manajemen keuangan tugas

35
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN KELOMPOK II 1. DWINDA NOVERA 15081009 2. MUARA SIAGIAN 15081021 3. WAHYUDI RULIYADI 15081037 ANALISIS KINERJA KEUANGAN

Upload: wahyudi-combatant

Post on 09-Apr-2016

25 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ANALISIS RASIO KEUANGAN

TRANSCRIPT

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

KELOMPOK II

1. DWINDA NOVERA 15081009

2. MUARA SIAGIAN 15081021

3. WAHYUDI RULIYADI 15081037

ANALISIS KINERJA KEUANGAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang.

CARA MENGANALISIS LAPORAN KEUANGAN

I. Analisis Berdasarkan Data Akuntansi1. Analisis Rasio Keuangan2. Analisis Du Pont Chart3. Analisis Kebangkrutan4. Analisis Commen-Size5. Analisis Sumber & Penggunaan Dana

II. Analisis Kinerja Perusaan1. EVA (Economic Value Added)2. MVA (Market Value Added)

I. Analisis Berdasarkan Data Akuntansi1. Analisis Rasio Keuangan

Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan masing-masing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam periode tertentu.

ANALISA RASIO KEUANGAN YANG BIASA DIGUNAKAN ADALAH

1. Rasio Likuiditas2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio 5. Rasio Nilai Pasar

1. Rasio LikuiditasRasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya dalam jangka pendek.

a. Current RatioRasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.

b. Cash RatioRasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek

c. Quick Ratio atau Acid Test RatioRasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets).

Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.

2. Rasio Profitabilitas atau RentabilitasRasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri

a. Gross Profit MarginRasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Gross Profit Margin = X 100%

b. Operating Income RatioRasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.

Operating Income Ratio = X 100%

c. Net Profit MarginRasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.

Net Profit Margin = X 100%

d. Earning Power of Total InvestmentRasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.

Earning Power of Total Investment = X 100%

e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio

Rasio untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan pendapatan bersih.

(ROI) = X 100%

f. Return on Equity (ROE) Rasio untuk mengukur kemampuan equity untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Return on Equity (ROE) = X 100%

g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners

Rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham.

Rate of Return on Net Worth = X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas ini semakin baik, sebaiknya bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar. 

3. Rasio Solvabilitas atau Leverage RatioRasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang.

a. Total Debt to Assets RatioRasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.

Total Debt to Assets Ratio = X 100%

b. Total Debt to Equity RatioRasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity

Total Debt to Assets Ratio = X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini semakin buruk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal nilainya adalah 200%. 

4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

a. Total Assets Turn OverRasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.

Total Assets Turn Over Ratio = X 100%

b. Working Capital Turn OverRasio untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.

Working Capital Turn Over Ratio = X 100%

c. Fixed Assets Turn Over,Rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan.

Fixed Assets Turn Over Ratio = X 100%

d. Inventory Turn OverRasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang efisien.

Inventory Turn Over Ratio = X 100%

e. Average Collection Period RatioRasio untuk mengukur  berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.

Average Collection Period Ratio = X 100%

f. Receivable Turn OverRasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.

Receivable Turn Over Ratio = X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini semakin baik, Bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar agar dapat menilai seberapa efisien perusaan mengelola sumber daya yang dimiliki.

5. Rasio Nilai Pasar• Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memberikan kembalian atau imbalan kepada para pemberi dana.

• Merupakan Rasio yang bermanfaat bagi para investor untuk menilai kinerja sekuritas saham di pasar modal.

a. Price Earning Ratio (PER)Menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Bagi investor, semakin kecil PER-nya semakin bagus karena berarti saham tersebut relatif murah.

PER =

b. Book Value (Nilai Buku Saham)Menggambarkan perbandingan total dana pemegang saham terhadap jumlah saham.

BV =

c. Price to Book Value (PBV)Rasio keuangan ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan.

PBV =

2. Analisis Du Pont ChartAnalisa DuPont dilakukan dengan memecah return on equity (ROE) menjadi beberapa bagian. Mengapa ROE? ROE menggambarkan besarnya rate of return yang didapatkan oleh pemegang sahamnya. Dengan memecah perhitungan ROE, kita dapat mengetahui bagaimana suatu bisnis mendapatkan keuntungan.

Pada analisa DuPont, ROE dipecah menjadi 3 bagian:

3. Analisis KebangkrutanEdward L. Altman memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode MDA (Z-Score) dan mampu memprediksi hingga keakuratannya mencapai 95% pada perusahaan selama 12 bulan.

Z-Score Altman untuk perusahaan perbankan yang telah go public ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5Dimana:

X1 = Working Capital to Total Assets (Modal Kerja/Total Aset)X2 = Retained Earning to Total Assets(Laba Ditahan/Total Aset)X3 = Earning Before Interest and Taxes(EBIT) to Total Assets(Pendapatan Sebelum Dikurangi Biaya Bunga/Total Aset)X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities(Harga Pasar Saham Dibursa/Nilai Total Utang)X5 = Sales to Total Assets (Penjualan/Total Aset)

 Score

Z > 2,99 Safe Zone (Tidak bangkrut) 1,81 < Z < 2,99 Grey Zone (Daerah kelabu) Z < 1,81 Distress Zone (Bangkrut)

4. Analisis Commen-Sizeanalisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).

Common-size statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut: -. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar. -. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.

PT. BAGAS PERKASA JAYANeraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen

Per 31 Desember 2009 dan 2010(Dalam Ribuan Rupiah)

NERACA 31 Desember Common-Size (%)2009 2010 2009 2010

AKTIVAAktiva Lancar

Kas Rp 1.300 Rp 1.200 9,29 7,50 Piutang Dagang Rp 1.200 Rp 1.000 8,57 6,25

Persediaan

Rp 2.200 Rp 2.600 15,71 16,25 Total Aktiva Lancar Rp 4.700 Rp 4.800 33,57 30,00 Aktiva Tetap Tanah Rp 2.300 Rp 3.700 16,43 23,13 Gedung Rp 4.000 Rp 4.000 28,57 25,00 Mesin Rp 4.000 Rp 5.000 28,57 31,25

Akumulasi Depresiasi

Rp(1.000) Rp(1.500) (7,14) (9,38)

Total Aktiva Tetap Rp 9.300 Rp11.200 66,43 70,00

Total Aktiva

Rp14.000

Rp16.000 100% 100%

PASIVA (UTANG & MODAL)Utang Lancar Rp 2.500 Rp 2.200 17,86 13,75 Utang Jangka Panjang Rp 4.500 Rp 6.000 32,14 37,50 Modal Rp 7.000 Rp 7.800 50,00 48,75

Total Utang & Modal

Rp14.000

Rp16.000 100% 100%

PT. BAGAS PERKASA JAYALaporan Laba-Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen

Per 31 Desember 2009 dan 2010(Dalam Ribuan Rupiah)

LABA-RUGI Tahun Common-Size (%)2009 2010 2009 2010

Penghasilan Rp 150.000

Rp 200.000 100% 100%

Harga Pokok Penjualan Rp (50.000) Rp (60.000) (33,33) (30,00) Laba Kotor Rp 100.000 Rp 140.000 66,67 70,00 Biaya Pemasaran Rp (25.000) Rp (34.000) (16,67) (17,00)Biaya Administrasi Rp (20.000) Rp (28.000) (13,33) (14,00)Biaya Bunga Rp (10.000) Rp (14.000) (6,67) (7,00)Laba Sebelum Pajak Rp 45.000 Rp 64.000 30,00 32,00 Pajak (15%) Rp (6.750) Rp (9.600) (4,50) (4,80) Laba Bersih Rp 38.250 Rp 54.400 25,50 27,20

5. Analisis Sumber & Penggunaan DanaApa yang dapat diketahui dengan melakukan analisis ini?

1. Berapa besar kenaikan / penurunan pos aktiva 2. Mengetahui darimana dana diperoleh untuk berbagai

kenaikan aktiva 3. Alasan yang baik untuk melakukan restrukturisasi

pinjaman

Sumber dana berasal dari mana?1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas 2. Berkurangnya aktiva tetap 3. Bertambahnya setiap jenis hutang 4. Bertambahnya modal5. Adanya keuntungan operasional

Penggunaan dana terjadi bila ?6. Bertambahnya aktiva lancar selain kas 7. Bertambahnya aktiva tetap 8. Berkurangnya hutang 9. Berkurangnya modal10. Pembayaran dividen tunai 11. Adanya kerugian operasional

II. Analisis Kinerja Perusaan1. EVA (Economic Value Added)

Mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi laba operasi setelah pajak dengan beban biaya modal (cost of  capital), dimana beban biaya modal mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Kondisi EVA yang positif mencerminkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. EVA yang positif menunjukkan kemampuan manajemen dalam menciptakan peningkatan nilai kekayaan perusahaan /pemilik modal

2. MVA (Market Value Added)MVA merupakan perbedaan antara nilai modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu dari investasi modal, pinjaman, laba ditahan, dan uang yang bisa diambil sekarang atau sama dengan  selisih  antara  nilai  buku dengan  nilai pasar perusahaan.

Kelemahan Analisis Rasio Keuangan.1. Laporan keuangan dari suatu perusahaan yang memiliki

sejumlah divisi dari industri yang berlainan akan sulit dibandingkan dengan perusahaan lain atau dengan data suatu industri.

2. Terjadinya distorsi karena pengaruh inflasi dan penggunaan data historis dalam akuntansi.

3. Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisa. Misalkan, quick rqtio yang tinggi apakah bagus karena kuatnya likuiditas perusahaan. Atau, justru jelek karena perusahaan memegang kas yang berlebih yang justru tidak produktif.

4. Perbedaan dalam perlakuan akuntansi dapat menimbulkan distorsi dalam membandingkan rasio.