mekanisme dan fungsi kerja ginjal

Upload: desrainy-inhardini

Post on 13-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Mekanisme Dan Fungsi Kerja Ginjal

TRANSCRIPT

  • 7/13/2019 Mekanisme Dan Fungsi Kerja Ginjal

    1/7

    Mekanisme dan Fungsi Kerja Ginjal

    Filtrasi Glomerulus

    Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke kapsula bowman harus melewati tiga

    lapisan, yaitu dinding kapiler glomerulus, membran basal, dan lapisan dalam kapsula

    bowman. Ketiga lapisan ini disebut membran glomerulus, dan berfungsi sebagai

    saringan molekuler yang menahan sel darah dan protein plasma tetapi dapat dilewati

    H2O dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil lewat.

    Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong

    sebagian dari plasma di glomerulus menemus lubang-lubang di membran glomerulus.

    Gaya tersebut meliputi tiga gaya, yaitu tekanan darah kapiler glomerulus, tekanan

    osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsula bowman.

    Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah

    di dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada kontraksi

    jantung (sumber energi yagn menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi terhadap

    aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriola aferen dan eferen. Tekanan darah kapiler

    glomerulus, dengan nilai rerata diperkirakan 55 mmHg, lebih tinggi dari tekanandarah kapiler di tempat lain, karena garis tengah arteriola aferen lebih besar dari

    arteriola eferen. Karena darah dapat lebih mudah masuk ke glomerulus melalui

    arteriola aferen yang lebar daripada keluar melalui arteriola eferen yang sempit maka

    tekanan darah kapiler glomerulus tetap tinggi akibat terbendungnya darah di kapiler

    glomerulus. Selain itu, karena tingginya resistensi yang dihasilkan oleh arteriola

    eferen maka tekanan darah tidak memiliki kecenderungan untuk turun di sepanjang

    kapiler glomerulus seperti di kapiler lain. Tekanan darah glomerulus yang tinggi dan

    tidak menurun ini cenderung mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsula

    Bowman di seluruh panjang kapiler glomerulus, dan merupakan gaya utama yang

    menghasilkan filtrasi glomerulus.

    Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein

    plasma di kedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi maka protein

    plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsula Bowman. Karena itu,

    konsentrasi H2O lebih tinggi di kapsula Bowman daripada di kapiler glomerulus.

  • 7/13/2019 Mekanisme Dan Fungsi Kerja Ginjal

    2/7

    Timbul kecenderungan H2O untuk berpundah melalui osmosis menuruni gradien

    konsentrasinya sendiri dari kapsula Bowman ke dalam glomerulus melawan filtrasi

    glomerulus. Gaya osmotik ini rata-rata 30 mmHg, sedikit lebih tinggi daripada di

    kapiler lain, karena H2) yang difiltrasi keluar dari glomerulus jauh lebih banyak

    sehingga konsentrasi protein plasma lebih tinggi dari di tempat lain.

    Tekanan hidrostatik kapsula Bowman ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus

    ini, diperkirakan sekitar 15 mmHg. Tekanan ini cenderung mendorong cairan keluar

    kapsula Bowman melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsula Bowman.

    Jadi total dari gaya-gaya ini adalah 55 mmHg 30 mmHg 15 mmHg = 10 mmHg

    yang disebut tekanan filtrasi netto. Tekanan yang ringan ini mendorong cairan

    menembus membran glomerulus yang sangat permeabel. Laju filtrasi yang

    sebenarnya, laju filtrasi glomerulus (atau Glomerular Filtration Rate = GFR),

    bergantung tidak saja pada tekanan filtrasi netto tetapi juga pada seberapa luas

    permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeabel

    membran glomerulus. Sifat-sifat membran glomerulus ini secara kolektif disebut

    sebagai koefisien filtrasi (Kf). Karena itu, GFR = Kf x tekanan filtrasi netto. Dalam

    keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus disaring pada

    tekanan filtrasi netto 10 mmHg, melalui seluruh glomerulus secara kolektif dihasilkan

    180 liter filtrat glomerulus setiap hari untuk LFG rerata 125 ml/menit pada pria, dan

    160 liter filtrat per hari pada GFR rerata 115 ml/menit pada wanita).

    Tekanan onkotik koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsula bowman tidak berada

    di bawah kontrol namun keduanya dapat berubah sacara patologis dan dapat

    mempengaruhi GFR. Karena tekanan osmotik koloid plasma melawan filtrasi,

    penurunan konsentrasi protein plasma, yang mengurangi tekanan onkotik tersebutmenyebabkan peningkatan GFR dan berlaku sebaliknya. Tekanan hidrostatik kapsula

    bowman dapat meningkat secara tidak terkontrol dan filtrasi dapat berkurang pada

    keadaan obtruksi saluran kemih.

    Tekanan kapiler glomerulus dapat dikontrol untuk menyesuaikan GFR dalam

    memenuhi kebutuhan tubuh. Besar tekanan darah kapiler glomerulus bergantung pada

    laju aliran darah. GFR dikontrol oleh dua mekanisme yang ditujukan untuk

    menyesuaikan aliran darah glomerulus. Keduanya adalah autoregulasi dan kontrol

  • 7/13/2019 Mekanisme Dan Fungsi Kerja Ginjal

    3/7

    simpatis ekstrinsik. Karena tekanan darah arteri adalah gaya yang medorong darah ke

    dalam glomerulus dan juga tekanan darah kapiler gloemrulus, dengan demikian GFR

    akan meningkat setara dengan peningkatan tekanan arteri jika hal lainnya konstan dan

    juga sebaliknya. Perubahan GFR spontan semacam itu sebagian besar dicegah oleh

    mekanisme pengaturan ginjal itu sendri yaitu yang dikenal dengan sistem

    autoregulasi. Mekanisme yang bertanggung jawab dalam melaksanakan respon

    autoregulasi ini masih belum sepenuhnya dipahami. Saat ini terdapat dua mekanisme

    intrarenal yang berperan dalam autoregulasi yaitu miogenik dan tubuloglomerulus

    feedback. Mekanisme miogenik adalah sifat umum otot polos vaskuler. Otot polos

    vaskuler arteriol berkontraksi secara inheren sebagai respons terhadap peregangan

    yang menyertai peningkatan tekanan di dalam pembuluh. Dengan demikian, arteriol

    aferen secara otomatis bekontriksi sendiri jika teregang karena tekanan arteri

    meningkat. Respon ini membantu membatasi aliran darah ke dalam glomerulus ke

    tingkat normal walaupun tekanan arteri meningkat dan juga sebaliknya.

    Mekanisme tubuloglomerulus feedback melibatkan apparatus juxtaglomerulus, yaitu

    kombinasi khusus sel-sel tubulus dan vaskuler di daerah nefron. Jika terjadi

    penurunan tekanan darah, GFR akan langsung turun dan menyebabkan proses di

    dalam ginjal menjadi terhambat dan terjadi penumpukan zat. Natrium yang akandiserap menurun dan akan terdeteksi oleh sel macula densa yang merupakan

    kemoresptor untuk natrium. Sel macula densa akan mengaktifkan sel juxtaglomelurus

    yang akan menghasilkan renin. Renin akan mengaktifkan protein plasma

    angotensinogen menjadi angiontensin I. Angiontensin Converting Enzim (ACE) akan

    mengubah angiontensin I menjadi angiontensin II dan akan mengeluarkan aldosteron

    sehingga GFR akan naik kembali.

    Selain mekanisme autoregulasi intrinsik yang dirancang umtuk menjaga agar GFR

    tetap normal, ada juga mekanisme kontrol simpatis ekstrinsik. Kontrol ekstrinsik

    GFR, yang diperantarai oleh sinyal sistem saraf simpatis ke arteriola aferen, ditujukan

    untuk mengatur tekanan darah arteri. Sistem saraf parasimpatis tidak memiliki

    pengaruh apapun pada ginjal. Jika volume plasma berkurang, maka penurunan

    tekanan darah arteri yang terjadi akan terdeteksi oleh baroreseptor arkus aorta dan

    sinus karotis, yang memicu refleks saraf untuk meningatkan tekanan darah ke arah

    normal. Respons ini diatur oleh pusat kontrol kardiovaskular di batang otak dan

  • 7/13/2019 Mekanisme Dan Fungsi Kerja Ginjal

    4/7

    terutama diperantarai oleh peningkatan aktivitas simpatis ke jantung dan pembuluh

    darah. Meskipun peningkatan curah jantugn dan resistensi perifer ottal yang terjadi

    membantu meningkatkan tekanan darah menuju normal namun volume plasma tetap

    kurang. Dalam jangka panjang, volume plasma harus dipulihkan ke normal. Salah

    satu caranya adalah dengan penurunan pengeluaran urin sehingga lebih banyak cairan

    yang ditahan di tubuh, yang terjadi dengan cara penurunan GFR, karena jika cairan

    yang difiltrasi berkurang maka yang dieksresikan juga akan berkurang. i

    Reabsorbsi

    Setelah plasma bebas protein di filtrasi melalui glomelurus, setiap zat ditangani secara

    tersendiri oleh tubulus, sehingga walaupun konsentrasi semua konstituen dalam filtrat

    glomerulus awal identik dengan konsentrasinya dalam plasma (dengan pengecualian

    protein plasma) konsentrasi berbagai konstituen mengalami perubahan-perubahan saat

    cairan filtrasi mengalir melalui sistem tubulus. Kapasitas reabsortif sistem tubulus

    sangat besar. Lebih dari 99% plasma yang difiltrasi dikembalikan ke darah melalui

    reabsorbsi. Zat-zat utama yang secara aktif di reabsorbsi adalah glukosa dan asam

    amino. Zat terpenting yang direabsorbsi secara pasif adalah Cl-, H2O dan urea.

    Hal utama yang berkaitan dengan sebagian besar proses reabsorbsi alah reabsorbsi

    aktif Na+. Suatu pembawa Na+-K+ ATPase beragntung energi yang terletak di

    membran basolateral setiap sel tubulus proksimal mengangkut Na+ ke luar dari sel ke

    dalam ruang lateral di antara sel-sel yang berdekatan. Perpindahan Na+ ini memicu

    reabsorbsi netto Na+dari lumen tubulus ke plasma kapiler peritubulus, yang sebagian

    besar terjadi di tubulus proksimal. Energi yang digunakan untuk memasok pembawa

    Na+-K+ATPase akhirnya bertanggung jawab untuk merabsorbsi Na+, glukosa, asam

    amino, Cl-,

    H2O dan urea dari tubulus proksimal. Pembawa kotransportasi spesifikyang terletak di batas luminal sel tubulus proksimal terdorong oleh gradient

    konsentrasi Na+untuk secara selektif mengangkut glukosa atau asam amino. Dari sel

    tubulus, zat-zat tersebut akhirnya masuk ke plasma. Klorida di reabsorbsi secara pasif

    mengikuti penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh reabsorbsi aktif natrium. Air

    secara pasif direabsorbsi akibat gradien osmotik yang diciptakan oleh reabsorbsi aktif

    natrium. Enam puluh lima persen H2O yang difiltrasi akan direabsorbsi dari tubulus

    proksimal melalui cara ini. Reabsorbsi ekstensif H2O meningkatkan konsentrasi zat-

    zat lain yang tertinggal di dalam cairan tubulus, yang sebagian besar adalah zat-zat

  • 7/13/2019 Mekanisme Dan Fungsi Kerja Ginjal

    5/7

    sisa. Molekul urea yang kecil merupakan satu-satunya zat sisa yang secara pasif

    menembus membran tubulus.5

    Sekresi

    Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler

    peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk

    masuk ke dalam tubulus ginjal. Sekresi tubulus, dapat juga di pandang sebagai

    mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat tertentu dari tubuh. Semua

    zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi

    tubulus dan tidak direabsorpsi, akan dieliminasi dalam urin. Sekresi tubulus

    melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan saat reabsorpsi tubulus,

    tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat

    aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion

    hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak

    diantaranya adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh.5

    1. Sekresi Ion HidrogenSekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.

    Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus

    proksimal, distal, dan pengumpul (duktus koligentes). Tingkat sekresi H+bergantung

    pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H+ akan berkurang apabila

    konsentrasi H+di dalam cairan tubuh terlalu rendah.

    2. Sekresi Ion KaliumIon kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan

    di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan

    secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. Reabsorpsi ion kalium di awal

    tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di bagian akhir

    tubulus bervariasi dan berada dibawah kontrol. Dalam keadaan normal, jumlah K+

    yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya yang

    difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi , sehingga

    sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan

    bukan difiltrasi. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan

  • 7/13/2019 Mekanisme Dan Fungsi Kerja Ginjal

    6/7

    dengan reabsorpsi Na+ melalui pompa Na+-K+ basolateral yang bergantung pada

    energi. Pompa ini tidak saja memindahkan Na+ ke luar ke ruang lateral, tetapi juga

    memindahkan K+ ke dalam sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat

    mendorong difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus. Dengan menjaga konsentrasi

    K+di cairan interstisium rendah, yaitu dengan memindahkan K+ke dalam sel tubulus

    dari cairan interstisium di sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasif K+

    keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstisium.6 Beberapa faktor

    mampu mengubah kecepatan sekresi K+, yang paling penting adalah hormon

    aldosteron, yang merangsang sekresi K+ oleh sel-sel tubulus di bagian akhir nefron

    secara simultan untuk meningkatkan reabsorpsi Na+oleh sel-sel tersebut. Peningkatan

    konsentrasi K+ plasma secara langsung merangsang korteks adrenal untuk

    meningkatkan keluaran aldosteronnya, yang kemudian mendorong sekresi dan

    ekskresi kelebihan K+. Sebaliknya, penurunan konsentrasi K+ plasma menyebabkan

    reduksi sekresi aldosteron, sehingga sekresi K+ oleh ginjal yang dirangsang oleh

    aldosteron juga berkurang. Peningkatan dan penurunan konsentrasi K+ di plasma

    (CES) dapat mengubah gradien konsentrasi K+ intrasel ke ekstrasel, yang pada

    gilirannya dapat mengubah potensial membran istirahat. Peningkatan konsentrasi K+

    CES menyebabkan penurunan potensial istirahat dan diikuti dengan peningkatan

    eksitabilitas, terutama otot jantung.

    3. Sekresi Anion dan Kation OrganikTubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekrotik yang terpisah, satu untuk

    sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik.

    Setelah terbentuk di ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke vesika urinaria, melewati

    sfingter uretra internus dan eksternus, melewati uretra dan keluar dari tubuh.5

    Diuresis Osmotik

    Adanya zat-zat terlarut dalam jumlah besar yang tidak direabsorbsi dalam tubulus

    ginjal menyebabkan peningkatan volume urin yang disebut diuresis osmotik. Zat-zat

    terlarut yang tidak direabsorpsi di tubulus proksimal ini akan memberi pengaruh

    osmotik yang cukup besar arena dengan berkurangnya cairan tubulus (akibat

    reabsorpsi) akan lebih meningkatkan kadar zat-zat terlarut tersebut. Peningkatankadar zat-zat terlarut ini akan menahan air dalam tubulus. Diuresis osmotik dapat

  • 7/13/2019 Mekanisme Dan Fungsi Kerja Ginjal

    7/7

    terjadi akibat pemberian senyawa-senyawa seperti manitol dan polisakarida serupa

    lainnya yang dapat difiltrasi tetapi tidak direabsorpsi. Selain itu, juga dapat

    disebabkan oleh senyawa-senyawa yang ada di tubuh tetapi terdapat dalam jumlah

    yang melebihi kemampuan reabsorpsi tubulus. Pada diabetes melitus, misalnya,

    glukosa yang tersisa di tubulus karena jumlah yang difiltrasi melampaui Tm (Tm atau

    maksimum transport adalah jumlah maksimum yang dapat ditranspor atau

    direabsorpsi per menit, yaitu sekitar 200 mg glukosa/100 ml plasma. Jika kadar

    glukosa darah melebihi Tm-nya, berarti melewati ambang plasma ginjal sehingga

    glukosa muncul di urine [glukosuria]1). akan mengakibatkan poliuria. Diuresis

    osmotik juga dapat disebabkan oleh pemberian infus natrium kloriuda atau ureum

    dalam jumlah besar.ii

    iSherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit

    Buku Kedokteran EGC; 2011:327-553-96.iiGanong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC; 2004: 701.