malaria adalah penyakit protozoa yang ditransmisikan oleh gigitan dari nyamuk anopheles yang...
TRANSCRIPT
Malaria adalah penyakit protozoa yang ditransmisikan oleh gigitan dari nyamuk
anopheles yang terinfeksi. Ini adalah penyakit parasit pada manusia yang paling penting,
dengan transmisi di 103 negara yang menginfeksi lebih dari 1 milyar orang. Malaria
sekarang sudah dihilangkan dari amerika utara, eropa dan rusia tetapi meskipun telah
dilakukan usaha pengontrolan dengan hebat di banyak bagian-bagian negara tropis hal ini
tetap bisa menimbulkan lagi bahkan meningkatkan masalah-masalah resistensi obat dari
parasit dan resistensi insektsida pada vector. Kadang- kadang transmisi local diikuti oleh
transmisi malaria yang baru-baru ini kadang-kadang terjadi di beberapa area selatan dan
timur di amerika dan eropa, indikasi dari bahaya yang terjadi terus-menerus bisa
berbahaya ke negara-negara yang tak ada malaria. Malaria tetap terjadi sampai sekarang
ini, sebagaimana telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu.
Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium. Termasuk genus plasmodium dari famili
plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami fase
aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Fase seksual terjadi pada nyamuk anopheles betina.
Epidemiologi
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika
(bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan karibia. Lebih dari 1.6 triliun manusia
terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1
juta pertahun. Beberapa daerah yang bebas malaria yaitu Amerika serikat, kanada, negara
di eropa (kecuali Rusia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, korea, Brunei,
Australia. Negara tersebut terhindar dari malaria karena vektor yang baik; walaupun
demikian di negara tersebut makin banyak dijumpai kasus malaria yang di import karena
pendatang dari negara malaria atau penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria.
P. falciparum dan P. Malariae umumnya dijumpai pada semua negara malaria; afrika,
haiti, dan papua nugini umumnya P.falciparum; P.vivax banyak di negara Oceania dan
india umumnya P.falciparum dan P.vivax, P.ovale biasanya hanya di afrika. Di Indonesia
kawasan timur mulai dari kalimantan, sulawesi tengah sampai ke utara, maluku, irian
jaya, dan dari lombok sampai nusa tenggara timur serta timor-timur merupakan daerah
endemis malaria dengan P. Falciparum dan P.vivax. beberapa daerah di sumatera mulai
dari lampung, riau, jambi, dan batam kasus malaria cenderung meningkat.
Daur hidup parasit malaria
Manusia Nyamuk Anopheles ♀
Dalam hati Dalam kelenjar liur
sporozoithipnozoit
skizonskizon
merozoit
ookistadalam Dalam lambungdarah trofozoit
skizon
merozoit
makrogametosit makrogametzigot = ookinet
mikrogametosit mikrogamet
BEBERAPA SIFAT PERBANDINGAN DAN DIAGNOSTIKPADA EMPAT SPESIES PLASMODIUM PADA MANUSIA
P.falciparum P. vivax P. ovale P.malariaeDaur praeritrosit
5,5 hari 8 hari 9 hari 10-15 hari
Hipnozoit - + + -Jumlah merozoit hati
40.000 10.000 15.000 15.000
Skizon hati 60 mikron 45 mikron 70 mikron 55 mikronEritrosit yang dihinggapi
Muda, tua dan normosit
Retikulosit dan normosit
Retikulosit dan normosit muda
Tua
Pembesaran eritrosit
- ++ + -
Titik eritrosit Maurer Schuffner James Ziemann Pigmen Hitam Kuning
tengguli Tengguli tua Tengguli hitam
Jumlah eritrosit 8-24 12-18 8-10 8Daur dalam nyamuk pada 27 0C
10 hari 8- 9 hari 12-14 hari 26-28 hari
Patofisiologi
Patofisiologi malaria masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan
hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama masih
berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit
yang mengandung parasit pada endotelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada
mereka yang dapat tetap hidup. Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti,
tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis demam dan peradangan. Skizogoni
eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit, sedangkan
sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik. Patofisiologi
malaria adalah multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
Penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang
mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit,
sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intravaskular
yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Mediator endotoksin-makrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit
memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang
rupanya menyebabkan perubahan patofisiologi yang berhubungan dengan malaria. TNF
adalah suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang
terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam,
hipoglikemia, dan sindrom penyakit pernapasan pada orang dewasa (ARDS) dengan
sekuestrasi sel neutrofil dala pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan
P.falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit
pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum anak dengan malaria falciparum
akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan
beratnya penyakit.
Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut
P.falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaannya. Tonjolan tersebut
mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan
dengan afinitas eritrosit yang mengandung P.falciparum terhadap endotelium kapiler
darah dalam alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di
sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endotelium kapiler darah dan
membentuk gumpalan yang membendung kapiler alat-alat dalam. Protein dan cairan
merembes melalui membran kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia dan edema
jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin
P.falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut; sekurang-kurangnya ada 4
macam protein yang berperan dalam sitoadherens sel endotel untuk eritrosit yang
terinfeksi P.falciparum.
Manifestasi umum malaria
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan splenomegali.
Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan prodormal dapat
terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang,
merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak
enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin. Keluhan prodormal sering terjadi pada P.
Vivax dan ovale, sedang pada P. Falciparum dan malariae keluhan prodormal tidak jelas
bahkan dapat terjadi mendadak. Gejala klasik yaitu terjadi “ Trias Malaria “ secara
berurutan: periode dingin ( 15-60 menit ): mulai menggigil, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi sering terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti
dengan periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi
beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian periode berkeringat :
penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat. Trias
Malaria lebih sering terjadi pada P.vivax, P.falciparum menggigil dapat berlangsung
berat atau tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada P. Falciparum, 36 jam
pada P.vivax dan ovale, 60 jam pada P. Malariae. Anemia merupakan gejala yang sering
dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia ialah :
pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoesis sementara, hemolisis oleh
karena proses complement mediated immune complex, eritrofagositosis, penghambatan
pengeluaran retikulosit, dan pengaruh sitokin. Pembesaran limpa sering dijumpai pada
penderita malaria, limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan akut, limpa menjadi
bengkak dan hiperemis.
Manifestasi klinik infeksi plasmodium
Plasmodium Masa inkubasi (hari)
Tipe panas (jam)
Relaps Recrudensi Manifestasi klinik
Falciparum 12 ( 9-14) 24, 36 -- + Gejala gastrointestinal ; hemolisis; anemia, ikterus, hemoglobinuria, syok, gejala serebral; edema paru; hipoglikemi, kematian
Vivax 13 ( 12-17) →12 bulan
48 ++ -- Anemia kronik;splenomegali ruptur limpa
Ovale 17 ( 16-18) 48 ++ -- Sama dengan vivaxMalariae 17 ( 16-18) 72 -- + Rekrudensi sampai
50 tahun; splenomegali menetap; limpa jarang ruptur; sindroma nefrotik.