maksimalisasi potensi zakat melalui peningkatan …

72

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …
Page 2: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN KESADARAN

MASYARAKAT

Penelitian

oleh:

Dr. Suryani, M.Si

Siti Najma, MM

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE

2017

Page 3: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………....... i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...... ii

DAFTAR ISI …………………………………………………….................... v

ABSTRAK ………………………...........……………………….................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

E. Definisi Operasional .................................................................... 7

F. Kajian Terdahulu ......................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Teori Efektivitas........................................……......................... 17

B. Zakat ................................................…………….…..................... 21

1. Pengertian Zakat..................................................................... 21

2. Dasar Hukum Zakat ................................................................ 23

3. Tujuan dan Hikmah Zakat ...................................................... 26

C. Zakat Produktif ............................................................................ 28

1. Pengertian Zakat Produktif..................................................... 28

2. Dasar Hukum Zakat Produktif ................................................ 31

3. Akad Dalam Zakat Produktif .................................................. 32

D. Penyaluran dan Pendistribusian Zakat Secara Efektif................... 33

E. Usaha Mikro ................................................................................ 37

1. Pengertian Usaha Mikro ......................................................... 37

2. Pengembangan Usaha Mikro .................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ......................................................................... 44

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................. 44

C. Sumber Data............................................................................... 44

D. Teknik Pengumpulan Data…..................................................... 45

E. Teknik Analisis Data................................................................. 47

F. Teknik Penulisan ....................................................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Baitul Mal Kota Lhokseumawe.................... 49

B. Mekanisme Penyaluran Dana Zakat pada Baitul Mal Kota

Lhokseumawe Dalam Pengembangan Usaha Mikro Masyarakat 55

Page 4: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

C. Evektifitas Penyaluran Dana Zakat untuk Pengembangan Usaha

Mikro pada masyarakat Kota Lhokseumawe............................. 62

D. Analisa Penulis........................................................................... 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................. 72

B. Saran........................................................................................... 73

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 5: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

ABSTRAK

Dampak yang diharapkan dari penyaluran zakat produktif untuk pengembangan

usaha mikro adalah menurunnya jumlah penduduk miskin di Kota Lhokseumawe.

Namun kenyataannya untuk dapat memastikan penyaluran dana zakat dari Baitul

Mal Kota Lhokseumawe dapat mengembangkan usaha mikro masyarakat perlu

dikaji mengenai efektivitas penyaluran zakat produktif tersebut. Adapun yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mekanisme penyaluran

dana zakat pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe untuk pengembangan usaha

mikro masyarakat? dan bagaimana efektivitas penyaluran dana zakat untuk

pengembangan usaha mikro pada masyarakat Kota Lhokseumawe? Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendepenelitiankan mekanisme penyaluran dana zakat

pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe untuk pengembangan usaha mikro

masyarakat dan untuk mengetahui dan menjelaskan efektivitas penyaluran dana

zakat untuk pengembangan usaha mikro pada masyarakat Kota Lhokseumawe.

Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder Teknik pengumpulan data

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan

bahwa Mekanisme penyaluran dana zakat pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe

untuk pengembangan usaha mikro bahwa zakat produktif disalurkan kepada

mustahiq dengan akad hibah berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP)

yang telah ditetapkan yaitu; (a) Pengorganisasian yang meliputi: menetapkan

mitra kerja, (b) Pendataan; melakukan pendataan serta mengokomodir

permohonan yang masuk, menentukan kriteria mustahiq, menerima dan

merekap formulir pendataan dan selanjutnya diserahkan ke Bidang Pengawsan

untuk diverifikasi; (c) membuat verifikasi dan validasi; (d) melaksanakan

penyaluran zakat produktif kepada mustahiq; (e) Tim melakukan monitoring dan

evaluasi terhadap pelaksanaan program dari awal perencanaan, proses hingga

pelaporan; dan (f) Membuat laporan penyaluran zakat produktif. Efektivitas

penyaluran dana zakat untuk pengembangan usaha mikro pada masyarakat Kota

Lhokseumawe bahwa mustahiq mampu memberdayakan ekonomi mereka.

Pendapatan mustahiq meningkat, mampu berinovasi sehingga pendapatan terus

meningkat, terbentuknya motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya,

terbangunnya kemandirian dan terciptanya budaya kerja yang Islami (jujur,

amanah, dan professional. Disarankan agar penyaluran zakat produktif tepat

sasaran dan untuk menghindari manipulasi data oleh calon mustahiq, maka pihak

Baitul Mal Kota Lhokseumawe harus selalu melakukan survey dan mengecek

kebenaran dalam pengurusan administrasi.

Kata Kunci: Efektivitas, Zakat Produktif, Usaha Mikro, Masyarakat

Page 6: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat sebagai suatu kewajiban agama (rukun Islam ketiga) menjadi

instrument utama untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan jika

potensinya dikelola secara professional melalui lembaga-lembaga zakat seperti

BAZNAS di tingkat Nasional, BAZDA di tingkat propinsi dan Lembaga Amil

Zakat (LAZ) di tingkat kabupaten atau kota. Peran dana zakat dalam kaitan ini

tidak sesempit memberikan uang atau liter beras untuk memenuhi kebutuhan

beberapa saat, melainkan bagaimana penerima mampu menghidupkan dirinya

sendiri dengan layak dan tetap melalui dana zakat.1

Terkait dengan hal di atas, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu

sumber dana sosial ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yang

dikelola oleh Badan Amil Zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan

tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi dapat pula

dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program

pengentasan kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif

kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.2

Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki andil penting untuk memerangi

kemiskinan melalui zakat terutama zakat untuk usaha produktif. Zakat tidak hanya

diberikan dalam bentuk barang konsumsi saja melainkan juga dalam bentuk barang

1 Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah: Pergulatan Melawan Kemiskinan dan

Penetrasi Ekonomi Global, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 61. 2 Ibid..., h. 62.

Page 7: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

produksi. Zakat produktif atau zakat untuk usaha produktif merupakan zakat yang

diberikan dalam bentuk bantuan modal kepada mustahik (sumber daya manusia)

yang diperuntukan untuk membantu usaha mustahik sehingga dapat meningkatkan

output dan pendapatan mustahik.3

Dana zakat pada awalnya lebih didominasi oleh pola pendistribusian

secara konsumtif, namun demikian pada pelaksanaan yang lebih mutakhir saat ini,

zakat mulai dikembangkan dengan pola distribusi dana zakat secara produktif.

Dalam bentuk distribusi zakat produktif ini yaitu biasa diwujudkan dalam bentuk

permodalan baik untuk proyek sosial atau menambah modal pedagang pengusaha

kecil. Saat ini yang menjadi trend dari Islamization process yang dikembangkan

oleh pemikir kontemporer ekonomi Islam adalah: pertama: mengganti sistem

ekonomi bunga dengan sistem ekonomi bagi hasil, kedua: mengoptimalkan sistem

zakat dalam perekonomian.4

Pembentukan Badan Baitul Mal tidak dapat dilepaskan dengan

dikeluarkannya Qanun Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 7 Tahun

2004. Berdasarkan Qanun tersebut pengelolaan zakat di Propinsi Aceh akan

dilakukan oleh Badan Baitul Mal Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Gampong dalam

Provinsi. Penyaluran zakat hanya diperuntukkan kepada mustahiq sesuai dengan

ketentuan syariat Islam.

Zakat yang terkumpul dari dana masyarakat muslim melalui Baitul Mal

dapat menjadikan zakat menjadi salah satu instrumen yang secara khusus dapat

mengatasi masalah kemiskinan dan dapat mensejahterakan masyarakat ekonomi

3 Ibid..., h. 63. 4 M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran dan

Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h.154.

Page 8: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

lemah. Karena ditinjau dari pola distribusi zakat tersebut menggambarkan adanya

keseimbangan untuk tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk tujuan

jangka pendek maka distribusi zakat disalurkan untuk kebutuhan yang bersifat

konsumtif yaitu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rumah tangga

pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.Sedangkan untuk tujuan jangka

panjang penyaluran zakat dilakukan dalam bentuk pemberian modal usaha

produktif sehingga diharapkan hasilnya dapat diterima secara terus menerus dan

memberikan manfaat secara perekonomian serta meningkatkan

pendapatan.Dengan demikian diharapkan masyarakat miskin yang dahulunya

menjadi penerima zakat (mustahik) menjadi pemberi zakat (muzakki).5

Pendayagunaan zakat berbasis pengembangan ekonomi yaitu penyaluran

zakat dalam bentuk pemberian modal usaha kepada yang berhak menerima

(mustahik) secara langsung maupun tidak langsung, yang pengelolaannya bisa

melibatkan maupun tidak melibatkan mustahik sasaran. Penyaluran dana zakat ini

diarahkan pada usaha ekonomi yang produktif, yang diharapkan hasilnya dapat

mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat. 6

Dalam pendistribusian dana zakat produktif dibagi menjadi dua bagian

yaitu produktif konvensional dan produktif kreatif. Pendistribusian zakat secara

produktif konvensional adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang

produktif, di mana dengan menggunakan barang-barang tersebut, para pemberi

zakat (muzakki) dapat menciptakan suatu usaha, seperti pemberian bantuan ternak

5Rusli, Analisis Dampak Pemberian Modal Zakat Produktif Terhadap Pengentasan

Kemiskinan Dikabupatenaceh Utara, (Jurnal Ilmu Ekonomi Pasca Sarjana Universitas Syiah

Kuala, Vol. 1, No. 1, Februari 2013, ISSN 2302-0172), h. 57. 6 Ibid..., h. 59.

Page 9: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

kambing, sapi perahan atau untuk membajak sawah, alat pertukangan, mesin jahit.

Pendistribusian zakat secara produktif kreatif adalah zakat yang diwujudkan

dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk pemodalan proyek sosial,

seperti pembangunan sosial, seperti pembangunan sekolah, sarana kesehatan atau

tempat ibadah maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau bagi

pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil. 7

Dalam mengelola dan memanfatkan zakat secara produktif, peran serta

manajemen Baitul Mal Kota Lhokseumawe sangat diperlukan agar zakat yang

dikumpulkan dan mendistribusikan dengan efektif dan efisien, salah satu peran

manajemen adalah controlling (pengawasan), dimana diharapkan dapat

memberikan manfaat dalam hal pendayagunaan zakat secara produktif ini,

sehingga tidak terjadi penyimpangan dan mustahiq yang di bantupun dapat terus

diawasi agar mustahiq bisa menjadi mandiri.

Keberadaan Baitul Mal Kota Lhokseumawe sebagai salah satu lembaga

penyedia layanan keuangan mikro terhadap masyarakat kelas bawah dan seiring

perkembangan zaman Baitul Mal telah mampu memainkan peranan penting dalam

upaya pemberdayaan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan dan juga untuk

mencapai taraf hidup yang sejahtera. Baitul Mal Kota Lhokseumawe juga

melakukan berbagai aktivitas keuangan, salah satunya yaitu penyaluran dana

zakat untuk perkembangan usaha mikro pada masyarakat Kota Lhokseumawe.

Dalam kerangka pengembangan usaha mikro di Kota Lhokseumawe

program penyaluran dana zakat ini diharapkan adanya perubahan kondisi di dalam

7 Ibid..., h. 59.

Page 10: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

masyarakat, khususnya pengusaha kecil itu sendiri. Dimana dengan adanya

pengelolaan yang baik terhadap dana bantuan, diharapkan mampu menjadi alat

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun yang menjadi persoalan

apakah dengan adanya bantuan dana zakat dari Baitul Mal Kota Lhokseumawe

kepada usaha-usaha mikro dapat mengembangkan usaha mereka?

Dampak yang diharapkan dari pengembangan usaha mikro adalah

menurunnya jumlah penduduk miskin di Kota Lhokseumawe. Namun

kenyataannya untuk dapat memastikan apakah penyaluran dana zakat dari Baitul

Mal Kota Lhokseumawe dapat mengembangkan usaha mikro masyarakat dan

kenaikan jumlah pendapatan setelah menerima dana zakat tersebut dapat

mengeluarkan pengusaha mikro dari garis kemiskinan harus dilihat dari jumlah

tanggungan dalam keluarga, karena hal itu juga menjadi perhitungan dalam

menentukan keluar atau tidaknya penerima dana zakat produktif dari garis

kemiskinan.8

Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian studi kasus dengan judul “MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT

MELALUI PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT.”

B. Rumusan Masalah

8Anwar, “Analisis Kinerja dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card, Studi

Kasus pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe”, (Jurnal: Seminar Teknik Industri, 2017), h. 252.

Page 11: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana mekanisme penyaluran Maksimalisasi Potensi Zakat Melalui

Peningkatan Kesadaran MasyarakaT?

2. BagaimanaMaksimalisasi Potensi Zakat Melalui Peningkatan Kesadaran Masyaraka?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. UntukMaksimalisasi Potensi Zakat Melalui Peningkatan Kesadaran Masyaraka.

2. Untuk mengetahuiMaksimalisasi Potensi Zakat Melalui Peningkatan Kesadaran

Masyaraka.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya

yang relevan dengan penelitian ini, terutama penelitian tentang efektivitas

penyaluran dana zakat untuk pengembangan usaha mikro.

b. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan konsep

pengembangan usaha mikro melalui penyaluran dana zakat.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada Baitul Mal Kota Lhokseumawe

dan masyarakat luas tentang efektivitas penyaluran dana zakat untuk

pengembangan usaha mikro.

Page 12: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

c. Dapat menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada peneliti mengenai

permasalahan yang diteliti.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca, maka peneliti perlu menjelaskan

istilah-istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini.

1) Efektivitas

Efektivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dan berhasil mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dalam pekerjaan tersebut, dengan memberdayakan

seluruh potensi sumberdaya manusia maupun sumberdaya dana yang ada.9

Dalam efektivitas terkandung makna berdaya tepat atau berhasil guna untuk

menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secara sempurna,

secara tepat dan target telah tercapai. Selain itu terkandung makna efisiensi,

yaitu berdaya guna untuk menunjukkan bila tindakan atau usaha sudah efektif

dan ekonomis, baru dikatakan efisien.10

2) Penyaluran dana zakat

Penyaluran dana zakat yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk

memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan dana. Fasilitas pemberian

modal kerja dapat diberikan kepada seluruh sektor ekonomi yang dinilai

prospek, tidak bertentangan dengan syariat Islam dan tidak dilarang oleh

ketentuan peundang-undangan yang berlaku. Pemberian fasilitas pembiayaan

modal kerja yang diberikan kepada debitur/ calon debitur dengan tujuan untuk

9 Malayu P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2007),

h. 42. 10 Malayu P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta: Bumi Aksara,

2007), h. 42.

Page 13: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

mengeliminasi resiko dan mengoptimalkan keuntungan.11 Dalam penelitian ini

yang dimaksud dengan penyaluran dana zakat adalah pemberian dana zakat

oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe kepada masyarakat untuk

mengembangkan usaha mikro.

3) Pengembangan usaha mikro

Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro,

melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan dan bantuan perkuatan

untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha

mikro. Usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

sebagaimana dimaksud dalam UU No.20 Tahun 2008 tentang usaha kecil dan

UU No. 21 Tahun 2008.12

4) Baitul Mal Kota Lhokseumawe

Baitul Mal Kota Lhokseumawe merupakan badan Baitul Mal yang beroperasi

di Kota Lhokseumawe untuk menghimpun dana dari anggota masyarakat

yang berupa zakat, infak, dan shadaqah dan disalurkan kembali kepada pihak

yang berhak menerimanya. Hal ini sesuai dengan Qanun Propinsi Nanggroe

11 Adiwarman A. Karim, Bank Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 234. 12Eko Jaya, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2008), h. 48.

Page 14: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Aceh Darussalam Nomor 7 Tahun 2004. Berdasarkan Qanun tersebut

pengelolaan zakat di Propinsi Aceh akan dilakukan oleh Badan Baitul Mal

Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Gampong dalam Provinsi.

F. Kajian Terdahulu

Pada bagian ini memuat uraian mengenai hasil penelitian terdahulu tentang

persoalan yang akan dikaji. Peneliti akan mengemukakan dan menunjukkan

dengan tegas bahwa, masalah yang akan dibahas belum pernah diteliti

sebelumnya. Oleh karena itu, tinjauan terhadap hasil kajian terdahulu perlu

dilakukan dalam bagian ini, sehingga dapat ditentukan posisi penelitian yang akan

dilakukan berada.13

Penelitian yang pernah peneliti jumpai yang berkaitan dengan penyaluran

dana zakat untuk pengembangan usaha mikro adalah penelitian M. Nasyah Agus

Saputra dengan judul penelitian “Optimalisasi Peran Baitul Mal pada BMT untuk

Pemberdayaan Usaha Mikro Di Jawa Timur”. Metode penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

pendayagunaan dan pemanfaatan dana ZIS yang dipungut Baitul Mal BMT,

langsung dieksekusi oleh Baitul Mal BMT masing-masing dengan prioritas

peruntukkan ashnaf fakir dan miskin yang berdomisili di lingkungan terdekat

dengan BMT. Pemberdayaan ekonomi dilakukan dengan pendampingan dan

pembinaan yang melibatkan Divisi Baitul Tamwil BMT. Pendekatan pembinaan

kelompok ashnaf fakir miskin lebih terfokus untuk menyediakan modal kerja

dengan pola qardhul hasan (pinjaman kebaikan) dan bimbingan intensif oleh

[

13 Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Revisi, (STAIN: Malikussaleh, 2012), h. 46. [

Page 15: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

petugas-petugas amil BMT. Pinjaman modal usaha tidak dikenakan bagi hasil,

tetapi fakir miskin yang mendapatkan kesempatan pemberdayaan diminta untuk

memulai melatih diri bermurah hati dengan bersedekah dan berinfaq

sesanggupnya sebagai rasa syukur atas rezeki dari Allah. Selain pemberdayaan

ekonomi yang merupakan program utama, pemberdayaan pendidikan, kesehatan

dan penguatan ruhiyyah khususnya ashnaf fakir miskin.14

Persamaan penelitian ini dengan penelitian M. Nasyah Agus Saputra

adalah sama-sama meneliti tentang pemberdayaan usaha mikro dari zakat Baitul

Mal dan menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan

perbedaannya adalah; pada penelitian terdahulu lebih difokuskan pada

optimalisasi peran Baitul Mal dan lokasi penelitian pada usaha mikro di Jawa

Timur. Sedangkan penelitian ini lebih diarahkan pada penyaluran dana zakat dan

lokasi penelitian pada usaha mikro pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe.

Penelitian Rusli tentang “Analisis Dampak Pemberian Modal Zakat

Produktif Terhadap Pengentasan Kemiskinan Dikabupatenaceh Utara”. Metode

analisis data yang dipakai adalah analisis statistik dan ekonometrik. Sumber

informasi dan data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Model yang

digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi linear dan untuk analisis

data digunakan analisis uji beda wilcoxon. Hasil penelitian mengungkapkan

bahwa pemberian modal zakat produktif dalam bentuk modal usaha berdampak

positif dan dapat menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara sebesar

14M. Nasyah Agus Saputra, “Optimalisasi Peran Baitul Maal pada BMT untuk

Pemberdayaan Usaha Mikro Di Jawa Timur”, (Jurnal Masharif al-Syariah_Vol. 1 No.

2_November 2016 ISSN: 2527 – 6344). Diakses Tanggal 23 Februari 2018.

Page 16: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

0,02%. Oleh karena itu, pemberian zakat produktif dalam bentuk modal usaha

oleh Baitul mal Kabupaten Aceh Utara dapat lanjutkan dan ditingkatkan.15

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rusli adalah sama-sama

meneliti tentang pemberian modal zakat dari Baitul Mal. Sedangkan

perbedaannya adalah; pada penelitian terdahulu lebih difokuskan pada

pengentasan kemiskinan, menggunakan data primer dan sekunder, menggunakan

metode statistik dan ekonometrik dan lokasi penelitian di Kabupaten Aceh Utara.

Sedangkan penelitian ini lebih diarahkan pada penyaluran dana zakat untuk

pengembangan usaha mikro, menggunakan data primer, teknik analisis data

kualitatif deskriptif dan lokasi penelitian pada Kota Lhokseumawe.

Ririn Wijayanti meneliti tentang “Analisis Implementasi Pemberdayaan

Usaha Mikro (Studi pada Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Malang)”. Metode penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LAZISMU mampu

dalam melakukan pemberdayaan UMKM dalam pola pembiayaan yang

menggunakan prinsip-prinsip syariah. Namun, dengan terbatasnya kuantitas SDM

lembaga menyebabkan pengawasan dan pendampingan untuk usaha mikro

menjadi kurang maksimal yang menghambat pertumbuhan dan pengembangan

UMKM itu sendiri. Namun pada akhirnya LAZISMU mampu bertransformasi

dalam sistem kontroling terhadap UMKM yang telah diberikan modal.16

15Rusli, Analisis Dampak Pemberian ..., h. 1. 16Ririn Wijayanti, “Analisis Implementasi Pemberdayaan Usaha Mikro (Studi pada

Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Malang)”. (Jurnal

Ilmiah: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, 2015). Diakses Tanggal 23 Februari

2018.

Page 17: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Ririn Wijayanti adalah sama-

sama meneliti tentang pemberdayaan usaha dan menggunakan teknik analisis data

kualitatif deskriptif. Sedangkan perbedaannya adalah; pada penelitian terdahulu

kajiannya lebih difokuskan pada implementasi pemberdayaan dan lokasi

penelitian di Kabupaten Malang. Sedangkan penelitian ini lebih diarahkan pada

penyaluran dana zakat dan lokasi penelitian pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe.

Penelitian Sintha Dwi Wulansari dengan judul “Analisis Peranan Dana

Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahiq Penerima Zaka

(Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang)”. Metode penelitian ini menggunakan

metode deskriptif untuk mengetahui sistem penghimpunan, pengelolaan dan

pemberdayaan dana zakat di Rumah Zakat Kota Semarang. Untuk menganalisis

data digunakan metode uji beda (Paired T-test). Objek dalam penelitian ini yaitu

mustahiq yang diberikan bantuan modal oleh Rumah Zakat sebanyak 30

responden. Dari hasil penelitan menunjukkan bahwa program Senyum Mandiri

merupakan program pemberian bantuan modal usaha dengan metode hibah atau

qardhul hasan. Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa adanya pengaruh

antara oemberian bantuan modal terhadap perkembangan modal, omzet dan

keuntungan usaha sebelum dan setelah menerima bantuan modal usaha.17

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sintha Dwi Wulansari adalah

sama-sama meneliti tentang pengembangan usaha mikro. Sedangkan

perbedaannya adalah; pada penelitian terdahulu kajiannya lebih difokuskan pada

17Sintha DwiWulansari, “Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap Perkembangan

Usaha Mikro Mustahiq Penerima Zaka (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang)”, (Skripsi:

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2013). Diakses Tanggal 26

Februari 2018.

Page 18: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

peranan zakat produktif, teknik pengumpulan data melalui pembagian kuesioner,

analisis data melalui pendekatan kuntitatif dan lokasi penelitian pada Rumah

Zakat Kota Semarang. Sedangkan penelitian ini lebih diarahkan pada penyaluran

dana zakat, teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi,

metode analisis data kualitatif deskriptif dan lokasi penelitian pada Baitul Mal

Kota Lhokseumawe.

Tika Widiastuti dengan judul penelitian “Model Pendayagunaan Zakat

Produktif oleh Lembaga Zakat Dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahiq”.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan

strategi studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tiga belas

mustahiq penerima bantuan dana zakat produktif dan dua staf pengelola lembaga

zakat terkait. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pendayagunaan dana zakat

produktif oleh lembaga zakat dalam hal ini PKPU disalurkan melalui tujuh

program unggulan. Salah satu program dalam rangka memberdayakan masyarakat

untuk meningkatkan ekonominya adalah program Prospek. Program Prospek ini,

di dalamnya terdapat program KSM dan KUB merupakan model pendayagunaan

zakat produktif oleh PKPU dalam meningkatkan pendapatan mustahiq yang

menurut peneliti sudah optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya

peningkatan pendapatan mustahiq, kelancaran pembayaran angsuran serta

kesanggupan dalam berinfaq/shadaqah.18

18Tika Widiastuti, “Model Pendayagunaan Zakat Produktif oleh Lembaga Zakat Dalam

Meningkatkan Pendapatan Mustahiq”, (Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Airlangga, Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2015).

Page 19: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Tika Widiastuti adalah sama-

sama meneliti tentang pendayagunaan zakat. Sedangkan perbedaannya adalah;

pada penelitian terdahulu kajiannya lebih difokuskan pada peningkatan

pendapatan mustahiq dan program prosepek serta lokasi penelitian pada PKPU

Surabaya. Sedangkan penelitian ini lebih diarahkan pada penyaluran dana zakat

dan pengembangan usaha mikro serta lokasi penelitian pada Baitul Mal Kota

Lhokseumawe.

Penelitian Hanafia Ferdiana tentang “Pengaruh Sistem Penyaluran Dana

Zakat Terhadap Pemberian Modal Usaha pada Mustahiq Zakat Center

Thoriqotul Jannah Kota Cirebon“. Penelitian ini merupakan penelitian empirik.

Teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara, teaalah dokumen

dan angket yang dibagikan kepada mustahiq binaan Zakat Center yang dijadikan

sebagai sampel untuk mengukur antara sistem penyaluran dana zakat dengan

pemberian modal usaha pada mustahiq Zakat Center. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan korelasi Spearment Rank, uji t, uji regresi dan koefesien

determinasi. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa upaya Zakat

Center dalam sistem penyaluran dana zakatnya terbagi dalam 3 bidang: yaitu

bidang ekonomi, bidang pendidikan dan bidang kesehatan. Sedangkan pemberian

modal usahanya dilakukan dengan mensurvey langsung ke rumahnya, baru

kemudian Zakat Center akan menentukan apakah layak atau tidak menerima

bantuan tersebut setelah pengajuan bantuan sudah diterima. Dalam bidang

ekonomi sistem penyaluran dana zakat adalah untuk pemberian modal usaha pada

mustahiq ini memiliki kecenderungan kearah yang lebih baik dan mempunyai

Page 20: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

hubungan yang kuat. Karena dari 36 % mustahiq mengatakan kehidupannya lebih

meningkat berkat bantuan modal usaha yang di berikan oleh Zakat Center. Hal ini

merupakan keberhasilan bagi Zakat Center Thoriqotul Jannah Kota Cirebon dalam

sistem penyaluran dana zakat dalam pemberian modal usaha pada mustahiq yang

lebih mensejahterakan.19

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Hanafia Ferdiana adalah sama-

sama meneliti tentang penyaluran dana zakat. Sedangkan perbedaannya adalah;

pada penelitian terdahulu kajiannya lebih difokuskan pada pemberian modal

kepada mustahiq, menggunakan pendekatan kuantitatif, alat pengumpulan data

berupa kuesioner dan lokasi penelitian pada Lembaga Zakat Thoriqotul Jannah

Kota Cirebon. Sedangkan penelitian ini lebih diarahkan pada penyaluran dana

zakat dan pengembangan usaha mikro, menggunakan pendekatan kualitatif, alat

pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi serta lokasi penelitian

pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe.

Zulkarnaini dengan judul penelitian “Pengaruh Pendayagunaan Zakat

Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq (Studi Kasus di Kecamatan Muara

Dua Kota Lhokseumawe)”. Metode penelitian menggunakan pendekatan

kualitatif. Teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan tela’ah

dokumen. Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan pendayagunaan zakat

produktif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan mustahiq

di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. Pendayagunaan zakat produktif

19Hanafia Ferdiana, “Pengaruh Sistem Penyaluran Dana Zakat Terhadap Pemberian Modal

Usaha Pada Mustahiq Zakat Center Thoriqotul Jannah Kota Cirebon”. (Skripsi: Fakultas Syariah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, 2011). Diakses Tanggal 24 Februari

2018.

Page 21: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

yang disalurkan kepada mustahiq di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe

adalah berbentuk dana yang dibelikan suatu barang kepada masyarakat yang

mempunyai usaha.20

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Zulkarnaini adalah sama-sama

meneliti tentang pemberdayaan mustahiq. Sedangkan perbedaannya adalah; pada

penelitian terdahulu kajiannya lebih umum yaitu pada pemberdayaan mustahiq,

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, alat pengumpulan data melalui

pembagian kuesioner dan lokasi penelitian di Kecamatan Muara Dua Kota

Lhokseumawe. Sedangkan penelitian ini lebih diarahkan pada penyaluran dana

zakat dan lebih dikhususkan pada pengembangan usaha mikro, menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif, alat pengumpulan data melalui wawancara dan

dokumentasi serta lokasi penelitian pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe.

Berdasarkan telaah penelitian-penelitian sebelumnya dapat ditegaskan

bahwa penelitian mengenai “Efektivitas Penyaluran Dana Zakat untuk

Pengembangan Usaha Mikro pada Masyarakat Kota Lhokseumawe (Studi Kasus

pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe)” belum pernah diteliti, khususnya oleh

mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe.

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Teori Efektivitas

20Zulkarnaini, “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan

Mustahiq (Studi Kasus di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe)”. (Skripsi: STAIN

Malikussaleh, Jurusan Ekonomi Islam, 2009).

Page 22: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Efektifitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif

dan operasional. Pada dasarnya efektifitas adalah tingkat pencapaian tugas sasaran

organisasi yang di tetapkan. Efektifitas adalah seberapa baik pekerjaan yang di

lakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang

diharapkan dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga dan yang

lainnya.

Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam

jumlah tertentu yang secara sadar di tetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukkan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya.21

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar

ontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif

organisasi, program atau kegiatan. Efektivitas berfokus pada outcome (hasil),

program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat

memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely.22

Apabila seseorang berbicara tentang efektifitas sebagai orientasi kerja

berarti yang menjadi sorotan perhatian adalah tercapainya berbagai sasaran yang

telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber

tertentu yang sudah digunakan harus ditentukan sebelumnya dan dengan

memanfaatkan sumber-sumber itulah maka hasil-hasil tertentu harus dicapai

dalam waktu yang telah di tetapkan pula.

21 Malayu Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,

2007), h.24 22 Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 92

Page 23: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Sementara itu, Audit Commision dalam Mahsun menyatakan bahwa

efektivitas adalah menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan

pihak yang berwewenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.

Mahsun menjelaskan bahwa efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara

keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini

pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan.

Kebijakan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai

tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).23

Selanjutnya Andrian mengatakan bahwa efektivitas adalah pencapaian

tujuan atau hasil yang dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga,

waktu dan alat-alat yang dikeluarkan. Efektivitas adalah merupakan tercapainya

sasaran atau tujuan-tujuan dari suatu instansi yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam efektivitas terkandung makna berdaya tepat atau berhasil guna untuk

menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secara sempurna

secara tepat dan target telah tercapai. Selain itu terkandung makna efisiensi, yaitu

berdaya guna untuk menunjukkan bila tindakan atau usaha sudah efektif dan

ekonomis, baru dikatakan efisien.24 Sedangkan menurut Malayu menjelaskan

bahwa efektivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dan berhasil mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dalam pekerjaan tersebut, dengan memberdayakan

seluruh potensi sumberdaya manusia maupun sumberdaya dana yang ada.25

23 Mahsun, Azas-Azas Manajemen: Konsep dan Aplikasinya, (Bandung: Dinamika, 2006),

h. 182. 24 Andrian, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2004), h. 32. 25 Malayu P. Hasibuan, Manajemen Sumber ... h. 42.

Page 24: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Menurut Hasibuan efektivitas merupakan suatu keadaan keberhasilan kerja

yang sempurna sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan yaitu:26

a. Kuantitas Kerja; Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan

dibawah kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan

keadaan yang didapat atau dialaminya selama bekerja. Setiap perusahaan selalu

berusaha supaya efektifitas kerja dari karyawannya dapat ditingkatkan. Oleh

Karena itu, setiap karyawannya harus memiliki moral kerja yang tinggi.

b. Kualitas Kerja; Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh

karyawan berupa hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan

hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan didalam mengerjakan

pekerjaan.

c. Pemanfaatan Waktu; Setiap karyawan harus dapat menggunakan waktu

seefisien mungkin, terutama dengan cara datang tepat waktu ke kantor dan

berusaha untuk menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dengan memanfaatkan

waktu selama penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan

perusahaan.

d. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; Diperlukan guna mewujudkan

hasil yang diharapkan oleh setiap perusahaan. Setiap karyawan sudah

sepatutnya diarahkan untuk lebih meningkatkan efektivitas kerja mereka

melalui berbagai tahapan usaha secara maksimal sehingga pemanfaatan sumber

daya manusia akan lebih berpotensi.

Adapun untuk mengukur efektivitas, digunakan indikator sebagai berikut:

26 Ibid., h. 105.

Page 25: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

1. Peningkatan pendapatan

a. Mampu meningkatkan pendapatan

b. Menjadikan program ini sebagai pekerjaan tetap sehingga mampu

meningkatkan pendapatnnya.

c. Mampu berinovasi sehingga pendapatan terus meningkat.

2. Peningkatkan kesejahteraan dan peningkatan aset produktif

a. Terbentuknya motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

b. Mampu meningkatkan aset produktif.

c. Mampu meningkatkan kesejahteraan

3. Terbangunnya kemandirian

a. Memiliki usaha di luar usaha inti.

b. Mencatat hasil penjualan.

c. Mampu menjual langsung.

4. Peningkatan etos kerja dan spiritual

a. Mampu untuk terus meningkatkan kinerja

b. Mampu berkerja secara profesional.

c. Mampu meningkatkan tingkat spiritual mereka.

d. Mampu menciptakan budaya kerja yang Islami (jujur, amanah, dan

professional). 27

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa efektivitas

merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan

gambaran mengenai keberhasilan dalam mencapai sasarannya atau dapat

27 Ibid., h. 107.

Page 26: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

dikatakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah

dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. Zakat

1. Pengertian Zakat

Zakat merupakan sarana pendidikan bagi jiwa manusia agar dapat merasa

bersyukur kepada Allah dan melatih manusia agar dapat merasakan apa yang

dirasakan oleh orang-orang fakir miskin. Zakat juga merupakan sarana

penanaman sikap jujur, terpercaya, berkorban, ikhlas, mencintai sesama dan

persaudaraan pada diri manusia. Jadi prinsip zakat meliputi dasar-dasar yang

sangat luas. Zakat adalah kewajiban untuk melaksanakan tugas ekonomi, sosial

dan tanggung jawab moral masyarakat.

Zakat dalam istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan

Allah SWT diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Ditinjau dari segi

bahasa, menurut lisan orang arab, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari

zakat yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji, yang semua arti ini

digunakan di dalam menerjemahkan Al-Qur’an dan hadits.28

Menurut Hafifuddin, secara terminologi zakat adalah pemilikan harta

yang dikhususkan kepada penerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Sementara

menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta

tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk

dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan

28 Muhammad Ridwan dan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan

Ekonomi Umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 33. [

Page 27: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

tertentu pula.29 Zakat adalah kadar yang telah ditetapkan dan dikenakan atas harta-

harta yang dikeluarkan zakatnya pada setiap tahun apabila jumlah harta yang

dimiliki itu sampai nisabnya.30

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian

menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan

zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan

beres (baik). Banyak sekali perintah Allah untuk membayarkan zakat dan hampir

keseluruhan perintah berzakat itu dirangkaikan dengan perintah mendirikan shalat

seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 43 berikut:

Artinya: Dan dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat dan ruku’lah kamu beserta

orang-orang yang ruku’.31

Menurut Monzer Kahf yang dikutip Didin Hafidhhuddin menyatakan

bahwa zakat dan sistem pewarisan Islam cenderung kepada distrbusi harta egaliter

dan bahwa sebagai manfaat dari zakat, harta akan selalu beredar. Zakat akan

mencegah beredarnya harta di beberapa orang kaya dan akan terjadi

pendistribusian harta secara adil. Zakat juga merupakan institusi yang

komperehensif untuk distribusi harta karena hal ini menyangkut harta setiap

muslim secara praktis, saat hartanya telah sampai nishab.32

Berdasarkan pengertian di atas, zakat adalah kadar yang telah ditetapkan

dan dikenakan atas harta-harta yang dikeluarkan zakatnya pada setiap tahun

29 Didin Hafidhhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002),

h. 7 [[[[[[[ 30 Nukthoh Arfawie Kurde, Memungut Zakat dan Infaq Profesi oleh Pemerintah Daerah,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h 18. 31 Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2010), h.18.

32 Didin Hafidhhuddin, Zakat Dalam .... h. 9.

Page 28: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

apabila jumlah harta yang dimiliki itu sampai nisabnya. Zakat yang dikelola

dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus

pemerataan pendapatan.

2. Dasar Hukum zakat

Teori hukum Islam menunjukan bahwa dalam menghadapi masalah-

masalah yang tidak jelas rinciannya dalam Al-quran atau petunjuk yang

ditinggalkan Nabi SAW, penyelesaiannya adalah dengan metode ijtihad. Ijtihad

atau pemakaian akal dengan tetap berpedoman pada Al-quran dan Al-hadits.

1. Al-quran

Hukum zakat adalah wajib ‘aini dalam arti kewajiban yang ditetapkan

untuk diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan kepada orang lain, walaupun

dalam pelaksanaannya dapat diwakilkan kepada orang lain. Di antara dalil yang

menjadi dasar hukum bagi pendistribusian zakat adalah Firman Allah SWT. dalam

QS. At-Taubah ayat 60 sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-

orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk

hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,

untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,

sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 33

Ayat berikutnya adalah dalam QS. Ar-Rum ayat 38.

Artinya: Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian

(pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan

Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah,

dan mereka itulah orang-orang beruntung. 34

33 Ibid..., h. 196.

34 Ibid..., h. 408.

Page 29: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

2. Hadits

Adapun dalil dari As-Sunnah atau Hadits adalah sabda Nabi Shalallahu

Alaihi Wassalam dalam sebuah haditsnya :

فذكر الله إل ليمن يضر عن ابن عباس رضي الله عن هما: أن النب صلى الله عليه وسلم ب عث معاذا . مت فق ائهم، فتد ف قرائهمث وفيه: "إن الله قد افتض عليهم صدقة ف أموالم تؤخذ من أغني الدي

.عليه، واللفظ للبخاري

Artinya: Dari Ibnu Abbas ra. Bahwasanya Nabi saw. pernah mengutus Muadz ke

Yaman , Ibnu Abbas menyebutkan hadits itu, dan dalam hadits itu

beliau bersabda : Sesungguhnya Allah telah memfardhukan atas

mereka sedekah (zakat) harta mereka yang di ambil dari orang-orang

kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang fakir di

antara mereka. (HR Bukhari dan Muslim, dengan lafadz Bukhari).35

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat, dalam Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa: Zakat adalah harta

yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Pasal 4 ayat (1)

Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.

Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal Dalam Pasal 1

ayat (14) disebutkan bahwa zakat adalah bagian dari harta yang wajib disisihkan

oleh sorang muslim atau badan (koorporasi) sesuai dengan ketentuan Syariat

Islam untuk disalurkan kepada yang berhak menerimanya dibawah pengelolaan

Baitul Mal. Ayat (15) Zakat Fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok atau

uang senilai harganya yang dikeluarkan oleh setiap orang Islam untuk diri dan

tanggungannya pada akhir Ramadhan sesuai dengan ketentuan syari’at. Ayat (16)

35 Abu Bakar M., Terjemahan Subul As-Salam II, (Surabaya: Al-Ikhlash , 1991), h. 479.

Page 30: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Zakat Maal adalah zakat yang dikenakan atas harta yang disisihkan oleh seorang

muslim atau badan yang dimilki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan

syari’at. Ayat (17) Muzakki adalah orang atau badan yang berkewajiban

menunaikan zakat. Ayat (18) Mustahik adalah orang atau badan yang berhak

menerima zakat.

Berdasarkan landasan hukum di atas dapat disimpulkan bahwa zakat

roduktif boleh bahkan sangat dianjurkan bila dikaitkan dengan situasi dan kondisi

negara indonesia saat ini. Agar dari zakat produktif tersebut, masyarakat bisa

berorientasi dan berbudaya produktif, sehingga dapat memproduksi sesuatu yang

dapat menjamin kebutuhan hidup mereka. Pada saat ini modal dalam bentuk uang

tidak hanya dikonsentrasikan kepada pengelolaan tanah dan perdagangan saja,

akan tetapi juga sudah diarahkan kepada pendirian bangunan-bangunan untuk

disewakan atau diinvestasikan.

3. Tujuan dan Hikmah Zakat

Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua

Hijrah Nabi SAW, kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa Ramadhan.

Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena masyarakat Islam sudah mulai

terbentuk dan kewajiban ini dimaksudkan untuk membina masyarakat muslim

yakni sebagai bukti solidaritas sosial. Adapun ketika umat Islam masih berada di

Makkah, Allah SWT sudah menegaskan dalam Al-Quran tentang pembelanjaan

harta yang belum dinamakan zakat, tetapi berupa infaq bagi mereka yang

mempunyai kelebihan harta agar membantu bagi yang kekurangan.36

36 Muhammad dan Ridwan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan, ...., h. 82

Page 31: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan

manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang

berzakat (muzakki), penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya,

maupun bagi masyarakat keseluruhan. Hikmah tersebut sebagai berikut:37

a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,

menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,

menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan

hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.

b. Zakat adalah hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu

dan membina mereka, terutama fakir miskin, kearah kehidupan yang lebih

baik dan lebih sejahtera, teruatama dengan konsep zakat produktif sehingga

menjadikan mereka menjadi manusia yang produktif.

c. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang

berkecupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunaka

untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak

memiliki waktu dan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah

diri dan keluarganya.

d. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana

yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan,

sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana pembangunan kualitas sumberdaya

manusia muslim. Orang yang menuntut ilmu berhak menerima zakat atas

nama golongan fakir dan miskin maupun fisabilillah.

37 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam ...., h. 20.

Page 32: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

e. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah

membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak

orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai

dengan ketentuan dari Allah swt.

f. Zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan. Dengan zakat

yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi

sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity.

g. Sebagai dorongan Islam kepada muslim untuk berzakat, bersedekah

menunjukkan bahwa agama Islam mendorong umatnya untuk bekerja secara

maksimal, sehingga mampu menyisihkan hartanya untuk orang lain. Zakat

yang dikelola dengan baik, akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha

yang luas, sekaligus penguasaan asset-asset oleh umat Islam. Dengan

demikian, zakat menurut Yusuf al-Qardhawi adalah ibadah maaliyah al-

ijtima’iyyah, yaitu ibadah di bidang harta yang memiliki fungsi strategis,

penting dan menentukan dalam membangun kesejahteraan masyarakat.

Disyaratkan bahwa yang berhak memberikat zakat yang bersifat produktif

adalah yang mampu melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para

mustahiq agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan baik. Di samping

melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para mustahik dalam kegiatan

usahanya, juga harus memberikan pembinaan ruhani dan intelektual

keagamaannya agar semakin meningkat kualitas keimanan dan keislamanannya.

C. Zakat Produktif

1. Pengertian Zakat Produktif

Page 33: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Zakat produktif didefinisikan sebagai zakat dalam bentuk harta atau dana

zakat yang diberikan kepada para mustahiq yang tidak dihabiskan secara langsung

untuk konsumsi keperluan tertentu, akan tetapi dikembangkan dan digunakan

untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat

memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.38 Zakat produktif adalah

pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu

secara terus menerus dengan harta zakat yang diterimanya.

Pengertian harta zakat secara produktif artinya harta zakat yang

dikumpulkan dari muzakki tidak habis dibagikan sesaat begitu saja untuk

memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif, melainkan harta zakat itu sebagian

ada yang diarahkan pendayagunaanya kepada yang bersifat produktif. Dalam arti

harta zakat itu didayagunakan (dikelola), dikembangkan sedemikian rupa

sehingga bisa mendatangkan manfaat yang akan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan orang yang tidak mampu (fakir miskin) tersebut dalam jangka panjang.

Dengan harapan secara bertahap, pada suatu saat nanti ia tidak lagi masuk kepada

kelompok mustahiq zakat, melainkan kelamaan menjadi muzakki. 39

Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq sebagai modal

untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yaitu untuk menumbuhkembangkan

tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahiq.40 Harta zakat itu

didayagunakan (dikelola), dikembangkan sedemikian rupa sehingga bisa

mendatangkan manfaat yang akan digunakan dalam memenuhebutuhan orang

38 Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008), h. 63. 39 Didin Hafidhhuddin, Zakat Dalam ...., h. 7 [[[[[[[ 40 Abduracchman Qadir, Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2001), h. 165.

Page 34: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

yang tidak mampu tersebut dalam jangka panjang, dengan harapan secara

bertahap, pada suatu saat tidak lagi masuk kepada kelompok mustahiq zakat.

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian

menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan

zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan

beres (baik). Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surah At-Taubah ayat 103 :

Artinya“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Zakat produktif merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan.

Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun

pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity.

Monzer Kahf menyatakan zakat dan sistem pewarisan Islam cenderung kepada

distrbusi harta egaliter dan bahwa sebagai manfaat dari zakat, harta akan selalu

beredar. Zakat akan mencegah beredarnya harta di beberapa orang kaya (the

have), dan akan terjadi pendistribusian harta secara adil. Zakat juga merupakan

institusi yang komperehensif untuk distribusi harta karena hal ini menyangkut

harta setiap muslim secara praktis, saat hartanya telah sampai nishab.41

Kelebihan dari zakat produktif akan berdampak positif secara nyata dalam

menciptakan kesenjangan hidup masyarakat yang sejahtera yang mampu hidup

lebih baik lagi dan bahkan akan lebih mandiri, sehingga ia tidak butuh lagi

menerima zakat. Karena telah mampu bangun dari kemiskinan menuju kaya dan

sejahtera. Zakat produksi ini sangat urgen dalam membangun masyarakat

41 Didin Hafidhhuddin, Zakat Dalam .... h. 9 [[[[[[[

Page 35: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

produktif dan inovatif dalam membangun bersama perekonomian bangsa

sejahtera. 42

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diisyaratkan bahwa yang

memberikan zakat yang bersifat produktif adalah yang mampu melakukan

pembinaan dan pendampingan kepada para mustahik zakat dalam kegiatan

usahanya. Juga harus memberikan pembinaan rohani dan intelektual

keagamaannya agar semakin meningkat kualitas keimanan dan keislamannya.

Zakat produktif merupakan pemberian zakat yang dapat membuat para

penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang

telah diterimanya.

2. Dasar Hukum Zakat Produktif

Dalam Al-Qur’an, Hadits dan Ijma’ tidak menyebutkan secara tegas

dan rinci mengenai dalil zakat produktif, akan tetapi ada celah dimana zakat dapat

di kembangkan.

a. Di antara dalil yang menjadi dasar hukum bagi pendistribusian zakat adalah

Firman Allah SWT. dalam QS. At-Taubah ayat 60 sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 43

b. Hadits

42 Abduracchman Qadir Zakat .... h. 166.

43 Ibid..., h. 196.

Page 36: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Adapun dalil dari As-Sunnah atau Hadits adalah sabda Nabi Shalallahu

Alaihi Wassalam dalam sebuah haditsnya :

فذكر الديث ل ليمن عن ابن عباس رضي الله عن هما: أن النب صلى الله عليه وسلم ب عث معاذا إ من أغني افتض عليهم صدقة ف أموالم تؤخذ قد وفيه: "إن الله ف قرائهم فتد عليه، ائهم، مت فق .

.واللفظ للبخاري

Artinya: Dari Ibnu Abbas ra. Bahwasanya Nabi saw. pernah mengutus Muadz

ke Yaman , Ibnu Abbas menyebutkan hadits itu, dan dalam hadits itu

beliau bersabda : Sesungguhnya Allah telah memfardhukan atas

mereka sedekah (zakat) harta mereka yang di ambil dari orang-orang

kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang fakir di

antara mereka. (HR Bukhari dan Muslim, dengan lafadz Bukhari).44

c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat, dalam Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa: Zakat adalah

harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk

diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Pasal

4 ayat (1) Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.

d. Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal Dalam Pasal 1 ayat

(14) disebutkan bahwa zakat adalah bagian dari harta yang wajib disisihkan

oleh sorang muslim atau badan (koorporasi) sesuai dengan ketentuan Syariat

Islam untuk disalurkan kepada yang berhak menerimanya dibawah pengelolaan

Baitul Mal.

3. Akad Dalam Zakat Produktif

Penyaluran zakat produktif ini berbentuk bantuan modal (berupa uang

tunai atau barang) untuk berdagang, pengadaan hewan ternak dan bantuan

44 Abu Bakar M., Terjemahan Subul As-Salam II, (Surabaya: Al-Ikhlash , 1991), h. 479.

Page 37: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

peralatan untuk mencari nafkah hidup. Pendistribusian zakat secara produktif

merupakan salah satu bentuk usaha pengurangan jumlah kemiskinan melalui

program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pendistribusian zakat produktif ini

diberikan kepada aktivitas yang dapat menghasilkan manfaat dalam jangka

panjang dan melepaskan ketergantungan ekonomi masyarakat miskin dari bantuan

pihak lain. Disamping itu Baitul Mal juga mempunyai sasaran untuk merubah

penerima zakat (mustahik) menjadi pemberi zakat (muzakki).

Pada umumnya, akad yang digunakan dalam pendistribusian zakat

produktif adalah akad qardhul hasan. Qardhul hasan adalah kebijakan

pembiayaan yang diberikan kepada mustahiq tanpa pungutan bagi hasil. Dalam

hal ini mustahiq hanya dibebani tanggung jawab mengembalikan pembiayaan

sejumlah yang diterimanya tanpa tambahan apapun, dan membayar biaya

administrasi.45

Namun di samping itu, dalam zakat produktif juga adanya akad berupa

hibah yang artinya pemberian secara cuma-cuma kepada mustahiq. Menurut

hukum syara‟ hibah berarti akad yang pokok persoalannya pemberian harta milik

seseorang kepada orang lain di waktu dia hidup, tanpa adanya imbalan. Dengan

diarahkan pemberian secara cuma-cuma kepada mustahiq bertujuan untuk

membantu masyarakat dalam menbangun lumbung-lumbung perekonomian guna

menompang kebutuhan hidup sehari-hari. dan juga pengalokasian zakat produktif

dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup.46

D. Penyaluran dan Pendistribusian Zakat Secara Efektif

45 Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif ..., h. 68. 46 Departemen Agama RI, Panduan Pengembangan Usaha Bagi Mustahiq, ( Jendral

Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2009), h. 43.

Page 38: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Penyaluran zakat terkadang hanya bersirkulasi pada suatu tempat tertentu,

ketika zakat tidak dikelola secara kelembagaan dan diberikan langsung oleh si

pemberi zakat (muzakki) kepada mustahik (penerima zakat). Hal ini salah satu

faktor penyebab adalah kurang adanya lembaga zakat yang profesional, yang

menyampaikan dana zakat tersebut kepada umat yang membutuhkan juga

berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pasal 25 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat disebutkan bahwa zakat wajib didistribusikan kepada

mustahik sesuai syariat Islam.

Adapun cara penyaluran zakat menurut Mursyidi adalah sebagai berikut:

a. Hasil zakat disalurkan kepada 8 ashnaf sebagaimana telah dijelaskan dalam

surat At Taubah 60 dengan skala prioritas fakir, miskin, amil zakat, muallaf,

riqab, gharimin, sabilillah, Ibnu Sabil.

b. Hasil zakat bisa dimanfaatkan untuk keperlaun konsumtif seperti menyantuni

janda, orang jompo, orang yang cacat, fisik atau mental dan sebagainya sercara

teratur, misal perbulan atau sampai ia mampu mencukupi keperluan hidupnya

sendiri.

c. Hasil zakat bisa digunakan untuk keperluan yang bersifat produktif seperti

bantuan usaha modal kepada fakir yang mempunyai keahlian tertentu dan mau

berusaha keras agar bisa terlepas dari kemiskinan dan ketergantungan kepada

orang lain.

d. Hasil zakat juga bisa digunakan untuk mendirikan pabrik dan proyek yang

profitable dan hasilnya untuk pos-pos mustahiqin yang membutuhkan. Pabrik-

Page 39: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

pabrik yang dibiayai dengan harta zakat harus memberi prioritas penerimaan

tenaga kerjanya dari orang miskin yang telah diseleksi dan telah diberi

pendidikan keterampilan yang sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia.47

Agar dana zakat yang disalurkan itu berdaya guna dan berhasil guna maka

pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan konsumtif atau produktif.

Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut kemudian dibagi

dua, yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif, sedangkan yang berbentuk

produktif dibagi menjadi produktif konvensional dan produktif kreatif.48

Dana zakat yang terkumpul didistribusikan secara konsumtif dan distribusi

secara produktif dalam empat bentuk, yaitu:

a. Konsumtif tradisional adalah zakat yang diberikan kepada mustahiq secara

langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari seperti beras. Pola ini

merupakan program jangka pendek mengatasi masalah umat.

b. Konsumtif kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang

konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam menghadapi

permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya semisal beasiswa.

c. Produktif konvensional adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-

barang yang bisa berkembang biak atau alat utama kerja seperti sapi, kambing

dan mesin jahit.

47 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung:Remaja Rosda Karya:2006), h. 248. 48 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-Malang Press,

2008), h. 314.

Page 40: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

d. Produktif kreatif adalah zakat yang diberikan dalam modal kerja sehingga

penerima dapat mengembangkan usahanya setahap lebih maju.49

Pendistribusian dana zakat memiliki fungsi mengecilkan jurang perbedaan

antara kaya dan miskin karena bagian harta kekayaan si kaya membantu dan

menumbuhkan kehiduan ekonomi yang miskin, sehingga keadaan ekonomi si

miskin dapat diperbaiki. Salah satu syarat keberhasilan zakat adalah dengan

pendistribusian zakat secara professional yang didasarkan kepada landasan yang

sehat,sehinga zakat tidak salah sasaran.

Hukum menginvestasikan dana zakat itu diperbolehkan dengan beberapa

syarat, yakni investasi dana zakat yang disalurkan pada usaha yang dihalalkan

syariat dan peraturan yang berlaku, usaha itu diyakini memberi keuntungan

berdasarkan studi kelayakan, pembinaan dan pengawasan oleh pihak berkompeten

termasuk lembaga yang mengelola dana investasi itu. Juga tidak terdapat fakir

miskin yang kelaparan dan memerlukan biaya serta tidak bisa ditunda saat zakat

diinvestasikan.50

Dalam pendayagunaan dana zakat untuk aktivitas yang sifatnya produktif

memiliki beberapa prosedur. Aturan tersebut terdapat dalam Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Bab III pasal 27 antara lain:

a. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan

fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

49Sjechul Hadi Pernomo, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional,

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), h. 41. 50 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975

(Jakarta:Erlangga, 2011), h. 163.

Page 41: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

b. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.

c. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.51

Pendayagunaan zakat harus berdampak positif bagi mustahik, baik secara

ekonomi maupun sosial. Dari sisi ekonomi, mustahik dituntut benar-benar dapat

mandiri dan hidup secara layak sedangkan dari sisi sosial, mustahik dituntut dapat

hidup sejajar dengan masyarakat lain. Hal ini berarti, zakat tidak hanya bersifat

charity tetapi lebih untuk kepentingan yang produktif dan bersifat edukatif.52

E. Usaha Mikro

1. Pengertian Usaha Mikro

Pengertian usaha menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah

kegiatan dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai sesuatu

maksud; pekerjaan untuk mencapai sesuatu maksud; kerajinan belajar; pekerjaan

(untuk menghasilkan sesuatu).53 Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut

Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003,

yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia

51 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat (Yogyakarta: Pustaka Mahardika, 2014), h. 14. 52 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII-

Press, 2004), h. 216. 53 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet.

XIII, h. 1136.

Page 42: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

(WNI) dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus

juta rupiah) per tahun.54

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan atau badan usaha

perorangan yang memenuhi criteria. Memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 55 Menurut Undang-undang Nomor 20

Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.56

Usaha mikro merupakan usaha yang bersifat menghasilkan pendapatan dan

dilakukan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Sedangkan pengusaha mikro

adalah orang yang berusaha di bidang usaha mikro. Menurut Mulyadi

Nitisusastro ciri-ciri usaha mikro adalah sebagai berikut:

a. Modal disediakan sendiri.

b. Manajemen berdiri sendiri.

c. Jenis barang usahanya tidak tetap,dapat berganti pada periode tertentu.

d. Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah sewaktu-waktu.

e. Belum melaksanakan administrasi keuangan yang sederhana dan tidak

memisahkan antara keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya

manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa enterpreuner yang memadai.

f. Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah.

g. Pada umumnya belum akses ke perbankan, namun sebagian dari mereka sudah

akses ke lembaga keuangan non bank.

54 Euis Amalia, Keadilan Distribusi dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2009), h. 42.

55Totok Budisantoso, Nuritomo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Ketiga, (Jakarta:

Salemba Empat, 2014), h. 154. 56 Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 268.

Page 43: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

h. Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

i. Daerah pemasarannya lokal.

j. Aset perusahaannya kecil.

k. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar d an lain-lain.

l. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit

(konveksi).

m. Jumlah karyawan yang dipekerjakan terbatas.57

Usaha Mikro yaitu suatu usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau

dekat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber daya lokal,

menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri. Usaha Mikro

adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha mikro memiliki peran penting dalam

pengembangan usaha di Indonesia. Adapun peran dan fungsi usaha mikro yaitu:

a. Penyerapan tenaga kerja

Usaha mikro memiliki peran dalam menyerap tenaga kerja atau sekelompok

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan suatu barang dan

jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

b. Pemerataan pendapatan

Jumlah usaha mikro di Indonesia sangat besar kuantitasnya. Mereka tersebar

dalam berbagai jenis usaha dan wilayah operasi.Kondisi tersebut

mengakibatkan banyak masyarakat yang dapat ikut akses ke dalamnya

sehingga menghindari terjadinya pengangguran atau memperoleh pendapatan.

c. Nilai Tambah bagi produk daerah

Setiap daerah tentu memiliki keunggulannya masing-masing, baik dilihat dari

letak geografis maupun potensi sumber daya alamnya. Apabila potensi sumber

57 Ibid..., h. 274.

Page 44: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

daya alam di suatu daerah dikelola oleh pengusaha mikro, maka kondisi ini

akan memberikan nilai tambah, baik bagi produk itu sendiri maupun bagi nilai

tambah produk unggulan yang ada di daerah tersebut.

d. Peningkatan taraf hidup

Dengan adanya lapangan pekerjaan di berbagai sektor, termasuk usaha mikro,

diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, baik tenaga kerja yang masih

menganggur maupun semi menganggur sehingga mereka dapat menambah

penghasilan guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarga.58

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah dalam Pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro bertujuan

menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun

perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Usaha

mikro berperan dalam pembangunan perekonomian nasional melalui kontribusi

terhadap PDB, penciptaan lapangan pekerjaan, dan penyerapan tenaga kerja baik

tenaga kerja yang masih menganggur maupun semi menganggur.

2. Pengembangan Usaha Mikro

Kelompok usaha mikro diperlukan, karena usaha sendiri tidaklah mudah

dan memiliki keterbatasan pengetahuan/pendidikan, sumber bahan baku terbatas,

modal kecil, teknologi produksi sederhana, serta tidak memiliki akses kepada

sumber modal, apalagi persaingan antar usaha cukup kuat. Menurut Mulyadi

Nitisusastro peningkatan usaha mikro dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu

sebagai berikut:

58 Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro ..., h. 35.

Page 45: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

a. Faktor internal:

1) Sumber Daya Manusia

Sumber daya yang paling penting bagi suatu organisasi adalah orang yang

memberikan kerja, bakat, kreativitas, dan semangat kerjanya untuk tujuan

organisasi, dan itulah yang dinamakan dengan manusia. Sumber daya

manusia yang pertama adalah diri yang bersangkutan sendiri, atau seseorang

yang telah berniat dan bertekad memasuki dunia wirausaha. Sebagai

seseorang yang telah berniat dan bertekad memasuki dunia wirausaha, sudah

barang tentu yang bersangkutan harus benar-benar siap menghadapi semua

permasalahan yang lazimnya terjadi di lingkungan usaha. Agar usaha mikro

yang dijalankan bisa meningkat, maka sumber daya manusia, memang harus

diberikan pelatihan-pelatihan, pembianaan, pendmapingan khusus,

pengawasan dan motivasi. 59

2) Sumber Daya Finansial (Keuangan)

Keluhan yang paling sering didengar dari pelaku usaha adalah kurangnya

modal usaha. Dari seringnya terdengar keluhan ini sekilas terkesan bahwa

yang dimaksud oleh sebagian besar pelaku usaha, khususnya pelaku usaha

mikro dengan modal adalah sejumlah uang yang segera dapat digunakan

untuk melengkapi berbagai kebutuhan usaha.. Kekurangan modal yang

terjadi akan sangat membatasi ruang gerak aktivitas usaha yang ditujukan

untuk peningkatan pendapatan. Dengan pemilikan dana yang terbatas

sementara sumber dana dari luar yang bisa membantu mengatasi

59 Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan ..., h. 276.

Page 46: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

kekurangan modal ini sulit diperoleh, telah membuat semakin sulitnya

usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat itu dengan cepat.

3) Aspek Teknis Produksi

Proses produksi merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan

dalam rangka mewujudkan produk, barang atau jasa yang akan ditawarkan

dan dijual kepada pembeli. Proses produksi melibatkan berbagai sumber

daya seperti tenaga kerja, dana, bahan dan peralatan, metoda, informasi dan

waktu guna menghasilkan produk barang, produk jasa dan gabungan produk

barang jasa. 60

4) Aspek Pemasaran

Filosofi bisnis sejatinya sangat sederhana, yakni memindahkan produk dari

produsen ke konsumen. Untuk mencapai tujuan itu produsen harus

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya guna mengetahui produk

apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Informasi yang didapatkan akan

menjadi sumber utama dalam memasarkan suatu produk, di mana bauran

pemasaran merupakan instrumen pemasaran dalam menetapkan segmentasi,

target dan posisi pada target pembeli diarena pasar tertentu. 61

b. Faktor Eksternal eksternal terdiri dari kebijakan pemerintah, aspek sosial

budaya dan ekonomi, serta peranan lembaga terkait seperti:

1) Kebijakan pemerintah

Pemerintah diharapkan agar bisa memberikan kebijakan atas akses

permodalan dan pembiayaan. Kegiatan pembinaan melalui dinas terkait,

60 Ibid...s, h. 277. 61 Ibid..., h. 278.

Page 47: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

peraturan dan regulasi yang pro bisnis penyiapan lokasi usaha dan

penyediaan informasi terkait dunia bisnis.

2) Aspek sosial budaya dan ekonomi

Aspek yang harus diperhatikan dalam aspek sosial dan budaya ini adalah

tingkat pendapatan masyarakat.

3) Aspek peranan lembaga pihak ketiga

Aspek peranan lembaga pihak ke tiga ini adalah pemerintah, perguruan

tinggi, swasta dan lembaga sawdaya masyarakat. Aspek ini berkaitan

dengan bantuan permodalan dari lembaga terkait, bimbingan

teknis/pelatihan, monitoring dan evaluasi.62

62 Ibid..., h. 278.

Page 48: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam studi ini yaitu pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe Jln. T.

Hamzah Bendahara Komplek Islamic Center, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena Baitul Mal Kota Lhokseumawe salah

satu lembaga penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran zakat kepada masyarakat di

Kota Lhokseumawe.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian lapangan (field

research) dengan mengolah data primer berupa hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti guna

memperoleh gambaran tentang efektivitas penyaluran dana zakat untuk

pengembangan usaha mikro masyarakat pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif karena jenis penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran

yang mendalam tentang apa yang tersembunyi dibalik efektivitas penyaluran

dana zakat untuk pengembangan usaha mikro pada masyarakat pada Baitul Mal

Kota Lhokseumawe.

C. Sumber Data

Page 49: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Sumber data untuk membantu dan memudahkan pelaksanaan penelitian

ini adalah data yang diperoleh langsung dari data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu

atau perorangan berupa wawancara secara langsung.63Dalam penelitian ini data

primer diperoleh dari wawancara secara langsung dari objek atau sumber

utama yaitu pegawai-pegawai yang bertugas di Baitul Mal Kota Lhokseumawe

yang terdiri dari Bapak Boihaki selaku Kepala Baitul Mal Kota Lhokseumawe,

Bapak Sibral Malasi selaku di Bidang Pembukuan dan pelaporan, Ibu Zulvera

Yanti selaku Kasubbag Bendahara Penyaluran, Bapak Hamdani selaku seksi

Penyaluran Zakat Baitul Mal Kota Lhokseumawe dan 5 (lima) orang mustahiq

zakat produktif di Kota Lhokseumawe.

2. Data sekunder

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

buku-buku, majalah, karya ilmiah dan dari dokumen-dokumen yang digunakan

untuk menjawab masalah dalam penelitian. Data ini juga dapat digunakan

sebagai sarana pendukung untuk memahami masalah yang akan diteliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai beriku :

1. Observasi

63 Sumardi Surya Brata, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 49.

Page 50: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.64 Dengan melakukan

observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data

dalam keseluruhan situasi sosial yang dihadapi. Dengan terjun langsung di

lapangan, peneliti akan mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif

karena peneliti dapat merasakan suasana sosial yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan

pula.65 Jenis wawancara yang dilakukan oleh penulis yaitu wawancara tidak

terstruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuannya yaitu untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat serta ide-idenya untuk menemukan

permasalahan.66 Adapun yang diwawancarai dalam penelitian ini yaitu Bapak

Boihaki selaku Kepala Baitul Mal Kota Lhokseumawe, Bapak Sibral Malasi

selaku di Bidang Pembukuan dan pelaporan, Ibu Zulvera Yanti selaku

Kasubbag Bendahara Penyaluran, Bapak Hamdani selaku seksi Penyaluran

Zakat Baitul Mal Kota Lhokseumawe dan 5 (lima) orang mustahiq zakat

produktif di Kota Lhokseumawe.

3. Dokumentasi

64 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 158. [

65 Amirul Hadi Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung :2005), h. 135.

66 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidika,:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D),

(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 8

Page 51: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Dokumen yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah teori-teori

yang berhubungan dengan penyaluran zakat untuk usaha mikro, dan data-data

lain yang dibutuhkan dalam melengkapi penelitian ini antara lain:

a. Buku Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, Karangan Asnaini,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

b. Buku Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat,

Karangan Muhammad Ridwan dan Mas’ud, Yogyakarta: UII Press, 2005.

c. Buku Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional,

karangan Sjechul Hadi Pernomo, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003.

d. Buku Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, karangan Fakhruddin,

Malang: UIN-Malang Press, 2008.

E. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode

kualitatif secara induktif. Pada penelitian ini peneliti akan menganalisa data baik

data primer maupun data sekunder yaitu secara spesifik. Proses analisis data yaitu

sebagai berikut :

1. Reduksi data

Reduksi merupakan proses pemilihan, merangkum, pemusatan perhatian

serta penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data dilakukan peneliti

dengan cara menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu

dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat

ditarik kesimpulan-kesimpulan oleh peneliti.

Page 52: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

2. Penyajian data.

Penyajian data dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan informasi yang tersusun yang memberi dasar

pijakan kepada peneliti untuk melakukan suatu pembahasan dan menggabungkan informasi yang tersusun, sehingga

mudah diamati apa yang sedang terjadi. Selanjutnya menentukan penarikan kesimpulan secara benar.

3. Menarik kesimpulan/verifikasi.

Tahap penarikan kesimpulan, peneliti hanya memilih hal-hal penting dari

dari pemisahan beberapa substansi sumber data secara teratur kedalam sebuah

pola yang dapat menjawab rumusan masalah. Penarikan kesimpulan tersebut

dilakukan karena telah ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsisten yang

mendukung pada saat pengumpulan data, sehingga kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang akurat.

E. Teknik penulisan

Sistematika penulisan dalam menyusun penelitian ini, penulis menggunakan

pedoman penulisan karya ilmiah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Malikussaleh Lhokseumawe Tahun 2012.67

67Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh, Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah, Lhokseumawe, Tahun 2012.

Page 53: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Baitul Mal Kota Lhokseumawe

Lembaga Pengelolaan zakat Baitul Mal Kota Lhokseumawe yang

beralamat di Komplek Islamic Center Kota Lhokseumawe terbentuk setelah

disahkannya Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Lembaga Keistimewaan Kota

Lhokseumawe. Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 3 Tahun 2012 merupakan

implementasi dari Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 tentang pembentukan

Baitul Mal sebagai lembaga formal pengelola zakat, harta wakaf dan harta

Agama.68

Kehadiran Baitul Mal Kota Lhokseumawe adalah untuk mengkoordinir

zakat masyarakat secara keseluruhan, baik instansi pemerintah/swasta maupun

lainnya dengan cara melakukan pendataan para muzakki dan mustahiq sehingga

Baitul Mal dapat menambah sumber pengelolaannya dan pendistribusian zakat

akan lebih tepat sasaran. Pengelolaan zakat oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe

merupakan sebagian dari ajaran Islam yang dapat membantu pembangunan

ekonomi daerah.69

Baitul Mal Kota Lhokseumawe sebagai Koordinator dan fasilitator dalam

pendistribusian zakat bertujuan mengatasi kemiskinan, sebagaimana tujuan utama

dari zakat itu sendiri. Untuk menuntaskan kemiskinan di Aceh pada umumnya dan

di Kota Lhokseumawe pada khususnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit dan

tepat pada sasaran yang dituangkan dalam program-program Baitul Mal sebagai

solusi untuk mencapai suatu kemajuan yang signifikan dengan menghadirkan

rangkaian sistem manajemem yang handal dan mampu melaksanakan perannya

sesuai dengan apa yang semestinya.

68 Profil Baitul Mal Kota Lhokseumawe, 2018.

69 Ibid.

Page 54: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Dalam mengelola dan memanfatkan zakat secara produktif, Badan Baitul

Mal Kota Lhokseumawe peran serta manajemen sangat diperlukan agar zakat

yang dikumpulkan dan pendistribusiannya dapat berjalan dengan efektif dan

efisien, salah satu peran manajemen adalah controlling (pengawasan), dimana

diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal pendayagunaan zakat secara

produktif ini, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan mustahiq yang di

bantupun dapat terus diawasi agar tidak jatuh ke masalah yang sama yaitu

masalah kemiskinan dan bisa menjadi mandiri. Badan Baitul Mal adalah Lembaga

Daerah berbentuk Non-Struktural dan dalam melaksanakan tugasnya bersifat

independen. 70

Bentuk pengelolaan zakat khususnya untuk propinsi Aceh juga telah

diberlakukan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan

Provinsi Aceh. Di dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tersebut

tepatnya dalam pasal 5 ayat (1) disebutkan "Penyelenggaraan kehidupan

beragama di daerah diwujudkan dengan bentuk pelaksanaan Syari'at Islam bagi

pemeluknya dalam bermasyarakat".

Pada tahun 2000 pemerintah propinsi Aceh mengeluarkan Qanun Nomor 5

Tahun 2000 tentang Pelaksanaan syariat Islam. Salah satu bidang pelaksanaan

Syariat Islam menurut qanun tersebut adalah pembentukan Baitul Mal. Seiring

pembentukan Baitul Mal di tingkat propinsi, maka pemerintah Kabupaten/Kota

juga membentuk Baitul Mal sebagai lembaga yang melaksanakan ketentuan

undang-undang dan peraturan daerah yang telah disebutkan di atas. 71

Visi Baitul Mal Kota Lhokseumawe adalah "Menjadi Lembaga Amil yang

Amanah, Telus dan Bertanggungjawab yang memberikan perkhidmatan,

perundingan dan advokasi, assesment dan prestasi Baitul Mal dalam bidang

Pengurusan Zakat, Harta Wakaf, Harta Agama dan Perwalian / Pewarisan

terhadap masyarakat yang berkaitan dengan Baitul Mal”. Misi Baitul Mal Kota

Lhokseumawe adalah sebagai berikut: 72

a. Memberikan perkhidmatan yang berkualiti kepada muzakki, mustahik

dan masyarakat yang berkaitan dengan Baitul Mal.

b. Memberikan konsultasi dan advokasi bidang Zakat, Harta Wakaf, Harta

Agama dan Perwalian/Pewarisan.

c. Meningkatkan assessment dan prestasi Baitul Mal Kota Lhokseumawe

(BMK) dan Baitul Mal Gampong (BMG).

Strategi yang ditempuh dalam mewujudkan visi misi Baitulmal Kota

Lhokseumawe adalah:

a. Pemantapan organisasi.

70 Ibid. 71 Ibid. 72 Ibid.

Page 55: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (Amil) di mana penempatan

aparatur sesuai dengan bidang keahliannya melalui peningkatan kualitas SDM

dengan mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan dan bimbingan teknikal.

c. Pemantapan peraturan dibidang perzakatan, perwakafan, harta agama dan

perwalian.

d. Mempererat kerjasama dengan pihak terkait.

e. Perluas sosialisasi pemahaman tentang zakat, infak, harta wakaf, harta

agama dan amanah.

f. Tersedianya sarana dan prasana kerja yang mencukupi.

g. Tersedianya pusat data dan maklumat yang berasaskan Internet.

Berdasarkan Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 3 Tahun 2012 Pasal 18(1)

Susunan organisasi Sekretariat Baitul Mal, terdiri dari: 73

a. Kepala Sekretariat

b. Sub Bagian Umum

c. Sub Bagian Keuangan dan Program

d. Sub Bagian Pengembangan Informasi dan Teknologi

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Dalam menjalankan aktivitas pada sub bagian keuangan dan program di

Baitul Mal Kota Lhokseumawe berkaitan dengan pengelolaan administrasi dan

tata kelola keuangan. Meliputi proses akuntansi Zakat, infak dan sedekah pada

Baitul Mal Kota Lhokseumawe dimulai dari:

a. Pengakuan penerimaan dan pengeluaran dana zakat, infak dan sedekah di

Baitul Mal Kota Lhokseumawe diakui pada saat dana zakat, infak dan sedekah

diterima atau dikeluarkan (cash basis). akan tetapi dana yang masuk hanya

berpengaruh pada kas zakat dan infak/sedekah saja.

b. Pengukuran setelah pengakuan awal Baitul Mal Kota Lhokseumawe tidak

melakukan pengukuran atas aset zakat nonkas, hal ini disebabkan karena

seluruh penerimaan dana zakat yang diterima oleh Baitul Mal Kota

73 Ibid.

Page 56: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Lhokseumawe berupa aset kas yang disetorkan muzakki entitas dan Muzakki

individu yang kemudian dana tersebut akan disetorkan ke rekening Baitul Mal

dan dipindahkan ke kas daerah dan diakui sebagai Pendapatan Asli Daerah.

c. Penyaluran zakat dan infak/sedekah yang disalurkan kepada mustahik dicatat

mengurangi kas dana zakat, infak dan sedekah.

d. Pencatatan Baitul Mal Kota Lhokseumawe menganut pencatatan akuntansi

yang menggunakan sistem tata buku tunggal (Single Entry Bookkeeping).

Baitul Mal Kota Lhokseumawe menggunakan sistem pencatatan tata

buku tunggal atau single entry accounting yaitu pencatatan yang hanya dilakukan

sekali dan hanya dapat mempengaruhi akun kas tanpa mempengaruhi akun–akun

yang lain. Dalam hal pengakuan pencatatan Baitul Mal Kota Lhokseumawe

menerapkan pendekatan Cash Basis, dimana pencatatan dilakukan ketika terjadi

transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas. 74

Untuk saat ini, Baitul Mal Kota Lhokseumawe masih belum menggunakan

senif amil (hak untuk pengelola zakat) dalam membiayai operasionalnya. Akan

tetapi, biaya operasional Baitul Mal masih disubsidi oleh pemerintah Kota

Lhokseumawe. Langkah ini diambil mengingat masih sedikitnya zakat yang

terkumpul, sedangkan mustahiq yang harus dibantu masih sangat banyak. Jadi

sangat tepat bila kebijakan ini yang diterapkan oleh Baitul Mal Kota

Lhokseumawe. Begitu halnya dengan organisasi Baitul Mal tentu mempunyai

tujuan dan untuk mencapai tujuan tertentu perlu dibentuk struktur organisasi yang

gunanya untuk memperjelas tugas pokok dan fungsi Baitul Mal sehingga tujuan

dari organisasi dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. 75

Baitul Mal Kota Lhokseumawe adalah lembaga yang bersifat independent

yang berada di bawah kordinasi Pemerintah Kota Lhokseumawe. Makna

independent di sini berarti Baitul Mal dalam operasionalnya berdiri sendiri dan

bukan menjadi lembaga yang menjalankan program atau kegiatan lembaga lain.

Tugas pokok Baitul Mal adalah melaksanakan pengelola zakat dan pemberdayaan

harta agama sesuai dengan hukum Syariat Islam. Jadi Baitul Mal tidak hanya

bertugas mengelola zakat saja tetapi juga bertugas memberdayakan harta agama

semisal harta waqaf ataupun harta hibah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok

sebagaimana yang dimaksud pada pasal 14, maka Baitul Mal memiliki fungsi:

a. Pendataan Muzakki

b. Pengumpulan zakat

74 Ibid. 75 Ibid.

Page 57: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

c. Pendataan Mustahiq

d. Penyaluran zakat

e. Penelitian dan inventarisasi harta agama

f. Mengurus dan melindungi zakat dan harta agama

g. Peningkatan kualitas harta agama

h. Pemberdayaan harta agama sesuai dengan prinsip Syariat Islam. 76

B. Mekanisme Penyaluran Dana Zakat Pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe

untuk Pengembangan Usaha Mikro Masyarakat

Baitul Mal Kota Lhokseumawe mempunyai berbagai macam tugas yang

kesemuanya berhubungan dengan masalah zakat, infaq, dan sedekah yaitu soal

mencatat terhadap orang-orang yang membayar zakat, infaq dan sedekah dan

jumlah yang dibayarkannya. Kegiatan tersebut termasuk memaksimalkan potensi

zakat yang cukup besar di wilayah Kota Lhokseumawe yang dapat dikumpulkan

dan didayagunakan dengan sebaik-baiknya.

Adapun prosedur yang ditetapkan pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe

berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penyaluran zakat

produktif sebagai berikut:

1. Pengorganisasian:

a. Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan melaksanakan kegiatan

bekerjasama dengan pihak ketiga.

b. Kepala Baitul Mal Kota Lhokseumawe menetapkan mitra kerja.

c. Ketentuan yang terkait tentang kerjasama antara Baitul Mal Kota

Lhokseumawe dan pihak ketiga diatur di dalam naskah kerjasama yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak.

d. Pelaksanaan kegiatan melengkapi persyaratan dalam bentuk Permohonan

kerjasama, kelengkapan legalitas lembaga dan TOR kegiatan.

2. Pendataan:

76 Ibid.

Page 58: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

a. Baitul Mal Kota Lhokseumawe melalui Bidang Pendistribusian dan

Pendayagunaan melakukan pendataan serta mengokomodir permohonan

yang masuk secara langsung ke kantor Baitul Kota Lhokseumawe.

b. Kriteria mustahiq:fakir dan miskin, usia 17–45 tahun dan sudah menikah,

memiliki usaha (usaha sudah berjalan), dan bertempat tinggal tetap dan

tidak berpindah-pindah.

c. Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan menerima dan merekap

formulir pendataan dan selanjutnya diserahkan ke Bidang Pengawsan

untuk diverifikasi.

3. Verifikasi dan Validasi

a. Bidang Pengawasan menerima berita acara penyerahan berkas dan

rekapitulasi data calon mustahik.

b. Bidang Pengawasan membentuk Tim Verifikasi melalui Surat Tugas

Kepala Baitul Mal Kota Lhokseumawe.

c. Tim melakukan verifikasi administrasi, kunjungan dan wawancara

langsung terhadap mustahik serta pihak-pihak terkait.

d. Tim menyerahkan laporan dan daftar hasil verifikasi (DHV) Tim, Bidang

Pengawasan menyusun nama-nama mustahik yang layak menerima

bantuan dalam bentuk Keputusan Kepala Baitul Mal dan menyerahkan

kepada Bidang Pendistribusian sebagai dasar penyaluran.

4. Penyaluran:

a. Baitul Mal Aceh berfungsi sebagai funding.

b. Mekanisme pelaksanaan kegiatan sepenuhnya dilaksanakan oleh mitra.

5. Minitoring dan Evaluasi;

a . Tim melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program

dari awal perencanaan, proses hingga pelaporan. Melihat kesesuaian

pelaksanaan program dengan rencana yang di tetapkan dan

mengindentifikasi kendala dan keunggulan program.

c. Tim melalui Bidang Pengawasan menyerahkan laporan dan rekomendasi

kepada Kepala Baitul Mal dan pihak-pihak yang berkepentingan.

6. Pelaporan;

a. Laporan keuangan disusun dengan prinsip transparan oleh pihak ketiga

yang mencakup jumlah mustahiq dan jumlah zakat yang disalurkan.

Page 59: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

b. Laporan kegiatan pihak ketiga disampaikan kepada Kepala Baitul Mal

melalui Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan.

Dalam penyaluran dana zakat produktif untuk pengembangan usaha mikro

masyarakat pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe, Bapak Boihaqi selaku Kepala

Baitul Mal Kota Lhokseumawe mengungkapkan bahwa “Baitul Mal Kota

Lhokseumawe melakukan pengawasan atas pemberian dana yang dialirkan serta

pelaksanaan survey ketika akan disalurkan dana zakat produktif untuk

pengembangan usaha mikro. Pengembangan usaha mikro masyarakat dengan

dana zakat produktif ini diharapkan akan dapat memperbaiki perekonomian

masyarakat, khususnya masyarakat kecil dalam mencapai hidup yang lebih baik

lewat usaha yang mereka tekuni. Mereka diharapkan agar tidak selalu tergantung

atau meminta pada orang, namun mereka diharapkan suatu saat juga akan dapat

menjadi muzakki memberi kepada orang lain dari hasil kerja kerasnya”.77

Selanjutnya Kepala Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan Baitul Mal

Kota Lhokseumawe menuturkan bahwa “Mekanisme yang dilakukan dalam

menyalurkan dana zakat produktif untuk pengembangan usaha mikro masyarakat

oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe adalah memudahkan bagi peserta. Dari

pihak peserta melaporkan usaha apa yang akan didirikan dengan alasan-alasan

yang bisa diterima dan data-data yang mendukung untuk peserta sehingga bisa

mendapatkan dana zakat produktif”. 78

Program pengembangan usaha mikro masyarakat merupakan program

yang dikembangkan Baitul Mal Kota Lhokseumawe berupa pemberian dana

zakat produktif dalam bentuk aset usaha kepada mustahik sasaran secara langsung

maupun tidak langsung, yang pengelolaannya melibatkan mustahik. Penyaluran

dalam program pengembangan usaha mikro diarahkan pada aset produktif untuk

kepentingan usaha, yang dikelola secara profesional layaknya sebuah usaha yang

semestinya. Ia harus sehat dan berkembang baik. Investasinya bersifat sosial

investment, dan visionary investment.

Terkait dengan mekanisme penyaluran dana zakat pada Baitul Mal Kota

Lhokseumawe untuk pengembangan usaha mikro masyarakat, Dalam

wawancaranya Zulvera Yanti selaku bendahara penyaluran mengungkapkan

bahwa “Dalam menyalurkan zakat produktif, Baitul Mal Kota Lhokseumawe

membuat program pengembangan usaha mikro masyarakat yang mana sasaran

penyaluran dana zakat produktif ini yaitu untuk fakir dan miskin, usia 17–45

tahun dan sudah menikah, memiliki usaha (usaha sudah berjalan), dan bertempat

tinggal tetap dan tidak berpindah-pindah. Sebelum Baitul Mal Kota Lhokseumawe

mencairkan dana zakat produktif ini, terlebih dahulu pihak Baitul Mal

mengadakan peninjauan atau survey yang terdiri dari kegiatan observasi mustahiq,

kelengkapan administrasi, survey ke lapangan. Jika mustahiq dianggap layak

untuk dibantu, maka mustahiq akan disalurkan dana zakat produktif. Pemberian

77 Hasil wawancara dengan Bapak Boihaqi, (Kepala Baitul Mal Kota Lhokseumawe),

Senin, 2 April 2018. 78 Hasil wawancara dengan Bapak Sibral Malasi, (Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan

Baitul Mal Kota Lhokseumawe, Senin, 2 April 2018.

Page 60: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

modal usaha kepada fakir miskin yang memiliki usaha mikro dan membutuhkan

modal pada Tahun 2017 yaitu sebanyak 247 mustahiq dari 4 Kecamatan dalam

wilayah Kota Lhokseumawe yang masing-masing mendapatkan bantuan zakat

produktif sebesar Rp. 1000.000”.79

Dalam menyalurkan dana zakat produktif untuk pengembangan usaha

mikro masyarakat oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe dengan cara langsung

melakukan survey lapangan untuk mencari mustahiq yang layak untuk dibiayai

dengan kriteria mempunyai usaha yang jelas, mengisi formulir permohonan dan

melengkapi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh Baitul Mal Kota

Lhokseumawe.

Selanjutnya, salah satu pegawai di Bagian Penyaluran Baitul Mal Kota

Lhokseumawe, menyatakan bahwa “Sebelum penyaluran zakat produktif,

mustahiq diwawancarai oleh petugas Baitul Mal untuk mengetahui tentang

keadaan usaha. Mustahiq diberikan keterangan garis besar dengan syarat-syarat

penerima zakat produktif, prosedur penyaluran, cara penilaian pemberian zakat

produktif, serta kemungkinan dapat tidaknya calon mustahiq tersebut bisa

diberikan atau tidak mengenai zakat produktif untuk pengembangan usaha mikro

masyarakat”. 80

Mekanisme penyaluran dana zakat produktif untuk pengembangan usaha

mikro masyarakat oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe menggunakan pola

pemberdayaan berkelanjutan, dengan menggunakan USZ (Unit Salur Zakat)

mitra lokal yang tidak hanya menyalurkan namun juga memantau

perkembangan kondisi mustahiq. Pola ini digunakan oleh Baitul Mal Kota

Lhokseumawe karena sangat efektif untuk dapat memproyeksikan perubahan

seorang mustahiq menjadi muzakki. Dalam penyaluran modal usaha, Baitul Mal

Kota Lhokseumawe mendistribusikan dana permodalan bagi pedagang dan

pengusaha kecil. Penilaian kelayakan pembiayaan selain didasarkan pada jenis

usaha, juga mempertimbangkan kondisi mustahiq. Prinsip penyaluran zakat

79 Hasil wawancara dengan Ibu Zulvera Yanti, (Bendahara Penyaluran Baitul Mal Kota

Lhokseumawe, Rabu, 4 April 2018. 80 Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, (Seksi Penyaluran Zakat Baitul Mal Kota

Lhokseumawe, Rabu, 4 April 2018.

Page 61: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

ditujukan langsung untuk memberdayakan perekonomian umat, dan karenanya

diprioritaskan pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif.

Berkut hasil wawancara dengan salah satu mustahiq di Gampong Jambo

Mesjid Kecamatan Blang Mangat, bahwa “Sebelum Baitul Mal Kota

Lhokseumawe memberikan dana zakat, terlebih dahulu pihak Baitul Mal meminta

foto copy KTP, fotocopy Kartu Keluarga, foto usaha, setelah itu pihak Baitul Mal

mengadakan survey ke lapangan. Pemberian modal usaha hanya yang memiliki

usaha kecil-kecilan dan membutuhkan modal. Setiap mustahiq diberikan dana

zakat produktif sebesar Rp. 1000.000,-. Setelah pemberian dana zakat tersebut,

pihak Baitul Mal Kota Lhokseumawe juga melakukan pengawasan dan

pembinaan terhadap pengembangan usaha”. 81

Adapun mekanisme penyaluran zakat produtif pada Baitul Mal Kota

Lhokseumawe berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penyaluran

zakat produktif yaitu; (a) Pengorganisasian yang meliputi: Bidang

Pendistribusian dan Pendayagunaan melaksanakan kegiatan bekerjasama

dengan pihak ketiga, Kepala Baitul Mal Kota Lhokseumawe menetapkan mitra

kerja, Ketentuan yang terkait tentang kerjasama antara Baitul Mal Kota

Lhokseumawe dan pihak ketiga diatur di dalam naskah kerjasama yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak dan pelaksanaan kegiatan melengkapi

persyaratan dalam bentuk Permohonan kerjasama, kelengkapan legalitas lembaga

dan TOR kegiatan; (b) Pendataan; Baitul Mal Kota Lhokseumawe melalui

Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan melakukan pendataan serta

mengokomodir permohonan yang masuk secara langsung ke kantor Baitul

Kota Lhokseumawe, menentukan kriteria, Bidang Pendistribusian dan

Pendayagunaan menerima dan merekap formulir pendataan dan selanjutnya

diserahkan ke Bidang Pengawsan untuk diverifikasi; (c) membuat verifikasi dan

validasi; (d) melaksanakan penyaluran zakat produktif kepada mustahiq; (e) Tim

melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program dari awal

perencanaan, proses hingga pelaporan; dan (f) Membuat laporan penyaluran zakat

produktif.

C. Efektivitas Penyaluran Dana Zakat untuk Pengembangan Usaha Mikro

pada Masyarakat Kota Lhokseumawe

Efektivitas adalah merupakan tercapainya sasaran atau tujuan-tujuan dari

suatu instansi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam efektivitas terkandung

makna berdaya tepat atau berhasil guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu

telah berhasil dilaksanakan secara sempurna secara tepat dan target telah tercapai.

Selain itu terkandung makna efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukkan

bila tindakan atau usaha sudah efektif dan ekonomis, baru dikatakan efisien. Zakat

produktif untuk jangka panjang yang dilaksanakan oleh Baitul Mal Kota

Lhokseumawe lebih efektif karena sebagai organisasi untuk pengalokasian,

pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat

81 Hasil wawancara dengan Suryani, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Jambo Mesjid

Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Kamis, 5 April 2018.

Page 62: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta

pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja. 82

Sehubungan efektivitas penyaluran dana zakat untuk pengembangan usaha

mikro pada masyarakat Kota Lhokseumawe, Kepala Baitul Mal Kota

Lhokseumawe mengungkapkan bahwa “Penyaluran dana zakat produktif ada

yang efektif ada juga yang tidak efektif. Bagi yang efektif, beberapa mustahiq

yang diberikan zakat produktif ada beberapa yang kreatif dalam mengembangkan

usahanya, juga bisa membiayai kembali anak-anaknya sekolah, bisa bersedekah

walaupun nominalnya tidak banyak, dan juga ada yang tidak kreatif sehingga

usahanya kurang berkembang bahkan untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari

tidak cukup”.83

Zakat produktif sangat efektif untuk menbantu memberdayakan ekonomi

masyarakat. Penyaluran zakat produktif dapat mengembangkan usaha mikro

masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang

Pembukuan dan Pelaporan Baitul Mal Kota Lhokseumawe menuturkan bahwa

“Zakat produktif yang diberikan kepada mustahiq mampu menbantu

memberdayakan ekonomi mereka, walaupun belum sepenuhnya dalam setahun

langsung bisa berusaha mandiri melainkan mereka sudah bisa berusaha untuk

memenuhi kehidupan sehari-hari mereka”. 84

Berdasarkan pernyataan di atas, zakat produktif yang disalurkan untuk

pengembangan usaha mikro mustahiq efektif dan mampu menbantu

memberdayakan ekonomi mereka, walaupun belum sepenuhnya dalam setahun

langsung bisa berusaha mandiri melainkan mereka sudah bisa berusaha untuk

memenuhi kehidupan sehari-hari dan mengembangkan usahanya. Dengan

usahanya yang berkembang, maka pendapatan yang diperoleh juga meningkat.

Dalam wawancaranya Zulvera Yanti selaku bendahara penyaluran

mengungkapkan bahwa “Zakat produktif efektif untuk pengembangan usaha

mikro pada masyarakat Kota Lhokseumawe, dikarenakan dengan bantuan modal

untuk usaha mereka yang sebelumnya mustahiq bisa menjadi muzakki, jikaulau

benar-benar untuk berusaha mereka bisa diberdayakan oleh zakat produktif”. 85

Penyaluran dana zakat produktif efektif untuk pengembangan usaha mikro

pada masyarakat Kota Lhokseumawe. Dengan adanya penyaluran dana zakat

produktif untuk pengembangan usaha mikro, mustahiq dapat mengembangkan

usahanya, pendapatan mereka bertambah, kehidupan mereka sudah lebih sejahtera

dibandingkan sebelum menerima zakat produktif tersebut.

Berdasarkan pernyataan di atas, salah satu pegawai di Bagian Penyaluran

Baitul Mal Kota Lhokseumawe, menyatakan bahwa “Penyaluran zakat produktif

efektif dalam mengembangkan usaha mikro pada masyarakat Kota

82 Hasil wawancara dengan Bapak Sibral Malasi, (Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan

Baitul Mal Kota Lhokseumawe, Senin, 2 April 2018. 83 Hasil wawancara dengan Bapak Boihaqi, (Kepala Baitul Mal Kota Lhokseumawe),

Senin, 2 April 2018. 84 Hasil wawancara dengan Bapak Sibral Malasi, (Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan

Baitul Mal Kota Lhokseumawe, Senin, 2 April 2018. 85 Hasil wawancara dengan Ibu Zulvera Yanti, (Bendahara Penyaluran Baitul Mal Kota

Lhokseumawe, Rabu, 4 April 2018.

Page 63: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Lhokseumawe. Dana ini diberikan sebagai modal usaha fakir miskin yang

mempunyai usaha kecil tetapi kekurangan modal. Dengan adanya penyaluran

dana zakat produktif untuk pengembangan usaha mikro dari Baitul Mal Kota

Lhokseumawe, mustahiq sudah dapat mengembangkan usahanya, pendapatan

mereka bertambah, kehidupan mereka sudah lebih sejahtera dibandingkan

sebelum menerima zakat produktif tersebut”. 86

Dengan menyalurkan dana zakat secara produktif melalui pembiayaan

yang sesuai dengan syariah, Baitul Mal Kota Lhokseumawe turut mendukung

pengembangan usaha kecil yang secara kuantitatif merupakan bagian terbesar dari

pelaku ekonomi yang ada di Kota Lhokseumawe. Dengan program yang berbasis

kemandirian seperti ini, mustahiq diharapkan mampu bangkit dan mandiri dari

kemiskinan.

Penyaluran zakat dalam bentuk pemberian modal usaha (asset bisnis)

kepada mustahik baik secara langsung maupun tidak langsung, yang

pengelolaannya bisa melibatkan maupun tidak melibatkan mustahiq sasaran.

Penyaluran dana zakat ini diarahkan pada usaha ekonomi produktif atau ‘zakat

produktif’ yang diharapkan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan

mustahik. Dana zakat produktif ini didayagukan untuk usaha produktif, apabila

kebutuhan mustahik yang delapan asnaf sudah terpenuhi dan terdapat kelebihan.

Penyaluran zakat dalam bentuk ini adalah bersifat bantuan pemberdayaan dalam

bentuk program atau kegiatan yang berkesinambungan.

Terkait dengan efektivitas penyaluran dana zakat produktif untuk

pengembangan usaha mikro pada masyarakat Kota Lhokseumawe, dalam

wawancaranya Suryani menuturkan bahwa “Dengan ada zakat produktif ini telah

meningkatkan perekonomian keluarga kami. Dari hasil penjualan yang diperoleh

bisa digunakan untuk menambahkan kebutuhan sehari-hari seperti keperluan

sekolah anak-anak dan kebutuhan-kebutuhan rumah tangga lainnya”. 87

Tujuan penyaluran zakat produktif adalah untuk mengembangkan nilai

sosial ekonomi masyarakat sulit terwujud apabila tidak ada peran aktif dari para

pengelola zakat (amil zakat) yang dituntut harus profesional dan inovatif dalam

pengelolaan dana zakat. Model pengelolaan zakat yang saat ini sedang

berkembang adalah metode produktif, dimana dengan motode ini diharapkan akan

mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat yang awalnya adalah golongan

mustahiq kemudian menjadi seorang muzakki. Hal ini akan terwujud apabila zakat

tersebut disalurkan kepada fakir miskin yang mempunyai usaha mikro, namun

tidak mempunyai modal untuk mengembangkannya.

Selanjutnya seorang mustahiq, menuturkan bahwa “Dengan adanya

penyaluran zakat produktif fakir miskin dapat mengembangkan usahanya, juga

bisa membiayai kembali anak-anaknya sekolah, pendapatan bertambah, usaha

sudah berkembang dan bisa juga bersedekah walaupun tidak banyak”. 88

86 Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, (Seksi Penyaluran Zakat Baitul Mal Kota

Lhokseumawe, Rabu, 4 April 2018. 87 Hasil wawancara dengan Suryani, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Jambo Mesjid

Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Kamis, 5 April 2018. 88 Hasil wawancara dengan Abdurrahman, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Jambo

Mesjid Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Sabtu, 7 April 2018.

Page 64: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Apabila seseorang berbicara tentang efektifitas sebagai orientasi kerja

berarti yang menjadi sorotan perhatian adalah tercapainya berbagai sasaran yang

telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber

tertentu yang sudah digunakan harus ditentukan sebelumnya dan dengan

memanfaatkan sumber-sumber itulah maka hasil-hasil tertentu harus dicapai

dalam waktu yang telah di tetapkan pula.

Berikut hasil wawancara dengan Khadijah, seorang mustahiq yang

menerima zakat produktif dari Baitul Mal Kota Lhokseumawe bahwa “Zakat

produktif yang disalurkan oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe efektif untuk

pengembangan usaha, telah meningkatkan pendapatan keluarga kami. Dari hasil

penjualan yang diperoleh bisa digunakan untuk menambahkan kebutuhan sehari-

hari, dengan demikian pendapatan yang diperoleh dapat membantu suami, seperti

kebutuhan anak-anak dan keperluan lainnya. kehidupan saya sudah lebih sejahtera

dibandingkan sebelum menerima zakat produktif tersebut”. 89

Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq sebagai modal

untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yaitu untuk menumbuhkembangkan

tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahiq. Selanjutnya Armiya

menuturkan bahwa “Penyaluran zakat produktif efektif dalam mengembangkan

usaha mikro. Dengan adanya bantuan zakat produktif ini pendapatan keluarga

tidak hanya semata-mata dari penghasilan suami tetapi juga ada pemasukan dari

saya sendiri”. 90

Zakat produktif merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan.

Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun

pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan. Hasil wawancara

dengan Zulkifli bahwa “Zakat produktif yang disalurkan oleh Baitul Mal Kota

Lhokseumawe efektif untuk pengembangan usaha. Dengan adanya penyaluran

zakat produktif dari Baitul Mal Kota Lhokseumawe ini, pendapatan keluarga

miskin tidak hanya semata-mata dari penghasilan suami tetapi juga ada

pemasukan dari isterinya yang membuka usaha kecil-kecilan. Disamping itu, ibu-

ibu rumah tangga miskin dapat mengembangkan usaha dalam membantu suami

mencari nafkah. Zakat produktif tersebut dapat mengurangi angka mustahiq dan

meningkatkan angka muzakki. 91

D. Analisa Penulis

Hukum menginvestasikan dana zakat itu diperbolehkan dengan beberapa

syarat, yakni investasi dana zakat yang disalurkan pada usaha yang dihalalkan

syariat dan peraturan yang berlaku, usaha itu diyakini memberi keuntungan

berdasarkan studi kelayakan, pembinaan dan pengawasan oleh pihak berkompeten

termasuk lembaga yang mengelola dana investasi itu. Juga tidak terdapat fakir

89 Hasil wawancara dengan Khadijah, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Kuala

Meuraksa Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Kamis, 5 April 2018. 90 Hasil wawancara dengan Armiya, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Kuala Meuraksa

Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Jumat, 6 April 2018. 91 Hasil wawancara dengan Zulkifli, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Blang Cut

Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Sabtu, 7 April 2018.

Page 65: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

miskin yang kelaparan dan memerlukan biaya serta tidak bisa ditunda saat zakat

diinvestasikan.92

Mekanisme penyaluran zakat produktif oleh Baitul Mal Kota

Lhokseumawe untuk pengembangan usaha mikro masyarakat tidak terlalu

memberatkan mustahiq. Zakat produktif hanya ditujukan buat fakir miskin yang

memerlukan tambahan dana untuk usahanya yang sudah berjalan. Selain itu faktor

yang mendukung berjalannya penyaluran dana zakat ini dengan baik yaitu dalam

pemberian zakat produktif ini mustahiq tidak di tuntut dengan berbagai

persyaratan yang memberatkan mereka. Pelaksanaan penyaluran dana zakat

produktif pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe sudah cukup efektif dan apa

yang telah dilakukan sudah bagus. Karena telah bisa membantu

perkembangan usaha yang mustahiq jalankan dan membawa para mustahiq ke

arah kehidupan yang lebih baik.

Dalam pendayagunaan dana zakat untuk aktivitas yang sifatnya produktif

memiliki beberapa prosedur. Aturan tersebut terdapat dalam Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Bab III pasal 27 antara lain:

d. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan

fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

e. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.

f. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.93

Dalam menyalurkan zakat produktif, Baitul Mal Kota Lhokseumawe

diperuntukkan untuk fakir dan miskin dan memiliki usaha kecil-kecilan dan

membutuhkan tambahan dana atau yang memiliki keahlian dan bertekad ingin

membuka usaha tapi tidak memiliki modal. Dalam sasaran pendayagunaan zakat

produktif, Baitul Mal Kota Lhokseumawe mengedepankan fakir, miskin dan

dhuafa yang mempunyai usaha kecil atau mereka yang memiliki kemauan untuk

memulai usaha kecil tersebut. Penyaluran ini dapat memungkinkan terciptanya

aktualisasi zakat dalam pemanfaataannya sehingga pendayagunaan zakat

produktif mampu menciptakan masyarakat adil dan makmur dalam sudut pandang

sosial ekonomi.

Penyaluran zakat produktif pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe dilakukan

berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan dan

disesuaikan sesuai dengan hukum menginvestasikan dana zakat. Menurut

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat disebutkan

92 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975

(Jakarta:Erlangga, 2011), h. 163. 93 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat (Yogyakarta: Pustaka Mahardika, 2014), h. 14.

Page 66: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

bahwa hukum menginvestasikan dana zakat itu diperbolehkan dengan beberapa

syarat, yakni investasi dana zakat yang disalurkan pada usaha yang dihalalkan

syariat dan peraturan yang berlaku, usaha itu diyakini memberi keuntungan

berdasarkan studi kelayakan, pembinaan dan pengawasan oleh pihak berkompeten

termasuk lembaga yang mengelola dana investasi itu. Juga tidak terdapat fakir

miskin yang kelaparan dan memerlukan biaya serta tidak bisa ditunda saat zakat

diinvestasikan.94 Agar dana zakat yang disalurkan itu berdaya guna dan berhasil

guna maka pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan konsumtif atau

produktif. Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut

kemudian dibagi dua, yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif,

sedangkan yang berbentuk produktif dibagi menjadi produktif konvensional dan

produktif kreatif.95

Terkait dengan penyaluran zakat produktif oleh Baitul Mal Kota

Lhokseumawe untuk pengembangan usaha mikro masyarakat, bahwa setiap

mustahiq diberikan dana sebesar Rp. 1000.000,-. Akad yang digunakan dalam

penyaluran zakat produktif adalah akad hibah. Artinya Baitul Mal Kota

Lhokseumawe memberikan zakat produktif secara cuma-cuma tanpa adanya

pengembalian.

Dampak dari penyaluran zakat produktif oleh Baitul Mal Kota

Lhokseumawe, usaha mustahiq dapat berkembang dan pendapatan yang

diperoleh juga meningkat, beberapa mustahiq yang diberikan zakat produktif

yang kreatif dalam mengembangkan usahanya, dapat membiayai anak-anaknya

sekolah, bisa bersedekah dan dapatmencukupi kebutuhannya sehari-hari. Dengan

adanya penyaluran dana zakat produktif untuk pengembangan usaha mikro dari

Baitul Mal Kota Lhokseumawe, mustahiq sudah dapat mengembangkan usahanya,

pendapatan mereka bertambah, kehidupan mereka sudah lebih sejahtera

dibandingkan sebelum menerima zakat produktif tersebut.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Abdurrahman

Qadir bahwa kelebihan dari zakat produktif akan berdampak positif secara nyata

dalam menciptakan kesenjangan hidup masyarakat yang sejahtera yang mampu

hidup lebih baik lagi dan bahkan akan lebih mandiri, sehingga ia tidak butuh lagi

menerima zakat. Karena telah mampu bangun dari kemiskinan menuju kaya dan

sejahtera. Zakat produksi ini sangat urgen dalam membangun masyarakat

produktif dan inovatif dalam membangun bersama perekonomian bangsa

sejahtera. 96

94 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975

(Jakarta:Erlangga, 2011), h. 163. 95 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-Malang Press,

2008), h. 314. 96 Abduracchman Qadir, Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2001), h. 166.

Page 67: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

penulis menyimpulkan bahwa:

1. Mekanisme penyaluran dana zakat pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe

untuk pengembangan usaha mikro bahwa zakat produktif disalurkan kepada

mustahiq dengan akad hibah berdasarkan Standar Operasional Prosedur

(SOP) yang telah ditetapkan yaitu; (a) Pengorganisasian yang meliputi:

menetapkan mitra kerja, (b) Pendataan; melakukan pendataan serta

mengokomodir permohonan yang masuk, menentukan kriteria mustahiq,

menerima dan merekap formulir pendataan dan selanjutnya diserahkan ke

Bidang Pengawsan untuk diverifikasi; (c) membuat verifikasi dan validasi;

(d) melaksanakan penyaluran zakat produktif kepada mustahiq; (e) Tim

melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program dari awal

perencanaan, proses hingga pelaporan; dan (f) Membuat laporan penyaluran

zakat produktif.

2. Efektivitas penyaluran dana zakat untuk pengembangan usaha mikro pada

masyarakat Kota Lhokseumawe bahwa mustahiq mampu memberdayakan

ekonomi mereka. Pendapatan mustahiq meningkat, mampu berinovasi

sehingga pendapatan terus meningkat, terbentuknya motivasi untuk

meningkatkan kesejahteraan hidupnya, terbangunnya kemandirian dan

terciptanya budaya kerja yang Islami (jujur, amanah, dan professional).

Page 68: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dari penelitian, maka penulis memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada Baitul Mal Kota Lhokseumawe diharapkan dalam mendayagunakan

zakat harus mempunyai program untuk mengubah mustahiq beralih menjadi

muzakki dengan memberikan bantuan modal usaha dan peralatan kerja.

Lembaga amil juga harus memberikan pendampingan, pengawasan, dan

pembinaan agar mustahiq dapat terentaskan dari kemiskinan

secepatnya.

2. Agar penyaluran zakat produktif tepat sasaran dan untuk menghindari

manipulasi data oleh calon mustahiq, maka pihak Baitul Mal Kota

Lhokseumawe harus selalu melakukan survey dan mengecek kebenaran

dalam pengurusan administrasi.

Page 69: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abduracchman Qadir, Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2001.

Abu Bakar Muhammad, Terjemahan Subul As-Salam II, Surabaya: Al-Ikhlash,

1991.

Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Andrian, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2004.

Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008.

Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Revisi, STAIN: Malikussaleh, 2012

Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2010.

Didin Hafidhhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani,

2002.

Eko Jaya, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Perbankan Syari’ah, Jakarta: Sinar

Grafika, 2008.

Euis Amalia, Keadilan Distribusi dalam Ekonomi Islam, Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2009.

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN-Malang

Press, 2008.

Hanafia Ferdiana, Pengaruh Sistem Penyaluran Dana Zakat Terhadap Pemberian

Modal Usaha Pada Mustahiq Zakat Center Thoriqotul Jannah Kota

Cirebon, Penelitian: Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, 2011.

M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan

Kesadaran dan Membangun Jaringan, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006.

Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN,

2005.

Page 70: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Mahsun, Azas-Azas Manajemen: Konsep dan Aplikasinya, Bandung: Dinamika,

2006.

Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975,

Jakarta:Erlangga, 2011.

Malayu P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara,

2007.

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

M. Nasyah Agus Saputra, Optimalisasi Peran Baitul Maal pada BMT untuk

Pemberdayaan Usaha Mikro Di Jawa Timur, Jurnal Masharif al-Syariah

Vol. 1 No. 2 November 2016 ISSN: 2527 – 6344.

Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah: Pergulatan Melawan

Kemiskinan dan Penetrasi Ekonomi Global, Yogyakarta: Graha Ilmu,

2009.

Muhammad Ridwan dan Mas’ud. Zakat dan Kemiskinan Instrumen

Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: UII Press, 2005.

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta:

UII-Press, 2004.

Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Bandung:

Alfabeta, 2010.

Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.

Nukthoh Arfawie Kurde, Memungut Zakat dan Infaq Profesi oleh Pemerintah

Daerah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Baitul Mal.

Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat, Yogyakarta: Pustaka Mahardika, 2014.

Ririn Wijayanti, Analisis Implementasi Pemberdayaan Usaha Mikro (Studi pada

Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)

Kabupaten Malang). Jurnal Ilmiah: Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Brawijaya, 2015

Rusli, Analisis Dampak Pemberian Modal Zakat Produktif Terhadap

Pengentasan Kemiskinan Dikabupaten Aceh Utara, Jurnal Ilmu Ekonomi

Page 71: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 1, No. 1, Februari 2013,

ISSN 2302-0172.

Sintha Dwi Wulansari, Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap

Perkembangan Usaha Mikro Mustahiq Penerima Zaka (Studi Kasus

Rumah Zakat Kota Semarang), Penelitian: Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2013.

Sjechul Hadi Pernomo, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan

Nasional, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidika,:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R & D, Bandung: Alfabeta, 2010.

Tika Widiastuti, Model Pendayagunaan Zakat Produktif oleh Lembaga Zakat

Dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahiq, Jurnal Ekonomi dan Bisnis,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Vol. 1, No. 1,

Januari – Juni 2015.

Totok Budisantoso, Nuritomo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Ketiga,

Jakarta: Salemba Empat, 2014.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat.

Zulkarnaini, Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan

Mustahiq (Studi Kasus di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe),

Penelitian: STAIN Malikussaleh, Jurusan Ekonomi Islam, 2009.

DAFTAR WAWANCARA

Hasil Wawancara dengan Bapak Boihaqi, (Kepala Baitul Mal Kota

Lhokseumawe), Senin, 2 April 2018.

Hasil Wawancara dengan Bapak Sibral Malasi, (Sub Bidang Pembukuan dan

Pelaporan Baitul Mal Kota Lhokseumawe, Senin, 2 April 2018.

Hasil Wawancara dengan Ibu Zulvera Yanti, (Bendahara Penyaluran Baitul Mal

Kota Lhokseumawe, Rabu, 4 April 2018.

Hasil Wawancara dengan Bapak Hamdani, (Seksi Penyaluran Zakat Baitul Mal

Kota Lhokseumawe, Rabu, 4 April 2018.

Hasil Wawancara dengan Suryani, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Jambo

Mesjid Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Kamis, 5 April

2018.

Page 72: MAKSIMALISASI POTENSI ZAKAT MELALUI PENINGKATAN …

Hasil Wawancara dengan Abdurrahman, (Penerima Zakat Produktif, Gampong

Jambo Mesjid Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Sabtu, 7

April 2018.

Hasil Wawancara dengan Khadijah, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Kuala

Meuraksa Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Kamis, 5 April

2018.

Hasil Wawancara dengan Armiya, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Kuala

Meuraksa Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Jumat, 6 April

2018.

Hasil Wawancara dengan Zulkifli, (Penerima Zakat Produktif, Gampong Blang

Cut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Sabtu, 7 April 2018.