manajemen dan penyakit satwa primata1

Upload: satria-arceus-dewantara

Post on 07-Jul-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    1/14

    i

    MANAJEMEN DAN PENYAKIT SATWA PRIMATA

    TORSIOIDEA

    Disusun oleh:

    Hartina Samosir 1309005081

    Putu Gonna Indah Arsana 1309005131

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2016

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    2/14

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas berkat

    rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini. Paper ini dibuat untuk

    memenuhi tugas Manajemen dan Penyakit Satwa Primata, Fakultas Kedokteran

    Hewan, Universitas Udayana.

    Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari paper

    ini, terima kasih kepada dosen pengampu yang memberikan materi pada saat

    perkuliahan, teman satu kelompok yang sudah banyak membantu dalam proses

    pembuatan dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

    yang telah membantu penulis.

    Denpasar, 12 Maret 2016

    Penulis

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    3/14

    iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv

    BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sejarah dan Asal-usul Torsioidea ................................................................ 2

    2.2 Struktur dan Fungsi Tubuh Torsioidea ....................................................... 4

    2.3 Tingkah Laku Sosial Torsioidea ................................................................. 7

    2.4 Penyakit pada Torsioidea ........................................................................... 8

    BAB III. SIMPULAN DAN SARAN

    3.1 Simpulan .................................................................................................... 9

    3.2 Saran .......................................................................................................... 9

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    4/14

    iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 ...................................................................................................................... 3

    Gambar 2 ...................................................................................................................... 6

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    5/14

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Dewasa ini dokter hewan dituntut untuk menguasai pengelolaan atau pengembangan dan penanganan penyakit selain hewan ternak. Satwa primata

    merupakan primata yang bukan manusia. Satwa primata memiliki kedekatan

    struktur tubuh dengan manusia. Pada manusia ada dokter hewan yang secara

    gamblang menerangkan dan memahami apa saja yang terkait dengan tubuh

    badaniah manusia, untuk itu para dokter hewan dan para calon dokter hewan

    diharapkan dapat memahami biologi satwa primata. Seperti layaknya mempelajari

    manusia, pada satwa primata pun kita harus memahami profil dan penyakit satwa

    primata. Mempelajari sejarah, asal-usul, klasifikasi atau taksonomi, struktur dan

    fungsi tubuh, tingkah laku sosialnya, penyakit zoonosis dan non-zoonosis dengan

    mengutamakan satwa primata khas Indonesia.

    Salah satu subordo primata yang ada di Indonesia adalah Tarsioidea .

    Tarsius adalah binatang kecil dengan mata yang sangat besar; masing-masing bola

    mata adalah sekitar 16 mm dan sebagai besar memenuhi seluruh otaknya. Karena

    Tarsioidea merupakan salah satu sub ordo yang ada di Indonesia hal ini lah yang

    melatarbelakangi pembuatan paper ini.

    Tarsius syrichta adalah sejenis primata yang terkecil di dunia dan bisa

    ditemukan di Filipina, dan variasi speciesnya ditemukan juga di Sumatra, Borneo,

    Sulawesi (Indonesia). Tarsier asal Filipina ini adalah hewan yang sangat aktif

    dengan ciri yang khas. Tubuhnya dibalut dengan bulu warna abu-abu, ekornya

    memiliki panjang kira-kira 232 mm hampir tidak berbulu alias gundul. Dari

    kepala hingga ekor panjangnya antara 118-149 mm dengan berat 113-142 gram.

    Memiliki karakteristik mata yang bulat lebar besarnya dan menonjol dan hidung

    yang unik dan ukurannya yang kecil. Ukuran rongga mata tarsius ini melebihi

    ukuran tempurung otak dan perutnya. Tangan dan kakinya mempunyai jari-jari

    yang mirip dengan manusia yang digunakannya untuk bertengger di pohon dan

    ekornya digunakan untuk keseimbangan.

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    6/14

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sejarah dan Asal-Usul TarsioideaTarsius adalah haplorrhine primata dari keluarga Tarsiidae, keluarga

    tunggal dalam infraorder Tarsiiformes. Meskipun grup ini dahulu kala

    memiliki penyebaran yang luas, akan tetapi semua spesies yang hidup

    sekarang jumlahnya terbatas dan ditemukan di pulau-pulau Asia Tenggara,

    termasuk Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan bagian dari Kepulauan

    Filipina (Niemitz, 2003) . Ada 7 spesies yang masih ada dari tarsius, semua

    dalam genus Tarsius. Spesies tarsius semua sama dalam ukuran, morfologi,

    dan ekologi. Mereka semua kecil, nokturnal, primata predator khusus untuk

    melompat dan menempel. Tarsius yang paling "primitif" dari primata

    haplorrhine.

    Dalam keluarga Tarsiidae, ada dua genre yang sudah punah yaitu

    Xanthorhysis dan Afrotasius. Namun, penempatan Afrotarsius tidak pasti,

    kadang-kadang tercantum dalam keluarga sendiri, Afrotarsiidae dalam

    infraorder Tarsiiformes, kadang dianggap sebagai anthropoid. Klasifikasi

    ilmiah dari Tarsioidea adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Chordata

    Class :Mammalia

    Order :Primates

    Suborder : Haplorrhini

    Infraorder : Tarsiiformis

    Famili : Tarsiidea

    Genus : Tarsius

    Genera : Carlito, Cephalopachus, Tarsius

    Sejauh ini, tiga spesies fosil dari genus Tarsius dikenal dari catatan

    fosil:

    a. Tarsius eocaenus diketahui dari Eosen Tengah di Cina.

    b. Tarsius thailandicus hidup pada Miosen Awal di barat laut Thailand.

    c. Tarsius sirindhornae hidup pada Miosen Tengah di utara Thailand.

    https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Haplorrhine&usg=ALkJrhjX0UDzLuKYulLJcnxk7vHJaiKNLQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Primate&usg=ALkJrhg6ng4qGwqDdNJl1a0TNnIleb2AwAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsiiformes&usg=ALkJrhinFhX_WraL9LyV_xu4f-2aq9UVlQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Southeast_Asia&usg=ALkJrhjlbpAZHwdmBMmC8JpURUOVZkSuZwhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/&usg=ALkJrhh8zfbvYonhK_TNzMXHxufLqDF4Sg#13b603bb427a5e7e3d84305750b60a13https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Tarsius/&usg=ALkJrhj7mHV18hrKRtdTG_Thy3GYaK7D9whttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Haplorrhini/&usg=ALkJrhjOpO1ikgE4ITtDdho8b3mjekNVvQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Haplorrhini/&usg=ALkJrhjOpO1ikgE4ITtDdho8b3mjekNVvQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Afrotarsiidae&usg=ALkJrhhAHnR6C7Nweqdtq1zM-vAZirSQPQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsius&usg=ALkJrhh2xDwSDcQGWsUjSZQi6JbIYZN27Qhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DTarsius_eocaenus%26action%3Dedit%26redlink%3D1&usg=ALkJrhheBsyxL5C2PJA0TSz6tWpVt8nz6Ahttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Eocene&usg=ALkJrhgZquJ9JC4QQUSgfoUqN1942ijlLghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DTarsius_thailandicus%26action%3Dedit%26redlink%3D1&usg=ALkJrhiJGb_MavIAYbgeMVcwKW0PZH_KWwhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Early_Miocene&usg=ALkJrhiFzu3kkG4v0yOB87JUgPi389q88ghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DTarsius_sirindhornae%26action%3Dedit%26redlink%3D1&usg=ALkJrhhIda5nvvz7GUpGKzimE7dhVcCDRAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Miocene&usg=ALkJrhhs_SL_Z2HS53sN5m6olxn_nu2yaghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Miocene&usg=ALkJrhhs_SL_Z2HS53sN5m6olxn_nu2yaghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DTarsius_sirindhornae%26action%3Dedit%26redlink%3D1&usg=ALkJrhhIda5nvvz7GUpGKzimE7dhVcCDRAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Early_Miocene&usg=ALkJrhiFzu3kkG4v0yOB87JUgPi389q88ghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DTarsius_thailandicus%26action%3Dedit%26redlink%3D1&usg=ALkJrhiJGb_MavIAYbgeMVcwKW0PZH_KWwhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Eocene&usg=ALkJrhgZquJ9JC4QQUSgfoUqN1942ijlLghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DTarsius_eocaenus%26action%3Dedit%26redlink%3D1&usg=ALkJrhheBsyxL5C2PJA0TSz6tWpVt8nz6Ahttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsius&usg=ALkJrhh2xDwSDcQGWsUjSZQi6JbIYZN27Qhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Afrotarsiidae&usg=ALkJrhhAHnR6C7Nweqdtq1zM-vAZirSQPQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Haplorrhini/&usg=ALkJrhjOpO1ikgE4ITtDdho8b3mjekNVvQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Haplorrhini/&usg=ALkJrhjOpO1ikgE4ITtDdho8b3mjekNVvQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Tarsius/&usg=ALkJrhj7mHV18hrKRtdTG_Thy3GYaK7D9whttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/&usg=ALkJrhh8zfbvYonhK_TNzMXHxufLqDF4Sg#13b603bb427a5e7e3d84305750b60a13https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Southeast_Asia&usg=ALkJrhjlbpAZHwdmBMmC8JpURUOVZkSuZwhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsiiformes&usg=ALkJrhinFhX_WraL9LyV_xu4f-2aq9UVlQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Primate&usg=ALkJrhg6ng4qGwqDdNJl1a0TNnIleb2AwAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Haplorrhine&usg=ALkJrhjX0UDzLuKYulLJcnxk7vHJaiKNLQ

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    7/14

    3

    Posisi filogenetik tarsius yang hidup sekarang banyak diperdebatkan pada

    abad yang lalu, dan tarsius diklasifikasikan secara bergantian pada Strepsirrhini

    pada subordo prosimia, atau sebagai grup saudara dari simia (sama dengan

    Anthropoidea) dalam infraordo Haplorrhini. Pada tingkat filogenetik yang lebih

    rendah, tarsius telah, sampai saat ini, semua telah ditempatkan dalam

    genus Tarsius, tapi masih juga diperdebatkan apakah spesies harus ditempatkan

    dalam dua (Sulawesi dan Filipina kelompok barat) atau tiga genera yang terpisah

    (Sulawesi, Filipina dan kelompok barat).

    Pada tahun 2010, Colin Groves dan Myron Shekelle menyarankan

    membelah genus Tarsius menjadi tiga genera yaitu tarsius Filipina

    (genus Carlito) , tarsius Barat (genus Cephalopachus) , dan tarsius timur

    (genus Tarsius). Hal ini didasarkan pada perbedaan gigi, ukuran mata, tungkai dan

    panjang tangan, jumbai ekor, ekor duduk bantalan, jumlah mammae, jumlah

    kromosom, sosioekologi, vokalisasi, dan distribusi. Fosil primate tarsiiform

    ditemukan di Asia, Eropa, dan Amerika Utara, dengan fosil yang disengketakan

    dari Afrika, namun tarsius yang masih ada dibatasi untuk beberapa pulau di Asia

    Tenggara, termasuk Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

    Gambar 1. Penyebaran Tarsius

    https://id.wikipedia.org/wiki/Filogenetikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Strepsirrhinihttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Simia&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Haplorrhinihttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Sulawesi&usg=ALkJrhiV-QFfP0S4z1Yj-Isa2JfS3AU4nAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Philippine&usg=ALkJrhiW5dOA-RpcLp_NdPMWL6xpfa3Y_whttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Colin_Groves&usg=ALkJrhjEf38KAjfukagQAxhtzo0p3MitKQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Carlito_(genus)&usg=ALkJrhjgxsKDAWyse1WqAFnWCWIdGdTfXQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Cephalopachus&usg=ALkJrhj1T0tj4BEfxL_ArSR6eDeh_yIkEAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Dentition&usg=ALkJrhjlrGYHr0KSAMEMLzlVBoGBc6VECghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Mammary_gland&usg=ALkJrhj4j4QAx8HlwsY-3wX2H52_WXn1Mghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Socioecology&usg=ALkJrhiaQ8RvUJgWRwE_OgWsCnxE4fwXmAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsiiform&usg=ALkJrhiganQvfwzr8Qr-NxPvI32hZ46UgAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Philippines&usg=ALkJrhhO-ovIZUim7Z0mjRXVjkC533pZKghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Malaysia&usg=ALkJrhjWg1QwbG0bVE9MOkwCUNxyhHNqMAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia&usg=ALkJrhh5pbkFD0A-BRlvA3zXzZAtjKcapQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia&usg=ALkJrhh5pbkFD0A-BRlvA3zXzZAtjKcapQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Malaysia&usg=ALkJrhjWg1QwbG0bVE9MOkwCUNxyhHNqMAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Philippines&usg=ALkJrhhO-ovIZUim7Z0mjRXVjkC533pZKghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsiiform&usg=ALkJrhiganQvfwzr8Qr-NxPvI32hZ46UgAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Socioecology&usg=ALkJrhiaQ8RvUJgWRwE_OgWsCnxE4fwXmAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Mammary_gland&usg=ALkJrhj4j4QAx8HlwsY-3wX2H52_WXn1Mghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Dentition&usg=ALkJrhjlrGYHr0KSAMEMLzlVBoGBc6VECghttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Cephalopachus&usg=ALkJrhj1T0tj4BEfxL_ArSR6eDeh_yIkEAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Carlito_(genus)&usg=ALkJrhjgxsKDAWyse1WqAFnWCWIdGdTfXQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Colin_Groves&usg=ALkJrhjEf38KAjfukagQAxhtzo0p3MitKQhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Philippine&usg=ALkJrhiW5dOA-RpcLp_NdPMWL6xpfa3Y_whttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Sulawesi&usg=ALkJrhiV-QFfP0S4z1Yj-Isa2JfS3AU4nAhttps://id.wikipedia.org/wiki/Haplorrhinihttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Simia&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Strepsirrhinihttps://id.wikipedia.org/wiki/Filogenetik

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    8/14

    4

    2.2 Struktur dan Fungsi Tubuh Tarsioidea

    2.2.1 Ciri Eksternal

    Spesies tarsius semua sangat arboreal dan ditemukan terutama di

    daerah tropis, habitat hutan dengan pertumbuhan vertikal padat. Mereka

    dapat melompat antara batang pohon secara vertikal untuk berkeliling

    dan ini merupakan komponen penting dari habitat mereka. Mereka

    mungkin menjelajah ke habitat non-hutan jika ada permukaan vertikal

    cukup untuk menempel dan melompat. Mereka akan melompat ke tanah

    untuk bergerak juga, tapi hanya akan tetap di tanah sesaat. Mereka tidur

    di pohon, cekungan, dan kelompok tanaman merambat juga komponen

    penting dari habitat mereka. Sebagian besar waktu mencari makan

    mereka dihabiskan di bawah 1 meter dalam struktur vertikal

    hutan. Tarsius jarang memperlihatkan variasi posisi diam, tarsius sering

    memeluk batang pohon, atau ranting pada posisi vertikal dengan

    menggunakan ekornya sebagai penunjang (Niemitz, 2003) .

    Tarsius spectrum biasa tidur sepanjang siang hari, punya suara

    yang keras jika bergelantungan dan membuat lompatan. Waktu Tarsius

    60-70% digunakan untuk bergerak seperti T. bancanus selalu bergerakuntuk memanjat, juga T. sepectrum, T. dianae, dan T. syrichta aktivitas

    bergerak melompat, berjalan, dan memanjat. T. bancanus jarang

    memperlihatkan variasi posisi diam sering memeluk batang pohon atau

    ranting pada posisi vertikal dengan menggunakan ekornya sebagai

    penunjang (Shekelle, in pres).

    2.2.2 Indra Khusus dan Otak

    Tarsius memiliki keistimewaan pada mata karena penglihatan padamalam hari lebih tajam. Organ mata pada tarsius merupakan organ

    terbesar dibanding organ kepala lainnya. Kepala dapat berputar sampai

    dengan 180° baik kekanan maupun kekiri seperti burung hantu.

    Tarsius adalah binatang kecil dengan mata yang sangat

    besar masing-masing bola mata ada sekitar 16 mm dan sebagai besar

    sebagai seluruh otaknya. Anatomi tengkorak yang unik dari tarsier untuk

    menyeimbangkan mata yang besar dan kepala berat sehingga mereka

    https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/&usg=ALkJrhh8zfbvYonhK_TNzMXHxufLqDF4Sg#13b603bb427a5e7e3d84305750b60a13https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/&usg=ALkJrhh8zfbvYonhK_TNzMXHxufLqDF4Sg#13b603bb427a5e7e3d84305750b60a13

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    9/14

    5

    dapat menunggu diam-diam mangsa dan langsung menerkam. Tarsius

    memiliki pendengaran sangat kuat karena korteks pendengaran mereka

    sangat berbeda. Untuk tarsius Filipina pendengarannya mampu

    mendengar frekuensi tinggi 91kHz dan vokalisasi dengan frekuensi

    dominan 70 kHz. Tidak seperti kebanyakan vertebrata nokturnal lainnya,

    tarsius tidak memiliki daerah memantulkan cahaya tapetum lucidum

    dimatanya. Mereka justru mememilik fovea dimana itu merupakan

    sesuatu hal yang tidak biasa pada binatang nokturnal.

    Otak tarsius berebeda dari primata lain dalam hal koneksi kedua

    mata dan lateral geniculate nucleus, yang merupakan daerah utama

    di talamus yang menerima informasi visual. Rangkaian lapisan seluler

    yang menerima informasi dari bagian mata ipsilateral (sisi kepala yang

    sama) and contralateral (sisi kepala yang berbeda) di lateral geniculate

    nucleus membedakan tarsius dari lemur, kukang, dan monyet, yang

    semuanya sama dalam hal ini.

    2.2.3 Gigi

    Dental formula dari tarsius adalah (2 1 3 3) x 2 (rahang atas) dan (1

    1 3 3) x 2 (rahang bawah). Tarsius berbeda dengan prosimians, tarsiustidak memiliki apapun seperti toothcomb.

    2.2.4 Saluran Cerna

    Tarsius satu-satunya primata yang tidak makan daun, buah, bunga

    dan sayuran. Tarsius merupakan satwa insektivora, menangkap serangga

    dengan melompat pada serangga itu. Mereka juga memangsa verterata

    kecil seperti burung, ular, kadal, dan kalelawar. Pada saat tarsius

    melompat dari satu pohon ke pohon lain tarsius dapat menangkap burungyang sedang bergerak. Semua tarsius aktif dimalam hari dan mereka

    semua beradaptasi untuk melompat.

    2.2.5 Tipe Pergerakan

    Dinamakan Tarsius karena spesies ini memiliki tulang tarsal yang

    memanjang dan membentuk sendi-sendi sehingga dapat melompat sejauh

    3 meter dari satu pohon ke pohon lainnya. Bagian bawah jari-jari tangan

    dan kaki tarsius terdapat tonjolan atau bantalan yang memungkinkan

    https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lateral_geniculate_nucleus&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Talamushttps://id.wikipedia.org/wiki/Talamushttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lateral_geniculate_nucleus&action=edit&redlink=1

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    10/14

    6

    tarsius untuk melekat pada berbagai permukaan saat melompat di tempat

    yang licin. Tarsius memiliki kaki belakang yang panjangnya dua kali

    lipat panjang badan dan kepala untuk memberikan kekuatan melompat

    karena sebagian besar gerakan tarsius adalah melompat secara vertical.

    Berikut perbedaan ukuran badan, warna rambut, serta panjang dan bentuk

    ekor tarsius di Sulawesi.

    Gambar 2. Perbedaan morfologi jenis-jenis tarsius yang terdapat di Sulawesi

    Pada Gambar 2 terlihat bahwa terdapat dua jenis tarsius yang

    memiliki nama yang hampir sama yaitu Selayar tarsier dan tarsier.

    Perbedaan yang dimiliki oleh kedua jenis tarsius tersebut adalah rambut

    pada ekor tarsier lebih lebat daripada Selayar tarsier. Tarsius tarsier

    berganti nama menjadi Tarsius fuscus sedangkan Selayar tarsier

    menggunakan nama Tarsius tarsier. Perbedaan morfologi lainnya darikedua spesies ini adalah kaki belakang T. fuscus lebih pendek

    dibandingkan T. tarsier, warna bulu T. fuscus juga lebih coklat

    kemerahan dan hanya sedikit bagian yang berwarna abu-abu, panjang

    ekor T. tarsier adalah 221% dari panjang seluruh tubuh dan kepala

    (Groves dan Shekelle 2010).

    Tarsius juga memiliki kaki belakang yang sangat panjang, karena

    sebagian besar untuk sangat panjang tarsus tulang kaki, dari mana hewan

    https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsus_(skeleton)&usg=ALkJrhgozcXT-O7LfTY3rOMo_gBlxS1Q7Qhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsus_(skeleton)&usg=ALkJrhgozcXT-O7LfTY3rOMo_gBlxS1Q7Q

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    11/14

    7

    mendapatkan nama mereka. Kombinasi tarsi memanjang dan menyatu

    tibiofibulae membuat mereka morfologi khusus untuk menempel vertikal

    dan melompat. Kepala dan tubuh berkisar 10 sampai 15 cm panjangnya,

    tapi kaki belakang sekitar dua kali panjang ini (termasuk kaki), dan

    mereka juga memiliki ekor ramping dari 20 menjadi 25 cm panjang. Jari-

    jari mereka juga memanjang, dengan jari ketiga yang kira-kira sama

    seperti lengan atas. Sebagian besar angka memiliki kuku, tetapi jari-jari

    kaki kedua dan ketiga dari kaki belakang menanggung cakar sebaliknya,

    yang digunakan untuk perawatan. Tarsius memiliki beludru bulu yang

    lembut, yang umumnya berwarna buff dan krem.

    2.2.6 ReproduksiTarsius mencapai masa dewasa setelah usia satu tahun kematangan

    seksual pada akhir tahun kedua. Tarsius dewasa hidup berpasangan

    dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar. Sosialitas dan

    sistem perkawinan bervariasi antara tarsius, tarsius cenderung

    digolongkan sebagai hewan yang pemalu. Tarsius mencapai kedewasaan

    seksual saat berumur 2 tahun. Sang betina mengalami panas berulang-

    ulang sampai kira-kira 23 hari dan mengeluarkan suara-suara unik untukmemberitahukan masa suburnya. Masa kehamilan tarsius selama 6 bulan,

    masa hidup tarsius 12-20 tahun.

    2.3 Tingkah Laku Sosial Tarsioidea

    2.3.1 Tingkah Laku Seksual

    Tarsius mempunyai sifat monogami, jika pasangan jenisnya mati

    tidak mau mencari pasangan lagi.

    2.3.2 Group Size dan Komposisi

    Tarsius adalah binatang setia dan hidup monogami. Pasangan

    Tarsius membentuk kelompok kecil dengan anak-anaknya yang belum

    dewasa, bersarang dalam rongga pohon (Sussman, 1999).

    2.3.3 Komunikasi

    Tarsius mengeluarkan nyanyian berupa cicitan rumit dengan

    berbagai nada saat mencari makan di malam hari dan pagi hari ketika

    akan kembali ke sarang. Nyanyian ini mengabarkan bahwa keluarga

    https://id.wikipedia.org/wiki/Hektarhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hektar

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    12/14

    8

    Tarsius itu keadaan sehat dan mengingatkan keluarga lain agar tidak

    memasuki wilayahnya.

    2.3.4 Perkembangan Bayi/anakan

    Kehamilan pada tarsius berlangsung enam bulan, kemudian tarsius

    melahirkan seekor anak. Tarsius muda lahir berbulu dan dengan mata

    terbuka serta mampu memanjat dalam waktu sehari setelah kelahiran.

    Tarsius mencapai masa dewasa setelah usia satu tahun kematangan

    seksual pada akhir tahun kedua. Tarsius dewasa hidup berpasangan

    dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar. Sosialitas dan

    sistem perkawinan bervariasi antara tarsius, tarsius cenderung

    digolongkan sebagai hewan yang pemalu.

    2.4 Penyakit pada Tarsioidea

    Penyakit yang biasanya menginfeksi monyet tarsius ini adalah parasit

    jenis cacing Tarsubulura karena tarsius senang makan jangkrik dan juga

    parasit saluran cerna yaitu cocidia dan ditemukan juga jamur Blastomyces

    (bersifat zoonosis).

    https://id.wikipedia.org/wiki/Kehamilanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hektarhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hektarhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kehamilan

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    13/14

    9

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 SimpulanDahulu kala Fosil primate tarsiiform ditemukan di Asia, Eropa, dan

    Amerika Utara, tetapi semua spesies yang hidup sekarang jumlahnya

    terbatas dan ditemukan di pulau-pulau Asia Tenggara, termasuk Sumatera,

    Kalimantan, Sulawesi, dan bagian dari Kepulauan Filipina.

    Tarsius memiliki keistimewaan pada mata karena merupakan organ

    terbesar dibanding organ kepala lainnya. Kepala dapat berputar sampai

    dengan 180° seperti burung hantu. Tarsius satu-satunya primata yang

    insektivora. Tarsius spesies yang memiliki tulang tarsal yang memanjang

    dan membentuk sendi-sendi sehingga dapat melompat sejauh 3 meter dari

    satu pohon ke pohon lainnya dengan gerakan yang paling disukai adalah

    gerakan vertikal.

    Tarsius adalah binatang setia dan hidup monogami jika pasangan

    jenisnya mati tidak mau mencari pasangan lagi.. Pasangan Tarsius

    membentuk kelompok kecil dengan anak-anaknya yang belum dewasa,

    bersarang dalam rongga pohon. Tarsius mengeluarkan nyanyian berupa

    cicitan rumit dengan berbagai nada saat mencari makan di malam hari dan

    pagi hari ketika akan kembali ke sarang .

    Penyakit yang biasanya menginfeksi monyet tarsius ini adalah parasit

    jenis cacing Tarsubulura karena tarsius senang makan jangkrik dan juga

    parasit saluran cerna yaitu cocidia dan ditemukan juga jamur Blastomyces.

    3.2 Saran

    1. Sejak tahun 1990 tarsius telah masuk dalam daftar merah IUCN, maka

    dari itu diharapkan kita masyarakat Indonesia bisa mengkonservasi dan

    menyelamatkan keberlangsungan dari hewan spesies ini.

    2. Dengan ukuran tubuh yang kecil spesies ini terancam untuk mudah

    diburu, kiranya pemerintah segera membuat sanksi atas perburuan hewan

    ini.

    https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsiiform&usg=ALkJrhiganQvfwzr8Qr-NxPvI32hZ46UgAhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Southeast_Asia&usg=ALkJrhjlbpAZHwdmBMmC8JpURUOVZkSuZwhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Southeast_Asia&usg=ALkJrhjlbpAZHwdmBMmC8JpURUOVZkSuZwhttps://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Tarsiiform&usg=ALkJrhiganQvfwzr8Qr-NxPvI32hZ46UgA

  • 8/18/2019 Manajemen Dan Penyakit Satwa Primata1

    14/14

    10

    DAFTAR PUSTAKA

    Clark, W. E. Le G. 1955. Primates Part 2 Haplorhin: Torsioidea (On-line).Diakses 12 Maret 2016 di

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1244749/. J Anat v.89(pt4);1955 Oct.

    Groves, C.; Shekelle, M. 2010. "The Genera and Species of Tarsiidae". International Journal of Primatology 31 (6): 1071 –

    1082. doi :10.1007/s10764-010-9443-1.

    IUCN. 2009. IUCN Redlist of Threatened (On-line). Diakses 12 Maret 2016di http://www.iucnredlist.org/.

    Myers, P. . "Tarsiidae" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed April 13,2016 at http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/.

    Niemitz, C. 2003. Tarsiers (Tarsiidae). Pp. 91-100 in M Hutchins, A Evans, JJackson, D Kleiman, J Murphy, D Thoney, eds. Grzimek Animal LifeEncyclopedia, Vol. 14, 2nd Edition. Detroit: Gale Group. (Dalam Myers, P.. "Tarsiidae" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed April 13, 2016 athttp://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/) .

    Shekelle, M. in pres. Primary Taxonomy of Eastern Tarsiers, Phase II: NamingTaxa Discovered in Phase I and Extending Sampling Transects. (DalamTolibin Iskandar “ Tarsius: Monyet Mini yang Belum Banyak Dikenal DiIndonesia dan Parasitnya ” ).

    Sussman, R.B. 1999. Primate Ecology and Social Stucture. Vol. I.: Lorises.Lemurs and Tarsiers. Department of Anthropology Washington University.(Dalam Tolibin Iskandar “ Tarsius: Monyet Mini yang Belum BanyakDikenal Di Indonesia dan Parasitnya ” ).

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1244749/http://www.springerlink.com/content/j3712t1357863121/fulltext.pdfhttps://en.wikipedia.org/wiki/Digital_object_identifierhttps://dx.doi.org/10.1007%2Fs10764-010-9443-1https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://www.iucnredlist.org/&usg=ALkJrhh6lXGNPS-gtVJ6hzkVgOzMqiLXCwhttp://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://www.iucnredlist.org/&usg=ALkJrhh6lXGNPS-gtVJ6hzkVgOzMqiLXCwhttps://dx.doi.org/10.1007%2Fs10764-010-9443-1https://en.wikipedia.org/wiki/Digital_object_identifierhttp://www.springerlink.com/content/j3712t1357863121/fulltext.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1244749/