masjid kaum - laznas dewan dakwah...jawab ustadz hussein. tak berapa lama orang itu masuk dan duduk...
TRANSCRIPT
KABARJejak Dakwah Ramadhan
TELAAHMK Tolak Gugatan Ahmadiyah
LAPORAN KHUSUSLaporan dari Kamp Myanmar
HALALAlhamdulillah, Hampir Semua Perisa Halal
EDISI
DZULQAIDAH 1439 HAGUSTUS 2018 M
Masjid dan
Kaum Muda
MANAJEMEN LAZNASDEWAN DA'WAH
DAFTAR ISI
Ketua
Ade Salamun
Pemberdayaan dan Sinergi
Program
Asrofi Muslikhuddin
Manager Program
Agung Gumelar
Mobilisasi ZIS
Catur Riyadi
Administrasi dan Keuangan
Fitria Damayanti
Humas
Nurbowo
Fundrising
Ahmad Robyansah, M. Idris
Hairul Anwar, Ahmad Zuhdi
REDAKSI
Pemimpin Umum Redaksi
Ade Salamun
Pemimpin Redaksi
Nurbowo
Sidang Redaksi
Edy Setiawan
Ade Salamun
Nurbowo
Sekretaris Redaksi
Mufqi Hardiansyah
Desain Grafis
Senyum Advertising
Sirkulasi
M. Said
Gedung Menara Da’wah Lt. 1
Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450
Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291
Gedung Dewan Da'wah Lantai 5,
Jalan Panjang No. 12 Arteri Kelapa Dua,
Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11530
Hp. 0812 1000 2656
3EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
DARI REDAKSI
3 Dari Redaksi
SUARA PEMBACA
4 Teladan Bang Hussein
SALAM
6 Merentang Kepedulian Dunia
KABAR
8 Jejak Ramadhan Dakwah Pedalaman
12 Dewan Dakwah Touna Gelar Pelatihan
Manajemen Program dan Jurnalistik Dakwah
14 YBHE Dukung Dakwah Pedalaman
16 Bumi Gora Digoncang Gempa
18 Biskuit untuk Anak Korban Bencana
20 Yuk Semarakkan Qurban di Pedalaman
LAPORAN KHUSUS DARI KAMP PENGUNGSI MYANMAR
24 Kita Belum Bisa Berbuat Banyak
32 Balada Keluarga Tahsin
INSPIRASI DAI
36 Panggilan dari Pulau Mendol
TELAAH
38 MK Tolak Gugatan Ahmadiyah
42 Masjid dan Ngaji Kaum Muda Kita
PAK NATSIR
50 Memorial Lecture Jejak Pemikiran dan Perjuangan
Mohammad Natsir
HALAL
58 Alhamdulillah, Hampir Semua Perisa Halal
MAN TAZAKKA
laznasdewandakwah.or.id
LAZNAS Dewan Dakwah
@laznasdakwah
@laznasdewandakwah
udah kita hafal, bahwa berjaringan memperluas
Srejeki dan memperpanjang umur. Seperti
diwasiatkan Nabi Muhammad SAW: Barangsiapa
yang suka diluaskan rizkinya dan ditangguhkan
kematiannya, hendaklah ia menyambung silaturahim”
(Shahiih Al-Bukhaariy no 2067 dari Anas bin Malik ra).
Maka kami senantiasa mengisi hari dengan
memperbanyak silaturahim. Baik kepada mustahik,
maupun muzakki. Baik perorangan, maupun komunitas
dan perusahaan. Baik untuk menyampaikan amanah,
maupun menerima titipan donasi.
ا�� ك � ���� ا���� و���� �� ��� را
و��ك �� ���� ا����
Sudilah Allah SWT menganugerahkan ganjaran
kepada Anda pada harta yang Anda tunaikan, dan
menjadikannya kesucian bagi Anda, dan memberikan
keberkahan pada harta Anda yang tersisa.[]
DARI REDAKSI
MANAJEMEN LAZNASDEWAN DA'WAH
DAFTAR ISI
Ketua
Ade Salamun
Pemberdayaan dan Sinergi
Program
Asrofi Muslikhuddin
Manager Program
Agung Gumelar
Mobilisasi ZIS
Catur Riyadi
Administrasi dan Keuangan
Fitria Damayanti
Humas
Nurbowo
Fundrising
Ahmad Robyansah, M. Idris
Hairul Anwar, Ahmad Zuhdi
REDAKSI
Pemimpin Umum Redaksi
Ade Salamun
Pemimpin Redaksi
Nurbowo
Sidang Redaksi
Edy Setiawan
Ade Salamun
Nurbowo
Sekretaris Redaksi
Mufqi Hardiansyah
Desain Grafis
Senyum Advertising
Sirkulasi
M. Said
Gedung Menara Da’wah Lt. 1
Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450
Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291
Gedung Dewan Da'wah Lantai 5,
Jalan Panjang No. 12 Arteri Kelapa Dua,
Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11530
Hp. 0812 1000 2656
3EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
DARI REDAKSI
3 Dari Redaksi
SUARA PEMBACA
4 Teladan Bang Hussein
SALAM
6 Merentang Kepedulian Dunia
KABAR
8 Jejak Ramadhan Dakwah Pedalaman
12 Dewan Dakwah Touna Gelar Pelatihan
Manajemen Program dan Jurnalistik Dakwah
14 YBHE Dukung Dakwah Pedalaman
16 Bumi Gora Digoncang Gempa
18 Biskuit untuk Anak Korban Bencana
20 Yuk Semarakkan Qurban di Pedalaman
LAPORAN KHUSUS DARI KAMP PENGUNGSI MYANMAR
24 Kita Belum Bisa Berbuat Banyak
32 Balada Keluarga Tahsin
INSPIRASI DAI
36 Panggilan dari Pulau Mendol
TELAAH
38 MK Tolak Gugatan Ahmadiyah
42 Masjid dan Ngaji Kaum Muda Kita
PAK NATSIR
50 Memorial Lecture Jejak Pemikiran dan Perjuangan
Mohammad Natsir
HALAL
58 Alhamdulillah, Hampir Semua Perisa Halal
MAN TAZAKKA
laznasdewandakwah.or.id
LAZNAS Dewan Dakwah
@laznasdakwah
@laznasdewandakwah
udah kita hafal, bahwa berjaringan memperluas
Srejeki dan memperpanjang umur. Seperti
diwasiatkan Nabi Muhammad SAW: Barangsiapa
yang suka diluaskan rizkinya dan ditangguhkan
kematiannya, hendaklah ia menyambung silaturahim”
(Shahiih Al-Bukhaariy no 2067 dari Anas bin Malik ra).
Maka kami senantiasa mengisi hari dengan
memperbanyak silaturahim. Baik kepada mustahik,
maupun muzakki. Baik perorangan, maupun komunitas
dan perusahaan. Baik untuk menyampaikan amanah,
maupun menerima titipan donasi.
ا�� ك � ���� ا���� و���� �� ��� را
و��ك �� ���� ا����
Sudilah Allah SWT menganugerahkan ganjaran
kepada Anda pada harta yang Anda tunaikan, dan
menjadikannya kesucian bagi Anda, dan memberikan
keberkahan pada harta Anda yang tersisa.[]
DARI REDAKSI
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M4 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 5 MAN TAZAKKA
SUARA PEMBACASUARA PEMBACA
Suatu hari saya sedang
berbincang dengan
Allahyarham Ustadz. Hussein
Umar (Ketum Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia) di kantornya,
Jl. Kramat Raya 45. Tiba-tiba masuk
orang yang biasa menjaga di depan
kantornya.
"Ustadz, ada orang ingin
ketemu. Katanya dari Banten," kata
penjaga itu.
"Siapa?" tanya Ustadz Hussein.
"Orang biasa Ustadz, tidak kenal
dan belum bikin janji."
"Suruh dia masuk, jangan
disuruh menunggu terlalu lama.
Kasian dia dari perjalanan jauh,"
jawab Ustadz Hussein.
Tak berapa lama orang itu
masuk dan duduk bergabung
dengan kami. "Sebentar ya,
kita layani dulu bapak dari
Banten ini," ujar Ustadz
Hussein meminta izin kepada
saya.
Setelah dipersilakan
duduk, bapak itu kemudian
menceritakan maksud
kedatangannya. Kami
mendengarkan. Intinya,
bapak itu bercerita tentang
adanya upaya kristenisasi
dari daerahnya.
Usai bercerita, Ustadz
Hussein menanyakan, "Naik
apa datang ke Jakarta?'
Bapak itu menjawab, "Naik
kendaraan umum."
Tak lama Ustadz Hussein
mengambil
sesuatu dari laci
mejanya. Ternyata
buku tabungan
Bank Muamalat.
"Tunggu
sebentar," kata
Ustadz Hussein
sambil beranjak
keluar menuju
kantor cabang
Bank Muamalat yg
letaknya persis di depan kantornya.
"Ini ada sedikit uang tuk ongkos
pulang dan beli makan di
perjalanan," Ustadz Hussein
menyodorkan sejumlah uang.
"Masalah upaya Kristenisasi itu,
nanti kita kirim dai untuk
memantaunya," ujarnya.
MasyaAllah. Betapa mulia akhlak
orangtua kita dulu dalam melayani
tamu. Meskipun beliau hidup pas-
pasan, tidak berlebih harta, namun
selalu berusaha berbagi.
Saya jadi ingat cerita Profesor
Yusril yang ketika muda sering
berkunjung ke rumah Mohammad
Natsir. Setelah pamit pulang, Natsir
selalu mengantarnya sampai ke
depan gerbang rumahnya. "Saudara
Yusril, ini ada ongkos untuk naik
beca," kata Natsir sambil
menyodorkan uang.
Para tokoh kita pada masa lalu
tak hanya gagasannya yang
cemerlang, tapi juga akhlak dan
keteladanannya sangat gemilang.
Patut ditiru generasi muda
sekarang.
Artawijaya
https://m.facebook.com/story.ph
p?story_fbid=2106590259629781&i
d=100008364829387
TELAAH
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 29 MAN TAZAKKA
Teladan Bang Hussein
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M4 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 5 MAN TAZAKKA
SUARA PEMBACASUARA PEMBACA
Suatu hari saya sedang
berbincang dengan
Allahyarham Ustadz. Hussein
Umar (Ketum Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia) di kantornya,
Jl. Kramat Raya 45. Tiba-tiba masuk
orang yang biasa menjaga di depan
kantornya.
"Ustadz, ada orang ingin
ketemu. Katanya dari Banten," kata
penjaga itu.
"Siapa?" tanya Ustadz Hussein.
"Orang biasa Ustadz, tidak kenal
dan belum bikin janji."
"Suruh dia masuk, jangan
disuruh menunggu terlalu lama.
Kasian dia dari perjalanan jauh,"
jawab Ustadz Hussein.
Tak berapa lama orang itu
masuk dan duduk bergabung
dengan kami. "Sebentar ya,
kita layani dulu bapak dari
Banten ini," ujar Ustadz
Hussein meminta izin kepada
saya.
Setelah dipersilakan
duduk, bapak itu kemudian
menceritakan maksud
kedatangannya. Kami
mendengarkan. Intinya,
bapak itu bercerita tentang
adanya upaya kristenisasi
dari daerahnya.
Usai bercerita, Ustadz
Hussein menanyakan, "Naik
apa datang ke Jakarta?'
Bapak itu menjawab, "Naik
kendaraan umum."
Tak lama Ustadz Hussein
mengambil
sesuatu dari laci
mejanya. Ternyata
buku tabungan
Bank Muamalat.
"Tunggu
sebentar," kata
Ustadz Hussein
sambil beranjak
keluar menuju
kantor cabang
Bank Muamalat yg
letaknya persis di depan kantornya.
"Ini ada sedikit uang tuk ongkos
pulang dan beli makan di
perjalanan," Ustadz Hussein
menyodorkan sejumlah uang.
"Masalah upaya Kristenisasi itu,
nanti kita kirim dai untuk
memantaunya," ujarnya.
MasyaAllah. Betapa mulia akhlak
orangtua kita dulu dalam melayani
tamu. Meskipun beliau hidup pas-
pasan, tidak berlebih harta, namun
selalu berusaha berbagi.
Saya jadi ingat cerita Profesor
Yusril yang ketika muda sering
berkunjung ke rumah Mohammad
Natsir. Setelah pamit pulang, Natsir
selalu mengantarnya sampai ke
depan gerbang rumahnya. "Saudara
Yusril, ini ada ongkos untuk naik
beca," kata Natsir sambil
menyodorkan uang.
Para tokoh kita pada masa lalu
tak hanya gagasannya yang
cemerlang, tapi juga akhlak dan
keteladanannya sangat gemilang.
Patut ditiru generasi muda
sekarang.
Artawijaya
https://m.facebook.com/story.ph
p?story_fbid=2106590259629781&i
d=100008364829387
TELAAH
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 29 MAN TAZAKKA
Teladan Bang Hussein
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 7 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M6 MAN TAZAKKA
SALAMSALAM
Ketua Umum BAZNAS Prof
Bambang Soedibyo, dalam
sambutannya pada Seminar
Nasional Manajemen Pengelolaan
Zakat, 26 Juli 2018, di Kampus IPB
Botani Square, Bogor,
mengemukakan sensitivitas
pengelolaan zakat.
"Indonesia harus kuat dalam
manajemen perzakatan di Dunia,
kajian manajemen resiko
pengelolaan zakat ini adalah satu-
satunya di Dunia saat ini...,"
tuturnya.
Pak Bambang melontarkan
retorika, "Indonesia masa kini, apa
resiko yang paling sensitif?''
Beliau menjawab, pertama dan
utama, adalah resiko politik.
''Jangan sampai ada dana dari LAZ
dan BAZ yang dibelanjakan untuk
kegiatan politik.. Baznas dan LAZ
harus independen."
"Kalau sampai ada dana zakat
dipakai untuk politik.. Pilkada..
Pileg.. Pilpres.. Maka akan rusak
kepercayaan masyarakat kepada
kita.., jangan ada abuse of fund
untuk politik!"
Kedua dari yang utama, imbuh
beliau, jangan sampai ada dana LAZ
dipakai untuk pendanaan teroris.
Korban terorisme terbanyak adalah
umat Islam. Kita harus bisa menjaga
pantangan ini.
"Ketiga, secara penghimpunan,
jangan sampai ada dana yang
meragukan, yang berujung
pencucian uang. Ini berbahaya,
karena pasti terlibat urusan haram."
Keempat, jangan sampai ada
missed match, bahwa karena hak
amil tidak tegas dalam hadits
berapa besar maka ini menjadi
tantangan kita untuk sepantasnya
mengelola, secara wajar. Tidak
berlebihan hingga mengambil hak-
hak mustahik lain."
Insya Allah, panduan tersebut
selama ini memang kita jaga betul.
Terlebih rentang kemitraan dalam
pengelolaan dana ZISWAF ini, baik
fundraising maupun
pendayagunaan, sudah merentang
internasional.
Ramadhan lalu, misalnya, kita
menyalurkan amanah zakat dari
Ustadz Ade SalamunDirektur Eksekutif LAZNAS Dewan Da'wah
Kepedulian Dunia
Turki, dalam bentuk Program
Semarak (Sedekah Makan Rakyat).
Ini merupakan salah satu hasil
silaturahim kami ke negeri tersebut,
menjumpai sejumlah lembaga
kemanusiaan setempat.
Belum lama ini kami juga ke
Malaysia, antara lain menemui
pimpinan Global Peace Mission
(GPM). Kami merajut kerjasama
program qurban untuk pengungsi
Rohingya di Bangladesh maupun
Myanmar.
Masih di Malaysia, kami
berdiskusi dengan para mahasiswa
asal Tanah Air yang sebang kuliah
di sebuah perguruan tinggi di jiran
kita itu.
Alhamdulillah, presentasi Ustadz
Robbyansyah Alfaisal tentang
Program Dakwah Pedalaman
mendapat atensi tinggi, dan akan
berlanjut dengan kerjsama konkret.
Pekan terakhir Juli ini, kami
bersilaturahim kepada para
pengungsi Suriah di Lebanon. Safari
ini merupakan realisasi dari rencana
lama yang tertunda akibat belum
terbitnya visa.
Pada Kamis, 26/07, kami
menyambangi kantor lembaga
mitra kami di Lebanon, yakni Al
Amal Foundation.
Konsentrasi project amal mereka
adalah membantu para penyandang
cacat korban perang. Al Amal
memberikan layanan pengobatan
pada gangguan penglihatan dan
pendengaran akibat kebisingan
peluru dan letusan bom. Mereka
juga membantu orang-orang yang
kehilangan kaki dan tangan, orang-
orang bisu, dan berbagai bentuk
pertolongan bagi pengungsi di
Lebanon, Suriah, maupun Palestina..
Kami juga bertandang ke
Lembaga Takaful, yang
berkonsentrasi membantu anak-
anak korban perang. Mereka
membangun sekolah-sekolah d
pegungsian, membuat usaha
konveksi yang dikelola oleh
pengungsi yang hasilnya untuk
membiayai project yatim, dan
membuat kerjasama layanan toko
pakaian gratis bagi para pengungsi.
Dalam hal ini Takaful menggandeng
toko pakaian dan sepatu setempat,
memberikan layanan dua hari
dalam tiap minggu. Khusus jelang
hari raya, layanan diperpanjang
menjadi tiga kali per pekan.
Gherass adalah lembaga ketiga
yang say akunjungi. Mereka
berkonsentrasi membantu keluarga
korban perang dan keluarga
dhuafa. Musim haji tahun ini
Gherass membuat project iftar
arafah di Al Quds.
Selanjutnya kami mengunjungi
para pengungsi di Kamp Lembah
Bekaa, Lebanon Timur, sekitar
empat jam dari Beirut, ibukota
Lebanon.
Menurut pemandu kami, ada
kurang lebih 350.000 jiwa
pengungsi Suriah di Lembah Bekaa.
Jumlah ini merupakan sebagian dari
total sekitar 3,5 juta pengungsi
Suriah di Lebanon.
Pengungsi di Lembah Bekaa
umumnya tidak mendapat akses
pendidikan. Sedang sekolah swasta
kelewat mahal bagi mereka. Akses
kesehatan juga nyaris nihil bagi
pengungsi.
Pengungsi yang mampu, dapat
menyewa rumah sederhana dan
memenuhi kebutuhan hidup
bulanan dengan anggaran sekitar
600 USD. Namun kebanyakan tidak
mampu, dan tinggal di tenda-tenda
plastik yang rentan dibekap musim
dingin.
Sejumlah NGO lokal maupun
internasional yang selama ini aktif
membantu para pengungsi di
perbatasan, kewalahan juga.
Pasalnya, jumlah pengungsi tiap
hari terus bertambah. Tak hanya
dari Suriah, tapi juga dari Palestina.
Untuk meringankan derita para
pengungsi, LAZNAS Dewan Dakwah
menyalurkan bantuan berupa
makanan pokok.[]
Merentang
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 7 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M6 MAN TAZAKKA
SALAMSALAM
Ketua Umum BAZNAS Prof
Bambang Soedibyo, dalam
sambutannya pada Seminar
Nasional Manajemen Pengelolaan
Zakat, 26 Juli 2018, di Kampus IPB
Botani Square, Bogor,
mengemukakan sensitivitas
pengelolaan zakat.
"Indonesia harus kuat dalam
manajemen perzakatan di Dunia,
kajian manajemen resiko
pengelolaan zakat ini adalah satu-
satunya di Dunia saat ini...,"
tuturnya.
Pak Bambang melontarkan
retorika, "Indonesia masa kini, apa
resiko yang paling sensitif?''
Beliau menjawab, pertama dan
utama, adalah resiko politik.
''Jangan sampai ada dana dari LAZ
dan BAZ yang dibelanjakan untuk
kegiatan politik.. Baznas dan LAZ
harus independen."
"Kalau sampai ada dana zakat
dipakai untuk politik.. Pilkada..
Pileg.. Pilpres.. Maka akan rusak
kepercayaan masyarakat kepada
kita.., jangan ada abuse of fund
untuk politik!"
Kedua dari yang utama, imbuh
beliau, jangan sampai ada dana LAZ
dipakai untuk pendanaan teroris.
Korban terorisme terbanyak adalah
umat Islam. Kita harus bisa menjaga
pantangan ini.
"Ketiga, secara penghimpunan,
jangan sampai ada dana yang
meragukan, yang berujung
pencucian uang. Ini berbahaya,
karena pasti terlibat urusan haram."
Keempat, jangan sampai ada
missed match, bahwa karena hak
amil tidak tegas dalam hadits
berapa besar maka ini menjadi
tantangan kita untuk sepantasnya
mengelola, secara wajar. Tidak
berlebihan hingga mengambil hak-
hak mustahik lain."
Insya Allah, panduan tersebut
selama ini memang kita jaga betul.
Terlebih rentang kemitraan dalam
pengelolaan dana ZISWAF ini, baik
fundraising maupun
pendayagunaan, sudah merentang
internasional.
Ramadhan lalu, misalnya, kita
menyalurkan amanah zakat dari
Ustadz Ade SalamunDirektur Eksekutif LAZNAS Dewan Da'wah
Kepedulian Dunia
Turki, dalam bentuk Program
Semarak (Sedekah Makan Rakyat).
Ini merupakan salah satu hasil
silaturahim kami ke negeri tersebut,
menjumpai sejumlah lembaga
kemanusiaan setempat.
Belum lama ini kami juga ke
Malaysia, antara lain menemui
pimpinan Global Peace Mission
(GPM). Kami merajut kerjasama
program qurban untuk pengungsi
Rohingya di Bangladesh maupun
Myanmar.
Masih di Malaysia, kami
berdiskusi dengan para mahasiswa
asal Tanah Air yang sebang kuliah
di sebuah perguruan tinggi di jiran
kita itu.
Alhamdulillah, presentasi Ustadz
Robbyansyah Alfaisal tentang
Program Dakwah Pedalaman
mendapat atensi tinggi, dan akan
berlanjut dengan kerjsama konkret.
Pekan terakhir Juli ini, kami
bersilaturahim kepada para
pengungsi Suriah di Lebanon. Safari
ini merupakan realisasi dari rencana
lama yang tertunda akibat belum
terbitnya visa.
Pada Kamis, 26/07, kami
menyambangi kantor lembaga
mitra kami di Lebanon, yakni Al
Amal Foundation.
Konsentrasi project amal mereka
adalah membantu para penyandang
cacat korban perang. Al Amal
memberikan layanan pengobatan
pada gangguan penglihatan dan
pendengaran akibat kebisingan
peluru dan letusan bom. Mereka
juga membantu orang-orang yang
kehilangan kaki dan tangan, orang-
orang bisu, dan berbagai bentuk
pertolongan bagi pengungsi di
Lebanon, Suriah, maupun Palestina..
Kami juga bertandang ke
Lembaga Takaful, yang
berkonsentrasi membantu anak-
anak korban perang. Mereka
membangun sekolah-sekolah d
pegungsian, membuat usaha
konveksi yang dikelola oleh
pengungsi yang hasilnya untuk
membiayai project yatim, dan
membuat kerjasama layanan toko
pakaian gratis bagi para pengungsi.
Dalam hal ini Takaful menggandeng
toko pakaian dan sepatu setempat,
memberikan layanan dua hari
dalam tiap minggu. Khusus jelang
hari raya, layanan diperpanjang
menjadi tiga kali per pekan.
Gherass adalah lembaga ketiga
yang say akunjungi. Mereka
berkonsentrasi membantu keluarga
korban perang dan keluarga
dhuafa. Musim haji tahun ini
Gherass membuat project iftar
arafah di Al Quds.
Selanjutnya kami mengunjungi
para pengungsi di Kamp Lembah
Bekaa, Lebanon Timur, sekitar
empat jam dari Beirut, ibukota
Lebanon.
Menurut pemandu kami, ada
kurang lebih 350.000 jiwa
pengungsi Suriah di Lembah Bekaa.
Jumlah ini merupakan sebagian dari
total sekitar 3,5 juta pengungsi
Suriah di Lebanon.
Pengungsi di Lembah Bekaa
umumnya tidak mendapat akses
pendidikan. Sedang sekolah swasta
kelewat mahal bagi mereka. Akses
kesehatan juga nyaris nihil bagi
pengungsi.
Pengungsi yang mampu, dapat
menyewa rumah sederhana dan
memenuhi kebutuhan hidup
bulanan dengan anggaran sekitar
600 USD. Namun kebanyakan tidak
mampu, dan tinggal di tenda-tenda
plastik yang rentan dibekap musim
dingin.
Sejumlah NGO lokal maupun
internasional yang selama ini aktif
membantu para pengungsi di
perbatasan, kewalahan juga.
Pasalnya, jumlah pengungsi tiap
hari terus bertambah. Tak hanya
dari Suriah, tapi juga dari Palestina.
Untuk meringankan derita para
pengungsi, LAZNAS Dewan Dakwah
menyalurkan bantuan berupa
makanan pokok.[]
Merentang
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M8 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 9 MAN TAZAKKA
ada Ramadhan tahun 2018 (1439 H)lalu, Dewan
PDakwah kembali mengirimkan da'i ke pedalaman.
Lebih 100 juru dakwah disebar untuk
mendampingi masyarakat di daerah minus dalam
memakmurkan Ramadhan.
Para da'i tersebut berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu
Dakwah (STID) Mohammad Natsir dan Akademi
Dakwah Indonesia (ADI).
Ketua Bidang Pendidikan Dewan Dakwah, Dr Imam
Zamroji, menjelaskan, pengiriman da'i Ramadhan
tersebut melalui Program Kafilah Dakwah (Kafda) STID
M Natsir yang merupakan program tahunan di bawah
Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan
Pembinaan.
Puluhan da'i Kafda STID Mohammad Natsir Jakarta,
ditempatkan di Pulau Kera dan Pedalaman Nusa
Tenggara Timur, Pulau Kaliang dan Wakai Ampana serta
pelosok Sulawesi Tengah, pedalaman Talang Mamak
Riau, kaki Gunung Sinabung Sumatera Utara, dan desa
rawan kemiskinan material-spiritual di kaki Gunung
Merapi Jawa Tengah.
Sedang Kafilah Daiyah (mahasiswi) ditempatkan
daerah Kabupaten Gombong dekat Pantai Selatan Jawa
Tengah.
Bersama Warga Kampung Mualaf, LAZNAS Dewan
Dakwah Wujudkan Sarana Sekolah di Pulau Semau NTT.
Berikut jejak Ramadhan dakwah pedalaman para da'i
kita.
Jejak Ramadhan Dakwah Pedalaman
Bangun Mushola Bersama Tentara
Mulai 19 Mei 2018, dua Da'i Kafilah Dakwah
bergotong royong bersama warga mualaf dan tentara
perbatasan RI-Timor Leste membuat sanggar belajar
anak. Mereka juga melakukan pembersihan Musholla
Al-Ma'ruf di Desa Metamauk, Atambua, NTT. Sanggar
kelar pada 21 Mei 2018.
Sarana Pendidikan di Oeselaen
Dewan Dakwah dan LAZNAS Dewan Dakwah
mengadakan Safari Dakwah ke NTT, pada 6-10 Juni
2018.
Tim Safari Dakwah terdiri Ustadz Imam Taufiq
Alkhottob dari STID Mohammad Natsir, Agung Gumelar
Manager Program LAZNAS Dewan Dakwah, dan Ustadz
Ramli yang merupakan Wakil ketua Dewan Dakwah
NTT.
Mengoptimalkan 10 hari terakhir Ramadhan tahun
ini, pada malam ke-23 berbagai program dilaksanakan.
Diantaranya: Semarak (Sedekah Makan Rakyat),
pembagian bingkisan ramadhan, tabligh akbar, dan
sahur bersama warga.
Pada acara Tabligh Akbar, Ustadz Imam Taufik
Alkhottob mengajak masyarakat untuk banyak
bersyukur atas nikmatnya dakwah Islam yang sampai ke
Pulau Semau. Tanda syukur dengan berusaha menjaga
Islam dan Amal Sholeh. Selain itu, beliau juga
memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan hasil
usaha para nelayan dan petani rumput laut untuk
berperan serta dalam membantu mengembangkan
dakwah di Oeselaen.
Saat ini, Kampung Muallaf yang terletak di Kampung
Oeselaen, Desa Akle, Kec Semau Selatan, Pulau Semau,
NTT tidak memiliki sarana pendidikan baik tingkat
PAUD, TK, hingga SMA.
Anak-anak yang bersemangat untuk sekolah ini
harus berjalan kaki kurang lebih 3-5 km ke desa
tetangga.
Sedangkan di sekolah tersebut pun guru Agama
Islam sudah tidak ada.
Daeng Salim Bolos, selaku kepala Kampung Oeselaen
tersentuh hatinya untuk dapat memajukan pendidikan
dan dakwah di kampungnya. Maka beliau mewakafkan
tanah seluas 25 x 12,5 M untuk pembangunan PAUD
dan TK serta menyiapkan lahan 3 hektar untuk
pengembangan dakwah dan pendidikan di Kampung
Oeselaen.
KABAR KABAR
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M8 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 9 MAN TAZAKKA
ada Ramadhan tahun 2018 (1439 H)lalu, Dewan
PDakwah kembali mengirimkan da'i ke pedalaman.
Lebih 100 juru dakwah disebar untuk
mendampingi masyarakat di daerah minus dalam
memakmurkan Ramadhan.
Para da'i tersebut berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu
Dakwah (STID) Mohammad Natsir dan Akademi
Dakwah Indonesia (ADI).
Ketua Bidang Pendidikan Dewan Dakwah, Dr Imam
Zamroji, menjelaskan, pengiriman da'i Ramadhan
tersebut melalui Program Kafilah Dakwah (Kafda) STID
M Natsir yang merupakan program tahunan di bawah
Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan
Pembinaan.
Puluhan da'i Kafda STID Mohammad Natsir Jakarta,
ditempatkan di Pulau Kera dan Pedalaman Nusa
Tenggara Timur, Pulau Kaliang dan Wakai Ampana serta
pelosok Sulawesi Tengah, pedalaman Talang Mamak
Riau, kaki Gunung Sinabung Sumatera Utara, dan desa
rawan kemiskinan material-spiritual di kaki Gunung
Merapi Jawa Tengah.
Sedang Kafilah Daiyah (mahasiswi) ditempatkan
daerah Kabupaten Gombong dekat Pantai Selatan Jawa
Tengah.
Bersama Warga Kampung Mualaf, LAZNAS Dewan
Dakwah Wujudkan Sarana Sekolah di Pulau Semau NTT.
Berikut jejak Ramadhan dakwah pedalaman para da'i
kita.
Jejak Ramadhan Dakwah Pedalaman
Bangun Mushola Bersama Tentara
Mulai 19 Mei 2018, dua Da'i Kafilah Dakwah
bergotong royong bersama warga mualaf dan tentara
perbatasan RI-Timor Leste membuat sanggar belajar
anak. Mereka juga melakukan pembersihan Musholla
Al-Ma'ruf di Desa Metamauk, Atambua, NTT. Sanggar
kelar pada 21 Mei 2018.
Sarana Pendidikan di Oeselaen
Dewan Dakwah dan LAZNAS Dewan Dakwah
mengadakan Safari Dakwah ke NTT, pada 6-10 Juni
2018.
Tim Safari Dakwah terdiri Ustadz Imam Taufiq
Alkhottob dari STID Mohammad Natsir, Agung Gumelar
Manager Program LAZNAS Dewan Dakwah, dan Ustadz
Ramli yang merupakan Wakil ketua Dewan Dakwah
NTT.
Mengoptimalkan 10 hari terakhir Ramadhan tahun
ini, pada malam ke-23 berbagai program dilaksanakan.
Diantaranya: Semarak (Sedekah Makan Rakyat),
pembagian bingkisan ramadhan, tabligh akbar, dan
sahur bersama warga.
Pada acara Tabligh Akbar, Ustadz Imam Taufik
Alkhottob mengajak masyarakat untuk banyak
bersyukur atas nikmatnya dakwah Islam yang sampai ke
Pulau Semau. Tanda syukur dengan berusaha menjaga
Islam dan Amal Sholeh. Selain itu, beliau juga
memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan hasil
usaha para nelayan dan petani rumput laut untuk
berperan serta dalam membantu mengembangkan
dakwah di Oeselaen.
Saat ini, Kampung Muallaf yang terletak di Kampung
Oeselaen, Desa Akle, Kec Semau Selatan, Pulau Semau,
NTT tidak memiliki sarana pendidikan baik tingkat
PAUD, TK, hingga SMA.
Anak-anak yang bersemangat untuk sekolah ini
harus berjalan kaki kurang lebih 3-5 km ke desa
tetangga.
Sedangkan di sekolah tersebut pun guru Agama
Islam sudah tidak ada.
Daeng Salim Bolos, selaku kepala Kampung Oeselaen
tersentuh hatinya untuk dapat memajukan pendidikan
dan dakwah di kampungnya. Maka beliau mewakafkan
tanah seluas 25 x 12,5 M untuk pembangunan PAUD
dan TK serta menyiapkan lahan 3 hektar untuk
pengembangan dakwah dan pendidikan di Kampung
Oeselaen.
KABAR KABAR
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M10 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 11 MAN TAZAKKA
LAZNAS Dewan Dakwah bersama masyarakat
bertekad untuk mendirikan sarana pendidikan PAUD
dan TK sesegera mungkin.
Selain itu, akan membuat program meningkatkan
produktivitas hasil tangkap ikan dan budidaya rumput
laut sebagai bagian dari program kemandirian dakwah
dengan hasil usaha masyarakat.
Kafilah Dakwah Makmurkan Desa Ori
Memakmurkan Ramadhan 1439, Tim Kafilah Dakwah
Akhwat yang bertugas di Desa Ori, Kebumen, Jawa
Tengah, menggelar aksi spiritual dan sosial-
kemasyarakatan. Mereka memulai dengan mengajak
gotong royong bersih-bersih jelan desa, dan mengakhiri
dengan pembagian bingkisan dari LAZNAS Dewan
Dakwah.
Salah satu program utamanya adalah
menyelenggarakan pesantren kilat untuk anak-anak
setempat.
Kegiatan berlangsung selama tiga hari mulai Ahad
(03/06) di Masjid Baiturrahim.
Sebanyak 22 anak ikut serta meramaikan kegiatan
yang dimulai setiap ba'da dzuhur hingga menjelang
waktu berbuka. Kegiatan berisi pemberian materi
seputar Aqidah, Shirah Nabawi, Tahfidz dan Tahsin.
Alhamdulillah selama tiga hari anak-anak mampu
menyelesaikan hafalan surah An-Naba sebanyak 15 ayat
dengan metode Talaqqi.
Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan
meskipun dilaksanakan pad siang hari yang kebanyakan
orang lebih memilih tidur siang.
"Senang kaaaaak," jawab peserta Sanlat saat ditanya
tanggapan mengikuti kegiatan selama tiga hari.
Kegiatan ditutup dengan buka bersama. Mereka juga
diajak mempersiapkan penampilan-penampilan untuk
memeriahkan kegiatan Tabligh Akbar sebagai
penutupan kegiatan Kafilah Dakwah.
Senangkan Warga Cikawung
Menebar manfaat di bulan Ramadhan, LAZNAS
Dewan Dakwah bagikan sembako dan layanan
kesehatan gratis bagi warga Kampung Cikawung RW 05,
Sukabumi, Jabar (Jum'at, 01/06).
Kegiatan ini berlangsung di asrama Dewan Dakwah
Sukabumi. Turut hadir pula tokoh masyarakat dan ketua
DKM Masjid.
Jenal selaku ketua RW setempat merespon baik
kegiatan dan berterimakasih pada LAZNAS Dewan
Dakwah,
"Saya merasa bersyukur atas terlaksananya acara ini
dengan baik. Semoga kegiatan semacam ini terus
berjalan. Tak lupa pula kami haturkan terimakasih
kepada Dewan Dakwah," tuturnya.
Begitu pun dengan Ny Lilis, salah satu warga yang
mendapatkan bantuan sembako dan layanan kesehatan,
"Saya berterimakasih dan gembira sekali dengan
kedatangan Dewan Dakwah yang memeberikan
sembako dan layanan kesehatan gratis bagi kami,
semoga bermanfaat dan selalu diberikan keberkahan,"
jelas Lilis.
Di Desa Minoritas
Ramadhan 1439 H menjadi catatan perjalanan
dakwah sangat berkesan bagi Zaim Ukhrowi, Khotib
Romli Ahmad, dan Haris Fikri di Dusun Kerug Batur,
Desa Mejaksingi, Kec Borobudur, Kab Magelang, Jawa
Tengah.
Tugas berdakwah mereka bukan medan tantangan
yang biasa. Kali ini, Tim Kafilah Da'wah STID
Mohammad Natsir mendakwahi 9 keluarga yang
merupakan muslim minoritas dari 30 keluarga
semuanya.
“Ketika awal pertama kali masuk ke kampung
tersebut tidak tercium sama sekali aroma keislaman.
Bahkan yang dikatakan sebagai masjid oleh orang-
orang desa di sana, dalam pandangan kami itu bukan
masjid, melainkan hanya gedung yang kumuh,” papar
Zaim tatkala menceritakan kondisi Dusun Kerug Batur.
“Tidak ada karpet, shalatnya menggunakan tikar
yang sudah bolong. Di setiap sudutnya banyak kecoa.
Ketika kita buka pintunya, kelihatan tidak sering dibuka.
Sulit untuk dibuka. Bahkan sepertinya tidak pernah
dibuka,'' imbuhnya dengan miris.
Kegiatan sosial menjadi jalan pintu masuk bagi Zaim
dan kawan-kawan, mensyiarkan Islam di kampung itu.
Misalnya mengadakan pengobatan gratis dan kerja
bakti.
Selain itu, tim dakwah ini juga menjalankan kegiatan
srawung. “Setiap hari, ada satu rumah yang kami
datangi untuk srawung membantu masyarakat. Kami
tanyakan kepada mereka apakah ada yang bisa kami
bantu. Mulai dari mencuci piring, bertani, menyangkul,
berkebun, atau apapun terserah mereka. Ini cara kami
agar bisa masuk di tengah-tengah masyarakat mereka,”
terangnya.
Tiga mahasiswa STID Mohammad Natsir juga
membangkitkan keimanan warga muslim yang masih
bertahan. Mereka mengajak membersihkan masjid agar
bisa digunakan shalat fardhu jamaah dan tarawih.
Mengajak sholat berjamaah lima waktu. Menghidupkan
kultum ba'da subuh dan tarawih, membina pengajian
untuk ibu-ibu, bapak-bapak, dan remaja. “Walaupun
kadang yang datang hanya satu orang, tetap kami
langsungkan,” tandas Zaim.
Menjelang Idul Fitri, LAZNAS Dewan Da'wah melalui
Tim Kafilah Da'wah membagikan kado lebaran. Khusus
di sini sasarannya tokoh-tokoh masyarakat baik muslim
maupun non-muslim.[]
KABAR KABAR
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M10 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 11 MAN TAZAKKA
LAZNAS Dewan Dakwah bersama masyarakat
bertekad untuk mendirikan sarana pendidikan PAUD
dan TK sesegera mungkin.
Selain itu, akan membuat program meningkatkan
produktivitas hasil tangkap ikan dan budidaya rumput
laut sebagai bagian dari program kemandirian dakwah
dengan hasil usaha masyarakat.
Kafilah Dakwah Makmurkan Desa Ori
Memakmurkan Ramadhan 1439, Tim Kafilah Dakwah
Akhwat yang bertugas di Desa Ori, Kebumen, Jawa
Tengah, menggelar aksi spiritual dan sosial-
kemasyarakatan. Mereka memulai dengan mengajak
gotong royong bersih-bersih jelan desa, dan mengakhiri
dengan pembagian bingkisan dari LAZNAS Dewan
Dakwah.
Salah satu program utamanya adalah
menyelenggarakan pesantren kilat untuk anak-anak
setempat.
Kegiatan berlangsung selama tiga hari mulai Ahad
(03/06) di Masjid Baiturrahim.
Sebanyak 22 anak ikut serta meramaikan kegiatan
yang dimulai setiap ba'da dzuhur hingga menjelang
waktu berbuka. Kegiatan berisi pemberian materi
seputar Aqidah, Shirah Nabawi, Tahfidz dan Tahsin.
Alhamdulillah selama tiga hari anak-anak mampu
menyelesaikan hafalan surah An-Naba sebanyak 15 ayat
dengan metode Talaqqi.
Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan
meskipun dilaksanakan pad siang hari yang kebanyakan
orang lebih memilih tidur siang.
"Senang kaaaaak," jawab peserta Sanlat saat ditanya
tanggapan mengikuti kegiatan selama tiga hari.
Kegiatan ditutup dengan buka bersama. Mereka juga
diajak mempersiapkan penampilan-penampilan untuk
memeriahkan kegiatan Tabligh Akbar sebagai
penutupan kegiatan Kafilah Dakwah.
Senangkan Warga Cikawung
Menebar manfaat di bulan Ramadhan, LAZNAS
Dewan Dakwah bagikan sembako dan layanan
kesehatan gratis bagi warga Kampung Cikawung RW 05,
Sukabumi, Jabar (Jum'at, 01/06).
Kegiatan ini berlangsung di asrama Dewan Dakwah
Sukabumi. Turut hadir pula tokoh masyarakat dan ketua
DKM Masjid.
Jenal selaku ketua RW setempat merespon baik
kegiatan dan berterimakasih pada LAZNAS Dewan
Dakwah,
"Saya merasa bersyukur atas terlaksananya acara ini
dengan baik. Semoga kegiatan semacam ini terus
berjalan. Tak lupa pula kami haturkan terimakasih
kepada Dewan Dakwah," tuturnya.
Begitu pun dengan Ny Lilis, salah satu warga yang
mendapatkan bantuan sembako dan layanan kesehatan,
"Saya berterimakasih dan gembira sekali dengan
kedatangan Dewan Dakwah yang memeberikan
sembako dan layanan kesehatan gratis bagi kami,
semoga bermanfaat dan selalu diberikan keberkahan,"
jelas Lilis.
Di Desa Minoritas
Ramadhan 1439 H menjadi catatan perjalanan
dakwah sangat berkesan bagi Zaim Ukhrowi, Khotib
Romli Ahmad, dan Haris Fikri di Dusun Kerug Batur,
Desa Mejaksingi, Kec Borobudur, Kab Magelang, Jawa
Tengah.
Tugas berdakwah mereka bukan medan tantangan
yang biasa. Kali ini, Tim Kafilah Da'wah STID
Mohammad Natsir mendakwahi 9 keluarga yang
merupakan muslim minoritas dari 30 keluarga
semuanya.
“Ketika awal pertama kali masuk ke kampung
tersebut tidak tercium sama sekali aroma keislaman.
Bahkan yang dikatakan sebagai masjid oleh orang-
orang desa di sana, dalam pandangan kami itu bukan
masjid, melainkan hanya gedung yang kumuh,” papar
Zaim tatkala menceritakan kondisi Dusun Kerug Batur.
“Tidak ada karpet, shalatnya menggunakan tikar
yang sudah bolong. Di setiap sudutnya banyak kecoa.
Ketika kita buka pintunya, kelihatan tidak sering dibuka.
Sulit untuk dibuka. Bahkan sepertinya tidak pernah
dibuka,'' imbuhnya dengan miris.
Kegiatan sosial menjadi jalan pintu masuk bagi Zaim
dan kawan-kawan, mensyiarkan Islam di kampung itu.
Misalnya mengadakan pengobatan gratis dan kerja
bakti.
Selain itu, tim dakwah ini juga menjalankan kegiatan
srawung. “Setiap hari, ada satu rumah yang kami
datangi untuk srawung membantu masyarakat. Kami
tanyakan kepada mereka apakah ada yang bisa kami
bantu. Mulai dari mencuci piring, bertani, menyangkul,
berkebun, atau apapun terserah mereka. Ini cara kami
agar bisa masuk di tengah-tengah masyarakat mereka,”
terangnya.
Tiga mahasiswa STID Mohammad Natsir juga
membangkitkan keimanan warga muslim yang masih
bertahan. Mereka mengajak membersihkan masjid agar
bisa digunakan shalat fardhu jamaah dan tarawih.
Mengajak sholat berjamaah lima waktu. Menghidupkan
kultum ba'da subuh dan tarawih, membina pengajian
untuk ibu-ibu, bapak-bapak, dan remaja. “Walaupun
kadang yang datang hanya satu orang, tetap kami
langsungkan,” tandas Zaim.
Menjelang Idul Fitri, LAZNAS Dewan Da'wah melalui
Tim Kafilah Da'wah membagikan kado lebaran. Khusus
di sini sasarannya tokoh-tokoh masyarakat baik muslim
maupun non-muslim.[]
KABAR KABAR
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M12 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 13 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
Dewan Dakwah Touna Gelar Pelatihan Manajemen Program dan Jurnalistik Dakwah
ewan Dakwah Kab Tojo Una-Una (Touna),
DSulawesi Tengah, menyelenggarakan Training
Manajemen Program dan Jurnalistik Dakwah
untuk para aktivis dakwah dan kemanusiaan pada
Selasa-Rabu, 17-18 Juli lalu, di Kota Ampana, Touna.
Kegiatan ini diikuti aktivis perwakilan dari Dewan
Dakwah dan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia
(PII) setempat dengan beragam profesinya. Ada
pengusaha, pegawai negeri, juga da'i.
Agung Gumelar dan Nurbowo dari LAZNAS Dewan
Dakwah Pusat menjadi narasumber acara.
“Kegiatan ini didukung dan difasilitasi Ketua DPRD
Kab Touna, Gusnar A Suleman,” terang Ketua Dewan
Dakwah Touna, Marwin.
Gusnar yang sudah menjabat dua periode sempat
menjenguk training yang dilaksanakan di Ruang
Aspirasi DPRD Touna, Kota Ampana.
Mantan Ketua FPI Touna tersebut juga menjamu
para peserta makan siang di kediaman pribadinya.
Materi training meliputi manajerial organisasi dan
publikasi Dakwah. Juga , dilengkapi workshop
pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi zakat,
infaq dan sedekah (ZIS).
Para peserta melakukan simulasi untuk mengetahui
problematika yang sering terjadi di masyarakat Touna.
Studi kasus dilakukan dengan permasalahan pada
dusun Pada Fuyu dan Tanjung Lemo.
“Materi training ini berguna untuk membantu
pemerintah membangun wilayah,” ujar Gusnar seusai
memperhatikan presentasi simulasi program
pengembangan masyarakat berbasis ZIS.
Sebagai kenangan, peserta training mendapatkan
Makalah Tazakka dan Buku 'Pendeta Islam' Naik Haji
terbitan LAZNAS Dewan Dakwah. Buku yang disusun
Nurbowo berisi kisah-kisah inspiratif Da'i Dewan
Dakwah dari berbagai wilayah pedalaman nusantara.
Dewan Dakwah Kab Touna didirikan pada Ramadhan
2015. Programnya antara lain Dakwah Pedalaman dan
Kemanusiaan. Mereka rajin menyambangi lokasi-lokasi
dakwah yang terpencil seperti di pulau dan hutan, yang
jamaahnya dibina dai Dewan Dakwah. Situs dakwah ini
harus ditempuh dengan berbagai moda transportasi,
sejak mobil, motor, perahu ketinting, hingga berjalan
kaki berjam-jam lamanya.
Pengurus dan relawan muda Dewan Dakwah Touna
juga menggelar aksi kepedulian untuk membantu Dunia
Islam, seperti Peduli Gaza, Suriah, dan Rohingya. Donasi
yang terhimpun disalurkan melalui LAZNAS Dewan
Dakwah Pusat.[] melati
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M12 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 13 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
Dewan Dakwah Touna Gelar Pelatihan Manajemen Program dan Jurnalistik Dakwah
ewan Dakwah Kab Tojo Una-Una (Touna),
DSulawesi Tengah, menyelenggarakan Training
Manajemen Program dan Jurnalistik Dakwah
untuk para aktivis dakwah dan kemanusiaan pada
Selasa-Rabu, 17-18 Juli lalu, di Kota Ampana, Touna.
Kegiatan ini diikuti aktivis perwakilan dari Dewan
Dakwah dan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia
(PII) setempat dengan beragam profesinya. Ada
pengusaha, pegawai negeri, juga da'i.
Agung Gumelar dan Nurbowo dari LAZNAS Dewan
Dakwah Pusat menjadi narasumber acara.
“Kegiatan ini didukung dan difasilitasi Ketua DPRD
Kab Touna, Gusnar A Suleman,” terang Ketua Dewan
Dakwah Touna, Marwin.
Gusnar yang sudah menjabat dua periode sempat
menjenguk training yang dilaksanakan di Ruang
Aspirasi DPRD Touna, Kota Ampana.
Mantan Ketua FPI Touna tersebut juga menjamu
para peserta makan siang di kediaman pribadinya.
Materi training meliputi manajerial organisasi dan
publikasi Dakwah. Juga , dilengkapi workshop
pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi zakat,
infaq dan sedekah (ZIS).
Para peserta melakukan simulasi untuk mengetahui
problematika yang sering terjadi di masyarakat Touna.
Studi kasus dilakukan dengan permasalahan pada
dusun Pada Fuyu dan Tanjung Lemo.
“Materi training ini berguna untuk membantu
pemerintah membangun wilayah,” ujar Gusnar seusai
memperhatikan presentasi simulasi program
pengembangan masyarakat berbasis ZIS.
Sebagai kenangan, peserta training mendapatkan
Makalah Tazakka dan Buku 'Pendeta Islam' Naik Haji
terbitan LAZNAS Dewan Dakwah. Buku yang disusun
Nurbowo berisi kisah-kisah inspiratif Da'i Dewan
Dakwah dari berbagai wilayah pedalaman nusantara.
Dewan Dakwah Kab Touna didirikan pada Ramadhan
2015. Programnya antara lain Dakwah Pedalaman dan
Kemanusiaan. Mereka rajin menyambangi lokasi-lokasi
dakwah yang terpencil seperti di pulau dan hutan, yang
jamaahnya dibina dai Dewan Dakwah. Situs dakwah ini
harus ditempuh dengan berbagai moda transportasi,
sejak mobil, motor, perahu ketinting, hingga berjalan
kaki berjam-jam lamanya.
Pengurus dan relawan muda Dewan Dakwah Touna
juga menggelar aksi kepedulian untuk membantu Dunia
Islam, seperti Peduli Gaza, Suriah, dan Rohingya. Donasi
yang terhimpun disalurkan melalui LAZNAS Dewan
Dakwah Pusat.[] melati
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M14 MAN TAZAKKA
ayasan Baitul Hikmah Elnusa (YBHE) Menjalin
Ykerjasama dengan LAZNAS Dewan Da'wah untuk
mendukung dakwah pedalaman, Kamis (20/7).
Hasil kerjasama tersebut diperuntukan untuk
memfasilitasi para Da'i Dewan Da'wah yang membina
masyarakat muslim di pelosok negeri. Dana berasal dari
zakat salah seorang pimpinan PT Electronica Nusantara
Tbk (Elnusa).
Penyerahan dana kerjasama tersebut dihadiri oleh
Bambang Sudaryanto selaku perwakilan dari PT Elnusa
sekaligus sebagai Sekretaris Jendral YBHE dan Eko Anjar
yang mewakili Departemen Program YBHE. Sedangkan
pihak LAZNAS Dewan Da'wah diwakilkan oleh Manager
Retail & Corporate, Dhani Ramadhan serta Tim
Madrasah Amil, Muhammad Indarwan dan Hudan
Hudaya.
Badan Dakwah Islam (BDI) dari perusahaan yang
bergerak di bidang jasa minyak dan gas bumi ini
sebelumnya juga pernah bermitra dengan LAZNAS
Dewan Da'wah melalui program Kajian Dakwah
Pedalaman pada Mei lalu. Sejumlah jamaah yang
berasal dari karyawan Elnusa berkomitmen untuk
mendukung dakwah da'i pedalaman.
“Ini sebagai awalan dari PT Elnusa dan YBHE,
insyaAllah semoga berkelanjutan dan semakin besar
dana kedepannya untuk program Dana untuk Dakwah
(DAUD),” papar Eko Anjar dalam pertemuan yang
dilaksanakan di Kantor YBHE. Ia menambahkan bahwa
kedepannya pihak YBHE tertarik mengikuti Program
Safari Dakwah untuk mengunjungi para Da'i yang
sedang menjalankan tugas dakwahnya di pedalaman.[]
mel
Dakwah Pedalaman
KABAR
YBHE Dukung
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M14 MAN TAZAKKA
ayasan Baitul Hikmah Elnusa (YBHE) Menjalin
Ykerjasama dengan LAZNAS Dewan Da'wah untuk
mendukung dakwah pedalaman, Kamis (20/7).
Hasil kerjasama tersebut diperuntukan untuk
memfasilitasi para Da'i Dewan Da'wah yang membina
masyarakat muslim di pelosok negeri. Dana berasal dari
zakat salah seorang pimpinan PT Electronica Nusantara
Tbk (Elnusa).
Penyerahan dana kerjasama tersebut dihadiri oleh
Bambang Sudaryanto selaku perwakilan dari PT Elnusa
sekaligus sebagai Sekretaris Jendral YBHE dan Eko Anjar
yang mewakili Departemen Program YBHE. Sedangkan
pihak LAZNAS Dewan Da'wah diwakilkan oleh Manager
Retail & Corporate, Dhani Ramadhan serta Tim
Madrasah Amil, Muhammad Indarwan dan Hudan
Hudaya.
Badan Dakwah Islam (BDI) dari perusahaan yang
bergerak di bidang jasa minyak dan gas bumi ini
sebelumnya juga pernah bermitra dengan LAZNAS
Dewan Da'wah melalui program Kajian Dakwah
Pedalaman pada Mei lalu. Sejumlah jamaah yang
berasal dari karyawan Elnusa berkomitmen untuk
mendukung dakwah da'i pedalaman.
“Ini sebagai awalan dari PT Elnusa dan YBHE,
insyaAllah semoga berkelanjutan dan semakin besar
dana kedepannya untuk program Dana untuk Dakwah
(DAUD),” papar Eko Anjar dalam pertemuan yang
dilaksanakan di Kantor YBHE. Ia menambahkan bahwa
kedepannya pihak YBHE tertarik mengikuti Program
Safari Dakwah untuk mengunjungi para Da'i yang
sedang menjalankan tugas dakwahnya di pedalaman.[]
mel
Dakwah Pedalaman
KABAR
YBHE Dukung
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M16 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 17 MAN TAZAKKA
KABAR
had (29/7) pagi, gempa 6,4 SR merentak Bumi
AGora. Mengguncang Lombok, Bali, hingga
Sumbawa. Diikuti lebih seratus gempa susulan.
Menurut laporan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat,
tercatat 14 orang meninggal dunia, 162 jiwa luka-luka,
dan ribuan rumah rusak. Ribuan orang tiba-tiba jadi
pengungsi.
Walau turut jadi korban, da'i-da'i Dewan Dakwah
turut memberi pertolongan pertama bagi warga
terdampak. Mereka pun siap menyalurkan bantuan
Anda.
Tak lama setelah gempa, da'i Dewan Dakwah Ustadz
Tauhid dan Hamdani menyusuri lokasi terparah. Yakni
Desa Bayan, yang rumah warganya banyak
bertumbangan rata dengan tanah. Warga selamat
bermukim di pengungsian berupa tenda sederhana.
Selain logistik, mereka membutuhkan selimut,
kelengkapan bayi, dan pakaian wanita. Alat penerangan
dan MCK darurat juga urgen.
Menurut Ustadz Tauhid, lokasi paling parah adalah
KABAR
Dusun Bual di Desa Bayan, Sajang di Sembalun, dan
Desa Sambelia di Kab Lombok Utara.
Hingga 30 Juli 2018 pagi, jumlah korban meninggal
tercatat 14 orang, termasuk 1 warga Malaysia bernama
Isma Wida yang rencananya akan mendaki Gunung
Rinjani.[]
Digoncang Gempa Bumi Gora
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M16 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 17 MAN TAZAKKA
KABAR
had (29/7) pagi, gempa 6,4 SR merentak Bumi
AGora. Mengguncang Lombok, Bali, hingga
Sumbawa. Diikuti lebih seratus gempa susulan.
Menurut laporan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat,
tercatat 14 orang meninggal dunia, 162 jiwa luka-luka,
dan ribuan rumah rusak. Ribuan orang tiba-tiba jadi
pengungsi.
Walau turut jadi korban, da'i-da'i Dewan Dakwah
turut memberi pertolongan pertama bagi warga
terdampak. Mereka pun siap menyalurkan bantuan
Anda.
Tak lama setelah gempa, da'i Dewan Dakwah Ustadz
Tauhid dan Hamdani menyusuri lokasi terparah. Yakni
Desa Bayan, yang rumah warganya banyak
bertumbangan rata dengan tanah. Warga selamat
bermukim di pengungsian berupa tenda sederhana.
Selain logistik, mereka membutuhkan selimut,
kelengkapan bayi, dan pakaian wanita. Alat penerangan
dan MCK darurat juga urgen.
Menurut Ustadz Tauhid, lokasi paling parah adalah
KABAR
Dusun Bual di Desa Bayan, Sajang di Sembalun, dan
Desa Sambelia di Kab Lombok Utara.
Hingga 30 Juli 2018 pagi, jumlah korban meninggal
tercatat 14 orang, termasuk 1 warga Malaysia bernama
Isma Wida yang rencananya akan mendaki Gunung
Rinjani.[]
Digoncang Gempa Bumi Gora
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M18 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 19 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
enerima Beasiswa Relawan Nusantara (Baranusa)
PLAZNAS Dewan Dakwah, Diska Anjelina Sudarta,
mengkreasikan biji labu dan oncom hitam
menjadi biskuit untuk anak balita korban bencana.
Kombinasi biji labu dengan kandungan omega3 dan
omega6 serta oncom hitam sebagai sumber protein
diformulasikan sebagai pangan darurat untuk
memenuhi asupan gizi balita pada saat terjadi bencana
alam.
Mahasiswa semester 8 Program Studi Gizi
Masyarakat IPB ini mengungkapkan anak balita dalam
kondisi bencana alam adalah kelompok yang rentan
terhadap kesehatan gizi. Mereka membutuhkan
perhatian lebih bahkan menjadi prioritas utama dalam
pemenuhan asupan gizi.
Masa golden age menjadi alasan penting
pemenuhan asupan gizi yang cukup bagi balita.
Pasalnya, masa tersebut merupakan waktu terbaik bagi
otak anak dapat berkembang dengan pesat. Apabila
asupan gizinya kurang terpenuhi, maka akan terjadi
kerusakan di bagian otak tertentu yang tidak bisa
diperbaiki di masa-masa berikutnya.
Bersama mahasiswa IPB lainnya,
Rianita Fatih Ariba dan Fathudin
Mahmud, kreasi Biskuit PumpeeO-
Kids ini menjadi salah satu karya
dalam ajang Pekan Kreativitas
Mahasiswa (PKM) yang terpilih untuk
dibiayai oleh Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Biskuit yang menjadi pangan
darurat ini, praktis untuk langsung
dimakan oleh balita pada saat terjadi
bencana.
Dengan pendampingan Dr Agr
Eny Palupi STp MSc, biskuit yang
dihasilkan telah diuji secara
organoleptik untuk memperlihatkan
kandungan gizi yang dikadung. Setiap 100 g biskuit
mengandung 456 kkal, 12 g lemak, 70 g karbohidrat,
4.07 mg omega-3, dan 20.3 mg omega-6.
Diska yang juga pernah menjadi finalis Indonesian
Young Green Award 2017, berharap biskuit dengan
kandungan omega-3 ini dapat menjadi solusi dan
usulan yang tepat untuk menjawab masalah saat terjadi
bencana alam khususnya bagi salah satu kelompok
rentan, yaitu balita.[] melati
Biskuit untuk Anak Korban Bencana
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M18 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 19 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
enerima Beasiswa Relawan Nusantara (Baranusa)
PLAZNAS Dewan Dakwah, Diska Anjelina Sudarta,
mengkreasikan biji labu dan oncom hitam
menjadi biskuit untuk anak balita korban bencana.
Kombinasi biji labu dengan kandungan omega3 dan
omega6 serta oncom hitam sebagai sumber protein
diformulasikan sebagai pangan darurat untuk
memenuhi asupan gizi balita pada saat terjadi bencana
alam.
Mahasiswa semester 8 Program Studi Gizi
Masyarakat IPB ini mengungkapkan anak balita dalam
kondisi bencana alam adalah kelompok yang rentan
terhadap kesehatan gizi. Mereka membutuhkan
perhatian lebih bahkan menjadi prioritas utama dalam
pemenuhan asupan gizi.
Masa golden age menjadi alasan penting
pemenuhan asupan gizi yang cukup bagi balita.
Pasalnya, masa tersebut merupakan waktu terbaik bagi
otak anak dapat berkembang dengan pesat. Apabila
asupan gizinya kurang terpenuhi, maka akan terjadi
kerusakan di bagian otak tertentu yang tidak bisa
diperbaiki di masa-masa berikutnya.
Bersama mahasiswa IPB lainnya,
Rianita Fatih Ariba dan Fathudin
Mahmud, kreasi Biskuit PumpeeO-
Kids ini menjadi salah satu karya
dalam ajang Pekan Kreativitas
Mahasiswa (PKM) yang terpilih untuk
dibiayai oleh Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Biskuit yang menjadi pangan
darurat ini, praktis untuk langsung
dimakan oleh balita pada saat terjadi
bencana.
Dengan pendampingan Dr Agr
Eny Palupi STp MSc, biskuit yang
dihasilkan telah diuji secara
organoleptik untuk memperlihatkan
kandungan gizi yang dikadung. Setiap 100 g biskuit
mengandung 456 kkal, 12 g lemak, 70 g karbohidrat,
4.07 mg omega-3, dan 20.3 mg omega-6.
Diska yang juga pernah menjadi finalis Indonesian
Young Green Award 2017, berharap biskuit dengan
kandungan omega-3 ini dapat menjadi solusi dan
usulan yang tepat untuk menjawab masalah saat terjadi
bencana alam khususnya bagi salah satu kelompok
rentan, yaitu balita.[] melati
Biskuit untuk Anak Korban Bencana
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M20 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 21 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
embaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Dewan
LDakwah meluncurkan Program Semarak Qurban di
Pedalaman Nusantara di Gedung Menara Dakwah
Jl Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Ahad (22/7). Acara ini
dihadiri pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,
para pimpinan LAZNAS Dewan Dakwah tingkat provinsi,
Mitra Pelayanan Zakat (MPZ), dan perwakilan DKM di
Jabodetabek dan sekitarnya.
Program Semarak Qurban diharapkan dapat
menguatkan syiar para da'i di pedalaman nusantara.
"Qurban ini akan memperkuat Syiar Da'i Dewan Dakwah
di pedalaman," papar Direktur Eksekutif LAZNAS Dewan
Dakwah, Ustadz Ade Salamun, dalam sambutannya.
Qurban yang menjadi ibadah bagi kaum muslim,
akan didistribusikan dalam bentuk siap saji.
Lebih dari nilai menebarkan qurban kepada saudara-
saudara muslim, LAZNAS Dewan Dakwah akan
mengolah daging hasil pemotongan hewan qurban
menjadi makanan daging olahan.
"Kita masakan sekalian. Mereka yang tidak punya
freezer dagingnya dapat cepat membusuk. Package
akan dilengkapi dengan sayuran dan menu tambahan
lainnya," imbuh Ustadz Ade.
'Semarak' memiliki dua arti dalam momen Qurban.
"Di sini kita namakan semarak. Semarak bisa berarti
berkontribusi menyemarakkan Qurban di Pedalaman.
Selain itu, LAZNAS Dewan Dakwah sendiri memiliki
program Semarak; Sedekah Makan Rakyat.," jelas Dhani
Ramadhan, Manager Retail & Corporate LAZNAS Dewan
Dakwah.
Dhani juga memaparkan beberapa tujuan
penyelenggaraan program ini. Pertama memperkuat
syiar Da'i di pedalaman. Kedua, memperbaiki gizi
muslim di penjuru nusantara. Ketiga, Menyajikan daging
hasil pemotongan hewan qurban dengan mengemasnya
secara bermutu, sehingga dapat disantap dengan
mudah bagi para penerima manfaatnya.
Melalui program ini, daging qurban tidak hanya
didistribusikan di wilayah Jabodetabek, tetapi juga pada
19 titik pedalaman di nusantara yang mencakup Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan sekitarnya.
Manajer Program LAZNAS Dewan Dakwah Agung
Gumelar mengatakan, masyarakat Muslim terutama
mereka yang hidup dalam kondisi kekurangan di
pedalaman juga harus merasakan semarak Idul Adha
tahun ini.
Agung menjelaskan, berqurban merupakan teladan
dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai bentuk
penghambaan kepada Allah. Namun, menurut dia,
terkadang umat yang hidup di pedalaman masih kerap
terlupakan.
“Kita seringkali menyantap hewan qurban setiap
tahunnya, membuat sate dan sebagainya, sedangkan
kita belum mengetahui kondisi saudara kita di
pedalaman, terpencil dan jauh, dan minim dai-dai di
sana,” ujar Agung.
Karena itu, lanjut Agung, LAZNAS Dewan Dakwah
memprioritaskan distribusi qurban ke pedalaman.
“Jadi saudara-saudara kita di pedalaman pun harus
mendapat kebahagiaan ketika qurban. Jadi tidak hanya
di perkotaan saja yang merasakan,” ucapnya.
Agung menambahkan, secara nasional tahun ini
LAZNAS Dewan Dakwah menargetkan untuk
menyembelih ribuan hewan qurban sapi. Sementara,
untuk di luar negeri ditargetkan pengumpulan dana
ratusan juta untuk dibelikan hewan qurban.
“Insyaallah hewan-hewan qurban itu akan
disebarkan ke daerah pedalaman, banyak daerahnya
dari Aceh sampai Papua,” kata Agung.
Agung pun mengajak umat Islam untuk berqurban
melalui lembaganya untuk disalurkan ke daerah
pedalaman.
Direktur Eksekutif LAZNAS Dewan Dakwah Ade
Salamun menuturkan, kesulitan menempuh lokasi
Yuk Semarakkan Qurban di Pedalaman
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M20 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 21 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
embaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Dewan
LDakwah meluncurkan Program Semarak Qurban di
Pedalaman Nusantara di Gedung Menara Dakwah
Jl Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Ahad (22/7). Acara ini
dihadiri pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,
para pimpinan LAZNAS Dewan Dakwah tingkat provinsi,
Mitra Pelayanan Zakat (MPZ), dan perwakilan DKM di
Jabodetabek dan sekitarnya.
Program Semarak Qurban diharapkan dapat
menguatkan syiar para da'i di pedalaman nusantara.
"Qurban ini akan memperkuat Syiar Da'i Dewan Dakwah
di pedalaman," papar Direktur Eksekutif LAZNAS Dewan
Dakwah, Ustadz Ade Salamun, dalam sambutannya.
Qurban yang menjadi ibadah bagi kaum muslim,
akan didistribusikan dalam bentuk siap saji.
Lebih dari nilai menebarkan qurban kepada saudara-
saudara muslim, LAZNAS Dewan Dakwah akan
mengolah daging hasil pemotongan hewan qurban
menjadi makanan daging olahan.
"Kita masakan sekalian. Mereka yang tidak punya
freezer dagingnya dapat cepat membusuk. Package
akan dilengkapi dengan sayuran dan menu tambahan
lainnya," imbuh Ustadz Ade.
'Semarak' memiliki dua arti dalam momen Qurban.
"Di sini kita namakan semarak. Semarak bisa berarti
berkontribusi menyemarakkan Qurban di Pedalaman.
Selain itu, LAZNAS Dewan Dakwah sendiri memiliki
program Semarak; Sedekah Makan Rakyat.," jelas Dhani
Ramadhan, Manager Retail & Corporate LAZNAS Dewan
Dakwah.
Dhani juga memaparkan beberapa tujuan
penyelenggaraan program ini. Pertama memperkuat
syiar Da'i di pedalaman. Kedua, memperbaiki gizi
muslim di penjuru nusantara. Ketiga, Menyajikan daging
hasil pemotongan hewan qurban dengan mengemasnya
secara bermutu, sehingga dapat disantap dengan
mudah bagi para penerima manfaatnya.
Melalui program ini, daging qurban tidak hanya
didistribusikan di wilayah Jabodetabek, tetapi juga pada
19 titik pedalaman di nusantara yang mencakup Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan sekitarnya.
Manajer Program LAZNAS Dewan Dakwah Agung
Gumelar mengatakan, masyarakat Muslim terutama
mereka yang hidup dalam kondisi kekurangan di
pedalaman juga harus merasakan semarak Idul Adha
tahun ini.
Agung menjelaskan, berqurban merupakan teladan
dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai bentuk
penghambaan kepada Allah. Namun, menurut dia,
terkadang umat yang hidup di pedalaman masih kerap
terlupakan.
“Kita seringkali menyantap hewan qurban setiap
tahunnya, membuat sate dan sebagainya, sedangkan
kita belum mengetahui kondisi saudara kita di
pedalaman, terpencil dan jauh, dan minim dai-dai di
sana,” ujar Agung.
Karena itu, lanjut Agung, LAZNAS Dewan Dakwah
memprioritaskan distribusi qurban ke pedalaman.
“Jadi saudara-saudara kita di pedalaman pun harus
mendapat kebahagiaan ketika qurban. Jadi tidak hanya
di perkotaan saja yang merasakan,” ucapnya.
Agung menambahkan, secara nasional tahun ini
LAZNAS Dewan Dakwah menargetkan untuk
menyembelih ribuan hewan qurban sapi. Sementara,
untuk di luar negeri ditargetkan pengumpulan dana
ratusan juta untuk dibelikan hewan qurban.
“Insyaallah hewan-hewan qurban itu akan
disebarkan ke daerah pedalaman, banyak daerahnya
dari Aceh sampai Papua,” kata Agung.
Agung pun mengajak umat Islam untuk berqurban
melalui lembaganya untuk disalurkan ke daerah
pedalaman.
Direktur Eksekutif LAZNAS Dewan Dakwah Ade
Salamun menuturkan, kesulitan menempuh lokasi
Yuk Semarakkan Qurban di Pedalaman
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M22 MAN TAZAKKA
KABAR
pendistribusian hewan qurban menjadi pengalaman
tersendiri dalam menyampaikan amanah para
mudhohiy (pengqurban).
“Misalnya di Kepri (kepulauan Riau), setelah hewan
qurban kami sembelih di kota, setelah itu harus
diangkut menggunakan forklift untuk diantar
menggunakan sampan ke daerah terpencil. Terkadang
biaya pengangkutan lebih mahal daripada harga sapi.
Namun, ini yang harus menjadi perhatian kita dan perlu
terus di syiarkan,” ujar Ade Salamun.
Pada kesempatan ini juga diwisuda 12 orang
anggota madrasah amil zakat. Para amil zakat muda ini
diperbantukan pada LAZNAS Dewan Dakwah.
Mereka adalah mahasiswa dan alumni segar yang
berasal dari berbagai universitas seperti Institut
Pertanian Bogor (IPB), Univeristas Gunadarma,
Universitas Garut, Universitas Al-Hikmah, STEI Sebi, dan
lain sebagainya.
Di penghujung acara, LAZNAS Dewan Dakwah
memberikan penghargaan Media Partner Terbaik.
Media dalam jaringan (daring) Suara Islam Online
(www.suara-islam.com) mendapatkan penghargaan
sebagai Media Partner Terbaik I.
“Penghargaan ini diberikan atas loyalitas dan
dedikasi Suara Islam Online terhadap LAZNAS Dewan
Dakwah,” ungkap Nurbowo saat mengumumkan
pemberian penghargaan kepada media partner.
Selain Suara Islam Online, dua media lain yang
mendapatkan penghargaan terbaik kedua dan ketiga
adalah Wartapilihan.com dan Radio DAKTA FM Bekasi.
Penghargaan diberikan oleh Bendahara Umum
Dewan Dakwah, H Edy Setiawan.
Nurbowo berharap penghargaan yang diberikan
pihaknya kepada ketiga media itu dapat menjadi
motivasi untuk terus meningkatkan syiar dengan
pemberitaan berkualitas.[] melati
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M22 MAN TAZAKKA
KABAR
pendistribusian hewan qurban menjadi pengalaman
tersendiri dalam menyampaikan amanah para
mudhohiy (pengqurban).
“Misalnya di Kepri (kepulauan Riau), setelah hewan
qurban kami sembelih di kota, setelah itu harus
diangkut menggunakan forklift untuk diantar
menggunakan sampan ke daerah terpencil. Terkadang
biaya pengangkutan lebih mahal daripada harga sapi.
Namun, ini yang harus menjadi perhatian kita dan perlu
terus di syiarkan,” ujar Ade Salamun.
Pada kesempatan ini juga diwisuda 12 orang
anggota madrasah amil zakat. Para amil zakat muda ini
diperbantukan pada LAZNAS Dewan Dakwah.
Mereka adalah mahasiswa dan alumni segar yang
berasal dari berbagai universitas seperti Institut
Pertanian Bogor (IPB), Univeristas Gunadarma,
Universitas Garut, Universitas Al-Hikmah, STEI Sebi, dan
lain sebagainya.
Di penghujung acara, LAZNAS Dewan Dakwah
memberikan penghargaan Media Partner Terbaik.
Media dalam jaringan (daring) Suara Islam Online
(www.suara-islam.com) mendapatkan penghargaan
sebagai Media Partner Terbaik I.
“Penghargaan ini diberikan atas loyalitas dan
dedikasi Suara Islam Online terhadap LAZNAS Dewan
Dakwah,” ungkap Nurbowo saat mengumumkan
pemberian penghargaan kepada media partner.
Selain Suara Islam Online, dua media lain yang
mendapatkan penghargaan terbaik kedua dan ketiga
adalah Wartapilihan.com dan Radio DAKTA FM Bekasi.
Penghargaan diberikan oleh Bendahara Umum
Dewan Dakwah, H Edy Setiawan.
Nurbowo berharap penghargaan yang diberikan
pihaknya kepada ketiga media itu dapat menjadi
motivasi untuk terus meningkatkan syiar dengan
pemberitaan berkualitas.[] melati
24 EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 25 MAN TAZAKKA
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
anya seratus meter, jarak ke Masjid Jami'
H(Sawduro Bor Mesjid) Sittwe dari Hotel Memory
tempat kami menginap. Tapi kami tak pernah
shalat di mesjid itu. Karena tak bisa. Bahkan untuk
sekadar memotretnyapun, tak boleh. Ada sejumlah
tentara Myanmar yang menjaganya siang-malam
bersenjatakan AK-47 siap tembak. Juga mata-mata sipil
yang dibayar militer untuk mengawasi sesamanya.
Sawduro Bor Mesjid dibangun sekitar 800 tahun lalu,
menjadi tonggak atau milestone eksistensi dan kiprah
kaum muslimin di Negara Bagian Rakhine (Arakan),
Burma (Myanmar). PBB mencatatnya sebagai salah satu
peninggalan sejarah di Burma. Artinya, mesjid itu
merupakan situs sejarah yang harus dilindungi secara
internasional.
Namun pada 7 Oktober 2012, rumah ibadah tersebut
dibakar kaum ekstrimis Buddha yang didukung 500-an
anggota militer setempat. Salah satu destinasi wisata
sejarah dunia ini dibiarkan mangkrak. Dikelilingi pagar
seng tinggi dan dijaga militer. Tidak boleh direhab.
Bangunan ilegal, dalihnya.
''Hei, no picture, no picture!'' Bentak seseorang ketika
saya coba untuk memotret Sawduro Bor Mesjid pada
LAPORAN DARI KAMP PENGUNGSI MYANMAR
Kita Belum Bisa Berbuat Banyak
Kamis sore Ramadhan 1439 H, 31 Mei lalu.
Berdasarkan informasi warga dan kabar di internet,
saya sebenarnya sudah tahu akan adanya larangan
tersebut. Tapi, ingin membuktikan sendiri. Mosok ambil
foto rumah ibadah agama sendiri kok dilarang? Eh,
ternyata benar. Maka, berlagak seperti turis culun, saya
mengurungkan niat mengambil gambar. Lalu berkeliling
melihat-lihat seputar mesjid. Seorang tentara
mengawasi pergerakan saya.
Eksotisme bangunan monumental itu tenggelam
oleh dinding seng dan rumput ilalang tinggi di
sekitarnya. Hanya tampak bagian lantai dua ke atas.
Kusam, gosong, bekas lalapan api. Ingin sekali
memasukinya, namun tentara garang melarang.
Sawduro Bor Mesjid salah satu dari 28 masjid yang
jadi korban amuk ekstrimis. Tinggal dua masjid tersisa
yang bisa digunakan di Sittwe, ibukota Negara Bagian
Rakhine, Myanmar. Kami tak sempat membesuk
keduanya.
Hancurnya masjid-masjid di Sittwe, disertai
menghilangnya penduduk muslim dari kota ini. Padahal,
hingga kerusuhan 2012, warga muslim Sittwe mencapai
37.000 jiwa atau hampir separuh dari populasi
penduduk.
Warga muslim lari ke desa-desa pinggiran Sittwe
sebagai internal displaced person (IDP).
Menurut kontak saya dari sebuah kamp pengungsi
setempat, terdapat 13 kamp pengungsi IDP. Sebelas
diantaranya dihuni warga Bengali, sebutan untuk
Muslim Rohingya. Sisanya dihuni warga Buddha yakni
Zaw Buja dan Thay Chaung. Jumlah pemukim
seluruhnya sekitar 150 ribu jiwa.
Pada awal Juni Ramadhan 2018 lalu, Laznas Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (LAZNAS Dewan Dakwah)
bersama Baznas, PKPU Human Initiative, Daarut Tauhiid
Peduli, Rumah Zakat, dan Laznas LMI yang tergabung
dalam Indonesia Humanitarian Alliance (IHA),
menyalurkan bantuan ke pengungsi di Kamp IDP dan
desa-desa miskin sekitarnya.
Bantuan kolektif diberikan berupa paket bahan
pangan sebanyak 1.470 paket untuk 1.470 keluarga atau
8.592 jiwa. Para penerima tersebar di sejumlah
pinggiran Sittwe, yakni Kamp Ohn Daw Gyi dan Ba Sara,
serta Desa Ohn Daw Chai, Ohn Daw Gyi, Uyin Thar, Se
Tha Dal, Thay Chaung, dan Zaw Buja.
Bantuan yang dikemas oleh Tim MAUK (Muslim Aid
United Kingdom) Myanmar, itu terdiri: beras, minyak
doreng, kacang, cabe, bawang putih, bawang merah,
mie instan, gula, dan susu.
Untuk memasuki dan menyalurkan bantuan ke
tempat-tempat itu, IHA harus mendapat ijin dari
penguasa darurat militer setempat. Ijin ini tidak mudah,
tergantung situasi terakhir di lokasi, juga kemauan
24 EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 25 MAN TAZAKKA
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
anya seratus meter, jarak ke Masjid Jami'
H(Sawduro Bor Mesjid) Sittwe dari Hotel Memory
tempat kami menginap. Tapi kami tak pernah
shalat di mesjid itu. Karena tak bisa. Bahkan untuk
sekadar memotretnyapun, tak boleh. Ada sejumlah
tentara Myanmar yang menjaganya siang-malam
bersenjatakan AK-47 siap tembak. Juga mata-mata sipil
yang dibayar militer untuk mengawasi sesamanya.
Sawduro Bor Mesjid dibangun sekitar 800 tahun lalu,
menjadi tonggak atau milestone eksistensi dan kiprah
kaum muslimin di Negara Bagian Rakhine (Arakan),
Burma (Myanmar). PBB mencatatnya sebagai salah satu
peninggalan sejarah di Burma. Artinya, mesjid itu
merupakan situs sejarah yang harus dilindungi secara
internasional.
Namun pada 7 Oktober 2012, rumah ibadah tersebut
dibakar kaum ekstrimis Buddha yang didukung 500-an
anggota militer setempat. Salah satu destinasi wisata
sejarah dunia ini dibiarkan mangkrak. Dikelilingi pagar
seng tinggi dan dijaga militer. Tidak boleh direhab.
Bangunan ilegal, dalihnya.
''Hei, no picture, no picture!'' Bentak seseorang ketika
saya coba untuk memotret Sawduro Bor Mesjid pada
LAPORAN DARI KAMP PENGUNGSI MYANMAR
Kita Belum Bisa Berbuat Banyak
Kamis sore Ramadhan 1439 H, 31 Mei lalu.
Berdasarkan informasi warga dan kabar di internet,
saya sebenarnya sudah tahu akan adanya larangan
tersebut. Tapi, ingin membuktikan sendiri. Mosok ambil
foto rumah ibadah agama sendiri kok dilarang? Eh,
ternyata benar. Maka, berlagak seperti turis culun, saya
mengurungkan niat mengambil gambar. Lalu berkeliling
melihat-lihat seputar mesjid. Seorang tentara
mengawasi pergerakan saya.
Eksotisme bangunan monumental itu tenggelam
oleh dinding seng dan rumput ilalang tinggi di
sekitarnya. Hanya tampak bagian lantai dua ke atas.
Kusam, gosong, bekas lalapan api. Ingin sekali
memasukinya, namun tentara garang melarang.
Sawduro Bor Mesjid salah satu dari 28 masjid yang
jadi korban amuk ekstrimis. Tinggal dua masjid tersisa
yang bisa digunakan di Sittwe, ibukota Negara Bagian
Rakhine, Myanmar. Kami tak sempat membesuk
keduanya.
Hancurnya masjid-masjid di Sittwe, disertai
menghilangnya penduduk muslim dari kota ini. Padahal,
hingga kerusuhan 2012, warga muslim Sittwe mencapai
37.000 jiwa atau hampir separuh dari populasi
penduduk.
Warga muslim lari ke desa-desa pinggiran Sittwe
sebagai internal displaced person (IDP).
Menurut kontak saya dari sebuah kamp pengungsi
setempat, terdapat 13 kamp pengungsi IDP. Sebelas
diantaranya dihuni warga Bengali, sebutan untuk
Muslim Rohingya. Sisanya dihuni warga Buddha yakni
Zaw Buja dan Thay Chaung. Jumlah pemukim
seluruhnya sekitar 150 ribu jiwa.
Pada awal Juni Ramadhan 2018 lalu, Laznas Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (LAZNAS Dewan Dakwah)
bersama Baznas, PKPU Human Initiative, Daarut Tauhiid
Peduli, Rumah Zakat, dan Laznas LMI yang tergabung
dalam Indonesia Humanitarian Alliance (IHA),
menyalurkan bantuan ke pengungsi di Kamp IDP dan
desa-desa miskin sekitarnya.
Bantuan kolektif diberikan berupa paket bahan
pangan sebanyak 1.470 paket untuk 1.470 keluarga atau
8.592 jiwa. Para penerima tersebar di sejumlah
pinggiran Sittwe, yakni Kamp Ohn Daw Gyi dan Ba Sara,
serta Desa Ohn Daw Chai, Ohn Daw Gyi, Uyin Thar, Se
Tha Dal, Thay Chaung, dan Zaw Buja.
Bantuan yang dikemas oleh Tim MAUK (Muslim Aid
United Kingdom) Myanmar, itu terdiri: beras, minyak
doreng, kacang, cabe, bawang putih, bawang merah,
mie instan, gula, dan susu.
Untuk memasuki dan menyalurkan bantuan ke
tempat-tempat itu, IHA harus mendapat ijin dari
penguasa darurat militer setempat. Ijin ini tidak mudah,
tergantung situasi terakhir di lokasi, juga kemauan
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 27 MAN TAZAKKA
TELAAH
26 EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
Angkot di sini terdiri tuktuk pick up, bemo, atau
motor dengan bak beroda dua (seperti Viar atau Satria
di Tanah Air).
Setelah hampir satu jam mematung di situ, datanglah
sebuah colt pick up putih dari dalam kompleks golf.
Tuktuk ini berputar arah di depan saya, lalu agak lambat
menepi.
''Come on,'' kata pria bersarung yang duduk di bak
mobil.
Saya buru-buru menaiki bak mobil yang terus
berjalan lambat itu.
Kami bersalaman, memastikan nama masing-masing,
lalu diam. Sesuai instruksi sebelumnya, selama bersama
di tempat umum jangan ngobrol dan ambil foto.
Ketegangan semakin terasa, saat seorang Monk
mencegat mobil kita. Rupanya ia bermaksud
menumpang untuk pulang. Kamp Than Taw Li memang
dikelilingi desa-desa Buddhist.
Setelah bermobil sekitar setengah jam, kita sampai
ke tepian persawahan dan rawa. Perjalanan dilanjutkan
dengan berjalan kaki menyusuri pematang sawah.
Setengah jam kemudian, dilanjutkan menyeberangi
sebuah sungai. Lalu berjalan kaki lagi menembus rawa
sampai ke kamp.
Than Taw Li dihuni 500 keluarga, atau lebih 1.500
jiwa. Mereka terdiri warga desa asli dan pengungsi
pendatang. Nyaris tidak ada bedanya mereka, karena
sama-sama miskin. Rumah mereka sempit, dibuat dari
bambu atau kayu dan atap rumbia. Lingkungan kotor,
minim air bersih. Warga jarang mandi. Anak-anak
bertelanjang dada, walau cuaca berangin cukup
kencang mendekati musim hujan.
Saya dibawa ke rumah sesepuh warga. Sebuah
pondok panggung kayu beratap rendah dan pengap.
Kami duduk di sebuah dipan sederhana. Dua remaja
mengipasi saya dari belakang.
''Maaf tidak menyuguhi, karena kita sedang puasa,''
kata sesepuh dalam bahasa daerah Rohingya. Melalui
kontak saya, ia sebelumnya bertanya apakah saya juga
pejabat berwenang.
Kafilah IHA angkatan awal Ramadhan ini misalnya,
baru mendapat exit-permit memasuki kamp setelah
menunggu hampir sepekan di Myanmar. Ijin diberikan
hanya untuk beberapa hari tertentu dan jam tertentu
pula (Dhuhur-Ashar).
Dalam masa penantian itu, LAZNAS Dewan Dakwah
mengunjungi Kamp Than Taw Li secara mandiri. Person
kamp yang dikontak tidak begitu saja percaya pada
saya. Setelah dua hari dia melakukan ''scanning''
tentang diri saya, barulah memberi lampu hijau untuk
bersua.
Screening dilakukan dengan mengonfirmasi nama
saya ke sejumlah aktivis kemanusiaan di Myanmar,
Bangladesh, maupun Indonesia. Ia juga meng-kepo-in
FB saya.
Untuk menemuinya, pria itu memberi foto kertas
bertuliskan nama sebuah tempat, dalam Bahasa Burma.
Artinya, pusat padang golf. Dari hotel, saya harus
menuju ke pick up point itu. Saya diminta menunjukkan
foto via WA (whatsapp) ke sopir taksi yang saya
tumpangi. ''Ongkosnya 7000 Kyats atau paling mahal
10.000,'' pesannya. Waktu itu, 1 Myanmar Kyats (MMK)
setara sekitar Rp 10.
Walau agak heran dengan titik jemput tersebut (kok
di lokasi yang biasanya jadi tempat berkumpul
pejabat?), saya diam saja. Tapi, tetap waspada. Selain
mengantongi tanda pengenal komplit (paspor, Id Card,
tiket pesawat Sitwee-Yangon), saya juga mengenakan
longji alias kain sarung tradisional Myanmar. Kalimat-
kalimat pokok jika ditanyai, juga siap.
Pemandangan di awal perjalanan, seperti panorama
sebuah kecamatan di Tanah Air. Lama-lama mencekam,
saat mulai terlihat banyak Monk (pendeta Buddha) dan
tentara. Terlebih ketika melewati sebuah pos jaga yang
ditongkrongi serdadu. Wah, ternyata taksi memasuki
komplek militer.
Belum habis kekagetan saya, taksi menepi dan
berhenti di tempat wingit. Persis di seberang sebuah
gerbang asrama militer yang dijaga dua tentara.
''Sudah sampai kita,'' ujar sopir taksi.
''Di sini?'' saya meyakinkan.
''Ya,'' sahutnya sambil menunjuk plang nama di
sebuah taman kecil.
Saya membayar 8 ribu MMK. Lalu dengan perlahan,
beringsut keluar taksi.
Tidak menatap ke arah gerbang asrama dan
penjaganya, adalah langkah antisipasi saya agar tidak
menarik perhatian. Kemudian mencari tempat yang
agak terlindung batang pohon. Lalu ambil sikap seperti
seorang calon penumpang yang menunggu lewatnya
angkutan kota.
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 27 MAN TAZAKKA
TELAAH
26 EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
Angkot di sini terdiri tuktuk pick up, bemo, atau
motor dengan bak beroda dua (seperti Viar atau Satria
di Tanah Air).
Setelah hampir satu jam mematung di situ, datanglah
sebuah colt pick up putih dari dalam kompleks golf.
Tuktuk ini berputar arah di depan saya, lalu agak lambat
menepi.
''Come on,'' kata pria bersarung yang duduk di bak
mobil.
Saya buru-buru menaiki bak mobil yang terus
berjalan lambat itu.
Kami bersalaman, memastikan nama masing-masing,
lalu diam. Sesuai instruksi sebelumnya, selama bersama
di tempat umum jangan ngobrol dan ambil foto.
Ketegangan semakin terasa, saat seorang Monk
mencegat mobil kita. Rupanya ia bermaksud
menumpang untuk pulang. Kamp Than Taw Li memang
dikelilingi desa-desa Buddhist.
Setelah bermobil sekitar setengah jam, kita sampai
ke tepian persawahan dan rawa. Perjalanan dilanjutkan
dengan berjalan kaki menyusuri pematang sawah.
Setengah jam kemudian, dilanjutkan menyeberangi
sebuah sungai. Lalu berjalan kaki lagi menembus rawa
sampai ke kamp.
Than Taw Li dihuni 500 keluarga, atau lebih 1.500
jiwa. Mereka terdiri warga desa asli dan pengungsi
pendatang. Nyaris tidak ada bedanya mereka, karena
sama-sama miskin. Rumah mereka sempit, dibuat dari
bambu atau kayu dan atap rumbia. Lingkungan kotor,
minim air bersih. Warga jarang mandi. Anak-anak
bertelanjang dada, walau cuaca berangin cukup
kencang mendekati musim hujan.
Saya dibawa ke rumah sesepuh warga. Sebuah
pondok panggung kayu beratap rendah dan pengap.
Kami duduk di sebuah dipan sederhana. Dua remaja
mengipasi saya dari belakang.
''Maaf tidak menyuguhi, karena kita sedang puasa,''
kata sesepuh dalam bahasa daerah Rohingya. Melalui
kontak saya, ia sebelumnya bertanya apakah saya juga
pejabat berwenang.
Kafilah IHA angkatan awal Ramadhan ini misalnya,
baru mendapat exit-permit memasuki kamp setelah
menunggu hampir sepekan di Myanmar. Ijin diberikan
hanya untuk beberapa hari tertentu dan jam tertentu
pula (Dhuhur-Ashar).
Dalam masa penantian itu, LAZNAS Dewan Dakwah
mengunjungi Kamp Than Taw Li secara mandiri. Person
kamp yang dikontak tidak begitu saja percaya pada
saya. Setelah dua hari dia melakukan ''scanning''
tentang diri saya, barulah memberi lampu hijau untuk
bersua.
Screening dilakukan dengan mengonfirmasi nama
saya ke sejumlah aktivis kemanusiaan di Myanmar,
Bangladesh, maupun Indonesia. Ia juga meng-kepo-in
FB saya.
Untuk menemuinya, pria itu memberi foto kertas
bertuliskan nama sebuah tempat, dalam Bahasa Burma.
Artinya, pusat padang golf. Dari hotel, saya harus
menuju ke pick up point itu. Saya diminta menunjukkan
foto via WA (whatsapp) ke sopir taksi yang saya
tumpangi. ''Ongkosnya 7000 Kyats atau paling mahal
10.000,'' pesannya. Waktu itu, 1 Myanmar Kyats (MMK)
setara sekitar Rp 10.
Walau agak heran dengan titik jemput tersebut (kok
di lokasi yang biasanya jadi tempat berkumpul
pejabat?), saya diam saja. Tapi, tetap waspada. Selain
mengantongi tanda pengenal komplit (paspor, Id Card,
tiket pesawat Sitwee-Yangon), saya juga mengenakan
longji alias kain sarung tradisional Myanmar. Kalimat-
kalimat pokok jika ditanyai, juga siap.
Pemandangan di awal perjalanan, seperti panorama
sebuah kecamatan di Tanah Air. Lama-lama mencekam,
saat mulai terlihat banyak Monk (pendeta Buddha) dan
tentara. Terlebih ketika melewati sebuah pos jaga yang
ditongkrongi serdadu. Wah, ternyata taksi memasuki
komplek militer.
Belum habis kekagetan saya, taksi menepi dan
berhenti di tempat wingit. Persis di seberang sebuah
gerbang asrama militer yang dijaga dua tentara.
''Sudah sampai kita,'' ujar sopir taksi.
''Di sini?'' saya meyakinkan.
''Ya,'' sahutnya sambil menunjuk plang nama di
sebuah taman kecil.
Saya membayar 8 ribu MMK. Lalu dengan perlahan,
beringsut keluar taksi.
Tidak menatap ke arah gerbang asrama dan
penjaganya, adalah langkah antisipasi saya agar tidak
menarik perhatian. Kemudian mencari tempat yang
agak terlindung batang pohon. Lalu ambil sikap seperti
seorang calon penumpang yang menunggu lewatnya
angkutan kota.
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
kirim qurban ke sini,'' ucap kontak kami penuh harap,
saat melepas kepergian saya dan M Said. Kami harus
cepat-cepat meninggalkan kamp. Selain dilarang
berkunjung melampaui maghrib, juga lantaran hari
Minggu itu banyak pejabat sipil dan militer bermain golf
di gerbang kamp.
Ketegangan saat datang, bermukim, dan pergi dari
kamp itu, terbayar dengan pendar bahagia yang tampak
pada wajah-wajah pengungsi Rohingya. Sambil
mengibarkan balon bertuliskan LAZNAS Dewan Dakwah,
anak-anak berkulit hitam tak berbaju berseru kepada
kami: ''Syukron Indonesiaaa!''[] nurbowo
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
berpuasa.
Setelah berkenalan lebih intim, kami mendiskusikan
kebutuhan vital warga setempat. Sebenarnya, penduduk
membutuhkan dai pembimbing spiritual dan lifeskill.
Mereka miskin iman dan materi serta ketrampilan hidup
sekaligus.
''Kami tidak boleh keluar melewati check point
pengungsian. Makanya, mohon maaf saya tidak bisa
menjemput Anda,'' terang kontak saya dalam Bahasa
Inggris.
Jangankan untuk bekerja, buat belanja pun warga
tetap dilarang menerobos pos jaga. Belanja dilakukan
melalui order via ponsel ke juragan pasar tertentu.
Juragan akan mengantar belanjaan sampai ke mulut
kamp, setelah diperiksa dan dipalaki penjaga pos. Tak
ayal, harga belanjaan jadi lebih mahal.
Wartawan Newsweek Nick Dunlop (newsweek.com,
26/11/2014) menyebut Kamp Than Taw Li lebih
menyeramkan ketimbang kamp konsentrasi di Eropa
jaman dulu.
Guna bertahan hidup, warga jadi petani dan nelayan.
Yang bisa berbahasa Inggris, dapat menjadi buruh
proyek kamp lain, misalnya jadi kenek tukang
bangunan. Kontak saya, salah satunya.
Namun, LAZNAS Dewan Dakwah tidak diijinkan
membuat program jangka menengah apalagi panjang.
Misalnya rehab masjid, benah madrasah, apatah lagi
penempatan dai. Masjid Than Taw Li sudah kumuh,
sumber air minim, MCK-nya runyam. Bangunan
madrasah di sebelahnya hangus dibakar laskar dan
kaum ekstrimis.
Apa boleh buat, bantuan untuk pengungsi hanya
berupa program karitas pembagian sembako. Limaratus
paket sembako kita bagikan pada Ahad, 3 Juni 2018, di
masjid setempat.
''Terima kasih sekali, semoga Idul Adha nanti juga
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 29 MAN TAZAKKA
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
28
kirim qurban ke sini,'' ucap kontak kami penuh harap,
saat melepas kepergian saya dan M Said. Kami harus
cepat-cepat meninggalkan kamp. Selain dilarang
berkunjung melampaui maghrib, juga lantaran hari
Minggu itu banyak pejabat sipil dan militer bermain golf
di gerbang kamp.
Ketegangan saat datang, bermukim, dan pergi dari
kamp itu, terbayar dengan pendar bahagia yang tampak
pada wajah-wajah pengungsi Rohingya. Sambil
mengibarkan balon bertuliskan LAZNAS Dewan Dakwah,
anak-anak berkulit hitam tak berbaju berseru kepada
kami: ''Syukron Indonesiaaa!''[] nurbowo
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
berpuasa.
Setelah berkenalan lebih intim, kami mendiskusikan
kebutuhan vital warga setempat. Sebenarnya, penduduk
membutuhkan dai pembimbing spiritual dan lifeskill.
Mereka miskin iman dan materi serta ketrampilan hidup
sekaligus.
''Kami tidak boleh keluar melewati check point
pengungsian. Makanya, mohon maaf saya tidak bisa
menjemput Anda,'' terang kontak saya dalam Bahasa
Inggris.
Jangankan untuk bekerja, buat belanja pun warga
tetap dilarang menerobos pos jaga. Belanja dilakukan
melalui order via ponsel ke juragan pasar tertentu.
Juragan akan mengantar belanjaan sampai ke mulut
kamp, setelah diperiksa dan dipalaki penjaga pos. Tak
ayal, harga belanjaan jadi lebih mahal.
Wartawan Newsweek Nick Dunlop (newsweek.com,
26/11/2014) menyebut Kamp Than Taw Li lebih
menyeramkan ketimbang kamp konsentrasi di Eropa
jaman dulu.
Guna bertahan hidup, warga jadi petani dan nelayan.
Yang bisa berbahasa Inggris, dapat menjadi buruh
proyek kamp lain, misalnya jadi kenek tukang
bangunan. Kontak saya, salah satunya.
Namun, LAZNAS Dewan Dakwah tidak diijinkan
membuat program jangka menengah apalagi panjang.
Misalnya rehab masjid, benah madrasah, apatah lagi
penempatan dai. Masjid Than Taw Li sudah kumuh,
sumber air minim, MCK-nya runyam. Bangunan
madrasah di sebelahnya hangus dibakar laskar dan
kaum ekstrimis.
Apa boleh buat, bantuan untuk pengungsi hanya
berupa program karitas pembagian sembako. Limaratus
paket sembako kita bagikan pada Ahad, 3 Juni 2018, di
masjid setempat.
''Terima kasih sekali, semoga Idul Adha nanti juga
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 29 MAN TAZAKKA
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
28
Qurban Multi Manfaat merupakan ikhtiar LAZNAS Dewan Da`wah untuk melipatgandakan manfaat sosial Ibadah Qurban.
Dengan berQurban melalui LAZNAS Dewan Dakwah, peserta Qurban turut mendukung program dakwah khususnya diwilayah da`wah dai dewan da`wah karena pendistribusian dilakukan didaerah binaan dan target binaan da`wah disamping tentunyaturut menggemakan syiar Islam di penjuru Nusantara.
Tahun 2018 ini terdapat dua layanan pada Program Qurban Multi Manfaat:
1. Qurban PeduliPequrban mengamahkan sejumlah dana kepada
LAZNAS Dewan Da`wah untuk pengadaan, pemotongan hewan qurban dan pendistribusian dagingnya, termasuk biaya operasional program.
2. Qurban Spesial SemarakQurban Peduli ditambah infak Program Sedekah
Makan Rakyat (Semarak) sehingga distribusi daging qurban disajikan dalam bentuk masak (siap saji) berikut paket kelengkapannya (nasi, sayur, buah, air, sambal, kerupuk).
KEUNGGULAN1. Membuka dan Memperkuat Da`wah2. Merupakan Syiar bagi keberadaan dan kegiatan para
Penggerak Da`wah3. Tidak menunda-nunda, sehingga manfaat dan
kebahagiaan masyarakat disegerakan pada Hari Raya4. Para Penggerak Da`wah dilapangan membutuhkan
wahana komunikasi sebagai bentuk silaturrahim dengan masyarakat binaan, yang akan mempermudah da`wah yang dilakukan
5. Mendukung Program Pemberdayaan Masyarakat
KRITERIA DAERAH DISTRIBUSI Diprioritaskan ke wilayah dengan kriteria pokok:
1. Daerah Pedalaman, yaitu daerah minim akses informasi/teknologi/transportasi
2. Daerah Binaan Da`wah/Target Binaan Da`wah/Pe-nunjang Da`wah
3. Daerah Minoritas Muslim4. Daerah Terkena Dampak Bencana5. Komunitas Marginal dan Miskin Perkotaan, dll
DAERAH SEBARAN DISTRIBUSI QURBAN1. A ceh : Aceh Tengah2. Sumatera Utara : Nias, Karo, Deli Serdang 3. Sumatera Barat : Mentawai 4. Bengkulu : Pulau Enggano 5. Lampung : Lampung Selatan 6. Banten : Pandeglang, Malimping, Lebak (Baduy)7. Jakarta :8. Jawa Barat : Bekasi, Kuningan, Sukabumi, Tasikmalaya
9. Jawa Tengah : Magelang 10. Jawa Timur : Blitar 11. Jogjakarta : Kulon Progo, Gunung Kidul 12. Kalimantan Barat : Sambas 13. Bali : Singaraja 14. Sulawesi Tengah : Ampana, Palu, Morowali 15. Maluku : Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Aru16. NTB : Lombok, Sumbawa17. NTT : Timor Timur Selatan, Atambua, Kupang, Flores 18. Papua : Merauke 19. Papua Barat : Kaimana
DISTRIBUSI QURBAN + SEMARAK1. Sumatera Barat : Mentawai2. Banten : Pandeglang3. Jakarta : Jakarta Pusat4. Jawa Barat : Sukabumi, Bekasi5. Jawa Tengah : Magelang6. Jawa Timur : Blitar7. NTT : Timor Timur Selatan, Kupang
HARGA QURBANa. Kambing/Domba per ekor Rp. 2.200.000b. Qurban Sapi/Kerbau per ekor Rp. 15.750.000c. Qurban Sapi/Kerbau (1/7 bagian) Rp. 2.250.000d. Infaq Kegiatan Hari Raya Idhul Adha Rp. 500.000e. Infaq Sedekah Makan Rakyat Rp. bebas
Harga (Infak) Sedekah Makan Rakyat Spesial Qurban/PorsiŸ Paket A : Rp. 13.000 Nasi, Acar/Sayur, Kerupuk, Buah,
Air MinumŸ Paket B : Rp. 16.000 Nasi, Acar/Sayur, Kerupuk, Buah,
Air Minum + Sambel Goreng KentangŸ Paket C : Rp. 20.000 Nasi, Acar/Sayur, Kerupuk, Buah,
Air Minum + Sambel Goreng Kentang + Telor
*) Semua paket akan ditambahkan lauk dari olahan daging Qurban
REKENING dan LAYANAN QURBAN a. Bank Syariah Mandiri No. Rek 702 739 1917b. Bank Muamalat Indonesia No. Rek 301 007 1856c. Bank Mandiri No. Rek 122 000 588 1985 a.n. LAZIS Dewan Da`wahŸ Konfirmasi Pembayaran ke 0858 8282 4343 dengan
format: Nama Penyetor/Jenis Qurban/Jumlah Qurban/atas nama/nominal transfer/Tanggal/Bank
Ÿ Misal: Fulan/Kambing/2 ekor/Fulan bin Fulan dan Fulanah Binti Fulan/4.400.000/23 Juli/BSM
Jemput Dana Qurban, Silahkan menghubungi Telp/SMS/WA ke 0858 8282 4343
Apa itu Qurban Multi
Manfaat ?
QMM Persembahkan Qurban Cepat Saji
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 31 MAN TAZAKKA
30
Qurban Multi Manfaat merupakan ikhtiar LAZNAS Dewan Da`wah untuk melipatgandakan manfaat sosial Ibadah Qurban.
Dengan berQurban melalui LAZNAS Dewan Dakwah, peserta Qurban turut mendukung program dakwah khususnya diwilayah da`wah dai dewan da`wah karena pendistribusian dilakukan didaerah binaan dan target binaan da`wah disamping tentunyaturut menggemakan syiar Islam di penjuru Nusantara.
Tahun 2018 ini terdapat dua layanan pada Program Qurban Multi Manfaat:
1. Qurban PeduliPequrban mengamahkan sejumlah dana kepada
LAZNAS Dewan Da`wah untuk pengadaan, pemotongan hewan qurban dan pendistribusian dagingnya, termasuk biaya operasional program.
2. Qurban Spesial SemarakQurban Peduli ditambah infak Program Sedekah
Makan Rakyat (Semarak) sehingga distribusi daging qurban disajikan dalam bentuk masak (siap saji) berikut paket kelengkapannya (nasi, sayur, buah, air, sambal, kerupuk).
KEUNGGULAN1. Membuka dan Memperkuat Da`wah2. Merupakan Syiar bagi keberadaan dan kegiatan para
Penggerak Da`wah3. Tidak menunda-nunda, sehingga manfaat dan
kebahagiaan masyarakat disegerakan pada Hari Raya4. Para Penggerak Da`wah dilapangan membutuhkan
wahana komunikasi sebagai bentuk silaturrahim dengan masyarakat binaan, yang akan mempermudah da`wah yang dilakukan
5. Mendukung Program Pemberdayaan Masyarakat
KRITERIA DAERAH DISTRIBUSI Diprioritaskan ke wilayah dengan kriteria pokok:
1. Daerah Pedalaman, yaitu daerah minim akses informasi/teknologi/transportasi
2. Daerah Binaan Da`wah/Target Binaan Da`wah/Pe-nunjang Da`wah
3. Daerah Minoritas Muslim4. Daerah Terkena Dampak Bencana5. Komunitas Marginal dan Miskin Perkotaan, dll
DAERAH SEBARAN DISTRIBUSI QURBAN1. A ceh : Aceh Tengah2. Sumatera Utara : Nias, Karo, Deli Serdang 3. Sumatera Barat : Mentawai 4. Bengkulu : Pulau Enggano 5. Lampung : Lampung Selatan 6. Banten : Pandeglang, Malimping, Lebak (Baduy)7. Jakarta :8. Jawa Barat : Bekasi, Kuningan, Sukabumi, Tasikmalaya
9. Jawa Tengah : Magelang 10. Jawa Timur : Blitar 11. Jogjakarta : Kulon Progo, Gunung Kidul 12. Kalimantan Barat : Sambas 13. Bali : Singaraja 14. Sulawesi Tengah : Ampana, Palu, Morowali 15. Maluku : Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Aru16. NTB : Lombok, Sumbawa17. NTT : Timor Timur Selatan, Atambua, Kupang, Flores 18. Papua : Merauke 19. Papua Barat : Kaimana
DISTRIBUSI QURBAN + SEMARAK1. Sumatera Barat : Mentawai2. Banten : Pandeglang3. Jakarta : Jakarta Pusat4. Jawa Barat : Sukabumi, Bekasi5. Jawa Tengah : Magelang6. Jawa Timur : Blitar7. NTT : Timor Timur Selatan, Kupang
HARGA QURBANa. Kambing/Domba per ekor Rp. 2.200.000b. Qurban Sapi/Kerbau per ekor Rp. 15.750.000c. Qurban Sapi/Kerbau (1/7 bagian) Rp. 2.250.000d. Infaq Kegiatan Hari Raya Idhul Adha Rp. 500.000e. Infaq Sedekah Makan Rakyat Rp. bebas
Harga (Infak) Sedekah Makan Rakyat Spesial Qurban/PorsiŸ Paket A : Rp. 13.000 Nasi, Acar/Sayur, Kerupuk, Buah,
Air MinumŸ Paket B : Rp. 16.000 Nasi, Acar/Sayur, Kerupuk, Buah,
Air Minum + Sambel Goreng KentangŸ Paket C : Rp. 20.000 Nasi, Acar/Sayur, Kerupuk, Buah,
Air Minum + Sambel Goreng Kentang + Telor
*) Semua paket akan ditambahkan lauk dari olahan daging Qurban
REKENING dan LAYANAN QURBAN a. Bank Syariah Mandiri No. Rek 702 739 1917b. Bank Muamalat Indonesia No. Rek 301 007 1856c. Bank Mandiri No. Rek 122 000 588 1985 a.n. LAZIS Dewan Da`wahŸ Konfirmasi Pembayaran ke 0858 8282 4343 dengan
format: Nama Penyetor/Jenis Qurban/Jumlah Qurban/atas nama/nominal transfer/Tanggal/Bank
Ÿ Misal: Fulan/Kambing/2 ekor/Fulan bin Fulan dan Fulanah Binti Fulan/4.400.000/23 Juli/BSM
Jemput Dana Qurban, Silahkan menghubungi Telp/SMS/WA ke 0858 8282 4343
Apa itu Qurban Multi
Manfaat ?
QMM Persembahkan Qurban Cepat Saji
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 31 MAN TAZAKKA
30
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 33 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
aaf, ini siapa?'' balas Nurbowo terhadap
Msebuah SMS (pesan pendek) dari nomor
asing pada medio Mei lalu.
''Saya hanya mengantar keluarga pengungsi terlantar
ini ke kantor Bapak untuk dibantu,'' balasnya, tanpa
mau menyebut identitas.
Orang itu kemudian memasrahkan keluarga
pengungsi ke imam Masjid Al Furqon Jl Kramat Raya 45
Jakarta Pusat.
Imam lalu mengantarkan ke kantor LAZNAS Dewan
Dakwah.
Ternyata, keluarga itu adalah pengungsi dari
Rohingya, yang terdiri Mohammad Tahsin (18), Ny
Khadijah (45) ibunya, dan adiknya Tasnova (10).
Tahsin remaja yang sudah berpikiran dewasa, lari ke
Indonesia untuk membawa keluarganya menuju
kehidupan yang lebih baik.
Pertama, mendapatkan kartu identitas resmi dari
PBB, sehingga memiliki tiket utama untuk melanjutkan
pendidikan atau bekerja. Kedua, mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi bagi ia dan adik
perempuannya. Ketiga, menjalankan roda
perekonomian keluarga dengan baik untuk dapat
LAPORAN DARI KAMP PENGUNGSI MYANMAR
Balada Keluarga Tahsin
memenuhi kebutuhan keluarga, minimal kebutuhan
dasar.
Tahun 2006 menjadi waktu terakhir bagi Tahsin dan
keluarga menjalani kehidupan di Rakhine State,
Mynmar. Suatu hari ayahnya, Shahid, petani padi dan
sayuran, bersama dengan penduduk Rakhine lainnya
dipekerjakan secara paksa untuk membantu membuat
rumah atau bangunan lainnya yang dikehendaki oleh
Militer Myanmar. Setiap bulannya, dua hingga tiga kali
pekerjaan paksa ini harus dilakukan tanpa adanya
pemberian upah.
Tahsin yang saat itu berumur lima tahun jatuh sakit
saat ayahnya sedang dipekerjakan paksa oleh Militer
Mynmar. Ny Khadijah yang hanya sebagai ibu rumah
tangga biasa merasa khawatir dengan kondisi
kesehatan anak laki-laki pertama mereka. Oleh karena
itu, ia mengirimkan pesan kepada seseorang untuk
menyampaikannya kepada ayah Tahsin untuk
memberitahukan kondisi anaknya yang sakit.
Mendengar berita tersebut, Shahid ingin segera
kembali kepada keluarganya di rumah. Akan tetapi,
tidak mendapatkan izin pulang dari Militer Myanmar
sebelum pekerjaannya selesai. Maka ayahnya mencoba
untuk kabur secara diam diam.
Sayangnya aksi itu diketahui oleh Militer Mynamar.
Mereka menyiksa Ayah Tahsin dengan tragis, sehingga
mengeluarkan darah dari mulutnya. Keadaannya sangat
buruk ketika sampai rumah. Dalam waktu singkat, Ayah
Tashin memutuskan untuk keluarganya untuk
meninggalkan kampung halaman Mynmar menuju
Bangladesh.
Hari-hari berikutnya di Bangladesh ternyata lebih
sulit dari yang dibayangkan oleh Keluarga Shahid. Sejak
disiksa Militer Mynmar, Shahid tidak dapat lagi
melakukan kerja berat di luar rumah. Istrinya yang
memiliki keahlian menjahit, membuka usaha kecil jahit
di rumah.
Namun, itu hanya memberikan penghasilan yang
sedikit bagi keluarga. Keadaan tersebut ditambah
dengan kelahiran Tasnova pada tahun 2008.
Shahid kecewa dan terpukul dengan kondisinya yang
tidak produktif. Pada medio 2010, ia menghilang dan
tidak pernah kembali lagi.
Sampai saat ini, tidak ada satu pun dari pihak
keluarga yang mengetahui keberadaan ayahnya dan
kepastian mengenai apakah ayahnya masih hidup
ataukah tidak. Setelah itu, keluarga yang beranggotakan
Ibu dan ketiga anaknya mereka mengalami kesulitan
yang terus menerus.
Puncak dari kesewenangan Militer Myanmar
terhadap Muslim Rohingya terjadi pada Oktober 2016.
Isu perbedaan ras dan agama memancing Militer
“
32
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 33 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
aaf, ini siapa?'' balas Nurbowo terhadap
Msebuah SMS (pesan pendek) dari nomor
asing pada medio Mei lalu.
''Saya hanya mengantar keluarga pengungsi terlantar
ini ke kantor Bapak untuk dibantu,'' balasnya, tanpa
mau menyebut identitas.
Orang itu kemudian memasrahkan keluarga
pengungsi ke imam Masjid Al Furqon Jl Kramat Raya 45
Jakarta Pusat.
Imam lalu mengantarkan ke kantor LAZNAS Dewan
Dakwah.
Ternyata, keluarga itu adalah pengungsi dari
Rohingya, yang terdiri Mohammad Tahsin (18), Ny
Khadijah (45) ibunya, dan adiknya Tasnova (10).
Tahsin remaja yang sudah berpikiran dewasa, lari ke
Indonesia untuk membawa keluarganya menuju
kehidupan yang lebih baik.
Pertama, mendapatkan kartu identitas resmi dari
PBB, sehingga memiliki tiket utama untuk melanjutkan
pendidikan atau bekerja. Kedua, mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi bagi ia dan adik
perempuannya. Ketiga, menjalankan roda
perekonomian keluarga dengan baik untuk dapat
LAPORAN DARI KAMP PENGUNGSI MYANMAR
Balada Keluarga Tahsin
memenuhi kebutuhan keluarga, minimal kebutuhan
dasar.
Tahun 2006 menjadi waktu terakhir bagi Tahsin dan
keluarga menjalani kehidupan di Rakhine State,
Mynmar. Suatu hari ayahnya, Shahid, petani padi dan
sayuran, bersama dengan penduduk Rakhine lainnya
dipekerjakan secara paksa untuk membantu membuat
rumah atau bangunan lainnya yang dikehendaki oleh
Militer Myanmar. Setiap bulannya, dua hingga tiga kali
pekerjaan paksa ini harus dilakukan tanpa adanya
pemberian upah.
Tahsin yang saat itu berumur lima tahun jatuh sakit
saat ayahnya sedang dipekerjakan paksa oleh Militer
Mynmar. Ny Khadijah yang hanya sebagai ibu rumah
tangga biasa merasa khawatir dengan kondisi
kesehatan anak laki-laki pertama mereka. Oleh karena
itu, ia mengirimkan pesan kepada seseorang untuk
menyampaikannya kepada ayah Tahsin untuk
memberitahukan kondisi anaknya yang sakit.
Mendengar berita tersebut, Shahid ingin segera
kembali kepada keluarganya di rumah. Akan tetapi,
tidak mendapatkan izin pulang dari Militer Myanmar
sebelum pekerjaannya selesai. Maka ayahnya mencoba
untuk kabur secara diam diam.
Sayangnya aksi itu diketahui oleh Militer Mynamar.
Mereka menyiksa Ayah Tahsin dengan tragis, sehingga
mengeluarkan darah dari mulutnya. Keadaannya sangat
buruk ketika sampai rumah. Dalam waktu singkat, Ayah
Tashin memutuskan untuk keluarganya untuk
meninggalkan kampung halaman Mynmar menuju
Bangladesh.
Hari-hari berikutnya di Bangladesh ternyata lebih
sulit dari yang dibayangkan oleh Keluarga Shahid. Sejak
disiksa Militer Mynmar, Shahid tidak dapat lagi
melakukan kerja berat di luar rumah. Istrinya yang
memiliki keahlian menjahit, membuka usaha kecil jahit
di rumah.
Namun, itu hanya memberikan penghasilan yang
sedikit bagi keluarga. Keadaan tersebut ditambah
dengan kelahiran Tasnova pada tahun 2008.
Shahid kecewa dan terpukul dengan kondisinya yang
tidak produktif. Pada medio 2010, ia menghilang dan
tidak pernah kembali lagi.
Sampai saat ini, tidak ada satu pun dari pihak
keluarga yang mengetahui keberadaan ayahnya dan
kepastian mengenai apakah ayahnya masih hidup
ataukah tidak. Setelah itu, keluarga yang beranggotakan
Ibu dan ketiga anaknya mereka mengalami kesulitan
yang terus menerus.
Puncak dari kesewenangan Militer Myanmar
terhadap Muslim Rohingya terjadi pada Oktober 2016.
Isu perbedaan ras dan agama memancing Militer
“
32
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 35 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
Myanmar untuk membakar rumah warga, mengambil
harta kepemilikan secara rampas, memerkosa para
perempuan, hingga membunuh sebagian warga Muslim
Rohingya.
Akibat kejadian tersebut, 700 ribu Muslim Rohingya
mengungsikan diri ke Bangladesh, para petugas
keamanan Bangladesh memperketat pengamanan. Bagi
setiap pengungsi Rohingya yang masuk ke dalam
pengungsian, sulit untuk mendapatkan izin keluar lagi.
Tahsin dan keluarga yang saat itu menyewa rumah kecil
di Teknaf, Bangladesh, memiliki kesempatan untuk
bergabung dengan saudara-saudara Muslim Rohingya
lainnya di pengugsian.
Tetapi situasi di
pengungsian sangat buruk.
Terjadi berbagai krisis yang
menimpa para pengungsi
Muslim Rohingya di
Myanmar; krisis kekurangan
makanan, pakaian, tempat
penginapan, kesehatan, dan
obat obatan. Mereka merasa
apabila pindah ke tempat
pengungsian dan hidup di
sana bukanlah solusi yang
tetap.
Ia dan keluarganya akan
terus tidak memiliki identitas
diri resmi, disamping
banyaknya krisis yang mengancam.
Akhirnya mereka mengambil keputusan
untuk pergi merantau ke Malaysia karena
mendapatkan informasi banyak Muslim
Rohingya yang pergi melarikan diri ke
Malaysia.
Dengan jumlah uang terbatas, Tahsin,
Ny Khadijah, dan Tasnova berhasil
mendapatkan kesempatan menaiki kapal
untuk pergi ke Malaysia dari Bangladesh.
Saat itu, Tahsin menceritakan seluruh
kondisi keluarganya kepada pemilik kapal
mengenai hal-hal yang mendorong ia
untuk mencari tempat penghidupan yang
lebih layak dan mungkin Malaysia adalah
jawabannya.
Setelah menempuh perjalanan 14 hari,
tiga pengungsi Muslim Rohingya ini tiba di Malaysia.
Perjalanan begitu sulit dengan jumlah makanan yang
tidak mencukupi untuk seluruh penumpang selama 14
hari perjalan dan tidak adanya fasilitas kesehatan,
sehingga ada satu anak kecil yang mengalami sakit
hingga akhirnya meninggal dunia dan ditenggelamkan
di laut.
Setelah sampai di Kuala Lumpur, Malaysia, mereka
mendapatkan informasi bahwa kantor PBB di Malaysia
tidak dapat mengeluarkan kartu identitas resmi bagi
para pengungsi Rohingya. Tahsin menjelaskan bahwa ia
dan keluarganya mencari tempat yang aman untuk
tinggal, tempat dimana setidaknya mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup.
Kemudian, salah satu saudara Rohingya di Malaysia
merekomendasikan mereka untuk ke Indonesia. Ia
menjelaskan kepada Tahsin dan keluarga, bahwa
mereka bisa mendapatkan izin tinggal di Indonesia
dengan kartu dari PBB dan mungkin ia dan adik
perempuannya dapat melanjutkan studi di Indonesia.
“Kami benar-benar merasa pasrah. Kami tidak
memiliki apupun, kecuali Allah.” ungkap Tahsin kepada
Tim LAZNAS Dewan Dakwah saat mengutarakan
fikirannya sewaktu menuju Indonesia dari
Malaysia. Mereka menyerahkan diri sepenuhnya
dan berharap pada pertolongan Allah untuk
memberikan kehidupan yang layak di Indonesia
sebagaimana yang mereka harapkan. Akhirnya
mereka pun tiba di Medan, Sumatera Utara.
Setelah tiba di Medan, mereka tinggal selama
dua hari bersama saudara Muslim Rohingya.
Tahsin dan keluarganya mendapat rekomendasi
dari pamannya di Amerika dan Australia untuk
menghubungi sebuah lembaga yang dapat
membantu ia dan keluarganya ke kantor PBB di
Jakarta.
Lembaga tersebut adalah LAZNAS Dewan
Dakwah. Ternyata bagi Tahsin dan keluarga,
lembaga ini lebih dari memberikan bantuan
mengantarkan mereka ke kantor PBB, sehingga
mendapatkan kartu identitas diri yang resmi.
“Alhamdulillah, mereka membantu kami lebih
dari sekedar bantuan. Mereka memberikan
perhatian yang besar kepada kami. Mereka
menolong kami untuk mendapatkan kartu
identitas diri resmi dari PBB. Mereka membantu
kami secara finansial. Mereka menyediakan dan
mencarikan tempat tinggal untuk kami. Kami tidak
dapat membayar semua ini kepada mereka. Mereka
membantu segalanya yang bisa dilakukan untuk kami,”
kata Tahsin saat mengungkapkan rasa terima kasihnya
kepada LAZNAS Dewan Dakwah yang membantunya
untuk mendapatkan hidup lebih layak di Indonesia.
Kini, Tahsin dan keluarganya ingin mandiri hidup di
Indonesia. Tanpa tekanan seperti di Myanmar maupun
tanpa krisis seperti di Bangladesh. Dengan kartu
identitas diri resmi dari PBB, ia dan keluarga berharap
dapat melanjutkan kehidupan yang jauh lebih baik
daripada di kedua negara yang pernah mereka tinggal.
Memiliki pekerjaan untuk dirinya, membuka usaha bagi
ibunya, dan melanjutkan studi bagi adik perempuannya
adalah hal yang ia harapkan kedepannya dengan
memilih tinggal dan membuka lembaran hidup baru di
Indonesia.
Jumat (6/7), Ny Khadijah memasak beberapa menu
makanan Myanmar untuk diujicobakan kepada staf
LAZNAS Dewan Dakwah. Menu makanan tersebut
meliputi, kari daging, sup udang, salad (acar) dan udang
goreng. Semuanya dimasak sesuai dengan khas
Mynamar. Selain itu, nasi yang disajikan ditambah
dengan jeruk nipis seperti kebiasaan sehari-hari orang
Myanmar.
Hal ini dilakukan oleh Ny Khadijah dan keluarganya
untuk berusaha untuk membuka usaha dan tidak
bergantung dengan pihak manapun. Kehidupan di
Indonesia bagi keluarga pengungsi Rohingya ini
berharap menjadi secercah harapan terang untuk dapat
hidup layak sebagaimana warga negara manapun di
dunia.[] melati, zuhdi
34
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 35 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
Myanmar untuk membakar rumah warga, mengambil
harta kepemilikan secara rampas, memerkosa para
perempuan, hingga membunuh sebagian warga Muslim
Rohingya.
Akibat kejadian tersebut, 700 ribu Muslim Rohingya
mengungsikan diri ke Bangladesh, para petugas
keamanan Bangladesh memperketat pengamanan. Bagi
setiap pengungsi Rohingya yang masuk ke dalam
pengungsian, sulit untuk mendapatkan izin keluar lagi.
Tahsin dan keluarga yang saat itu menyewa rumah kecil
di Teknaf, Bangladesh, memiliki kesempatan untuk
bergabung dengan saudara-saudara Muslim Rohingya
lainnya di pengugsian.
Tetapi situasi di
pengungsian sangat buruk.
Terjadi berbagai krisis yang
menimpa para pengungsi
Muslim Rohingya di
Myanmar; krisis kekurangan
makanan, pakaian, tempat
penginapan, kesehatan, dan
obat obatan. Mereka merasa
apabila pindah ke tempat
pengungsian dan hidup di
sana bukanlah solusi yang
tetap.
Ia dan keluarganya akan
terus tidak memiliki identitas
diri resmi, disamping
banyaknya krisis yang mengancam.
Akhirnya mereka mengambil keputusan
untuk pergi merantau ke Malaysia karena
mendapatkan informasi banyak Muslim
Rohingya yang pergi melarikan diri ke
Malaysia.
Dengan jumlah uang terbatas, Tahsin,
Ny Khadijah, dan Tasnova berhasil
mendapatkan kesempatan menaiki kapal
untuk pergi ke Malaysia dari Bangladesh.
Saat itu, Tahsin menceritakan seluruh
kondisi keluarganya kepada pemilik kapal
mengenai hal-hal yang mendorong ia
untuk mencari tempat penghidupan yang
lebih layak dan mungkin Malaysia adalah
jawabannya.
Setelah menempuh perjalanan 14 hari,
tiga pengungsi Muslim Rohingya ini tiba di Malaysia.
Perjalanan begitu sulit dengan jumlah makanan yang
tidak mencukupi untuk seluruh penumpang selama 14
hari perjalan dan tidak adanya fasilitas kesehatan,
sehingga ada satu anak kecil yang mengalami sakit
hingga akhirnya meninggal dunia dan ditenggelamkan
di laut.
Setelah sampai di Kuala Lumpur, Malaysia, mereka
mendapatkan informasi bahwa kantor PBB di Malaysia
tidak dapat mengeluarkan kartu identitas resmi bagi
para pengungsi Rohingya. Tahsin menjelaskan bahwa ia
dan keluarganya mencari tempat yang aman untuk
tinggal, tempat dimana setidaknya mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup.
Kemudian, salah satu saudara Rohingya di Malaysia
merekomendasikan mereka untuk ke Indonesia. Ia
menjelaskan kepada Tahsin dan keluarga, bahwa
mereka bisa mendapatkan izin tinggal di Indonesia
dengan kartu dari PBB dan mungkin ia dan adik
perempuannya dapat melanjutkan studi di Indonesia.
“Kami benar-benar merasa pasrah. Kami tidak
memiliki apupun, kecuali Allah.” ungkap Tahsin kepada
Tim LAZNAS Dewan Dakwah saat mengutarakan
fikirannya sewaktu menuju Indonesia dari
Malaysia. Mereka menyerahkan diri sepenuhnya
dan berharap pada pertolongan Allah untuk
memberikan kehidupan yang layak di Indonesia
sebagaimana yang mereka harapkan. Akhirnya
mereka pun tiba di Medan, Sumatera Utara.
Setelah tiba di Medan, mereka tinggal selama
dua hari bersama saudara Muslim Rohingya.
Tahsin dan keluarganya mendapat rekomendasi
dari pamannya di Amerika dan Australia untuk
menghubungi sebuah lembaga yang dapat
membantu ia dan keluarganya ke kantor PBB di
Jakarta.
Lembaga tersebut adalah LAZNAS Dewan
Dakwah. Ternyata bagi Tahsin dan keluarga,
lembaga ini lebih dari memberikan bantuan
mengantarkan mereka ke kantor PBB, sehingga
mendapatkan kartu identitas diri yang resmi.
“Alhamdulillah, mereka membantu kami lebih
dari sekedar bantuan. Mereka memberikan
perhatian yang besar kepada kami. Mereka
menolong kami untuk mendapatkan kartu
identitas diri resmi dari PBB. Mereka membantu
kami secara finansial. Mereka menyediakan dan
mencarikan tempat tinggal untuk kami. Kami tidak
dapat membayar semua ini kepada mereka. Mereka
membantu segalanya yang bisa dilakukan untuk kami,”
kata Tahsin saat mengungkapkan rasa terima kasihnya
kepada LAZNAS Dewan Dakwah yang membantunya
untuk mendapatkan hidup lebih layak di Indonesia.
Kini, Tahsin dan keluarganya ingin mandiri hidup di
Indonesia. Tanpa tekanan seperti di Myanmar maupun
tanpa krisis seperti di Bangladesh. Dengan kartu
identitas diri resmi dari PBB, ia dan keluarga berharap
dapat melanjutkan kehidupan yang jauh lebih baik
daripada di kedua negara yang pernah mereka tinggal.
Memiliki pekerjaan untuk dirinya, membuka usaha bagi
ibunya, dan melanjutkan studi bagi adik perempuannya
adalah hal yang ia harapkan kedepannya dengan
memilih tinggal dan membuka lembaran hidup baru di
Indonesia.
Jumat (6/7), Ny Khadijah memasak beberapa menu
makanan Myanmar untuk diujicobakan kepada staf
LAZNAS Dewan Dakwah. Menu makanan tersebut
meliputi, kari daging, sup udang, salad (acar) dan udang
goreng. Semuanya dimasak sesuai dengan khas
Mynamar. Selain itu, nasi yang disajikan ditambah
dengan jeruk nipis seperti kebiasaan sehari-hari orang
Myanmar.
Hal ini dilakukan oleh Ny Khadijah dan keluarganya
untuk berusaha untuk membuka usaha dan tidak
bergantung dengan pihak manapun. Kehidupan di
Indonesia bagi keluarga pengungsi Rohingya ini
berharap menjadi secercah harapan terang untuk dapat
hidup layak sebagaimana warga negara manapun di
dunia.[] melati, zuhdi
34
INSPIRASI DAI INSPIRASI DAI
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 37 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
alau Ustadz pergi nanti, siapa yang akan
Kmembina kami?'' Seorang ibu tiba-tiba
bertanya di akhir taklim bersama Ustadz
Nurullah Amin.
''Ya, siapa?'' timpal ibu-ibu dengan nada memelas.
Nurullah Amin tercekat. ''Gugatan'' warga mualaf
Suku Akit Jamaah Mushola Al Hidayah Pulau Mendol itu
membuatnya terbungkam beberapa saat.
Teringatlah da'i alumnus STID M Natsir ini awal
perjalanan tugas dakwahnya.
Pulau Mendol merupakan kecamatan terujung dari
Kabupaten Pelalawan, Riau. Pulau ini sering disebut
Pulau Penyalai atau Pulau Kampar. Secara geografis
dulunya merupakan bagian dari daratan Pulau
Sumatera.
Tanahnya secara keseluruhan merupakan tanah
gambut sehingga jika musim panas membuat mudah
kebakaran hutan. Tanah gambut yang begitu subur
membuat tanaman yang ditanami dengan mudah
hidup, tak heran kalau Pulau Mendol banyak
menghasilkan hasil panen yang melimpah. Hasil kebun
yang menjadi sumber mata pencarian masyarakat.
Tanaman yang ditanami berupa padi, kelapa, sagu,
karet, kopi, jagung, dan tanaman lainnya.
Secara keseluruhan masyarakatnya merupakan
masyarakat Melayu, Kampe, Jawa, Bugis, dan Tionghoa
serta penduduk asli Suku Akit.
Mushola Al-Hidayah bertempat di Desa Teluk, Kec
Kuala Kampar. Di sinilah Nurullah Amin ditempatkan
oleh Dewan Dakwah Provinsi Riau untuk mengabdikan
diri untuk membina masyarakat Akit.
Suku ini awalnya menganut animisme. Ada juga yang
sudah beragama Kristen dan Budha. Penyebaran agama
dipermudah dengan pendekatan basic needs berupa
sembako. Warga Akit rata-rata memang tertinggal
kesejahteraannya dari suku lain, terutama pendatang.
Pernah ada di Mendol rombongan mahasiswa KKN
(Kuliah Kerja Nyata) dari Universitas Riau (Unri)
Pekanbaru. Hampir 2 bulan membersamai warga Akit,
KKN membuat banyak suku asli mendapat hidayah.
Dibangunlah sbeuah mushola yang dinamakan Al
Hidayah sebagai sentra ibadah bersama.
Di mushola inilah mereka belajar ilmu agama,
beribadah, mengaji, serta kegiatan keagamaan lainnya
termasuk mengadakan qurban.
Namun setelah mahasiswa KKN pulang ke kota,
dakwah di Suku Akit Mendol terhenti sampai hampir 5
tahun lamanya. Mushola Al Hidayah pun sepi senyap
karenanya. Sampai kemudian datang Ustadz dari Dewan
Dakwah pada 2018.
Senang sekali warga menerima kehadiran dai. Hal ini
tamka dari kerelaan mereka berbagi rejeki kepada sang
ustadz, walaupun kehidupan mereka sendiri kesusahan.
''Dari merekalah, Saya mendapat pelajaran berharga
bahwa berbagi itu tidak usah menunggu kita cukup atau
kaya dahulu," Ustadz Nurullah terharu.
Alhamdulillah, semenjak ia di sini, tercatat sudah 14
warga suku asli yang memeluk Islam. Baik dari kalangan
anak-anak maupun orang dewasa.
Saat ini kaum mualaf suku asli berjumlah 23 KK.
''InsyaAllah akan terus bertambah,'' yakin Ustadz yang
mengajarkan ilmu agama seperti aqidah maupun
praktik ibadah praktis.
Nurullah juga memberi bekal ketrampilan
pengobatan kepada jamaah. ''Beberapa waktu lalu Saya
memperkenalkan dan mengajarkan praktek
thibunnabawi berupa bekam,'' katanya.
Namun keterbatasan waktu pengabdian, membuat
Ustadz Nurulaah tak mampu berkata-kata menjawab
pertanyaan warga: ‘'Siapa yang akan membina kami
selanjutnya?''
Sambil mempersiapkan penggantinya kelak, LAZNAS
Dewan Dakwah memanggil para pequrban untuk
berbagi kebahagiaan bagi warga Akit ini.
"Melalui qurban, saya ingin mengajarkan makna Hari
Raya Idul Adha dan syariat qurban. Tentu dengan kita
contohkan tatacaranya,'' kata Ustadz.
Menyembelih qurban itu lebih baik dari sedekah
sunnah. Berdasarkan hadits yang membicarakan
keutamaan qurban. Qurban berbeda dengan sedekah
dari berbagai macam sudut pandang. Qurban itu, syiar
yang harus ditampakkan. Demikian penjelasan Imam
Nawawi dalam Kitab al-Majmu' Syarah Muhadzzab, Juz
8/425.
Distribusi daging qurban diutamakan untuk mustahik
terdekat (ahlul-qaryah). Namun Islam juga menganut
prinsip non-teritorial "kaffatan linnas" (Saba': 28),
sehingga para ahlul ilmi berfatwa bolehnya melakukan
intiqâlul-udh'hiyah khârijal-bilâd atau membagikan
hewan qurban keluar wilayah karena alasan syar'i,
seperti daerah bencana alam dan kemanusiaan (Imam
Ar-Rafi'i, Imam An-Nasafi, dan Imam Nawawi dalam Al-
Majmu' Juz 8).
Dermawan yang budiman, sungguh qurban Anda
juga dirindukan oleh Mualaf Suku Dayak di Kembayan
perbatasan RI-Malaysia yang dibina Ustadz Marjoni,
mualaf Suku Ta'a di Touna yang dibina Ustadz Marwin,
mualaf Ta'a Wana di Morowali Utara binaan Ustadz
Riza, mualaf Suku Mentawai yang dibina Ustadz
Agusnadi, dll.[]
Panggilan dari Pulau Mendol
Ustadz Nurollah (kanan) bersama Sekretaris Dewan Dakwah Riau Ustadz Taslim Prawira
Mushola Al Hidayah
“
36
INSPIRASI DAI INSPIRASI DAI
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 37 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
alau Ustadz pergi nanti, siapa yang akan
Kmembina kami?'' Seorang ibu tiba-tiba
bertanya di akhir taklim bersama Ustadz
Nurullah Amin.
''Ya, siapa?'' timpal ibu-ibu dengan nada memelas.
Nurullah Amin tercekat. ''Gugatan'' warga mualaf
Suku Akit Jamaah Mushola Al Hidayah Pulau Mendol itu
membuatnya terbungkam beberapa saat.
Teringatlah da'i alumnus STID M Natsir ini awal
perjalanan tugas dakwahnya.
Pulau Mendol merupakan kecamatan terujung dari
Kabupaten Pelalawan, Riau. Pulau ini sering disebut
Pulau Penyalai atau Pulau Kampar. Secara geografis
dulunya merupakan bagian dari daratan Pulau
Sumatera.
Tanahnya secara keseluruhan merupakan tanah
gambut sehingga jika musim panas membuat mudah
kebakaran hutan. Tanah gambut yang begitu subur
membuat tanaman yang ditanami dengan mudah
hidup, tak heran kalau Pulau Mendol banyak
menghasilkan hasil panen yang melimpah. Hasil kebun
yang menjadi sumber mata pencarian masyarakat.
Tanaman yang ditanami berupa padi, kelapa, sagu,
karet, kopi, jagung, dan tanaman lainnya.
Secara keseluruhan masyarakatnya merupakan
masyarakat Melayu, Kampe, Jawa, Bugis, dan Tionghoa
serta penduduk asli Suku Akit.
Mushola Al-Hidayah bertempat di Desa Teluk, Kec
Kuala Kampar. Di sinilah Nurullah Amin ditempatkan
oleh Dewan Dakwah Provinsi Riau untuk mengabdikan
diri untuk membina masyarakat Akit.
Suku ini awalnya menganut animisme. Ada juga yang
sudah beragama Kristen dan Budha. Penyebaran agama
dipermudah dengan pendekatan basic needs berupa
sembako. Warga Akit rata-rata memang tertinggal
kesejahteraannya dari suku lain, terutama pendatang.
Pernah ada di Mendol rombongan mahasiswa KKN
(Kuliah Kerja Nyata) dari Universitas Riau (Unri)
Pekanbaru. Hampir 2 bulan membersamai warga Akit,
KKN membuat banyak suku asli mendapat hidayah.
Dibangunlah sbeuah mushola yang dinamakan Al
Hidayah sebagai sentra ibadah bersama.
Di mushola inilah mereka belajar ilmu agama,
beribadah, mengaji, serta kegiatan keagamaan lainnya
termasuk mengadakan qurban.
Namun setelah mahasiswa KKN pulang ke kota,
dakwah di Suku Akit Mendol terhenti sampai hampir 5
tahun lamanya. Mushola Al Hidayah pun sepi senyap
karenanya. Sampai kemudian datang Ustadz dari Dewan
Dakwah pada 2018.
Senang sekali warga menerima kehadiran dai. Hal ini
tamka dari kerelaan mereka berbagi rejeki kepada sang
ustadz, walaupun kehidupan mereka sendiri kesusahan.
''Dari merekalah, Saya mendapat pelajaran berharga
bahwa berbagi itu tidak usah menunggu kita cukup atau
kaya dahulu," Ustadz Nurullah terharu.
Alhamdulillah, semenjak ia di sini, tercatat sudah 14
warga suku asli yang memeluk Islam. Baik dari kalangan
anak-anak maupun orang dewasa.
Saat ini kaum mualaf suku asli berjumlah 23 KK.
''InsyaAllah akan terus bertambah,'' yakin Ustadz yang
mengajarkan ilmu agama seperti aqidah maupun
praktik ibadah praktis.
Nurullah juga memberi bekal ketrampilan
pengobatan kepada jamaah. ''Beberapa waktu lalu Saya
memperkenalkan dan mengajarkan praktek
thibunnabawi berupa bekam,'' katanya.
Namun keterbatasan waktu pengabdian, membuat
Ustadz Nurulaah tak mampu berkata-kata menjawab
pertanyaan warga: ‘'Siapa yang akan membina kami
selanjutnya?''
Sambil mempersiapkan penggantinya kelak, LAZNAS
Dewan Dakwah memanggil para pequrban untuk
berbagi kebahagiaan bagi warga Akit ini.
"Melalui qurban, saya ingin mengajarkan makna Hari
Raya Idul Adha dan syariat qurban. Tentu dengan kita
contohkan tatacaranya,'' kata Ustadz.
Menyembelih qurban itu lebih baik dari sedekah
sunnah. Berdasarkan hadits yang membicarakan
keutamaan qurban. Qurban berbeda dengan sedekah
dari berbagai macam sudut pandang. Qurban itu, syiar
yang harus ditampakkan. Demikian penjelasan Imam
Nawawi dalam Kitab al-Majmu' Syarah Muhadzzab, Juz
8/425.
Distribusi daging qurban diutamakan untuk mustahik
terdekat (ahlul-qaryah). Namun Islam juga menganut
prinsip non-teritorial "kaffatan linnas" (Saba': 28),
sehingga para ahlul ilmi berfatwa bolehnya melakukan
intiqâlul-udh'hiyah khârijal-bilâd atau membagikan
hewan qurban keluar wilayah karena alasan syar'i,
seperti daerah bencana alam dan kemanusiaan (Imam
Ar-Rafi'i, Imam An-Nasafi, dan Imam Nawawi dalam Al-
Majmu' Juz 8).
Dermawan yang budiman, sungguh qurban Anda
juga dirindukan oleh Mualaf Suku Dayak di Kembayan
perbatasan RI-Malaysia yang dibina Ustadz Marjoni,
mualaf Suku Ta'a di Touna yang dibina Ustadz Marwin,
mualaf Ta'a Wana di Morowali Utara binaan Ustadz
Riza, mualaf Suku Mentawai yang dibina Ustadz
Agusnadi, dll.[]
Panggilan dari Pulau Mendol
Ustadz Nurollah (kanan) bersama Sekretaris Dewan Dakwah Riau Ustadz Taslim Prawira
Mushola Al Hidayah
“
36
etelah berproses dalam 13 kali sidang sejak
Ssidang pertama 25 Agustus 2017, Majelis Hakim
Mahkamah Konstitusi (MK) pada Senin, 23 Juli
2018, memutuskan Uji Materi (Judicial Review) yang
diajukan Komunitas Ahmadiyah.
Melalui pembacaan tertulis pertimbangan secara
marathon oleh Ketua Majelis Hakim Anwar Usman,
disambung berturut-turut oleh Hakim Anggota Saldi
Isra, I Dewa Gede Palguna, Wahiduddin Adams dan
Aswanto, Majelis Hakim MK memutuskan menolak
permohonan para pemohon untuk seluruhnya.
Peradilan ini bermula dari ulah Komunitas
Ahmadiyah mengajukan uji materi (Judicial Review)
terhadap UU No. 1/PNPS/1965 tentang penistaan dan
penodaan agama. Komunitas Ahmadiyah memohon
tafsir bersyarat atas UU PNPS tersebut, terutama yang
berkait dengan Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 3.
Dalam belasan kali sidang yang berlangsung,
Komunitas Ahmadiyah telah menghadirkan para saksi
yang mengisahkan masalah diskriminasi yang dialami
para penganutnya, baik berupa tindak kekerasan,
perusakan masjid Ahmadiyah, pengucilan hingga
sulitnya memperoleh identitas kependudukan dan surat
nikah.
Beberapa saksi ahli yang pro-Ahmadiyah, seperti dari
Komnas HAM dan Komnas Perempuan, menyatakan,
diskriminasi terhadap Ahmadiyah terjadi karena adanya
stigmatisasi ajaran Ahmadiyah sebagai ajaran sesat.
Untuk itulah mereka mengajukan permohonan tafsir
bersyarat atas Pasal 1-3 dalam UU No.1/PNPS/1965.
Mereka menginginkan tuduhan Ahmadiyah sebagai
agama sesat, agama menyimpang, menodai Islam dan
sejenisnya – atas pertimbangan HAM - tidak
berlangsung lagi kedepannya.
Dalam perkara besar ini, Dewan Da'wah Islamiyah
Indonesia menjadi Pihak Terkait.
Selama sidang berlangsung, Dewan Da'wah sebagai
Pihak Terkait didampingi oleh tim Kuasa Hukum yang
terdiri dari: Ahmad Leksono SH, Sani Alamsyah SH;
Abdullah Al Katiri SH, Ikhsan Setiawan SH, H Mulyadi
SH, Rubby Cjahyadi SH, Novel SH, Hendra SH, Dedi
Suhardadi SH, dll.
Dewan Da'wah memberi keterangan melalui
sembilan orang ahli yang dihadirkan, termasuk bukti-
bukti dokumentasi sebanyak satu mobil penuh yang
disampaikan kepada Majelis Hakim.
Seluruh upaya tersebut dimaksudkan agar Majelis
Hakim tidak melakukan kesalahan dalam memutuskan
permohonan yang diajukan pihak Pemohon
(Ahmadiyah).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menjadi Pihak
Terkait atas permintaan Dewan Da'wah.
Dalam persidangan, para ahli dan saksi pro-
Ahmadiyah rata-rata menghindari pembahasan
persoalan pokok atau prinsip dalam agama (ushul).
Wakil Ketua Umum Dewan Da'wah, Amlir Syaifa
Yasin MA, mengatakan, “Justru di sinilah persoalannya.
Mereka meminta persamaan hak atas nama HAM.
Mengaku Islam, tetapi tidak taat kepada ajaran yang
dibawa Nabi SAW, bahkan pendirinya (Mirza Ghulam
Ahmad) telah berani mengaku sebagai mujadid, sebagai
nabi sekaligus sebagai Al-Masih al Maw'ud (yang
diturunkan Allah diakhir jaman). Ia berani menyatakan
ummat Islam yang mengakui Nabi Muhammad SAW,
tetapi tidak mengakui dirinya sebagai nabi, dinyatakan
murtad dari Islam.''
Lebih jauh, penganut Ahmadiyah meyakini kitab suci
lain selain Al-Qur'an, yang dinamakan Tadzkirah, yang
isinya di klaim sebagai wahyu-wahyu Allah yang turun
kepada Mirza Ghulam Ahmad melalui mimpi-mimpinya.
“Ini sesat dan menyesatkan,” tandas Ustadz Amlir
Syaifa.
Aliran Ahmadiyah yang didirikan oleh Mirza Ghulam
Ahmad (MGA) tahun 1889 menuai banyak kontroversi
karena pendirinya mengaku sebagai Nabi sedangkan
Islam mengakui Nabi Muhamad SAW adalah Nabi
penutup dan tidak ada lagi nabi setelahnya. Di Pakistan
sendiri, ditempat berdirinya Ahmadiyah, aliran ini
dinyatakan sebagai kelompok minoritas non-Muslim.
Menurut Sekretaris Umum Dewan Da'wah, Avid
Solihin MM, UU No. 1/PNPS/1965 telah sesuai dengan
jiwa dan semangat UUD 1945, sehingga harus
dipertahankan.
UU PNPS memiliki peranan penting sebagai wujud
dari hadirnya negara dalam menata dan melindungi hak
kebebasan masyarakatnya memeluk agama dan untuk
beribadah sesuai ajaran agamanya masing-masing. Avid
Solihin mengatakan bahwa UU PNPS sangat diperlukan
untuk kerukunan umat beragama dan mencegah
penodaan/penistaan agama.
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 39 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAH TELAAH
MK Tolak Gugatan Ahmadiyah38
etelah berproses dalam 13 kali sidang sejak
Ssidang pertama 25 Agustus 2017, Majelis Hakim
Mahkamah Konstitusi (MK) pada Senin, 23 Juli
2018, memutuskan Uji Materi (Judicial Review) yang
diajukan Komunitas Ahmadiyah.
Melalui pembacaan tertulis pertimbangan secara
marathon oleh Ketua Majelis Hakim Anwar Usman,
disambung berturut-turut oleh Hakim Anggota Saldi
Isra, I Dewa Gede Palguna, Wahiduddin Adams dan
Aswanto, Majelis Hakim MK memutuskan menolak
permohonan para pemohon untuk seluruhnya.
Peradilan ini bermula dari ulah Komunitas
Ahmadiyah mengajukan uji materi (Judicial Review)
terhadap UU No. 1/PNPS/1965 tentang penistaan dan
penodaan agama. Komunitas Ahmadiyah memohon
tafsir bersyarat atas UU PNPS tersebut, terutama yang
berkait dengan Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 3.
Dalam belasan kali sidang yang berlangsung,
Komunitas Ahmadiyah telah menghadirkan para saksi
yang mengisahkan masalah diskriminasi yang dialami
para penganutnya, baik berupa tindak kekerasan,
perusakan masjid Ahmadiyah, pengucilan hingga
sulitnya memperoleh identitas kependudukan dan surat
nikah.
Beberapa saksi ahli yang pro-Ahmadiyah, seperti dari
Komnas HAM dan Komnas Perempuan, menyatakan,
diskriminasi terhadap Ahmadiyah terjadi karena adanya
stigmatisasi ajaran Ahmadiyah sebagai ajaran sesat.
Untuk itulah mereka mengajukan permohonan tafsir
bersyarat atas Pasal 1-3 dalam UU No.1/PNPS/1965.
Mereka menginginkan tuduhan Ahmadiyah sebagai
agama sesat, agama menyimpang, menodai Islam dan
sejenisnya – atas pertimbangan HAM - tidak
berlangsung lagi kedepannya.
Dalam perkara besar ini, Dewan Da'wah Islamiyah
Indonesia menjadi Pihak Terkait.
Selama sidang berlangsung, Dewan Da'wah sebagai
Pihak Terkait didampingi oleh tim Kuasa Hukum yang
terdiri dari: Ahmad Leksono SH, Sani Alamsyah SH;
Abdullah Al Katiri SH, Ikhsan Setiawan SH, H Mulyadi
SH, Rubby Cjahyadi SH, Novel SH, Hendra SH, Dedi
Suhardadi SH, dll.
Dewan Da'wah memberi keterangan melalui
sembilan orang ahli yang dihadirkan, termasuk bukti-
bukti dokumentasi sebanyak satu mobil penuh yang
disampaikan kepada Majelis Hakim.
Seluruh upaya tersebut dimaksudkan agar Majelis
Hakim tidak melakukan kesalahan dalam memutuskan
permohonan yang diajukan pihak Pemohon
(Ahmadiyah).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menjadi Pihak
Terkait atas permintaan Dewan Da'wah.
Dalam persidangan, para ahli dan saksi pro-
Ahmadiyah rata-rata menghindari pembahasan
persoalan pokok atau prinsip dalam agama (ushul).
Wakil Ketua Umum Dewan Da'wah, Amlir Syaifa
Yasin MA, mengatakan, “Justru di sinilah persoalannya.
Mereka meminta persamaan hak atas nama HAM.
Mengaku Islam, tetapi tidak taat kepada ajaran yang
dibawa Nabi SAW, bahkan pendirinya (Mirza Ghulam
Ahmad) telah berani mengaku sebagai mujadid, sebagai
nabi sekaligus sebagai Al-Masih al Maw'ud (yang
diturunkan Allah diakhir jaman). Ia berani menyatakan
ummat Islam yang mengakui Nabi Muhammad SAW,
tetapi tidak mengakui dirinya sebagai nabi, dinyatakan
murtad dari Islam.''
Lebih jauh, penganut Ahmadiyah meyakini kitab suci
lain selain Al-Qur'an, yang dinamakan Tadzkirah, yang
isinya di klaim sebagai wahyu-wahyu Allah yang turun
kepada Mirza Ghulam Ahmad melalui mimpi-mimpinya.
“Ini sesat dan menyesatkan,” tandas Ustadz Amlir
Syaifa.
Aliran Ahmadiyah yang didirikan oleh Mirza Ghulam
Ahmad (MGA) tahun 1889 menuai banyak kontroversi
karena pendirinya mengaku sebagai Nabi sedangkan
Islam mengakui Nabi Muhamad SAW adalah Nabi
penutup dan tidak ada lagi nabi setelahnya. Di Pakistan
sendiri, ditempat berdirinya Ahmadiyah, aliran ini
dinyatakan sebagai kelompok minoritas non-Muslim.
Menurut Sekretaris Umum Dewan Da'wah, Avid
Solihin MM, UU No. 1/PNPS/1965 telah sesuai dengan
jiwa dan semangat UUD 1945, sehingga harus
dipertahankan.
UU PNPS memiliki peranan penting sebagai wujud
dari hadirnya negara dalam menata dan melindungi hak
kebebasan masyarakatnya memeluk agama dan untuk
beribadah sesuai ajaran agamanya masing-masing. Avid
Solihin mengatakan bahwa UU PNPS sangat diperlukan
untuk kerukunan umat beragama dan mencegah
penodaan/penistaan agama.
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 39 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAH TELAAH
MK Tolak Gugatan Ahmadiyah38
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 41 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
FIQIH
Ketua Umum Dewan Da'wah, Mohammad Siddik MA
sebelumnya mengatakan, “Apapun yang palsu
datangnya belakangan. Agama palsu tidak akan datang
mendahului yang asli. Ajaran Islam yang benar selalu
datang lebih dahulu dibandingkan ajaran yang
mengaku-aku Islam dan menyesatkan.”
Hal senada diucapkan Direktur Lembaga Pengkajian
dan Penelitian Islam (LPPI) HM Amin Djamaluddin yang
juga peneliti aliran sesat.
Kehadiran aliran Ahmadiyah di Indonesia, telah
dinyatakan sesat dan menyesatkan oleh Majelis Fatwa
MUI (2005), dengan isi fatwa:
1. Bahwa Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat
dan menyesatkan, serta orang Islam yang
mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam).
2. Bagi mereka yang terlanjur mengikuti Aliran
Ahmadiyah supaya segera kembali kepada ajaran
Islam yang haq (al-ruju' ila al-haqq), yang sejalan
dengan al-Qur'an dan al-Hadis.
3. Pemerintah berkewajiban untuk melarang
penyebaran faham Ahmadiyah di seluruh Indonesia
dan membekukan organisasi serta menutup semua
tempat kegiatannya.
Fatwa MUI tentang kesesatan Ahmadiyah tahun
2005 adalah bentuk penegasan kembali keputusan
fatwa MUI dalam Munas II Tahun 1980 yang
menetapkan Ahmadiyah sebagai aliran sesat dan
menyesatkan.
Jauh sebelum itu, beberapa lembaga Islam yang
menyatakan Ahmadiyah sesat adalah “Persis” (1932),
disusul oleh “Tarjih Muhammadiyah” dan “Bahtsul
Masaail NU”.
Fatwa sesatnya Ahmadiyah juga dikeluarkan oleh
Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa (Lajnah Daimah)
Saudi Arabia dan Lembaga Ulama Senior Saudi Arabia
dan Mujamma Fiqih yang menginduk kepada Rabithah
Alam Islami dan Mujamma Fiqih Islam yang menginduk
kepada Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan
Mujamma Riset Islam di Al-Azhar.
Di negara tempat beridinya Ahmadiyah sendiri,
Pakistan, sudah difatwakan bahwa Ahmadiyah adalah
kelompok minoritas non-muslim. Hal ini dinyatakan
oleh Parlemen Pakistan. Artinya, Ahmadiyah bukan
Islam.[] Yuddhy/Humas Dewan Da'wah
TELAAH
40
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 41 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
FIQIH
Ketua Umum Dewan Da'wah, Mohammad Siddik MA
sebelumnya mengatakan, “Apapun yang palsu
datangnya belakangan. Agama palsu tidak akan datang
mendahului yang asli. Ajaran Islam yang benar selalu
datang lebih dahulu dibandingkan ajaran yang
mengaku-aku Islam dan menyesatkan.”
Hal senada diucapkan Direktur Lembaga Pengkajian
dan Penelitian Islam (LPPI) HM Amin Djamaluddin yang
juga peneliti aliran sesat.
Kehadiran aliran Ahmadiyah di Indonesia, telah
dinyatakan sesat dan menyesatkan oleh Majelis Fatwa
MUI (2005), dengan isi fatwa:
1. Bahwa Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat
dan menyesatkan, serta orang Islam yang
mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam).
2. Bagi mereka yang terlanjur mengikuti Aliran
Ahmadiyah supaya segera kembali kepada ajaran
Islam yang haq (al-ruju' ila al-haqq), yang sejalan
dengan al-Qur'an dan al-Hadis.
3. Pemerintah berkewajiban untuk melarang
penyebaran faham Ahmadiyah di seluruh Indonesia
dan membekukan organisasi serta menutup semua
tempat kegiatannya.
Fatwa MUI tentang kesesatan Ahmadiyah tahun
2005 adalah bentuk penegasan kembali keputusan
fatwa MUI dalam Munas II Tahun 1980 yang
menetapkan Ahmadiyah sebagai aliran sesat dan
menyesatkan.
Jauh sebelum itu, beberapa lembaga Islam yang
menyatakan Ahmadiyah sesat adalah “Persis” (1932),
disusul oleh “Tarjih Muhammadiyah” dan “Bahtsul
Masaail NU”.
Fatwa sesatnya Ahmadiyah juga dikeluarkan oleh
Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa (Lajnah Daimah)
Saudi Arabia dan Lembaga Ulama Senior Saudi Arabia
dan Mujamma Fiqih yang menginduk kepada Rabithah
Alam Islami dan Mujamma Fiqih Islam yang menginduk
kepada Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan
Mujamma Riset Islam di Al-Azhar.
Di negara tempat beridinya Ahmadiyah sendiri,
Pakistan, sudah difatwakan bahwa Ahmadiyah adalah
kelompok minoritas non-muslim. Hal ini dinyatakan
oleh Parlemen Pakistan. Artinya, Ahmadiyah bukan
Islam.[] Yuddhy/Humas Dewan Da'wah
TELAAH
40
TELAAH TELAAH
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 43 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
Kekhawatiran berbagai pihak tentang masjid
menjadi persemaian paham radikalisme juga
tidak tampak. Hanya 6,98 persen responden
mengaku pernah menemukan materi ceramah yang
berisi ajakan untuk memusuhi agama dan etnis
tertentu. Dan hanya 2,03 persen yang setuju dengan
materi tersebut."
Demikian papar Ketua Departemen Kaderisasi
Pemuda dan Remaja Masjid PP DMI M Arief Rosyid
Hasan, dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat
(27/7).
Data tersebut didapatkan berdasarkan survei
Departemen Kaderisasi Pemuda PP Dewan Masjid
Indonesia (DMI) bekerjasama dengan Merial Institute.
Survei itu dilakukan terhadap generasi muda Muslim,
berlangsung pada 17-21 Juli 2018. Jumlah responden
sebanyak 888 orang pemuda Islam berusia 16-30 tahun
dan berdomisili di 12 kota besar yakni Jakarta, Depok,
Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya,
Yogyakarta, Semarang, Makassar, Medan, dan
Palembang.
Hasil riset kecil DMI tersebut membantah survei
sebelumnya oleh Perhimpunan Pengembangan
Pesantren dan Masyarakat (P3M). Survei ini
mengatakan, 41 dari 100 masjid pemerintah di Jakarta,
dicap ''radikal''.
Masjid dan Ngaji Kaum Muda Kita
...generasi muda tampak
lebih banyak beribadah di
masjid. Namun mereka
membutuhkan variasi
kegiatan sosial dan ekonomi
di masjid. Mereka berharap
masjid dapat dimanfaatkan
lebih dari sekadar tempat
ibadah salat.
“
42
TELAAH TELAAH
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 43 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
Kekhawatiran berbagai pihak tentang masjid
menjadi persemaian paham radikalisme juga
tidak tampak. Hanya 6,98 persen responden
mengaku pernah menemukan materi ceramah yang
berisi ajakan untuk memusuhi agama dan etnis
tertentu. Dan hanya 2,03 persen yang setuju dengan
materi tersebut."
Demikian papar Ketua Departemen Kaderisasi
Pemuda dan Remaja Masjid PP DMI M Arief Rosyid
Hasan, dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat
(27/7).
Data tersebut didapatkan berdasarkan survei
Departemen Kaderisasi Pemuda PP Dewan Masjid
Indonesia (DMI) bekerjasama dengan Merial Institute.
Survei itu dilakukan terhadap generasi muda Muslim,
berlangsung pada 17-21 Juli 2018. Jumlah responden
sebanyak 888 orang pemuda Islam berusia 16-30 tahun
dan berdomisili di 12 kota besar yakni Jakarta, Depok,
Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya,
Yogyakarta, Semarang, Makassar, Medan, dan
Palembang.
Hasil riset kecil DMI tersebut membantah survei
sebelumnya oleh Perhimpunan Pengembangan
Pesantren dan Masyarakat (P3M). Survei ini
mengatakan, 41 dari 100 masjid pemerintah di Jakarta,
dicap ''radikal''.
Masjid dan Ngaji Kaum Muda Kita
...generasi muda tampak
lebih banyak beribadah di
masjid. Namun mereka
membutuhkan variasi
kegiatan sosial dan ekonomi
di masjid. Mereka berharap
masjid dapat dimanfaatkan
lebih dari sekadar tempat
ibadah salat.
“
42
Keseratus masjid tersebut terdiri dari 35 masjid di
Kementerian, 28 masjid di Lembaga Negara dan 37
masjid di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Ketua Dewan Pengawas Perhimpunan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Agus
Muhammad mengatakan, survei itu dilakukan setiap
salat Jumat dari tanggal 29 September hingga 21
Oktober 2017.
Kemudian, tim survei menganalisis materi khutbah
Jumat yang disampaikan dan hasilnya ada 41 masjid
yang terindikasi radikal.
Survei DMI juga mengatakan, sebanyak 66,4 persen
pemuda Muslim tidak datang beribadah ke masjid
setiap hari. Sementara sisanya, 33,6 persen mengatakan
selalu datang beribadah di masjid setiap hari.
Namun di sisi lain, hanya 33,2 persen responden
yang menganggap bahwa pengelolaan masjid saat ini
telah mewakili aspirasi generasi muda. Mereka merasa
perlu variasi kegiatan dan perbaikan dalam pengelolaan
fasilitas di masjid.
Arief melanjutkan, sebanyak 96 persen responden
menganggap perlu kegiatan pengajian, zikir, tabligh
akbar di masjid. Sedangkan 95 persen responden
menganggap perlu kegiatan pendidikan seperti kursus
dakwah, pelatihan imam, dan pesantren kilat di masjid.
Arief mengatakan, generasi muda tampak lebih
banyak beribadah di masjid. Namun mereka
membutuhkan variasi kegiatan sosial dan ekonomi di
masjid. Mereka berharap masjid dapat dimanfaatkan
lebih dari sekadar tempat ibadah salat.
Sementara itu, sebanyak 73,9 persen responden
membutuhkan kegiatan usaha di masjid baik dalam
bentuk koperasi, minimarket ataupun warung.
Sedangkan 67,3 persen responden merasa perlu
diadakan kegiatan olahraga dan kebugaran di masjid.
Sebelumnya, riset kecil oleh tirto.id (Dinda
Purnamasari - 14 Desember 2017), menyebutkan, anak
SMA lebih sering mengikuti kegiatan agama ketimbang
mahasiswa. Riset ini mengambil sampling pelajar dan
mahasiswa Jakarta.
Baik pada anak SMA negeri atau mahasiswa di
kampus negeri di Jakarta ditemukan dua pola utama
dalam frekuensi mengikuti kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Anak SMA mayoritas
mengikuti kegiatan “setiap hari”. Sebanyak 37,11 persen
responden menyatakan soal frekuensi itu. Sementara
sebagian besar anak SMA lainnya cukup mengikuti “satu
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 45 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAH TELAAH
kali dalam seminggu” (27,04%).
Berbeda dengan anak SMA, mayoritas mahasiswa
terlihat lebih jarang mengikuti kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Mayoritas anak kuliah
mengikuti “satu kali dalam seminggu” (35,14%) kegiatan
keagamaan itu. Sementara sebagian yang lain mengikuti
secara “tidak tentu/saat ada acara-acara besar”
(23,65%).
Perubahan pola partisipasi tersebut menunjukkan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin berkaitan
dengan turunnya frekuensi. Anak SMA masih cenderung
normatif yakni mengikuti kegiatan komunitas/organisasi
keagamaan saban hari. Sementara itu, anak kuliah
cenderung lebih fleksibel dalam tingkat kehadiran di
komunitas/organisasi keagamaan.
Anak SMA mayoritas beralasan bahwa mereka
mengikuti kegiatan karena kebutuhan “memperdalam
soal Agama”. Sebanyak 45,28 persen responden
menyatakan kebutuhan pendalaman agama itu.
Sebagian yang lain bersuara kegiatan yang mereka ikuti
sebagai “kewajiban” (33,33%).
Sementara mahasiswa memperlihatkan aspek yang
lebih meluas terkait alasan mengikuti kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Mayoritas
menyatakan mereka mengikuti kegiatan tersebut untuk
“bersosialisasi” (36,48%). Artinya, kegiatan yang mereka
ikuti itu, pada aspek pertamanya, merupakan bagian
dari aktivitas sosial, atau sarana kebutuhan sosial.
Terkadang wadah komunitas/organisasi keagamaan
ini juga mampu mempertemukan antarmereka yang
berbeda pulau dan asal rumah. Pentingnya sosialisasi itu
sebagai sarana lain untuk merasakan perasaan satu
keluarga. Umumnya pertemanan model teman sesama
agama dianggap membantu menyalurkan perasaan dan
situasi itu.
Sementara alasan kedua bagi para responden
mahasiswa mengikuti kegiatan komunitas/organisasi
keagamaan adalah soal “organisasi” (29,56%).
Perkembangan usia yang lebih tinggi mendorong
kebutuhan belajar berorganisasi sebagai kebutuhan
penting. Cukup dengan latar belakang agama, seorang
anak kuliah dapat bergabung dengan
komunitas/organisasi keagamaan di lingkungan
kampus.
Tentang materi utama yang dianggap paling
menarik, semua responden yang beragama Islam,
Kristen dan Buddha, menyebut “memperdalam agama”
menjadi materi utama yang dianggap paling menarik
44
Keseratus masjid tersebut terdiri dari 35 masjid di
Kementerian, 28 masjid di Lembaga Negara dan 37
masjid di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Ketua Dewan Pengawas Perhimpunan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Agus
Muhammad mengatakan, survei itu dilakukan setiap
salat Jumat dari tanggal 29 September hingga 21
Oktober 2017.
Kemudian, tim survei menganalisis materi khutbah
Jumat yang disampaikan dan hasilnya ada 41 masjid
yang terindikasi radikal.
Survei DMI juga mengatakan, sebanyak 66,4 persen
pemuda Muslim tidak datang beribadah ke masjid
setiap hari. Sementara sisanya, 33,6 persen mengatakan
selalu datang beribadah di masjid setiap hari.
Namun di sisi lain, hanya 33,2 persen responden
yang menganggap bahwa pengelolaan masjid saat ini
telah mewakili aspirasi generasi muda. Mereka merasa
perlu variasi kegiatan dan perbaikan dalam pengelolaan
fasilitas di masjid.
Arief melanjutkan, sebanyak 96 persen responden
menganggap perlu kegiatan pengajian, zikir, tabligh
akbar di masjid. Sedangkan 95 persen responden
menganggap perlu kegiatan pendidikan seperti kursus
dakwah, pelatihan imam, dan pesantren kilat di masjid.
Arief mengatakan, generasi muda tampak lebih
banyak beribadah di masjid. Namun mereka
membutuhkan variasi kegiatan sosial dan ekonomi di
masjid. Mereka berharap masjid dapat dimanfaatkan
lebih dari sekadar tempat ibadah salat.
Sementara itu, sebanyak 73,9 persen responden
membutuhkan kegiatan usaha di masjid baik dalam
bentuk koperasi, minimarket ataupun warung.
Sedangkan 67,3 persen responden merasa perlu
diadakan kegiatan olahraga dan kebugaran di masjid.
Sebelumnya, riset kecil oleh tirto.id (Dinda
Purnamasari - 14 Desember 2017), menyebutkan, anak
SMA lebih sering mengikuti kegiatan agama ketimbang
mahasiswa. Riset ini mengambil sampling pelajar dan
mahasiswa Jakarta.
Baik pada anak SMA negeri atau mahasiswa di
kampus negeri di Jakarta ditemukan dua pola utama
dalam frekuensi mengikuti kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Anak SMA mayoritas
mengikuti kegiatan “setiap hari”. Sebanyak 37,11 persen
responden menyatakan soal frekuensi itu. Sementara
sebagian besar anak SMA lainnya cukup mengikuti “satu
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 45 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAH TELAAH
kali dalam seminggu” (27,04%).
Berbeda dengan anak SMA, mayoritas mahasiswa
terlihat lebih jarang mengikuti kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Mayoritas anak kuliah
mengikuti “satu kali dalam seminggu” (35,14%) kegiatan
keagamaan itu. Sementara sebagian yang lain mengikuti
secara “tidak tentu/saat ada acara-acara besar”
(23,65%).
Perubahan pola partisipasi tersebut menunjukkan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin berkaitan
dengan turunnya frekuensi. Anak SMA masih cenderung
normatif yakni mengikuti kegiatan komunitas/organisasi
keagamaan saban hari. Sementara itu, anak kuliah
cenderung lebih fleksibel dalam tingkat kehadiran di
komunitas/organisasi keagamaan.
Anak SMA mayoritas beralasan bahwa mereka
mengikuti kegiatan karena kebutuhan “memperdalam
soal Agama”. Sebanyak 45,28 persen responden
menyatakan kebutuhan pendalaman agama itu.
Sebagian yang lain bersuara kegiatan yang mereka ikuti
sebagai “kewajiban” (33,33%).
Sementara mahasiswa memperlihatkan aspek yang
lebih meluas terkait alasan mengikuti kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Mayoritas
menyatakan mereka mengikuti kegiatan tersebut untuk
“bersosialisasi” (36,48%). Artinya, kegiatan yang mereka
ikuti itu, pada aspek pertamanya, merupakan bagian
dari aktivitas sosial, atau sarana kebutuhan sosial.
Terkadang wadah komunitas/organisasi keagamaan
ini juga mampu mempertemukan antarmereka yang
berbeda pulau dan asal rumah. Pentingnya sosialisasi itu
sebagai sarana lain untuk merasakan perasaan satu
keluarga. Umumnya pertemanan model teman sesama
agama dianggap membantu menyalurkan perasaan dan
situasi itu.
Sementara alasan kedua bagi para responden
mahasiswa mengikuti kegiatan komunitas/organisasi
keagamaan adalah soal “organisasi” (29,56%).
Perkembangan usia yang lebih tinggi mendorong
kebutuhan belajar berorganisasi sebagai kebutuhan
penting. Cukup dengan latar belakang agama, seorang
anak kuliah dapat bergabung dengan
komunitas/organisasi keagamaan di lingkungan
kampus.
Tentang materi utama yang dianggap paling
menarik, semua responden yang beragama Islam,
Kristen dan Buddha, menyebut “memperdalam agama”
menjadi materi utama yang dianggap paling menarik
44
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 47 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAH TELAAH
Buddha, materi menarik kedua terbanyak adalah
“sharing”. Sebanyak 17,74 persen responden Katolik dan
16,7 persen responden Buddha mengungkapkan hal itu.
Kegiatan “sharing” yang dimaksud oleh responden
Katolik dan Buddha kegiatan yang umumnya dilakukan
dengan berkumpul bersama, saling berbagai cerita
tentang berbagai hal. Umumnya kegiatan “sharing”
terkait pengalaman sehari-hari.
Materi kajian “kitab suci” menjadi materi kedua
terbanyak bagi responden beragama Kristen. Sebanyak
27,69 persen responden menyatakan hal itu. Sedangkan
bagi responden yang beragama Hindu, materi “praktik
agama” menjadi materi menarik kedua yang diminati
dengan 30,19 persen suara responden.
Bagi siswa SMA, “pengurus komunitas/organisasi
keagamaan” (61,64%) adalah sosok utama yang sering
memberikan materi keagamaan. Kegiatan anak SMA
dengan demikian cenderung berskala kecil dan terbatas
pada lingkungan komunitas/organisasi itu. Dalam artian
lain, “dari mereka untuk mereka sendiri”.
Selain peran pengurus, sosok kedua yang kerap
menjadi pemateri bagi responden SMA soal kegiatan
keagamaan adalah “guru dari internal sekolah”
(25,79%). Hal ini wajar karena, umumnya, anak SMA
masih bergantung sepenuhnya dalam pengawasan
guru, baik dalam soal pelajaran atau kegiatan lainnya.
Sementara mahasiswa cenderung dapat
mengakomodasi keterbukaan dalam kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Hal ini terlihat dari
besarnya peran “alumni” dalam kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Sebanyak 48,43
persen responden mahasiswa menyebut alumni sebagai
sumber utama yang memberi materi keagamaan.
Selain itu, anak kuliah juga terlihat membuka diri
dengan “pemuka agama dari luar kampus” (38,99%)
untuk soal kegiatan komunitas/organisasi keagamaan.
Hal ini dikarenakan tempat pendidikan mereka
berkategori negeri (bukan pendidikan agama) maka
penerimaan ke pemuka agama dari luar kampus
cenderung luas diterima.[]
selama berkegiatan dalam organisasi/komunitas
keagamaan. Sebanyak 59,02 persen responden
beragama Islam mengungkapkan hal itu. Begitu juga
38,46 persen responden beragama Kristen dan 60,61
persen responden beragama Buddha.
Materi “memperdalam agama” berbeda-beda untuk
masing-masing agama. Untuk responden Islam, materi
pendalaman agama yang disukai seperti “bagaimana
menjadi seorang muslim yang baik”; “memperdalam
soal sunnah ataupun hadist”; “akhlak”; “amal dan
ibadah”, dsb. Sementara responden beragama Kristen
mengungkapkan tertarik dengan “materi tentang
melayani”; “tentang kasih dan kerendahan hati”;
“pertumbuhan iman”; “panggilan hidup” hingga ke
materi “remaja dalam kehidupan masa kini”. Untuk
responden beragama Buddha, banyak yang tertarik
dengan “materi tentang karma”; “materi tentang
kebajikan”; “kebahagiaan” hingga ke “materi tentang
darma”.
Sementara responden Katolik dan Hindu lebih
tertarik pada materi “ibadah”. Sebanyak 45,16 persen
responden beragama Katolik menyatakan hal itu.
Selanjutnya 32,08 persen responden beragama Hindu
mengutarakan hal serupa. Sedangkan responden
Katolik banyak tertarik dengan momen “Persekutuan
Jumat”, yakni momen anak-anak Katolik berkumpul
bersama untuk beribadah. Kegiatan ibadah ini pula
yang dianggap paling menarik oleh responden
beragama Hindu dalam mengikuti kegiatan organisasi
keagamaan. Kegiatan keagamaan mereka yang paling
dasar adalah beribadah bersama atau sembahyang ke
pura terdekat.
Untuk responden Islam, materi “sejarah/pemikiran”
menjadi materi berikutnya yang dianggap menarik —
kedua terbanyak. Sebanyak 49,18 persen responden
menyatakan hal itu. Materi “sejarah/pemikiran” yang
dianggap menarik oleh responden Islam terkait materi
seperti “sejarah peradaban Islam” hingga ke “kajian
strategis” ataupun “kajian politis”.
Sementara bagi responden beragama Katolik dan
46
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 47 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAH TELAAH
Buddha, materi menarik kedua terbanyak adalah
“sharing”. Sebanyak 17,74 persen responden Katolik dan
16,7 persen responden Buddha mengungkapkan hal itu.
Kegiatan “sharing” yang dimaksud oleh responden
Katolik dan Buddha kegiatan yang umumnya dilakukan
dengan berkumpul bersama, saling berbagai cerita
tentang berbagai hal. Umumnya kegiatan “sharing”
terkait pengalaman sehari-hari.
Materi kajian “kitab suci” menjadi materi kedua
terbanyak bagi responden beragama Kristen. Sebanyak
27,69 persen responden menyatakan hal itu. Sedangkan
bagi responden yang beragama Hindu, materi “praktik
agama” menjadi materi menarik kedua yang diminati
dengan 30,19 persen suara responden.
Bagi siswa SMA, “pengurus komunitas/organisasi
keagamaan” (61,64%) adalah sosok utama yang sering
memberikan materi keagamaan. Kegiatan anak SMA
dengan demikian cenderung berskala kecil dan terbatas
pada lingkungan komunitas/organisasi itu. Dalam artian
lain, “dari mereka untuk mereka sendiri”.
Selain peran pengurus, sosok kedua yang kerap
menjadi pemateri bagi responden SMA soal kegiatan
keagamaan adalah “guru dari internal sekolah”
(25,79%). Hal ini wajar karena, umumnya, anak SMA
masih bergantung sepenuhnya dalam pengawasan
guru, baik dalam soal pelajaran atau kegiatan lainnya.
Sementara mahasiswa cenderung dapat
mengakomodasi keterbukaan dalam kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Hal ini terlihat dari
besarnya peran “alumni” dalam kegiatan
komunitas/organisasi keagamaan. Sebanyak 48,43
persen responden mahasiswa menyebut alumni sebagai
sumber utama yang memberi materi keagamaan.
Selain itu, anak kuliah juga terlihat membuka diri
dengan “pemuka agama dari luar kampus” (38,99%)
untuk soal kegiatan komunitas/organisasi keagamaan.
Hal ini dikarenakan tempat pendidikan mereka
berkategori negeri (bukan pendidikan agama) maka
penerimaan ke pemuka agama dari luar kampus
cenderung luas diterima.[]
selama berkegiatan dalam organisasi/komunitas
keagamaan. Sebanyak 59,02 persen responden
beragama Islam mengungkapkan hal itu. Begitu juga
38,46 persen responden beragama Kristen dan 60,61
persen responden beragama Buddha.
Materi “memperdalam agama” berbeda-beda untuk
masing-masing agama. Untuk responden Islam, materi
pendalaman agama yang disukai seperti “bagaimana
menjadi seorang muslim yang baik”; “memperdalam
soal sunnah ataupun hadist”; “akhlak”; “amal dan
ibadah”, dsb. Sementara responden beragama Kristen
mengungkapkan tertarik dengan “materi tentang
melayani”; “tentang kasih dan kerendahan hati”;
“pertumbuhan iman”; “panggilan hidup” hingga ke
materi “remaja dalam kehidupan masa kini”. Untuk
responden beragama Buddha, banyak yang tertarik
dengan “materi tentang karma”; “materi tentang
kebajikan”; “kebahagiaan” hingga ke “materi tentang
darma”.
Sementara responden Katolik dan Hindu lebih
tertarik pada materi “ibadah”. Sebanyak 45,16 persen
responden beragama Katolik menyatakan hal itu.
Selanjutnya 32,08 persen responden beragama Hindu
mengutarakan hal serupa. Sedangkan responden
Katolik banyak tertarik dengan momen “Persekutuan
Jumat”, yakni momen anak-anak Katolik berkumpul
bersama untuk beribadah. Kegiatan ibadah ini pula
yang dianggap paling menarik oleh responden
beragama Hindu dalam mengikuti kegiatan organisasi
keagamaan. Kegiatan keagamaan mereka yang paling
dasar adalah beribadah bersama atau sembahyang ke
pura terdekat.
Untuk responden Islam, materi “sejarah/pemikiran”
menjadi materi berikutnya yang dianggap menarik —
kedua terbanyak. Sebanyak 49,18 persen responden
menyatakan hal itu. Materi “sejarah/pemikiran” yang
dianggap menarik oleh responden Islam terkait materi
seperti “sejarah peradaban Islam” hingga ke “kajian
strategis” ataupun “kajian politis”.
Sementara bagi responden beragama Katolik dan
46
Semarak Qurbandi PedalamanQurban anda jadi sajian SEMARAK makan bersama
Semarak Qurbandi PedalamanQurban anda jadi sajian SEMARAK makan bersama
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 51 MAN TAZAKKA
Memorial Lecture Jejak Pemikiran dan Perjuangan
Mohammad Natsir
Oleh: M. Fuad NasarDirektur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI
PAK NATSIRPAK NATSIR
Negarawan Berakhlak Mulia
Natsir adalah pemimpin yang
jujur dan negarawan berakhlak
mulia. Ia tidak memelihara rasa
benci sekalipun terhadap lawan-
lawan politiknya. Terhadap D.N.
Aidit (pimpinan PKI) misalnya,
Natsir berdebat secara tajam di
ruang sidang parlemen di lapangan
banteng, tapi keduanya bisa
berbicara seperti biasa sambil
minum kopi di kantin parlemen.
Perbedaan ideologi dan
pertentangan politik setajam apa
pun bukan berarti permusuhan
pribadi. Demikian pula hubungan
antara Natsir dengan Bung Karno,
mereka tidak menyimpan dendam
pribadi. Natsir tidak melupakan
segala kebaikan Soekarno. Yang
ditentang dan ditolak oleh Natsir
dan kawan-kawannya dari kalangan
Masyumi adalah kebijakan
Soekarno, bukan pribadi Bung
Karno.
Dalam buku Bung Karno Dalam
Kenangan (disusun oleh Solichin
Salam, 1981) Natsir memberi
testimoni tentang Proklamator
Kemerdekaan dan Presiden RI
Pertama Soekarno, “Saya ingin
menegaskan lagi di sini, bahwa
sebagai pribadi dalam segala
perbedaan atau pertentangan
pendapat tidak pernah saya
maupun Bung Karno menaruh rasa
dendam satu sama lain. Mudah-
mudahan sikap jiwa (mental
attitude) yang demikian ini dapat
dihidupkan kembali dalam rangka
pembinaan bangsa di kalangan
generasi penerus.” tulisnya.
Natsir sempat membantu
pemerintah Orde Baru dalam
pemulihan hubungan diplomatik
dengan Malaysia pasca konfrontasi
“Ganyang Malaysia” di era Orde
Lama. Satu hal yang mengesankan,
dari balik jeruji besi Rumah
Tahanan Negara Jln. Keagungan 62
Jakarta, Natsir menerima utusan
pimpinan Kostrad yang meminta
bantuannya dalam upaya
menjembatani normalisasi
hubungan diplomatik dengan
Malaysia. Waktu itu, Perdana
Menteri Tengku Abdul Rahman
meninggalkan Kuala Lumpur satu
hari sebelum delegasi Indonesia
yaitu Ali Moertopo dan Benny
Moerdani datang. Beliau mengelak
dan tidak mau menerima utusan
Indonesia. Natsir kemudian menulis
surat, “Ini ada niat dari Pemeritah
Indonesia untuk memperbaiki
hubungan antara Indonesia dan
Malaysia. Mudah-mudahan Tengku
bisa menerima.” Segera setelah
Tengku Abdul Rahman membaca
surat Natsir, ia bilang kepada
sekretaris pribadinya, “Datanglah
mereka besok ke tempat saya.”
Padahal sebelumnya Bapak
Malaysia itu tidak berniat untuk
menerima utusan pemerintah
Indonesia. Secarik memo pribadi
Natsir itulah yang mengakhiri
konfrontasi Indonesia dan Malaysia.
Pembebasan Natsir dari tahanan
politik lama setelah itu tidak ada
kaitannya dengan peristiwa
tersebut.
Satu hari Ekki Sjahruddin di
masa Orde Baru datang menemui
Natsir di rumahnya menyampaikan
pesan Ali Moertopo agar Natsir
berkenan menjajaki kemungkinan
Indonesia mendapatkan kredit atau
investasi dari negara-negara Arab.
Natsir mengatakan bahwa ia
bersedia tanpa perlu dibiayai sebab
memang akan berangkat juga
menghadiri kongres internasional.
Natsir hanya meminta sebelum
berangkat dipertemukan dengan
Presiden Soeharto, tidak usah lama,
cukup agak tiga menit, supaya kalau
ia berbicara di sana akan lebih
dihargai sebagai pembawa pesan
dari Kepala Negara. Akan tetapi
sampai waktu Natsir harus
berangkat tidak ada kabar lebih
lanjut. Meski demikian Natsir tetap
mencoba melobi pemerintah
Kuwait. Natsir menulis surat pribadi
kepada pejabat pemerintah Kuwait
yang antara lain isinya, mengapa
Kuwait menanamkan investasi
hanya di Eropah yang
menguntungkan Yahudi. Mengapa
Kuwait tidak menanamkan investasi
di Indonesia?
Tidak lama setelah Natsir pulang
ke tanah air, Ali Moertopo datang
menemuinya sekedar mengabarkan
bahwa sudah berhasil dan Kuwait
setuju menanam modalnya di
Indonesia. Sumbangan pemikiran
dan perjuangan Natsir untuk
kemaslahatan bangsa dan negara
yang dicintainya tidak hanya pada
waktu memangku jabatan
kenegaraan, tetapi kapan dan di
mana saja.
Jangan Berhenti Tangan
Mendayung
Natsir adalah pejuang yang
ikhlas, pejuang yang tidak penat
memandu umat. Menurut istilah
yang beliau kemukakan, “Jangan
berhenti tangan mendayung, nanti
arus membawa hanyut…” ungkap
beliau dalam bahasa kiasan.
“Akhlak adalah tiang dakwah.” tulis
Natsir dalam buku Fiqhud Da'wah.
Pembubaran partai Masyumi
oleh rezim Orde Lama dan
penolakan rehabilitasi Masyumi di
masa Orde Baru tidak
menghentikan langkah Natsir untuk
terus berbuat membela
kepentingan umat dan bangsa.
“Dulu berdakwah lewat politik,
sekarang berpolitik melalui
dakwah”, ujar beliau kepada
wartawan majalah Tempo yang
mewawancarainya tahun 1989.
Pada tanggal 26 Februari 1967
Mohammad Natsir bersama
sahabat-sahabatnya yang secita-cita
dan seorientasi, mendirikan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Dewan Dakwah lahir dan berkantor
pertama kali di Masjid Al-
Munawarah, Kampung Bali Tanah
Abang Jakarta Pusat, selanjutnya di
Jln. Kramat Raya No 45 Jakarta
Pusat.
Sejak awal kehadirannya Dewan
Dakwah telah membina hubungan
baik dengan berbagai lembaga
Islam di dalam dan luar negeri.
Natsir mengemban amanah sebagai
Ketua Umum Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia sampai wafat,
di samping sebagai Wakil Presiden
Muktamar Alam Islami dan Anggota
Majelis Ta'sisi Rabithah Alam Islami.
Dewan Dakwah membentuk
perwakilan di semua wilayah
provinsi di Indonesia. Dewan
Dakwah bergerak membangun
masyarakat di kota-kota dan
pedalaman terpencil. ”Saya merasa
bahwa DDII tidak lebih rendah
daripada politik. Politik tanpa
dakwah hancur. Lebih dari itu, saya
tidak bisa mengambil sikap diam.”
tutur Natsir dalam buku Senarai
Kiprah Sejarah.
Natsir dalam berbagai
kesempatan sering mengatakan,
“Tiap-tiap kita adalah da'i
pengemban tugas dakwah. Tukang
becak yang muslim, mempunyai
tugas dakwah, ialah menjemput dan
mengantar pulang ustadz dalam
satu pelaksanaan dakwah. Saudara
merbot masjid mungkin buta huruf,
tidak bisa membaca dan menulis.
Tetapi, tugas membersihkan masjid,
mengurus air di masjid, menjaga
keamanan sandal, adalah termasuk
pelaksanaan dakwah. Dengan tugas
itu, merbot menjadi da'i. Yang jadi
pejabat atau pegawai, dia adalah
da'i. Karena dengan kedudukannya,
pelaksanaan dakwah dapat berjalan
lancar. Yang kaya, yang mendapat
kekayaan dari Allah Swt, mungkin
tidak bisa naik mimbar, tetapi
- Bagian 2 (habis)-
50
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 51 MAN TAZAKKA
Memorial Lecture Jejak Pemikiran dan Perjuangan
Mohammad Natsir
Oleh: M. Fuad NasarDirektur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI
PAK NATSIRPAK NATSIR
Negarawan Berakhlak Mulia
Natsir adalah pemimpin yang
jujur dan negarawan berakhlak
mulia. Ia tidak memelihara rasa
benci sekalipun terhadap lawan-
lawan politiknya. Terhadap D.N.
Aidit (pimpinan PKI) misalnya,
Natsir berdebat secara tajam di
ruang sidang parlemen di lapangan
banteng, tapi keduanya bisa
berbicara seperti biasa sambil
minum kopi di kantin parlemen.
Perbedaan ideologi dan
pertentangan politik setajam apa
pun bukan berarti permusuhan
pribadi. Demikian pula hubungan
antara Natsir dengan Bung Karno,
mereka tidak menyimpan dendam
pribadi. Natsir tidak melupakan
segala kebaikan Soekarno. Yang
ditentang dan ditolak oleh Natsir
dan kawan-kawannya dari kalangan
Masyumi adalah kebijakan
Soekarno, bukan pribadi Bung
Karno.
Dalam buku Bung Karno Dalam
Kenangan (disusun oleh Solichin
Salam, 1981) Natsir memberi
testimoni tentang Proklamator
Kemerdekaan dan Presiden RI
Pertama Soekarno, “Saya ingin
menegaskan lagi di sini, bahwa
sebagai pribadi dalam segala
perbedaan atau pertentangan
pendapat tidak pernah saya
maupun Bung Karno menaruh rasa
dendam satu sama lain. Mudah-
mudahan sikap jiwa (mental
attitude) yang demikian ini dapat
dihidupkan kembali dalam rangka
pembinaan bangsa di kalangan
generasi penerus.” tulisnya.
Natsir sempat membantu
pemerintah Orde Baru dalam
pemulihan hubungan diplomatik
dengan Malaysia pasca konfrontasi
“Ganyang Malaysia” di era Orde
Lama. Satu hal yang mengesankan,
dari balik jeruji besi Rumah
Tahanan Negara Jln. Keagungan 62
Jakarta, Natsir menerima utusan
pimpinan Kostrad yang meminta
bantuannya dalam upaya
menjembatani normalisasi
hubungan diplomatik dengan
Malaysia. Waktu itu, Perdana
Menteri Tengku Abdul Rahman
meninggalkan Kuala Lumpur satu
hari sebelum delegasi Indonesia
yaitu Ali Moertopo dan Benny
Moerdani datang. Beliau mengelak
dan tidak mau menerima utusan
Indonesia. Natsir kemudian menulis
surat, “Ini ada niat dari Pemeritah
Indonesia untuk memperbaiki
hubungan antara Indonesia dan
Malaysia. Mudah-mudahan Tengku
bisa menerima.” Segera setelah
Tengku Abdul Rahman membaca
surat Natsir, ia bilang kepada
sekretaris pribadinya, “Datanglah
mereka besok ke tempat saya.”
Padahal sebelumnya Bapak
Malaysia itu tidak berniat untuk
menerima utusan pemerintah
Indonesia. Secarik memo pribadi
Natsir itulah yang mengakhiri
konfrontasi Indonesia dan Malaysia.
Pembebasan Natsir dari tahanan
politik lama setelah itu tidak ada
kaitannya dengan peristiwa
tersebut.
Satu hari Ekki Sjahruddin di
masa Orde Baru datang menemui
Natsir di rumahnya menyampaikan
pesan Ali Moertopo agar Natsir
berkenan menjajaki kemungkinan
Indonesia mendapatkan kredit atau
investasi dari negara-negara Arab.
Natsir mengatakan bahwa ia
bersedia tanpa perlu dibiayai sebab
memang akan berangkat juga
menghadiri kongres internasional.
Natsir hanya meminta sebelum
berangkat dipertemukan dengan
Presiden Soeharto, tidak usah lama,
cukup agak tiga menit, supaya kalau
ia berbicara di sana akan lebih
dihargai sebagai pembawa pesan
dari Kepala Negara. Akan tetapi
sampai waktu Natsir harus
berangkat tidak ada kabar lebih
lanjut. Meski demikian Natsir tetap
mencoba melobi pemerintah
Kuwait. Natsir menulis surat pribadi
kepada pejabat pemerintah Kuwait
yang antara lain isinya, mengapa
Kuwait menanamkan investasi
hanya di Eropah yang
menguntungkan Yahudi. Mengapa
Kuwait tidak menanamkan investasi
di Indonesia?
Tidak lama setelah Natsir pulang
ke tanah air, Ali Moertopo datang
menemuinya sekedar mengabarkan
bahwa sudah berhasil dan Kuwait
setuju menanam modalnya di
Indonesia. Sumbangan pemikiran
dan perjuangan Natsir untuk
kemaslahatan bangsa dan negara
yang dicintainya tidak hanya pada
waktu memangku jabatan
kenegaraan, tetapi kapan dan di
mana saja.
Jangan Berhenti Tangan
Mendayung
Natsir adalah pejuang yang
ikhlas, pejuang yang tidak penat
memandu umat. Menurut istilah
yang beliau kemukakan, “Jangan
berhenti tangan mendayung, nanti
arus membawa hanyut…” ungkap
beliau dalam bahasa kiasan.
“Akhlak adalah tiang dakwah.” tulis
Natsir dalam buku Fiqhud Da'wah.
Pembubaran partai Masyumi
oleh rezim Orde Lama dan
penolakan rehabilitasi Masyumi di
masa Orde Baru tidak
menghentikan langkah Natsir untuk
terus berbuat membela
kepentingan umat dan bangsa.
“Dulu berdakwah lewat politik,
sekarang berpolitik melalui
dakwah”, ujar beliau kepada
wartawan majalah Tempo yang
mewawancarainya tahun 1989.
Pada tanggal 26 Februari 1967
Mohammad Natsir bersama
sahabat-sahabatnya yang secita-cita
dan seorientasi, mendirikan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Dewan Dakwah lahir dan berkantor
pertama kali di Masjid Al-
Munawarah, Kampung Bali Tanah
Abang Jakarta Pusat, selanjutnya di
Jln. Kramat Raya No 45 Jakarta
Pusat.
Sejak awal kehadirannya Dewan
Dakwah telah membina hubungan
baik dengan berbagai lembaga
Islam di dalam dan luar negeri.
Natsir mengemban amanah sebagai
Ketua Umum Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia sampai wafat,
di samping sebagai Wakil Presiden
Muktamar Alam Islami dan Anggota
Majelis Ta'sisi Rabithah Alam Islami.
Dewan Dakwah membentuk
perwakilan di semua wilayah
provinsi di Indonesia. Dewan
Dakwah bergerak membangun
masyarakat di kota-kota dan
pedalaman terpencil. ”Saya merasa
bahwa DDII tidak lebih rendah
daripada politik. Politik tanpa
dakwah hancur. Lebih dari itu, saya
tidak bisa mengambil sikap diam.”
tutur Natsir dalam buku Senarai
Kiprah Sejarah.
Natsir dalam berbagai
kesempatan sering mengatakan,
“Tiap-tiap kita adalah da'i
pengemban tugas dakwah. Tukang
becak yang muslim, mempunyai
tugas dakwah, ialah menjemput dan
mengantar pulang ustadz dalam
satu pelaksanaan dakwah. Saudara
merbot masjid mungkin buta huruf,
tidak bisa membaca dan menulis.
Tetapi, tugas membersihkan masjid,
mengurus air di masjid, menjaga
keamanan sandal, adalah termasuk
pelaksanaan dakwah. Dengan tugas
itu, merbot menjadi da'i. Yang jadi
pejabat atau pegawai, dia adalah
da'i. Karena dengan kedudukannya,
pelaksanaan dakwah dapat berjalan
lancar. Yang kaya, yang mendapat
kekayaan dari Allah Swt, mungkin
tidak bisa naik mimbar, tetapi
- Bagian 2 (habis)-
50
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
52 EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 53 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
niscaya akan melahirkan ekses yang
serius.
Mengenai sekularisme, satu
ungkapan yang menarik dilontarkan
Natsir dalam kertas kerjanya pada
seminar internasional bertema ”The
Message of Islam to the Modern
Man” di Lahore Pakistan tahun
1976, ”Tidak semua yang modern
itu harus sekuler, dan tidak semua
yang sekuler itu sudah modern.
Seorang Muslim tidak usah menjadi
sekuler dulu, makanya bisa menjadi
modern.” ujarnya.
Natsir sampai hari tuanya selalu
mengikuti perkembangan politik
nasional dan internasional. “Orang
yang buta politik, akan dimakan
oleh politik.” kata beliau. Sekitar
tahun 1985 Natsir sebagai warga
negara mengemukakan pandangan
tertulis menanggapi Paket
Rancangan Undang-Undang Politik
(RUU Politik) yang diajukan
pemerintah ke DPR. Kelima Paket
RUU meliputi RUU tentang
Pemilihan Umum, RUU tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR
dan DPRD, RUU tentang Partai
Politik dan Golongan Karya, RUU
tentang Organisasi
Kemasyarakatan, dan RUU tentang
Referendum. Natsir dan sejumlah
tokoh nasional menilai substansi
RUU tersebut tidak sejalan dengan
asas kedaulatan rakyat dan
memberangus demokrasi.
Pada tahun 1980 Natsir bersama
50 tokoh nasional dan aktivis
demokrasi menanda-tangani “Petisi
50“ yaitu Pernyataan Keprihatinan
sebagai kritik konstruktif yang
bermaksud mengingatkan
kekeliruan Presiden Soeharto. Petisi
50 disampaikan kepada pimpinan
DPR-RI. Para tokoh penanda-
tangan Petisi 50 dicekal keluar
negeri oleh pemerintah Orde Baru
dengan peran Koptamtib yang
paranoid terhadap kritik dan
kebebasan berpendapat.
Dalam kurun waktu Orde Baru
atau jauh sebelum munculnya
tuntutan Reformasi, Natsir telah
menyuarakan perlunya pembatasan
masa jabatan presiden karena tidak
ada halangan dalam konstitusi.
Pada tahun 1984 tiga sesepuh
tokoh bangsa yakni Mohammad
Natsir, TNI (Purn) Dr. A.H. Nasution
dan Moh Sanusi Hardjadinata
mengeluarkan buku kecil berjudul
Selamatkan Demokrasi Berdasarkan
Jiwa Proklamasi dan UUD 1945.
Dalam beberapa kesempatan,
Natsir menganjurkan umat Islam
untuk berbuat hal-hal yang positif,
jangan duduk berpangku tangan,
menjadi penonton di pinggir jalan.
Ia memperingatkan, “Jangan
merasa diri kecil. Jangan merasa
jadi penumpang di negeri sendiri.
Katakanlah: Aku ini seorang Muslim.
Petunjuk jalan hanya kelihatan oleh
orang yang berjalan. Bukan oleh
orang yang tinggal duduk-duduk,
tak berjalan.”
“Janganlah ada di antara kita
yang absen, berpangku tangan,
karena kepada kita setiap muslim
dan mukmin yang baik, Allah Swt
memerintahkan dalam menghadapi
amal bersama, supaya kita sama-
sama bekerja dan bekerjasama”
tegas Natsir.
Pemimpin-pemimpin umat –
kata Natsir – jangan hanya pandai
PAK NATSIR
dengan infaknya dia menjadi da'i.”
Dewan Dakwah melakukan
berbagai usaha untuk
meningkatkan mutu dan kegiatan
dakwah di Tanah Air. Dewan
Dakwah membantu pendirian
Rumah Sakit Islam/YARSI Jakarta,
RSI Ibnu Siena YARSI Sumatera
Barat, dan lain-lain. Karena
hubungan baik Natsir dengan
negara-negara Arab, pembangunan
sejumlah masjid dan Islamic Center
mendapat bantuan dari luar negeri,
termasuk masjid-masjid kampus.
Dewan Dakwah mensponsori
pengiriman da'i ke daerah terpencil
dan daerah transmigrasi. Organisasi
keluarga besar ”Bulang Bintang” ini
juga mensponsori pengiriman
mahasiswa Indonesia untuk
melanjutkan pendidikan ke Timur
Tengah. Pada September 2007
kepada almarhum Mohammad
Natsir dianugerahkan penghargaan
dan apresiasi atas jasa-jasanya
dalam memperjuangkan dakwah
Islam di Indonesia dan
keikutsertaannya mendukung
pendirian dan pengembangan
Masjid Salman ITB, Bandung.
Negarawan yang cinta persatuan
ini tidak pernah berhenti
menyumbangkan pikiran untuk
kemaslahatan negeri. Dalam
bukunya berjudul Tindjauan Hidup
(1957) Natsir mengemukakan
“Negara itu bukan gedung-gedung,
negara itu bukanlah jalan-jalan
yang besar, bukan fabrik-fabrik,
bukan kereta api, bukan kapal
terbang. Bukan itu yang dinamakan
negara, tetapi yang dinamakan
negara jika ada manusia. Kalau
membina negara berarti membina
kemanusiaan. Siapa yang membina
negara tanpa membina
kemanusiaan, maka samalah artinya
dengan membina sebuah rumah di
atas pasir yang kering tandus.
Kelak akan roboh. Hendaklah
membina negara itu dengan apa
yang diridhai Tuhan, dan salah satu
darinya ialah untuk
menyempurnakan akhlak manusia.”
Tokoh pemersatu umat ini
pada 1 Agustus 1989 bersama K.H.
Masjkur memprakarsai
pembentukan Forum Ukhuwah
Islamiyah (FUI). Dalam buku
Mempersatukan Umat, Natsir
mengemukakan persatuan adalah
soal hati dan tujuan hidup yakni
keridhaan Allah semata-mata yang
diniatkan. Persatuan yang
dipaksakan tidak akan kekal.
Persatuan yang sebenar persatuan
bukan semata-mata soal ilmu,
bukan sekedar pengetahuan bahwa
persatuan itu baik dan perpecahan
itu tidak baik. Natsir mengulang
pesan seorang pemimpin Islam Ki
Bagus Hadikusumo, “Carilah
keridhaan Allah yang Satu, agar
dapat kita bersatu. Jangan cari-cari
benda-benda yang bertebaran,
nanti kita akan bertebaran
lantarannya.”
Kemajuan masyarakat Islam,
menurut Natsir, akan dapat dicapai
dengan memahami dan
mengamalkan ajaran Islam secara
murni dan tidak bercampur-aduk
dengan bid'ah, khurafat dan
tahayul. Natsir menjelaskan bahwa
Islam bukanlah semata-mata agama
dalam pengertian yang sempit, tapi
suatu pandangan hidup yang
meliputi soal-soal politik, ekonomi,
sosial dan kebudayaan. Pandangan
di atas sejalan dengan yang
disampaikan oleh cendekiawan
H.A.R.Gibb.
Dalam buku Pesan Perjuangan
Seorang Bapak, Percakapan Antar
Generasi (Penyunting A.W.
Pratiknya, 1989) Natsir menyebut,
tiga unsur, yaitu masjid, pesantren
dan kampus apabila disinergikan
adalah modal utama pembangunan
umat, entah di bidang ekonomi,
pendidikan, budaya dan lainnya.
Natsir lebih jauh menyebut
tantangan dakwah di masa kini,
antara lain gerakan pemurtadan
dan gerakan sekularisasi.
Indonesia adalah negara yang
majemuk dari segi etnik, suku dan
agama. Menyinggung hubungan
antar-umat beragama di tanah air,
Natsir menekankan pentingnya
sikap menghormati asas keyakinan
dan identitas golongan lain, di
samping memelihara identitas
masing-masing. Natsir
mengingatkan platform Pancasila
menghendaki kebebasan menganut
agama. Ini bukan berarti bahwa
meng-kristenkan orang-orang Islam
itu sesuai dengan Pancasila.
Menyikapi insiden perusakan rumah
ibadah agama lain yang tentu
melukai perasaan penganut agama
yang bersangkutan, Natsir
berprinsip janganlah dilihat
persoalan itu dengan suatu
symptomatic approach semata atas
gejala yang kelihatan. Ia
menegaskan Islam punya kode
yang positif tentang toleransi
sesama umat beragama yang tidak
perlu dikhawatirkan oleh umat
beragama lain. Tetapi kalau umat
beragama lain yang unggul dalam
arti materiil dan intelektuil
memurtadkan orang-orang Islam
PAK NATSIR
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M
MAN TAZAKKA
52 EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 53 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
niscaya akan melahirkan ekses yang
serius.
Mengenai sekularisme, satu
ungkapan yang menarik dilontarkan
Natsir dalam kertas kerjanya pada
seminar internasional bertema ”The
Message of Islam to the Modern
Man” di Lahore Pakistan tahun
1976, ”Tidak semua yang modern
itu harus sekuler, dan tidak semua
yang sekuler itu sudah modern.
Seorang Muslim tidak usah menjadi
sekuler dulu, makanya bisa menjadi
modern.” ujarnya.
Natsir sampai hari tuanya selalu
mengikuti perkembangan politik
nasional dan internasional. “Orang
yang buta politik, akan dimakan
oleh politik.” kata beliau. Sekitar
tahun 1985 Natsir sebagai warga
negara mengemukakan pandangan
tertulis menanggapi Paket
Rancangan Undang-Undang Politik
(RUU Politik) yang diajukan
pemerintah ke DPR. Kelima Paket
RUU meliputi RUU tentang
Pemilihan Umum, RUU tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR
dan DPRD, RUU tentang Partai
Politik dan Golongan Karya, RUU
tentang Organisasi
Kemasyarakatan, dan RUU tentang
Referendum. Natsir dan sejumlah
tokoh nasional menilai substansi
RUU tersebut tidak sejalan dengan
asas kedaulatan rakyat dan
memberangus demokrasi.
Pada tahun 1980 Natsir bersama
50 tokoh nasional dan aktivis
demokrasi menanda-tangani “Petisi
50“ yaitu Pernyataan Keprihatinan
sebagai kritik konstruktif yang
bermaksud mengingatkan
kekeliruan Presiden Soeharto. Petisi
50 disampaikan kepada pimpinan
DPR-RI. Para tokoh penanda-
tangan Petisi 50 dicekal keluar
negeri oleh pemerintah Orde Baru
dengan peran Koptamtib yang
paranoid terhadap kritik dan
kebebasan berpendapat.
Dalam kurun waktu Orde Baru
atau jauh sebelum munculnya
tuntutan Reformasi, Natsir telah
menyuarakan perlunya pembatasan
masa jabatan presiden karena tidak
ada halangan dalam konstitusi.
Pada tahun 1984 tiga sesepuh
tokoh bangsa yakni Mohammad
Natsir, TNI (Purn) Dr. A.H. Nasution
dan Moh Sanusi Hardjadinata
mengeluarkan buku kecil berjudul
Selamatkan Demokrasi Berdasarkan
Jiwa Proklamasi dan UUD 1945.
Dalam beberapa kesempatan,
Natsir menganjurkan umat Islam
untuk berbuat hal-hal yang positif,
jangan duduk berpangku tangan,
menjadi penonton di pinggir jalan.
Ia memperingatkan, “Jangan
merasa diri kecil. Jangan merasa
jadi penumpang di negeri sendiri.
Katakanlah: Aku ini seorang Muslim.
Petunjuk jalan hanya kelihatan oleh
orang yang berjalan. Bukan oleh
orang yang tinggal duduk-duduk,
tak berjalan.”
“Janganlah ada di antara kita
yang absen, berpangku tangan,
karena kepada kita setiap muslim
dan mukmin yang baik, Allah Swt
memerintahkan dalam menghadapi
amal bersama, supaya kita sama-
sama bekerja dan bekerjasama”
tegas Natsir.
Pemimpin-pemimpin umat –
kata Natsir – jangan hanya pandai
PAK NATSIR
dengan infaknya dia menjadi da'i.”
Dewan Dakwah melakukan
berbagai usaha untuk
meningkatkan mutu dan kegiatan
dakwah di Tanah Air. Dewan
Dakwah membantu pendirian
Rumah Sakit Islam/YARSI Jakarta,
RSI Ibnu Siena YARSI Sumatera
Barat, dan lain-lain. Karena
hubungan baik Natsir dengan
negara-negara Arab, pembangunan
sejumlah masjid dan Islamic Center
mendapat bantuan dari luar negeri,
termasuk masjid-masjid kampus.
Dewan Dakwah mensponsori
pengiriman da'i ke daerah terpencil
dan daerah transmigrasi. Organisasi
keluarga besar ”Bulang Bintang” ini
juga mensponsori pengiriman
mahasiswa Indonesia untuk
melanjutkan pendidikan ke Timur
Tengah. Pada September 2007
kepada almarhum Mohammad
Natsir dianugerahkan penghargaan
dan apresiasi atas jasa-jasanya
dalam memperjuangkan dakwah
Islam di Indonesia dan
keikutsertaannya mendukung
pendirian dan pengembangan
Masjid Salman ITB, Bandung.
Negarawan yang cinta persatuan
ini tidak pernah berhenti
menyumbangkan pikiran untuk
kemaslahatan negeri. Dalam
bukunya berjudul Tindjauan Hidup
(1957) Natsir mengemukakan
“Negara itu bukan gedung-gedung,
negara itu bukanlah jalan-jalan
yang besar, bukan fabrik-fabrik,
bukan kereta api, bukan kapal
terbang. Bukan itu yang dinamakan
negara, tetapi yang dinamakan
negara jika ada manusia. Kalau
membina negara berarti membina
kemanusiaan. Siapa yang membina
negara tanpa membina
kemanusiaan, maka samalah artinya
dengan membina sebuah rumah di
atas pasir yang kering tandus.
Kelak akan roboh. Hendaklah
membina negara itu dengan apa
yang diridhai Tuhan, dan salah satu
darinya ialah untuk
menyempurnakan akhlak manusia.”
Tokoh pemersatu umat ini
pada 1 Agustus 1989 bersama K.H.
Masjkur memprakarsai
pembentukan Forum Ukhuwah
Islamiyah (FUI). Dalam buku
Mempersatukan Umat, Natsir
mengemukakan persatuan adalah
soal hati dan tujuan hidup yakni
keridhaan Allah semata-mata yang
diniatkan. Persatuan yang
dipaksakan tidak akan kekal.
Persatuan yang sebenar persatuan
bukan semata-mata soal ilmu,
bukan sekedar pengetahuan bahwa
persatuan itu baik dan perpecahan
itu tidak baik. Natsir mengulang
pesan seorang pemimpin Islam Ki
Bagus Hadikusumo, “Carilah
keridhaan Allah yang Satu, agar
dapat kita bersatu. Jangan cari-cari
benda-benda yang bertebaran,
nanti kita akan bertebaran
lantarannya.”
Kemajuan masyarakat Islam,
menurut Natsir, akan dapat dicapai
dengan memahami dan
mengamalkan ajaran Islam secara
murni dan tidak bercampur-aduk
dengan bid'ah, khurafat dan
tahayul. Natsir menjelaskan bahwa
Islam bukanlah semata-mata agama
dalam pengertian yang sempit, tapi
suatu pandangan hidup yang
meliputi soal-soal politik, ekonomi,
sosial dan kebudayaan. Pandangan
di atas sejalan dengan yang
disampaikan oleh cendekiawan
H.A.R.Gibb.
Dalam buku Pesan Perjuangan
Seorang Bapak, Percakapan Antar
Generasi (Penyunting A.W.
Pratiknya, 1989) Natsir menyebut,
tiga unsur, yaitu masjid, pesantren
dan kampus apabila disinergikan
adalah modal utama pembangunan
umat, entah di bidang ekonomi,
pendidikan, budaya dan lainnya.
Natsir lebih jauh menyebut
tantangan dakwah di masa kini,
antara lain gerakan pemurtadan
dan gerakan sekularisasi.
Indonesia adalah negara yang
majemuk dari segi etnik, suku dan
agama. Menyinggung hubungan
antar-umat beragama di tanah air,
Natsir menekankan pentingnya
sikap menghormati asas keyakinan
dan identitas golongan lain, di
samping memelihara identitas
masing-masing. Natsir
mengingatkan platform Pancasila
menghendaki kebebasan menganut
agama. Ini bukan berarti bahwa
meng-kristenkan orang-orang Islam
itu sesuai dengan Pancasila.
Menyikapi insiden perusakan rumah
ibadah agama lain yang tentu
melukai perasaan penganut agama
yang bersangkutan, Natsir
berprinsip janganlah dilihat
persoalan itu dengan suatu
symptomatic approach semata atas
gejala yang kelihatan. Ia
menegaskan Islam punya kode
yang positif tentang toleransi
sesama umat beragama yang tidak
perlu dikhawatirkan oleh umat
beragama lain. Tetapi kalau umat
beragama lain yang unggul dalam
arti materiil dan intelektuil
memurtadkan orang-orang Islam
PAK NATSIR
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M54 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 55 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
menolak, tetapi tak pandai
membangun, yang hanya bisa
bilang “No” tapi tidak tahu apa
yang “Yes”. Kegelisahan yang
berkembang di tengah umat harus
disalurkan kepada pemikiran positif
berupa semangat bermusabaqah
berlomba-lomba untuk kebajikan.
Natsir mencontohkan; disana
mereka (non-muslim) mendirikan
Rumah Sakit atau Sekolah, maka
disini kita mendirikan pula Rumah
Sakit atau Sekolah dan lain-lain.
Dalam acara Silaturahim dan
Tasyakkur 24 Tahun Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia tahun 1991 di
Kramat Raya 45 Jakarta yang
dihadiri antara lain oleh Menteri
Agama Munawir Sjadzali dan Sekjen
Departemen Agama Tarmizi Taher,
Natsir menyampaikan taushiyah
yang direkam melalui video dari
Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo sebagai berikut;
“Dalam sejarah kita menyaksikan
sendiri, bahwa umat Islam sekalipun
menghadapi bermacam cobaan dan
terkadang sampai bercerai-berai,
tetap ada seruan Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah, yang mengajak
mereka kembali ke jalan yang
benar. Demikian dahulu, begitu
sekarang, dan demikian pula di
masa yang akan datang.”
Dalam bagian akhir pidatonya
Natsir mengajak keluarga besar
Dewan Dakwah dan umat Islam
umumnya agar memahami firman
Ilahi dalam Al Quran (QS Al Anbiya
ayat 35) bahwa sungguh Allah akan
menguji kita sekalian dengan
kesusahan dan kesenangan. Natsir
menggambarkan, “….yang satu tak
dapat dipisahkan dari yang lainnya.
Dua-duanya berjalan, bersamaan
atau berganti-ganti. Itulah arti
hidup. Maka marilah kita melihat
tiap-tiap persoalan yang kita hadapi
dari masa ke masa sekarang atau
yang akan datang, sebagai ujian,
sebagai ibtilaa' yang silih berganti.
Dan tidak usah kita
menyembunyikan diri daripadanya,
akan tetapi kita harus menghadapi
dengan iman. Dengan warisan
Rasulullah Saw, kitabullah wa
sunnatul Nabiyyin. Ada syair dari
Syauqi Beik, dalam rangka ini sama-
sama mengingatnya: Tegaklah
kamu selama hidup ini sebagai
mujahid mempertahankan
pendirianmu. Sebab sesungguhnya
yang dinamakan hidup itu tak lain
daripada aqidah dan jihad. Mudah-
mudahan demikianlah.” demikian
seruan Natsir dari kamar perawatan
Paviliun Khusus Swasta (PKS) RSUP
Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta.
Di kalangan koleganya sangat
dimaklumi bahwa kalau Natsir sakit,
beliau tidak masuk kantor (Dewan
Dakwah), tetapi kantorlah yang
masuk ke kamar sakit beliau. Natsir
sakit hanya untuk dokter saja, untuk
kawan-kawannya tetaplah Natsir
sebagaimana biasa. Bahkan dalam
perawatan di rumah sakit, beliau
masih memikirkan urusan umat.
Ketika dirawat terakhir di RSCM,
pada tanggal 15 November 1992
Natsir menerima Imam Besar
Masjid Zagreb, Kroasia, Dr.
Mustafa Ceric yang datang ke
Indonesia dalam rangka meminta
dukungan negara-negara muslim
untuk perjuangan menghadapi
konflik yang sedang melanda
negerinya.
Tokoh Internasional
Salah seorang pejabat KBRI di
Jeddah Arab Saudi bercerita kepada
K.H. Hasan Basri. Pada waktu
Menteri Luar Negeri Dr. Soebandrio
tahun 1965 menunaikan ibadah
haji, sesudah berupaya akhirnya
dapat audiensi kepada Raja Faisal.
Soebandrio menyampaikan, Islam di
Indonesia berkembang pesat.
Tanggapan Raja Faisal, “Kenapa
Saudara tahan Mohammad Natsir?
Saudara tahu, Mohammad Natsir
bukan saja pemimpin umat Islam
Indonesia, tetapi pemimpin umat
Islam dunia ini!”
Natsir dihargai di luar negeri
sebagai salah seorang pemimpin
alam Islami abad XX. Pernah dalam
suatu acara resepsi kenegaraan di
Jakarta untuk menghormati
kunjungan Raja Faisal dari Arab
Saudi, Raja Faisal berdiri untuk
mencari tahu apakah Natsir hadir
atau tidak. Hal itu sebagaimana
diutarakan oleh K.H. Achmad
Sjaichu, Presiden Dewan Pusat
Organisasi Islam Asia Afrika (OIAA).
Muktamar Alam Islami (World
Moslem Congress) yang berpusat di
Karachi Pakistan sejak 1967
memercayakan jabatan Wakil
Presiden kongres Islam sedunia itu
kepada Mohammad Natsir yang
dijabatnya sampai wafat. Natsir
sejak 1969 menjadi anggota inti
atau Majelis Ta'sisi Rabithah Alam
Islami yang berpusat di Mekkah.
Pada 1976 Natsir menjadi Anggota
pendiri Dewan Masjid se Dunia
yang berkedudukan di kota suci
Mekkah. Selain itu beliau pernah
diusulkan menjadi Sekretaris
Jenderal Organisasi Konferensi
Islam (OKI) tapi tidak mendapat
persetujuan pemerintah Indonesia.
Penghargaan luar negeri yang
diterima Natsir, di antaranya
Bintang Kehormatan dari Republik
Tunisia (1957) atas jasa-jasanya
membantu perjuangan
kemerdekaan negara-negara Islam
di Afrika Utara. Presiden Aljazair
pada tahun 2005 menganugerahkan
Bintang Penghargaan atas jasa-jasa
almarhum Mohammad Natsir
membantu perjuangan
kemerdekaan Aljazair.
Sekitar tahun 1957 Natsir
didaulat sebagai Anggota Dewan
Kurator International Islamic
University Islamabad Pakistan.
Selain itu pada 1986 Natsir menjadi
Anggota Dewan Pendiri Al-Haiah Al
Khairiyah Al Islamiyah Al Alamiyah
(International Islamic Charitable
Organization) yang berpusat di
Kuwait. Natsir tercatat sebagai
pendiri Oxford Islamic Studies di
London Inggris tahun 1987. Pada
tahun 1967 Universitas Islam
Libanon menganugerahkan gelar
Doctor Honoris Causa di bidang
politik Islam kepada Mohammad
Natsir.
Pada tanggal 12 Februari 1980
Lembaga Hadiah Internasional
Malik Faisal (King Faisal
Foundation) Saudi Arabia
menganugerahkan Penghargaan
Internasional Malik Faisal (Faisal
Award) kepada Mohammad Natsir
atas jasa-jasanya di bidang
pengkhidmatan kepada Dunia
Islam. Penghargaan diserahkan
langsung oleh Pangeran Fahd
kepada Natsir dalam suatu acara
resmi di Riyadh, ibukota Arab Saudi.
Sewaktu acara penerimaan
penghargaan internasional tersebut
Natsir menyampaikan pidato antara
lain menyatakan, ”Sekarang kita
menghadapi tantangan, setelah
negara-negara kita merdeka. Sebab
tujuan kita bukan hanya sekadar
merdeka politis semata-mata.
Tetapi adalah benar-benar kembali
kepada Allah dan kembali kepada
Islam, baik bentuk, isi, tingkah laku
maupun komitmen. Kita tidak akan
berkecil hati menghadapi
tantangan-tantangan itu. Sebab
yang menimbulkan tantangan-
tantangan tersebut terperosok
dalam kegelapan. Dan ini
hendaknya menjadi pendorong bagi
kita untuk menyampaikan kepada
mereka 'nur' yang telah
dianugerahkan Allah kepada kita.
Nur yang menerangi kegelapan.
Dan di bawah nur ini urusan dunia
dan akhirat menjadi baik. Itulah nur
Islam.”
Dalam wawancara dengan
majalah Panji Masyarakat No 540,
28 Mei 1987, Natsir
mengungkapkan rasa optimisnya
akan hari depan Islam di Indonesia:
“Saya tokh masih melihat hari
depan bagi Islam di Indonesia
sekarang ini, keadaan untuk
mendalami dan menghayati Islam
semakin meluas dan meningkat.
Tidak terbatas pada kalangan
masyarakat awam, tetapi juga di
kalangan birokrasi dan terutama
kalangan intelektual. Kajian-kajian
tentang Islam dengan berbagai
aspeknya semakin banyak diadakan.
Buku-buku tentang Islam dalam
kaitannya dengan soal-soal politik,
ekonomi, sosial dan budaya makin
banyak diterjemahkan dalam
berbagai bahasa. Padahal orang
dulu begitu skeptis dan tidak yakin
bahwa Islam pun mempunyai
konsep di bidang ekonomi.
Sekarang mereka yang skeptis tak
bisa bicara lagi. Yang lebih
menggembirakan, gairah hidup
beragama itu sebagian besar justru
dimotori oleh angkatan muda dan
kalangan ulul albab.”
Natsir sangat mendukung dan
menganjurkan pendirian bank yang
beroperasi berdasar prinsip syariah
di Indonesia. Sebagaimana
diceritakan oleh salah satu tokoh
penggagas Bank Muamalat, bank
syariah pertama, yaitu Karnaen A.
Perwataatmaja kepada saya
beberapa waktu lalu bahwa sekitar
tahun 1990 Karnaen menemui
Mohammad Natsir selaku Wakil
Presiden Muktamar Alam Islami
yang memiliki jaringan kerjasama
Dunia Islam. Setelah bertemu Natsir
barulah Karnaen datang ke Presiden
IDB (Islamic Development Bank)
Ahmed Mohammad Ali di Jeddah
untuk mendapatkan dukungan
pemikiran dan sebagainya.
Dalam tahun-tahun terakhir
hidupnya, seperti diungkap George
Mc Turnan Kahin dalam tulisan
pada buku M. Natsir Sumbangan
dan Pemikirannya Untuk Indonesia
(Anwar Harjono dkk), Natsir sedih
dan prihatin melihat kondisi
negerinya. Bukan hanya karena
melihat pemerintah waktu itu yang
otoriter, juga karena menyaksikan
masyarakat yang semakin
materialistis dan individualistis
akibat pola pembangunan yang
diikuti kian melebarnya jurang
pemisah antara si kaya dan si
miskin.
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M54 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 55 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
menolak, tetapi tak pandai
membangun, yang hanya bisa
bilang “No” tapi tidak tahu apa
yang “Yes”. Kegelisahan yang
berkembang di tengah umat harus
disalurkan kepada pemikiran positif
berupa semangat bermusabaqah
berlomba-lomba untuk kebajikan.
Natsir mencontohkan; disana
mereka (non-muslim) mendirikan
Rumah Sakit atau Sekolah, maka
disini kita mendirikan pula Rumah
Sakit atau Sekolah dan lain-lain.
Dalam acara Silaturahim dan
Tasyakkur 24 Tahun Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia tahun 1991 di
Kramat Raya 45 Jakarta yang
dihadiri antara lain oleh Menteri
Agama Munawir Sjadzali dan Sekjen
Departemen Agama Tarmizi Taher,
Natsir menyampaikan taushiyah
yang direkam melalui video dari
Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo sebagai berikut;
“Dalam sejarah kita menyaksikan
sendiri, bahwa umat Islam sekalipun
menghadapi bermacam cobaan dan
terkadang sampai bercerai-berai,
tetap ada seruan Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah, yang mengajak
mereka kembali ke jalan yang
benar. Demikian dahulu, begitu
sekarang, dan demikian pula di
masa yang akan datang.”
Dalam bagian akhir pidatonya
Natsir mengajak keluarga besar
Dewan Dakwah dan umat Islam
umumnya agar memahami firman
Ilahi dalam Al Quran (QS Al Anbiya
ayat 35) bahwa sungguh Allah akan
menguji kita sekalian dengan
kesusahan dan kesenangan. Natsir
menggambarkan, “….yang satu tak
dapat dipisahkan dari yang lainnya.
Dua-duanya berjalan, bersamaan
atau berganti-ganti. Itulah arti
hidup. Maka marilah kita melihat
tiap-tiap persoalan yang kita hadapi
dari masa ke masa sekarang atau
yang akan datang, sebagai ujian,
sebagai ibtilaa' yang silih berganti.
Dan tidak usah kita
menyembunyikan diri daripadanya,
akan tetapi kita harus menghadapi
dengan iman. Dengan warisan
Rasulullah Saw, kitabullah wa
sunnatul Nabiyyin. Ada syair dari
Syauqi Beik, dalam rangka ini sama-
sama mengingatnya: Tegaklah
kamu selama hidup ini sebagai
mujahid mempertahankan
pendirianmu. Sebab sesungguhnya
yang dinamakan hidup itu tak lain
daripada aqidah dan jihad. Mudah-
mudahan demikianlah.” demikian
seruan Natsir dari kamar perawatan
Paviliun Khusus Swasta (PKS) RSUP
Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta.
Di kalangan koleganya sangat
dimaklumi bahwa kalau Natsir sakit,
beliau tidak masuk kantor (Dewan
Dakwah), tetapi kantorlah yang
masuk ke kamar sakit beliau. Natsir
sakit hanya untuk dokter saja, untuk
kawan-kawannya tetaplah Natsir
sebagaimana biasa. Bahkan dalam
perawatan di rumah sakit, beliau
masih memikirkan urusan umat.
Ketika dirawat terakhir di RSCM,
pada tanggal 15 November 1992
Natsir menerima Imam Besar
Masjid Zagreb, Kroasia, Dr.
Mustafa Ceric yang datang ke
Indonesia dalam rangka meminta
dukungan negara-negara muslim
untuk perjuangan menghadapi
konflik yang sedang melanda
negerinya.
Tokoh Internasional
Salah seorang pejabat KBRI di
Jeddah Arab Saudi bercerita kepada
K.H. Hasan Basri. Pada waktu
Menteri Luar Negeri Dr. Soebandrio
tahun 1965 menunaikan ibadah
haji, sesudah berupaya akhirnya
dapat audiensi kepada Raja Faisal.
Soebandrio menyampaikan, Islam di
Indonesia berkembang pesat.
Tanggapan Raja Faisal, “Kenapa
Saudara tahan Mohammad Natsir?
Saudara tahu, Mohammad Natsir
bukan saja pemimpin umat Islam
Indonesia, tetapi pemimpin umat
Islam dunia ini!”
Natsir dihargai di luar negeri
sebagai salah seorang pemimpin
alam Islami abad XX. Pernah dalam
suatu acara resepsi kenegaraan di
Jakarta untuk menghormati
kunjungan Raja Faisal dari Arab
Saudi, Raja Faisal berdiri untuk
mencari tahu apakah Natsir hadir
atau tidak. Hal itu sebagaimana
diutarakan oleh K.H. Achmad
Sjaichu, Presiden Dewan Pusat
Organisasi Islam Asia Afrika (OIAA).
Muktamar Alam Islami (World
Moslem Congress) yang berpusat di
Karachi Pakistan sejak 1967
memercayakan jabatan Wakil
Presiden kongres Islam sedunia itu
kepada Mohammad Natsir yang
dijabatnya sampai wafat. Natsir
sejak 1969 menjadi anggota inti
atau Majelis Ta'sisi Rabithah Alam
Islami yang berpusat di Mekkah.
Pada 1976 Natsir menjadi Anggota
pendiri Dewan Masjid se Dunia
yang berkedudukan di kota suci
Mekkah. Selain itu beliau pernah
diusulkan menjadi Sekretaris
Jenderal Organisasi Konferensi
Islam (OKI) tapi tidak mendapat
persetujuan pemerintah Indonesia.
Penghargaan luar negeri yang
diterima Natsir, di antaranya
Bintang Kehormatan dari Republik
Tunisia (1957) atas jasa-jasanya
membantu perjuangan
kemerdekaan negara-negara Islam
di Afrika Utara. Presiden Aljazair
pada tahun 2005 menganugerahkan
Bintang Penghargaan atas jasa-jasa
almarhum Mohammad Natsir
membantu perjuangan
kemerdekaan Aljazair.
Sekitar tahun 1957 Natsir
didaulat sebagai Anggota Dewan
Kurator International Islamic
University Islamabad Pakistan.
Selain itu pada 1986 Natsir menjadi
Anggota Dewan Pendiri Al-Haiah Al
Khairiyah Al Islamiyah Al Alamiyah
(International Islamic Charitable
Organization) yang berpusat di
Kuwait. Natsir tercatat sebagai
pendiri Oxford Islamic Studies di
London Inggris tahun 1987. Pada
tahun 1967 Universitas Islam
Libanon menganugerahkan gelar
Doctor Honoris Causa di bidang
politik Islam kepada Mohammad
Natsir.
Pada tanggal 12 Februari 1980
Lembaga Hadiah Internasional
Malik Faisal (King Faisal
Foundation) Saudi Arabia
menganugerahkan Penghargaan
Internasional Malik Faisal (Faisal
Award) kepada Mohammad Natsir
atas jasa-jasanya di bidang
pengkhidmatan kepada Dunia
Islam. Penghargaan diserahkan
langsung oleh Pangeran Fahd
kepada Natsir dalam suatu acara
resmi di Riyadh, ibukota Arab Saudi.
Sewaktu acara penerimaan
penghargaan internasional tersebut
Natsir menyampaikan pidato antara
lain menyatakan, ”Sekarang kita
menghadapi tantangan, setelah
negara-negara kita merdeka. Sebab
tujuan kita bukan hanya sekadar
merdeka politis semata-mata.
Tetapi adalah benar-benar kembali
kepada Allah dan kembali kepada
Islam, baik bentuk, isi, tingkah laku
maupun komitmen. Kita tidak akan
berkecil hati menghadapi
tantangan-tantangan itu. Sebab
yang menimbulkan tantangan-
tantangan tersebut terperosok
dalam kegelapan. Dan ini
hendaknya menjadi pendorong bagi
kita untuk menyampaikan kepada
mereka 'nur' yang telah
dianugerahkan Allah kepada kita.
Nur yang menerangi kegelapan.
Dan di bawah nur ini urusan dunia
dan akhirat menjadi baik. Itulah nur
Islam.”
Dalam wawancara dengan
majalah Panji Masyarakat No 540,
28 Mei 1987, Natsir
mengungkapkan rasa optimisnya
akan hari depan Islam di Indonesia:
“Saya tokh masih melihat hari
depan bagi Islam di Indonesia
sekarang ini, keadaan untuk
mendalami dan menghayati Islam
semakin meluas dan meningkat.
Tidak terbatas pada kalangan
masyarakat awam, tetapi juga di
kalangan birokrasi dan terutama
kalangan intelektual. Kajian-kajian
tentang Islam dengan berbagai
aspeknya semakin banyak diadakan.
Buku-buku tentang Islam dalam
kaitannya dengan soal-soal politik,
ekonomi, sosial dan budaya makin
banyak diterjemahkan dalam
berbagai bahasa. Padahal orang
dulu begitu skeptis dan tidak yakin
bahwa Islam pun mempunyai
konsep di bidang ekonomi.
Sekarang mereka yang skeptis tak
bisa bicara lagi. Yang lebih
menggembirakan, gairah hidup
beragama itu sebagian besar justru
dimotori oleh angkatan muda dan
kalangan ulul albab.”
Natsir sangat mendukung dan
menganjurkan pendirian bank yang
beroperasi berdasar prinsip syariah
di Indonesia. Sebagaimana
diceritakan oleh salah satu tokoh
penggagas Bank Muamalat, bank
syariah pertama, yaitu Karnaen A.
Perwataatmaja kepada saya
beberapa waktu lalu bahwa sekitar
tahun 1990 Karnaen menemui
Mohammad Natsir selaku Wakil
Presiden Muktamar Alam Islami
yang memiliki jaringan kerjasama
Dunia Islam. Setelah bertemu Natsir
barulah Karnaen datang ke Presiden
IDB (Islamic Development Bank)
Ahmed Mohammad Ali di Jeddah
untuk mendapatkan dukungan
pemikiran dan sebagainya.
Dalam tahun-tahun terakhir
hidupnya, seperti diungkap George
Mc Turnan Kahin dalam tulisan
pada buku M. Natsir Sumbangan
dan Pemikirannya Untuk Indonesia
(Anwar Harjono dkk), Natsir sedih
dan prihatin melihat kondisi
negerinya. Bukan hanya karena
melihat pemerintah waktu itu yang
otoriter, juga karena menyaksikan
masyarakat yang semakin
materialistis dan individualistis
akibat pola pembangunan yang
diikuti kian melebarnya jurang
pemisah antara si kaya dan si
miskin.
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M56 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR PAK NATSIR
Pada tahun 1991 Universitas
Kebangsaan Malaysia dan
Universitas Sains dan Teknologi
Penang Malaysia menyampaikan
rencana penganugerahan gelar
Doctor Honoris Causa kepada
Mohammad Natsir. Karena Natsir
dicekal ke luar negeri dan
disebabkan faktor kesehatannya,
direncanakan penerimaan Doktor
HC diwakili oleh Ir. A.M. Luthfi dari
Dewan Dakwah yang akan
membacakan orasi ilmiah Natsir.
Ternyata pemerintah melalui Duta
Besar RI di Kuala Lumpur telah
melobi pihak universitas di Malaysia
supaya pemberian penghargaan
kepada Natsir dilakukan tidak
dengan upacara, tetapi secara
simbolis saja.
Dalam tahun yang sama datang
tawaran dari Raja Fadh di Arab
Saudi supaya Natsir berobat di Arab
Saudi dan tawaran dari Prof. Futaki
pimpinan Royal Islamic Hospital
yang meminta Natsir berobat ke
Jepang. Semua tawaran jasa baik
tersebut tidak terlaksana karena
Natsir dicekal tidak boleh pergi ke
luar negeri oleh penguasa Orde
Baru.
Mengantar Ke Peristirahatan
Terakhir
Jum'at pagi 5 Februari 1993 saya
menjenguk Pak Natsir yang dirawat
di lantai 2 ruang ICU (Intensive Care
Unit) RSUP Dr. Cipto Mangunkusu-
mo Jakarta. Saya berdiri cukup lama
di sisi kanan tempat tidur Pak
Natsir. Perasaan haru tak dapat
dilukiskan dengan kata-kata,
terbayang pengabdian, perjuangan
dan jasa-jasa beliau yang begitu
besar terhadap bangsa dan negara
Republik Indonesia serta Dunia
Islam. Saat itu salah seorang putri
Pak Natsir (kalau tidak salah, Ibu
Asma Farida) juga berdiri di
samping beliau. Saya menatap
wajah Pak Natsir yang terbaring
dengan bantuan alat-alat
perawatan ICU. Pernafasannya
dibantu respirator dan kesadaran
beliau ketika itu hampir-hampir
tidak terdeteksi. Tapi beliau masih
bisa menggerak-gerakkan kedua
tangannya. Di telinganya dipasang
walkmen untuk memperdengarkan
bacaan ayat suci Al-Qur'an.
Esok malamnya (Sabtu) siaran
Dunia Dalam Berita TVRI
menyiarkan berita duka mantan
Perdana Menteri dan mantan
Menteri Penerangan RI Mohammad
Natsir meninggal dunia. Meski
sehari sebelumnya saya melihat
langsung keadaan Pak Natsir di
rumah sakit, namun berita
kepergian beliau untuk selama-
lamanya tetap mengejutkan.
Pak Natsir menghembuskan
nafasnya yang terakhir Sabtu 6
Februari 1993 – 14 Sya'ban 1413
tepat waktu dzuhur pukul 12.10
WIB di ruang ICU RSUP Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta dalam usia
84 tahun. Meninggalnya Pak Natsir
menandai habisnya generasi
pemimpin pendiri Republik
Indonesia yang telah dipanggil
Tuhan satu per satu.
Setelah jenazah almarhum Pak
Natsir disemayamkan di kediaman-
nya, tidak terhitung banyaknya
tokoh masyarakat, warga ibukota
dan sekitarnya yang bertakziyah ke
rumah duka di Jln. HOS
Cokrominoto 46 Menteng, Jakarta
Pusat. Di antara karangan bunga
tanda turut berduka cita terdapat
karangan bunga dari Presiden
Soeharto. Beberapa Menteri Kabinet
Pembangunan V dan mantan
menteri datang melayat ke rumah
Pak Natsir.
Sewaktu pelepasan jenazah di
kediaman almarhum Ahad pagi 7
Februari 1993, Jenderal TNI (Purn)
Dr. A. H. Nasution, mantan Menko
Hankam/KSAB dan mantan Ketua
MPRS menyampaikan pidato. Pak
Nas mengatakan bahwa yang pergi
ini adalah pejuang besar, pejuang
nasional dan pejuang umat yang
tidak banyak taranya di masa
sekarang. Setelah itu jenazah
dibawa ke Masjid Al-Furqan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
Jln. Kramat Raya 45 Jakarta Pusat
untuk dishalatkan. Ribuan jamaah
kaum muslimin tua dan muda
menshalatkan jenazah Pak Natsir.
Dalam kesempatan itu tokoh ulama
pejuang K.H.M. Rusjad Nur-
din,Ketua DDII Perwakilan Jawa
Barat, menyampaikan pidato perpi-
sahan yang cukup mengharukan.
Pemakaman jenazah Pak Natsir
di TPU Karet Jakarta Pusat diantar
oleh begitu banyak orang. Di TPU
Karet ribuan pelayat telah hadir
menunggu datangnya mobil
jenazah. Hujan yang mengguyur
kota Jakarta dari pagi tidak
menghalangi ribuan pelayat untuk
hadir memberi penghormatan
terakhir kepada almarhum Pak
Natsir yang mereka cintai. Sesuai
wasiatnya, jenazah Pak Natsir
dimakamkan di samping makam
istri beliau Ummi Puti Nurnahar
yang meninggal 21 Juli 1991.
Mendadak hujan reda ketika
jenazah diturunkan ke liang lahat.
Saya larut dalam perasaan haru
menyaksikan pemakaman tokoh
panutan yang semasa hidupnya
turut menuliskan sejarah Republik
Indonesia.
Saya melihat di antara tokoh
yang hadir di pemakaman antara
lain: Wakil Ketua MPR/DPR-RI
Ismael Hasan Metareum, Ketua
Umum MUI K.H. Hasan Basri yang
memimpin doa untuk almarhum,
Menteri Perhubungan Ir. Azwar
Anas, mantan Gubernur DKI Jakarta
Ali Sadikin, mantan Gubernur
Sumatera Barat dan mantan
Menteri Tenaga Kerja & Transmi-
grasi Prof. Harun Zain, Menteri
Koperasi Busthanil Arifin, tokoh pers
Mochtar Lubis, dan lain-lain.
Menteri Agama Munawir Sjadzali
urung memberi kata sambutan
karena susah mendekat ke pusara
disebabkan banyaknya pelayat yang
menghadiri pemakaman Pak Natsir.
Sewaktu berjalan meninggalkan
lokasi pemakaman, saya berpa-
pasan dengan K.H. Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) yang baru sampai
di pekuburan Pak Natsir.
Saya ingin mengutip sambutan
H. Ismail Hasan Metareum, Wakil
Ketua MPR/DPR-RI 1992 – 1997 di
pemakaman Pak Natsir, “Sekali lagi
saya tegaskan, kita semua adalah
saksi hidup, bahkan dunia menjadi
saksi bahwa Pak Natsir adalah
pejuang yang ikhlas. Pejuang yang
tidak mengenal waktu. Pejuang
yang tidak mementingkan diri
sendiri. Pejuang yang telah
mengorbankan seluruh tenaga dan
pikirannya dari remaja sampai akhir
hayatnya untuk kepentingan umat,
bangsa dan negara.”
Mantan Perdana Menteri Jepang
Takeo Fukuda mengirim surat.
belasungkawa atas wafatnya
Mohammad Natsir. Dalam suratnya
tertanggal Tokyo 8 Februari 1993
Takeo Fakuda menyatakan, “Ketika
menerima berita tersebut terasa
lebih dahsyat dari jatuhnya bom
atom di Hiroshima, karena kita
kehilangan pemimpin dunia, dan
pemimpin besar Dunia Islam.
Peranan beliau masih sangat
dibutuhkan dalam usaha
mengkordinasikan dunia yang
stabil,” tulisnya.
Sebagai ulama dan tokoh
intelektual Pak Natsir meninggalkan
warisan karya berupa buku antara
lain: Marilah Shalat (ditulis dalam
bahasa Belanda, judul asli Komt Tot
Het Gebed), Golden Rebels Uitden
Qur'an (Kalimat Emas Dari Al
Quran), De Islamietishe Vrouven
Haar Recht (Hak-Hak Perempuan),
Capita Selecta (3 Jilid), Islam dan
Akal Merdeka, Fiqhud Da'wah,
Tinjauan Hidup, Kebudayaan Islam,
Islam dan Kristen Di Indonesia, Di
Bawah Naungan Risalah,
Sumbangan Islam Bagi Perdamaian
Dunia, Kumpulan Khutbah Hari
Raya, Kode dan Etik Da'wah,
Ummat Islam Di Persimpangan
Jalan, Berbahagialah Perintis,
Mempersatukan Umat, World Of
Islam Festival Dalam Perspektif
Sejarah, Mencari Modus Vivendi
Antar Ummat Beragama Di
Indonesia, Dunia Islam Dari Masa
Ke Masa, Indonesia Di
Persimpangan Jalan dan lain-lain.
Selain ceramah dan khutbahnya
yang selalu ditunggu umat, Pak
Natsir banyak menulis artikel yang
tersebar di berbagai majalah.
Pada tanggal 7 November 2008
pemerintah menganugerahkan
gelar Pahlawan Nasional kepada
almarhum Mohammad Natsir.
Sebelumnya pada 6 November 1998
pemerintah menganugerahkan
Bintang Republik Indonesia
Adipradana. Semua penghargaan
tersebut tidak pernah ia saksikan,
karena diberikan setelah beliau
meninggal dunia.
Semoga Allah Swt mengarunia-
kan surga dan ridha-Nya kepada
allahu yarham Mohammad
Natsir.[]
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 57 MAN TAZAKKA
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M56 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR PAK NATSIR
Pada tahun 1991 Universitas
Kebangsaan Malaysia dan
Universitas Sains dan Teknologi
Penang Malaysia menyampaikan
rencana penganugerahan gelar
Doctor Honoris Causa kepada
Mohammad Natsir. Karena Natsir
dicekal ke luar negeri dan
disebabkan faktor kesehatannya,
direncanakan penerimaan Doktor
HC diwakili oleh Ir. A.M. Luthfi dari
Dewan Dakwah yang akan
membacakan orasi ilmiah Natsir.
Ternyata pemerintah melalui Duta
Besar RI di Kuala Lumpur telah
melobi pihak universitas di Malaysia
supaya pemberian penghargaan
kepada Natsir dilakukan tidak
dengan upacara, tetapi secara
simbolis saja.
Dalam tahun yang sama datang
tawaran dari Raja Fadh di Arab
Saudi supaya Natsir berobat di Arab
Saudi dan tawaran dari Prof. Futaki
pimpinan Royal Islamic Hospital
yang meminta Natsir berobat ke
Jepang. Semua tawaran jasa baik
tersebut tidak terlaksana karena
Natsir dicekal tidak boleh pergi ke
luar negeri oleh penguasa Orde
Baru.
Mengantar Ke Peristirahatan
Terakhir
Jum'at pagi 5 Februari 1993 saya
menjenguk Pak Natsir yang dirawat
di lantai 2 ruang ICU (Intensive Care
Unit) RSUP Dr. Cipto Mangunkusu-
mo Jakarta. Saya berdiri cukup lama
di sisi kanan tempat tidur Pak
Natsir. Perasaan haru tak dapat
dilukiskan dengan kata-kata,
terbayang pengabdian, perjuangan
dan jasa-jasa beliau yang begitu
besar terhadap bangsa dan negara
Republik Indonesia serta Dunia
Islam. Saat itu salah seorang putri
Pak Natsir (kalau tidak salah, Ibu
Asma Farida) juga berdiri di
samping beliau. Saya menatap
wajah Pak Natsir yang terbaring
dengan bantuan alat-alat
perawatan ICU. Pernafasannya
dibantu respirator dan kesadaran
beliau ketika itu hampir-hampir
tidak terdeteksi. Tapi beliau masih
bisa menggerak-gerakkan kedua
tangannya. Di telinganya dipasang
walkmen untuk memperdengarkan
bacaan ayat suci Al-Qur'an.
Esok malamnya (Sabtu) siaran
Dunia Dalam Berita TVRI
menyiarkan berita duka mantan
Perdana Menteri dan mantan
Menteri Penerangan RI Mohammad
Natsir meninggal dunia. Meski
sehari sebelumnya saya melihat
langsung keadaan Pak Natsir di
rumah sakit, namun berita
kepergian beliau untuk selama-
lamanya tetap mengejutkan.
Pak Natsir menghembuskan
nafasnya yang terakhir Sabtu 6
Februari 1993 – 14 Sya'ban 1413
tepat waktu dzuhur pukul 12.10
WIB di ruang ICU RSUP Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta dalam usia
84 tahun. Meninggalnya Pak Natsir
menandai habisnya generasi
pemimpin pendiri Republik
Indonesia yang telah dipanggil
Tuhan satu per satu.
Setelah jenazah almarhum Pak
Natsir disemayamkan di kediaman-
nya, tidak terhitung banyaknya
tokoh masyarakat, warga ibukota
dan sekitarnya yang bertakziyah ke
rumah duka di Jln. HOS
Cokrominoto 46 Menteng, Jakarta
Pusat. Di antara karangan bunga
tanda turut berduka cita terdapat
karangan bunga dari Presiden
Soeharto. Beberapa Menteri Kabinet
Pembangunan V dan mantan
menteri datang melayat ke rumah
Pak Natsir.
Sewaktu pelepasan jenazah di
kediaman almarhum Ahad pagi 7
Februari 1993, Jenderal TNI (Purn)
Dr. A. H. Nasution, mantan Menko
Hankam/KSAB dan mantan Ketua
MPRS menyampaikan pidato. Pak
Nas mengatakan bahwa yang pergi
ini adalah pejuang besar, pejuang
nasional dan pejuang umat yang
tidak banyak taranya di masa
sekarang. Setelah itu jenazah
dibawa ke Masjid Al-Furqan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
Jln. Kramat Raya 45 Jakarta Pusat
untuk dishalatkan. Ribuan jamaah
kaum muslimin tua dan muda
menshalatkan jenazah Pak Natsir.
Dalam kesempatan itu tokoh ulama
pejuang K.H.M. Rusjad Nur-
din,Ketua DDII Perwakilan Jawa
Barat, menyampaikan pidato perpi-
sahan yang cukup mengharukan.
Pemakaman jenazah Pak Natsir
di TPU Karet Jakarta Pusat diantar
oleh begitu banyak orang. Di TPU
Karet ribuan pelayat telah hadir
menunggu datangnya mobil
jenazah. Hujan yang mengguyur
kota Jakarta dari pagi tidak
menghalangi ribuan pelayat untuk
hadir memberi penghormatan
terakhir kepada almarhum Pak
Natsir yang mereka cintai. Sesuai
wasiatnya, jenazah Pak Natsir
dimakamkan di samping makam
istri beliau Ummi Puti Nurnahar
yang meninggal 21 Juli 1991.
Mendadak hujan reda ketika
jenazah diturunkan ke liang lahat.
Saya larut dalam perasaan haru
menyaksikan pemakaman tokoh
panutan yang semasa hidupnya
turut menuliskan sejarah Republik
Indonesia.
Saya melihat di antara tokoh
yang hadir di pemakaman antara
lain: Wakil Ketua MPR/DPR-RI
Ismael Hasan Metareum, Ketua
Umum MUI K.H. Hasan Basri yang
memimpin doa untuk almarhum,
Menteri Perhubungan Ir. Azwar
Anas, mantan Gubernur DKI Jakarta
Ali Sadikin, mantan Gubernur
Sumatera Barat dan mantan
Menteri Tenaga Kerja & Transmi-
grasi Prof. Harun Zain, Menteri
Koperasi Busthanil Arifin, tokoh pers
Mochtar Lubis, dan lain-lain.
Menteri Agama Munawir Sjadzali
urung memberi kata sambutan
karena susah mendekat ke pusara
disebabkan banyaknya pelayat yang
menghadiri pemakaman Pak Natsir.
Sewaktu berjalan meninggalkan
lokasi pemakaman, saya berpa-
pasan dengan K.H. Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) yang baru sampai
di pekuburan Pak Natsir.
Saya ingin mengutip sambutan
H. Ismail Hasan Metareum, Wakil
Ketua MPR/DPR-RI 1992 – 1997 di
pemakaman Pak Natsir, “Sekali lagi
saya tegaskan, kita semua adalah
saksi hidup, bahkan dunia menjadi
saksi bahwa Pak Natsir adalah
pejuang yang ikhlas. Pejuang yang
tidak mengenal waktu. Pejuang
yang tidak mementingkan diri
sendiri. Pejuang yang telah
mengorbankan seluruh tenaga dan
pikirannya dari remaja sampai akhir
hayatnya untuk kepentingan umat,
bangsa dan negara.”
Mantan Perdana Menteri Jepang
Takeo Fukuda mengirim surat.
belasungkawa atas wafatnya
Mohammad Natsir. Dalam suratnya
tertanggal Tokyo 8 Februari 1993
Takeo Fakuda menyatakan, “Ketika
menerima berita tersebut terasa
lebih dahsyat dari jatuhnya bom
atom di Hiroshima, karena kita
kehilangan pemimpin dunia, dan
pemimpin besar Dunia Islam.
Peranan beliau masih sangat
dibutuhkan dalam usaha
mengkordinasikan dunia yang
stabil,” tulisnya.
Sebagai ulama dan tokoh
intelektual Pak Natsir meninggalkan
warisan karya berupa buku antara
lain: Marilah Shalat (ditulis dalam
bahasa Belanda, judul asli Komt Tot
Het Gebed), Golden Rebels Uitden
Qur'an (Kalimat Emas Dari Al
Quran), De Islamietishe Vrouven
Haar Recht (Hak-Hak Perempuan),
Capita Selecta (3 Jilid), Islam dan
Akal Merdeka, Fiqhud Da'wah,
Tinjauan Hidup, Kebudayaan Islam,
Islam dan Kristen Di Indonesia, Di
Bawah Naungan Risalah,
Sumbangan Islam Bagi Perdamaian
Dunia, Kumpulan Khutbah Hari
Raya, Kode dan Etik Da'wah,
Ummat Islam Di Persimpangan
Jalan, Berbahagialah Perintis,
Mempersatukan Umat, World Of
Islam Festival Dalam Perspektif
Sejarah, Mencari Modus Vivendi
Antar Ummat Beragama Di
Indonesia, Dunia Islam Dari Masa
Ke Masa, Indonesia Di
Persimpangan Jalan dan lain-lain.
Selain ceramah dan khutbahnya
yang selalu ditunggu umat, Pak
Natsir banyak menulis artikel yang
tersebar di berbagai majalah.
Pada tanggal 7 November 2008
pemerintah menganugerahkan
gelar Pahlawan Nasional kepada
almarhum Mohammad Natsir.
Sebelumnya pada 6 November 1998
pemerintah menganugerahkan
Bintang Republik Indonesia
Adipradana. Semua penghargaan
tersebut tidak pernah ia saksikan,
karena diberikan setelah beliau
meninggal dunia.
Semoga Allah Swt mengarunia-
kan surga dan ridha-Nya kepada
allahu yarham Mohammad
Natsir.[]
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 57 MAN TAZAKKA
Sebetulnya IOFI (International
Organisation of Flavour Industry)
telah memberikan guideline kepada
anggotanya dalam pembuatan
perisa (flavourings) ini (IOFI Exp
76/8, 1995-02-20).
Guideline ini merupakan aturan
dasar dalam Good Manufacturing
Practices untuk pembuatan perisa
halal. Aturan yang diterapkan dalam
pembuatan perisa halal adalah sbb:
· Tidak boleh menggunakan
ingredien yang berasal dari
hewan.
· Etanol tidak boleh ditambahkan
secara sengaja pada jumlah
berapapun.
· Bahan dasar yang mengandung
alkohol yang berasal dari
proses fermentasi alkohol
seperti cognac oil, fusel oil,
tidak boleh digunakan.
· Etanol yang digunakan sebagai
solven pengekstrak untuk
natural flavourings harus
dihilangkan sampai serendah
mungkin sisanya (to the lowest
level technologically possible).
· Etanol yang secara alami
terdapat dalam beberapa
bahan dasar (jus buah-buahan,
minyak atsiri, dll) adalah
sesuatu yang tidak dapat
dihindari dan dapat ditoleransi
keberadaannya.
· Perisa yang ditujukan untuk
pembuatan pangan halal tidak
boleh mengandung etanol
lebih dari 0.05% (500 ppm).
Apa Itu Flavor
Flavor atau perisa, adalah bahan
yang digunakan untuk
menghasilkan flavor (cita rasa)
tertentu pada produk pangan. Hal
ini dimaksudkan agar suatu produk
pangan memiliki flavor yang
diinginkan dengan intensitas bau
dan rasa yang sesuai.
Untuk tujuan tersebut maka mie
instant misalnya menggunakan
perisa dengan berbagai flavor
seperti flavor daging sapi, daging
ayam goreng, ayam bawang, bakso,
dll.
Banyak produk pangan lain juga
menggunakan perisa agar memiliki
flavor yang diinginkan seperti
produk ekstrusi seperti Chiki, sirup,
produk-produk susu seperti susu
rasa strawberry, yoghurt rasa moka,
dll.
Dengan demikian penggunaan
perisa ini sudah sangat meluas dan
umum dalam pembuatan produk
pangan.
Titik Kritis
Kekhawatiran ketidakhalalan
perisa dapat disebabkan beberapa
hal, yaitu: 1) pelarut yang
digunakan diantaranya etanol dan
gliserol, 2) bahan dasar
pembuatannya, 3) asal bahan dasar
yang digunakan.
Etanol tidak diperkenankan
digunakan sebagai pelarut akhir
komponen-komponen flavor
dengan alasan yang sudah
dikemukakan sebelumnya (lihat
artikel tinjauan kritis alkohol).
Sebagai gantinya dapat digunakan
propilen glikol, walaupun toksisitas
propilen glikol tidak lebih baik dari
alkohol. Gliserol yang digunakan
sebagai pelarut tidak boleh berasal
dari hasil hidrolisis lemak hewani,
untungnya secara komersial
kebanyakan gliserol merupakan
hasil sintesis organik dengan
menggunakan bahan dasar yang
berasal dari minyak bumi.
Untuk menghasilkan flavor
daging diperlukan base yang dibuat
dari hasil reaksi asam amino atau
protein hidrolisat, gula dan kadang-
kadang lemak atau turunannya.
Selain itu, pada waktu formulasi
untuk flavor daging ayam misalnya
(sering digunakan untuk mie instan,
sup ayam, kaldu ayam, produk
ekstrusi, dll), seringkali diperlukan
lemak ayam, sehingga perlu jelas
dari mana asalnya. Dalam
pembuatan flavor daging kadang
digunakan pula ekstrak daging
sehingga harus jelas pula jenis
daging dan cara penyembelihan
hewannya.
Dalam flavor dairy (susu,
mentega, keju, dll) diperlukan
bukan hanya bahan-bahan kimia
tunggal pembentuk aroma, tetapi
juga asam-asam lemak untuk
membentuk rasa dan mouthfeel.
Tentu saja perlu jelas dari mana
asam lemaknya.
Selain itu, banyak komponen
pembentuk aroma produk dairy
dibuat dengan cara enzimatis
dengan menggunakan lemak
sebagai substrat. Dengan demikian
baik substrat maupun enzimnya
harus jelas sumbernya, tidak
diperkenankan berasal dari babi
atau hewan yang disembelih tidak
secara Islami.
Yang sering menjadi masalah
adalah fusel oil dan turunannya.
Karena diperoleh dengan
memanfaatkan hasil samping
minuman beralkohol (khamar)
maka jelas fusel oil tidak
diperkenankan digunakan oleh
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M58 MAN TAZAKKA
HALAL HALAL
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 59 MAN TAZAKKA
engan kerjasama yang
Dbaik bersama para
stakeholder,
alhamdulillah, saat ini lebih dari
90% produk flavor dan fragran di
Indonesia telah disertifikasi halal
oleh LPPOM MUI, dan mendapat
fatwa halal dari Komisi Fatwa MUI.”
Demikian diungkapkan Direktur
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM MUI),
Lukmanul Hakim, dalam Silaturahim
Ramadhan LPPOM MUI bersama
para pimpinan Asosiasi Flavor dan
Fragran Indonesia (AFFI) di Gedung
Global Halal Center Bogor, 8 Juni
2017.
Lukman kemudian memaparkan
kilas balik proses evolusi dalam
sertifikasi halal, khususnya untuk
produk-produk flavor dan fragran.
Pada periode tahun 1996-97,
terjadi debat yang panjang dan
polemik yang kuat di media tentang
urgensi sertifikasi halal untuk
produk-produk flavor dan fragran,
perlu atau tidak. Hal ini terjadi,
terutama, lebih karena resistensi
dari kalangan pengusaha dan
industri flavor ketika itu.
Kontroversi itu agaknya
disebabkan pihak-pihak terkait
masih belum memahami secara
utuh tentang aspek halal. Padahal,
sejak tahun 1997, aspek dan
ketentuan halal telah diadopsi di
dalam Codex Alimentarius. Artinya,
ketentuan halal diterima secara
global sebagai satu aspek yang
penting dalam produksi pangan,
obat-obatan, dan kosmetika.
Alhamdulillah, Hampir
SemuaPerisa Halal
“
Sebetulnya IOFI (International
Organisation of Flavour Industry)
telah memberikan guideline kepada
anggotanya dalam pembuatan
perisa (flavourings) ini (IOFI Exp
76/8, 1995-02-20).
Guideline ini merupakan aturan
dasar dalam Good Manufacturing
Practices untuk pembuatan perisa
halal. Aturan yang diterapkan dalam
pembuatan perisa halal adalah sbb:
· Tidak boleh menggunakan
ingredien yang berasal dari
hewan.
· Etanol tidak boleh ditambahkan
secara sengaja pada jumlah
berapapun.
· Bahan dasar yang mengandung
alkohol yang berasal dari
proses fermentasi alkohol
seperti cognac oil, fusel oil,
tidak boleh digunakan.
· Etanol yang digunakan sebagai
solven pengekstrak untuk
natural flavourings harus
dihilangkan sampai serendah
mungkin sisanya (to the lowest
level technologically possible).
· Etanol yang secara alami
terdapat dalam beberapa
bahan dasar (jus buah-buahan,
minyak atsiri, dll) adalah
sesuatu yang tidak dapat
dihindari dan dapat ditoleransi
keberadaannya.
· Perisa yang ditujukan untuk
pembuatan pangan halal tidak
boleh mengandung etanol
lebih dari 0.05% (500 ppm).
Apa Itu Flavor
Flavor atau perisa, adalah bahan
yang digunakan untuk
menghasilkan flavor (cita rasa)
tertentu pada produk pangan. Hal
ini dimaksudkan agar suatu produk
pangan memiliki flavor yang
diinginkan dengan intensitas bau
dan rasa yang sesuai.
Untuk tujuan tersebut maka mie
instant misalnya menggunakan
perisa dengan berbagai flavor
seperti flavor daging sapi, daging
ayam goreng, ayam bawang, bakso,
dll.
Banyak produk pangan lain juga
menggunakan perisa agar memiliki
flavor yang diinginkan seperti
produk ekstrusi seperti Chiki, sirup,
produk-produk susu seperti susu
rasa strawberry, yoghurt rasa moka,
dll.
Dengan demikian penggunaan
perisa ini sudah sangat meluas dan
umum dalam pembuatan produk
pangan.
Titik Kritis
Kekhawatiran ketidakhalalan
perisa dapat disebabkan beberapa
hal, yaitu: 1) pelarut yang
digunakan diantaranya etanol dan
gliserol, 2) bahan dasar
pembuatannya, 3) asal bahan dasar
yang digunakan.
Etanol tidak diperkenankan
digunakan sebagai pelarut akhir
komponen-komponen flavor
dengan alasan yang sudah
dikemukakan sebelumnya (lihat
artikel tinjauan kritis alkohol).
Sebagai gantinya dapat digunakan
propilen glikol, walaupun toksisitas
propilen glikol tidak lebih baik dari
alkohol. Gliserol yang digunakan
sebagai pelarut tidak boleh berasal
dari hasil hidrolisis lemak hewani,
untungnya secara komersial
kebanyakan gliserol merupakan
hasil sintesis organik dengan
menggunakan bahan dasar yang
berasal dari minyak bumi.
Untuk menghasilkan flavor
daging diperlukan base yang dibuat
dari hasil reaksi asam amino atau
protein hidrolisat, gula dan kadang-
kadang lemak atau turunannya.
Selain itu, pada waktu formulasi
untuk flavor daging ayam misalnya
(sering digunakan untuk mie instan,
sup ayam, kaldu ayam, produk
ekstrusi, dll), seringkali diperlukan
lemak ayam, sehingga perlu jelas
dari mana asalnya. Dalam
pembuatan flavor daging kadang
digunakan pula ekstrak daging
sehingga harus jelas pula jenis
daging dan cara penyembelihan
hewannya.
Dalam flavor dairy (susu,
mentega, keju, dll) diperlukan
bukan hanya bahan-bahan kimia
tunggal pembentuk aroma, tetapi
juga asam-asam lemak untuk
membentuk rasa dan mouthfeel.
Tentu saja perlu jelas dari mana
asam lemaknya.
Selain itu, banyak komponen
pembentuk aroma produk dairy
dibuat dengan cara enzimatis
dengan menggunakan lemak
sebagai substrat. Dengan demikian
baik substrat maupun enzimnya
harus jelas sumbernya, tidak
diperkenankan berasal dari babi
atau hewan yang disembelih tidak
secara Islami.
Yang sering menjadi masalah
adalah fusel oil dan turunannya.
Karena diperoleh dengan
memanfaatkan hasil samping
minuman beralkohol (khamar)
maka jelas fusel oil tidak
diperkenankan digunakan oleh
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M58 MAN TAZAKKA
HALAL HALAL
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M 59 MAN TAZAKKA
engan kerjasama yang
Dbaik bersama para
stakeholder,
alhamdulillah, saat ini lebih dari
90% produk flavor dan fragran di
Indonesia telah disertifikasi halal
oleh LPPOM MUI, dan mendapat
fatwa halal dari Komisi Fatwa MUI.”
Demikian diungkapkan Direktur
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM MUI),
Lukmanul Hakim, dalam Silaturahim
Ramadhan LPPOM MUI bersama
para pimpinan Asosiasi Flavor dan
Fragran Indonesia (AFFI) di Gedung
Global Halal Center Bogor, 8 Juni
2017.
Lukman kemudian memaparkan
kilas balik proses evolusi dalam
sertifikasi halal, khususnya untuk
produk-produk flavor dan fragran.
Pada periode tahun 1996-97,
terjadi debat yang panjang dan
polemik yang kuat di media tentang
urgensi sertifikasi halal untuk
produk-produk flavor dan fragran,
perlu atau tidak. Hal ini terjadi,
terutama, lebih karena resistensi
dari kalangan pengusaha dan
industri flavor ketika itu.
Kontroversi itu agaknya
disebabkan pihak-pihak terkait
masih belum memahami secara
utuh tentang aspek halal. Padahal,
sejak tahun 1997, aspek dan
ketentuan halal telah diadopsi di
dalam Codex Alimentarius. Artinya,
ketentuan halal diterima secara
global sebagai satu aspek yang
penting dalam produksi pangan,
obat-obatan, dan kosmetika.
Alhamdulillah, Hampir
SemuaPerisa Halal
“
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M60 MAN TAZAKKA
HALAL
umat Islam.
Komponen utama fusel oil
diantaranya adalah isoamil alkohol,
isobutil alkohol, propanol dan
etanol. Isoamil akohol yang banyak
digunakan dalam pembuatan perisa
buah-buahan, banyak yang berasal
dari fusel oil ini. Celakanya lagi fusel
oil ini sering digunakan sebagai
bahan dasar dalam pembuatan
beberapa senyawa aroma lain
seperti berbagai jenis ester,
diantaranya adalah isoamil asetat.
Isoamil asetat juga banyak
digunakan dalam pembuatan flavor
buah-buahan.
Beberapa bahan flavor diperoleh
dari hewan, contohnya adalah civet
(dari kucing civet yang banyak
hidup di pegunungan Himalaya,
diambil dari mamary gland kucing
civet pada waktu hewan ini masih
hidup), musk oil (dari rusa hidup)
dan castoreum (dari hewan berang-
berang).
Walaupun sudah jarang
ditemukan dalam formulasi flavor,
akan tetapi kadang-kadang
penggunaan bahan flavor dari
hewani ini masih ditemukan pada
flavor yang dibuat dengan
menggunakan formula lama.
Apa yang telah disampaikan
adalah beberapa contoh saja. Jenis
flavor ini jumlahnya ratusan sampai
ribuan, terbuat dari ribuan senyawa
kimia bahan dasar, disamping
pelarut, pengemulsi, enkapsulan,
penstabil, dan aditif lainnya.
Bisa dibayangkan bagaimana
repotnya mengaudit kehalalan
bahan flavor ini, bukan pekerjaan
mudah dan kembali memerlukan
keahlian dan bekal pengetahuan
yang tinggi di bidang ini, tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang.
Alhamdulillah, kiprah LPPOM
MUI kini telah mengamankan
kondumen muslim dari cemaran
haram atas produk-produk
berperisa.[]
EDISI DZULQAIDAH 1439 H / AGUSTUS 2018 M60 MAN TAZAKKA
HALAL
umat Islam.
Komponen utama fusel oil
diantaranya adalah isoamil alkohol,
isobutil alkohol, propanol dan
etanol. Isoamil akohol yang banyak
digunakan dalam pembuatan perisa
buah-buahan, banyak yang berasal
dari fusel oil ini. Celakanya lagi fusel
oil ini sering digunakan sebagai
bahan dasar dalam pembuatan
beberapa senyawa aroma lain
seperti berbagai jenis ester,
diantaranya adalah isoamil asetat.
Isoamil asetat juga banyak
digunakan dalam pembuatan flavor
buah-buahan.
Beberapa bahan flavor diperoleh
dari hewan, contohnya adalah civet
(dari kucing civet yang banyak
hidup di pegunungan Himalaya,
diambil dari mamary gland kucing
civet pada waktu hewan ini masih
hidup), musk oil (dari rusa hidup)
dan castoreum (dari hewan berang-
berang).
Walaupun sudah jarang
ditemukan dalam formulasi flavor,
akan tetapi kadang-kadang
penggunaan bahan flavor dari
hewani ini masih ditemukan pada
flavor yang dibuat dengan
menggunakan formula lama.
Apa yang telah disampaikan
adalah beberapa contoh saja. Jenis
flavor ini jumlahnya ratusan sampai
ribuan, terbuat dari ribuan senyawa
kimia bahan dasar, disamping
pelarut, pengemulsi, enkapsulan,
penstabil, dan aditif lainnya.
Bisa dibayangkan bagaimana
repotnya mengaudit kehalalan
bahan flavor ini, bukan pekerjaan
mudah dan kembali memerlukan
keahlian dan bekal pengetahuan
yang tinggi di bidang ini, tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang.
Alhamdulillah, kiprah LPPOM
MUI kini telah mengamankan
kondumen muslim dari cemaran
haram atas produk-produk
berperisa.[]
REKENING LAZNAS DEWAN DA’WAH
Zakat
Infaq
Qurban
Kami siap menjemput, menghimpun dan menyalurkan zakat Anda.
Selamatkan dan Bangun
INDONESIAdengan
Dakwah
Waqaf Al-Qur’an
REKENING INFAQ CLUB
Bank Mega Syariah Indonesia 10 000 222 66(a.n LAZIS Dewan Da’wah QQ Infaq Club)
laznasdewandakwah.or.id
Bank Muamalat Indonesia 301 007 1845(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)
Bank Mega Syariah Indonesia 100 0000 312(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
Bank Syariah Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 700 132 7539BRI Syariah 100 123 87 48BNI Syariah 012 7544 426(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
BCA Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 001 100 200 2Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 7755 666BRI (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 0418 01000 150 303Bank Bukopin Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 8800 405 107BCA (a.n Dewan Dawah) 342 30388 09CIMB Niaga Syariah 86 000 422 9900(a.n. Yayasan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
Bank Muamalat Indonesia 301 007 1846(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)
Bank Syariah Mandiri 700 132 7733(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
BNI Syariah 018 446 3322(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
Bank Bukopin Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 8800 408 106Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 7766 333BCA (a.n Dewan Dawah) 342 304 8855
Bank Muamalat Indonesia 301 007 1856(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)
Bank Syariah Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 702 739 1917Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 588 1985
Kemanusiaan Bank Muamalat Indonesia 358 008 0008(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
BNI Syariah 018 446 2114(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
Bank Mega Syariah Indonesia 100 000 4108(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
WaqafBank Syariah Mandiri 70 777 555 88(a.n LAZIS Dewan Da'wah QQ Waqaf)
Kantor LAZNAS Dewan Da'wah Kebon Jeruk
BNI Syariah (a.n Lazis Dewan Da'wah) 828 661 661 6