malaria

17
MALARIA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA Oleh : Achmad Husein PENDAHULUAN Dalam pelita VI inti kebijaksanaan operasional pemberantasan malaria antaralain mengacu pada strategi Global pemberantasan penyakit malaria. Strategi Global tersebut merupakan kesepakatan Menteri Kesehatan negara-negara anggota WHO dalam pertemuan di Amsterdam tahun 1992 yang mempunyai empat unsur teknis dasar sebagai berikut : Diagnosa cepat dan pengobatan dini. Pemberantasan vector secara selektif dan berkesinambungan. Mencegah dan menanggulangi wabah secara dini. Menilai secara berkala situasi malaria khususnya dari aspek ekologi dan sosial ekonomi.

Upload: muhammadfredyrahmadi

Post on 26-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: Malaria

MALARIA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA Oleh : Achmad Husein

PENDAHULUANDalam pelita VI inti kebijaksanaan operasional pemberantasan malaria antaralain mengacu pada strategi Global pemberantasan penyakit malaria. Strategi Global tersebut merupakan kesepakatan Menteri Kesehatan negara-negara anggota WHO dalam pertemuan di Amsterdam tahun 1992 yang mempunyai empat unsur teknis dasar sebagai berikut : Diagnosa cepat dan pengobatan dini. Pemberantasan vector secara selektif dan

berkesinambungan. Mencegah dan menanggulangi wabah secara dini. Menilai secara berkala situasi malaria khususnya dari aspek

ekologi dan sosial ekonomi.

Page 2: Malaria

TUJUAN PROGRAM P2 MALARIA

Tujuan Umum :

Mencegah kematian dan menekan kesakitan serta kerugian sosial ekonomi yang ditimbulkan malaria dengan melaksanakan upaya pemberantasan malaria berdasarkan kemampuan setempat yang makin ditingkatkan.

Tujuan Khusus

• Angka kesakitan mencapai 0,08 per 1000 penduduk (API)

• Jumlah Kecamatan HCI < 15 dan jumlah desa HCI < 100

Page 3: Malaria

KEBIJAKSANAAN PELAKSANAN» Kebijaksanan cakupan pelayanan pengobatan diluar Jawa-Bali meningkatkan

upaya pemberantasan dengan mempertajam sasaran program berdasarkan pertimbangan epidemiologis, entomologi, dan prioritas sasaran.

» Memperluas daerah bebas malaria dan mencegah timbulnya daerah focus malaria karena kaus import.

» Menanggulangi fokus malaria di Jawa-Bali sehingga tidak menjadi daerah endemis malaria dengan meningkatkan pelaksanaan kegiatan program surveilans malaria.

» Meningkatkan kemampuan manajerial dari pelaksana program P2 malaria pada setiap jenjang mulai dari tingkat Puskesmas, Kabupaten, Propinsi dan Pusat.

» Meningkatkan kualitas surveilans untuk mempertajam sasaran program mengukur pencapaian kegiatan program serta menilai dampak program berdasarkan indikator yang ditetapkan.

» Meningkatkan kualitas dan cakupan pelayanan penderita dan rujukan bagi penderita malaria berat, sebagai pemenuhan hak penduduk daerah endemis malaria untuk mendapatkan diagnosa cepat dan pengobatan dini.

» Melakukan pemberantasan vector secara selektif baik sasaran maupun metodanya.

» Dalm program P2 malaria pelita VI berlaku prinsip perencanaan dari bawah (bottom-up planning) dengan keikutsertaan puskesmas dan desentralisasi pelaksanaan di Dati II.

» Meningkatkan kerjasama lintas untuk mendapatkan dukungan pelaksanaan program di daerah rawan malaria.

» Memanfaatkan bantuan dan kerjasama dengan luar negeri sebagai pelengkap dalam meningkatkan kemampuan program P2 malaria.

Page 4: Malaria

STRATIFIKASI WILAYAHStratifikasi wilayah dalam MSP dilakukan berdasarkan 2 macam indikator, yaitu indikator statis dan indikator dinamis.

a. Indikator statis:

1.High Case Incidence (HCI), tingkat kasus ≥ 5 per seribu penduduk.

2.Midle Case Incedence (MCI), tingkat kasus 1-<5 per seribu penduduk.

3.Low Case Incedence (LCI), tingkat kasus <1 per seribu penduduk.

• Untuk perencanan dan penyusunan anggaran tahun berikutnya.

• Evaluasi dampak dari berbagai tindakan pemberantasan malaria di desa pada akhir tahun.

Page 5: Malaria

Indikator dinamis:

Merupakan indikator yang memperhatikan fluktuasi kasus \ dan situasi malaria bulanan, serta menjadi alat bagi Kabupaten dan Puskesmas untuk memperkirakan potensi KLB dari suatu desa tertentu.

Page 6: Malaria

2). Kriteria Desa Fokus Rendah.

a. Desa MCI atau LCI dengan kasus indogenius bulanan konstan atau menurun ( selama 1 tahun) atau

b. Desa HCI yang kasus indogenius bulanannya cenderung menurun atau

c. Desa HCI yang kondisi lingkungannya dan mobilitas penduduknya tidak mendukung penularan, artinya:

• Tidak mendukung perkembangan vektor malaria (todak termasuk daerah dengan kriteria kondisi lingkungan yang cocok untuk ke empat vektor malaria di atas) atau

• Tidak terjadi perubahan: lingkungan yang menciptakan tempat perindukan vektor malaria atau

• Tiadak terdapat migrasi yang tinggal ke/dari daerah endemis malaria baik di Jawa maupun di luar Jawa.

Page 7: Malaria

3). Kriteria Desa Fokus Tinggi

• Adalah desa rawan yang:– Mulai ditemukan adanya kasus indegenous atau– Selam 3 bulan berturut-turut tingkat kasus indegenous barunya

relatif konstan atau naik sehingga secara komulatif mencapai lebih dari atau sama dengan 14 perMil

– Desa-desa HCI, MCI ataupun LCI yang jumlah kasus indegeneous baru perbulan cenderung naik dibanding bulan sebelumnya.

Page 8: Malaria

Efektifitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan hal - hal sebagai berikut :

• Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia• Kesukaan menghisap darah manusia atau

antropofilia• Frekuensi menghisap darah• Lamanya sporogoni (berkembangnya parasit

dalam nyamuk sehingga menjadi infektif)• Lamanya hidup nyamuk

Page 9: Malaria

Kebiasaan makan dan istirahat :

* Endofili : Suka tinggal didalam rumah

* Eksofili : Suka tinggal diluar rumah

* Endofagi : Menggigit dalam rumuah

* Eksofagi : Menggigit diluar rumah

* Antroprofili : suka menggigit manusia

* Zoofili : Suka menggigit binatang

Page 10: Malaria

Paramater dalam pengamatan rutin malaria :

1. Annual Parasite Incidence (API)

Kasus malaria yang dikonfirmasikan dalam 1 tahun

API = ------------------------------------------------------- x 1000Jumlah penduduk daerah tersebut

Kasus malaria ditemukan melalui ACD dan PCD dan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan mikroskopis

Page 11: Malaria

2. Annual Blood Examanation Rate (ABER)

Jumlah sediaan darah diperiksa

ABER = ---------------------------------------------------------------- x 100

Jumlah penduduk yang diamati

•Aber merupakan ukuran dari efisiensi operasional. ABER diperlukan untuk menilai API. Penurunan API yang disertai penurunan ABER belum tentu berarti penurunan insidens. Penurunan API berarti penurunan insidens bila ABER meningkat

Page 12: Malaria

3. Slide Positivity Rate (SPR)

SPR adalah presentase sediaan darah yang posititif. Seperti penilaian API, SPR baru bermakna bila ABER meningkat

4. Parasite Formula (PF)

PF adalah proporsi dari tiap parasit disuatu daerah. Spesies yang mempunyai PF tertinggi disebut species dominan

Malariometric Survei (MS) dilakukan didaerah yang belum mempunyai program penanggulangan yang teratur, terutama diluar Jawa - Bali. Parameter yang dikumpulkan adalah :

Page 13: Malaria

1. Parasite Rate (PR)

Adalah presentase penduduk yang darahnya mengandung parasit malaria pada saat tertentu. Kelompok umr yang dicakup biasanya adalah golongan 2 - 9 tahun dan 0 - 1 tahun. PR kelompok 0 - 1 tahun mempunyai arti khusus dan disebut Infant Parasite Rate (IPR) dan dianggap sebagai indeks transmisi karena menunjukkan adanya transmisi lokal

2. Spleen Rate (SR)

SR menggambarkan presentase penduduk yang limpanya membesar, biasanya adalah golongan 2 - 9 tahun.

3. Average Enlarge Spleen (AES)

AES adalah rata - rata pembesaran limpanya dapat diraba

Page 14: Malaria

Survai - Survai lain yang dapat dilaksanakan untuk menilai situasi malaria adalah :1. Mass Blood SurveySeluruh penduduk pada suatu daerah diperiksa darahnya. Hasilnya adalah Parasite Rate (PR) dan Parasite Formula (PF)2. Mass Fever SurveyMFS semua penduduk yang menderita demam atau menderita demam dalam waktu sebulan sebelum survei diperiksa darahnya. Ini dilaksanakan apabila MBS tidak dapat dilaksanakan karena kekurangan dana dan tenaga

Page 15: Malaria

3. Survey EntomologiSurvei ini sama pentingnya dengan survei yang

terdahulu. Tanpa mengetahui sifat sifat vektor setempat tidak akan dapat disusun upaya pemberantasan yang berhasil. Parameter penting yang perlu diketahui adalah :

• Man Biting Rate ( gigitan nyamuk perhari perorang )• Parous Rate ( nyamuk yang telah bertelur )• Sporozoit Rate ( nyamuk dengan sporozoit dalam

kelenjar liurnya )• Human Blood Index ( Nyamuk dengan darah manusia

dalam lambungnya )• Mosquito Density (jumlah nyamuk yang ditangkap

dalam 1 jam )• Inoculation Rate ( manbiiting rate x sporozoit rate ).

Page 16: Malaria

4. Survey Lingkungan

5. Lain - lain

•Studi resistensi baik parasit maupun vektor

•Survey prevalensi

•Studi Zero – epidemiologi

Endemisitas malaria berdasarkan Spleen Rate (SR)

• Hipoendemik SR 10 %

• Mesoendemik SR 11 - 50 %

• Hiperendemik SR 50 - 75 %

• Holoendemik SR 75 %

Page 17: Malaria

Asal - Usul Infeksinya :• Indigenous : bila transmisi terjadi setempat atau

lokal• Imported : bila berasal dari luar daerah• Introduced : kasus kedua yang berasal dari

kasus import• Induced : bila kasus berasal dari transfusi darah

atau suntik• Relaps : kasus rekrudesensi ( kambuh dalam 8

minggu ) atau rekurensi ( kambuh dalam lebih dari 24 minggu )

• Unclassified : asal - usulnya tidak diketahui