memperkuat stabilitas sistem keuangan di tengah ... · bekerja secara efektif dan efisien serta...
TRANSCRIPT
Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Ketidakseimbangan Eksternal
Bank Indonesia 19 Mei 2014
1
KSK No.22, Maret 2014
Dr. Halim Alamsyah Deputi Gubernur Bank Indonesia
Agenda
I.
2
Stabilitas Sistem Keuangan
II. Tools Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan
III. Kebijakan Makroprudensial
IV. Kajian Stabilitas Keuangan - Maret 2014
3
Sistem Keuangan terdiri atas Institusi Keuangan, Pasar Keuangan dan Pengguna Jasa Keuangan. Ketiganya didukung oleh Insfrastruktur Keuangan.
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) adalah suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
Institusi
Keuangan Bank
Non Bank
Pasar
Pasar Uang
Pasar Modal
Financial Service
Users
Rumah Tangga
Korporasi
interaksi
Sistem Keuangan
Makro
Ekonomi
interaksi
I n f r a s t r u k t u r
4
SSK merupakan tanggung jawab semua pihak baik BI, Kemenkeu, OJK dan LPS.
Rumah Tangga
Korporasi
Probability of Default (PD) &
Loss Given Default (LGD)
Lembaga Keuangan non Bank
Bank
Pasar Keuangan
Infrastruktur Sistem
Keuangan
Profitabilitas Permodalan
Profitabilitas Permodalan
IHSG, Yield Curve, PUAB
- Risiko kredit - Risiko likuiditas - Risiko pasar
Stabilitas Sistem
Keuangan
Stabilitas Moneter
Internasional dan Domestik : - Fiskal - Faktor ekonomi - Faktor non Ekonomi - Efek domino pasar internasional
Kondisi Keuangan
Kinerja Keuangan
Probability of Default (PD) &
Loss Given Default (LGD)
Inflasi
BoP
Growth & Unemployment
EKONOMI MAKRO
Agenda
I.
5
Stabilitas Sistem Keuangan
II. Tools Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan
III. Kebijakan Makroprudensial
IV. Kajian Stabilitas Keuangan - Maret 2014
6
Menggambarkan kondisi ketahanan sistem keuangan dari sisi Institusi Keuangan dan Pasar Keuangan.
KORPORASI
• Leverage
• Kemampuan
membayar
RUMAH TANGGA
• Leverage
• Kemampuan
membayar
EKSTERNAL
• Perekonomian Global
• Flows of Funds
• Utang Luar Negeri
MAKROEKONOMI
DOMESTIK
• Fiskal
• Inflasi
• PDB, dsb
Berdampak pada
ISSK dibagi 4 (empat) kondisi, yaitu Normal, Waspada, Siaga, Krisis
7
Identifikasi Risiko
Top-Down Approach
Bottom-Up Approach
1. Macro stress-testing
2. Credit risk stress-testing
3. Interest rate risk stress-testing
4. Exchange rate risk stress-testing
5. Government bond prices’ stress-testing
6. Liquidity risk stress-testing
7. Integrated stress-testing
8. Interbank stress-testing
1. Credit risk stress-testing
2. Interest rate risk stress-testing
3. Exchange rate risk stress-testing
4. Government bond prices’ stress-testing
5. Liquidity risk stress-testing
6. Integrated stress-testing
PERBANKAN
MAKROPRUDENSIAL MIKROPRUDENSIAL
KORPORASI
1. Exchange rate risk stress-testing
2. Interest rate risk stress-testing
3. Credit risk stress-testing
Dilengkapi dengan Contagion Analysis
Mengukur dampak kegagalan suatu bank thdp bank lain/sistem keuangan
Agenda
I.
8
Stabilitas Sistem Keuangan dan Kebijakan Makroprudensial
II. Tools Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan
III. Kebijakan Makroprudensial
IV. Kajian Stabilitas Keuangan - Maret 2014
9
Kebijakan Moneter
Stabilitas Sistem Keuangan
KebijakanMakro-
prudensial
Kebijakan Mikro-
prudensial
Kebijakan moneter fokus pada inflasi yang rendah dan kestabilan harga
Kebijakan Mikroprudensial fokus pada tingkat kesehatan institusi keuangan individual.
Kebijakan Makroprudensial fokus pada stabilitas sistem keuangan, dengan mengurangi risiko sistemik dan kecenderungan mengikutli siklus ekonomi (procyclicality).
Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan untuk mengatur dan mengawasi sistem keuangan, dalam rangka mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas serta meningkatkan akses dan efisiensi sistem keuangan
Tujuan Kebijakan Makroprudensial
Moneter, Mikroprudensial & Makroprudensial
Koordinasi & Kerjasama
Intermediasi
Seimbang &
Berkualitas
Mencegah Risiko Sistemik &
Memperkuat Resiliensi
Sistem Keuangan
Meningkatkan
Efisiensi
10
Macro-economic conditions
Micro-prudential conditions
Mikroprudensial
Mikroprudensial lebih mengarah kepada
analisis perkembangan individu lembaga
keuangan.
“Keeping individual financial institutions sound is not enough. A broader
approach is needed to safeguard the financial system”.
Makroprudensial lebih mengarah kepada
analisis sistem keuangan secara keseluruhan
sebagai kumpulan dari individu lembaga
keuangan.
Makroprudensial
Kegagalan kebijakan makroekonomi, kegagalan regulasi maupun kegagalan pasar
yang menyebabkan krisis mendorong perlunya kebijakan makroprudensial
11
Bank Indonesia telah mengimplementasikan beberapa instrumen pengaturan makroprudensial untuk melengkapi kebijakan moneter dan mikroprudensial
Stabilitas Sistem Keuangan
Kebijakan Mikropru
densial
Kebijakan Makroprud
ensial
Kebijakan Moneter
Instrumen untuk mengurangi dampak siklus ekonomi
Loan to Value ratio (LTV)
GWM - LDR
GWM Sekunder
Basel III : countercyclical capital buffers (akan diimplementasikan)
Instrumen utk meningkatkan resiliensi dan efisiensi
Managing capital flows
Systemic capital surcharges (akan
diimplementasikan)
Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)
Loan to Value Ratio (LTV Ratio) Menjaga sektor properti, sbg salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi, tumbuh berkelanjutan dlm jk menengah & panjang.
Dampak kebijakan : (i) perkembangan KPR dan kredit KPR yang diatur dalam LTV secara umum melambat, (ii) penambahan debitur dengan pemilikan KPR > 1 melambat dari sisi jumlah dan plafon KPR, (iii) kualitas kredit KPR relatif terjaga.
Penyempurnaan Ketentuan GWM - LDR
Meningkatkan ketahanan sektor perbankan dalam menghadapi berbagai risiko, khususnya terkait dengan risiko kredit dan likuiditas sehingga dapat mendukung stabilitas sistem keuangan sekaligus stabilitas moneter melalui penguatan peran intermediasi bank.
Dampak kebijakan : (i) Pertumbuhan kredit industri perbankan melambat, (ii) kualitas kredit industri perbankan tetap terjaga (NPL relatif rendah)
Penyempurnaan Ketentuan GWM Sekunder Mendorong bank memiliki cadangan likuiditas yg memadai sehingga dapat mengantisipasi peningkatan tekanan likuiditas.
Agenda
I.
12
Stabilitas Sistem Keuangan dan Kebijakan Makroprudensial
II. Tools Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan
III. Kebijakan Makroprudensial
IV. Kajian Stabilitas Keuangan - Maret 2014
13
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan
Dampak dari tekanan pada: • Volatilitas Nilai Tukar • IHSG • Yield Obligasi
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meskipun SSK sempat mengalami tekanan pada paruh kedua 2013 terimbas perlambatan ekonomi dan gejolak pasar keuangan global.
Ditengah ketidakseimbangan perekonomian global dan perlambatan ekonomi domestik, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, didukung oleh kinerja positif dan ketahanan perbankan yang kuat. Sementara itu, meskipun tekanan dipasar keuangan global sempat berdampak pada kinerja pasar keuangan domestik dan sektor riil (korporasi dan rumah tangga) , namun pada akhir tahun telah kembali membaik.
14
Stabilitas sistem keuangan masih terjaga di tengah ketidakseimbangan perekonomian global dan perlambatan ekonomi domestik
Industri Perbankan Pasar Keuangan & IKNB Korporasi & RT Infrastruktur SK
Risiko dan ketahanan perbankan
masih terjaga.
• Risiko likuiditas sempat meningkat,
a.l. disebabkan pertumbuhan kredit
lebih tinggi dibandingkan laju
kenaikan DPK.
• Risiko pasar meningkat terutama
karena kenaikan suku bunga DPK jk
pendek & pelemahan nilai tukar.
• Risiko kredit menunjukkan
penurunan, tercermin dari cukup
rendahnya rasio NPL gross.
• Profitabilitas perbankan meningkat,
tercermin dari peningkatan laba
bersih.
• Ketahanan industri perbankan
meningkat, tercermin dari
meningkatnya CAR.
• Risiko-risiko utama di
pasar keuangan
meningkat cukup
signifikan di 2013,
dengan peningkatan
lebih besar pada
semester II/2013,
tercermin dari kenaikan
yield SBN dan
penurunan IHSG.
• Kinerja IKNB
(Pembiayaan, Asuransi
dan Reksadana)
meningkat: total aset
meningkat & non-
performing financing
(NPF) menurun.
Secara umum kinerja
korporasi dan rumah tangga
masih solid meski sempat
mengalami perlambatan
pada semester II/2013:
• Kinerja korporasi masih
terjaga meskipun
profitabilitas mengalami
penurunan, kecuali di
sektor properti.
• Sektor Rumah Tangga
menghadapi kenaikan
risiko selama Semester
II/2013, namun kinerja
masih terjaga.
Penyelenggaraan
sistem pembayaran
berjalan dengan
efisien, aman dan
lancar.
Risiko Sistemik: Ketidakseimbangan eksternal dan perlambatan ekonomi domestik sempat menimbulkan peningkatan beberapa risiko di sistem keuangan namun belum berdampak pada peningkatan risiko sistemik.
Tantangan, Outlook dan Arah Kebijakan SSK: Seiring dengan perbaikan perekonomian di beberapa negara maju, perekonomian global 2014 diperkirakan membaik. Prospek perbankan Indonesia di tahun 2014 masih cukup baik namun perlu diwaspadai potensi peningkatan risiko likuiditas dan risiko kredit.
15
Sensitivitas risiko kredit dan pasar secara terintegrasi berdampak relatif kecil terhadap ketahanan industri dan kelompok BUKU.
Integrated Stress Test
Stress Test Ketahanan Korporasi thdp Nilai Tukar
Stress test menunjukan bahwa dari 196 korporasi yang menjadi sampel observasi terdapat 9 Korporasi yang berpotensi insolvent apabila nilai tukar rupiah melemah sampai dengan kurs Rp16.000/dollar.
1
2
16
Mikroprudensial Makroprudensial
Tujuan Antara
Pemantauan dan penilaian terhadap kesehatan individu
lembaga keuangan
Pemantauan dan penilaian terhadap sistem keuangan secara keseluruhan
Tujuan Akhir Perlindungan konsumen
Menekan biaya krisis (penurunan PDB)
Model Risiko Eksogen
Sebagian endogen
Korelasi & eksposur
lintas lembaga keuangan (contagion)
Tidak relevan
Penting
Kalibrasi kebijakan
prudensial
Fokus pada risiko individual : Bottom up
Fokus pada risiko sistemik: Top down
Fokus
Individu Lembaga keuangan
Lembaga keuangan sistemik (Systemically Important Financial
Institution/SIFIs)
17
Pertumbuhan Kredit Perbankan
Non Performing Loan Pertumbuhan DPK
Fungsi intermediasi tetap tumbuh meskipun melambat dengan risiko terjaga…..
18
• Pertumbuhan kredit perbankan cenderung menurun menjadi sebesar 21,60% (yoy) dan NPL tetap terjaga pada level 1,77% lebih rendah dari periode sebelumnya.
Suku Bunga Industri
Risiko pasar meningkat terutama karena kenaikan sk bunga DPK jk pendek & pelemahan nilai tukar.
19
• Perkembangan suku bunga DPK industri perbankan relatif stabil kecuali suku bunga Deposito 1 bulan.
• Sementara itu dari sisi suku bunga kredit industri perbankan, peningkatan BI Rate pada semester II 2013 belum direspon oleh perbankan secara siginifikan.
7.92
1.65
1.89
10.2210.13
13.13
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Sem I/2011 Sem II/2011 Sem I/2012 Sem II/2012 Sem I/2013 Sem II/2013
Deposito Giro Tabungan KMK KI KK
Kre
dit
DP
K
• Pelemahan nilai tukar pada semester II 2013 menyebabkan perbankan cenderung meningkatkan aset valas untuk memitigasi risiko pelemahan rupiah thdp modal bank.
• Rata-rata rasio PDN thdp modal perbankan 2,5%.
• Hasil stress test dgn skenario depresiasi Rupiah 10%-50% menunjukkan ketahanan industri tercemin dr CAR masih >15%.
Net Long/Short Valas Perbankan
Profitabilitas perbankan tetap meningkat sejalan dengan peningkatan efisiensi
• Profitabilitas Industri Perbankan masih tetap meningkat dibandingkan semester sebelumnya. Laba bersih meningkat terutama berasal dai pendapatan bunga kredit sejalan dengan meningkatnya volume penyaluran kredit perbankan dan meningkatnya fee based income.
• Efisiensi mengalami peningkatan terutama pada Buku 4.
Perkembangan Laba/Rugi Industri Perbankan (dalam Triliun)
ROA per BUKU (%) BOPO
20
Ketahanan industri perbankan didukung oleh kualitas permodalan yang meningkat.
Ketahanan industri perbankan masih berada pada level aman tercermin dari peningkatan rasio CAR. Ketahanan industri perbankan didukung oleh kualitas permodalan yang meningkat.
Perkembangan CAR Perbankan (%) Rasio Tier I Perbankan
21
Gejolak pasar SBN dan saham sempat terpengaruh oleh gejolak pasar keuangan global namun pada akhir tahun kembali membaik.
Volatilitas Yield SBN 10 Tahun dan
Kawasan
INDO INDI THAI MAL PHILDec-12 4,16 1,42 1,78 2,40 2,69
Jan-13 2,94 1,67 2,12 4,61 5,99
Feb-13 1,01 1,85 2,80 2,89 2,27
Mar-13 2,63 1,74 2,37 2,00 7,44
Apr-13 1,53 1,58 4,36 1,35 5,09
May-13 3,42 2,02 2,96 5,47 5,52
Jun-13 8,69 5,36 9,56 8,19 11,02
Jul-13 17,47 26,20 3,16 7,53 10,55
Aug-13 11,78 10,63 7,24 2,78 17,65
Sep-13 12,97 5,38 8,23 6,41 12,98
Oct-13 17,04 2,81 3,02 4,22 9,73
Nov-13 4,22 8,23 5,78 6,88 2,16
Dec-13 2,64 7,95 2,62 3,03 12,46
Y ield SBN 10 Tahun dan Kawasan
INDO INDI THAI MAL PHILDec-12 5,15 8,17 3,43 3,52 4,20
Jan-13 5,24 8,04 3,58 3,55 4,00
Feb-13 5,18 8,03 3,50 3,42 3,58
Mar-13 5,44 8,03 3,42 3,45 2,91
Apr-13 5,39 7,77 3,30 3,39 2,91
May-13 5,80 7,47 3,39 3,50 3,02
Jun-13 7,06 7,69 3,63 3,72 4,01
Jul-13 7,79 8,79 3,86 4,04 3,19
Aug-13 8,52 8,86 4,13 4,04 3,56
Sep-13 8,32 8,97 3,87 3,76 3,38
Oct-13 7,35 8,78 3,79 3,65 3,50
Nov-13 8,59 9,09 3,91 4,30 3,34
Dec-13 8,37 9,17 3,80 4,20 3,40
Perkembangan Indeks Saham Kawasan Volatilitas Indeks Saham Sektoral
Pangsa per
Des-2013
2012
Semester I
2012
Semester II
2013
Semester I
2013
Semester II
IHSG 18,95 13,05 22,38 27,42
Keuangan 24 21,57 17,23 25,79 34,18
Pertanian 3 23,35 20,89 22,75 31,72
Industri Dasar dan Kimia 8 25,62 19,77 29,15 39,22
Konsumsi 15 23,12 21,74 30,53 32,98
Properti 6 24,98 16,29 31,16 41,36
Pertambangan 7 28,96 24,23 25,51 30,57
Infrastruktur 15 19,21 17,38 27,11 27,14
Perdagangan 13 21,09 13,99 23,15 25,52
Aneka Industri 9 30,25 28,80 34,03 41,23
Yield SBN jangka pendek,
menengah dan Panjang
22
23
Perkembangan Kinerja PP Rasio NPF PP
Kinerja Perusahaan Pembiayaan meningkat tercermin dari naiknya total aset dan pembiayaan yang disalurkan yang terbesar pada Pembiayaan Konsumen dan Sewa Guna Usaha. Sementara itu, risiko PP menurun tercermin dari penurunan non performing financing (NPF).
Aset dan Investasi Industri Asuransi Growth yoy Reksadana
Kinerja industri asuransi meningkat meskipun dengan tren melambat tercermin dari meningkatnya aset dan rasio klaim bruto terhadap premi bruto. Sementara itu, meskipun reksadana mengalami perlambatan pertumbuhan (NAB & jumlah reksadana menurun), namun masih memberikan return yg positif bagi investor.
Ketahanan korporasi masih solid meskipun sempat tertekan…. • Kinerja korporasi sempat mengalami perlambatan akibat perlambatan perekonomian
domestik, pelemahan nilai tukar serta tingginya inflasi.
Indikator Kunci Kinerja Keuangan Korporasi
2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013
1 Pertanian 5,32% 1,98% 9,71% 3,91% 0,86 1,08 2,16 1,93 1,10 1,07 7,85 6,86
2 Industri Dasar dan Kimia 6,29% 5,88% 13,30% 12,62% 1,14 1,16 1,88 1,86 1,61 1,62 5,41 5,20
3 Industri Barang Konsumsi 11,40% 9,19% 19,57% 16,40% 0,75 0,81 2,33 2,23 2,03 1,79 4,41 4,49
4 Infrastruktur, utilitas dan transportasi 7,86% 4,12% 17,38% 9,24% 1,17 1,30 1,85 1,77 1,09 1,04 75,62 77,59
5 Aneka Industri 8,91% 7,29% 21,03% 16,78% 1,34 1,27 1,75 1,79 1,22 1,18 10,52 8,93
6 Pertambangan 4,77% 0,09% 11,60% 0,23% 1,54 1,76 1,65 1,57 1,60 1,17 14,17 11,76
7 Properti dan Real Estate 5,77% 7,70% 10,94% 15,32% 0,93 1,06 2,07 1,94 2,04 1,78 1,74 2,01
8 Perdagangan, jasa dan investasi 8,21% 5,42% 15,23% 9,98% 0,80 0,86 2,26 2,16 1,65 1,60 8,61 7,48
7,27% 4,94% 15,09% 10,53% 1,09 1,17 1,92 1,86 1,53 1,40 7,21 6,69
Posisi data Tw III-2012 & Tw III-2013
Sumber: Laporan Keuangan Korporasi di Bursa Efek Indonesia, Bloomberg, diolah
TA/TL Current Ratio Inventory TO
Agregat
No. SektorROA ROE DER
Rasio profitabilitas baik ROA maupun ROE mengalami penurunan.
Penurunan profitabilitas pada 2013 dialami hampir oleh seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor properti.
Meski tingkat utang korporasi masih tinggi, kemampuan korporasi dalam memenuhi kewajibannya relatif terjaga.
24
66.35%
14.66%
18.99%
Konsumsi Cicilan Pinjaman Tabungan
Ketahanan sektor Rumah Tanggal masih solid meskipun sempat tertekan…. Mayoritas penghasilan bulanan rumah tangga Indonesia digunakan untuk konsumsi, diikuti untuk Tabungan dan
pembayaran cicilan pinjaman. Mayoritas aset rumah tangga berupa aset tetap (rumah, tanah, kendaraan, peralatan RT, dan pakaian).
Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga
Sumber: Survei Neraca Rumah Tangga, Bank Indonesia. Diolah
25
• Berdasarkan hasil Survei Neraca Rumah Tangga, rasio cicilan pinjaman terhadap pendapatan (Debt to Income Ratio) sebesar 14,66%. Rasio cicilan pinjaman masih lebih rendah dibandingkan persyaratan bank bagi calon debitur (biasanya ditetapkan maks. 30%). Dengan demikian, terbuka peluang cukup besar bagi perbankan untuk menyalurkan kredit bagi rumah tangga dalam rangka program perluasan akses keuangan.
• Tingginya inflasi berdampak kepada peningkatan pengeluaran untuk konsumsi. Namun, kemampuan membayar cicilan utang rumah tangga masih terjaga terkait masih cukup tingginya tingkat tabungan.
• Di tahun 2012 aset rumah tangga masih didominasi oleh aset tetap dengan komposisi yang meningkat. Aset
rumah tangga pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 3,41% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pengeluar an
2011 2012
Sem II Sem I Sem II
Konsumsi 65.3% 65.5% 65.6%
Cicilan Pinjaman
14.6% 14.0% 15.0%
Tabungan 20.1% 20.5% 19.4%
Komposisi Aset RT
0.58% 0.63% 0.94% 0.37%
88.79% 88.27% 85.46% 89.16%
1.09% 0.24% 0.25%0.14%
9.55% 10.86% 13.38% 10.32%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2009 2010 2011 2012
Aset Lainnya Aset Tetap Investasi Aset Lancar
Des 2013
Pertumbuhan dan NPL Kredit ke Sektor RT
Kredit rumah tangga cenderung tumbuh melambat dengan tingkat NPL dan kemampuan pembayaran utang RT masih terjaga pada level aman.
Komposisi Kredit Rumah Tangga
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah
26
Nominal
(Rp T)
Pangsa
(%)
Nominal
(Rp T)
Pangsa
(%)
Nominal
(Rp T)
Pangsa
(%)
Nominal
(Rp T)
Pangsa
(%)
Nominal
(Rp T)
Pangsa
(%)
Perumahan 148.6 46.8% 197.4 46.7% 241.7 39.0% 305.8 44.4% 308.8 44.2%
Kendaraan 80.0 25.2% 105.7 25.0% 98.7 15.9% 104.5 15.2% 108.1 15.5%
Peralatan 1.8 0.6% 2.4 0.6% 1.3 0.2% 1.5 0.2% 1.6 0.2%
Multiguna 75.6 23.8% 105.3 24.9% 257.9 41.6% 249.2 36.2% 252.4 36.1%
Lainnya 11.4 3.6% 12.1 2.9% 19.6 3.2% 27.1 3.9% 28.3 4.1%
Total 317.34 100% 422.99 100% 619.26 100% 688.05 100% 699.32 100%
Dec'10 Dec'11 Dec'12 Dec'13 Mar'14Kredit Rumah
Tangga
27
Kinerja sistem pembayaran yg diselenggarakan Bank Indonesia tetap terpelihara dengan baik. • Tingkat ketersediaan (availability) sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI sebesar 99,96%
melebihi Service Level Agreement (SLA) • Terlaksananya Manajemen Risiko SP BI yang memadai
1. Uji coba sistem back-up SP BI (BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI) sebanyak 2 kali. 2. Tersedianya Business Continuity Plan (BCP) termasuk infrastruktur back up system yang
dapat menggantikan operasional setiap saat. 3. Pelaksanaan security audit secara berkala. 4. Pelaksanaan member certification 5. Helpdesk kepada peserta.
Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran
Turn Over Ratio
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
BUKU 1BUKU 2BUKU 3BUKU 4 Industri
Miliar Rp Queue Transaction (Nilai)
2012 Sem I
2012 Sem II
2013 Sem I
2013 Sem II
Queue Transaction (Nilai)
• Nilai Turn Over Ratio selama 2013 mengalami penurunan yang mencerminkan bahwa peserta BI-RTGS memiliki kemampuan yang memadai untuk memenuhi kewajiban dalam melakukan transaksi pembayaran.
• Antrian di sistem pembayaran (queue transaction) mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan perbankan memiliki likuiditas yang lebih memadai dibandingkan periode sebelumnya.
Prospek perbankan Indonesia di tahun 2014 masih cukup baik namun perlu diwaspadai potensi kenaikan terutama risiko kredit dan tekanan likuiditas.
Pert. Kredit: 15-17% Pert. DPK: 15-17% NPL: 2.2-2.7%
Proyeksi Perbankan & RBB 2014
28
Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan diperlukan sinergi antara makroprudensial dan mikroprudensial. Oleh karena itu perlu dukungan kerjasama antar otoritas terkait yaitu Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan.
Koordinasi & Kerjasama antara BI dan OJK
Dasar Hukum : Keputusan Bersama BI dan OJK Nomor 15/1/KEP.GBI/2013, No.PRJ-11/D.01/2013 tgl 18 Oktober 2013
Cakupan, antara lain :
Koordinasi, berupa :
Perumusan kebijakan dan peraturan makro-mikroprudensial
Pertukaran informasi hasil pengawasan LJK dan macro-surveillance
Kajian dan/atau penelitian bersama
Stance dalam fora internasional
Sosialisasi dan edukasi
Pembentukan single point of contact
Pertemuan reguler level deputies, pimpinan satker dan teknis
29
Koordinasi & Kerjasama BI dalam FKSSK
Dasar Hukum :
Nota Kesepahaman antara Menkeu, GBI, Ketua DK OJK dan Ketua DK LPS : MOU-8/MOU-8/MK.011/2012, No. 14/2/GBI/DKM/NK, No. 01/NK1/DK/XII/2012 dan MOU.001/DK/XII/2012
Cakupan
Koordinasi, berupa :
Pertukaran data data dan informasi kondisi SSK dan analisa Protokol Manajemen Krisis (PMK)
Hasil pemantauan kondisi nilai tukar, perbankan, LKBB, Pasar Modal, pasar SBN dan risiko fiskal yang ditengarai dapat mengganggu SSK
Harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan dalam menjaga SSK
Koordinasi pelaksanaan kebijakan dalam rangka penanganan krisis
Pertemuan bulanan level Deputies
Pertemuan triwulanan FKSSK
Pertemuan reguler level teknis
30