Nikon ax-2s

Gambar 3. Waterpass Nikon ax-2s

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Keterangan:

- Pembesaran Lensa : 20x

- Ketelitian : 2.5 mm

- Minimun Focus : 0.75 M

 Automatic Level / Waterpass Sokkia B-1

9

Gambar 4. Waterpass Sokkia B-1

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Keterangan:

- Pembesaran Lensa : 32x

- Ketelitian : 0.8 mm

- Minimun Focus : 2.3 M

 Automatic Level / Waterpass Sokkia C-320

Gambar 5. Waterpass Sokkia C-320

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Keterangan:

- Pembesaran Lensa : 24x

- Ketelitian : 2.0 mm

- Minimun Focus : 0.3 M

Automatic Level / Waterpass Sokkia C-330

10

Gambar 6. Waterpass Sokkia C-330

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Keterangan:

- Pembesaran Lensa : 22x

- Ketelitian : 2.0 mm

- Minimun Focus : 0.3 M

 

Automatic Level / Waterpass Sokkia B-20 / B-21

11

Gambar 7. Waterpass Sokkia B-20 / B-21

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Keterangan:

- Pembesaran Lensa : 32x

- Ketelitian : 1.0 mm

- Minimun Focus : 2.3 M

Automatic Level / Waterpass Topcon atg-6

Gambar 8. Waterpass Topcon atg-6

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Keterangan:

- Pembesaran Lensa : 24x

- Ketelitian : 2.0 mm

- Minimun Focus : 1.6 M

12

 Automatic Level / Waterpass Topcon atg-3

Gambar 9. Waterpass Topcon atg-3

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Keterangan:

- Pembesaran Lensa : 30x

- Ketelitian : 1.5 mm

- Minimun Focus : 1.6 M

 Automatic Level / Waterpass Topcon atg4

13

Gambar 10. Waterpass Topcon atg4

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Keterangan:

- Pembesaran Lensa : 26x

- Ketelitian : 2.0 mm

- Minimun Focus : 1.6 M

 Automatic Level / Waterpass Horizon 4032

Gambar 11. Waterpass Horizon 4032

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Keterangan:

- Pembesaran Lensa : 32x

14

- Ketelitian : 1.0 mm

- Minimun Focus : 1.4 M

2.2. METODE PENGGUNAAN ALAT

2. 2. 1. Cara Pemasangan dan Penyetelan Waterpass

Gambar 12. Pemasangan dan Penyetelan Waterpass

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Pada dasarnya pemasangan pesawat waterpass ini hampir sama dengan

pengaturan pemasangan pesawat theodolit. Cuma saja pada waterpass yang

digunakan pada praktikum ini tidak mempunyai 3 sekrup penyama rata. Tapi

pengaturannya, yaitu dengan mengatur nivo (gelembung nivo) agar berada di tengah-

tengah dengan sekrup pengontrol yang terdapat di dasar alat. Seandainya gelembung

nivo sudah berada di tengah-tengah, kemudian sekrup pengunci (pengontrol) pada

kaki tiga dikuatkan. Dan pesawat Water pass sudah siap untuk dipakai.

15

Pengukuran jarak dengan waterpass, diperlukan alat bantu yang disebut baak

ukur. Pelaksanaannya yaitu dengan jalan menempatkan baak ukur tepat dan tegak

lurus pada objek yang akan kita ukur jaraknya. Kemudian bidik kan teropong kearah

baak ukur , dan baca angka pada benang atas (ba) dan benang bawah (bb) pada

diafragma teropong. Maka hasil perhitungan jaraknya adalah :

1. Pembacaan ba   = 0,655

2. Pembacaan bb   = 0,480

Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya.

Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan

gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah,

berarti waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk

melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah menyerupai ordinat

(koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan terbaca dengan melakukan

pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian diperoleh dengan cara mengurangi nilai

pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan.

Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan cara menggunakan alat, sifat

datar (waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah

rambu yang berdiri vertikal. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan

pengurangan antara bacaan muka dan belakang.

Rumus beda tinggi antara dua titik:

BT = BTB – BTA

Keterangan:

BT = Beda Tinggi

16

BTA = Bacaan Benang Tengah A

BTB =Bacaan Benang Tengah B

Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu

pembacaan benang tengah titik tersebut dengan menggunakan rumus:

J = (BA – BB) x 100

Keterangan:

BT = Bacaan Benang Tengah

BA = Bacaan Benang Atas

BB = Bacaan Benang Bawah

Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai

berikut:

J = (BA – BB) x 100

Keterangan:

J = Jarak Datar Optis

BA = Bacaan Benang Atas

BB = Bacaan Benang Bawah

100 = Konstanta Pesawat

a. Pengukuran Sifat Datar Memanjang

17

Pengukuran sifat datar memanjang adalah suatu pengukuran yang berguna

untuk mengetahui titik – titik sepanjang jalur pengukuran dan pada umumnya

digunakan sebagai kerangka vertikal bagi setiap suatu wilayah pemetaan.

Sifat datar memanjang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Sifat datar tertutup.

2. Sifat datar terbuka.

1.Sifat Datar Tertutup

Sifat datar tertutup memanjang, yaitu suatu pengukuran sifat datar yang

dimana titik awal dan titik akhirnya yang berhimpit.

Gambar 13. Sifat Datar Tertutup

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Agar didapat hasil yang teliti maka perlu adanya koreksi, dengan asumsi

bahwa beda tinggi pergi sama dengan beda tinggi pulang.

C = k / (n - 1)

C = Koreksi

k = Kesalahan

n = Banyaknya Titik

(n - 1) = Banyak Slag (Beda Tinggi)

18

2.Sifat Datar Terbuka

Sifat datar tertutup memanjang, yaitu suatu pengukuran sifat datar yang

dimana titik awal dan titik akhirnya yang tidak berhimpit.

Gambar 14. Pengukuran Waterpass

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Beberapa cara pengukurannya, yaitu:

1. Letakkan rambu ukur di titik A dan titik B.

2. Letakkan alat di antara titik A dan titik B, tetapi usahakan arah di antara

alat dengan titik A maupun titik B yang sama.

3. Bacalah rambu A (BA;BT;BB). Hitunglah koreksi dengan cara BT = (BA

+ BB) : 2.

4. Bacalah rambu B (BA;BT;BB). Hitunglah perbedaan ketinggian dengan

mengurangi BT muka (depan) dan BT belakang.

5. Koreksilah maksimum datanya 2 mm.

6. Hitunglah perbedaan tinggi dengan cara mengurangi BT depan dan BT

belakang.

7. Hitunglah jarak waterpass dengan titik A

dA = (BAA – BBA) x 100

19

8. Hitunglah jarak waterpass dengan titik B

dB = (BAB – BBB) x 100

9. Hitunglah jarak AB = dA + dB

b.Pengukuran Beda Tinggi

Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan alat penyipat datar, atau

waterpass. Maksud dari pengukuran ini adalah menentukan beda tinggi antara dua

titik. Bila beda tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A

diketahui = Ha dan titik B terletak lebih tinggi daripada titik A, maka titik B, Hb = Ha

+ h.

Pengukuran beda tinggi ini dapat dilakukan dengan 3 cara ;

1. Pengukuran diambil dari salah satu titik dimaksud.

2. Pengukuran diambil dari antara dua titik dimaksud.

3. Pengukuran diambil dari satu titik sembarang.

Dalam praktikum ini kita akan mencobakan pengukuran beda tinggi yang

diambil dari antara dua titik yang dimaksud.Setelah pesawat siap untuk dipakai

kemudian dilakukanlah pengukuran dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tentukan titik-titik yang akan diukur beda tingginya, misalkan titik A dan titik

B.

2. Baak ukur ditempatkan pada titik A dan titik B dan kedudukannya harus

vertical (dibuktikan dengan bacaan benang tengah .)

3. Dilakukan pembidikan teropong Water pass pada  baak ukur di titik A

(belakang).

20

4. Dilakukan pembacaan,yaitu pembacaan benang atas (ba), benang tengah (bt)

dan benang bawah (bb). Yang harus diingat pada waktu sebelum pembacaan

adalah pengaturan nivo konsidensi berbentuk huruf  U.

5. Hal yang sama seperti point 3 dan 4 dilakukan untuk titik B (muka).

Untuk koreksi pembacaan bt dilakukan perhitungan :

a. Hasil nya sebagai rata-rata, harus sama dengan pembacaan bt.

b. Seandainya angka yang didapat tidak sama, maka pembacaan dapat

dikatakan salah. Untuk itu perlu diulang lagi sampai pembacaan yang

benar.

c. Untuk koreksi yang lebih baik, dilakukan perhitungan rata-rata bt

untuk titik A dan B, yaitu

d. Sehingga didapat angka rata-rata dari bt A dan bt B

e. Beda tinggi antara titik A dan titik B adalah selisih bt B dengan bt A

(belakang – muka)

Catatan :

1. Pembacaan di B dinamakan pembacaan muka.

2. Pembacaan di A dinamakan pembacaan belakang.

c. Secara Konvensional

Cara ini menggunakan pita ukur atau rantai ukur, ada beberapa cara yang

harus diperhatikan dalam menggunakan cara ini, yaitu :

1. Jika jarak yang diukur adalah jarak mendatar, pita atau rantai ukur harus

dalam keadaan tegang dan datar.

2. Jika jarak melebihi panjang pita, maka pengukuran dilakukan secara bertahap.

3. Pengukuran dilakukan pulang pergi untuk satu slag pengukuran.

21

4. Gunakan pita ukur yang baik.

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini, yaitu:

a. Usahakan jarak antara titik dengan waterpass sama.

b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.

c. Baca rambu belakang baru, setelah itu dibaca rambu depan.

d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.

e. Jumlah Jarak Muka = Jumlah Jarak Belakang.

f. Jarak waterpass ke rambu harus maksimum bernilai sebesar 75 m.

Seperti kita ketahui, waterpass merupakan suatu alat ukur yang menggunakan

gelembung air dalam sebuah tabung kecil, prinsip kerjanya adalah berdasarkan

kesejajaran terhadap horizontal bumi.

Beberapa cara penggunaan waterpass, yaitu:

1. Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua rambu

yang berdiri vertikal.

2. Sebelum memulai mengukur, nivo harus dalam posisi sentring.

3. Untuk memperjelas obyek, putarlah sekrup koreksi diafragma.

4. Mulailah mengukur dengan memperhatikan batas benang atasnya

dan benang bawahnya.

Beberapa kesalahan – kesalahan dalam pengukuran waterpass, yaitu:

A. Kesalahan yang Bersumber Pada Pengukur

Kekurangan dalam penelitian, jadi dalam membaca data waterpass yaitu

membaca benang atas, benang bawah, serta benang tengah.

22

B. Kesalahan yang Berasal Dari Alat

Pita ukur yang sering digunakan memiliki panjangnya akan berubah

apalagi bila penariknya sangat kuat. Sehingga, pita ukurnya salah atau

tidak memenuhi standar. Patahnya pita ukur yang disebabkan oleh sangat

kencangnya menarik pita ukur, sehingga panjangnya berkurang.Bisa jadi,

karena alat dari waterpass belum di kalibrasi, jadi harus dicek terlebih dahulu

sebelum pengukuran ataupun dari rambu ukurnya sendiri yang sudah aus

sehingga titik nol awalnya sudah tidak tepat cara amengeliminasi kesalahan yang

menggunakan metode leap frog.

C. Kesalahan yang Berasal Dari Alam

Terdapatnya angin yang mengakibatkan rambu ukur terkena hembusan

angin, sehingga tidak dapat berdiri tegak.Angin berupa kesalahan yang

berasal dari alam, mengakibatkan pita ukur menjadi labil panjang daripada

jarak yang sebenarnya.Dan, yang paling vital dalam pengukuran dengan

menggunakan alat ukur waterpass adalah bisa (karena panas). Jadi jangan

melakukan pengukuran saat panas matahari.

d. Metode Pulang Pergi

Pada saat pembacaan rambu, digunakan metode pulang pergi, yaitu setelah

mengukur beda tinggi AB, maka, rambu A dipindahkan ke titik C untuk mengukur

beda tinggi BC sehingga akan kita dapatkan beda tinggi BC. Setelah itu, rambu B

dipindahkan ke titik D sehingga akan di dapat beda tinggi CD. Hal ini dilakukan

untuk mengurangi kesalahan pembacaan rambu yang diakibatkan skala nol pada

rambu yang dikeluarkan oleh pabrik tidak berada pada skala nol sebenarnya. Untuk

mengoreksi data beda tinggi yang didapat, digunakan rumus:

8√d; dimana d = jarak titik (km)

23

setelah semua data terkoreksi, maka beda tinggi antara dua titik dapat diketahui

dengan rata-rata beda tinggi antara ulang dan tinggi.

∆h = ∆H pergi – ∆H pulang / 2

Gambar 15. Metode Pulang Pergi

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Pengertian Slag, Seksi dan Sirkuit

1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu

belakang.

1-2 km yang terbagi.

1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang dalam slag yang genap dan

diukur pulang pergi dalam waktu 1 hari.

1 kring / sirkuit adalah suatu pengukuran sipat datar yang sifatnya tertutup

sehingga titik awal dan titik akhirnya adalah sama.

Langkah-langkah penggunaan teropong pada alat ukur :

24

1. Arahkanlah terlebih dahulu teropong ke tempat yang jauh dan terang (objek) dengan cara membidikannya, kemudian pergunakan lensa okuler untuk melihat diafragma sampai terang. Karena ukuran lensa mata kita tidak sama, kemungkinan tabung lensa okuler terpaksa harus dimaju mundurkan. Usahakan garis benang silang (garis salib sumbu) a dan b kelihatan bayangannya a’ dan b’ cukup terang.

2. Benda AB yang kita bidik akan ditangkap oleh lensa objektif dan menghasilkan bayangan A’B’ itu behimpitan dengan diafragma dengan mempergunakan lensa okuler yang digerakkan dengan cincin focus.

3. Bila bayangan telah jatuh berhimpitan dengan diafragma,maka dengan sendirinya bayangan tersebut kelihatan dan benang silang pun kelihatan.

Untuk memeriksa apakah bayangan itu betul-betul telah jatuh tepat berhimpitan pada benang silang,gerakanlah mata ke atas dan ke bawah. Kalau bayangan nya juga ikut bergerak (gambar 4), tandanya bayangan tersebut belum tepat berhimpitan dengan diafragma. (1) dan (2) belum berhimpitan, (3) berhimpitan.

e. Alat Bantu Pengukuran

Ada beberapa alat bantu dalam pengukuran yaitu :

a)Statip

Berguna sebagai tempat diletakkannya theodolit, waterpass dll. ketiga kaki statip ini dapat dinaik turunkan dengan melonggarkan sekrup pengatur kaki.

b)Rambu Ukur

Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini mempunyai panjang 3, 4 bahkan ada yang 5 meter. Skala rambu ini dibuat dalam cm, tiap-tiap blok merah, putih atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5 blok tersebut berbentuk huruf E yang menyatakan 5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih, hitam-putih, dll. Kesemuanya ini dimaksudkan agar memudahkan dalam pembacaan rambu.

c)Unting-unting

Unting-unting berguna dalam penyentringan alat ukur yang tidak memiliki alat duga optik , unting-unting ini terdiri dari benang yang diberi pemberat.

25

d)Kompas

Berguna untuk menentukan arah mata angin, agar memudahkan kita dalam menyelesaikan pengukuran, dan membantu mencari sudut azimuth.

Cara Kerja Waterpass:

1. Nivo kotak harus tepat berada di posisi tengah, caranya dengan memutar knob pengatur keseimbangan.

2. Pasang tiang atau kaki-kaki penyanggah pada ketinggian yang akan diukur.

3. Intip lensa okuler, fokuskan pada tiang (objek) yang akan diukur.4. Catat ketinggian tiang.5. Ulangi langkah yang sama pada tempat yang akan dicari selisih

ketinggiannya.

2.3.Hasil

Hasil yang diperoleh dari pengukuran waterpass ini berupa peta situasi atau peta teknis yang merupakan penggambarkan dari dalam satu poligon atau lebih.Dibawah ini ada contoh peta dari hasil Inventarisasi Gambut dan Waterpass Daerah Padang Tikar dan sekitarnya, yang berada di Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat oleh Truman Wijaya, kelompok program penelitian Energi Fosil.

26

Gambar 16. Peta Sebaran Endapan Gambut Daerah Padang Tikar

Sumber: http://geodesy.gd.itb.ac.id

27

Patok

Aarah (o)Bbenang

atas (cm)

Bbenang

Tengah (cm)

Bbenang

Bawah (cm)jarak Lapangan

(cm)

Ttinggi

pesawat (cm)Keterangan

Ddari Kke

1 2 89 244 228 204 8,6 126 Meteran 9-11 jalan

2 1 237 87 76 50 8,6 130

2 3 170 224 205 186 8,7 130

3 2 273 94 75 56 8,7 121

3 4 134 134 113 92 1,7 121 Meteran 33-36 jalan

4 3 154 196 186 154 1,7 129

4 1 94 74 46 18 4 129

Tabel 1. Hasil Pengukuran Waterpass

28

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum saya dapat menarik kesimpulan yaitu, sebagai

berikut:

1. Waterpass tergolong alat penyipat datar kaki tiga atau Tripod level, karena

alat ini bila digunakan harus dipasang diatas kaki tiga atau statif.

2. Kesalahan pengukuran dalam waterpass terbagi atas tiga yaitu:

a. Kesalahan akibat faktor alat.

b. kesalahan akibat faktor manusia.

c. kesalahan akibat faktor alam.

3.2. Saran

Diharapkan agar pengambilan data selanjutnya dapat berjalan dengan baik,

dengan adanya kerjasama antara asisten dengan praktikan.

29

DAFTAR PUSTAKA

Wongsotjitro, Soetomo. 1967. Ilmu Ukur Tanah. Penerbit Swada. Jakarta.

Anonim. 1992. Operator’s Manual Elektronic Digital Theodolit.

Shokkisha CO. Ltd. Shibuya, Tokyo.

Darfis, Irwan. 1995. Penuntun Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Faperta Universitas

Andalas. Padang.

Gabungan Asisten Survey. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Ilmu Ukur

Tanah  I. Fakultas Teknik Universitas Andalas. Padang.

Anonim. 2006. Garmin eTrex Vista Cx hiking companion owner’s

Manual. Garmin.Ltd. Taiwan.

Anonim.2007. Artikel. http://geodesy.gd.itb.ac.id. 18 September 2008.

Anonim. 2008. Artikel. http://www.geocities.com/yaslinus/masukgps.html.

http://www.crayonpedia.org/mw

30