materi evolusi 2
TRANSCRIPT
Makalah Kelompok Evolusi
“Manusia Sebagai Subjek Dan Objek Evolusi “
Disusun oleh :
Nama NPM
Anton Setiabudi 10321394
Bagas Rasid Sidiq 10321401
Sufi Nur Wahyuni 10321360
Tri Arifatus Solikha 10321465
Kelompok : 12
Prodi : Biologi B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang sampai saat ini
masih memberikan limpahan kasih dan sayang-Nya kepada kita. Sholawat teriring salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
dunia ini penuh ilmu pengetahuan dan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya dapat
menyelesaikan tugas kelompok ini.
Adapun pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memenuhi ketuntasan mata kuliah Evolusi yang berjudul “Manusia Sebagai Subjek Dan
Objek Evolusi”, tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan dorongan dan dukungan hingga terselesainya makalah ini dan kedua orang tua
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari predikat sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun, agar dalam penulisan makalah ini bisa lebih baik. Namun
demikian, kami berharap apa yang telah saya persembahkan dapat bermanfaat khususnya
bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Metro, Januari 2014
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori evolusi Darwin memang seolah menyimpulkan bahwa nenek moyang manusia
(kemungkinan besar) adalah monyet. Teori evolusi menekankan adanya perubahan
bentuk organ dan fisik manusia oleh karena seleksi alam, proses adaptasi, dan
kepentingan reproduksi dari mahluk hidup itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh
penemuan paleontologi atas fosil-fosil mahluk hidup yang usianya beratus-ratus
sampai berjuta tahun, yang jika disusun atau direkonstruksi ulang dalam bentuk anak
tangga seolah menunjukan adanya perubahan yang sedang mengarah pada kondisi
mahluk hidup sekarang ini, terkhusus manusia.
Manusia adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari
sistem alam semesta. Pandnagan ini berisikan pemikiran bahwa segala kebijakan yang
diambil mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasarkan manusia dan
kepentinganya. Karena pusat pemikiran adalah manusia, maka kebijakan terhadap
alam harus diarahkan untuk mengabdi pada kepentingan manusia.
Namun, salah satu kendala yang sulit dijawab oleh kaum evolusionist adalah
pertanyaan tentang kesadaran, rasionalitas, budaya, dan hati nurani manusia itu
sendiri. Apakah ini juga termasuk hasil dari evolusi? Inilah perdebatan yang sangat
sengit yang terjadi antara teologi dan evolusi itu sendiri. Pertanyaan ini seolah
membuat kaum teologi dapat bersorak menang karena kaum evolusionist tidak
mampu menjawabnya.
Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang tidak berdiri sebagai subjek. Ketika masing-
masing berdiri sebagai subjek, maka ia berhak untuk memiliki penilaian pribadi
tentang suatu objek. Penilaian ini murni subjektif, oleh karenanya tidak bisa
dipaksakan untuk diterapkan kepada orang lain atau diaplikasikan tanpa melihat
pandangan orang lain. Jika ingin diaplikasikan, hal yang paling mungkin untuk
dilakukan pertama kali adalah melalui proses perundingan untuk menghasilkan solusi
yang tidak merugikan kedua belah pihak.
Subjek yang berperan sebagai pengelola dalam pemanfaatan sumber daya alam,
menjaga lingkungan tetap lestari, harus diperhatikan tatanan/ tata cara lingkungan itu
sendiri. Dalam hal ini manusialah yang paling tepat sebagai pengelola karena manusia
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan organisme lain. Manusia dapat
merombak, memperbaiki, dan mengondisikan lingkungan seperti yang
dikehendakinya, seperti:
A. Manusia mampu berfikir serta meramalkan kemungkinan keadaan yang akan datang
B. Manusia dapat memiliki ilmu dan teknologi
C. Manusia memiliki akal dan budi sehingga dapat memilih hal-hal yang baik
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai subjek dan objek evolusi?
C. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui atau memahami manusia sebagai subjek dan objek
evolusi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Al-qur’an
Artinya :
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin
sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang
manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,
Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Maka bersujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. Ia enggan
ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu.” (Q.S. Al- Hijr ayat 26-31)
B. Manusia sebagai subjek dan objek evolusi
Manusia sungguh sangat bervariasi pendapatnya dalam memandang dirinya
sendiri. Ada pandangan yang ekstrim yang menyatakan bahwa manusia itu pada
hakekatnya tak ubahnya sebagai mahluk buas yang selalu haus darah. Oleh sebab itu
untuk menyelamatkan diri kehancuran harkat dan martabat manusia diperlukan
pemaksaan agar dapat mengendalikan gejolak emosi yang jahat ini. Pemaksaan ini
dalam perwujudannya adalah sebagai hukum yang berlaku dalam masyarakat
manusia. Pandangan ekstrim lain menyatakan bahwa asli manusia adalah mahluk
yang mulia dan merupakan anak cucu tuhan, hanya lingkunganlah yang memberikan
corak sifat-sifat manusia.
Thomas hobbes (1651) menulis bahwa kemunduran peri kemanusiaan karena
nafsu yang terus menerus ingin lebih berkuasa dari yang berkuasa. Nafsu ini hanya
akan berhenti pada saat kematiaan. Karena nafsu tersebut, telah menyebabkan
manusia adalah musuh sesama manusia, tak ada seni, tak ada susastra, tak ada
masyarakat, semua serba jelek, kejahatan dan kekejaman terus menerus terjadi.
Pendapat yang amat kotras adalah pendapat Jhon Locke yang percaya bahwa semua
manusia itu dilahirkan kedalam dunia ini sama tanpa pengecualian. Hal yang sama
juga dikemukakan oleh Resseau bahwa manusia dilahirkan untuk bebas dan
menentukan ikatan (kelompok) masing-masing. Pandangan yang pesimis justru
dikemukakan oleh psikolog Sigmud Freud, yang menyatkan bahwa manusia itu punya
pembawaan yang agresif. Sifat agresif ini tidak dapat diubah (kita maklumi bahwa
Freud hidup pada massa perang dunia II, dan ia meninggal tahun 1939 sebagai
pengungsi di inggris pada saat Nazi menyerang Polandia) (orians, 1969:788-789).
Beberapa pandangan dari beberap;a ahli tersebut tentulah dilandasi oleh kajian
terhadap beberapa bukti tentang sifat-sifat manusia. Namun terlepas dari penilaian
pandangan mana yang benar apabila semua bukti itu memang ada pada populasi
manusia, tampaklah terdapat variabilitas sifat-sifat psikologiknya. Variabilitas ini bila
dilihat sebagai produk, maka telah terjadi evolusi sosial, khususnya evolusi moral
manusia.
Evolusi sosial manusia berkaitan erat dengan evolusi perkembangan
pembesaran ukuran (volume) otak . pembesaran otak secara dramatik telah
meningkatkan dimensi-dimensi lain dari intelegensi manusia (purves dan orians,
1983: 979), khususnya evolusi bahasa dan budaya manusia. Pemkembangan budaya,
yaitu pengetahuan dan tradisi diturunkan dari generasi kegenerasi manusia melalui
pendidikan dan observasi manusia terhadap keadaan lingkungannya. Penyebaran
kebudayaan manusia dapat terjadi secara cepat karena perubahan genetik untuk sifat-
sifat tertentu tidak harus menyebar rata dalam populasi (meliputi seluruh individu
dalam populasi). Hal inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan bahwa
setiap generasi manusia harus diajari norma-norma kebudayaaan. Namun kemudian,
untuk mempelajari semua kebudayaan yang ada terdapat hambatan genetik manusia
dan tergantung krpada perilakuperorangan sehingga sebagai gejala yang tampak
adalah kebudayaan kelompok-kelompok manusia (bangsa,suku) satu sama lain
berbeda. Latar belakang apa yang menjadi dasar atas hambatan genetik terhadap
perbedaan budaya ini secara pasti belum diketahui dan sampai sekarang masih
merupakan bahan penelitian dan penyelidikan. Banyak keputusan kebijaksanaan
sosila dan ekperimen sosila mendasarkan diri pada pandangan pengaruh gena-gena
manusia pada perilaku manusia (Purves dan orians, 1983: 980).
Seperti
telah kita
ketahui, bahwa pembesaran volume otak manusia beerkolerasi dengan makin majunya
peradaban. Manusia modern telah menciptakan IPTEK untuk menjalankan dan
menikmati kehidupannya, sehingga IPTEK tidak dapat lagi dipisahkan dari kehidupan
manusia modern. Dalam kaitannya dengan perihal manusia sebagai subjek evolusi,
dapat diberikan contoh tentang usaha manusia untuk melkukan perbaikan genetik
populasinya. Perkembangna genetika lanjut telah memungkinkan untuk hal ini, yaitu
dengan rekayasa genetika, DNA manusia dapat ditingkatkan menuju pembentukan
fenotip yang diinginkan (dianggap baik). Dalam hal yang sama, perkembangan
pengetahuan anatomi dan faal sistem syaraf pusat lebih mendorong kemungkinan
makin besarnya pengaturan perilaku manusia. Ablasi, stimulasi elektrik, dan berbagai
perlakuan lainnya sangat besar pengaruhnya pada perilaku manusia. Semua ini akan
memberikan arah pada evolusi manusia.
Perubahan yang dapat mendukung kearah terjadinya evolusi tersebut, yaitu
manusia sebagai subjek, adalah memang dilakukan oleh manusia atas kesadaran,
artinya memang disengaja untuk mengubah diri. Namun dalam kedudukan immanen
manusia dialam. Dampak-dampak teknologi yang telah diciptakan mau tidak mau,
langsung atau tidak langsung, telah mempengaruhi fisik maupun tingkah laku
manusia. Produk-produk baru yang sebenarnya secara alami tak ada (misalnya:
plastik, zat pencemar, dan sebagainya) sampai pada tingkat (kadar) tertentu telah
menyebabkan ketimpangan daur-daur ekologik dan perubahan keseimbangan sistem
lingkungan hidup manusia, banyak hasil-hasil teknologi, seperti: televisi, kaos lampu
tekan, reaktor atom, dan sebagainya telah menimbulkan radiasi radioaktivitas; sari
manis, bumbu masak (MSG) diperkirakan mengandung zat-nutagen.
Pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh radiasi dan mutagen itu memang
kurang atau tidak dirasakan oleh masyarakat atau orang per orang, karena memang
tidak dapat langsung dirasakan, sehingga penggunaan produk-produk teknologi akan
terus berlangsung dan bahkan semakin meningkat. Yang meributkan masalah ini
tentunya hanya para ahli bidang ilmu yang dapat melihat kemungkinan dampak
negatif yang lebih luas lagi. Oleh sebab itu karena menghindarkan produk-produk
teknologi itu mustahil, masalahnya adalah bagaimana menciptakan teknologi yang
tidak membahayakan manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai subjek karena
berkedudukan transenden, yaitu menguasai makhluk hidup dan benda-benda alam
lainnya. Manusia sebagai objek karena kedudukannya yang immanen, yaitu sebagai
makhluk yang sama dengan makhluk hidup lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prawoto, Sudjoko dan Siti mariyam.1987.Materi Pokok Evolusi.Jakarta:Karunia
http://sipudanrinto.blogspot.com/2010/06/evolusi.html
http://imoet28.wordpress.com/2011/06/16/hakikat-manusia-sebagai-objek-dan-subjek-
lingkungan/