materi ppco

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah kesehatan dapat pula menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh antara lain berupa cedera olahraga. Cedera olahraga yang terjadi pada atlet olahraga prestasi selain mengganggu kesehatan juga dapat mengurangi kesempatan atlet tersebut untuk berprestasi secara maksimal. Makalah ini mengulas tentang karakteristik cedera olahraga yang terjadi, penyebab cedera olahraga, jenis cedera dan cara penanganan cedera olahraga. Tujuan akhir dari penanganan cedera olahraga adalah untuk memaksimalkan proses pemulihan cedera serta untuk meminimalkan terjadinya resiko cedera ulang Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri. Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya sendiri. Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan. Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter). Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu melaksanakan dan

Upload: rifqy-hadziq

Post on 13-Jul-2015

566 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi PPCO

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas

yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi,

olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah kesehatan dapat pula

menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh antara lain berupa cedera olahraga.

Cedera olahraga yang terjadi pada atlet olahraga prestasi selain mengganggu kesehatan

juga dapat mengurangi kesempatan atlet tersebut untuk berprestasi secara maksimal.

Makalah ini mengulas tentang karakteristik cedera olahraga yang terjadi, penyebab cedera

olahraga, jenis cedera dan cara penanganan cedera olahraga. Tujuan akhir dari

penanganan cedera olahraga adalah untuk memaksimalkan proses pemulihan cedera serta

untuk meminimalkan terjadinya resiko cedera ulang

Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,

atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang

profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga,

tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan

abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang

dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi

pengobatan sendiri.

Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi

kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan

aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya

sendiri.

Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah.

Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh

Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi

syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan

olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang

biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap

latihan.

Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.

Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan

(misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus

diikuti.

Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa

jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera

tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa

yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu

cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan

secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).

Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa

pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu melaksanakan dan

Page 2: Materi PPCO

2

faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat

mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi

guru pendidikan jasmani di sekolah.

B. Tujuan Instruksional

Setelah mempelajari ini diharapkan dapat :

a. Menjelaskan pengertian cedera

b. Mengenal secara mendalam tentang macam-macam cedera olahraga

c. Dapat menjelaskan penyebab dan pencegahan cedera olahraga

d. Mampu menyampaikan informasi dan menunjukkan tata cara pengobatan cedera

olahraga.

C. Manfaat

Di dalam penjelasan ini kita dapat mengetahui manfaat dan kerugian dari Cedera

Olahraga tersebut. Baik cedera olahraga yang ringan maupun cedera olahraga yang berat.

Sebagai guru pendidikan jasmani kita harus tahu bagaimana mengkondisikan siswa-siswa

supaya meringankan terjadinya cedera olahraga.

Yang paling penting adalah Ketika hendak memberikan pertolongan pertama, maka

yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah dengan melakukan penilaian baik terhadap

keadaan korban maupun situasi dan kondisi secara keseluruhan. Penilaian ini harus

dilakukan dengan baik dan tepat sehingga penatalaksanaan korban dapat dilakukan

dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada satu hal pun yang terlewatkan.

Penatalaksanaan korban bergantung pada kesimpulan penilaian penolong apakah korban

ini tergolong suatu kasus Ruda Paksa (trauma, cedera) atau Penyakit (medis). Adapun

tindakan penilaian ini dilakukan dalam beberapa langkah yaitu: a. Penilaian Keadaan, b.

Penilaian Dini, c. Pemeriksaan Fisik d. Riwayat Korban, e. Pemeriksaan Berkala atau

Lanjut, f. Pelaporan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

Olahraga dan perang adalah dua hal yang berbeda tapi memiliki banyak kesamaan.

Keduanya terdapat unsur pertarungan, strategi, dan serangan. Namun olahraga tetap

bukanlah perang. Setidaknya olahraga sangat, dalam menjunjung unsur sportifitas. Satu

hal yang mirip, seperti perang, olahraga terkadang juga menyebabkan jatuh korban akibat

cedera.

Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani

selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam

olahraga bisa menimbulkan cedera?

Secara umum patofisiologi terjadinya cedera berawal dari ketika sel mengalami

kerusakan, sel akan mengeluarkan mediator kimia yang merangsang terjadinya

Page 3: Materi PPCO

3

peradangan. Mediator tadi antara lain berupa histamin, bradikinin, prostaglandin dan

leukotrien. Mediator kimiawi tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah

serta penarikan populasi sel-sel kekebalan pada lokasi cedera. Secara fisiologis respon

tubuh tersebut dikenal sebagai proses peradangan. Proses peradangan ini kemudian

berangsur-angsur akan menurun sejalan dengan terjadinya regenerasi proses kerusakan

sel atau jaringan tersebut (Van Mechelenet al.1992). Selain berdasarkan tanda dan gejala

peradangan, diagnosis ditegakkan berdasarkan keterangan dari penderita mengenai

aktivitas yang dilakukannya dan hasil pemeriksaaan penunjang.

Cedera yang sering terjadi dalam berolahraga pada umumnya tidak disebabkan karena

kontak fisik. Tetapi lebih sering disebabkan kesalahan teknik dalam menendang, meninju,

melompat, menukik, maupun dalam mengangkat beban berlebih. Gerakan yang dilakukan

dengan tiba-tiba juga sering menyebabkan cedera terutama pada sendi-sendi sikut, lutut,

bahu dan pinggang.

Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahraga sepak

bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda.

Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita,

baik pada masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang

paling baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur

untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani.

Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani,

kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir

dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi

juara. Namun beberapa faktor yang mempunyai peran perlu diperhatikan antara lain :

a. Usia Kesehatan Kebugaran

Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut proses digenerasi

mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh akan berkurang 1% pertahun

(Rule of one), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan jaringan akan mulai

berkurang akibat proses degenerasi, selain itu jaringan menjadi rentan terhadap

trauma. Untuk mempertahankan kondisi agar tidak terjadi pengurangan fungsi tubuh

akibat degenerasi, maka latihan sangat diperlukan guna mencegah timbulnya Atrofi,

dengan demikian bahwa usia memegang peranan.

b. Jenis Kelamin

Sistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan wanita, demikian pula dengan

bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik, maka tidak semua jenis

olahraga cocok untuk semua golongan usia atau jenis kelamin. Hal ini apabila

dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis

olahraga tertentu.

c. Jenis Olahraga

Kita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun jenisnya, mempunyai peraturan

permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan cedera, peraturan tersebut

merupakan salah satu mencegahnya.

d. Pengalaman Teknik Olahraga

Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tercapai perlu persiapan dan

latihan antara lain :

Page 4: Materi PPCO

4

o Metode atau cara berlatihnya.

o Tekniknya agar tidak terjadi “over use”.

e. Sarana atau Fasilitas

Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera masih timbul akibat

sarana yang kurang memadai

f. Gizi

Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yang baik, selain itu gizi

menentukan kesehatan dan kebugaran.

Dalam ilmu kedokteran sangat jelas bahwa dengan olahraga yang teratur

memegang peranan untuk memperoleh badan yang sehat, menghindari penyakit-

penyakit seperti penyakit jantung, serta menunda proses-proses degeneratif yang tidak

bisa dihindari oleh proses penuaan. Keadaan akan pentingnya serta keuntungan yang

diakibatkan oleh olahraga adalah sesuai dengan perubahan-perubahan kondisi sosial

dan ekonomibila kita menilai beragam olahraga, ada permainan-permainan tertentu

yang bersifat kompetitif untuk dipertandingkan dimana masing-masing individu harus

bisa mencapai prestasi maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering

mengundang terjadinya cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor

penyebab serta peralatan olahraga tersebut diperhatikan.

Dalam cedera macam-macan pula derajat cederanya mulai dari yang ringan

sampai yang sangat berat, karena faktornya: jenis kelamin, derajat cedera, ukuran

tubuh, anatomi, kesegaran aerobik, kekuatan otot, kekuatan, kelemahan ligamen,

kontrol motorik pusat, kejiwaan, kemampuan mental merupakan faktor-faktor dalam

kecenderungan cedera. Menurut Bahr (2003) secara umum macam-macam cedera

yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan

tendo, perdarahan pada kulit, dan pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang

sering terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk

tulang rawan, ligamen, dan fasia

B. Kerangka

Tujuan utama dalam mempelajari tentang cedera olahraga adalah supaya mahasiswa

atau buru pendidikan jasmani mengetahui bagaimana menangani cedera olahraga dan

bagaiman mencegahnya. Untuk tidak menjadi kabur tentang perbedaan banyak ragam

jenis cedera maka perlu diberikan penjelasan tentang pengertian cedera, yaitu :

1. Cedera

Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau

sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya,

gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.

Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan

dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh

tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri.

Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan karena

kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga celaka, tetapibila

kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi resiko celaka tersebut.

Page 5: Materi PPCO

5

Cedera dalam olahraga dapat dicegah dengan cara menekankan perhatian pada

lima hal, yaitu: kekuatan otot, fleksibilitas, rutinitas, peralatan, dan mawas diri.

a. Kekuatan Otot (strength)

Sebelum berolahraga, Anda harus meyakinkan bahwa otot Anda berada dalam

kondisi yang kuat. Satu hal yang dapat meningkatkan kekuatan otot Anda adalah

dengan melakukan latihan beban. Jadi walaupun olahraga yang Anda tekuni adalah

renang, golf, tenis, atau yang lainnya, sangatlah penting untuk mengombinasikannya

dengan olahraga beban. Fokuskan latihan beban pada bagian otot yang sering Anda

gunakan dalam olahraga tersebut. Misalnya, latihan leg press bagi Anda yang hobi

basket sehingga dapat memperkuat lompatan. Selain itu, menurut Mitchel Beazley,

penulis buku The Complete Book of Men’s Health, latihan beban juga dapat

mencegah kehilangan massa tulang atau osteoporosis, yang berisiko menimbulkan

cedera. Tetapi hati-hatilah dengan teknik yang Anda pergunakan dalam melakukan

angkat beban. Kesalahan teknik memegang beban dapat berakibat fatal bagi otot

Anda.

b. Fleksibilitas

Fleksibilitas yang baik diperoleh dengan cara melakukan peregangan yang cukup

sebelum berolahraga. Dengan fleksibilitas yang baik, Anda dapat bergerak lebih

mudah dan efisien sehingga memperkecil risiko cedera. Fokuskan peregangan setelah

melakukan pemanasan untuk seluruh sendi-sendi tubuh. Lakukanlah secara perlahan

dan tahan selama 30 detik di setiap gerakan.

c. Rutinitas

Selalu awali olahraga Anda dengan pemanasan selama 10-15 menit. Otot yang

telah melalui proses pemanasan dapat menyerap oksigen lebih efektif, sehingga dapat

mencegah terjadinya kelelahan (fatigue). Jika Anda melakukan olahraga jenis baru

yang sebelumnya belum pernah Anda lakukan, tanyakanlah terlebih dahulu pada

instruktur mengenai teknik yang tepat sebelum melakukan olahraga tersebut. Setelah

selesai berolahraga, jangan lupa untuk melakukan pendinginan (cooldown) agar otot

tubuh kembali rileks dan stabil. Setelah itu, akhiri seluruh sesi olahraga Anda dengan

melakukan peregangan kembali untuk mencegah otot dari cedera. Lakukan gerakan

peregangan yang sama dengan yang Anda lakukan sebelum berolahraga. Fokuskan

pada otot-otot yang banyak Anda gunakan selama berolahraga.

d. Peralatan

Peralatan memegang peranan penting dalam mencegah cedera. Misalnya, jika

Anda bersepeda, gunakanlah helm sepeda yang aman. Selain itu, pastikan agar gigi

sepeda dapat dipindah dengan mudah. Pakaian olahraga Anda juga harus disesuaikan

dengan jenis aktivitas dan suhu sekitar. Jangan sampai Anda kepanasan atau

kedinginan selama berolahraga. Pemilihan sepatu yang tepat juga sangat penting

untuk mencegah cedera. Pakailah sepatu dengan nomer yang tepat dan memiliki

teknologi shock absorption (peredam benturan) dan support (bantalan) dengan

kualitas yang baik.

Page 6: Materi PPCO

6

e. Mawas Diri

Anda harus memahami kondisi lingkungan dimana Anda berolahraga. Berhati-

hatilah terhadap peralatan-peralatan yang berpotensi menyebabkan cedera. Jika Anda

sudah merasakan sesuatu yang tidak beres dengan tubuh Anda, segeralah beristirahat.

Jangan memaksakan diri Anda karena akan memperparah cedera yang Anda alami.

2. Cedera Olahraga

Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan dan

ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi olahraga juga untuk

kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan

secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan negara. Oleh

karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin mendapat perhatian yang luas.

Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut, korban cedera

olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika hanya karena cedera olahraga

tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi.

“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga

dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari

tubuh. Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka yang

disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga disebabkan oleh berbagai faktor

antara lain kesalahan metode latihan, kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis

fungsi jaringan penyokong dan otot (Bahret al.2003).

Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan

gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari

maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini

bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali

hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan

secara tim yang multidisipliner.

Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :

a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar,

leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma

kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma

pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.

b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih

spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s

elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.

C. Macam Cedera Olahraga

Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi pemulihan

seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau perlu ke prestasi puncak

sebelum cedera.

Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu

penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ) atau

Page 7: Materi PPCO

7

sistem jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dari derajat

kerusakan yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan secara dini.

Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam kedokteran

olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta cara

memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah, sehingga

penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat

dicapai dalam waktu singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk

pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk mempertahankan kondisi

jaringan yang cedera agar tidak terjadi penecilan otot (atropi). Agar selalu tepat dalam

menangani kasus cedera maka sangat diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-

macam cedera.

D. Klasifikasi Cedera Olahraga

Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)

Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat

mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.

b. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)

Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance

atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi)

misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).

c. Cedera tingkat 3 (cedera berat)

Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan

mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap

ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.

d. Strain dan Sprain

Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera olahraga.

1. Strain

Straing adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat dibagi atas 3

tingkat, yaitu :

a) Tinkat 1 (ringan)

Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi ringan,

meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup

mengganggu atlit. Misalnya straing dari otot hamstring (otot paha belakang)

akan mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau pada baseball

pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot lengan atas meskipun

hanya ringan, tetapi dapat menurunkan endurance (daya tahannya).

b) Tingkat 2 (sedang)

Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon,

sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.

c) Tingkat 3 (berat)

Page 8: Materi PPCO

8

Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat sampai komplit,

pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi dan

rehabilitasi.

2. Sprain

Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4

tingkat, yaitu :

a) Tingkat 1 (ringan)

Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang terdapat

hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.

b) Tingkat 2 (sedang)

Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih

baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan

untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10

minggu untuk benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan.

Seringkali terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu

pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.

c) Tingkat 3 (berat)

Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari

tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting

untuk segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.

d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)

Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana tempat

lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.

E. Penyebab dan Pencegahan pada cedera olahraga

Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru

pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit

cedera olahraga.

Sekarang hendakna kita satukan bahasa dahulu bahwa yang paling sental

dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu

orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan

kalah dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu

tentang olahraga. Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan

pertama pada saat cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera

berat terhadap masa depan atlit.

Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh

dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul

seni yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera.

Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan

cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah

mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar. Banyak

sekali penyebab-penyebab cedera olahraga yang perlu diperhatikan, sehingga para

atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga.

Page 9: Materi PPCO

9

F. Penyebab Cedera Olahraga

Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara

olahraga.

1. Faktor olahragawan/olagragawati

a. Umur

Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta

kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot

akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30

tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.

b. Faktor pribadi

Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih

sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah

berpengalaman.

c. Pengalaman

Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan

dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.

d. Tingkat latihan

Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik

untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu

berlebihan bias mengakibatkan cedera karena “over use”.

e. Teknik

Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam

melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.

f. Kemampuan awal (warming up)

Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan,

sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi

sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain.

g. Recovery period

Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem

musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery

(pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan

demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.

h. Kondisi tubuh yang “fit”

Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk

berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat

atau mempermudah terjadinya cedera.

i. Keseimbangan Nutrisi

Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup

untuk kebutuhan tubuh yang sehat.

j. Hal-hal yang umum

Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan

yang lain.

2. Peralatan dan Fasilitas

Page 10: Materi PPCO

10

Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, desaing yang jelek dan kurang

baik akan mudah terjadinya cedera. Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi

badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang

khusus.

3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut

Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga

yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini

semua harus diketahui sebelumnya.

G. Pencegahan Cedera

Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang

harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi

masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.

1. Pencegahan lewat keterampilan

Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam

pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya

harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan

kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak

cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir,

membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko.

Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta

harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.

a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap

b) Kulit dan otot terasa mengembang

c) Kehilangan selera makan

d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah

e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat

f) Penurunan berat badan

g) Melambatnya pemulihan

h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan

2. Pencegahan lewat Fitness

Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera

otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa

kelelahan.

a. Strength

Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor

yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih

benar-benar tidak mudah cedera.

b. Daya tahan

Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang

baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.

c. Pencegahan lewat makanan

Page 11: Materi PPCO

11

Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena

memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.

Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan

latihannya. Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang

berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.

Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan :

Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan

dipakai.

Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.

Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.

d. Pencegahan lewat lingkungan

Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena

tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera.

Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak

membahayakan.

e. Peralatan

Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera.

Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan

seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan dalam berolahraga

yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga

umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling

banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di hubungkan dengan

dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari

orang lain.

Sepatu yang baiksangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat

memperkecil resiko cedera olahraga.

Kontruksi sepatu

Sepatu lari yang baik mempunyai cirri-ciri kontruksi sebagai berikut :

1) Sol relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga mampu meredam

benturan. Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata (bergelombang

atau berkembang-kembang).

2) Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).

3) Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “Achilles pad”

dengan tujuan mencegah cedera tendon Achilles.

4) Terdapat “arch support” yang baik.

5) Harus cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah.

6) “Heel counter” harus kuat dan kaku.

7) Berat sepatu sekitar 238-340 gram.

Sepatu dikatakan pas jika jarak antara ujung jari kaki dengan bagian depan

sepatu selebar satu jari tangan (1,5 cm), bagian yang lebar dari kaki pas

dengan bagian lebar dari sepatu, serta tumit “terpegang” dengan pas pada

“counter” (bagian belakang sepatu). Pengepasan sepatu harus dengan

memakai kaos kaki (harus cukup empuk dan tebal) yang bisa digunakan.

Page 12: Materi PPCO

12

f. Medan

Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam,

buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu

berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga

dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-

hal penyebab cedera.

g. Pencegahan lewat pakaian

Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar,

seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika

terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas.

Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan

dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit.

h. Pencegahan lewat pertolongan

Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama

atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat

kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera

berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan

harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.

i. Implikasi terhadap pelatih

Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga

kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya

memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk

ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu

memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting.

H. Perawatan dan Pengobatan cedera olahraga

Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu

mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur

tulang (patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh

darah kecil atau besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi

akan ada warna ungu, nyeri dan bengkak.

a. Penanganan pendarahan

Penanganan cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan

lokal.

1. Akut (0-24 jam)

Terjadi cedera antara saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti,

biasanya samapai 24 jam. Dalam pertolongan yang benar dapat

mempersingkat periode ini.

2. Sub-Akut (24-48 jam)

Pada saat masa akut telah berakhir, pendarahan telah berhenti, tetapi

bisa berdarah kembali. Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke

tingkat akut dan berdarah kembali.

3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)

Page 13: Materi PPCO

13

Pendarahan telah berhenti, dan kecil kemungkinan kembali ke tingkat

akut, pada saat ini penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan

yang baikmasa ini dapat mempersingkat. Pelatih harus sangat mahir

dalam hal ini agar tahu kapan harus meminta pertolongan dokter.

b. Penanganan dan Pertolongan Pertama

Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari keputusan

yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan. Bila dokter

tidak ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan sendiri, keadaan ini paling

banyak berlaku.

Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti, untuk

cedera yang berat keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk cedera

yang ringan keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan atlit

anda, pelatih sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional

dilapangan. Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat

dibawah kulit. Memar biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada

kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil

pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya.

Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.

Apabila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang

terbatas disebut hermatoma (Van Mechelenet al.1992). Nyeri pada memar

biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang

sampai berat. Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu,

siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat

mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat. Penanganan Cedera

Memar 1.Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan

pendarahan kapiler. 2.Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan

mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.3.Hindari

benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.

Dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pelaku Pertolongan Pertama,

tentunya kita memerlukan beberapa peralatan dasar. Peralatan dasar ini dapat

dibagi menjadi menjadi dua kategori, yang pertama yaitu peralatan

perlindungan diri atau yang lebih dikenal dengan Alat Perlindungan Diri

(APD) dan yang kedua adalah peralatan Pertolongan Pertama untuk

melakukan tugas.

1. Alat Pelindungan Diri (APD)

Sebagai pelaku Pertolongan Pertama, seseorang sangat rentan atau akan

dengan mudah terpapar dengan jasad renik maupun cairan tubuh dari seorang

korban yang mungkin dapat menyebabkan pelaku Pertolongan Pertama

tersebut tertular oleh penyakit. Sebagai contoh beberapa penyakit yang dapat

menular diantaranya adalah Hepatitis, TBC, HIV dan AIDS. Selain itu, APD

juga berfungsi untuk mencegah penolong mengalami luka atau cedera dalam

melakukan tugasnya.

Beberapa APD yaitu:

1. Sarung tangan Lateks

Page 14: Materi PPCO

14

2. Kacamata Pelindung

3. Baju Pelindung

4. Masker Penolong

5. Masker Resusitasi

6. Helm

Pemakaian APD tidak sepenuhnya dapat melindungi penolong. Ada beberapa

tindakan lain yang harus dilakukan sebagai tindakan pencegahan, yaitu:

Mencuci Tangan, Membersihkan Peralatan

2. Peralatan Pertolongan Pertama

Adapun Peralatan Pertolongan Pertama lainnya adalah:

1. Penutup Luka

- Kasa Steril

- Bantalan Kasa

2. Pembalut, contoh:

- Pembalut Gulung / Pipa

- Pembalut Segitiga / Mitela

- Pembalut Tubuler / Tabung

- Pembalut Rekat / Plester

3. Cairan Antiseptik, contoh:

- Alkohol 70%

- Povidone iodine 10%

4. Cairan Pencuci Mata

- Boorwater

5. Peralatan Stabilisasi, contoh:

- Bidai

- Papan Spinal Panjang

- Papan Spinal Pendek

6. Gunting Pembalut

7. Pinset

8. Senter

9. Kapas

10. Selimut

11. Kartu Korban

12. Alat Tulis

13. Oksigen

14. Tensimeter dan Stetoskop

15. Tandu

Semua Peralatan diatas kecuali yang berukuran besar, dapat dimasukkan

ke dalam tas atau sejenisnya. Daftar peralatan di atas tidaklah harus selalu

sama, dapat bervariasi tergantung dari kemampuan penolong dan juga

ketersediaan peralatan tersebut.

Catatan : Sebagai Pelaku Pertolongan Pertama, anda harus mampu

berimprovisasi mempergunakan bahan atau peralatan yang ada jika terjadi

kekurangan atau ketiadaan peralatan tersebut, sehingga korban bisa ditolong

Page 15: Materi PPCO

15

dengan maksimal. Improvisasi bukan berarti melakukan sesuatu hanya

berdasarkan naluri saja tetapi harus sejalan dengan dasar-dasar dan prinsip-

prinsip Pertolongan Pertama.

Contoh penanganan dan pertolongan pertama yang sering kita jumpai baik

dalam lingkup atlit maupun dalam keseharian, berikut ini:

1. Pertolongan pertama pada korban pingsan

Pingsan adalah menurunnya kesadaran yang bersifat sementara. Pemulihan

biasanya cepat dan sadar penuh. Biasanya disebabkan oleh berkurangnya

suplai darah ke otak yang bersifat sementara.

Penyebabnya:

- Kegiatan fisik yang lama

- Dehidrasi

- Reaksi emosional

- Rasa nyeri yang sangat

- Kurang makan

- Postural hypotension (terlalu lama berdiri /duduk, atau orang yang

tergantung lama pada fall arrester)

Cara mengenali:

- Menurunnya kesadaran

- Frekuensi denyut nadi normal atau melambat

- Rasa mual

- Berkeringat

- Wajah pucat

- Sulit diajak berkomunikasi

Penanganannya:

- Meningkatkan aliran darah ke otak

- Membuat penderita merasa nyaman Posisikan penderita tidur terlentang

dengan tungkai di tinggikan

- Usahakan mendapatkan udara segar

- Jangan memberikan bau yang menyengat (akan sangat berbahaya jika

penderita alergi terhadap bau-bauan tersebut)

- Jangan memberikan minum saat penderita belum sadar penuh

- Jangan dikerubungi

- Kemungkinan cidera yang terjadi saat proses jatuh

- Pingsan biasanya pulih dalam waktu singkat. Jika lebih dari 15 menit

penderita belum sadar, segera bawa ke pelayanan medis setempat

2. Pertolongan pertama pada patah tulang

Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh

sehingga tulang menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita

menemukan orang yang tulangnya patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika

ingin menolongnya karena jika salah maka cideranya akan bertambah parah.

Page 16: Materi PPCO

16

Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas,

klinik, dokter, ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera

diberi perawatan yang intensif agar tulang yang patah bisa berangsur-angsur

pulih kembali.

Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang Dan Cara Menyikapinya :

a. Patah Tulang Tertutup

Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya

tidak melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah

tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan

menusuk daging / kulit hingga menimbulkan luka berdarah.

Penanganannya;

- Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak

perlu.

- Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak

semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,

sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut

kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.

b. Patah Tulang Terbuka

Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya

membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi

sobek terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain

mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang

yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.

Penangannya;

- Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak

perlu.

- Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan

mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.

- Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak

semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,

sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut

kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah

atau terluka.

c. Patah Tulang Belakang / Spinal

Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan

merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka

jangan menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak

sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen.

Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk

mengurus korban lebih lanjut.

Penangannya;

Page 17: Materi PPCO

17

- Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat,

mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb.

- Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan

dipindahkan dari tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan

kepala lurus ke atas.

- Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.

- Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan,

meja, dll diangkut minimal dua orang agar stabil.

C. Penanganan rehabilitasi medik

` Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering

digunakan adalah :

1. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik

2. Pelayanan fisioterapi

3. Pelayanan alat bantu (ortesa)

4. Pelayanan pengganti tubuh (protesa)

Penangana rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.

a. Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.

Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting

adalah penangananya. Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan

umum penderita, untuk menentukan apakah ada keadaan yang

mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada tindakan pertama harus

berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang

membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan

upaya yang terkenal yaitu RICE :

R – Rest : diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama

yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

I – Ice : terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan

meredakan rasa nyeri.

C – Compression : penekanan atau balut tekan gunanya membantu

mengurangi pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut.

E – Elevatin : peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis,

mengurangi edema (pembengkakan) dan rasa nyeri.

b. Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut

Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara

lain berupa :

Pemberian modalitas terapi fisik

Terapi dingin :

Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :

1. Kompress dingin

Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak

tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera.

Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.

2. Masase es

Page 18: Materi PPCO

18

Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus

dengan lama 5-7 menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10

menit.

3. Pencelupan atau peredaman

Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam

bak air dingin yang dicampur dengan es. Lamanya 10-20 menit.

4. Semprot dingin

Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane

kebagian tubuh yang cedera.

Terapi panas :

Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah

bila diberikan pada fase subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi

panas juga dapat diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan

ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya. Kedalam penetrasi

ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang

terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.

Penetrasi Macam Contoh

Dangkal

(superfisial)

Dalam(Deep)

Lembab/Basah

Kering

Diatermi

Kompres kain air panas

“Hydrocollator pack”

Mandi uap panas

“Paraffin wax bath”

Hydrotherapy

Kompres botol air panas

Kompres bantal pemanas tenaga

listrik

Lampu merah infra

Diatermi gelombang pendek

Diatermi gelombang mikro

Diatermi suara ultra

Secara ringkas efek pemberian panas secara lokal dapat dilihat pada

tabel no 2.

Table 2 : Respon fisiologis terhadap panas

1. Panas meningkatkan efek vaskulatik jaringan kolagen.

2. Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit

3. Panas mengurangi kekakuan sendi

4. Panas mengurangi dan menghilangkan spasme otot

Page 19: Materi PPCO

19

5. Panas meningkatkan sirkulasi darah

6. Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan

eksudasi

7. Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker

Terapi air (Hydroterapy)

Pada sebagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong.

Terapi air dipilih karena adanya efek daya apung dan efek

pembersihan. Jenis terapi ini dapat kita berikan dengan memakai bak

atau kolam air. Teknik lain terapi air adalah “contrast bath” yaitu

dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat suhu

40,5-43,3 C dan satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 10-15 C.

anggota gerak yang cedera bergantian masuk ke bejana secara

bergantian dengan jarak waktu.

Perangsangan listrik

Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal

maupun otot yang denervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal

antara lain relaksasi otot spasme, re-edukasi otot, mengurangi

spastisitas dan mencegah terjadinya trombloflebitis. Sedang pada otot

denervasi efeknya meliputi menunda progrese atropi otot, memperbaiki

sirkulasi darah dan nutrisi.

Masase

Dengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang

lebih satu minggu setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa

nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dan dengan dasar

ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.

Pemberian terapi latihan

Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan

derajat cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan atau

robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu pemulihan

3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian

perifer. Sedangkan cedera tulang, persendian (ligament)

memerlukan waktu yang lebih lama.

Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa :

1. Latihan luas gerak sendi

2. Latihan peregangan

3. Latihan daya tahan

4. Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)

Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)

Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama

berfungsi untuk mengangkat bagian tubuh yang cedera, sehingga

membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari

cedera ulangan. Pada fase berikutnya ortesa dapat berfungsi lebih

Page 20: Materi PPCO

20

banyak, antara lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak

bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan meningkatkan fungsi

anggota gerak yang terganggu.

Pemberian protesa (pengganti tubuh)

Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang

mengalami cedera dan mengalami kehilangan sebagian anggota

geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggantikan bagian

tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.

Tips pertolongan pertama untuk umum cedera olahraga:

Tips # 1

Hal ini sering tidak diberikan es bagi cedera olahraga disertai Nyeri tiba-tiba dan

pembengkakan di daerah itu. Dan jika Anda mengalami sakit luar biasa seperti

Anda harus segera berhenti berolahraga atau bermain permainan itu. Ini adalah

langkah preventif 1 untuk memastikan bahwa Anda tidak merusak tubuh Anda

lebih lanjut. Setelah berhenti aktivitas Anda, Anda harus mulai pengobatan yang

tepat seketika. Berikan istirahat yang cukup tubuh Anda untuk menyembuhkan

dirinya sendiri sepenuhnya.

Tips # 2

Orang-orang sering bingung tentang apakah mereka harus menerapkan panas

atau es untuk luka mereka. Biasanya Anda harus menerapkan es untuk mengobati

cedera Anda pada awalnya. Tetapi ketika luka telah sembuh cukup sedikit, Anda

akan mengalami picik sakit, nyeri kronis dan ketegangan otot. Untuk

memudahkan hal ini, Anda mungkin berlaku panas.

Tips # 3

Cara terbaik untuk meminimalkan cedera dan pembengkakan adalah dengan

menggunakan kompresi es di daerah itu. Hal ini mengurangi pembengkakan dan

rasa sakit yang terkait. Ketika Anda mengalami akut jaringan lunak cedera

seperti air mata, mata air, strain atau memar, Anda harus meminimalkan,

menghentikan dan mencegah pembengkakan. Bahkan mungkin ada perdarahan

internal untuk semua yang Anda tahu kapan kerusakan jaringan lunak terjadi.

Ambil es kompresi dan menerapkan ini pada cedera Anda. Bagian yang cedera

dari tubuh Anda harus ditempatkan pada tingkat yang lebih tinggi di atas tingkat

hatimu. Dan untuk menjaga pembengkakan di cek, Anda dapat mengambil

bantuan dari bungkus kompresi. Ini memeriksa pengumpulan darah di dalam

jaringan. Namun, yang terbaik adalah untuk membungkus pas perban sehingga

Anda merasa nyaman dan tidak terlalu ketat.

Tips # 4

Page 21: Materi PPCO

21

Anda harus belajar metode yang tepat dari icing cedera Anda. Setelah

membungkus cedera Anda dengan bungkus kompresi, Anda harus menerapkan es

di atasnya. Ini lebih efektif. Anda harus menerapkan es seperti ini beberapa kali

sehari dan setiap sesi es harus berlangsung setidaknya selama 20 menit.

Tip # 5

Ini adalah bodoh untuk menerapkan panas pada cedera akut untuk ini akan

memperburuk cedera. Karena itu akut, pribadi merasa sedang dipersiapkan

dengan bantuan olahraga pertama atau olahraga kit pertolongan pertama adalah

ide yang baik untuk atlet individu dan tim.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat

berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya

itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan

(misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang

harus diikuti.

Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup

efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum

memulai olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas.

Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar,

malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri.

Page 22: Materi PPCO

22

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat

disampaikan, yaitu:

1. Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan tentang

cedera olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya

bisa mengatasi masalah cedera olahragan.

2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan para atlitnya sehingga keluhan-

keluhan atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa dibicarakan dan

disembuhkan secara bersama tim. Peltih juga harus mengetahui bagaimana

kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu pelatih-

pelatih harus sering mengikuti seminar-seminar untuk para pelatih guna

memperdalam pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: Departemen

Pendidikan Nasional .

Bahr,R.andI.Holme(2003)."Risk factors for sports injuries—amethodological approach."

British journal of sports medicine 37 (5):384.

Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT.

RAJAGRAFINDO PERSADA.

http://surya.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=14557

Page 23: Materi PPCO

23