mandiri ske 2

15
LO.1 Memahami dan menjelaskan euthanasia ditinjau dari kode etik kedokteran - Memahami dan menjelaskan euthanasia Euthanasia berasal dari kata Yunani Euthanathos. Eu = baik, tanpa penderitaan, sedang tanathos = mati. Dengan demikian euthanasia dapat diartikan : mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada yang menterjemahkan : mati cepat tanpa derita. Belanda, salah satu negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat olehEuthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda) : " Euthanasia adalahdengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri." Jenis Euthanasia Euthanasia bisa ditinjau dari beberapa sudut. Dilihat dari cara dilaksanakan, euthanasia dapat dibedakan atas : 1. Euthanasia pasif Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia. 2. Euthanasia aktif Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup

Upload: laudyastika

Post on 14-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

blok etik

TRANSCRIPT

LO.1 Memahami dan menjelaskan euthanasia ditinjau dari kode etik kedokteran Memahami dan menjelaskan euthanasiaEuthanasiaberasal dari kata YunaniEuthanathos. Eu= baik, tanpa penderitaan, sedangtanathos= mati. Dengan demikian euthanasia dapat diartikan : mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada yang menterjemahkan :mati cepat tanpa derita.

Belanda, salah satu negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat olehEuthanasia Study Groupdari KNMG (Ikatan Dokter Belanda) :

"Euthanasia adalahdengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri."

Jenis Euthanasia

Euthanasia bisa ditinjau dari beberapa sudut.Dilihat dari cara dilaksanakan, euthanasia dapat dibedakan atas :1. Euthanasia pasifEuthanasia pasif adalahperbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia.2. Euthanasia aktif Euthanasia aktif adalahperbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Euthanasia aktif ini dapat pula dibedakan atas :1. Euthanasia aktif langsung (direct)Euthanasia aktif langsung adalahdilakukannya tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini dikenal sebagai mercy killing. 2. Euthanasia aktif tidak langsung (indirect) Euthanasia aktif tidak langsung adalahdimana dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medik untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya resiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Ditinjau dari permintaan, euthanasia dibedakan atas ;1. Euthanasia voluntirataueuthanasia sukarela(atas permintaan pasien).Euthanasia atas permintaan pasien adalaheuthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien secara sadar dan diminta berulang-ulang. 2. Euthanasia involuntir(tidak atas permintaan pasien). Euthanasia tidak atas permintaan pasien adalaheuthanasia yang dilakukan pada pasien yang (sudah) tidak sadar, dan biasanya keluarga pasien yang meminta.

Ada yang melihatpelaksanaan euthanasiadari sudut lain dan membaginya atas 4 kategori, yaitu :1. Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.2. Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.3. Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.4. Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.(Amir, 2008)

Memahami dan menjelaskan Informed ConsentKata consent berasal dari bahasa Latin yaitu Consentio yang berarti persetujuan, izin, menyetujui,atau pengertian yang lebih luas ialah memberi izin atau wewenang kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Informed consent dengan demikian berarti suatu pernyataan setuju atau izin oleh pasien secara sadar, bebas, dan rasional; setelah memperoleh informasi yang dipahaminya dari dokter tentang penyakitnya. Dalam garis besarnya informed consent dapat dibagi menjadi :1.Yang dinyatakan (expressed), baik lisan (oral) ataupun tertulis (written)2.Dianggap telah diberikan atau yang dikenalsebagai implied or tacit consentDalam situasi darurat dapat diberlakukan bentuk khusus dari implied consent atau bahkan informed consent diabaikan karena faktor-faktor seperti waktu dan kecepatan bertindak terhadap pasien untuk menghindari akibat yang serius dan bahkan fatal bagi pasien. Pada keadaan darurat masalah izin pasien bukanlah hal utama, jika terjadi cedera lebih berat bahkan kematian akibat penundaan tindakan karena menunggu izin pasien (atau keluarganya), dokter dapat dituntuk sebagai tindak kelalaian (Achadiat, 2004).

Memahami dan menjelaskan Advanced DirectivesAdvanced directive adalah pernyataan ekspresi dari pikiran seseorang tentang kepeduliannya mengenai keinginan atau preferensinya pada akhir kehidupan. Advanced directives dapat didasarkan atas percakapan penderita atau kata-kata terakhir, petunjuk tertulis, surat wasiat atau durable power of attorney. (Basbeth, et al 2012)

LO.2 Memahami dan menjelaskan KODEKI dan kaidah dasar BIOETIK- Memahami dan menjelaskan etik kedokteran1. Kewajiban Umum :

Pasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standart profesi yang tertinggi.

Pasal 3.Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7. Seorang dokter hanya memberi keterangan dan pendapat yang telah diperikasa sendiri kebenarannya. Pasal 7a. Seorang dokter haruus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan tehnis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.

Pasal 7c. Seorang daokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makluk insani.

Pasal 8. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormat

2. Kewajiban dokter terhadap penderita.

Pasal 10. Setiap dokter wajib bersikap tulus dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 12. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

3. Kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya

Pasal 14. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis

4. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri.

Pasal 16. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17. Setiap dokter hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan. (Hanafiah, 2008)

Memahami dan menjelaskan kaidah dasar bioetik

Kaidah dasar bioetik1. Sikap/berbuat baik (beneficence) 2. Tidak merugikan atau nonmaleficence /primum non nocere 3. Keadilan (justice)4. Otonomi (self-determination)

A. Sikap/berbuat baik (beneficence)

Beneficence (tindakan berbuat baik) merupakan positif dari segi tidak merugikan. Tinfakan berbuat baik menuntut kkita harus membantu orang lain demi kepentingan mereka dengan memastikan ia tidak membawa resiko kepada diri sendiri. Kita mempunyai kewajiban untuk memperhatikan kesejahteraan orang lain dan menolong mereka dengan batas kerugian diri sendiri. Proses apabila melakukan kebaikan ada empat :1. Orang yang kita bantu mengalami bahaya besar atau resiko kehilangan sesuatu yang penting.2. Saya sanggup melakukan sesuatu yang secara langsung menyumbangkan untuk mencegah terjadinya kerugian atau kehilangan itu.3. Perbuatan saya agaknya akan mencegah terjadinya kerugian atau kehilangan itu.4. Manfaat yang diterima orang itu sebagai akibat perbuatan saya.

Beneficence terbagi menjadi 2, yaitu :1. General BeneficenceGeneral Beneficence merangkumi hal-hal seperti melindungi dan mempertahankan hak yang lain, mencegah terjadi kerugian pada yang lain dan menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada orang lain. General Beneficence adalah berbuat baik kepada siapapun.2. Spesific BeneficenceSpesific Beneficence adalah apabila tindakan baik ditujukan pada orang yang kita kenal, seperti : pasien, orang cacat dan sebagainya.

Di dalam bioetika, Beneficence merangkumi mengutamakan kepentingan pasien, maksimilasikan akibat-akibat baik dan memandang pasien tidak hanya menguntungkan dokter.

B. Tidak merugikan (nonmaleficence atau primum non nocere)Non-maleficence bermaksud tidak merugikan adalahberdasarkan prinsip Primum non nocere yang bermaksud above all do no ham atau yang terpenting tidak merugikan. Ini adalah prinsip dasar yang diambil dari tradisi Hipokratik. Asas Non-maleficence ialah kita berkewajiban untuk tidak mencelakakan. Kerugian yang harus dihindar terutama adalah kerugian fisik atau bisa meliputi juga kerugian terhadap kepentingan seseorang. Metode tradisional untuk memeriksa boleh tidaknya resiko atau efek-efek yang merugikan adalah prinsip double effect. Prinsip ini harus memenuhi syarat :1. Apa yang mau kita lakukan tidak boleh bersifat buruk dari segi moral.2. Kerugian yang sedang kita pertimbangkan itu tidak boleh menjadi sarana untuk mencapai efek yang baik.3. Efek yang buruk atau merugikan itu tidak boleh dimaksudkan hanya boleh dibiarkan atau ditolerir.4. Harus ada alasan proposional untuk melakukan perbuatannya, bagaimanapun akibat perbuatan itu.

Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal seperti pasien dalam keadaan amat berbahaya atau beresiko hilangnya sesuatu yang penting, dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut. Tindakan dokter tadi efektif, dan manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter.

C. Keadilan (justice)

Justice bermaksut keadilan. Keadilan adalah pembagian manfaat dan beban, serta pembagian barang dan jasa menurut standar yang adil. Justice adalah memberi pelakuan yang sama untuk setiap orang.

Terdapat dua jenis keadilan, yaitu :1. Keadilan KomparatifKeadilan komparatif adalah apa yng diterima oleh satu orang atau grup ditentukan dengan membandingkan orang atau grup lain yang juga berhak berdasarkan kebutuhan.2. Keadilan DistributivKeadilan distributiv adalah kebajikan membagikan dengan cara merata secara material kepada setiap orang.

D. Otonomi (self-determination)

Self-determination adalah suatu bentuk kebebasan bertindak, di mana sesorang mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur tangan pihak luar. Terdapat dua unsur self-determination :1. Kemampuan untuk mengambil keputusan tentang suatu rencana bertindak yang tertentu.2. Mampu untuk mewujudkan rencananya menjadi kenyataan.

Prinsip Self-determination adalah dasar dari doktrin informed concent. Tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan dari pasien terlebih dahulu, setelah diberi informasi dan penerangan. (Naidu, 2011)

Memahami dan menjelaskan dasar hukum kedokteran dengan hubungan etik

Hukum kesehatan mencakup komponen hukum bidang kesehatan yang bersinggung satu dengan yang lain, yaitu hukum kedokteran atau kedokteran gigi, hukum keperawatan, hukum farmasi klinik, hukum rumah sakit, hukum kesehatan masyarakat, hukum kesehatan lingkungan dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993)

Etik (ethics) berasal dari ethos (yunani) berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan atau sikap yang baik dan layak. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta,1953) etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988) etik adalah :1. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk tentang hak dan kewajiban moral2. Kumulan atau seperangkat atas atau nilai yang berkenan dengan akhlak3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat (Hanafiah, 2008)Di atas telah diuraikan pengertian hukum dan etik. Persamaan dan perbedaan antara keduanya adalah sebagai berikutPersamaan Etik dan Hukum :1. Sam-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat2. Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia3. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agar tidak saling merugikan4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi5. Sumbernya merupakan hasil pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota seniorPerbedaan Etik dan Hukum ;1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi, hukum berlaku untuk umum2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hukum disusun oleh badan pemerintah3. Etik tidak seluruhnya tertulis, hukum tercantum secara terinci dalam kitab undang undang dan lembaran atau berita negara4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan, sanksi terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang dibentuk oleh Konsil Kedokteran Indonesia dan atau oleh Majelis Kehormatan Etika Kedikteran (MKEK), yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pelanggaran hukum diselesaikan oleh pengadilan6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik, penyelesaian pelanggaran hukum memerlukan bukti fisik.

LO.3 Memahami dan menjelaskan euthanasia menurut pandangan IslamPengertian mempercepat kematian dalam terminologi Islam tidak dikenal. Dalam ajaran Islam, yang menentukan kematian adalah Allah (QS.Yunus:49)

Dengan demikian euthanasia sebenarnya merupakan pembunuhan, yang diminta atau mendapat persetujuan dari pihak pasien dan keluarganya. Dalam Islam prinsipnya segala upaya atau perbuatan yang berakibat matinya seseorang, baik disengaja atau tidak sengaja, tidak dapat dibenarkan, kecuali dengan tiga alasan; sebagaimana disebutkan dalam hadits:

Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga alasan, yaitu: pezina mukhshan (sudah berkeluarga), maka ia harus dirajam (sampai mati); seseorang yang membunuh seorang muslim lainnya dengan sengaja, maka ia harus dibunuh juga. Dan seorang yang keluar dari Islam (murtad), kemudian memerangi Allah dan Rasulnya, maka ia harus dibunuh, disalib dan diasingkan dari tempat kediamannya (HR Abu Dawud dan An-Nasai)

Dalil syariah yang menyatakan pelarangan terhadap pembunuhan antara lain Al-Quran surat Al-Isra:33, An-Nisa:92, Al-Anam:151. Sedangkan dari hadits Nabi saw, selain hadits diatas, juga hadits tentang keharaman membunuh orang kafir yang sudah minta suaka (muahad).(HR.Bukhari).

Pada prinispnya pembunuhan secara sengaja terhadap orang yang sedang sakit berarti mendahului takdir. Allah telah menentukan batas akhir usia manusia. Dengan mempercepat kematiannya, pasien tidak mendapatkan manfaat dari ujian yang diberikan Allah Swt kepadanya, yakni berupa ketawakalan kepada-Nya Raulullah saw bersabda: Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan maupun penyakit, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang dicobakannya itu. (HR Bukhari dan Muslim).

Hal itu karena yang berhak mematikan dan menghidupkan manusia hanyalah Allah dan oleh karenanya manusia dalam hal ini tidak mempunyai hak atau kewenangan untuk memberi hidup dan atau mematikannya. (QS.Yunus:56, Al-Mulk:1-2).

Dalam hal ini dokter telah melakukan pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar. Perbuatan demikian itu tidak dapat lepas dari kategori pembunuhan meskipun yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk meringankan penderitaannya. Karena bagaimanapun dokter tidaklah lebih pengasih dan penyayang dari pada Allah Al-Khaliq. Karena itu serahkanlah urusan tersebut kepada Allah, karena Dia-lah yang memberi kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah di tetapkan-Nya.

Eutanasia demikian juga menandakan bahwa manusia terlalu cepat menyerah pada keadaan (fatalis), padahal Allah swt menyuruh manusia untuk selalu berusaha atau berikhtiar sampai akhir hayatnya. Bagi manusia tidak ada alasan untuk berputus asa atas suatu penyakit selama masih ada harapan, sebab kepadanya masih ada kewajiban untuk berikhtiar. Dalam hadits Nabi sw disebutkan betapapun beratnya penyakit itu, tetap ada obat penyembuhnya.(HR Ahmad dan Muslim). (Utomo, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, ChrisdionoM. 2004.Dinamika Etika dan Hukum Kedokterandalam Tantangan Zaman. Jakarta. EGCHanafiah, M. Jusuf dan Amir, Amri. 2008. Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta. EGC.Nuh, M. Hukum Euthanasia dan Kode Etik Kedokteran.Diakses melalui :http://www.eramuslim.com/konsultasi/fikih-kontemporer/hukum-euthanasia-dan-kode-etik-kedokteran.htm#.UHrmNG_MjxN Minggu, 14 Oktober 2012 pukul 17.13

Sachrowardi, Qomariyah dan Basbeth,