materi ppco
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas
yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi,
olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah kesehatan dapat pula
menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh antara lain berupa cedera olahraga.
Cedera olahraga yang terjadi pada atlet olahraga prestasi selain mengganggu kesehatan
juga dapat mengurangi kesempatan atlet tersebut untuk berprestasi secara maksimal.
Makalah ini mengulas tentang karakteristik cedera olahraga yang terjadi, penyebab cedera
olahraga, jenis cedera dan cara penanganan cedera olahraga. Tujuan akhir dari
penanganan cedera olahraga adalah untuk memaksimalkan proses pemulihan cedera serta
untuk meminimalkan terjadinya resiko cedera ulang
Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,
atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang
profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga,
tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan
abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang
dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi
pengobatan sendiri.
Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi
kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan
aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya
sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah.
Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh
Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi
syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan
olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang
biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap
latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan
(misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus
diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa
jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera
tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu
cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan
secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa
pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu melaksanakan dan
2
faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat
mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi
guru pendidikan jasmani di sekolah.
B. Tujuan Instruksional
Setelah mempelajari ini diharapkan dapat :
a. Menjelaskan pengertian cedera
b. Mengenal secara mendalam tentang macam-macam cedera olahraga
c. Dapat menjelaskan penyebab dan pencegahan cedera olahraga
d. Mampu menyampaikan informasi dan menunjukkan tata cara pengobatan cedera
olahraga.
C. Manfaat
Di dalam penjelasan ini kita dapat mengetahui manfaat dan kerugian dari Cedera
Olahraga tersebut. Baik cedera olahraga yang ringan maupun cedera olahraga yang berat.
Sebagai guru pendidikan jasmani kita harus tahu bagaimana mengkondisikan siswa-siswa
supaya meringankan terjadinya cedera olahraga.
Yang paling penting adalah Ketika hendak memberikan pertolongan pertama, maka
yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah dengan melakukan penilaian baik terhadap
keadaan korban maupun situasi dan kondisi secara keseluruhan. Penilaian ini harus
dilakukan dengan baik dan tepat sehingga penatalaksanaan korban dapat dilakukan
dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada satu hal pun yang terlewatkan.
Penatalaksanaan korban bergantung pada kesimpulan penilaian penolong apakah korban
ini tergolong suatu kasus Ruda Paksa (trauma, cedera) atau Penyakit (medis). Adapun
tindakan penilaian ini dilakukan dalam beberapa langkah yaitu: a. Penilaian Keadaan, b.
Penilaian Dini, c. Pemeriksaan Fisik d. Riwayat Korban, e. Pemeriksaan Berkala atau
Lanjut, f. Pelaporan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
Olahraga dan perang adalah dua hal yang berbeda tapi memiliki banyak kesamaan.
Keduanya terdapat unsur pertarungan, strategi, dan serangan. Namun olahraga tetap
bukanlah perang. Setidaknya olahraga sangat, dalam menjunjung unsur sportifitas. Satu
hal yang mirip, seperti perang, olahraga terkadang juga menyebabkan jatuh korban akibat
cedera.
Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani
selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam
olahraga bisa menimbulkan cedera?
Secara umum patofisiologi terjadinya cedera berawal dari ketika sel mengalami
kerusakan, sel akan mengeluarkan mediator kimia yang merangsang terjadinya
3
peradangan. Mediator tadi antara lain berupa histamin, bradikinin, prostaglandin dan
leukotrien. Mediator kimiawi tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah
serta penarikan populasi sel-sel kekebalan pada lokasi cedera. Secara fisiologis respon
tubuh tersebut dikenal sebagai proses peradangan. Proses peradangan ini kemudian
berangsur-angsur akan menurun sejalan dengan terjadinya regenerasi proses kerusakan
sel atau jaringan tersebut (Van Mechelenet al.1992). Selain berdasarkan tanda dan gejala
peradangan, diagnosis ditegakkan berdasarkan keterangan dari penderita mengenai
aktivitas yang dilakukannya dan hasil pemeriksaaan penunjang.
Cedera yang sering terjadi dalam berolahraga pada umumnya tidak disebabkan karena
kontak fisik. Tetapi lebih sering disebabkan kesalahan teknik dalam menendang, meninju,
melompat, menukik, maupun dalam mengangkat beban berlebih. Gerakan yang dilakukan
dengan tiba-tiba juga sering menyebabkan cedera terutama pada sendi-sendi sikut, lutut,
bahu dan pinggang.
Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahraga sepak
bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda.
Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita,
baik pada masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang
paling baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur
untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani.
Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani,
kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir
dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi
juara. Namun beberapa faktor yang mempunyai peran perlu diperhatikan antara lain :
a. Usia Kesehatan Kebugaran
Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut proses digenerasi
mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh akan berkurang 1% pertahun
(Rule of one), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan jaringan akan mulai
berkurang akibat proses degenerasi, selain itu jaringan menjadi rentan terhadap
trauma. Untuk mempertahankan kondisi agar tidak terjadi pengurangan fungsi tubuh
akibat degenerasi, maka latihan sangat diperlukan guna mencegah timbulnya Atrofi,
dengan demikian bahwa usia memegang peranan.
b. Jenis Kelamin
Sistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan wanita, demikian pula dengan
bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik, maka tidak semua jenis
olahraga cocok untuk semua golongan usia atau jenis kelamin. Hal ini apabila
dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis
olahraga tertentu.
c. Jenis Olahraga
Kita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun jenisnya, mempunyai peraturan
permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan cedera, peraturan tersebut
merupakan salah satu mencegahnya.
d. Pengalaman Teknik Olahraga
Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tercapai perlu persiapan dan
latihan antara lain :
4
o Metode atau cara berlatihnya.
o Tekniknya agar tidak terjadi “over use”.
e. Sarana atau Fasilitas
Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera masih timbul akibat
sarana yang kurang memadai
f. Gizi
Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yang baik, selain itu gizi
menentukan kesehatan dan kebugaran.
Dalam ilmu kedokteran sangat jelas bahwa dengan olahraga yang teratur
memegang peranan untuk memperoleh badan yang sehat, menghindari penyakit-
penyakit seperti penyakit jantung, serta menunda proses-proses degeneratif yang tidak
bisa dihindari oleh proses penuaan. Keadaan akan pentingnya serta keuntungan yang
diakibatkan oleh olahraga adalah sesuai dengan perubahan-perubahan kondisi sosial
dan ekonomibila kita menilai beragam olahraga, ada permainan-permainan tertentu
yang bersifat kompetitif untuk dipertandingkan dimana masing-masing individu harus
bisa mencapai prestasi maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering
mengundang terjadinya cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor
penyebab serta peralatan olahraga tersebut diperhatikan.
Dalam cedera macam-macan pula derajat cederanya mulai dari yang ringan
sampai yang sangat berat, karena faktornya: jenis kelamin, derajat cedera, ukuran
tubuh, anatomi, kesegaran aerobik, kekuatan otot, kekuatan, kelemahan ligamen,
kontrol motorik pusat, kejiwaan, kemampuan mental merupakan faktor-faktor dalam
kecenderungan cedera. Menurut Bahr (2003) secara umum macam-macam cedera
yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan
tendo, perdarahan pada kulit, dan pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang
sering terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk
tulang rawan, ligamen, dan fasia
B. Kerangka
Tujuan utama dalam mempelajari tentang cedera olahraga adalah supaya mahasiswa
atau buru pendidikan jasmani mengetahui bagaimana menangani cedera olahraga dan
bagaiman mencegahnya. Untuk tidak menjadi kabur tentang perbedaan banyak ragam
jenis cedera maka perlu diberikan penjelasan tentang pengertian cedera, yaitu :
1. Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau
sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya,
gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan
dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh
tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri.
Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan karena
kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga celaka, tetapibila
kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi resiko celaka tersebut.
5
Cedera dalam olahraga dapat dicegah dengan cara menekankan perhatian pada
lima hal, yaitu: kekuatan otot, fleksibilitas, rutinitas, peralatan, dan mawas diri.
a. Kekuatan Otot (strength)
Sebelum berolahraga, Anda harus meyakinkan bahwa otot Anda berada dalam
kondisi yang kuat. Satu hal yang dapat meningkatkan kekuatan otot Anda adalah
dengan melakukan latihan beban. Jadi walaupun olahraga yang Anda tekuni adalah
renang, golf, tenis, atau yang lainnya, sangatlah penting untuk mengombinasikannya
dengan olahraga beban. Fokuskan latihan beban pada bagian otot yang sering Anda
gunakan dalam olahraga tersebut. Misalnya, latihan leg press bagi Anda yang hobi
basket sehingga dapat memperkuat lompatan. Selain itu, menurut Mitchel Beazley,
penulis buku The Complete Book of Men’s Health, latihan beban juga dapat
mencegah kehilangan massa tulang atau osteoporosis, yang berisiko menimbulkan
cedera. Tetapi hati-hatilah dengan teknik yang Anda pergunakan dalam melakukan
angkat beban. Kesalahan teknik memegang beban dapat berakibat fatal bagi otot
Anda.
b. Fleksibilitas
Fleksibilitas yang baik diperoleh dengan cara melakukan peregangan yang cukup
sebelum berolahraga. Dengan fleksibilitas yang baik, Anda dapat bergerak lebih
mudah dan efisien sehingga memperkecil risiko cedera. Fokuskan peregangan setelah
melakukan pemanasan untuk seluruh sendi-sendi tubuh. Lakukanlah secara perlahan
dan tahan selama 30 detik di setiap gerakan.
c. Rutinitas
Selalu awali olahraga Anda dengan pemanasan selama 10-15 menit. Otot yang
telah melalui proses pemanasan dapat menyerap oksigen lebih efektif, sehingga dapat
mencegah terjadinya kelelahan (fatigue). Jika Anda melakukan olahraga jenis baru
yang sebelumnya belum pernah Anda lakukan, tanyakanlah terlebih dahulu pada
instruktur mengenai teknik yang tepat sebelum melakukan olahraga tersebut. Setelah
selesai berolahraga, jangan lupa untuk melakukan pendinginan (cooldown) agar otot
tubuh kembali rileks dan stabil. Setelah itu, akhiri seluruh sesi olahraga Anda dengan
melakukan peregangan kembali untuk mencegah otot dari cedera. Lakukan gerakan
peregangan yang sama dengan yang Anda lakukan sebelum berolahraga. Fokuskan
pada otot-otot yang banyak Anda gunakan selama berolahraga.
d. Peralatan
Peralatan memegang peranan penting dalam mencegah cedera. Misalnya, jika
Anda bersepeda, gunakanlah helm sepeda yang aman. Selain itu, pastikan agar gigi
sepeda dapat dipindah dengan mudah. Pakaian olahraga Anda juga harus disesuaikan
dengan jenis aktivitas dan suhu sekitar. Jangan sampai Anda kepanasan atau
kedinginan selama berolahraga. Pemilihan sepatu yang tepat juga sangat penting
untuk mencegah cedera. Pakailah sepatu dengan nomer yang tepat dan memiliki
teknologi shock absorption (peredam benturan) dan support (bantalan) dengan
kualitas yang baik.
6
e. Mawas Diri
Anda harus memahami kondisi lingkungan dimana Anda berolahraga. Berhati-
hatilah terhadap peralatan-peralatan yang berpotensi menyebabkan cedera. Jika Anda
sudah merasakan sesuatu yang tidak beres dengan tubuh Anda, segeralah beristirahat.
Jangan memaksakan diri Anda karena akan memperparah cedera yang Anda alami.
2. Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan dan
ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi olahraga juga untuk
kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan
secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan negara. Oleh
karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin mendapat perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut, korban cedera
olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika hanya karena cedera olahraga
tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi.
“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga
dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari
tubuh. Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka yang
disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain kesalahan metode latihan, kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis
fungsi jaringan penyokong dan otot (Bahret al.2003).
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan
gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari
maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini
bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali
hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan
secara tim yang multidisipliner.
Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar,
leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma
kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma
pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih
spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s
elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
C. Macam Cedera Olahraga
Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi pemulihan
seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau perlu ke prestasi puncak
sebelum cedera.
Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu
penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ) atau
7
sistem jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dari derajat
kerusakan yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan secara dini.
Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam kedokteran
olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta cara
memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah, sehingga
penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat
dicapai dalam waktu singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk
pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk mempertahankan kondisi
jaringan yang cedera agar tidak terjadi penecilan otot (atropi). Agar selalu tepat dalam
menangani kasus cedera maka sangat diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-
macam cedera.
D. Klasifikasi Cedera Olahraga
Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat
mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.
b. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance
atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi)
misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).
c. Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan
mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap
ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.
d. Strain dan Sprain
Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera olahraga.
1. Strain
Straing adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat dibagi atas 3
tingkat, yaitu :
a) Tinkat 1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi ringan,
meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup
mengganggu atlit. Misalnya straing dari otot hamstring (otot paha belakang)
akan mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau pada baseball
pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot lengan atas meskipun
hanya ringan, tetapi dapat menurunkan endurance (daya tahannya).
b) Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon,
sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.
c) Tingkat 3 (berat)
8
Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat sampai komplit,
pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi dan
rehabilitasi.
2. Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4
tingkat, yaitu :
a) Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang terdapat
hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.
b) Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih
baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan
untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10
minggu untuk benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan.
Seringkali terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu
pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.
c) Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari
tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting
untuk segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.
d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana tempat
lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.
E. Penyebab dan Pencegahan pada cedera olahraga
Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru
pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit
cedera olahraga.
Sekarang hendakna kita satukan bahasa dahulu bahwa yang paling sental
dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu
orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan
kalah dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu
tentang olahraga. Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan
pertama pada saat cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera
berat terhadap masa depan atlit.
Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh
dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul
seni yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera.
Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan
cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah
mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar. Banyak
sekali penyebab-penyebab cedera olahraga yang perlu diperhatikan, sehingga para
atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga.
9
F. Penyebab Cedera Olahraga
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara
olahraga.
1. Faktor olahragawan/olagragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot
akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30
tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.
b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih
sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah
berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan
dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.
d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik
untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu
berlebihan bias mengakibatkan cedera karena “over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam
melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan,
sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi
sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain.
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem
musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery
(pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan
demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk
berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat
atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup
untuk kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan
yang lain.
2. Peralatan dan Fasilitas
10
Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, desaing yang jelek dan kurang
baik akan mudah terjadinya cedera. Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi
badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang
khusus.
3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga
yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini
semua harus diketahui sebelumnya.
G. Pencegahan Cedera
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang
harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi
masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
1. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam
pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya
harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan
kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak
cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir,
membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko.
Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta
harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.
a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap
b) Kulit dan otot terasa mengembang
c) Kehilangan selera makan
d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat
f) Penurunan berat badan
g) Melambatnya pemulihan
h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan
2. Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera
otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa
kelelahan.
a. Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor
yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih
benar-benar tidak mudah cedera.
b. Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang
baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.
c. Pencegahan lewat makanan
11
Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena
memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan
latihannya. Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang
berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan :
Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan
dipakai.
Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.
Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.
d. Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena
tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera.
Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak
membahayakan.
e. Peralatan
Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera.
Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan
seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan dalam berolahraga
yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga
umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling
banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di hubungkan dengan
dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari
orang lain.
Sepatu yang baiksangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat
memperkecil resiko cedera olahraga.
Kontruksi sepatu
Sepatu lari yang baik mempunyai cirri-ciri kontruksi sebagai berikut :
1) Sol relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga mampu meredam
benturan. Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata (bergelombang
atau berkembang-kembang).
2) Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).
3) Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “Achilles pad”
dengan tujuan mencegah cedera tendon Achilles.
4) Terdapat “arch support” yang baik.
5) Harus cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah.
6) “Heel counter” harus kuat dan kaku.
7) Berat sepatu sekitar 238-340 gram.
Sepatu dikatakan pas jika jarak antara ujung jari kaki dengan bagian depan
sepatu selebar satu jari tangan (1,5 cm), bagian yang lebar dari kaki pas
dengan bagian lebar dari sepatu, serta tumit “terpegang” dengan pas pada
“counter” (bagian belakang sepatu). Pengepasan sepatu harus dengan
memakai kaos kaki (harus cukup empuk dan tebal) yang bisa digunakan.
12
f. Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam,
buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu
berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga
dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-
hal penyebab cedera.
g. Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar,
seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika
terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas.
Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan
dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit.
h. Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama
atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat
kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera
berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan
harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.
i. Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga
kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya
memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk
ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu
memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting.
H. Perawatan dan Pengobatan cedera olahraga
Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu
mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur
tulang (patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh
darah kecil atau besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi
akan ada warna ungu, nyeri dan bengkak.
a. Penanganan pendarahan
Penanganan cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan
lokal.
1. Akut (0-24 jam)
Terjadi cedera antara saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti,
biasanya samapai 24 jam. Dalam pertolongan yang benar dapat
mempersingkat periode ini.
2. Sub-Akut (24-48 jam)
Pada saat masa akut telah berakhir, pendarahan telah berhenti, tetapi
bisa berdarah kembali. Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke
tingkat akut dan berdarah kembali.
3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
13
Pendarahan telah berhenti, dan kecil kemungkinan kembali ke tingkat
akut, pada saat ini penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan
yang baikmasa ini dapat mempersingkat. Pelatih harus sangat mahir
dalam hal ini agar tahu kapan harus meminta pertolongan dokter.
b. Penanganan dan Pertolongan Pertama
Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari keputusan
yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan. Bila dokter
tidak ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan sendiri, keadaan ini paling
banyak berlaku.
Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti, untuk
cedera yang berat keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk cedera
yang ringan keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan atlit
anda, pelatih sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional
dilapangan. Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat
dibawah kulit. Memar biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada
kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil
pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya.
Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.
Apabila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang
terbatas disebut hermatoma (Van Mechelenet al.1992). Nyeri pada memar
biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang
sampai berat. Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu,
siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat
mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat. Penanganan Cedera
Memar 1.Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan
pendarahan kapiler. 2.Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan
mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.3.Hindari
benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.
Dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pelaku Pertolongan Pertama,
tentunya kita memerlukan beberapa peralatan dasar. Peralatan dasar ini dapat
dibagi menjadi menjadi dua kategori, yang pertama yaitu peralatan
perlindungan diri atau yang lebih dikenal dengan Alat Perlindungan Diri
(APD) dan yang kedua adalah peralatan Pertolongan Pertama untuk
melakukan tugas.
1. Alat Pelindungan Diri (APD)
Sebagai pelaku Pertolongan Pertama, seseorang sangat rentan atau akan
dengan mudah terpapar dengan jasad renik maupun cairan tubuh dari seorang
korban yang mungkin dapat menyebabkan pelaku Pertolongan Pertama
tersebut tertular oleh penyakit. Sebagai contoh beberapa penyakit yang dapat
menular diantaranya adalah Hepatitis, TBC, HIV dan AIDS. Selain itu, APD
juga berfungsi untuk mencegah penolong mengalami luka atau cedera dalam
melakukan tugasnya.
Beberapa APD yaitu:
1. Sarung tangan Lateks
14
2. Kacamata Pelindung
3. Baju Pelindung
4. Masker Penolong
5. Masker Resusitasi
6. Helm
Pemakaian APD tidak sepenuhnya dapat melindungi penolong. Ada beberapa
tindakan lain yang harus dilakukan sebagai tindakan pencegahan, yaitu:
Mencuci Tangan, Membersihkan Peralatan
2. Peralatan Pertolongan Pertama
Adapun Peralatan Pertolongan Pertama lainnya adalah:
1. Penutup Luka
- Kasa Steril
- Bantalan Kasa
2. Pembalut, contoh:
- Pembalut Gulung / Pipa
- Pembalut Segitiga / Mitela
- Pembalut Tubuler / Tabung
- Pembalut Rekat / Plester
3. Cairan Antiseptik, contoh:
- Alkohol 70%
- Povidone iodine 10%
4. Cairan Pencuci Mata
- Boorwater
5. Peralatan Stabilisasi, contoh:
- Bidai
- Papan Spinal Panjang
- Papan Spinal Pendek
6. Gunting Pembalut
7. Pinset
8. Senter
9. Kapas
10. Selimut
11. Kartu Korban
12. Alat Tulis
13. Oksigen
14. Tensimeter dan Stetoskop
15. Tandu
Semua Peralatan diatas kecuali yang berukuran besar, dapat dimasukkan
ke dalam tas atau sejenisnya. Daftar peralatan di atas tidaklah harus selalu
sama, dapat bervariasi tergantung dari kemampuan penolong dan juga
ketersediaan peralatan tersebut.
Catatan : Sebagai Pelaku Pertolongan Pertama, anda harus mampu
berimprovisasi mempergunakan bahan atau peralatan yang ada jika terjadi
kekurangan atau ketiadaan peralatan tersebut, sehingga korban bisa ditolong
15
dengan maksimal. Improvisasi bukan berarti melakukan sesuatu hanya
berdasarkan naluri saja tetapi harus sejalan dengan dasar-dasar dan prinsip-
prinsip Pertolongan Pertama.
Contoh penanganan dan pertolongan pertama yang sering kita jumpai baik
dalam lingkup atlit maupun dalam keseharian, berikut ini:
1. Pertolongan pertama pada korban pingsan
Pingsan adalah menurunnya kesadaran yang bersifat sementara. Pemulihan
biasanya cepat dan sadar penuh. Biasanya disebabkan oleh berkurangnya
suplai darah ke otak yang bersifat sementara.
Penyebabnya:
- Kegiatan fisik yang lama
- Dehidrasi
- Reaksi emosional
- Rasa nyeri yang sangat
- Kurang makan
- Postural hypotension (terlalu lama berdiri /duduk, atau orang yang
tergantung lama pada fall arrester)
Cara mengenali:
- Menurunnya kesadaran
- Frekuensi denyut nadi normal atau melambat
- Rasa mual
- Berkeringat
- Wajah pucat
- Sulit diajak berkomunikasi
Penanganannya:
- Meningkatkan aliran darah ke otak
- Membuat penderita merasa nyaman Posisikan penderita tidur terlentang
dengan tungkai di tinggikan
- Usahakan mendapatkan udara segar
- Jangan memberikan bau yang menyengat (akan sangat berbahaya jika
penderita alergi terhadap bau-bauan tersebut)
- Jangan memberikan minum saat penderita belum sadar penuh
- Jangan dikerubungi
- Kemungkinan cidera yang terjadi saat proses jatuh
- Pingsan biasanya pulih dalam waktu singkat. Jika lebih dari 15 menit
penderita belum sadar, segera bawa ke pelayanan medis setempat
2. Pertolongan pertama pada patah tulang
Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh
sehingga tulang menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita
menemukan orang yang tulangnya patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika
ingin menolongnya karena jika salah maka cideranya akan bertambah parah.
16
Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas,
klinik, dokter, ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera
diberi perawatan yang intensif agar tulang yang patah bisa berangsur-angsur
pulih kembali.
Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang Dan Cara Menyikapinya :
a. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya
tidak melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah
tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan
menusuk daging / kulit hingga menimbulkan luka berdarah.
Penanganannya;
- Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak
perlu.
- Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak
semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,
sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut
kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.
b. Patah Tulang Terbuka
Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya
membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi
sobek terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain
mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang
yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.
Penangannya;
- Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak
perlu.
- Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan
mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.
- Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak
semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,
sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut
kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah
atau terluka.
c. Patah Tulang Belakang / Spinal
Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan
merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka
jangan menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak
sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen.
Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk
mengurus korban lebih lanjut.
Penangannya;
17
- Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat,
mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb.
- Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan
dipindahkan dari tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan
kepala lurus ke atas.
- Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
- Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan,
meja, dll diangkut minimal dua orang agar stabil.
C. Penanganan rehabilitasi medik
` Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering
digunakan adalah :
1. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik
2. Pelayanan fisioterapi
3. Pelayanan alat bantu (ortesa)
4. Pelayanan pengganti tubuh (protesa)
Penangana rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.
a. Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.
Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting
adalah penangananya. Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan
umum penderita, untuk menentukan apakah ada keadaan yang
mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada tindakan pertama harus
berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang
membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan
upaya yang terkenal yaitu RICE :
R – Rest : diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama
yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
I – Ice : terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan
meredakan rasa nyeri.
C – Compression : penekanan atau balut tekan gunanya membantu
mengurangi pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut.
E – Elevatin : peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis,
mengurangi edema (pembengkakan) dan rasa nyeri.
b. Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut
Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara
lain berupa :
Pemberian modalitas terapi fisik
Terapi dingin :
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
1. Kompress dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera.
Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.
2. Masase es
18
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus
dengan lama 5-7 menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10
menit.
3. Pencelupan atau peredaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam
bak air dingin yang dicampur dengan es. Lamanya 10-20 menit.
4. Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane
kebagian tubuh yang cedera.
Terapi panas :
Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah
bila diberikan pada fase subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi
panas juga dapat diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan
ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya. Kedalam penetrasi
ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.
Penetrasi Macam Contoh
Dangkal
(superfisial)
Dalam(Deep)
Lembab/Basah
Kering
Diatermi
Kompres kain air panas
“Hydrocollator pack”
Mandi uap panas
“Paraffin wax bath”
Hydrotherapy
Kompres botol air panas
Kompres bantal pemanas tenaga
listrik
Lampu merah infra
Diatermi gelombang pendek
Diatermi gelombang mikro
Diatermi suara ultra
Secara ringkas efek pemberian panas secara lokal dapat dilihat pada
tabel no 2.
Table 2 : Respon fisiologis terhadap panas
1. Panas meningkatkan efek vaskulatik jaringan kolagen.
2. Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit
3. Panas mengurangi kekakuan sendi
4. Panas mengurangi dan menghilangkan spasme otot
19
5. Panas meningkatkan sirkulasi darah
6. Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan
eksudasi
7. Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker
Terapi air (Hydroterapy)
Pada sebagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong.
Terapi air dipilih karena adanya efek daya apung dan efek
pembersihan. Jenis terapi ini dapat kita berikan dengan memakai bak
atau kolam air. Teknik lain terapi air adalah “contrast bath” yaitu
dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat suhu
40,5-43,3 C dan satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 10-15 C.
anggota gerak yang cedera bergantian masuk ke bejana secara
bergantian dengan jarak waktu.
Perangsangan listrik
Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal
maupun otot yang denervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal
antara lain relaksasi otot spasme, re-edukasi otot, mengurangi
spastisitas dan mencegah terjadinya trombloflebitis. Sedang pada otot
denervasi efeknya meliputi menunda progrese atropi otot, memperbaiki
sirkulasi darah dan nutrisi.
Masase
Dengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang
lebih satu minggu setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa
nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dan dengan dasar
ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.
Pemberian terapi latihan
Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan
derajat cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan atau
robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu pemulihan
3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian
perifer. Sedangkan cedera tulang, persendian (ligament)
memerlukan waktu yang lebih lama.
Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa :
1. Latihan luas gerak sendi
2. Latihan peregangan
3. Latihan daya tahan
4. Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)
Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)
Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama
berfungsi untuk mengangkat bagian tubuh yang cedera, sehingga
membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari
cedera ulangan. Pada fase berikutnya ortesa dapat berfungsi lebih
20
banyak, antara lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak
bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan meningkatkan fungsi
anggota gerak yang terganggu.
Pemberian protesa (pengganti tubuh)
Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang
mengalami cedera dan mengalami kehilangan sebagian anggota
geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggantikan bagian
tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.
Tips pertolongan pertama untuk umum cedera olahraga:
Tips # 1
Hal ini sering tidak diberikan es bagi cedera olahraga disertai Nyeri tiba-tiba dan
pembengkakan di daerah itu. Dan jika Anda mengalami sakit luar biasa seperti
Anda harus segera berhenti berolahraga atau bermain permainan itu. Ini adalah
langkah preventif 1 untuk memastikan bahwa Anda tidak merusak tubuh Anda
lebih lanjut. Setelah berhenti aktivitas Anda, Anda harus mulai pengobatan yang
tepat seketika. Berikan istirahat yang cukup tubuh Anda untuk menyembuhkan
dirinya sendiri sepenuhnya.
Tips # 2
Orang-orang sering bingung tentang apakah mereka harus menerapkan panas
atau es untuk luka mereka. Biasanya Anda harus menerapkan es untuk mengobati
cedera Anda pada awalnya. Tetapi ketika luka telah sembuh cukup sedikit, Anda
akan mengalami picik sakit, nyeri kronis dan ketegangan otot. Untuk
memudahkan hal ini, Anda mungkin berlaku panas.
Tips # 3
Cara terbaik untuk meminimalkan cedera dan pembengkakan adalah dengan
menggunakan kompresi es di daerah itu. Hal ini mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit yang terkait. Ketika Anda mengalami akut jaringan lunak cedera
seperti air mata, mata air, strain atau memar, Anda harus meminimalkan,
menghentikan dan mencegah pembengkakan. Bahkan mungkin ada perdarahan
internal untuk semua yang Anda tahu kapan kerusakan jaringan lunak terjadi.
Ambil es kompresi dan menerapkan ini pada cedera Anda. Bagian yang cedera
dari tubuh Anda harus ditempatkan pada tingkat yang lebih tinggi di atas tingkat
hatimu. Dan untuk menjaga pembengkakan di cek, Anda dapat mengambil
bantuan dari bungkus kompresi. Ini memeriksa pengumpulan darah di dalam
jaringan. Namun, yang terbaik adalah untuk membungkus pas perban sehingga
Anda merasa nyaman dan tidak terlalu ketat.
Tips # 4
21
Anda harus belajar metode yang tepat dari icing cedera Anda. Setelah
membungkus cedera Anda dengan bungkus kompresi, Anda harus menerapkan es
di atasnya. Ini lebih efektif. Anda harus menerapkan es seperti ini beberapa kali
sehari dan setiap sesi es harus berlangsung setidaknya selama 20 menit.
Tip # 5
Ini adalah bodoh untuk menerapkan panas pada cedera akut untuk ini akan
memperburuk cedera. Karena itu akut, pribadi merasa sedang dipersiapkan
dengan bantuan olahraga pertama atau olahraga kit pertolongan pertama adalah
ide yang baik untuk atlet individu dan tim.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat
berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya
itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan
(misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang
harus diikuti.
Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup
efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum
memulai olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas.
Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar,
malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri.
22
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat
disampaikan, yaitu:
1. Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan tentang
cedera olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya
bisa mengatasi masalah cedera olahragan.
2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan para atlitnya sehingga keluhan-
keluhan atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa dibicarakan dan
disembuhkan secara bersama tim. Peltih juga harus mengetahui bagaimana
kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu pelatih-
pelatih harus sering mengikuti seminar-seminar untuk para pelatih guna
memperdalam pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan Nasional .
Bahr,R.andI.Holme(2003)."Risk factors for sports injuries—amethodological approach."
British journal of sports medicine 37 (5):384.
Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA.
http://surya.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=14557
23