mensucikan najis dalam praktik jasa

117
MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN MENURUT EMPAT MADZHAB SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Eling Marang Gusti NIM : 11150430000047 PRODI STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2020

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

LAUNDRY MODERN MENURUT

EMPAT MADZHAB

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum (S.H.)

Eling Marang Gusti

NIM : 11150430000047

PRODI STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2020

Page 2: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

i

Page 3: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

ii

Page 4: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

iii

Page 5: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

iv

Abstrak

ELING MARANG GUSTI. NIM 11150430000047. MENSUCIKAN

NAJIS DALAM PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN MENURUT

EMPAT MADZHAB. Program Studi Perbandingan Madzhab, Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/ 2020M.

Dengan perkembangan zaman saat ini, teknologi memberikan pengaruh

yang sangat besar terhadap perkembangan masyarakat. Adapun dengan era serba

cepat saat ini masih terdapat kesibukan yang bahkan tidak bisa melakukan

pekerjaan rumah, seperti halnya mencuci. Dengan melihat peluang ini banyak

pembisnis membuka layanan usaha laundry untuk memudahkan masyarakat yang

tidak memiliki waktu karena kesibukan baik pekerjaan maupun aktivitas. Layanan

laundry ini tentu saja dalam proses pencuciannya menggunkan teknologi mesin

cuci, mesin dryclean dan juga mesin pengering memudahkan dalam proses

pencucian pakaian.

Penelitan ini menggunakan metode penelitian kualitatif, data yang

dikumpulkan menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan informasi

secara langsung dan observasi melihat tempat yang digunakan usaha laundry. Data

yang sudah terkumpul selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode deskriptif

analisis yang mendeskripsikan terlebih dahulu data lapangan secara jelas untuk

dikaji dan kemudian disusun secara sistematis untuk dianalisis menggunakan

pandangan empat madzhab terhadap praktik kesucian laundry saat ini.

Hasil penelitan menyimpulkan bahwa, dalam praktik jasa laundry modern

terdapat 2 proses pencucian menggunakan mesin cuci dan mesin dryclean.

Pencucian menggunakan mesin cuci adalah proses pencucian yang menggunakan

air sedangkan dryclean adalah proses pencucian cuci kering atau tanpa basuhan air.

2 proses pencucian menggunakan mesin tersebut dapat dikatakan suci apabila 3 hal

yaitu zat warna, bau, dan benda najis tersebut telah hilang.

Kata kunci: Mensucikan najis, dalam praktik laundry modern, menurut

empat madzhab.

Page 6: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya baik

sehat jasmani, rohani dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Shalawat dan Salam penulis junjungkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh umat muslim.

Dengan selesainya penyusunan skripsi yang penulis buat, penulis patut

menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak. Sedikit atau banyaknya

bantuan mereka, menjadikan penulis mewujudkan skripsi ini. Berkenan dengan itu,

ucapan terimakasih setinggi-tingginya kepada Orang tua yang penulis sangat cintai

dan sayangi serta yang menyayangi penulis tanpa batas. Bapak Zulfirman dan Ibu

Marsiyati yang senantiasa mendoakan penulis tanpa henti, yang memberikan

semangat, kasih sayang, pengorbanan, waktu, dan lain-lain tidak bisa disebutkan,

dalam membimbing saya sehingga terwujudnya pendidikan tinggi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besaranya atas ilmu yang

tak terhingga ini yang telah diberikan dan senantiasa memberikan doa dan harapan

yang sangat baik kepada penulis, ucapkan terimakasih sebesar-besarnya, kepada :

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A. Selaku Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ibu Hj. Siti Hanna, Lc., M.A, Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab

dan Bapak Hidayatulloh, M.H, Sekretaris Program Studi Perbandingan

Mazhab

3. Bapak Dr. Fuad Thohari, M.Ag dosen pembimbing akademik dan

pembimbing KKN , Terimkasih atas saran dan dukunganya sampai saat ini.

4. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A. dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu serta memberikan bimbinganya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

vi

5. Bapak Moch. Bukhari Muslim, M.A dan Ibu Ummu Hanah Yusuf Saumin,

M.A yang telah membantu melengkapi wawancara skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu,

mendidik, membuka pemikiran sebagai seorang mahasiswa, sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum

Univeristas Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada teman-teman PMH 2015 yang telah berjuang bersama dan

memberika kenangan yang tidak dapat terulang.

8. Teman-teman kos-kosan dan lingkungan kampus 4 tahun yang telah dilalui

masa manis-pahitnya menjadi mahasiswa ini akan selalu diingat.

Akhir kalimat semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan

untuk menyelesaikan pendidikan S1 ini. Semoga kebaikan akan menjadi berkah

yang tercurahkan kepada kita semua. Saya berharap skripsi ini sebagai bentuk hasil

penyelesaian pendidikan S1 dapat bermanfaat. Penulis menerima segala kritikan

dan saran demi perbaikan dan kemajuan di masa yang akan datang.

Jakarta,

Penulis

Page 8: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

vii

DAFTAR ISI

COVER SKRIPSI ...............................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... x

BAB I ................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4

C. Batasan Masalah ..................................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................................. 5

F. Review Kajian Terdahulu ...................................................................... 5

G. Metode Penelitian ................................................................................... 6

H. Sistematika Pembahasan ........................................................................ 8

BAB II ................................................................................................................ 10

MACAM-MACAM NAJIS DAN CARA MENSUCIKANYA

A. Pengertian Najis ...................................................................................... 10

B. Dalil-Dalil Dan Hukum Menghilangkan Najis ....................................... 11

C. Pembagian Najis ..................................................................................... 15

1. Najis Mughalladzah (Berat) .............................................................. 15

Page 9: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

viii

2. Najis Mutawassitah (Sedang) ........................................................... 19

3. Najis Mukhaffafah (Ringan) .............................................................. 20

D. Macam-Macam Najs ............................................................................... 21

1. Najis Yang Telah Disepakati Status Kenajisanya ............................. 21

2. Najis Yang Diperselisihkan Status Kenajisanya ............................... 29

E. Media Untuk Menghilangkan Najis Pada Pakaian Dengan Mesin Cuci. 36

1. Air ..................................................................................................... 36

2. Macam-Macam Air ........................................................................... 39

BAB III ............................................................................................................... 47

PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN DAN WAWANCARA DOSEN

A. Praktik Jasa Laundry Modern ................................................................ 47

1. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 47

2. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 49

3. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 50

4. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 51

5. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 52

B. Wawancara Dosen ................................................................................. 53

BAB IV ............................................................................................................... 56

ANALISIS DAN TINJAUAN EMPAT MADZHAB TERHADAP KESUCIAN

PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN

A. Tinjauan Mensucikan Najis Dalam Praktik Jasa Laundry Modern

Menurut Empat Madzhab ........................................................................ 56

1. Pendapat Empat Madzhab Terhadap Pencucian Laundry Menggunakan

Mesin Cuci ........................................................................................ 57

2. Pendapat Empat Madzhab Terhadap Pencucian Laundry Menggunakan

Mesin Dry Clean ............................................................................... 60

B. Analisis Praktik Jasa Laundry Dengan Pendapat Empat Imam

Mdzhab .................................................................................................. 63

C. Kaidah –Kaidah Fiqih Yang Digunakan ............................................... 64

Page 10: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

ix

BAB V ................................................................................................................ 68

PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 68

B. Saran ........................................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 73

1. HASIL WAWANCARA LAUNDRY ............................................. 74

2. HASIL WAWANCARA DOSEN .................................................... 90

3. DOKUMENTASI ............................................................................. 95

4. SURAT PERMOHONAN MENJADI PEMBIMBING SKRIPSI ... 98

5. SURAT PERMOHONAN DATA DAN WAWANCARA .............. 99

6. SURAT IZIN PENELITAN DAN WAWANCARA ........................ 101

Page 11: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman tranliterasi Arab-Latin adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini digunakan dalam skripsi untuk

karya tulis yang diperlukan terutama bagi mereka yang di dalam teks karya tulisan

menggunakan beberapa istilah Arab yang belum diakui dalam kata bahasa

Indonesia.

1. Aksara Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam

aksara Latin:

Huruf

Arab

Huruf Latin

Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

ب

b

Be

ت

t

Te

ث

ts

Te dan Es

ج

j

Je

ح

h

Ha dengan garis bawah

خ

kh

Ka dan ha

د

d

De

ذ

dz

De dan Zet

ر

r

Er

ز

z

Zet

س

s

Es

Page 12: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

x

ش

sy

Es dan Ye

ص

s

Es dengan garis bawah

ض

d

De dengan garis dibawah

ط

t

Te dengan garis dibawah

ظ

z

Zet dengan garis dibawah

ع

Koma terbalik hadap kanan

غ

gh

Ge dan ha

ف

f

Ef

ق

q

Qo

ك

k

Ka

ل

l

El

م

m

Em

ن

n

En

و

w

We

ه

h

ha

ء

Apostrop

ي

y

ya

Page 13: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

xi

2. Vokal

Dalam bahasa Arab, sama seperti bahasa Indonesia memiliki vokal tunggal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau

monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Vokal Latin

Nama

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sedangkan, vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya

sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Vokal Latin

Nama

ـــ ai a dan i ي ـــــ ــ

au a dan u ـــــوـــ ــ

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (maddah), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Vokal Latin

Nama

ا ى . â a dengan topi diatas ا | ...

î i dengan topi atas ى

û u dengan topi diatas و

Page 14: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

xii

4. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid dilambangkan dalam tulisan Arab dengan tanda ( )

dalam ahli aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandung huruf

yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

iddah‘ - عد ة rabbana - ر بن

5. Ta Marbûtah

Ta’marbutah yang mati atau terdapat harkat sukun, maka di transliterasinya

adalah “h” bila Ta’marbutah dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua ini

terpisah maka ditulis dengan “h”. Bila Ta’ marbutah ada harkat, fathah, dhammah

dan kasrah maka ditulis “t”.

No Kata Arab Alih Aksara

Hikmah حكمة 1

Karamah Al-Auliyah كر امة الاو ليا ء 2

Zakah al-fitr ز كا ة الفطر 3

6. Sandang

Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf “ ال" (el) baik

syamsiyyah atau huruf qamarriyyah.

No Kata Arab Alih Aksara

Al-Qur’an القر ان 1

Asy-Syams اشمس 2

Page 15: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

xiii

7. Penulisan Bahasa Arab

Penulisan kata-kata dalm rangkaian kalimat ditulis menurut penulisanaya.

Kalimat atau kata yang belum dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, maka kata

tersebut harus ditransliterasi secarah utuh.

No Kata Arab Alih Aksara

Ahl as-Sunnah ا هل السنة 1

al-maslahah al-mursalah ةسلرلما ةحالمصل 2

Zawi al-furud ذوى الفر وض 3

Page 16: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sangat menekan kebersihan manusia lahir dan batin untuk menjaga

kesehatan dan menjalankan kewajiban agama, dan setiap kali menjalankan

kewajiban selalu diperhatikan tentang kesucian baik tempat, pakaian dan badan.

Dengan berkembangnya zaman kemudahan kini untuk bersuci sangatlah mudah

karena kebutuhan air tidaklah susah seperti zaman terdahulu, ketika tidak ada air

maka mengantikanya dengan debu untuk bersuci.

Syariat memerintahkan kita untuk membersihkan diri dari najis dalam

banyak dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah. Di antaranya firman Allah Ta’ala:

و ث ي اب ك ف ط هر

“Dan pakaianmu sucikanlah” (QS. Al Mudatsir 74:4).1

Suci dari najis adalah syarat sah dalam ritual beribadah sehingga seseorang

tidak sah menjalankan ibadah bila badan, pakaian, atau tempat tidak suci dari najis.

Maka pada saat itu dibutuhkan cara ber-thaharah yang benar, sebagaimana yang

diajarkan dalam ketentuan syariat Islam.2

Dalam hukum Islam, soal bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk

bagian ilmu dan amalan yang penting, terutama karena di antara syarat-syarat shalat

telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan mengerjakan shalat diwajibkan suci

dari hadas dan suci pula badan, pakaian, dan tempat dari najis. 3

ب ال م ت ط هر ين ب التـواب ين و ي ح إ ن الله ي ح

1 Zurinal dan Aminudin, Fiqih Ibadah (Jakarta : CV.Sejahterah 2008) h.33 2 Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fikih Indonesia Thaharah, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama 2019), h 47-48 3 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 13.

Page 17: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

2

“ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri.” .(QS. AL-Baqarah (2) :222)

Kotoran atau najis adalah sesuai peristiwa atau juga dapat diartikan kotoran

atau tidak suci, yang mencegah sahnya seseorang beribadah. Najis atau setiap

kotoran yang wajib disucikan dari suatu benda dan hal-hal yang mengenainya bagi

setiap muslim.4

Saat ini banyak penyedia jasa untuk memudahkan mencuci pakaian hingga

bersih dan rapih yaitu jasa binatu atau lebih sering dikenal sebagai jasa “Laundry”.

Jasa laundry kini banyak ditemukan dikalangan masyarakat karena usaha berjenis

menyediakan jasa ini banyak diminati, dengan demikian banyak orang-orang

membuka atau menyediakan usaha ini sebagai bisnis.

Akad yang digunakan dalam usaha layanan laundry ini adalah akad ijarah,

adalah upah atau ganti rugi atas pekerjaan atau barang dan bersifat temporal

(dibatasi oleh waktu), berbeda dengan akad jual beli (bai’) bersifat permanen dan

tidak boleh dibatasi waktu.5Akad ijarah tidak boleh dipalingkan, kecuali ada unsur

manfaat, dan akad.6

Pentingnya untuk mengetahui apakah sebuah layanan jasa laundry dapat

dikatakan mensucikan pakaian yang terkena najis, tentu berbeda-beda dalam

pensucianya. Hal ini yang mendasari penulis ingin meneliti lebih dalam dan dapat

memberikan hasil penelitian bagaimana pendapat Imam madzhab dengan praktik

jasa laundry saat ini dalam kesucian pakaian yang terkena najis.

Berbeda dengan mencuci pakaian sendiri tentu lebih yakin akan kebersihan

dan kesucianya. Akan tetapi, melihat kesibukan dan kegitan sehari-hari di

masyarakat berbeda-beda hal yang dilakukan dalam keseharian, maka dengan

4 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta: AMZAH

2013), h.111 5 Pudjihardjo dan Nur Faizin Muhith, Fikih Muamalah Ekonomi Syariah, (Malang: Tim

UB Press 2019) h. 64 6 Abu Azam Al Hadi, Fiqh Muamalah Kontemporer (Sidoarjo: CV Cahaya XII, 2014),

72-73.

Page 18: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

3

adanya layanan jasa laundry membantu meringankan kegiatan yang ada pada

masyarakat.

Dalam al Fiqh Muyassar disebutkan,

ر ق ت ـ م س ن ي ع ك ل ي : ه ة اس ج لن ا اه اب ن ت اج عا ب ش ر ر م أ ة ذ

“Najasah adalah setiap hal yang dianggap kotor yang diperintahkan oleh

syariat untuk menjauhinya”7

Inilah yang mendasari seorang muslim untuk mengetahui pakaian yang

digunakan suci dari najis, baik untuk mendirikan ibadah ataupun pakaian sehari-

hari yang digunakan. Dengan adanya jasa laundry maka banyak menimbulakn

pertanyaan-pertanyaan di masyarakat, apakah penyedia jasa laundry tersebut baik

dan suci dalam proses pencucianya yang menggunakan mesin laundry.

Untuk mengetahui lebih dalam penulis sangat tertarik tentunya, yang akan

melakukan penelitian terjadi pada masayarakat. Melihat teori-teori dalam hukum

Islam dengan pendapat empat Imam madzhab yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i,

dan Imam Ahmad bin Hanbal dalam proses pensucian pakaian yang terkena najis

dan diterapkan kepada paraktik jasa laundry modern saat ini.

Penjelasan secara singkat untuk menghilangkan najis sebelum dilakukanya

proses pencucian menggunakan mesin cuci. Sebelum memasukkan ke dalam mesin

cuci untuk dapat mensucikan pakaian terlebih dahulu melakukan pengguyuran

pakaian menggunakan air dengan cara menyiramkanya hingga mengalir dari atas

ke bawah, karena cara ini lebih dianjurkan untuk menghilangakan najis dari pada

cara satunya yaitu merendam pakaian dan air, karena kotoran ataupun najis tidak

hilang dengan kata lain hanya menggendap pada bagian bawah, sedangkan

mengalirkan air akan menghanyutkan kotoran ataupun najis.8

7 Ali bin Muhammad Nashir al-Faqihi dan Dr. Jamal bin Muhammad as-Sayyid Al Fiqh

Muyassar fi Dhau’il Kitab was Sunnah, (Jakarta : Darul Haq 2017) H.35 8 Muhammad Anis Sumaji, 125 Masalah Thaharah ,(Solo: Tiga serangkai 2008), h. 17.

Page 19: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka

penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Pendapat empat Madzhab dalam praktik menghilangkan najis pada

pakaian.

2. Mekanisme pencucican laundry untuk menghilangkan najis

menggunakan mesin cuci dan mesin dry clean.

3. Proses air yang digunakan dalam pencucian pakaian layanan laundry.

4. Najis dalam pembahasan ini yang terdapat pada pakaian.

C. Batasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan, Penulis membatasi masalah yang akan

dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut :

1. Pendapat empat madzhab terhadap kesucian pakaian dan cara

menghilangkan najis.

2. Empat madzhab dalam pembahasan ini adalah madzhab Imam Hanafi,

Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.

3. Praktik kesucian pakaian menghilangkan najis yang digunakan dalam

layanan laundry untuk mencuci pakaian yaitu menggunakan mesin cuci

dan mesin dryclean.

4. Media yang digunakan dalam proses laundry yaitu berupa air, sabun

deterjen, parfume, setrika, mesin cuci dan mesin dry clean.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan berbagai pokok

masalah yaitu ;

1. Bagaimana kesucian pakaian bernajis yang disucikan dengan laundry

modern menurut empat madzhab ?

2. Apakah sabun dapat menggantikan tanah dalam mensucikan pakaian

yang terkena najis mughalladzhah ?

Page 20: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

5

3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci dan

mesin dry clean dapat dikatakan suci menggunakan layanan laundry?

4. Apakah praktik laundry saat ini, sudah dikatakan dapat mensucikan

pakaian?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tinjauan hukum Islam dalam cara menghilangkan najis.

2. Mengetahui proses maupun praktik laundry dapat menghilangkan najis

dan mensucikan pakaian menggunakan mesin di era modern.

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitain ini sebagai berikut;

1. Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemikiran

kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam menyelesaikan sebuah

masalah yang terkait dengan pembahasan ini. Bisa digunakan juga

dalam pengembangan ilmu, khususnya berkaitan dengan hukum Islam.

2. Sangat diharapkan penelitian ini dapat diketahui kepada jasa usaha

laundry maupun masyarakat dalam praktik pelaksanaanya untuk

memberikan informasi maupun ilmu bagaimana proses praktik laundry

menurut hukum Islam yang baik dan benar sehingga dapat dikatakan

suci.

F. Review Kajian Terdahulu

Dalam melihat efektivitas atau keberhasilan suatu sistem informasi, banyak

sekali model teoritis yang diciptakan terdahulu. Tentu karena situasi, kondisi dan

tujuan yang berbeda, menyebabkan berbagai macam variasi dalam penelitian.

Pertama penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah mahasiswi program

studi Hukum Perdata Islam Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya Tahun

2018 yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jasa Laundry

Chesta Balarejo Madiun”. Penelitian ini membahas akad yang digunakan dalam

parktik jasa laundry, baik dalam syarat sahnya dan rukun dilakukan akad pada objek

Page 21: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

6

laundry Chesta Balarejo Madiun. Dengan kesimpulan bahwa pembahasan lebih

menekan terhadap tinjauan hukum Islam terhadap persetujuan pihak konsumen dan

pihak laundry yang dilihat dari akad yang digunakan dan objeknya adalah laundry

Chesta Balarejo Madiun.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Syukur mahasiswa

program studi Perbandingan Madzhab dan Hukum Unversitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 yang berjudul “ Hukum Mencuci Pakaian

Menggunakan Dry Clean”. Penelitian ini membahas tentang pencucian pakaian

dengan alat yaitu dryclean. Dalam pembahasan ini hanya membahas layanan

dryclean apakah status hukumnya diperbolehkan atau tidak.

Tentu saja pembahasa saya tentang karya tulis ini akan berbeda dari studi

review terdahulu karena pembahasan yang saya bahasa adalah “ Mensucikan Najis

Dalam Praktik Jasa Laundry Modern Menurut Empat Madzhab”. Dalam

pembahasan penulis di sini yang membedakan adalah, melihat status kesucian

pakaian yang bernajis, yang disucikan menggunakan layanan jasa laundry modern

kemudian apakah dalam proses pensucian ini sudah masuk kedalam kategori suci

menurut pendapat empat Imam madzhab. Dengan kesimpulan apakah layanan jasa

laundry saat ini dapat dikatakan suci melihat dari pandangan empat Imam madzhab.

G. Metode Penelitian

1. Metode Kualitatif

Penelitian kualitatif yaitu mencari makna, pemahaman, pengertian tentang

suatu fenomena kejadian, maupun kehidpuan manusia terlibat langsung dan tidak

langsung.9 Penelitian kualitatif penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji

secara ketat atau belum diukur, menekankan sifat realita yang terbangun secara

sosial, hubungan erat antara yang diteliti dengan peneliti, tekanan situasi yang

membentuk penyelidikan, sarat nilai, menyoroti cara munculnya pengalaman sosial

sekaligus perolehan maknanya.

9 Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta : Prenadamedia Group 2014), h.328.

Page 22: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

7

Penelitian kualitatif suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan

pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori,

gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya yang

kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta

pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam

bentuk dukungan data empiris.

Untuk karya tulis ini saya menggunakan pendekatan kualitatif karena

melihat teori bagaimana menurut hukum Islam dalam mensucikan pakaian yang

akan diterapkan pada praktek laundry saat ini apakah sudah sesuai atau tidak.

2. Pendekatan Penelitian Kualitatif

Semua jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang berusaha menerangkan, menggambarkan suatu fenomena,

mendeskripsikan secara kritis, suatu peristiwa, kejadian interaksi social dalam

masyarakat.10 Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah

aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian

deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan dan

mengklarifikasi yang ada pada masyarakat.

3. Sumber Data

Sumber data atau data penelitian dari mana dapat diperoleh. Dalam

penelitian ini penulis mennggunakan sumber data yaitu ;

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer disini

adalah baik pemilik laundry, karyawan laundry, atau karyawan

pencucian laundry.

b. Sumber data skunder, yaitu data yang tidak langsung dikumpulkan

oleh peneliti. Dapat juga data yang tersusun dalam bentuk dokumen.

Untuk mendapatkan penjelsan penelitian akan menganalisis dari buku,

10 Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta : Prenadamedia Group 2014), h.338.

Page 23: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

8

literatur-literatur, jurnal, dan data-data lainya yang berkaitan dengan

mensucikan najis dalam praktik laundry modern menurut empat

madzhab ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pertama dilakukanya wawancara, wawancara

adalah suatu kejadian proses interaksi pewawancara dengan sumber informasi

melalui komunikasi langsung.11

Metode pengumpulan data kedua adalah observasi. Metode ini dalam

pengumpulan data lapangan dan mengamati objek penelitian itu sendiri. Dalam

penelitian akan melihat lapangannya adalah layanan sebuah usaha laundry.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penelitan dan pembahasan maka penulis menggunakan

pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri

Jakarta Tahun 2017. Dalam pembahasan harus dilakukan secara teratur dan

sistematis. Penyusun membagi pokok pembahasan skripsi ini kedalam lima bab.

Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

BAB I

Berisi pendahuluan yang bertujuan mengantarkan pada pembahasan skripsi

secara keseluruhan. Bab ini terdiri dari tujuan sub yang meliputi: latar belakang

masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, review kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

Bab kedua, diuraikan tentang pokok pembahasan pengertian najis dan

macam-macam najis serta bagaimana menghilangkan najis pada pakaian dan cara

mensucikanya yang dilihat dari presfektif hukum Islam yang menggunakan

11 Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta : Prenadamedia Group 2014), h.372.

Page 24: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

9

pendapat empat Imam madzhab yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Imam

Hanbali.

BAB III

Bab ketiga, memberikan penjelasan praktik laundry saat ini dengan

melakukanya observasi dan wawancara di beberapa layanan jasa usaha laundry.

Pembahasan ini berguna untuk menggambarkan proses yang terjadi pada

praktiknya.

BAB IV

Bab keempat, memaparkan proses yang telah dilakukan pada bab III dengan

menganalisis dan meninjau menggunakan pendapat empat Imam madzhab apakah

laundry saat ini dalam proses pencucianya sudah dapat dikatakan mensucikan

BAB V

Bab kelima penutup, yang merupakan kesimpulan terhadap penelitian serta

memberikan saran dan masukan.

Page 25: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

10

BAB II

MACAM-MACAM NAJIS DAN CARA MENSUCIKANYA

A. Pengertian Najis

Najis sesuatu yang tak lepas dari keseharian manusia, najis terkait kepada

sayarat sahnya seseorang melakukan ibadah. Kata najis berasal dari bahasa Arab

ةاس ج لن ا yang artinya kotoran, sedangkan secara istilah adalah sesuai peristiwa atau

juga dapat diartikan kotoran atau tidak suci, yang mencegah sahnya seseorang

beribadah. Najis atau setiap kotoran yang wajib disucikan dari suatu benda dan hal-

hal yang mengenainya bagi setiap muslim.12

Kalangan ulama madzhab Hanafi, Imam al-Kasani menyebutkan bahwa

najis adalah sebutan untuk benda yang dianggap jijik. Penjelasan ini dilengkapi

ulama mazhab Hanafi lainnya yang menyebutkan bahwa najis ada yang hakiki

(berwujud), ada yang hukmi. Secara umum yang dipahami sebagai najis adalah

wujud bendanya saja. Imam Ibnu Abidin menyebutkan bahwa dari najis yang hakiki

dan hukmi tersebut, meniscayakan pemahaman bahwa najis hakiki adalah sesuatu

yang kotor, serta najis yang hukmi adalah al-hadats .13

Bersuci dibagi menjadi dua bagian yaitu , bersuci dari hadast bagian ini

khusus untuk badan, seperti mandi, berwudhu, dan tayamum. Kedua bersuci dari

najis bagian ini berlaku pada badan, pakaian, dan tempat. 14

Diantara syarat sahnya ibadah adalah badan, pakaian, dan tempat beribadah

harus suci dari najis, membersihkan atau mensucikan badan, pakaian dan tempat ini

termasuk dalam pembahasan thaharah.15 Thaharah juga bermakna kebersihan dari

sesuatu yang khusus di dalamnya dengan makna ta’abudi (ibadah yang tidak ada

12 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta: AMZAH

2013),h.111 13 Ibid 14 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung:Sinar Baru Algensindo 1994) h.13 15 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta:Universitas Islam Negri Jakarta 2008)

h.33

Page 26: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

11

alasan dilakukan) kepada Allah SWT. Demikian juga thaharah adalah perbuatan

yang dicintai oleh Allah, sebagaimana firman Allah: 16 (QS.AT-Taubah (9):108)

ل ى ع سجدأسس ت قمفيهأ ب دالم ى ٱل فيهلتقو أ نت قوم ق لي ومأ ح منأ و

أ ني ت ط هرواو اليحبون ٱفيهرج لل لمطهرين ٱيحب

“Janganlah kamu melaksanakan shalat dalam masjid itu selama-lamanya.

Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama

adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada

orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang bersih.

Karena itu Islam mensyariatkan thaharah atau bersuci dari najis adalah hal

yang sangat penting selain membedakan antara Islam dengan agama lainnya bersuci

dari najis adalah kewajiban umat muslim untuk melakukan ibadah. Dalam

mensucikan pakaian juga harus dilihat dalam proses pencucianya apakah najis telah

hilang atau belum, baik pakaian yang digunakan keseharian maupun untuk

beribadah.

B. Dalil Dan Hukum Menghilangkan Najis

1. Dalil Tentang Menghilangkan Najis

Syariat memerintahkan kita untuk membersihkan diri dari najis dalam

banyak dalil dari Al Qur’an dan As-Sunnah17. Diantaranya firman Allah Ta’ala:

a. (QS. Al Mudatsir: 4)

و ث ي اب ك ف ط هر

“ Dan pakaianmu sucikanlah”

16 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008),

h.4 17 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta: AMZAH

2013), h 111

Page 27: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

12

b. (QS. Al Baqarah: 125).

م اع يل أ ن ط هر ا ن ا إ ل ى إ ب ـر اه يم و إ س السج ود ب ـي ت ي ل لطائ ف ين و ال ع اك ف ين و الر و ع ه د ك

“ Dan kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail untuk mensucikan

rumah-Ku bagi orang-orang yang ber-thawaf, ber-i’tikaf dan orang-orang

yang rukuk dan sujud”

c. (QS. AL-Baqarah(2) : 222)

يض و ي س يض أ ل ون ك ع ن ال م ح و لا ق ل ه و أ ذى ف اع ت ز ل وا النس اء ف ي ال م ح

تى ي ط ه ر ن ف إ ذ ا ت ط هر ن ف أ ت وه ن م ن ح ي ث أ م ر ك م الله ت ـق ر ب وه ن ح ب إ ن الله ي ح

ب ال م ت ط هر ي ن التـواب ين و ي ح

“ Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: " Haid itu adalah

suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari

wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum

mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di

tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang

mensucikan diri.”

d. (HR. Muslim no. 292).

ب ان ف ي ك ب ير أ ما ب ان و م ا ي ـع ذ ا ل يـ ع ذ نـه م ي ب النم يم ة و ش ر أ ح د ه م ا ف ك ان ي م أ ما اآخ

ل ه ت ت ر م ن ب ـو ف ك ان لا ي س

“Kedua orang ini sedang diadzab, dan mereka diazab bukan karena dosa

besar. Orang yang pertama diadzab karena berbuat namimah (adu domba).

Adapun yang kedua, ia diadzab karena tidak membersihkan diri dari sisa

kencingnya”

Page 28: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

13

Setelah mengetahui hukum bersuci, maka adanya laundry saat ini

mempermudahkan sesorang dalam membersihkan pakaian, bersih, wangi, dan rapih

tentunya prioritas utama laundry serta pakaian suci dari kotoran dan noda baik

pakaian sehari-hari atau pakaian untuk beribadah. Setelah memaparkan dalil-dalil

dan hadist menghilangkan najis, kemudian masuk kepada hukum menghilangkan

najis dari beberapa pendapat madzhab .

2. Hukum Menghilangkan Najis

Wajib hukumnya untuk menghilangkan najis dari badan orang yang akan

beribadah, juga dari pakaian dan tempat shalat, kecuali najis-najis yang dimaafkan

karena sulit untuk dihilangkan atau sulit dihindari supaya tidak menyusahkan.18

Adapun perbedaan pendapat para Ulama dalam hal hukum menghilangkan najis

berikut beberapa pendapat Imam Madzhab;

a. Abu Hanifah dan Imam Syafi’i : Menghilangkan najis hukumnya

wajib.19

1) Perbedaan dalam memahami Al-Mudatsir: Ayat 4 و ث ي اب ك ف ط هر

“Dan bersihkanlah pakaianmu”. Abu Hanifah dan Imam Syafi’I memahami ayat tersebut secara hakiki, oleh

karena itu membersihkan najis adalah wajib. 2) Mendasarkan pendapatnya pada hadist tentang adanya siksaan kubur

sebagaimana tersebut di atas. Menurut dhahirnya (pastinya) hadist

tersebut menunjukan wajib, karena siksaan tidak berhubungan

kecuali dengan hal-hal yang wajib.

3) Perintah dan larangan syara’ tidak dapat diketahui maksudnya

dengan akal, oleh karena itu menghilangkan najis hukumnya wajib.

18 Asy-Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Shalat Empat Madzhab, (Jakarta :Akbar Media

2018) h.39. 19 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj. Al-Mas’udah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

2016), h. 119.

Page 29: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

14

b. Imam Malik

Dikalangan madzhab Maliki terdapat 2 pendapat tentang hukum

menghilangkan yaitu wajib dan sunah, yaitu ketika ingat, kuasa, dan

memungkinkan.20 Wajib apabila melakukan shalat beserta najis dengan sengaja dan

ia mampu untuk menghilangkanya. Kemudian sunah apabila ketidaktahuan

terdapat najis atau tidak mampu menghilangkan najisnya.

1) Perbedaan dalam memahami Al-Mudatsir: 4

و ث ي اب ك ف ط هر

“ Dan bersihkanlah pakaianmu”.

2) Hadis

“Sesungguhnya Nabi SAW. Ketika sedang melaksanakan shalat melepas

sendalnya yang terdapat najis.

ما ل ف ـ ال ه م ع الناس نـ ل خ ه ف ي ل ن ـع خ ل لى ف أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ص

: ل ق ر ف ص ن ا ل ال ن ي ـ أ ول الله ، ر س ر ا: يا و ال ؟ ق ال ك م ع ت م ن ع م ا ن خ ل ع ت ف ع ل اك

: إن ج ق ب ن ب ه م أ ي ر ن بـ أ ف ي ان ت ل أ ئي ر ب ال د ف ـ س م الم د ك ح اء أ ا ج ذ إ ثا ف ا ل ب ق يـ ل ج

م ه ي ف ظ ر ن يـ ل ه ف ـ ي ل ع ن ـ م ه ي د ف ج و ن إ ؟، ف ث ب ا ، ث ر ل ا با م ه ح س م ي ل ثا ف ـ ب ا ل ص ي م ل ض

ام ه ي ف

“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika sedang shalat beliau

melepas sandalnya. Maka para makmum pun melepas sandal mereka.

Ketika selesai shalat Nabi bertanya, ‘mengapa kalian melepas sandal-

sandal kalian?’ Para sahabat menjawab, ‘wahai Rasulullah, kami

melihat engkau melepas sandal, maka kami pun mengikuti engkau.’

‘(Adapun aku,) sesungguhnya Jibril mendatangiku dan mengabarkanku

20 Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, (Bandung: Pustaka Media Utama) h.69.

Page 30: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

15

bahwa pada kedua pasang sandalku terdapat najis. Maka jika salah

seorang dari kalian mendatangi masjid, hendaknya ia lihat bagian

bawahnya apakah terdapat najis Jika ada maka usapkan sandalnya ke

tanah, lalu shalatnya menggunakan keduanya”.

(HR. Al-Hakim 1/541, Abu Daud no. 650, Ibnu Hibban no. 2185,

Al-Hakim menyatakan shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, Al-Albani

dalam Shahih Abu Daud menyatakan Shahih).

3) Perintah dan syara’ khusunya perintah bersuci dari najis dapat

diketahui maksudnya dengan akal, yaitu membersihkan diri dan

termasuk dalam akhlak baik, oleh karenanya perintah menghilangkan

najis hukumnya sunah.

C. Pembagian Najis

Sebelum memasuki pembahasan pencucian pakaian sebaiknya mengetahui

macam-macam najis jika terkena pakaian karena dalam pensucian tentu akan

berbeda dalam mensucikanya. Berikut pembagian najis dilihat dari berat ringanya,

para ulama membagi menjadi 3 bagian:21

ف ة، و م تـ و سط ة النج اس ات ث لا ث:م غ لظ ة، و م خ ف .

Najis itu ada 3, yaitu (1) mughallazhah, (2) mukhaffafah, dan (3)

mutawassithah.

1. Najis berat /Mughalladzah

Najis mughallazah (najis berat) yaitu najis yang berasal dari anjing dan

babi, seperti kotoranya, air liurnya, dan lain-lainya.22 Pendapat tentang anjing

menurut Imam Madzhab :

1. Madzhab Hanafi

21 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008),

h.27-29. 22 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta:Universitas Islam Negri 2008) h.33

Page 31: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

16

Tidak seluruh bagian tubuh anjing adalah najis, melainkan hanyalah

keringat dan air liurnya, sehingga wajib menyucikan jika terkena najis itu.

2. Madzhab Maliki

Anjing tidaklah najis, karena setiap makhluk adalah suci.23 Maka jika

terkena air liur anjing membasuhnya hanyalah sebuah sunah.

3. Madzhab Syafi’I dan Hanbali

Seluruh tubuh anjing adalah najis termasuk, bulu, keringat, maupun air

liurnya. Sehingga wajib membasuh tubuh atau benda sebanyak 7 kali

dengan salah satu basuhan dengan tanah

Syaikh As Sa’di menyatakan: “Najis dari anjing dan semua yang berasal

dari babi cara mencucinya harus dengan tujuh kali cucian, dan cucian yang

pertama menggunakan tanah”.

Dalilnya, Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

ه ن ب التـر اب م رات أ ولا ب ل ه س ، أ ن ي ـغ س ط ه ور إ ن اء أ ح د ك م إ ذ ا و ل غ ف يه ال ك ل ب

“Cara mensucikan bejana dari seseorang dari kamu, apabia dijilat anjing

hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah dicampur tanah”

(HR. Al Bukhari no. 182, Muslim no. 279).24

Para ulama sepakat bahwa yang termasuk najis mughalladzhah ini adalah

najis yang ditimbulkan dari anjing dan babi, maka membersihkannya ;

a. Terlebih dahulu hilangkan wujud benda najis

b. Kemudian dicuci bersih dengan air sebanyak tujuh kali cucian, dan

cucian yang pertama menggunakan tanah atau debu

Dengan kemajuan perkembangan zaman saat ini dalam proses pencucian

pakaian ada yang dinamakan dengan detergen atau sabun cuci untuk pakaian.

Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu

23 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001)h.27 24 Ibid h.34

Page 32: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

17

pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding

dengan sabun, detergen memiliki keunggulan antara lain memiliki daya cuci yang

lebih baik serta terpengaruhi oleh kesadahan air.25 Fungsi dari detergen adalah

untuk mengghilangkan kuman dan bau pada pakaian serta mempermudah

menghilangkan noda yang mempel.

Kemudian dengan adanya detergen ini apakah fungsi dari tanah bisa

digantikan dengan detergen (sabun) dari suatu benda yang terkena najis

mughalladzhah . Masalah penggantian penggunaan tanah untuk membasuh ataupun

mensucikan benda bekas terkena najis mughalladzhah, para fuqoha (ahli fiqih)

berbeda pendapat.

1) Pendapat pertama: Madzhab Syafi’I, Hambali, dan Ibnu Hazm

mengatakan, tanah tidak bisa digantikan oleh benda apa pun, baik ada

tanah maupun tidak.

2) Pendapat kedua: Sebagian penganut madzhab Syafi’I, Hambali, dan

Al-Muzani mengatakan, “Benda selain tanah dapat menggantikan tanah,

baik ada tanah maupun tidak”.

3) Pendapat ketiga: Riwayat dalam madzhab Syafi’I dan Hambali

mengatakan. “Tanah boleh digantikan oleh alat pembersih lain jika

tanah sulit ditemukan atau benda yang akan dicuci rusak jika dicuci

menggunakan tanah.26

Pendapat yang kuat bahwa dianjurkan untuk memberihkan najis dari anjing

dengan menggunakan tanah. Akan tetapi, alat pembersih lainya seperti sabun dapat

digunakan sebagai alternatif. Terutama jika seseorang sulit mendapatkan tanah atau

dikhawatirkan tanah dapat merusak benda yang dicuci menggunakan tanah, seperti

baju yang terkena jilatan najis anjing.27

25 Detergen Pengertian Jenis dan Komposisi, gurupendidikan.co.id/konten/2020/4/29. 26 Fahad Salim Bahammam, Fiqih Modern Praktis, (Jakarta: Gramedia Pustaka utama

2013), h 46-47. 27 Ibid,h 47

Page 33: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

18

Imam Nawawi dalam hal ini dari kalangan Syafi’iyah merinci kedudukan

benda lain dalam menggantikan tanah untuk mensucikan bekas jilatan anjing :

1) Benda lain tidak dapat menggantikan tanah dalam mensucikan jilatan

anjing

2) Bisa menggantikan fungsi tanah dalam mensucikan yang terkena najis

jilatan anjing.

3) Bisa diganti jika tidak ditemukan tanah

4) Bisa menggantikan tanah apabila benda yang terkena najis tersebut

dimungkinkan akan rusak jika dicampur dengan tanah

Dalam kitab Ru’usul Masail. Imam Nawawi mengatakan bahwa selain

tanah seperti sabun dapat menggantikan fungsi tanah, dan inilah pendapat yang

dinilai shahih oleh Imam Nawawi.28

ه ن ب التـر اب م رات أ ولا ب ل ه س ، أ ن ي ـغ س ط ه ور إ ن اء أ ح د ك م إ ذ ا و ل غ ف يه ال ك ل ب

Sucinya tempat (perkakas) mu apabila telah dijilat oleh anjing adalah

dengan mesucikan tujuh kali. Permulaan pencucian itu (harus) dicuci

dengan air yang bercampur dengan tanah. (Hr.Bukhari,Muslim, Turmudzi,

Nasa’I, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Dalam hadist yang lain riwayat Muslim bahwa Rasullulah bersabda

م رات ب ل ه س إ ذ ا و ل غ ف ي ه ال ك ل ب أ ن ي ـغ س “Apabila sekor anjing meminum (air) di bejana salah seorang diantara

kamu, maka hendaklah ia menumpahkannya, kemudian mencucinya

sebanyak tujuh kali.”29

Hadis-hadis tersebut tentang media air dan tanah sebagai alat untuk

menghilangkan najis berat, akan tetapi jika menggunakan tanah untuk

28 Ahmad Munif Suratmaputra, Vaksin Meningkitis dalam kajian fiqih, ( Volume 3 2018)

h.11 29 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI

2008),h.60

Page 34: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

19

menghilangkan najis berat yang ada pada pakaian, tentunya akan membuat pakaian

menjadi kotor secara fisik dan kemungkinan akan merusak warna pakaian. Oleh

karena itu, banyak ulama yang memberikan pendapat bahwa tanah sebagai

penghilang najis berat yang ada dipakaian bisa diganti dengan sabun.

Pendapat ini dikemukaan kalangan madzhab Hanabilah bahwa sabun bisa

menggantikan posisi karena sifat dan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya

sehingga menjadikan benda yang dicuci menggunakan sabun, khususnya pakaian

akan lebih bersih.30

Adapun menurtut fatwa Majelis Tarjih Tajdid 25 Syakban 1431 H/ 6

Agustus 2010 mengenai sabun bisa menghilangkan najis jilatan anjing. Dengan

kesimpulan bahwa sabun pembersih sebagai ganti tanah untuk mensucikan bisa

dilakukan . 31

2. Najis Mutawassithah

Najis mutawassithah adalah najis yang sedang, dan cara mensucikan najis

mutawassithah ini harus membersihkan najis ini sampai tuntas, tanpa ada bekas

yang melekat setelah tidak ada lagi warna, bau, dan rasan najis tersebut baru

kemudian menyiram tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.

Contoh najis mutawassithah ini antara lain :

a. Kotoran Manusia

b. Darah Haid

c. Air Mani yang cair

d. Arak (Minuman Keras)

e. Kotoran Hewan Yang Haram Dimakan

f. Bangkai Hewan.

Najis mutawassithah ini dibagi menjadi 2 bagian :

30 ibid 31 Suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-sabun-bisa-hilangkan-najis-jilatan-

anjing

Page 35: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

20

a. Najis ‘Ainiah

Yaitu najis yang bendanya mempunyai wujud. Cara mensucikanya

dengan menghilangkan zat atau bendanya terlebih dahulu sehingga

unsur rasa, bau, dan warnanya hilang. Kemudian dibasuh air hingga

bersih.

b. Najis Hukumiah

Yaitu najis yang bendanya tidak berwujud, seperti bekas kencing dan

arak yang sudah kering. Cara mensucikan dengan mengalirkan air pada

bekas najis tersebut.32

3. Najis ringan/mukhaffafah

Najis mukhaffafah yaitu najis ringan. Cara mensucikan najis mukhaffafah

ini juga cukup mudah yakni cukup dengan cara dipercikan atau dibasuh dengan air

pada bagian tubuh (badan) yang terkena oleh najis mukhaffafah ini. Untuk contoh

najis mukhaffafah ini antara lain .33

a. Air Kencing Bayi Laki Laki Belum Umur 2 Tahun

Hadis membasuh air kencing anak :

ل ال غ لا م م ا ل م ع ن ع ل ي ل ال ج ار ي ة و ي ـن ض ح م ن ب ـو ي الله ع ن ه ق ال : ي ـغ س ل م ن ب ـو ر ض

ي ط ع م

Dari Ali radhiyallahu’anhu, Ia berkata, “ Dicuci dari kencing anak

perempuan dan dipercikkan dengan air dari kencing anak laki-laki selama

belum memakan makanan.” (HR Abu Dawûd, no. 377)

32 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI

2008),h.28-29 33 Ibid .h.28

Page 36: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

21

Hadis ini tidak menunjukkan bahwa kencing bayi laki-laki tidak najis.

Kencing tersebut tetap najis namun cara pensuciannya yang berbeda dengan air

kencing bayi perempuan.

Air kencing bayi perempuan walaupun juga belum makan selain air susu

ibunya, dianggap najis mutawassithah dan harus dicuci. Mengenai perbedaan cara

mensucikanya bekas air kencing bayi laki-laki dengan bayi perempuan, dari segi

hikmahnya, karena air kencing bayi perempuan terpencar-pencar sehingga untuk

menyucikanya perlu disiram.34

D. Macam-Macam Najis

Najis dapat dibagi menjadi dua yaitu, najis hukmi dan hakiki. Najis hukmi

adalah suatu kondisi yang diperkirakan terdapat pada anggota badan yang

menghalangi sahnya beribadah. Najis ini mencakup hadas kecil dihilangkan dengan

berwudhu dan hadas besar dengan mandi besar.35

Najis hakiki menurut bahasa sesuatu yang kotor seperti darah, kencing dan

kotoran. Menurut syar’a sesuatu yang dinilai kotor dan dapat menghalangi sahnya

ibadah apabila tidak ada keringanan. Najis jenis ini terbagi menjadi dua kategori,

yaitu ada yang disepakati status kenajisanya oleh seluruh ulama dan ada yang masih

diperselisihkan status kenajisanya.

1. Najis Yang Telah Disepakati Status Kenajisannya

a. Darah Yang Mengalir

Darah yang mengalir yakni darah yang mengucur deras, misalnya darah

yang mengalir dari hewan yang disembelih, kecuali jika hanya dalam kadar sangat

sedikit (misalnya terciprat), Maka darah ciprataan tersebut tergolong najis yang di

marfu’ (ditolerir).36

34 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta:Universitas Islam Negri 2008) h.34 35 Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, (Bandung: Pustaka Media Utama,) 36 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:

AMZAH 2013), h.112

Page 37: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

22

ه م ا; أ ن ا لن ي ا لله ع نـ ر ر ض م اء ب ن ت أ ب ي ب ك ف ي سلم ق ال ب ي صلى الله عليه و و ع ن أ س

يب : "ت ح ته , ث م ت ـق ر ص ه ب ال م اء , ث م ت ـن ض ح ه , ث م ت ص ل د م ا ل ح ي ض ي ص ي ف يه " ا لثـو ب

م تـف ق ع ل ي ه

“Dari Asma binti Abu Bakar RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Pada darah

haid yang mengenai pakaian, kau mengoreknya, menggosoknya dengan air,

membasuhnya, dan melakukan shalat dengannya,” (HR Bukhari dan

Muslim).37

Keempat madzhab sepakat bahwa darah adalah najis kecuali darah orang

yang mati syahid, selama darah itu berada di atas jasadnya. Begitu juga halnya

darah yang tertinggal pada persembelihan, darah ikan, dan darah kutu.38

b. Daging Babi Dan Anjing

Daging babi adalah najis meskipun disembelih menurut syar’a, karena nash

Al-Quran adalah haram zatnya oleh karena itu daging dan seluruh bagian tubuhnya

najis, sperti rambut, tulang, dan kulit meskipun telah disamak.39 Para ulama

menyepakati kenajisan daging babi dan anjing berdasarkan firman Allah : (QS. Al-

An'am (6) Ayat 145)

ي إ ل ي م ح رما ع ل ى ط اع م ي ط ع م ه إ لا أ ن ي ك ون م ي ت ة أ و د ما د ف ي م ا أ وح ق ل لا أ ج

ف وحا ن ز ير ف إ نه ر ج س م س م قا أ ه ل ل غ ي ر الله ب ه أ و ل ح أ و ف س ر ف م ن اض ط ر غ يـ

يم ب اغ و لا ع اد ف إ ن ر بك غ ف ور ر ح

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,

kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging

37 Muttafaq ‘alaihi: (Shahiih Muslim (I/240 no. 291), ini adalah lafazhnya. Shahiih al-

Bukhari (Fat-hul Baari) (I/410 no. 307). 38 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001)h.27 39 Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, (Bandung: Pustaka Media Utama,).h.69.

Page 38: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

23

babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih

atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang

dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka

sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Surat

Al-An'am Ayat 145).

Hanya saja para ulama Malikiyyah berpendapat semua makhluk hidup pada

dasarnya suci walaupun anjing dan babi. Pendapat ini disepakati oleh para ulama

Hanafiyyah bahwa pada dasarnya anjing itu suci selama kondisi hidup, tetapi

terdapat perbedaan pendapat mengenai kenajisan air liurnya.40

b. Tinja Dan Air Kencing Manusia.

Kalangan ahli fiqih sepakat bahwa tinja dan air kencing manusia termasuk

benda najis, karena berlandaskan pada hadist ketika bayi sudah mengkonsumsi

makanan dan kencing bayi mengenai pakaian maka wajib mencucinya dan bukan

lagi mencipratkan air saja. Semua madzhab sepakat kotoran dan kencing anak

Adam adalah Najis.41

ل ال غ لا م م ا ل م ل ال ج ار ي ة و ي ـن ض ح م ن ب ـو ي الله ع ن ه ق ال : ي ـغ س ل م ن ب ـو ع ن ع ل ي ر ض

ي ط ع م

Dari Ali radhiyallahu’anhu, Ia berkata, “ Dicuci dari kencing anak

perempuan dan dipercikkan dengan air dari kencing anak laki-laki selama

belum memakan makanan.” (HR Abu Dawûd, no. 377).

c. Kotoran Dan Air Kencing Hewan Yang Tidak Boleh Dimakan

Dagingnya

Kotoran hewan yang dagingnya tidak boleh dimakan adalah najis, hal ini

berdasarkan riwayat dari ‘Abdullah radhiyallahu‘anhu, Ia berkata ;

40 Asy-Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Shalat Empat Madzhab, (Jakarta :AkbarMedia

2018) h. 41 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001) h.27

Page 39: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

24

أ ت ـي ت ه ل ح اج ت ه ف ـق ال ال ت م س ل ى ث لا ث ة أ ح ج ار ق ال ف -صلى الله عليه وسلم ر ج النب ى

ث ة و ق ال إ نـه ا ر ك س ذ ال ح ج ر ي ن و أ ل ق ى الرو ث ة ف أ ب ح ج ر ي ن و ر و

Nabi shallallahu‘alaihi wasallam pernah pergi untuk buang hajat.

Beliaupun menyuruhku, “Carikan 3 batu untukku.” Akupun membawakan

dua batu dan satu kotoran kering. Beliau mengambil dua batu dan

membuang kotoran kering itu, sambil bersabda, “Ini Najis.” (HR Bukhari,

Turmudzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah).42

d. Madzi Dan Wadzi

Madzi adalah cairan bening, halus dan lengket yang keluar ketika adanya

dorongan syahwat, seperti bercumbu, mengingat jima’ (persetubuhan) atau

menginginkannya. 43 Keluarnya madzi tidak memancar dan tidak diakhiri dengan

rasa lemas atau kendornya syahwat, bahkan terkadang seseorang tidak merasakan

keluarnya madzi, namun madzi ini keluar tidak dengan cara memuncrat. Kemudian

wadzi adalah cairan amis yang keluar setelah kencing.44

Cara membersihkan madzi adalah dengan mencuci kemaluan, berdasarkan

riwayat dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang menyuruh Miqdad bin al-

Aswad radhiyallahu ‘anhu untuk bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam perihal dirinya yang sering mengeluarkan madzi, dan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,45

ل ذ ك ر ه و ي ـتـ و ضأ .ي ـغ س

“(Hendaklah) dia mencuci kemaluannya dan berwudhu’.” (Shahih, riwayat

Bukhari (no. 269), dalam Fat-hul Baari (I/230 no. 132) dan Muslim (no.

303).

42 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008),h.

30. 43 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:

AMZAH 2013), h. 115. 44 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001),h.28 45Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:

AMZAH 2013), h. 115.

Page 40: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

25

Apabila air madzi mengenai pakaian, maka cukup dibersihkan dengan

menyiramkan air setelapak tangan ke pakaian yang terkena madzi tersebut. Hal ini

berdasarkan riwayat Sahl bin Hunaif radhiyallahu‘anhu, dia bertanya kepada

Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam mengenai madzi yang mengenai

pakaiannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

ب ك ح ي ث ت ـر ى أ نه أ ص اب ذ ك فا م ن م اء ف ـتـ ن ض ح ب ه ث ـو ف يك أ ن ت أ ي ك

“Cukuplah bagimu mengambil segenggam air, lalu percikan ke pakaianmu

(yang terkena madzi).” (Hasan, riwayat Abu Dawud (no. 215), Tirmidzi (no.

115) dan Ibnu Majah (no. 506).

Ada beberapa pendapat ulama tentang setatus madzi dan wadzi apakah najis

atau tidak, berikut pendapat-pendapat Imam:

1) Imam Hanafi, Imam Maliki, dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa

madzi dan wadzi adalah najis.

2) Imam Hambali berpendapat madzi suci, sedangkan wadzi naji.46

e. Nanah

Segala macam nanah itu najis, baik yang kental maupun yang cair, karena

nanah adalah darah yang sudah busuk.47 Jika dalam hal ini pakaian terkena nanah,

maka sebaiknya dicuci terpisah agar tidak mencampuri pakaian yang lainya.

f. Bangkai

Bangkai adalah binatang yang mati secara begitu saja, tanpa disembelih

menurut aturan agama Islam. Termasuk dalam kategori bangkai, dari binatang yang

dipotong dari binatang yang masih hidup tanpa disembelih.48 Sebagaimana

dinyatakan dalam hadis :

46 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001)h.28 47 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 1994), h.18 48 Zurinal dan Aminudin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Universitas Islam Negri Jakarta 2008),

h. 36

Page 41: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

26

ب ي ص ل ى الله ع ل ي ه ع ن أ ب ي و اق د اللي ث ي ,الن ب ي ص ل ى الله ع ل ي ه و س ل م ق ال : ق ال الن

م ن ال ب هيم ة و ه ي ح ي ة ف ه و م ي ت و س ل م :م ا ق ط

Dari Abu Waqid Al-Laisi : Telah bersabda Rasullulah SAW: Apa yang

dipotong dari binatang ternak, sedang ia masih hidup, adalah bangkai.

(HR.Abu Daud dan Turmuzi).

Najisnya bangkai hewan dibagi menjadi 3 :

1) Bangkai yang haram hanyalah jika dimakan. Adapun kulit, tempat

yang dibuat darinya, gigi, tulang, dan wol adalah halal.49 Didasarkan

pada firman Allah : (Al- Nahl(16) : 80)

ب ار ه ا ين و م ن أ ص و اف ه ا و أ و ا أ ث اثا و م ت اعا إ ل ى ح ع ار ه و أ ش

Dan dijadikannya pula dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing,

alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu

(tertentu).

2) Bagian bawah kulitnya seperti daging dan lemak. Hukumnya najis

secara ijma’50 dan tidak dapat disucikan dengan disamak. Berdasarkan

firman Allah : (Al-An’am(6) :145)

ي إ ل ي م ح رما ع ل ى ط اع م ي ط ع م ه إ لا أ ن د ف ي م ا أ وح ت ة أ و د ما ي ك ون م ي ق ل لا أ ج

قا أ ه ل ل غ ي ر الله س أ و ف س ن ز ير ف إ نه ر ج م ف وحا أ و ل ح م س

Katakanlah: ”Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak

memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang

49 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah.Terj, Abu Aulia dan Abu Syauqina, (Jakarta: Republika

2017), h 15. 50 Hukum bangkai, https://almanhaj.or.id/2120-hukum-bangkai.html/konten/2020/04/13

Page 42: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

27

mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor atau

binatang disembelih atas nama selain Allah”.

3) Kulit Hewan, penyamakan kulit hewan yang halal bisa

mengakibatkan seluruhnya suci kecuali babi, karena hewan yang halal

maka hukumnya juga halal.51

a) Abu Hanifah dan Imam Syafi’i kulit hewan yang halal dan sudah

disamak (menyucikan kulit hewan) menggangapnya Suci.

Penyamakan menggantikan penyembeihan.

b) Imam Malik kulit yang sudah disamak tidak berarti suci, kulit yang

disamak bisa digunakan untuk barang-barang kering.

Pembahasan di sini mengenai kulit binatang yang dijadikan pakaian maupun

barang-barang, status hukum diperbolehkanya ataupun tidak itu dalam ruang

pemakaian. Sedangkan dalam rana mensucikan pakaian menggunakan laundry

modern terdapat layanan yang digunakan dalam proses pencucian pakaian yang

terbuat dari kulit binatang tertentu menggunakan layanan dry clean, karena dalam

kasus tertentu pakaian yang terbuat dari bahan khusus tidak dapat dicuci

menggunakan air.

Adapun najis bangkai yang dikecualikan dibagi menjadi 3 :

1 ) Bangkai ikan, belalang, dan mayat manusia, maka ia suci sebagaimana

hadist riwayat Ibnu Umar ra.52:

لت ل ك م م ي ت ت ان و د م ان ف أ ما ال م ي ت ت ان ف ال ح وت ف ال ك ب د و ال ج ر اد و أ ما الدم ان أ ح

و الطح ال

“Dihalalkan bagi kalian dua bangkai dan dua darah. Adapun dua

bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah

51 Ibid 52 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta:Universitas Islam Negri 2008) h.36

Page 43: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

28

tersebut adalah hati (lever) dan limpa. (HR.Ahmad, Suafi’I, Ibnu

majah dan Daru Quthni)

Bangkai ikan, termasuk ikan laut hukumnya halal dan tidak najis.53

Allah SWT berfirman : (QS.AL-Maidah(5):96)

ر و ط ع ام ه ل ل ك م ص ي د ٱل ب ح م ت عا لك م ۥأ ح

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut, dan maknan yang berasal

dari laut sebagai maknan yang lezat bagimu.

1) Bangkai hewan yang tidak memiliki darah mengalir seperti semut,

lebah, lalat, dan lain-lain. Apabila jatuh kemakanan lalu mati, maka

binatang tersebut dan makanan yang dikenainya tetap suci dan tidak

menjadi najis.54

2) Tulang dari bangkai, tanduk, bulu, rambut, kuku, dan kulit serta

sejenis dengan itu, hukumnya tetap suci, karena asal semua itu

hukumnya adalah suci dan tidak ada penyebab kenajisanya.55 Dalam

Hadis dari Ibnu Abbas Ra. Bahwa ia membacakan ayat berikut :

(QS.Al-An’am(6):145)

د ف ى م ا ق ل لا ى إ ل ى م ح رما ع ل ى ط اع م ي ط ع م ه أ ج أ و د ما أ ن ي ك ون م ي ت ة إ لا ۥأ وح

نز ير ف إ نه م ف وحا أ و ل ح قا أ ه ل ل غ ي ر ٱلله ب ه ۥمس س أ و ف س ر ب اغ و لا م ن ٱض ط ر غ ف ۦر ج يـ

يم ع اد ف إ ن ر بك غ ف ور رح

“Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu

yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali bangkai

atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu

kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa

yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak

53 ibid 54 Ibid. h.37 55 Ibid,

Page 44: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

29

(pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang".

2. Najis Yang Diperselisihkan Status Kenajisannya

Najis yang dimaksud di sini adalah najis yang masih diperselisihkan

statusnya apakah najis atau tidak dan terdapat beberapa pendapat para ulama

sebagai berikut;

a. Kotoran Hewan Yang Halal Dagingnya

Di Indonesia, umumnya para ulama sepakat bahwa air kencing dan kotoran

hewan termasuk benda najis. Namun kalau kita telusuri lebih dalam, ternyata ada

juga pendapat yang agak berbeda, dengan mengatakan bahwa ada jenis hewan yang

air kencing dan kotorannya bukan termasuk najis, yaitu khusus hewan-hewan yang

daging dan susunya halal dimakan.

1) Najis

Mazhab Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi’iyah menegaskan bahwa semua

benda yang keluar dari tubuh hewan lewat kemaluan depan atau belakang adalah

benda najis.56

Maka dalam pandangan kedua mazhab ini, air kencing dan kotoran hewan,

hukumnya najis. Dasarnya kenajisan air kencing dan kotoran hewan adalah sabda

Rasulullah SAW :

ذ ث ة ف أ ت ن ج اء ف أ ت ى ب ح ج ر ي ن و ر و ن ه أ ح ج ار الا س ع ود إ ن النب ي ط ل ب م عن اب ن م س

ا ر ك س ال ح ث ة و ق ال : ه ذ ج ر ي ن و ر م ى ب الرو

Nabi SAW meminta kepada Ibnu Mas'ud sebuah batu untuk istinja', namun

diberikan dua batu dan sebuah lagi yang terbuat dari kotoran (tahi). Maka

Beliau mengambil kedua batu itu dan membuang tahi dan berkata,"Yang ini

najis". (HR. Bukhari).

56 Syekh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-fiqh’ala Mazahib Al-Arba’ah(Fiqih empat Madzhab)

,(Cairo: Mathba’ah Al-Istiqmah 1996).h 27

Page 45: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

30

ء و الدم و ال م ن ي م س : م ن ال غ ائ ط و ال بـ و ل و ال ق ي ا ي ـغ س ل الثـو ب م ن إ نم

“ Baju itu dicuci dari kotoran, kencing, muntah, darah, dan mani. (HR. Al-

Baihaqi dan Ad-Daruquthny)”.

Demikian juga ketika Rasulullah SAW membolehkan seorang sahabat yang

meminum air kencing unta sebagai pengobatan, dalam pandangan mereka hal itu

terjadi karena darurat saja. Sebab minum air kencing unta itu bukan hal yang lazim

dilakukan setiap hari. Sejorok-joroknya orang Arab atau penggembala unta, tidak

ada yang mau minum air kencingnya, apalagi kotorannya.

2) Tidak Najis

Ulama Malikiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa air kencing,

makanan yang dikunyah oleh binatang dan tahi binatang yang halal dagingnya

seperti unta, sapi, kambing, ayam dan sejenisnya adalah Suci.57

Namun pendapat mazhab Al-Hanabilah menyebutkan bahwa air kencing

dan kotoran hewan yang halal dagingnya, atau halal air susunya, bukan termasuk

benda najis. Misalnya kotoran ayam, dalam pandangan mazhab ini tidak najis,

karena daging ayam itu halal.

Untuk orang-orang yang terdidik dengan mazhab Al-Hanabilah, seperti

mereka yang tinggal di Saudi Arabia, ketidak-najisan air kencing dan kotoran unta,

kambing, sapi dan sejenisnya, dianggap biasa-biasa saja, karena sejak kecil mereka

diajarkan demikian.

Lalu apa dasar dan dalilnya, sehingga air kencing dan kotoran hewan-hewan

itu dianggap tidak najis. Mereka menyodorkan hadis-hadis, misalnya diriwayatkan

bahwa dahulu Rasulullah SAW pernah shalat di bekas kandang kambing.

د ف ى م ر اب ض ال غ ن م ن ى ال م س ج ك ان النب ى ي ص لى ق ـب ل أ ن ي ـبـ

Dulu, sebelum dibangun Masjid Nabawi, Nabi SAW mendirikan shalat di

kandang kambing. (HR. Bukhari Muslim). Selain itu juga diriwayatkan

57 Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, (Bandung: Pustaka Media Utama,).h.80

Page 46: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

31

bahwa Rasulullah SAW mengizinkan seorang sahabatnya minum air

kencing unta sebagai obat untuk penyembuhan.58

تـ و و ا ا ل أ و ع ر ي ـن ة ف اج ر ب وا م ن ل م د ين ة ف أ م ر ه م النب ى ب ل ق اح و أ ن ي ق د م أ ن اس م ن ع ك ش

أ ب ـو ال ه ا و أ ل ب ان ه ا. متفق عليه

Beberapa orang dari kabilah 'Ukel dan Urainah singgah di kota Madinah.

Tidak berapa lama perut mereka menjadi kembung dan bengkak karena tak

tahan dengan cuaca Madinah. Menyaksikan tamunya mengalami hal itu,

Nabi SAW memerintahkan mereka untuk mendatangi unta-unta milik Nabi

yang digembalakan di luar kota Madinah, lalu minum dari air kencing dan

susu unta-unta tersebut. (HR. Bukhari Muslim).

b. Air Liur Anjing

1) Najis

Mayoritas ahli fiqih berpendapat bahwa air liur anjing adalah najis merujuk

hadist narasi Abu Hurairah, bahwasanya Nabi bersabda :

، أ و لا ه ن م رات ل ه س ب التـر اب ب ط ه ور إ ن اء أ ح د ك م إ ذ ا و ل غ ف ي ه ال ك ل ب أ ن ي ـغ س

“Sucinya bejana salah seorang diantara kalian yang dijilat anjing adalah

dengan cara mencucinya sebanyak tujuh kali dan yang pertama dengan

tanah.”.59

2) Tidak Najis

Imam Malik mengatakan bahwa anjing adalah suci, begitu pula air liurnya.

Imam Malik berpegang pada firman Allah ; (QS.Al-Maidah(5):4)

58 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:

AMZAH 2013), h.118. 59 Shahih: Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 3933), dan Shahiih Muslim (I/234 no. 276

(91)

Page 47: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

32

ل ل ه م أ ل ون ك م اذ ا أ ح ل ل ك م الطيب ات ي س ت م م ن ال ج ق ل أ ح و ار ح و م ا ع لم

ن ع ل ي م ك لب ين ت ـع لم ون ـه ن م ما ع لم ك م الله م الله ك م و ف ك ل وا م ما أ م س ك اذ ك ر وا اس

س اب و اتـق وا الله ع ل ي ه ال ح إ ن الله س ر ي

“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi

mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan

yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih

nya untuk berburu kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan

Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu,

dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya).

Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-

Nya”.60

Menanggapi pernyataan Imam Malik, jumhur ulama yang menyatakan

kenajisan air liur anjing menggatakan bahwa kita tidak diperintahkan untuk

membasuh hewan buruan yang terkena air liur anjing karena dalil-dalil umum

tentang penyucian najis sudah mencukupi.

c. Sperma (Mani)

1) Najis

Abu Hanifah, Imam Malik, Tsauri, dan Auza’i menyatakan bahwa sperma

hukumnya najis. Jika ia mengenai anggota tubuh atau pakaian maka wajib

disucikan. Hanya saja, menurut Abu Hanifah, jika sperma itu sudah kering, cara

menyucikannya cukup dikerik (digosok). Sedangkan menurut Imam Malik dan

Auza’i, cara menyucikannya adalah dengan membasuhnya (mencucinya), baik

sperma tersebut dalam keadaan masih basah atau sudah kering. Merujuk penuturan

Aisyah Ra: 61

60 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:

AMZAH 2013), h 119. 61 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:

AMZAH 2013), h.120.

Page 48: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

33

ر كا ف ـي ص لى ف يه ف ـ -لله عليه وسلمصلى اه م ن ث ـو ب ر س ول الله و ل ق د ر أ ي ـت ن ى أ فـ ر ك

“Sungguh aku dahulu menggosoknya (mengeriknya) dari baju Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau shalat dengannya.” (HR.

Muslim).

2) Tidak Najis

Imam Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Sufyan al-Tsauri, Ibnu Hazm, dan Daud

al-Dzahiri menegaskan bahwa sperma itu suci. Mereka berpegangan pada

penuturan Aisyah Ra:62

: ك ن ت س لم أ فـ ر ك ال م ن ي م ن ث ـو ب ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و ع ن ع ائ ش ة ق ال ت

ف ـي ص لي ف يه

Dari ‘Aisyah, Ia berkata: “Aku mengerik mani dari pakaian Rasulullah

shallallahu‘alaihi wasallam, kemudian Ia shalat dengan pakaian itu.”

(HR.Abu Dawud dan Ath-thahawi).

d. Muntahan

1) Najis

Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali hukumnya adalah najis

karena merupakan makanan yang merubah menjadi busuk dan berbau di dalam

perut, baik muntahan dalam kondisi berbeda cair ataupun makanan dengan apa

yang dimakan maupun masih utuh.63

2) Tidak Najis

Sedangkan menurut Imam Malik dan sebagian kalangan madzhab Imam

Syafi’i muntahan yang tidak berubah (masih utuh) tetap suci. Misalnya qals

(makanan atau minuman yang keluar dari perut dalam keadaan utuh).64

62 HR. Abu dawud dan ATh-Thahawi 63 Syekh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-fiqh’ala Mazahib Al-Arba’ah(Fiqih empat Madzhab)

, (Cairo:Mathba’ah Al-Istiqmah 1996).h .29-30. 64 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:

AMZAH 2013),h. 123.

Page 49: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

34

e. Minyak Wangi /Alkohol (Khamr)

Di sini banyak berbagai pendapat para ulama tentang status kenajisan

khamr. Haram jika dikonsumsi karena memabukan akan tetapi bila dijadikan

parfum atau wewangian yang menggunakan alkohol bagaimana statusnya.

1) Najis

Pertama jumhur ulama berpendapat bahwa khamar adalah najis, di antara

ulama yang menyatakan najis adalah Ibnu Taimiyah. Khamr dinyatakan najis oleh

mayoritas ulama merujuk firman Allah : QS.Al-Maidah(5): 90)65

ا أ يـه ا الذ ين ء ام ن و ي ر و ال نص اب و ال ز لم إ نم ا ر و ال م ي س ال خ م

ل ح ون ت ن ب وه ل ع لك م ت ـف س من ع م ل الشي طن ف اج ر ج

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah

termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar

kamu mendapat keberuntungan.” (QS.Al-Maidah(5): 90)

2) Tidak Najis

Sementara sabagian ulama berpendapat bahwa khamr tidak najis (suci)

pendapat ini disampaikan oleh Rabi’ah, Al-Laits, Al-Muzani, Asy-Syaukani, dan

Ash-Shan’ani. Di samping itu, ayat-ayat yang berbicara tentang rijs tidak ada

satupun yang membicaraknya. Sebagaimana dalam QS.Al-An’am:125, QS At-

Taubah:95 dan QS Al-Hajj: 30.66

Mereka mengartikan kata “rajisun” dalam ayat di atas sebagai najis

maknawi, karena kata rajisun berkedudukan sebagai predikat bagi kata khamar

sehingga ia tentu saja tidak dapat diilustrasikan sebagai sesuatu yang najis secara

hissi (indrawi). Adapun fatwa tentang alkohol sebagai berikut:

65 Muhammad Anis Sumaji,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008), h.

30. 66 Ibid h.31

Page 50: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

35

FATWA TENTANG ALKOHOL

Ketentuan Hukum

1. Meminum minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

umum hukumnya haram.

2. Khamr sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum adalah najis.

3. Alkohol sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum yang berasal dari

khamr adalah najis. Sedangkan alkohol yang tidak berasal dari khamr adalah

tidak najis.

4. Minuman beralkohol adalah najis jika alkohol/etanolnya berasal dari

khamr, dan minuman beralkohol adalah tidak najis jika alkohol/ethanolnya

berasal dari bukan khamr.

5. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri khamr untuk produk makanan,

minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya haram.

6. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil

sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non

khamr) untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika, dan

obat-obatan, hukumnya: mubah, apabila secara medis tidak

membahayakan.

7. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil

sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non

khamr) untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika dan

obat-obatan, hukumnya: haram, apabila secara medis membahayakan.67

Setelah mengetahui hal tersebut bahwasanya penggunaan alkohol dalam

bidang pewangi pakaian dibolehkan untuk dipergunakan. Pewangi pakaian tentu

tidak lepas dari layanan jasa laundry karena dalam bidang usaha laundry pewangi

adalah pemikat konsumen pakain yang dicucinya menjadi harum, oleh sebab itu

alkohol yang digunakan agar wangi pada pakaian bertahan lama.

67 Fatwa Hukum Alkohol, Mui.or.id/konten/2009 no.11/11/18/ fatwa/Hukum-Alkohol.pdf

Page 51: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

36

Hukum asal segala sesuatu adalah suci. Adapun alkohol perlu ditelusuri

bahan-bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatanya. Di Indonesia sebagian besar

alkohol terbuat dari larutan gula dengan peragian dan penyulingan, atau dari bahan

yang mengandung selulosa, seperti ampas kayu atau dari umbi-umbian

mengandung fruktosa dan lignin. Semua bahan dasarnya sebagian dari nabati bukan

benda najis, Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan bahwa alkohol tidak

najis.68

ةالأ صلف يالأ شي اءالطه ار

“Hukum asal segala sesuatu adalah suci”

E. Media Untuk Menghilangkan Najis Pada Pakaian Menggunakan Mesin

Cuci

Dalam pencucian laundry menggunkan mesin cuci tentunya komponen

utama adalah air. Para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan alat bersuci

selain air, khususnya saat akan menghilangkan najis, termasuk pakaian yang dicuci

dengan bahan-bahan kimia atau sabun detergen. Seperti sekarang banyak dipakai

oleh penyedia jasa cuci pakaian (binatu) atau lebih sering dikenal sebagai laundry.

Berikut alat atau media untuk menghilangkan najis pada pakaian;

1. Air (Al-Ma’)

Media atau alat untuk bersuci salah satunya adalah air. Pengertian secara

umum air adalah unsur yang memiliki peran paling penting dalam kehidupan di

muka bumi ini. Air bisa diartikan sebuah senyawa atau zat yang terdiri dari 2 unsur

yaitu H2(hydrogen) yang berkaitan dengan O2(oksigen) yang kemudian

menghasilakn air (H2O).69

Fungsi air selain untuk minum dan memenuhi kebutuhan air dalam tubuh,

salah satunya air adalah media yang sering dipakai setiap umat muslim untuk

68 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008), h.

37. 69 Apa itu air, geologinesia.com/Konten/2018/5/28,apa-itu-air.

Page 52: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

37

bersuci (thaharah) baik untuk berwudhu, mandi, menghilangkan hadast, dan

mencuci untuk mensucikan pakaian, dan masih banyak lagi fungsi air bagi

kehidupan. Ada beberapa pendapat tentang mensucikan benda yang terkena najis

menggunakan benda cari selain air sebagai berikut:

a. Wajib Menggunakan Air

Pembahasan media tentang mensucikan pakaian dari najis yang menempel

ataupun mengenai pakaian menurut para Imam seperti, Imam Malik, Imam Syafi’i,

Imam Ahmad, dan Asy-Syaukani berpendapat bahwa alat yang dipakai untuk

membersihkan najis atau untuk mencuci pakaian disyaratkan harus air. Jadi, tidak

sah jika menghilangkan najis tidak menggunakan air.70

Dasar Hukum Bersuci Menggunakan Air ;

1) QS. AL-Anfal (8):11

ا ه ب ۦر ك م ب ه ء لي ط ه ء م ا إ ذ ي ـغ شيك م ٱلنـع اس أ م ن ة من ه و ي ـنـ زل ع ل ي ك م من ٱلسم و ي ذ

ام ز ٱلشي ط ن و ل يـ ر ب ط ع ل ى ق ـل وب ك م و ي ـث بت ب ه ٱل ق د ع نك م ر ج

“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu

penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari

langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari

kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan

mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu).”

2) QS. AL-Furqan (25):48

ر و ه و ٱلذ ى أ ر س ل ٱلري ح ب ش ت ه م ۦا ب ـي ن ي د ى ر ح ء ء م ا و أ نز ل ن ا م ن ٱلسم ا

ط ه ورا

70 Muhammad Anis Sumaji, 125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008), h.

17-18.

Page 53: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

38

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat

sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan) dan Kami turunkan dari langit

air yang amat bersih,”

3) Hadist, Ketika Rasulullah SAW, untuk menyiramkan air pada

saat orang badui buang air di masjid;

د ف ـث ار إ ل ي ه الناس ليـ ق ع واع ن أ ب ي ه ر ي ـر ة ق ال أ ن أ ع ر اب يا ب ال ب ه ف ـق ال ل ه م ف ى ال م س ج

لا ل ه ذ ن وبا م ن م اء أ و س ج ر يق وا ع ل ى ب ـو ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم د ع وه و أ ه

ع ث وا ا ب ع ث ت م م ي سر ين و ل م ت ـبـ م ع سر ي ن . رواه البخاريم ن م اء ف إ نم .

Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata, “(Suatu hari) ada seorang suku Badui

kencing di dalam masjid, para sahabat pun sepontan naik pitam akan

menghentikannya (mengusirnya), lalu Rasulullah SAW. pun bersabda

kepada mereka, “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya

satu timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk

memberi kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR:

Bukhari)

b. Tidak Mutlak Menggunakan Air (Boleh Selain Air)

Madzhab Imam Abu Hanifah, Ibnu Hazm, dan Ibnu Taimiyah mengatakan

bahwa diperbolehkan mencuci pakaian atau menghilangkan najis dengan benda-

benda selain air. Artinya, air bukanlah sebagai syarat mutlak dalam menghilangkan

benda yang terkena najis. Pendapat ini juga didukung Ibnu ‘Utsmani, alasan yang

dipakai oleh mereka sebagai berikut ;71

1) Adanya air sebagai benda yang suci dan mensucikan bukan menjadi

satu-satunya benda yang bisa dipakai untuk bersuci. Hal ini dapat

dibuktikan dengan adanya bahan-bahan kimia yang justru dapat

membersihkan sesuatu yang terkena najis dibanding air.

71 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008),h.

18.

Page 54: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

39

2) Perintah menggunakan air hanya pada kasus-kasus tertentu. Sedangkan,

secara umum tidak disyaratkan penggunaan air untuk menghilangkan

semua jenis najis.

3) Dalam beberapa hal, syariat mengizinkan dalam membersihkan najis

dengan sesuatu selain air. Misalnya, ketika beristinja diperbolehkan

menggunakan batu atau kertas tisu, dan menggosok sepatu dengan

tanah.

Dari dua pendapat tersebut, pendapat kedua lebih aplikatif dari pada

pendapat pertama. Hal ini dikarenakan perkembangaan zaman semakin modern,

begitu banyak penemuan ilmiah yang mendukung pelaksanaan syariat lebih faktual.

Contoh seperti, berbagai bahan kimia yang dapat menghilangkan najis permanen

yang menempel di pakaian adalah sesuatu yang tidak dapat diingkari.

Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa kesucian yang dihasilkan dengan selain

air, berupa cairan atau bahan-bahan kimia yang berlaku untuk najis-najis hakikiah

saja yang terkena pakaian, tubuh atau tempat. Meskipun demikian, selama hal-hal

yang mendukung pelaksanaan syariat itu lebih baik dan tidak menyalahi syariat,

masih dalam hal-hal yang dibolehkan. Sedangkan bersuci secara hukmi

menghilangkan hadas, seperti wudhu atau mandi tidak dibolehkan dengan

menggunakan selain air.72

2. Macam-Macam Air

a. Air Mutlak

Terkait status hukumnya, air ini suci mensucikan (thahur). Maksudnya, air

itu suci di dalam dirinya sendiri dan mensucikan yang lain. Adapun macam-macam

air yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut.73

Ada 2 kategori air, yaitu pertama Air suci dan mensucikan (thahur) , yang

kedua air suci (thahir). Perbedan air tersebut adalah air suci dan mensucikan dapat

72 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI

2008),hlm 19. 73 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta: AMZAH

2013),h.4.

Page 55: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

40

dipakai dalam ibadah seperti berwudhu, mandi mensucikan dari junub dan

sebagaimana juga dapat digunakan untuk mensucikan sesuatu yang najis dari badan

dan pakaian terkena kotoran-kotoran yang nampak. Berbeda dengan air suci yaitu

tidak sah digunakan untuk ibadah seperti wudhu, mandi junub dan sebagainya, tetapi

sah untuk seperti diminum, membersihkan badan, pakaian dan lain-lain.74

1) Air Hujan,Salju, Dan Air Embun

a) Merujuk pada firman Allah, (QS. Al-Furqan(25):48)

را ب ـي ن ت ه و ه و الذ ي أ ر س ل الري اح ب ش م و أ ن ـز ل ن ا م ن السم اء م اء ط ه ورا ي د ي ر ح

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat

sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan) dan Kami turunkan dari langit

air yang amat bersih”. (QS. Al-Furqan(25):48).

b) Dan di surat yang lain, Allah berfirman (QS.AL-Anfal(8):11)

م ك اءل ي ط هر م اء السم ن مم ل يك ع ل ي ن ز و

“Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan

kamu dengan hujan itu.” (QS.AL-Anfal(8):11)

Setelah mengetahui ayat tersebut mencuci pakaian yang kotor ataupun

terkena najis menggunakan air hujan, salju, dan embun itu bisa dilakukan untuk

mensucikan, karena zat kandungan dalam air tersebut dapat mensucikan.

2) Air Laut

Melihat pada hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ia berkata :

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulallah, Ia berkata: “wahai Rasulallah kami

sedang naik kapal di laut, sementara kami membawa sedikit perbekalan dari air,

dan jika berwudhu denganya kami akan kehausan. Bolehkan kami berwudhu

dengan air laut?

Kemudian Rasulallah menjawab,

74 Syekh Abdurrahman Al-Jaziri ,Al-fiqh’ala Mazahib Al-Arba’ah(Fiqih empat Madzhab)

, (Cairo:Mathba’ah Al-Istiqmah 1996) h.64

Page 56: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

41

ل م ي ت ت ه ه و الطه و ر م اؤ ه ، ال ح

“Air laut itu suci, (dan) halal bangkainya.”

HR Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasa-i, Ibnu Majah, dan Ibnu Abi Syaibah,

dan ini merupakan lafazhnya, dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dan

Tirmidzi dan telah diriwayatkan pula oleh Malik, Syafi’i dan Ahmad.

b. Air Musta’mal

Air musta’mal adalah air yang menetes atau terjatuh dari anggota tubuh

orang yang berwudhu dan mandi.75

1) Madzhab Hanafi

Imam Abu Hanifah bersama Abu Yusuf berpendapat bahwa air musta'mal

adalah :

ه ال ق ر ب ة تـ ع م ل ف ي ال ب د ن ع ل ى و ج ث أ و اس ال م اء الذ ي أ ز يل ب ه ح د

“Air yang digunakan untuk menghilangkan hadats atau digunakan pada

badan dalam bentuk qurbah.”

2) Madzhab Maliki

ب ث م ح د ث أ و ف ي إ ز ال ة ح ك تـ ع م ل ف ي ر ف م ا اس

“Air yang digunakan untuk mengangkat hadats atau mengilangkan hukum

khabats.”

Pendapat ini dari mazhab Al-Malikiyah. Boleh dibilang inilah satu-satunya

mazhab yang berpandangan bahwa air musta'mal dalam pandangan mereka tetap

berstatus tahir mutahhir (suci dan mensucikan). Sedangkan air yang sudah

75 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, (Jakarta: AMZAH

2013), h.6.

Page 57: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

42

digunakan untuk membersihkan najis atau bekas mencuci tempat makan,

hukumnya boleh untuk digunakan lagi untuk membersihkan najis.

3) Madzhab Syafi’i

تـ ع م ل ف ي ف ـر ض الطه ار ة ع ن ح د ث أ و ف ي إ ز ال ة ن ج س ال م اء ال ق ل يل ال م س

“Air yang sedikit dan digunakan untuk berthaharah fardhu demi

mengangkat hadats atau menghilangkan najis.”76

Madzhab Syafi'i mendefinisikan air musta'mal sebagai air sedikit yang

digunakan untuk melakukan sesuatu yang wajib secara hakiki (untuk orang

mukallaf) atau non-hakiki (bukan mukallaf) seperti menghilangkan hadas atau

menghilangkan najis. Yang dimaksud air sedikit adalah air yang kurang dari dua

qullah.

4) Madzhab Hambali

ر ح د ث أ و إ ز ال ة ن ج س و ل م ي ـتـ غ يـر أ ح د أ و ص اف ه ط اه ر غ يـ تـ ع م ل ف ي ر ف ال م اء الذ ي اس

سا ثا و لا ي ز يل ن ج ح د م ط هر لا ي ـر ف

“ Air yang telah digunakan untuk mengangkat hadas atau menghilangkan

najis, di mana salah satu sifatnya tidak berubah. Hukumnya suci namun

tidak mensucikan, sehingga tidak mengangkat hadats dan menghilangkan

najis.”

Apabila kita membersihkan najis dari badan, pakaian, atau bejana dengan

air mutlak, lalu berpisahlah air bekas basuhan itu dengan sendirinya atau dengan

jalan diperas, maka air yang terpisah itulah air musta’mal. Air semacam itu najis,

karena telah tersentuh benda najis, walapun itu tidak mengalami perubahan apapun.

76 Asy-syairazy, Al-Muhadzdzab, jilid 1 hal. 8

Page 58: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

43

Air tersebut tidak dapat digunakan kembali untuk membersihkan hadast ataupun

najis.77

Dari beberapa pendapat ulama, saya lebih mengikuti pendapat Imam Syafi’i

untuk memberishkan ataupun menghilangkan najis yang terdapat pada pakaian

ataupun yang mengenai anggota tubuh bahwasanya air musta’mal tersebut boleh

dipergunakan “hanya untuk menghilangkan najis”, tidak untuk menghilangkan

hadast jika air tersebut sedikit.

Dalam usaha laundry mungkin air musta’mal ini tidak digunakan untuk

proses pencucian pakaian, karena dalam penggunaanya air otomatis dalam mesin

cuci yaitu biasanya yang digunakan air tanah, air pam, air timba atau air dalam

sumur. Jikapun ada usaha laundry yang menggunakan air musta’mal tersebut

tentunya akan mengurangi kepercayaan konsumen yang bisa berdampak pada

kualitas pakaian yang dicuci.

c. Air Mudhaf

Air mudhaf ialah air perahan dari suatu benda seperti limau, tebu, anggur,

atau air yang mutlak pada asalnya, kemudian bercampur dengan benda-benda lain,

misalnya air bunga. Air semacam itu suci, tetapi tidak dapat menyucikan najis dan

kotoran. Pendapat ini merupakan kesepakatan semua madzhab kecuali Ḥanafī yang

membolehkan bersuci dari najis dengan semua cairan, selain minyak, tetapi bukan

sesuatu yang berubah karena dimasak.78

Semua madzhab, kecuali Imam Ḥanafī, juga sepakat tentang tidak bolehnya

berwudhu dan mandi dengan air mudhaf, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Rusyd

di dalam kitab Bidayat-ul-Mujtahidi wa Nihayat-ul-Muqtashid dan kitab Majma‘-

ul-Anhar.79

d. Air Yang Berubah Karena Benda Suci

77 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001) h.21. 78 Ibid,h.21-22. 79 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid,(cetakan 155 H)h 32. dan kitab Majma’ Al-Anhar

(cetakan Istambul) h. 117.

Page 59: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

44

Masuk kepada pembahasan apakah suci menggunakan air yang tercampur

dengan benda suci, contoh seperti air yang tercampur dengan sabun, detergen,

softener (pengharum pakaian), dan air yang bercampur dengan lainya.

Sudah menjadi hal yang wajar dikalang masyarakat akan mencuci

mencampur air dengan sabun atau deterjen untuk menghilangkan bau dan najis pada

pakaian. Status air tersebut tetap suci lagi mensucikan, selama masih terjaga

kemutlakanya. Zatnya suci, akan tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu

apabila termasuk dalam 3 macam air sebagai berikut:80

1) Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan

benda suci seperti kopi, the, dan lain-lainya.

2) Air sedikit, kurang dari 2 qullah ,sudah terpakai untuk menghilangkan

hadast atau menghilangkan hukum najis.

3) Air pohon-pohanan atau air buah-buahan.

Penulis Bidayatul-Mujtahid Ibnu Rusyd berkata, air yang bercampur

dengan benda-benda suci lainya yang biasanya tidak dapat dipisahkan darinya,

ketika salah satu sifat-sifatnya berubah maka ia tetap suci, menurut semua ulama.81

1) Imam Hanafi suci dan mensucikan, selama perubahanya tidak dimasak.

2) Imam Malik dan Imam Syafi’i air tersebut suci, tetapi tidak lagi

mensucikan

Dalam hal ini menggunakan air yang bercampur menggunakan sabun untuk

pencucian diperbolehkan karena zatnya suci, yang membedakan pendapat karena

dalam penggunaanya untuk bersuci seperti berwudhu ataupun dari hadast.

e. Air Yang Bertemu Dengan Najis

Apabila air yang banyak seperti sungai dan laut mengalami perubahan pada salah

satu sifatnya warna, bau , dan rasa ini memiliki dua keadaan :82

80 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h.15 81 Abdul Qodir Muhammad Manshur, Panduan Shalat An-Nisa Menurut 4 Madzhab,

(Jakarta : Republika Penerbit, 2019)h. 7. 82 Kesucian air, Al-Manhaj.or.id,Konten/4140/ Kesucian air.

Page 60: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

45

Pertama, berubah dengan sebab najis, jika air tersebut berubah salah satu

sifatnya warna, bau, dan rasa maka hukumnya najis menurut ijma’ ulama.

ن ه إ ن الم اء لا ي ـن جس ه ش يء, إلا ما غ ل ب ع لى ر يحه و ط عم ه و ل و

"Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya, kecuali

yang mendominasi (mencemari) bau, rasa, dan warnanya". (Riwayat Ibnu

Majah dan Baihqi).83

Kedua, air tetap dalam kemutlaknya dalam artian tidak berubah sama sekali

bau, warna, rasa karena terkena najis. Dalam kondisi ini statusnya tetap suci dan

mensucikan, baik sedikit maupun banyak. Beberapa pendapat Imam madzhab

mengenai air yang terkena najis, sebagai berikut;

1) Pendapat Imam lainya

Dalil yang dijadikan rujukan adalah hadis Abu Hurairah ,

د ف ـث ار إ ل ق ع وا ب ه ف ـق ال ل ه م ي ه الناس ليـ ع ن أ ب ي ه ر ي ـر ة ق ال أ ن أ ع ر اب يا ب ال ف ى ال م س ج

لا م ن ل ه ذ ن وبا م ن م اء أ و س ج ر يق وا ع ل ى ب ـو ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم د ع وه و أ ه

ع ث وا م ع سر ي ن . رواه البخاري .م اء ف إ نم ا ب ع ث ت م م ي سر ين و ل م ت ـبـ

Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata, “(Suatu hari) ada seorang suku badui

kencing di dalam masjid, para sahabat pun sepontan naik pitam akan

menghentikannya (mengusirnya), lalu Rasulullah SAW. pun bersabda

kepada mereka, “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya satu

timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi

kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR: Bukhari)84

83 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h..15 84 Shahih Bukhari dalam kitab Al-Wudhu,Sunan Abu Dawud (380),Sunan At-Tirmidzi

(147).Imam Ahbmad(2/239).

Page 61: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

46

Aspek pendapat hadis ini, seandainya najis itu memberikan bekas pada

benda yang dikenainya, maka menjadi tidak salah atau tidak bolehlah

membersihkan tempat tersebut hanya dengan air tersebut. Rujukan hadis ini adalah

ء إ ن ال م اء ط ه ور لا ي ـن جس ه ش ى

“Sesungguhnya air itu suci, tidak ada yang dapat menajiskannya.”85

Pendapat ini dianut oleh Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Al-Musayyab, Ibnu Abu

Laila, Imam Ats-Tsauri, Imam Malik, Abu Dawud Azh-Zhairi dan lain-lainya

memilih pendapat ini.86

2) Imam Syafi’i

Imam Syafi’i berpendapat bahwa jika air mencapai 2 qullah (Air dua qullah

adalah air seukuran 500 rothl ‘Iraqi yang seukuran 90 mitsqol, berarti ukuran dua

qullah adalah 93,75 x 2,5 = 234,375 liter. Jadi, ukuran air dua qullah adalah ukuran

sekitar 200 liter).87 Air tersebut tidak terpengaruh oleh najis yang mengenainya

,namun jika dibawah itu maka air tersebut menjadi najis. Dalam hal ini Ia berpegang

pada hadist Abdullah bin Umar RA ;

: ق ال ر س و ل الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم: إ ذ ا ه م ا ق ال ي الله ع نـ و ع ن ع ب د الله ب ن ع م ر ر ض

ا ء ق ـلتـ ي ن ل ر ج ه ال ر ب ـع ة و ص حح ه ك ان الم ي ـن ج س أ :لم م ل الخ ب ث و ف ي ل ف ظ اب ن م ي ح

بان ز ي م ة و ال ح اك م وابن ح .

Dari Abdullah bin Umar, Ia berkata, Rasulullah shallallahu‘alaihi wa

sallam bersabda. “Apabila air itu berukuran dua qullah, maka air itu tidak

kotor (najis).” Dan dalam salah satu riwayat dengan lafazh: “tidak dapat

ternajiskan.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud; Tirmidzi; Nasai dan Ibnu

85 HR. Tirmidzi, Abu Daud, An Nasa’i, Ahmad. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh

Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 478 86 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, (Jakarta:

AMZAH 2013) ,h.9. 87 Syaikh Ali Basam ,Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom, 1/116, Darul Atsar,

cetakan pertama, 1425 H

Page 62: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

47

Majah. Dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Al Hakim dan Ibnu

Hibban).

Page 63: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

48

BAB III

PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN

Praktik jasa laundry dapat dikatakan modern karena dalam proses pencucian

hingga pengeringan menggunakan mesin.Tentu berbeda dengan pencucian manual

yang menggunakan tangan dan pengeringan sinar matahari. Untuk mengetahui

lebih lanjut saya mencari tahu informasi secara langsung untuk mengetahui proses

pencucian laundry modern dan jasa service apa saja yang tersedia dalan laundry

tersebut . Berikut laundry-laundry yang saya dapat informasinya :

A. Praktik Jasa Laundry Modern

1. Layanan Usaha Jasa Lundry

Layanan usaha jasa laundry yang pertama berada di tempat yang sangat

strategis karena terletak di Jakarta Pusat, dekat dengan kampus Institut Kesenian

Jakarta (Taman Ismail Marzuki). Layanan yang terdapat di sini terdapat 2 layanan

dengan sistem yang berbeda diantaranya :88

a. Kiloan

b. Satuan Atau Per Pakaian

A. Proses Pencucian Menggunakan Mesin Cuci

1. Memisahkan pakaian antara warna putih dengan warna lainya. Proses

ini dilakukan agar menghindari terjadinya lunturnya pakaian.

2. Jika terdapat noda ataupun kotoran akan dicuci terpisah menggunakan

bak tersendiri untuk dihilangkan kotoran terlebih dahulu menggunakan

Oxalic (pemutih atau pembersih pakaian).89 Contoh kotoran atau noda

sperti tanah, bercak-bercak noda makanan ataupun cairan yang

mengenai pakaian, dan terkadang ada pakaian terkena kotoran hewan.

Kemudian dimasukan bersama ke dalam mesin cuci kembali.

88 Marsiyati, Pemilik Usaha Jakarta Laundry, Interview, Jakarta, 12 Juni 2020. 89 Mas Rohman (Karyawan bagian Pencucian Jakarta Laundry), wawancara ,Jakarta 12

Juni 2020.

Page 64: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

49

3. Kemudian memasukan pakaian ke dalam mesin cuci berukuran 60-70

cm lebarnya berkapasitas 8-max12 Kg.

4. Setelah pakaian sudah masukan, dilakukan pembilasan air tanpa sabun

cuci/deterjen yang dialiri secara otomatis sebanyak 2 kali pembuangan

dalam 1 kali pembuangan memakan waktu 5-10 menit tergantung dari

banyaknya pakaian yang akan dicuci . Proses ini dilakukan agar

menghilangkan bau dan noda pada pakaian.

5. Langkah selanjutnya memasukan detergen sekitar 2 cup takaran deterjen

untuk 5-8 Kg pakaian. Deterjen yang biasa digunakan merek Daia atau

Soklin Softener. Waktu penggilingan menggunakan mesin cuci ini

sekitar 10-15 menit.

6. Setelah itu buang air dalam mesin cuci tersebut, kemudian isi dengan air

kembali.

Dalam langkah selanjuta ada 2 layanan yang digunakan yaitu

menggunakan pewangi tambahan atau tidak seperti merek yang

digunakan Downy, Molto, ataupun Fresia. Tentu jika menggunakan

pewangi tambahan akan ditambahkan biaya sebesar Rp.3.000.

7. Setelah itu dengan langkah yang sama melakukan pengurasan pakaian

dengan air yang baru dengan takaran secukupnya dilihiat banyaknya

pakaian untuk menghilangkan sisa deterjen pada pakaian digiling

selama 5 menit dalam mesin cuci..

8. Jika pakaian di pegang tidak licin dalam arti deterjen pada baju sudah

hilang dapat dilakukan pengeringan dengan mesin pengering selama 15

menit. Pengeringgan dilakukan mempercepat kinerja layanan jasa

laundry.

9. Kemudian dijemur menggunakan bantuan panas matahari 3-4 jam,agar

pakaian benar-benar kering. Jadi fungsi pengeringan menggunakan

mesin hanya membantu ½ kering pakaian yang basah agar tidak terlalu

lama di jemur dibawah matahari.

Setelah kering pakaian kemudian diseterika dan penyemprotan parfum

pakaian. Menggunakan mesin setrika uap lebih efektif dan hemat jika dibandingan

Page 65: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

50

dengan setrika listrik pada umumnya. Langkah terakhir pengemasan menggunakan

plastik kemas laundry agar rapih dan mudah untuk dibawa.90

2. Layanan Usaha Jasa Lundry

Layanan jasa laundry kedua ini tertelak di Jl. Cikini Raya No.40, Kec.

Menteng, Jakarta Pusat. Layanan service yang terdapat di sini ada :

a. Dry Clean

A. Proses Pencucian Dry Clean

1. Pengecekan pakaian menyeluruh ketika datang dari jenis bahan, lebel

dan noda pada pakaian secara detail, proses ini dilakukan menentukan

proses pencucian yang sesuai dengan bahan pakian agar tidak merusak

pakaian.

2. Spotting atau pembersihan noda langkah ini dilakukan terebih dahulu

untuk mengghilakan noda pakaian menggunakan cairan kima lalu

disemprotkan dan disikat dengan sikat kecil.

3. Spraying atau proses penyemprotan bahan kimia atau PCE

(perchloroethylene) pada pakaian pakaian secara merata. PCE ini

berfungsi sebagai pembersih seperti deterjen membersihkan noda dan

membunuh kuman-kuman pada pakaian.. Proses ini biasanya

menggunakan sprayer yang dimana bahan sprayernya tebal. Pencucian

dryclean tidak menggunakan mesin cuci melainkan mesin spray

menggunakan uap.

4. Mesin Dry Clean, setelah noda hilang pada pakaian kemudian

dimasukan ke dalam mesin dry clean untuk proses pembersihan dari

bakteri dan melicinkan pakaian agar terlihat seperti baru, dalam proses

ini penggilingan dalam mesin tidak menggunakan air karena itulah

disebut dry clean (cuci kering).

5. Penyetrikaan, Setrika menggunakan mesin setrika uap agar hasilnya

rapih dan licin.91

90 Mas Rohman, Karyawan bagian Pencucian Jakarta Laundry, wawancara, Jakarta 12

Juni 2020. 91 Mas Jeje, Karyawan Pressto Indonesia Luandry, wawancara, Jakarta 12 Juni 2020.

Page 66: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

51

6. Pengemasan menggunakan gantungan baju dan plastik kemas, berbeda

dengan layanan kiloan yang semua baju menjadi 1 kemasan plastik

sedangkan dry clean pengemasan pakaian per satu potong.

3. Layanan Usaha Jasa Lundry

Layanan usaha jasa laundry ketiga ini berada di Jl.Komando Raya

Kuningan, Karet, Setiabudi, Jakarta. Letaknya yang cukup strategis berada

dipinggir jalan sehingga banyak penggunjung yang datang untuk menggunakan jasa

laundry ini. Layanan jasa tersedia di J JLaundry

a. Layanan Satuan Atau Per Potong

b. Kiloan

c. Laundry Koin

A. Proses Pencucian Menggunakan Mesin Cuci

1. Untuk pembersihan yang terdapat kotoran atau noda Jj laundry

melakukan pemisahan pakaian yang terdapat noda tersebut di

semprotkan air sehingga kotoran tersebut terbawa aliran air dan

direndam di dalam ember berisi air kurang lebih 5 Liter. Kemudian

menyikat sisa noda tersebut dengan sabun lalu membilas dengan

dialirkan air hingga noda dan baunya sampai hilang, yang kemudian

dicuci dengan mesin cuci.

2. Setelah memisahkan pakaian yang terdapat noda atau kotoran yang

sudah dibersihkan, proses selanjutnya yaitu mencuci dengan mesin cuci.

Proses ini hampir sama dengan proses laundry pada umumnya, yaitu

menanmpung pakaian dan dialirkan air secukupnya dengan sejumlah

pakaian sampai terlihat terendam. Dalam proses ini pembilsan

menghilangkan bau terlebih dahulu dan digiling menggunakan mesin

cuci selama 5-10 menit sebelum pemberian deterjen.

3. Setelah pembilasan hanya menggunakan air dalam mesin cuci,

kemudian pakaian yang sudah basa tersebut dituangkan deterjen atau

sabun cair pakaian, Proses ini memakan waktu 10-15 menit

Page 67: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

52

penggilingan dalam mesin cuci untuk menghilangkan kuman dan bau

pada pakaian.

4. Proses selanjutnya memberikan softener atau sabun pewangi untuk

menambah kesegaran pada pakaian. Proses penggilingan dalam mesin

cuci selama 5 menit.

5. Setelah pakaian diberikan pewangi masuk ketahap pengeringan,

pengeringan di sini dilakukan cukup lama 15-25 menit dilakukan karena

tanpa dijemur menggunakan matahari, yang kemudian dilakukan proses

penyetrikaan dan pengemasan.92

4. Layanan Usaha Jasa Laundry

Layanan usaha jasa laundry keempat ini memiliki banyak cabang yang

sudah mencakup daerah Jabodetabek, terletak di Jl.Karet Pedurenan Kuningan,

Jakarta Selatan. Letak posisi usaha laundry di sini cukup strategis dan mudah

dijangkau karena terletak di pinggir jalan utama. Berikut layanan jasa yang tersedia:

a. Kiloan

b. Satuan

c. Dry Clean

A. Proses Pencucian Pakaian

Dalam proses pencucian Aqualis Fabricare disini yang saya dapatkan

informasi hanya cabang laundry drop off point atau tempat pengambilan dan

penerimaan pakaian laundry. Saya hanya mendapatkan sedikit informasi

dikarenakan proses pencucianya Aqualis Fabricare terletak di Jl.Terusan gedung

hijau Pondok Indah, Menteng Jakarta Pusat membutuhkan izin dari pemilik pusat.

Dalam proses pencucianya Aqualis Fabricare memang menggunakan mesin

cuci akan tetapi kami tidak bias memberi tahu informasi proses pencucian.93

Sedangkan ciri khas laundry kami dalam proses mencuci menggunakan bahan

alami dan khusus seperti Antibacterial guard, Color care, BriteWhite,

92 Mas Erwin, Karyawan J JLaundry, wawancara, Jakarta 13 Juni 2020. 93 Mba Nindi, Karyawan bagian penerimaan pakaian Aqualis Fabricare Laundry,

wawancara, Jakarta 13 Juni 2020.

Page 68: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

53

Greensoftener, dan Green chemical digunakan untuk perlindungan baju dari bakteri

dan jamur serta tidak membuat pakaian pudar dan tampak lebih cerah itu yang

membedakan laundry ini dengan laundry yang lainya.94

5. Layanan Usaha Jasa Laundry

Layanan usaha jasa laundry yang kelima ini terletak di perempatan jalan

Jl.Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan tepat di mana banyak toko-toko di sekitar

yang berjualan dan dekat dengan supermarket sehingga usaha laundry ini banyak

pelangganya. Berikut layanan jasa yang tersedia:

a. Kiloan

b. Dry Clean

A. Proses Pencucian Menggunakan Mesin Cuci

1. Proses pencucian pakaian ketika datang, ditampung dalam mesin cuci

berukuran 6-13 Kg kemudian diisi menggunakan air otomatis sehingga

pakaian kotor terendam dengan air.

2. Setelah terendam dengan air melakukan proses penggilingan mesin

untuk pembersihan terlebih dahulu selama 5 menit, kemudian air

dibuang dan diisi dengan air yang baru.

3. Jika sebelumnya terdapat kotoran ataupun najis pada kotoran, karyawan

bagian pencucian akan memisahkan terlebih dahulu untuk disikat dan

dibilas tersendiri menggunakan ember dan sikat cuci. Ketika kotoran

sudah hilang pada pakaian kemudian disatukan kembali untuk proses

pencucian.

4. Proses pencucian, pakaian yang sudah terendam air akan dicampurkan

sabun cuci atau deterjen sebanyak 3 cup ukuran deterjen. Proses

pencucian ini 15-20 menit tergantung dari banyaknya pakaian yang

dicuci.

5. Proses pembilasan, setelah pencucian selama 15 menit kemudian

pembilasan selama 5-10 menit dengan membuang air proses pencucian,

diganti dengan air yang baru. Proses pembilasan dilakukan sebanyak 2

94 ibid

Page 69: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

54

kali, proses pembilasan yang pertama hanya menggunakan air dan

proses kedua menggunakan air dicampur dengan pewangi pakaian untuk

mengghilangkan bau dan licin pakaian yang masih tersisa dari proses

pencucian.

6. Pengeringan, setelah pembilasan selasai dilakukan pengeringan

menggunakan mesin pengering pakaian selama 10-15 menit. Proses ini

agar pakaian yang akan dijemur nantinya dalam keadaan setengah

kering.

7. 1-2 hari kemudian masuk ke dalam penyetrikan dan pengemasan agar

terlihat bersih dan rapih serta disemprotkan parfum pakaian agar

pakaian terasa segar digunakan.95

B. Wawancara Dosen

Wanwancara ini berfungsi untuk mendapatkan sumber pengetahuan

informasi yang lebih yang didapatkan melaui guru atau dosen pengampu. Dalam

hal, untuk memilih baik dalam praktik pencucian laundry terdapat berbagai macam

pendapat Imam Madzhab, maka wawancara ini dilakukan mengkuatkan pilihan

jalan yang baik.

1. Moch. Bukhori Muslim, M.A

Dosen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, jabatan Lektor

300, Fakultas Syariah dan Hukum pernah mengajar saya Praktik Fiqih Ibadah pada

semester 2, yang berkaitan tentang sub bab pembahasan skripsi ini mengenai ibadah

thaharah (bersuci). Berikut penjelasan dari wawancara:

Air tidak mencapai 2 qullah, dan pencucain menggunakan mesin cuci bisa

dilakukan berkali-kali itu termasuk dalam mengaliri air, maka air tidak mencapai 2

qullah tidak masalah. Adapun ikhtiar (mengambil jalan yang terbaik) menurut

pendapat Imam Syafi’i yang sebaiknya dalam proses pencucian dipisahkan antara

pakaian yang terkena benda najis dengan yang tidak terkena najis.

95 Mba Sofie, Karyawan bagian pencucian dan penerimaan pakaian Quick And Clean

Laundry, Jakarta Selatan 12 Juni 2020.

Page 70: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

55

Fungsi sabun tidak dapat menggantikan tanah. Pemahaman Bapak tentang

hadis najis mughalladzhah ini adalah ta’abudi (Harus diikuti apa adanya sebuah

perintah syariah agama) karena adanya perintah “ Debu “, bukan ta’aqulli (ibadah

yang ada sebab dan alasanya). Menganalogikan dengan tayamum menggunakan

debu maka tidak bisa tayamum menggunakan sabun. Adapun yang mendukung

pendapat bapak Bukhari mengenai gigitan dan air liur anjing dapat dinetralisir

dengan zat-zat yang terkandung dalam tanah, untuk pencegahan penyebaran bakteri

dari gigitan ataupun air liur anjing tersebut.

Kalau sebuah jasa layanan laundry mengikuti kaidah air yang mengalir

dalam pencucain menggunakan mesin cuci tersebut dan memenuhi keriteria seperti

dicuci atau digiling berkali-kali maka dapat dikatakan sudah suci, tetapi kalau itu

tidak diajalankan maka itu tidak bisa dikatakan suci. Menurut bapak Bukhori perlu

adanya sertifikasi sebuah usaha laundry untuk memasitikan layanan jasanya itu

benar-benar menjalankan laundry syariah, karena ada di beberapa rumah sakit

sekarang menggunakan standar kategori laundry syariah.96

2. Ummu Hanah Yusuf Saumin, M.A

Dosen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, jabatan Asisten

Ahli, Fakultas Syariah dan Hukum. Beliau beberapa kali mengajar saya salah

satunya Fiqih Munakahat pada semester 3 dan Tarikh Tasyri semester 4.

Kriteria jika pakaian telah hilang dari 3 zat seperti benda najinya, warna ,

dan baunya, maka pakaian tersebut sudah dikatakan suci.97 Demikian pencucian

menggunakan mesin dry clean jika 3 kriteria zat tersebut telah hilang maka sucilah

pakaianya. Adapun tambahan masukan dan saran dari Beliau bahwa najis a’ini

(najis yang nampak) dan tidak nampak termasuk yang ma’fu (dimaafkan karena

tidak nampak) .

Dalam proses pencucian apakah petugas laundry mengerti cara

menghilangkan pakaian yang terkena najis ? Beliau bertanya terlebih dahulu.

96 Bapak Bukhari Muslim, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, wawancara via Zoom

30 september 2020. 97 Ibu Ummu Hanah, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, wawancara via Whatsapp,

6 Oktober 2020.

Page 71: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

56

Kemudian dalam penjelasan saya sudah melakukan 5 wawanara dan beberapa yang

saya ajukan pertanyaan ada yang muslim dan ada yang non muslim. Jadi dalam

proses pencucian menggunakan mesin cuci, pertama yang dilakukan pakaian yang

kotor didalam mesin cuci yang kemudian dituangkan air dan dilakukan proses

penggilingan terlebih dahulu sebelum diberikan deterjen.

Hal terpenting dalam usaha laundry ini adalah proses yang tidak dilupakan

yaitu pengecekan pakaian sebelum dilakukan pencucian memisahkan warna

pakaian dan melihat pakaian yang terdapat noda ataupun kotoran maka, dicuci

tersendiri lebih dahulu sebelum disatukan dengan cucian di dalam mesin cuci.

Proses ini dilakukan karena kehati-hatian dalam mencampurkan pakaian

yang terkena noda agar tidak tercampur dan merubah warnanya. Akan tetapi

alasanya bukan karena najis, maksudnya noda atau bercak kotoran yang belum

tentu itu najis. Maka dapat disimpulkan bahwa peemisahan ini sangat penting agar

tidak mencampur adukan pakaian yang terkena noda dengan yang lainya apalagi

pakaian tersebut terdapat najis dan itu sudah pasti dicuci tersenidri terlebih dahulu.

Jika hal tersebut telah dilakukan karena kehati-hatian dan dilakukan proses

penggilingan pakaian dengan air maka proses tersebut sudah dapat dikatakan suci,

tanggapan Ibu Ummu Hanah. Mengenai najis mughaladlzhah yang terkena pakaian

apakah peran sabun disini dapat menggantikan tanah. Ibu Ummu Hanah

menambahkan bahwa ada fatwa Mahmud Syaltut menerangkan bahwa bahan kimia

bisa menghilangkan najis mugholladzah.

Page 72: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

57

BAB IV

ANALISIS DAN TINJAUAN EMPAT MADZHAB TERHADAP

KESUCIAN PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN

A. Tinjauan Mensucikan Najis Dalam Praktik Jasa Laundry Modern Menurut

Empat Madzhab

Dalam hukum Islam, soal bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk

bagian ilmu dan amalan yang penting, terutama karena di antara syarat-syarat shalat

telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan mengerjakan shalat diwajibkan suci

dari hadas dan suci pula badan, pakaian, dan tempat dari najis. 98

ب ال م ت ط هر ين ب التـواب ين و ي ح إ ن الله ي ح

“ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri.” .(QS. AL-Baqarah (2) :222)

Prihal sesorang untuk bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut ;

1. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.

2. Kaifiat (cara) bersuci.

3. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.

4. Benda yang wajib disucikan

5. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.

Dalam prihal mencuci pakaian laundry modern tentu untuk menghilangkan

alat utama adalah air, karena sifatnya yang suci dan mensucikan kecuali, air tersebut

telah tercampur najis seperti hadist berikut :

ن ه إ ن الم اء لا ي ـن جس ه ش يء, إلا ما غ ل ب ع لى ر يحه و ط عم ه و ل و

98 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 13.

Page 73: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

58

"Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya, kecuali

yang mendominasi (mencemari) bau, rasa, dan warnanya". (Riwayat Ibnu

Majah dan Baihqi).99

1. Pendapat Empat Madzhab Terhadap Pencucian Laundry

Menggunakan Mesin Cuci

Semua ulama madzhab Empat sepakat bahwa benda yang digunakan untuk

bersuci dari najis dan hadast adalah air mutlak. Hal ini didasarkan atas firman

Allah Swt ;

و ي ـنـ زل ع ل ي ك م م ن السم اء م اء ل ي ط هر ك م ب ه

“ Dan Allah menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan

kamu dengan hujan itu". (QS. Al-Anfal:11)

Air adalah komponen utama dalam pencucian menggunakan mesin cuci.

Mesin cuci disini berperan membantu dalam kemudahan proses penggilingan dan

pembilasan pakaian. Di sini ada 2 perbedaan tentang penggunaan air yang

digunakan untuk mencuci pakain. pertama air itu banyak yaitu air 2 qullah (kurang

lebih sekitar 200 Liter)100 dan kedua air itu sedikit tidak sampai 2 qullah.

a. Pendapat Pertama

Imam Syafi’i berpendapat bahwa jika air mencapai 2 qullah (Air dua qullah

adalah air seukuran 500 rothl ‘Iraqi yang seukuran 90 mitsqol, berarti ukuran dua

qullah adalah 93,75 x 2,5 = 234,375 liter. Jadi, ukuran air 2 qullah adalah ukuran

sekitar 200 liter).101

Air mencapai 2 qullah maka pakaian dapat dimasukan ke dalam air tersebut

dan tidak mempengaruhi setatus air. Dalam hal ini Imam Syafi’i berpegang pada

hadist Abdullah bin Umar Ra ;

99 Ibid h.15 100 Syaikh Ali Basam ,Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom, 1/116, Darul Atsar,

cetakan pertama, 1425 H 101 ibid

Page 74: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

59

: ق ال ر س و ل ه م ا ق ال ي الله ع نـ ل ي ه و س لم: إ ذ ا الله ص لى الله ع و ع ن ع ب د الله ب ن ع م ر ر ض

ر ج ه ال ر ب ـع ة و ص حح ه اب ن ي ـن ج س أ :لم م ل الخ ب ث و ف ي ل ف ظ ا ء ق ـلتـ ي ن ل م ي ح ك ان الم

بان ز ي م ة و ال ح اك م وابن ح .

Dari Abdullah bin Umar, Ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda. “Apabila air itu berukuran dua qullah, maka air itu tidak kotor

(najis).” Dan dalam salah satu riwayat dengan lafazh: “Tidak dapat ternajiskan.”

(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah. Dan telah

dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Al Hakim dan Ibnu Hibban).

Jadi pendapat pertama jika air mencapai 2 qullah (200 Liter) kemudian

pakaian yang terkena najis dimasukan ke dalam air 2 qullah tersebut maka tidak

akan mempengaruhi setatus kesucian air. Pencucian tersebut dapat dikatakan suci

dan tidak mencampuri najis ke pakaian yang lainya jika benda najis yang menempel

tersebut telah hilang bau, warna dan rasa pada pakaian.

Adapun mencuci menurut madzhab Syafi’i diantaranya yaitu memilih baju

yang terkena najis dan tidak terkena najis, yang terkena najis mencucinya dialiri air

mengalir, kemudian dimasukkan ke dalam mesin cuci. Air yang mengalir

hukumnya sama dengan air yang tenang. Seperti ini pula qoul qodim (Pernyataan

selama Beliau di Baghdad) Imam Syafi’i dan yang dipilih oleh para sahabatnya ini

adalah pendapat yang kuat.102

b. Pendapat Kedua

Pendapat ini dianut oleh Imam Malik, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Al-

Musayyab, Ibnu Abu Laila, Imam Ats-Tsauri, Abu Dawud Azh-Zhairi dan lain-

lainya memilih pendapat ini.103 Dalil yang dijadikan rujukan adalah hadist Abu

Hurairah :

102 Abdulah Zaki Alkaf, Fiqih Empat Mazhab, (Bandung: HASYIMI, 2014) h. 19 103 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:

AMZAH 2013),h.9.

Page 75: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

60

د ف ـث ار إ ل ي ه الناس يـ ق ع وا ب ه ف ـق ال ل ه م لع ن أ ب ي ه ر ي ـر ة ق ال أ ن أ ع ر اب يا ب ال ف ى ال م س ج

لا م ن ل ه ذ ن وبا م ن م اء أ و س ج ر يق وا ع ل ى ب ـو ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم د ع وه و أ ه

ع ث وا م ع سر ي ن . رواه البخاري .م اء ف إ نم ا ب ع ث ت م م ي سر ين و ل م ت ـبـ

Dari Abu Hurairah Ra, Ia berkata, “(Suatu hari) ada seorang suku Badui

kencing di dalam masjid, para sahabat pun sepontan naik pitam akan

menghentikannya (mengusirnya), lalu Rasulullah Saw. pun bersabda

kepada mereka, “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya satu

timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi

kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR: Bukhari)104

Aspek pendapat hadist ini, seandainya najis itu memberikan bekas pada

benda yang dikenainya, maka menjadi tidak salah atau tidak bolehlah

membersihkan tempat tersebut hanya dengan air . Hadist lain yang dijadikan

rujukan adalah hadist :

ىء سهش ين ج ط هورل اء الم إن

“Sesungguhnya air itu suci, tidak ada yang dapat menajiskannya.”105

Jadi Pendapat kedua ini jika air tidak mencapai 2 qullah (200 Liter) sama

seperti pencucian menggunakan mesin cuci, karena daya tampung mesin cuci

berkisaran 5 liter hingga maximal 20 liter air.

Pencucian pakaian pertama yang harus dilakukan adalah, jika terdapat

benda najis pada pakaian harus dihilangkan terlebih dahulu dan dipisahkan dengan

pakain yang lainya agar tidak mencampuri najis di dalam mesin cuci. Pakaian yang

terkena najis dialiri air dan disikat ataupun dikucek sampai benar-benar hilang

benda tersebut. Berikutnya pensucian pakaian dalam mesin cuci yaitu pembilasan

104 Shahih Bukhari dalam kitab Al-Wudhu,Sunan Abu Dawud (380), Sunan At-Tirmidzi

(147).Imam Ahbmad(2/239). 105 HR. Tirmidzi, Abu Daud, An Nasa’i, Ahmad. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh

Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 478

Page 76: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

61

pakaian hanya dengan air saja tanpa dicampur dengan deterjen ataupun sabun cuci

Dalam proses ini pakaian harus diletakan dalam mesin cuci terlebih dahulu yang

kemudian di tuangkan lah air ke dalam mesin cuci sehingga pakaian terendam air

secara menyeluruh.

Itulah proses pensucian pakaian yang membedakan antara takaran air jika

tidak mencapai 2 qullah maka pakaian harus terlebih dahulu di letakan yang

kemudian dialiri air sampai menyeluruh. Kedua takaran air yang mencapai 2 qullah

bisa mencuci pakaian dengan cara dicelupkan ke dalam air yang berisi 2 qullah

tersebut kemudian air tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk mencuci pakaian

yang lainya.

2. Pendapat 4 Madzhab Terhadap Pencucian Laundry Menggunakan

Mesin Dry Clean

Mesin dry clean atau cuci kering adalah pencucian pakaian tertentu yang

berbahan khusus dengan ini proses pencucianya tidak menggunakan pembilasan

air. Proses yang digunakan adalah proses spotting yaitu penyikatan di area pakaian

yang diberikan olesan bahan kimia PCE yang terdapat bekas kotoran ataupun noda

dengan di bantu sprying yaitu uap air yang keluar dari alat penyemprot untuk

membantu menggangkat noda pada pakaian.

Terdapat 2 pendapat dalam proses pencucian pakaian menggunakan mesin

dry clean atau mengghilangkan najis dengan benda cair selain air.

a. Tidak Mutlak Menggunakan Air (Boleh Selain Air)

Madzhab Imam Abu Hanifah, Ibnu Hazm, dan Ibnu Taimiyah mengatakan

bahwa diperbolehkan mencuci pakaian atau menghilangkan najis dengan benda-

benda selain air. Artinya, air bukanlah sebagai syarat mutlak dalam menghilangkan

benda yang terkena najis. Pendapat ini juga didukung Ibnu ‘Utsmani, alasan yang

dipakai oleh mereka sebagai berikut :106

106 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI

2008),h. 18

Page 77: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

62

1) Adanya air sebagai benda yang suci dan mensucikan bukan menjadi

satu-satunya benda yang biasa dipakai untuk bersuci. Hal ini dapat

dibuktikan dengan adanya bahan-bahan kimia yang justru dapat

membersihkan sesuatu yang terkena najis dibanding air.

2) Perintah menggunakan air hanya pada kasus-kasus tertentu. Sedangkan,

secara umum tidak disyaratkan penggunaan air untuk menghilangkan

semua jenis najis.

3) Dalam beberapa hal, syariat mengizinkan dalam membersihkan najis

dengan sesuatu selain air. Misalnya, ketika beristinja diperbolehkan

menggunakan batu atau kertas tisu, dan menggosok sepatu dengan

tanah.

Rujukan Imam Hanafi Ini berdasarkan firman Allah SWT,

و ث ي اب ك ف ط هر

“Dan pakaianmu, maka hendaklah engkau bersihkan.” (Al-Muddatsir 74

Ayat 4)

Perintah untuk membersihkan itu adalah bersifat mutlak, tanpa

mengaitkannya dengan sesuatu seperti air. Kemudian, siapa yang membataskannya

hanya membasuh dengan air saja, maka ia telah menambah nas tanpa disandar

kepada dalil. 107

Jadi tidak tertentu pada air saja. Ini pendapat madzhab Hanafi dan pilihan

Ibnu Taimiyah (dari madzhab Hanbali). Menurut madzhab ini, cara menghilangkan

najis tidak hanya dibatasi dengan alat-alat yang telah dipaparkan oleh pengikut

Imam Syafi. Selama maksud dan tujuan dari pensucian benda tersebut telah

dihasilkan maka benda itu dihukumi suci dan boleh dimanfaatkan kembali.

Oleh karena itu pencucian menggunakan mesin dryclean jika, inti dan

tujuan dari pencucian benda atau pakaian itu adalah menghilangkan rasa, bau dan

107 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, terjemah. Mahyuddin Syaf, (Bandung: PT.

Alma’rif,1997), h.45.

Page 78: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

63

warna najis yang menempel, kemudian pakaian tersebut telah bersih dari 3 zat najis

tersebut, maka dapat dikatakan suci.

b. Wajib Menggunakan Air

Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Syafi’i dan Asy-Syaukani berpendapat

bahwa alat yang dipakai untuk membersihkan najis atau untuk mencuci pakaian

disyaratkan harus air. Jadi, tidak sah jika menghilangkan najis tidak menggunakan

air.108

Dasar Hukum Bersuci Menggunakan Air

1) QS. AL-Anfal (8):11

و ي ـنـ زل ع ل ي ك م م ن السم اء م اء ل ي ط هر ك م ب ه

“ Dan Allah menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan

kamu dengan hujan itu"

2) QS. AL-Furqan (25):48

ا ء ط ه ورا ء م ا و أ نز ل ن ا م ن ٱلسم

“ Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,”

3) Hadist, ketika Rasulullah Saw, untuk menyiramkan air pada saat orang

badui buang air di masjid;

د ف ـث ار إ ل ي ه الناس ليـ ق ع وا ب ع ن أ ب ي ه ر ي ـر ة ق ال أ ن أ ع ر اب يا ب ال ف ى ه ف ـق ال ل ه م ال م س ج

لا ل ه ذ ن وبا م ن م اء أ و س ج ر يق وا ع ل ى ب ـو ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم د ع وه و أ ه

ع ث وا م ع ا ب ع ث ت م م ي سر ين و ل م ت ـبـ سر ي ن . رواه البخاريم ن م اء ف إ نم .

108 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI

2008),h. 17-18

Page 79: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

64

Dari Abu Hurairah Ra, Ia berkata, “(Suatu hari) ada seorang suku Badui

kencing di dalam masjid, para sahabat pun sepontan naik pitam akan

menghentikannya (mengusirnya), lalu Rasulullah Saw. pun bersabda

kepada mereka, “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya satu

timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi

kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR: Bukhari)

Pendapat kedua ini jika dalam proses pencucian pakaian tidak dibilas

menggunakan air maka pakaian tersebut belum dikatakan suci, karena kehati-hatian

apabila pakaian tersebut masih memiliki zat najis yang menempel pada pakaian jika

tidak dibilas menggunakan air.

B. Analisis Praktik Jasa Usaha Laundry Dengan Pendapat Empat Imam

Madzhab

1. Mencuci Menggunakan Mesin Cuci

Pencucian menggunakan mesin cuci, penulis yang telah melakukan

observasi dan wawancara dari beberapa layanan usaha jasa laundry, jika dilihat dari

pendapat Empat Imam madzhab proses ini masih menggunakan air dan sebelum

proses pencucian dilakukan pemisahan karena kehati-hatian akan tercampurnya

pakaian bernoda dengan yang tidak serta untuk membedakan warna agar tidak

terjadi lunturnya warna, hal ini dapat diakatakan “Suci”.

Pakaian yang terdapat najis dalam beberapa layanan laundry ketiganya

dicuci terpisah dan menggunakan cara masing-masing sebelum disatukan ke dalam

mesin cuci. Kemudian prosesnya yang dilakukan adalah menaruh pakaian kotor

terlebih dahulu dan barulah menunangkan air baik menggunakan air otomatis

ataupun manual ke dalam mesin cuci.

Semua ulama madzhab Empat sepakat bahwa benda yang digunakan untuk

bersuci dari najis dan hadast adalah air mutlak. Proses ini sesusai dengan pendapat

Imam Syafi’i diantaranya yaitu memilih baju yang terkena najis dan tidak terkena

najis, yang terkena najis mencucinya dialiri air mengalir, kemudian dimasukkan ke

dalam mesin cuci. Air yang mengalir hukumnya sama dengan air yang tenang.

Page 80: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

65

Seperti ini pula qoul qodim (Pernyataan selama Beliau di Baghdad) Imam Syafi’i

dan yang dipilih oleh para sahabatnya ini adalah pendapat yang kuat.109

2. Mencuci Menggunakan Mesin Dry clean

Proses pencucian menggunakan mesin dry clean yang hanya bahan-bahan

tertentu seperti wol, kulit, sutra, dan bahan-bahan lainya. Di sini penulis telah

melakukan beberapa wawancara dan observasi, ternyata proses pencucianya

keseluruhan dengan cara yang sama yaitu jika terdapat noda, maka disikat terlebih

dahulu sampai noda hilang dan dilakukan spotting, spraying, masuk ke mesin dry

clean, dan penyetrikaan.

Hasil yang diberikan dalam pencucian menggunakan mesin dry clean

ternyata lebih baik dari pada menggunakan mesin cuci biasa, karena menggunakan

bahan-bahan yang membantu mencerahkan dan membuat pakaian seperti baru.

Menurut madzhab Imam Abu Hanifah, Ibnu Hazm, dan Ibnu Taimiyah

mengatakan bahwa diperbolehkan mencuci pakaian atau menghilangkan najis

dengan benda-benda selain air. jika, inti dan tujuan dari pencucian benda atau

pakaian itu adalah menghilangkan rasa, bau dan warna najis yang menempel,

kemudian pakaian tersebut telah bersih dari 3 zat najis tersebut, maka dapat

dikatakan “Suci”.

Menurut pendapat kedua yaitu Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Syafi’i

berpendapat bahwa alat yang dipakai untuk membersihkan najis atau untuk

mencuci pakaian disyaratkan harus air. Jadi, tidak sah jika menghilangkan najis

tidak menggunakan air.110 Pendapat kedua ini proses pencucian menggunakan

mesin dry clean belum dikatakan suci, karena proses pembasuhanya tidak

menggunakan air, melainkan menggunakan panas mesin dan hanya bagian tertentu

yang jika terdapat kotoran disikat dan di semprot saja.

109 Abdulah Zaki Alkaf, Fiqih Empat Mazhab, (Bandung: HASYIMI, 2014) h. 19 110 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI

2008),h. 17-18

Page 81: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

66

C. Kaidah-Kaidah Fiqih Yang Digunakan

1. Hukum Asal Adalah Mubah

ف ى ا ل ش ي اء ا لإ ب ا ح ة ا ل ص ل

" Hukum asal pada sesuatu itu adalah mubah ”.111

Terdapat suatu kaidah bahwasanya sesuatu hukum asalnya mubah dan suci.

Siapa yang menyatakan bahwa sesuatu itu najis maka dia harus mendatangkan dalil

atau mendatangkan dalil tetapi kurang tepat maka berpeganglah kepada hukum asal

tersebut.

Induk dari kaidah ini adalah

الي ق ين لا ي ـز ال ب الشك

“ Keyakinan tidak dihilangkan dengan syak (keraguan)”.112

Kemudian para ulama mendasari ketetapan tersebut dengan hadist Nabi

sebagai alasan kaidah tersebut yang berbunyi : a. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ر ك م ص لى ث لا ثا أ م أ ر ب ـعا ف ـل ي ط ر ح الشك و ل ي ب ن إ ذ ا ش ك أ ح د ك م ف ى ص لا ت ه ف ـل م ي د

ق ن يـ تـ ع ل ى م ا اس

“Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak

mengetahui berapa rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka

buanglah keraguan, dan ambilah yang yakin”. (H.R Muslim)113

111 Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih,(Jakarta: Kencana 2006), h.199. 112 Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah Kaidah-Kaidah Fiqih (Palembang:AMANAH

2019) h. 56 113 Basiq Djalil , Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2 (Jakarta :KENCANA 2010 dan 2014) h. 134.

Page 82: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

67

ا ل ص ل ف ى ا ل ش ي اء ا لإ ب ا ح ة ح ت ى ي د ل ا لد ل ي ل ع ل ى الت ح ر ي م

" Hukum asal dari sesuatu adalah mubah hingga ada dalil yang

menunjukan keharamanya “.114

Kaidah ini digunakan kalau tidak ada dalil yang melarang ataupun

menujukan keharaman menggunakan mesin cuci ataupun mesin dryclean sebagai

alat bantu dalam proses pensucian pakaian, maka hal tersebut tetap sebagaimana

asalnya yaitu boleh.

Adapun penggunaan bahan kima seperti oxacil (pemutih pakaian), PCE

(Perclone untuk mengghilangkan bakteri), deterjen atau sabun cuci pakaian dan

softener (pelicin dan pengharum pakaian), jika tidak ada dalil yang melarang dalam

penggunan bahan-bahan ini dalam proses pencucian maka diperbolehkan selama

tidak terdapat sesuatu yang dilarang atau diharamkan.

2. Adanya Hukum Karena Sebab

ما دا و ع د ع لت ه و ج و م ي د و ر م ال ح ك “Hukum itu berputar bersama illatnya (sebabnya), ada dan tidak adanya

hukum.

Illat adalah sesuatu sifat yang sudah jelas dan pasti, yang dapat dijadikan

alasan hukum. Ada illat berarti ada hukum dan tidak ada illat berarti tidak ada

hukum.115 Najis adalah kotoran yang bagi setiap muslim wajib mensucikan apa

yang dikenainya.116

Allah berfirman :

و ث ي اب ك ف ط هر “ Dan pakaiannmu maka bersihkanlah” (QS Al Mudatsir: 4)

114 Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah Kaidah-Kaidah Fiqih (Palembang:AMANAH

2019) h. 60 115 Ibid h. 149 116 Zurinal dan Aminudin, Fiqih Ibadah (Jakarta :CV.Sejahtera 2008) h. 33.

Page 83: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

68

السج ود م اع يل أ ن ط هر ا ب ـي ت ي ل لطائ ف ين و ال ع اك ف ين و الرك ن ا إ ل ى إ ب ـر اه يم و إ س و ع ه د

“ Dan kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail untuk mensucikan

rumah-Ku bagi orang-orang yang ber-thawaf, ber-i’tikaf dan orang-orang

yang rukuk dan sujud” (QS. Al Baqarah (2): 125).

ب ال م ت ط هر ين ب التـواب ين و ي ح إ ن الله ي ح Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. AL-Baqarah(2) :222)

Adanaya hukum untuk mensucikan atau membersihkan karena adanya zat

najis tersebut, apabila najis sudah tidak ada maka hukum dibalik benda najis

tersebut sudah tiada.

ن ه إ ن الم اء لا ي ـن جس ه ش يء, إلا ما غ ل ب ع لى ر يحه و ط عم ه و ل و

"Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya, kecuali

yang mendominasi (mencemari) bau, rasa, dan warnanya". (Riwayat Ibnu

Majah dan Baihqi).117

Kaidah ini digunakan dalam pembahasan mensucikan najis dalam praktek

jasa laundry modern karena adannya tuntutan untuk membersihkan badan, pakaian

dan tempat najis. Dalam prihal ini illatnya adalah benda najis yang harus

dihilangkan, ketika benda najis tersebut sudah hilang maka pakaian tersebut sudah

dapat dikatakan suci.

Mensucikan najis dalam paraktek jasa laundry modern menurt empat

madzhab jika 3 prihal dari benda najis yaitu bau, warna, dan rasa yang

menyebabkan adanya illat, kemudian jika benda najis tersebut telah hilang maka

pakaian-pakaian yang dicuci menggunakan layanan jasa laundry modern dapat

dikatakan suci karena illat tersebut telah hilang.

117 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 13.

Page 84: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis atas hasil telah dipaparkan, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Banyaknya usaha laundry saat ini tentu berbeda-beda dalam proses

pencucianya, akan tetapi dalam proses pengecekan pakaian sebelum

dicuci adalah salah satu proses yang harus dilakukan oleh pegawai

laundry untuk berhati–hati jika terdapat noda, kotoran, dan perbedaan

warna pakaian prosesnya tentu akan berbeda. Proses ini dapat dikatakan

suci apabila terdapat najis, langkah pertama memisahkan pakaian yang

terkena najis dengan yang lainya agar tidak mencampuri pakaian yang

lainya. Ketika pakaian terkena najis harus dibersihkan terlebih dahulu

sampai benda najis, warna, bau , dan rasa tersbut hilang yang kemudian

baru bisa dicampur dengan pakaian lainya di dalam mesin cuci.

2. Adapun pendapat Imam madzhab mengenai apakah sabun dapat

menggantikan tanah dalam pensucian jika terkena najis anjing atau

mughalladzhah .

a) Pendapat pertama: Madzhab Syafi’I, Hambali, dan Ibnu Hazm

mengatakan, tanah tidak bisa digantikan oleh benda apa pun, baik

ada tanah maupun tidak.

b) Pendapat kedua: Sebagian penganut madzhab Syafi’I, Hambali,

dan Al-Muzani mengatakan, “Benda selain tanah dapat

menggantikan tanah, baik ada tanah maupun tidak”.

c) Pendapat ketiga: Riwayat dalam madzhab Syafi’I dan Hambali

mengatakan. “Tanah boleh digantikan oleh alat pembersih lain jika

tanah sulit ditemukan atau benda yang akan dicuci rusak jika dicuci

menggunakan tanah.

Page 85: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

70

Sabun bisa mengggantikan tanah di sini apabila, ditakukan tanah dapat

merusak benda yang terkena najis tersebut. Hal itu yang mendasari

sabun dapat menggantikan tanah, jika pakaian dicuci dengan campuran

tanah tentu akan merusak warna dan bahan pakaian.

3. Proses pencucian dengan cara dry clean (cuci kering) menurut mayoritas

ulama belum dianggap suci sebelum dibilas dengan air maksudnya

najisnya belum hilang karena kehati-hatian tersebutlah, akan tetapi

menurut Imam Abu Hanifah sudah dianggap suci atau najisnya dianggap

hilang jika 3 zatnya seperti benda, warna, dan bau najisnya telah hilang..

4. Selama pakaian yang dicuci menggunakan layanan dry clean tidak

terdapat najis pada pakaian atau pakaian hanya bau dan kusam karena

telah dipakai bukan berarti terdapat benda najis, maka diperbolehkan

menggunakan layanan dry clean sesuai dengan anjuran bahan pada

pakaian.

5. Adapun untuk memperkuat bukti nyata bahwasanya sebuah usaha jasa

laundry dapat dikatakan suci dalam prosesnya dibutuhkan sertivikasi

baik dari lembaga-lembaga penelitian kehalalan Maupun Majelis ulama

Indonesia.

B. Saran

Kepada pelanggan sebaiknya jika memang pakaian yang terdapat najis

ataupun terkena kotoran sebelum membawa ke laundry sebaiknya dipisah

menggunakan kantong tersendiri untuk menghindari menyebarnya ke pakaian yang

lain sebelum menyerahkan kepada layanan jasa laundry, karena hal tersebut akan

memudahkan pegawai dalam melakukan pencucian.

Untuk usaha laundry ini akan selalu berkembang di masyarkat karena sudah

menjadi sebuah kebutuhan. Mempermudah dalam pencucian saat ini tidak hanya

jenis pakaian saja bahkan saat ini banyak berbagai macam perabotan rumahpun bisa

di laundry seperti halnya kasur, sofa dan perabotan rumah lainya. Saran dari penulis

selalu meningkatkan kualitas kinerja dan kehati-hatian dalam pencucian pakaian

untuk meninggkatkan kepercayaan layanan jasa laundry tersebut.

Page 86: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

71

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, Jakarta:

AMZAH 2013.

Abdul Qodir Muhammad Manshur, Panduan Shalat An-Nisa Menurut 4 Madzhab,

Jakarta:Republika Penerbit, 2019.

Abdulah Zaki Alkaf, Fiqih Empat Mazhab, Bandung: HASYIMI, 2014.

Abu Azam Al Hadi, Fiqh Muamalah Kontemporer, Sidoarjo: CV Cahaya XII,

2014.

Ahmad Munif Suratmaputra, Vaksin Meningkitis dalam kajian fiqih, Volume 3

2018

Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fikih Indonesia Thaharah, Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama 2019.

Ali bin Muhammad Nashir al-Faqihi dan Dr. Jamal bin Muhammad as-Sayyid Al

Fiqhul Muyassar fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Jakarta : Darul Haq 2017.

Asy-Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Shalat Empat Madzhab, Jakarta:

AkbarMedia 2018.

Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2, Jakarta :KENCANA 2010 dan 2014.

DJazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih, Jakarta: Kencana 2006.

Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah Kaidah-Kaidah Fiqih Palembang:

AMANAH 2019.

Fahad Salim Bahammam, Fiqih Modern Praktis, Jakarta: Gramedia Pustaka utama

2013.

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj. Al-Mas’udah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

2016.

Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, Bandung: Pustaka Media Utama.

Page 87: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

72

Muhammad Anis Sumaji, 125 Masalah Tharah, Solo: Tiga serangkai 2008.

Muhammad bin Yazid Abu ‘Abdullah al-Qazwiniy, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar

al- Fikr, 2004.

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab, Jakarta: Lentera, 2001.

Muttafaq ‘alaihi: (Shahiih Muslim (I/240 no. 291), ini adalah lafazhnya. Shahiih al-

Bukhari (Fat-hul Baari) (I/410 no. 307).

Muri Yusuf, Metode Penelitian, Jakarta : Prenadamedia Group 2014.

Pudjihardjo dan Nur Faizin Muhith, Fikih Muamalah Ekonomi Syariah, Malang:

Tim UB Press 2019.

Shahih: Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 3933)], dan Shahiih Muslim (I/234 no.

276 (91)

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung:Sinar Baru Algensindo 1994.

Syaikh Ali Basam, Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom, 1/116, Darul Atsar,

cetakan pertama, 1425 H.

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah. Terj, Mahyuddin Syaf, Bandung: PT.Alma’rif, 1997.

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. Terj, Abu Aulia dan Abu Syauqina, Jakarta: Republika

2017

Syekh Abdurrahman Al-Jaziri ,Al-fiqh’ala Mazahib Al-Arba’ah (Fiqih empat

Madzhab), Cairo: Mathba’ah Al-Istiqmah 1996.

Zurinal dan Aminudin, Fiqih Ibadah, Jakarta : CV.Sejahterah 2008.

https://www.gurupendidikan.co.id/detergen-pengertian-jenis-komposisi-bahan

pembuat/

https://www.geologinesia.com/2018/05/apa-itu-air.html

https://islam.nu.or.id/post/read/82513/tiga-macam-najis-dan-cara-

menysucikannya

Page 88: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

73

https://www.suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-sabun-bisa-

hilangkan-najis-jilatan-anjing/

https://almanhaj.or.id/2120-hukum-bangkai.html

http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/Hukum-Alkohol.pdf

Page 89: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 90: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

75

HASIL WAWANCARA LAUNDRY

Data Informan

Nama Laundry : Jakarta Laundry Dry & Clean

Narasumber :Mas Rohman(Karyawanbagian pencucian dan pengecekan)

Tempat : Jl. Kernolong No.44 , Senen, Jakarta Pusat

1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki di sini dan berapa harganya ?

- Kiloan , yaitu ditimbang perkilo dihargai Rp. 8000/Kg

- Satuan dan dry clean, berbeda-beda harganya

Contoh daftar harga satuan ;

1. Setelan jas : Rp, 25.000 4.Celana Panjang : Rp,10.000

2. Jacket : Rp, 15.000 5.Sprey Tipis : Rp,10.000

3. Kemeja : Rp, 10.000 6.Bad Caver : Rp,25.000

2. Dalam 1 hari berapa banyak pakaian atau kilo pakaian yang dicuci ?

- Kurang lebih 30 Kg/ Hari atau 50 potong

3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci di sini ?

a) Memisahkan pakaian antara warna putih dengan warna lainya. Proses

ini dilakukan agar menghindari terjadinya lunturnya pakaian.

b) Jika terdapat noda ataupun kotoran akan dicuci terpisah menggunakan

bak tersendiri untuk dihilangkan kotoran terlebih dahulu menggunakan

Oxalic (pemutih atau pembersih pakaian). Contoh kotoran atau noda

sperti tanah, bercak-bercak noda makanan ataupun cairan yang

mengenai pakaian, dan terkadang ada pakaian terkena kotoran hewan.

Kemudian dimasukan bersama ke dalam mesin cuci kembali.

c) Kemudian memasukan pakaian ke dalam mesin cuci berukuran 60-70

cm lebarnya berkapasitas 8-max12 Kg.

d) Setelah pakaian sudah masukan, dilakukan pembilasan air tanpa sabun

cuci/detergen yang dialiri secara otomatis sebanyak 2 kali pembuangan

dalam 1 kali pembuangan memakan waktu 5-10 menit tergantung dari

Page 91: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

76

banyaknya pakaian yang akan dicuci . Proses ini dilakukan agar

menghilangkan bau dan noda pada pakaian.

e) Langkah selanjutnya memasukan detergen sekitar 2 cup takaran

detergen untuk 5-8 Kg pakaian. Detergen yang biasa digunakan merek

Daia atau Soklin Softener. Waktu penggilingan menggunakan mesin

cuci ini sekitar 10-15 menit.

f) Setelah itu buang air dalam mesin cuci tersebut, kemudian isi dengan air

kembali.

g) Dalam langkah selanjutnya ada 2 layanan yang digunakan yaitu

menggunakan pewangi tambahan atau tidak seperti merek yang

digunakan Downy, Molto, ataupun Fresia. Tentu jika menggunakan

pewangi tambahan akan ditambahkan biaya sebesar Rp.3.000.

h) Setelah itu dengan langkah yang sama melakukan pengurasan pakaian

dengan air yang baru dengan takaran secukupnya dilihat banyaknya

pakaian untuk menghilangkan sisa detergen pada pakaian, digiling

selama 5 menit dalam mesin cuci..

i) Jika pakaian di peganag tidak licin dalam arti detergen pada baju sudah

hilang dapat dilakukan pengeringan dengan mesin pengering selama 15

menit. Pengeringgan dilakukan memperepat kinerja layanan jasa

laundry.

j) Kemudian dijemur menggunakan bantuan panas matahari 3-4 jam, agar

pakaian benar-benar kering. Jadi fungsi pengeringan menggunakan

mesin hanya membantu ½ kering pakaian yang basah agar tidak terlalu

lama di jemur dibawah matahari.

4. Berapa kira-kira takaran air yang digunakan dan jenis sabun cuci yang

digunakan ?

Takaran air yang digunakan tergantung dari banyaknya pakaian, jika

pakaian 5 Kg kurang lebih air dalam mesin cuci yang digunakan kurang

lebih 8L sesuai kapasitas mesin cuci ada yang kecil dan ada yang besar

sampai 12Kg. Sabun yang digunakan deterjen Daia ataupun Rinso.

5. Jenis sabun apa yang biasa digunakan dalam proses pencucian ini ?

Page 92: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

77

Deterjen seperti daia atau rinso, tetapi kalau untuk pemutih kita

menggunakan bayclin kjika pakaian yang kotor menggunakan pemutih

sekiranya kurang kemudian menggunkan bahan kimia seperti Oxalic.

Page 93: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

78

Page 94: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

79

WAWANCARA

Data Informan

Nama Laundry : Pressto Laundry Indonesia

Narasumber : Mas Jeje / Karyawan Pressto Indonesia Laundry

Tempat : Jl. Cikini Raya No.40, Kec. Menteng, Jakarta Pusat.

1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki disini dan berapa harganya ?

- Dry Clean/ Cuci kering harga dari Rp. 45.000 adaupun kami

menyediakan jasa antar jemput dengan minimal transaksi Rp, 250.000

Jenis pakaianpun tidak semua jenis melainkan hanya bahan-bahan tertentu

seperti pakaian khusus, sutra, wol, setelan jas, jaket kulit, dan yang

memiliki hiasan atau pernak-pernik pada pakaian kebaya dan gaun

pengantin

2. Dalam 1 hari berapa banyak pakaian yang dicuci menggunkan dry clean ini

?

- Kurang lebihnya 200-250 pcs/ Potong

3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin dryclean disini

?

a) Pengecekan pakaian menyeluruh ketika datang dari jenis bahan, lebel

dan noda pada pakaian secara detail, proses ini dilakukan menentukan

proses pencucian yang sesuai dengan bahan pakian agar tidak merusak

pakaian.

b) Spotting atau pembersihan noda langkah ini dilakukan terebih dahulu

untuk mengghilakan noda pakaian menggunakan cairan kima lalu

disemprotkan dan disikat dengan sikat kecil.

c) Spraying atau Proses penyemprotan bahan kimia atau PCE

(perchloroethylene) pada pakaian pakaian secara merata. PCE ini

berfungsi sebagai pembersih seperti detergen. Membersihkan noda dan

membunuh kuman-kuman pada pakaian.. Proses ini biasanya

Page 95: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

80

menggunakan sprayer yang dimana bahan sprayernya tebal.karena

pencucian dry clean tidak menggunakan mesin cuci melainkan mesin

spray menggunakan uap.

d) Mesin dry cleaning, Setelah noda hilang pada pakaian kemudian di

masukan ke dalam mesin dry clean untuk proses pembersihan dari

bakteri dan melicinkan pakaian agar terlihat seperti baru, dalam proses

ini penggilingan dalam mesin tidak menggunakan air karena itulah

disebut dry clean (cuci kering).

e) Penyetrikaan, Setrika menggunakan mesin setrika uap agar hasilnya

rapih dan licin.

f) Pengemasan menggunakan gantungan baju dan plastik kemas, berbeda

dengan layanan kiloan yang semua baju menjadi 1 kemasan plastic

sedangkan Dry Clean pengemasan pakaian per satu potong.

4. Jenis sabun atau minyak apa yang digunakan dalam proses pencucian dry

clean?

Seitz untuk sabun cuci dan ditambaham bahan pengharum seperti Seitz +

Protect Indo, ini seperti pewangi pakaian.

Page 96: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

81

Page 97: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

82

WAWANCARA

Data Informan

Nama Laundry : J j Laundry

Narasumber : Mas Erwin / Karyawan J j Laundry

Tempat : Jl.Komando Raya Kuningan, Karet ,Setiabudi, Jakarta.

1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki disini dan berapa harganya ?

- Satuan atau perpotong mulai harga dari Rp, 15.000- 50.000

- Kiloan , di hargai Rp, 10.000/ Kg

- Laundry Coin , satu koin di sini di hargai Rp, 10.000- 15.000

2. Dalam 1 hari berapa banyak pelanggan yang mencuci di laundry ini ?

- 10- 15 orang untuk mencuci di laundry ini

3. Bagaimana proses pencucian laundry Coin ?

- Pertama kali datang ke customer untuk melakukan penukaran uang tunai

dengan koin, 1 koin bias dihargai Rp 10.000 –Rp 15.000. Kapasitas

mesin cuci yang digunakan berukuran 10 Liter selama 15-20 menit

dihargai 1 koin

Kemudian dalam prosesnya sama saja dengan melakukan pencucian biasa

dengan mesin cuci dan pengering, yang membedakan karena proses

pembayaran menggunakan koin. Jadi pencucianya bisa dilakukan sendiri

oleh konsumen dan membawa deterjen ataupun softener pakaian yang di

inginkan konsumen itu sendiri.

4. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci di sini ?

a) Untuk pembersihan yang terdapat kotoran atau noda J jlaundry

melakukan pemisahan pakaian yang terdapat noda tersebut di

semprotkan air sehingga kotoran tersebut terbawa aliran air dan

direndam di dalam ember berisi air kurang lebih 5 liter. Kemudian

menyikat sisa noda tersebut dengan sabun lalu membilas dengan

Page 98: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

83

dialirkan air hingga noda dan baunya sampai hilang, yang kemudian

dicuci dengan mesin cuci.

b) Setelah memisahkan pakaian yang terdapat noda atau kotoran yang

sudah dibersihkan, proses selanjutnya yaitu mencuci dengan mesin cuci.

Proses ini hampir sama dengan proses laundry pada umumnya, yaitu

menampung pakaian dan dialirkan air secukupnya dengan sejumlah

pakaian sampai terlihat terendam. Dalam proses ini pembilsan

menghilangkan bau terlebih dahulu dan digiling menggunakan mesin

cuci selama 5-10 menit sebelum pemberian detergen.

c) Setelah pembilasan hanya menggunakan air dalam mesin cuci

,kemudian pakaian yang sudah basah tersebut dituangkan detergen atau

sabun cair pakaian, Proses ini memakan waktu 10-15 menit

penggilingan dalam mesin cuci untuk menghilangkan kuman dan bau

pada pakaian.

d) Proses selanjutnya memberikan softener atau sabun pewangi untuk

menambah kesegaran pada pakaian. Proses penggilingan dalam mesin

cuci selama 5 menit.

e) Setelah pakaian diberikan pewangi masuk ketahap pengeringan,

pengeringan di sini dilakukan cukup lama 15-25 menit dilakukan karena

tanpa dijemur menggunakan matahari, yang kemudian dilakukan proses

penyetrikaan dan pengemasan.

5. Jenis sabun apa yang biasa digunakan dalam proses pencucian ini ?

Rinso cair, karena lebih mudah digunakan dan wanginya berbeda dengan

detergen yang bersifat bubuk.

Page 99: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

84

Page 100: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

85

WAWANCARA

Data Informan

Nama Laundry : Aqualis Fabric Care Laundry

Narasumber : Mba Nindya / Karyawan bagian Penerimaan pakaian

Tempat : Jl. Karet Pedurenan Kuningan, Jakarta Selatan

1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki di sini dan berapa harganya ?

- Kiloan, Rp, 14.000/Kg di sini lebih mahal dari laundry biasanya karena

proses pencucian menggunakan bahan khusus perawatan pakaian yang

alamai yaitu Grandchemical.

- Satuan ,layanan satuan cukup terjangkau dari Rp, 15.000-70.000 dan

disini pencucain menggunakan bahan greensoftener 100% alami yaitu

pelembut dan pewangi agar kualitas pakaian terlihat baru.

- Dry clean harga Rp.40.000 ribu per 1 pakaian yang akan di dry clean

atau cuci kering.

2. Dalam 1 hari berapa banyak pelanggan yang mencuci di laundry ini ?

- Untuk keadaan saat ini pandemic terbilang cukup sedikit 3-15 orang

yang mencuci di laundry ini, kurang lebih 10Kg/per hari.

3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan Mesin cuci di sini ?

Dalam proses pencucian Aqualis Fabricare di sini yang saya dapatkan

informasi hanya cabang laundry drop off point atau tempat pengambilan dan

penerimaan pakaian laundry. Saya hanya mendapatkan sedikit informasi

dikarenakan proses pencucianya Aqualis Fabricare terletak di Jl.Terusan

gedung hijau Pondok Indah, Menteng Jakarta Pusat membutuhkan izin dari

pemilik pusat.

Dalam proses pencucianya Aqualis Fabricare memang menggunakan

mesin cuci akan tetapi kami tidak bias memberi tahu informasi proses

pencucian. Sedangkan ciri khas laundry kami dalam proses mencuci

Page 101: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

86

menggunakan bahan alami dan khusus seperti Antibacterial guard,

Color care,BriteWhite, Greensoftener, dan Green chemical digunakan

Untuk perlindungan baju dari bakteri dan jamur serta tidak membuat

pakaian pudar dan tampak lebih cerah itu yang membedakan laundry ini

dengan laundry yang lainya.

4. Berapa hari kira-kira pengerjaan laundry disini ?

3 hari sudah jadi, setelah terhitung dari drop off pakaianya.

Page 102: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

87

Page 103: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

88

WAWANCARA

Data Informan

Nama Laundry : Quick And Clean Laundry

Narasumber : Mba Sofie / Pencucian dan penerimaan Pakaian Laundry

Tempat : Jl.Setia Budi, Kuningan ,Jakarta Selatan

1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki di sini dan berapa harganya ?

- Kiloan dengan harga Rp, 9.000/Kg tapi ada juga express 1 hari jadi

dengan harga Rp, 15.000/ Kg

- Dry clean , mulai dari harga Rp, 25.000-70.000

2. Dalam 1 hari rata-rata pencucain berapa Kilo pencucian ?

- Dalam 1hari layanan kiloan bias mencapai 20-40 Kg

3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci di sini ?

a) Proses pencucian pakaian ketika datang, ditampung dalam mesin cuci

berukuran 6-13 Kg kemudian diisi menggunakan air otomatis sehingga

pakaian kotor terendam dengan air.

b) Setelah terndam dengan air melakukan proses penggilingan mesin untuk

pembersihan terlebih dahulu selama 5 menit ,kemudian air dibuang dan

disi dengan air yang baru.

c) Jika sebelumnya terdapat kotoran ataupun najis pada kotoran, karyawan

bagian pencucian akan memisahkan terlebih dahulu untuk disikat dan di

bilas tersendiri menggunakan ember dan sikat cuci. Ketika kotoran

sudah hilang pada pakaian kemudian disatukan kembali untuk proses

pencucian.

d) Proses pencucian, pakaian yang sudah terendam air akan dicampurkan

sabun cuci atau deterjen sebanyak 3 cup ukuran deterjen. Proses

pencucian ini 15-20 menit tergantung dari banyaknya pakaian yang

dicuci.

Page 104: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

89

e) Proses pembilasan,setelah pencucian selama 15 menit kemudian

pembilasan selama 5-10 menit dengan membuang air proses pencucian

dengan air yang baru. Proses pembilasan dilakukan sebanyak 2

kali,proses pembilasan yang pertama hanya menggunakan air dan

proses kedua menggunakan air dicampur dengan pewangi pakaian untuk

mengghilangkan bau dan licin pakaian yang masih tersisa dari proses

pencucian.

f) Pengeringan, setelah pembilasan selasai dilakukan pengeringan

menggunakan mesin pengering pakaian selama 10-15 menit. Proses ini

agar pakaian yang akan dijemur nantinya dalam keadaan setengah

kering.

g) 1-2 hari kemudian masuk dalam ke penyetrikan dan pengemasan agar

terlihat bersih dan rapih serta di semprotkan parfum pakaian agar

pakaian terasa segar digunakan.

4. Bagaimana jika terdapat kotoran atau noda pada pakaian yang akan dicuci

?

Sebelum dicuci didalam mesincuci, kita pisahkan dulu warna putih dengan

yang lainya begitu juga dalam pengecekan apakah ada kotoran atau noda

tersendiri. Kalau ada noda kita cuci terpisah pakai bayclin disikat samapi

hilang baru disatukan dengan cucian di mesin cuci tadi agar tidak tercampur

sama pakaian orang lain .

5. Sabun atau deterjen apa yang biasa dipakai untuk pencucian ?

Biasanya soklin softener untuk pewangi pakaian dan sabunya rinso atau

donny cair.

Page 105: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

90

Page 106: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

91

HASIL WAWANCARA DOSEN

Data Informan

Narasumber : Moch. Bukhori Muslim, M.A

Status : Dosen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jabatan : Lektor 300

1. Apa yang Bapak ketahui mengenai layanan jasa laundry saat ini? Seberapa

sering Bapak menggunakanya ?

Layanan jasa yang Bapak ketahui berupa dry clean (cuci kering) dan

layanan biasa, jarang atau tidak terlalu sering menggunakanya.

2. Dalam proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci air tidak

mencapai 2 qullah, bagaimana menurut Bapak dalam proses pencucian

menggunakan mesin cuci agar dapat dikatakan suci?

Air tidak mencapai 2 qullah, dan pencucain menggunakan mesin cuci bisa

dilakukan berkali-kali itu termasuk dalam mengaliri air, maka air tidak

mencapai 2 qullah tidak masalah. Adapun Ikhtiyar (mengambil jalan yang

terbaik) menurut pendapat Imam Syafi’I yang sebaiknya dalam proses

pencucian dipisahkan antara pakaian yang terkena benda najis dengan yang

tidak terkena najis.

3. Dalam proses pencucian laundry jika pakaian terkena najis mukhaffafah

(ringan) dan mutawassitah (sedang) dapat dihilangkan menggunakan air.

Apakah najis mughalladzhah (besar) yang salah satu basuhanya harus

menggunakan tanah dapat digantikan dengan deterjen atau sabun?

Tidak, fungsi sabun tidak dapat menggantikan tanah. Pemahaman Bapak

tentang hadist najis mughalladzhah ini adalah ta’abudi (Harus diikuti apa

adanya sebuah perintah syariah agama) karena adanya perintah “ Debu “,

bukan ta’aqulli (Ibadah yang ada sebab dan alasanya). Menganalogikan

dengan tayamum menggunakan debu maka tidak bisa tayamum

menggunakan sabun. Adapun yang mendunkung pendapat bapak Bukhari

Page 107: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

92

mengenai gigitan dan air liur anjing dapat dinetralisir dengan zat-zat yang

terkandung dalam tanah, untuk pencegahan penyebaran bakteri dari gigitan

ataupun air liur anjing tersebut.

4. Bagaimana menurut bapak tentang laundry saat ini, apakah sudah dapat

dikatakan suci dalam prosesnya?

Kalau sebuah jasa layanan laundry mengikuti kaidah air yang mengalir

dalam pencucain menggunakan mesin cuci tersebut dan memenuhi keriteria

seperti dicuci atau digiling berkali-kali maka dapat dikatakan sudah suci,

Tetapi kalu itu tidak diajalankan maka itu tidak bisa dikatakan suci. Menurut

bapak Bukhori perlu adanya sertifikasi sebuah usaha laundry untuk

memasitikan layanan jasanya itu benar-benar menjalankan laundry syariah,

karena ada dibeberapa rumah sakit sekarang menggunakan standar kategori

laundry syariah.

Page 108: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

93

Page 109: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

94

WAWANCARA

Data Informan

Narasumber : Ummu Hanah Yusuf Saumin, M.A

Status : Dosen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jabatan : Asisten Ahli

Dalam proses wawancara ini saya melakukan via Whatsapp, karena beliau

sibuk dan ada jadwal mengajar online maka saya memaklumi hal tersebut dan

kemudian beliau membaca skirpsi saya dan memberikan masukan dan saran.

Kriteria jika pakaian telah hilang dari 3 zat seperti benda najinya, warna ,

dan baunya, maka pakaian tersebut sudah dikatakan suci. Demikian pencucian

menggunakan mesin dryclean jika 3 kriteria zat tersebut telah hilang maka

sucilah pakaianya. Adapun tambahan masukan dan saran dari Beliau bahwa

najis a’ini (najis yang nampak) dan tidak nampak termasuk yang ma’fu

(dimaafkan karena tidak nampak) .

Dalam proses pencucian apakah petugas laundry mengerti cara

menghilangkan pakaian yang terkena najis ? Beliau bertanya terlebih dahulu.

Kemudian dalam penjelasan saya sudah melakukan 5 wawancara dan beberapa

yang saya ajukan pertanyaan ada yang muslim dan ada yang non muslim. Jadi

dalam proses pencucian menggunakan mesin cuci, pertama yang dilakukan

pakaian yang kotor di dalam mesin cuci yang kemudian dituangkan air dan

dilakukan proses penggilingan terlebih dahulu sebelum diberikan deterjen.

Hal terpenting dalam usaha laundry ini adalah proses yang tidak dilupakan

yaitu pengecekan pakaian sebelum dilakukan pencucian memisahkan warna

pakaian dan melihat pakaian yang terdapat noda ataupun kotoran maka akan

dicuci tersendiri lebih dahulu sebelum disatukan dengan cucian didalam mesin

cuci.

Page 110: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

95

Proses ini dilakukan karena kehati-hatian dalam mencampurkan pakaian

yang terkena noda agar tidak tercampur dan merubah warnyanya. Akan tetapi

alasanya bukan karena najis, maksudnya noda atau bercak kotoran yang belum

tentu itu najis. Maka dapat disimpulkan bahwa pemisahan ini sangat penting

agar tidak mencampur adukan pakaian yang terkena noda dengan yang lainya

apalagi pakaian tersebut terdapat najis dan itu sudah pasti dicuci tersenidri

terlebih dahulu.

Jika hal tersebut telah dilakukan karena kehati-hatian dan dilakukan proses

penggilingan pakaian dengan air maka proses tersebut sudah dapat dikatakan

suci, tanggapan Ibu Ummu Hanah.

Mengenai najis mughalladzhah yang terkena pakaian apakah peran sabun

disini dapat menggantikan tanah . Ibu Ummu Hanah menambahkan bahwa ada

fatwa Mahmud Syaltut menerangkan bahwa bahan kimia bisa menghilangkan

najis mughalladzhah.

Page 111: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

96

DOKUMENTASI

(Gambar: Sedang melakukan wawancara dengan karyawan laundry)

(Gambar: Setelah melakukan wawancara meminta tanda tangan karyawan

laundry)

Page 112: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

97

( Gambar: Pakaian kotor menggunakan layanan jasa laundry Kiloan )

( Gambar : Layanan jasa laundry setelah di Dry Clean )

Page 113: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

98

(Gambar: Pakaian yang sudah selesai di laundry dan sudah dikemas dalam

plastik)

Page 114: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

99

Page 115: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

100

Page 116: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

101

Page 117: MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA

102