mentoship dan perceptorship dalam keperawatan

28
1. PRECEPTORSHIP DAN MENTORSHIP DALAM KEPERAWATAN A. PRECEPTORSHIP 1) Definisi Preceptorship Preceptor adalah seseorang yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat memberikan inspirasi, menjadi panutan (role model) serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan traineer pada peran barunya. 2) Tujuan Utama Preceptorship Tujuan preceptorship dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu : a. Secara mikro Preceptorship secara mikro bertujuan membantu proses transisi dari pembelajaran ke praktisioner, megurangi dampak sebagai “syok realita” dan memfasilitasi individu untuk berkembang dari apa yang dihadapai dari lingkungan barunya. b. Secara makro Preceptorship secara mikro bertujuan untuk melibatkan pengembangan perawat di dalam berorganisasi. Preceptorship digunakan sebagai sosialisasi dan orientasi, sehingga diskusi antara preceptor dan preceptee diperlukan untuk memberikan pandangan dan harapan preceptee akan memiliki kemampuan yang sama dengan preceptor-nya. 3) Manfaat Preceptoship 1

Upload: etika-prisma-karunianingrum

Post on 29-Nov-2015

593 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

1. PRECEPTORSHIP DAN MENTORSHIP DALAM KEPERAWATAN

A. PRECEPTORSHIP

1) Definisi Preceptorship

Preceptor adalah seseorang yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat

memberikan inspirasi, menjadi panutan (role model) serta mendukung pertumbuhan

dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan

khusus mensosialisasikan traineer pada peran barunya.

2) Tujuan Utama Preceptorship

Tujuan preceptorship dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu :

a. Secara mikro

Preceptorship secara mikro bertujuan membantu proses transisi dari

pembelajaran ke praktisioner, megurangi dampak sebagai “syok realita” dan

memfasilitasi individu untuk berkembang dari apa yang dihadapai dari

lingkungan barunya.

b. Secara makro

Preceptorship secara mikro bertujuan untuk melibatkan pengembangan

perawat di dalam berorganisasi. Preceptorship digunakan sebagai sosialisasi

dan orientasi, sehingga diskusi antara preceptor dan preceptee diperlukan untuk

memberikan pandangan dan harapan preceptee akan memiliki kemampuan yang

sama dengan preceptor-nya.

3) Manfaat Preceptoship

Program preceptorships dapat memberikan manfaat baik kepada preceptor / guru

preceptee atau murid, para lulusan yang baru, yaitu :

a. Peningkatan pengalaman preceptee dalam perawatan pasien

b. Peningkatan diri preceptor dalam memecahkan sebuah kasus.

c. Peningkatan rasa kepercayaan diri pereptee.

d. Peningkatan wawasan preceptor dalam memberikan bimbingan

4) Kriteria Preceptor

Tidak semua individu atau medio dapat memiliki kriteria yang sama sebagai

preceptor. Preceptor adalah individu yang mempunyai pengalaman bekerja minimal

12 tahun di bidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan. Keterampilan

1

Page 2: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan

mendukung perkembangan profesional merupakan hal terpenting dalam

preceptorship. Secara garis besar kriteria preceptor yang berkualitas adalah :

a. Berpengalaman dan ahli di lingkungan kerjanya.

b. Berjiwa kepemimpinan.

c. Mempunyai keterampilan komunikasi yang baik

d. Mempunyai kemampuan membuat keputusan.

e. Mendukung perkembangan profesional.

f. Mempunyai kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam

penerapan model preceptorship.

g. Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif.

h. Fleksibilitas untuk berubah.

i. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu

5) Tanggung Jawab Preceptor

Menurut Cerinus dan Ferguson, bahwa tanggung jawab dari seorang preceptor di

antaranya adalah sebagai berikut.

a. Preceptor bertanggung jawab terhadap pengkajian yang dilakukan oleh

preceptee

b. Merencanakan model preceptorship untuk mendesain sesuai kebutuhan

preceptee

c. Melakukan peran pengajar dan sebagai role model

d. Melakukan evaluasi pada preceptee selama penerapan preceptorship

Secara umum tanggung jawab seorang preceptor dapat dibagi menjadi dua

golongan sebagai berikut.

1. Tanggung jawab dasar

a. Komitmen dalam peran sebagai preceptor

b. Memiliki keinginan untuk mengajar/membimbing dan berbagi keahlian

dengan mitra

2. Tanggung jawab procedural

a. Mengorientasikan dan mensosialisasikan preceptee pada masing-masing

unit

b. Menilai perkembangan dari tujuan yang akan dicapai preceptee

2

Page 3: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

c. Merencakankan kolaborasi dan implementasi program pembelajaran

untuk memenuhi kebutuhan preceptee

d. Melakukan tindakan sebagai role model

e. Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan preceptee

f. Memfasilitasi perkembangan dari apa yang harus dilakukan preceptee

melalui model preceptorship.

6) Komponen Preceptorships

Program preceptorship terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :

a. Orientasi ke tatanan klinis.

b. Dukungan dan supervisi di bidang klinis.

c. Pengembangan lebih lanjut dari keterampilan yang berkaitan dengan tatanan

klinis .

7) Tahap- Tahap Preceptorships

Tahapan dalam preceptorship ada 3 yaitu :

a. Awal wawancara

1) Menjelaskan hasil yang ingin dicapai dalam bimbingan

2) Menjelaskan dukungan dan mekanisme bimbingan

3) Mengidentifikasi aktivitas dan cara belajar yang akan proses bimbingan

b. Wawancara Intermediate

Preceptee dan Preceptor menentukan :

1) Tinjauan bimbingan dan bukti terdokumentasi

2) Topik diskusi yang intensif

3) Dokumen bukti belajar yang sesuai

c. Akhir wawancara

1) Mengevaluasi hasil bimbingan

2) Rencana tahap selanjutnya dari pengembangan professional

3) Perseptor memberi feedback atau masukan serta evaluasi selama interaksi

4) Mengkaji respons perseptee selama proses bimbingan

5) Gunakan siklus reflektif untuk belajar dari pengalaman perseptee

3

Page 4: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

8) Langkah - Langkah Preceptorships

a. Persiapan Pertemuan

Wawancara Awal

Hal yang perlu dilakukan oleh Preceptor adalah

1) Mencari tahu tentang kebutuhan preceptee dalam bimbingan

2) Membantu preceptee menentukan tujuan bimbingan yang ingin dicapai

3) Menanyakan kepada preceptee tentang tugas yang dibebankan

4) Memperkenalkan tentang sikap preceptor dan kesempatan bimbingan

5) Menjajaki psikologis preceptee tentang kesiapan bimbingan

6) Memberi dukungan preceptee untuk self-assesment setiap tahap bimbingan

b. Tahap Pelaksanaan

Wawancara Lanjutan

Hal yang perlu dilakukan oleh preceptor adalah

1) Mendukung preceptee untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan diri

sendiri

2) Mengklarifikasi setiap ide yang di tentukan oleh preceptee

3) Memberikan saran preceptee untuk perbaikan

4) Mencatat point - point penting yang sampaikan oleh preceptee

5) Melihat kembali perkembangan preceptee setelah wawancara

6) Mendorong preceptee untuk menjawab pertanyaan preceptor

c. Tahap Evaluasi

Wawancara Akhir

Hal yang perlu dilakukan preceptor adalah

1) Menanyakan kepada preceptee kesiapan dalam menerapkan hasil

wawancara

2) Mendiskusikan dengan preceptee hal- hal yang dianggap penting

3) Menilai kemajuan dan kemampuan preceptee dalam proses wawancara

tentang topik yang sudah disepakati

4

Page 5: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

B. MENTORSHIP

1) Definisi Mentoring

Mentoring adalah pasangan intens dari orang yang lebih terampil atau

berpengalaman dengan orang ketrampilan atau pengalaman sedikit, dengan tujuan

yang disepakati oleh orang yang mempunyai pengalaman lebih sedikit untuk

menambah dan mengembangkan kompetensi yang spesifik. (M Murray and M

Owen, 1991).

Mentoring merupakan hubungan pembelajaran dan konseling antara orang

yang berpengalaman yang membagi keahlian professional dengan orang yang lebih

sedikit pengalaman untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dari bagian

yang kurang pengalaman. (Treasury Board of Canada, 1993)

Mentoring adalah sebuah proses dari rangkaian pembentukan karakter

manusia, dari mentoring akan dihasilkan berbagai hal dan yang terpenting adalah

ketangguhan karakter. Mentoring adalah perilaku-perilaku atau proses yang

dipolakan dimana seseorang bertindak sebagai penasehat kepada orang lain.

Mentoring merupakan salah satu sarana yang didalamya terdapat proses

belajar. Orientasi dari mentoring itu adalah pembentukan karakter dan kepribadian

seseorang sebagai mentee (peserta mentoring) karena adanya seseorang mentor

dalam suatu wadah atau organisasi.

Seorang mentor biasanya adalah seorang yang lebih tua dan selalu lebih

berpengalaman, yang membantu dan memandu pengembangan individu yang lain.

Bimbingan seorang mentor ini tidak dilaksanakan karena adanya maksud untuk

keuntungan pribadi.

Mentorship dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran dimana mentor

mampu membuat menti (peserta mentorship) yang tadinya tergantung menjadi

mandiri melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang diharapkan terjadi yaitu

mengalami sendiri dan menemukan sendiri fenomena praktek keperawatan dimana

hal ini diharapkan dapat membangun kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri

yang merupakan fundamental dalam penyelesaian masalah (Nurachmach, 2007).

Kegiatan mentoring secara individu tidak hanya fokus pada bagaimana

memberi nasehat, tapi juga pada kemauan mendengarkan nasehat. Saling nasehat

menasehati ini diterapkan dalam kegiatan mentoring sehingga tercipta suasana saling

belajar yang akan memberikan perubahan ke titik yang lebih baik. Dari tidak tahu

menjadi tahu bahkan masing-masing menjadi ahli dan lebih berpengalaman.

5

Page 6: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

Perasaan yang mengerti dengan tujuan dan adanya kemampuan yang bersifat

penuh arti antara mentor dan mentee adalah kunci kepada sukses organisasi dan

pribadi. Mentoring bisa merupakan suatu alat efektif tentang adanya kebangkitan

yang penuh arti, yang menghasilkan motivasi tinggi dan tujuan organisasi.

Kegiatan mentoring melibatkan seorang yang lebih bijaksana, lebih

berpengalaman dalam menyampaikan pengetahuan mereka kepada seseorang yang

kurang berpengalaman. Seorang mentor kenal betul apa yang dimainkannya. Bukan

seperti seorang pelatih tetapi menjadi model/panutan dalam kegiatan mentoring

sekaligus menyampaikan nasehat ahlinya kepada mentee itu. Hal ini merupakan

suatu hubungan yang diberikan secara gratis dan didalamnya terdapat

dorongan,bimbingan, dukungan dan nasehat secara netral untuk membantu mentor

dan mentee dalam pengembangan organisasi dan pengembangan pribadi. Bentuk

mentoring berupa nasehat yang berhubungan dengan praktek di tempat tugas

termasuk panutan secara one-to-one kelompok dan organisasi.

2) Tipe Mentoring

Terdapat dua tipe kegiatan mentoring, yaitu :

a. Mentoring yang bersifat alami, contohnya seperti persahabatan, pengajaran,

pelatihan dan konseling.

b. Mentoring yang direncanakan, yaitu melalui program-program terstruktur

dimana mentor dan mentee memilah dan memadukan kegiatan mentoring

melalui proses-proses yang bersifat formal.

3) Tahap-Tahap Mentoring

Menurut John Maxwell, pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang

banyak melahirkan pemimpin-pemimpin baru di dalam kepemimpinannya.

Bagaimana menjadi seorang pemimpin yang efektif, solusinya adalah melalui proses

mentoring.

Ada empat tahapan mentoring yang harus diketahui dan terapkan :

a. I do you watch

Tahapan pertama dalam 4 tahapan mentoring adalah I do you watch. Dalam

tahapan ini, kita sebagai seorang mentor memberikan contoh untuk orang yang

dimentor. Tahapan ini memungkinkan orang yang kita mentor mempelajari

6

Page 7: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

dengan melihat langsung bagaimana anda melakukan sesuatu mulai dari tahap

persiapan sampai tahap akhirnya yaitu dimana anda melakukan sesuatu dan

melakukan evaluasi.

b. I do you help

Setelah melewati tahapan yang pertama, tahapan selanjutnya adalah mengajak

orang yang anda mentor untuk mulai membantu anda. Disini orang tersebut

akan mulai belajar dan merasakan prosesnya lebih mendalam. Proses ini adalah

tahapan yang penting, dimana setelah tahap ini, orang yang kita mentor akan

mulai mencoba untuk praktek secara langsung.

c. You do I help

Tahapan yang ketiga dalam 4 tahapan mentoring adalah dengan mengijinkan

orang yang kita mentor untuk mulai tampil dan melakukan tindakan . Disini

peranan kita sebagai seorang mentor adalah membantu untuk terus mengarahkan

supaya orang yang kita mentor ini tetap berada di jalur yang benar.

d. You do I watch

Tahapan terakhir ini adalah tahapan dimana Anda sudah merasa yakin dengan

kompetensi dan kapabilitas terhadap orang yang anda mentor. Sehingga di

tahapan ini, anda sudah bisa melepas dan mengamati saja serta mementor calon

pemimpin anda lainnya. Prinsipnya adalah bukan bisa atau tidak bisa, tetapi

mau atau tidak mau Life to the Ful.

Menurut Dalton / Thompson Career Development model, terdapat empat

tahapan dalam pendekatan mentoring yaitu :

a. Tahap 1 : dependence / ketergantungan

Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil peran

subordinat dimana memerlukan supervisi yang dekat.

b. Tahap 2 : independence / mandiri

Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih seimbang.

Profesional mengubah dari “apprentice” ke “kolega” dan membutuhkan sedikit

supervisi. Kebanyakan profesional akan sampai tahap ini untuk sebagian besar

dalam kehidupan profesional mereka

c. Tahap 3 : supervising others / supervisi orang lain

Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan kualitas profesional

sebagai mentor.

7

Page 8: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

d. Tahap 4 : managing and supervising others / memenej dan mensupervisi orang

lain.

Menjadi responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan dengan

merubah peran dari manajer atau supervisor menjadi responsibel terhadap klien

peserta didik dan personel.

4) Fase-Fase dalam Mentoring

Fase hubungan dalam mentoring terdiri dari 4 fase yaitu fase inisiasi, fase

perencanaan, fase pelaksanaan dan fase terminasi. Fase inisiasi berfokus pada

mengidentifikasi kesamaan karakteristik antara individu mentor dan menti,

kemampuan atau pengakuan nilai-nilai yang dianut. Hal yang penting disadari pada

fase perencanaan adalah bahwa terhadap keterbatasan-keterbatasan dari peran

mentor dan kemampuan menti. Negosiasi atas pengharapan dilakukan dan klarifikasi

dikemukakan untuk meningkatkan kepuasan pada akhir hubungan mentorship. Pada

fase kerja, fokus utamanya adalah pertumbuhan dan perkembangan dari hubungan

dan pencapaian tujuan dalam mentoring. Kesinambungan hubungan mentoring

dipertahankan melalui interaksi mentor dan menti dan meningkatnya rasa percaya

dan kedekatan yang dibangun.

Sejalan dengan perkembangan fase ini, rasa percaya dan berbagi menjadi

terbentuk dan menti menjadi lebih siap untuk memilah bentuk bantuan yang sesuai

dengan kebutuhannya. Menti secara bertahap menjadi lebih mandiri dan hanya

kadang-kadang mengharapkan bantuan. Pada perjalanan selanjutnya, menti dengan

segala pemahaman barunya menjadi seorang yang ingin mencoba dan mengambil

resiko yang terus dipantau serta didukung. Pada akhir fase ini, kepercayaan diri

menti terus meningkat.

Fase terminasi, menti bekerja dan bertindak atas inisiatif sendiri dan pada

posisi ini menti telah bekerja secara mandiri. Jika proses dirasakan bermanfaat oleh

kedua pihak, maka keduanya dapat mempertahankan hubungan pertemanan.

Masalah potensial dalam hubungan mentorship dapat berupa mentor yang over

protektif atau terlalu mengontrol sehingga membekukan kreatifitas dan inovasi

menti. Eksploitasi dapat terjadi jika mentor memiliki tujuan untuk pelayanan pribadi

mentor.

8

Page 9: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

5) Implementasi Mentoring

Organisasi yang terus bertumbuh adalah organisasi yang secara terus menerus

perlu menemukan kembali dirinya (mampu menyesuaikan dirinya dengan

perubahan-perubahan yang berkembang) dan mau mendengarkan pelanggan dan

pemangku yang berkepentingan lainnya. Menciptakan perubahan-perubahan yang

perlu dapat melibatkan suatu cakupan luas dari program-program dan prakarsa-

prakarsa seperti perubahan kultur / budaya, proses rancang bangun, benchmarking,

manajemen mutu total, kelurusan nilai-nilai dan sebagainya.

Apa yang ada dari semuanya ini adalah bahwa agar berhasil mereka harus

disertai oleh perubahan perilaku pimpinan organisasi khususnya para pimpinan

senior. Pimpinan Senior disini adalah yang harus menjadi mentor sedangkan staf

dibawahnya yang menjadi mentee dan hal ini merupakan salah satu bentuk

intervensi yang sengaja dirancang untuk mendukung perubahan pola perilaku.

Kebanyakan pasti setuju bahwa mentee itu akan banyak menerima manfaat-manfaat

yang besar dari seorang mentor.

6) Syarat Seorang Mentor

Syarat-syarat untuk bisa kita jadikan sebagai Mentor :

a. Bisa dipercaya

Sangat mutlak, karena tidak mungkin kita membicarakan mengenai pekerjaan

kita kepada orang yang tidak bisa dipercaya, yang akan terjadi bukanlah

pemecahan masalah justru sebaliknya.

b. Memiliki ” respect ”

Mentor dalam hal ini harus telah mencapai suatu keberhasilan tertentu yang

membuat kita ” respect ”. Sebagai contoh, kalau kita seorang marketing, mentor

kita idealnya juga orang marketing yang berprestasi lebih baik dari kita.

c. Memiliki ” knowledge ” yang lebih baik

Kita memerlukan mentor yang bisa memberikan pendapat, ide dan solusi

sekaligus dalam satu paket, kalau mentor kita memiliki knowledge yang tidak

lebih baik dari kita, itu namanya setali tiga uang alias sama saja. Mentor ini

harus memiliki knowledge yang luas bahkan juga pengetahuan lain-lain diluar

dari bidang kita karena hal ini juga akan memicu munculnya ide-ide segar,

kreativitas dan otomatis meningkatkan knowledge kita juga.

9

Page 10: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

d. Memiliki ” skill ” yang lebih baik

Bagaimana mentor mengajarkan kepada kita atau memberikan pendapat dan

solusi kalau ” skill ” atau keahlian yang dimiliki sama atau bahkan lebih buruk

dari kita. Seorang mentor dapat dipastikan mempunyai ketrampilan jauh lebih

baik.

e. Memiliki semangat tinggi (self-motivated)

Semangat sangat penting dan bersifat menular seperti virus. Kalau mentor kita

memiliki semangat tinggi otomatis akan membangkitkan semangat kita. Ciri-ciri

dari mentor seperti ini adalah kalau kita perhatikan keseharian mereka

sepertinya selalu tersenyum dan tidak punya masalah.

f. Memiliki sikap mental positif

Positive thinker penting yang akan menghasilkan positive attitude, itulah yang

dimaksud dengan sikap mental positif. Jadi Mentor mutlak harus memiliki sikap

mental positif agar ia bisa melihat secara jelas / jernih (crystal clear), dan

obyektif terhadap aktifitas yang kita lakukan sehingga bisa memberikan

coaching dengan tepat. Orang-orang yang memiliki sikap ini selalu optimis

bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik, bisa melihat adanya solusi dalam

setiap masalah.

g. Memiliki sikap empati

Kita sering kali salah kaprah dalam membedakan yang mana simpati dan mana

empati. Simpati merupakan sikap persetujuan terhadap suatu hal (sebagian besar

masalah) tanpa ada solusi, contoh apabila ada teman kita mengeluh soal

pekerjaannya yang membuat ia tertekan dan sikap kita menyetujui bahwa

memang demikian adanya dan ikut larut secara emosional. Sedangkan empati

lebih kepada pemahaman kita terhadap masalah yang dihadapi oleh orang lain

dan berusaha memberikan suatu saran menuju jalan keluar / solusi serta tidak

menjadikan suatu masalah yang dihadapi sebagai suatu tantangan bukan

hambatan.

h. Peduli (caring)

Seseorang bisa kita jadikan sebagai mentor kalau ia memiliki kepedulian

terhadap orang lain (people oriented). Karena ia harus mau banyak mendengar

dan berbagi kepada orang lain. Rata-rata para pemimpin dunia adalah orang-

orang yang people oriented dimana mereka juga mempunyai mental melayani

10

Page 11: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

bukan sebaliknya, sehingga para pemimpin dunia banyak dijadikan mentor oleh

orang-orang yang sukses.

i. Decision maker

Seorang mentor dituntut untuk bisa mengambil suatu keputusan terhadap suatu

solusi yang disarankan kepada kita. Mentor tidak seharusnya memiliki sikap

ragu-ragu, ia harus tegas dalam pengambilan keputusan dan hal ini akan sangat

membantu kita.

Jadi pada dasarnya kita semua secara tidak sadar telah melakukan mentoring

dan memiliki sikap sebagai mentor, tetapi apakah mentor kita memiliki semua

persyaratan diatas atau tidak. Akan jauh lebih baik kalau kita memiliki mentor dengan

persyaratan seperti diatas, yang akan membantu kita mencapai sukses lebih cepat.

Hal – hal yang dapat ditawarkan oleh mentor bagi mentee :

a. Ketrampilan dan pengetahuan yang baru

b. Pengalaman dalam organisasi

c. Iklim yang mendukung untuk mengevaluasi sukses dan kegagalan

d. Kesempatan berhubungan dalam jaringan kerja

e. Menerima dorongan dan dukungan

f. Mendapatkan pengakuan bagi keberhasilan

g. Mengembangkan cara pandang yang baru dan berbeda

h. Mendapatkan asistensi dengan gagasan-gagasan

i. Menerima nasehat dan petunjuk dari sumber yang obyektif

j. Menerima reasuransi atau dukungan pendapat.

7) Manfaat Program Mentoring bagi Mentor

a. Memperluas ketrampilan dan pengetahuan mereka sendiri

b. Membantu menemukan kembali prinsip – prinsip dan praktek praktek dasar

dalam organisasi

c. Mengembangkan lebih jauh lagi ketrampilan diri dalam pengajaran, konseling

dan kemampuan mendengarkan

d. Memungkinkan mereka untuk mendemonstrasikan ketrampilan tambahan dalam

mengembangkan individu lain

e. Memperluas jaringan kerja profesional dan personal mereka

f. Meningkatkan kemampuan mereka dalam berbagi pengalaman dan pengetahuan

g. Meningkatkan kesadaran mereka akan kebutuhan masyarakat local

11

Page 12: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

h. Pemahaman yang lebih baik akan berbagai kebutuhan motivasi dan kefrustasian

orang dalam organisasi

i. Membantu memperbaiki kesehatan ekonomi masyarakat lokal.

8) Peran dan Tanggung Jawab Mentor

a. Program yang spesifik

1) Adanya pelaporan secara berkala kepada semua yang terkait tentang

perkembangan pribadi, kegiatannya (tupoksi dan hasil) dan hubungan

dengan mentor.

2) Bekerja dengan karyawan potensial untuk menciptakan rencana aksi bagi

pengembangan profesional dan individu mereka.

3) Menyediakan waktu minimum 5 jam / bulan untuk mentee.

b. Bisnis yang spesifik

1) Mendorong karyawan potensial untuk mengembangkan potensi mereka

secara penuh

2) Membimbing karyawan potensial agar dapat melalui berbagai tahapan

yang berbeda dalam organisasi

3) Menolong perencanaan, pertumbuhan dan pengembangan kinerja

organisasi.

4) Membantu karyawan potensial untuk memahami kebutuhan yang harus

ditindaklanjuti dan memberi berbagai saran tentang cara pencapaiannya.

5) Membantu mengevaluasi perencanaan dan keputusan karyawan

potensial.

6) Membantu pengusaha muda mempertimbangkan berbagai kemungkinan

yang berbeda dan memilih yang kiranya paling efektif.

c. Nasehat umum

1) Memberikan dukungan dan nasehat yang rahasia dan tidak memihak

2) Memberikan berbagai kesempatan membangun jaringan kerja dan

menunjukan kepada karyawan potensial berbagai pilihan alternatif dan

kesempatan dalam komunitas atau suatu kelompok.

3) Mentransfer pengalaman dan pengetahuan organisasi untuk

mempercepat pembelajaran si karyawan potensial

4) Menyediakan informasi, pedoman, komentar-komentar yang konstruktif

12

Page 13: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

5) Membantu dalam pengelolaan hambatan yang mungkin mengancam

pencapaian tujuan organisasi mereka

6) Bersama karyawan potensial, mengembangkan dan merevisi daftar

kompetensi yang dibutuhkan demi keberhasilan dan pengembangan

kinerja organisasi, serta pengembangan pribadi karyawan potensial.

d. Dukungan emosional

1) Bersikap proaktif dalam melakukan kontak dengan karyawan potensial

2) Menyediakan dukungan, dorongan dan bimbingan dalam sikap yang

profesional dan bersahabat, dan bebas dari penilaian pribadi yang

subjektif kepada karyawan potensial.

3) Berbagi pengalaman dan mendengarkan

4) Memainkan peran sebagai teman, guru, orangtua atau fasilitator

5) Bertindak sebagai dewan pendukung bagi ide-ide baru

6) Selalu melakukan tindakan yang berpihak pada kepentingan karyawan

potensial

7) Mencari bantuan dari adanya mentor lain (dalam hal ini Pimpinan yang

lebih tinggi, orang yang lebih berpengalaman atau konsultan mentoring)

apabila karyawan potensial menghadapi masalah yang tidak dapat

diselesaikan berdasarkan pengalaman dan/atau keahlian seorang Mentor.

e. Kegiatan monitoring umum

1) Menyoroti perkembangan berbagai masalah atau ketidak berlanjutan

komitmen, dan menolong karyawan potensial untuk mengatasinya.

2) Memonitor perkembangan kinerja dan memberikan nasehat yang relevan

dalam organisasi.

3) Menolong untuk mengidentifikasi berbagai kesulitan potensial dalam

organisasi yang tidak diketahui oleh karyawan potensial.

4) Perlu format model reporting yang umum.

9) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Mentee dalam Pelaksanaan Mentoring

a. Belajar menghargai sang mentor sebagai orang yang memang sudah ahli di

bidangnya, sehingga kita mempercayai apapun yang disampaikan sang mentor

sebagai ”sumber input” dalam hidup kita – sebagai tolok ukur dari apa yang

benar / tidak benar, apa yang boleh/tidak boleh kita lakukan.

13

Page 14: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

b. Membuka diri dan memiliki keinginan untuk belajar, karena tanpa mau belajar

dan berubah, kita justru akan membuat sang mentor frustrasi dan menghambat

proses mentoring itu sendiri.

c. Memiliki keinginan atau kerelaan untuk mengadopsi semua nilai hidup, konsep

pikir, gaya hidup, bahkan filosofi sang mentor, dan menerapkannya dalam

hidup. Karena itu, sebelum kita memilih orang yang akan menjadi mentor kita,

kita perlu mengenali kriteria seorang mentor yang baik. Tanpa seorang mentor

yang baik, kita justru akan mengadopsi nilai - nilai, konsep pikir dan filosofi

hidup dari orang- orang yang hanya akan mencelakakan kita di kemudian hari.

Bayangkan jika orang-orang seperti Hitler kita minta untuk menjadi mentor,

dunia akan celaka karena akan lahir banyak Hitler yang lain.

Sebaliknya, jika kita melihat dari sisi positifnya, orang-orang yang menemukan

seorang mentor yang baik dan memiliki visi jauh ke depan dan berguna bagi

masyarakat dan bangsa, akan menjadi orang – orang yang sangat berbahagia,

karena sebagaimana sang mentor mendedikasikan hidupnya bagi kemajuan kota

dan bangsanya, orang-orang yang dimentor ini pun pasti akan mulai mewarisi

sikap hati dan nilai-nilai yang sama.

14

Page 15: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

2. APLIKASI PRECEPTORSHIP DAN MENTORSHIP DI RUMAH SAKIT

A. Preceptorship dan Mentorship

Kedua model tersebut sangat cocok apabila digunakan ketika bimbingan untuk

perawat atau calon perawat, karena preceptor dan mentoring memberikan pengajaran yang

apabila dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat positif di seumur hidup bagi

lulusan baru yang hendak terjun ke dunia keperawatan yang sesungguhnya dengan

berkualitas. Pembentukan program tersebut supaya manfaatnya bisa dirasakan perawat-

perawat yang terlibat harus memiliki komitmen yang kuat akan kepuasan pelayanan.

B. Tugas Peran Preceptorship

Setiap perawat wajib untuk melakukan peningkatan kemampuan dan

pengetahuannya supaya mudah beradaptasi dengan situasi dan kondisi pasien yang

semakin kompleks masalahnya, hal itu juga akan membuat kepuasan pelayanan mampu

terjaga serta diharapkan pula bahwa mereka bisa membagikan kemampuan mereka pada

perawat-perawat yang baru. Keberadaan perawat-perawat yang memahami program

preceptor akan sangat membantu perawat baru untuk bertranmisi dan berintegrasi ke dunia

pekerajaan yang banyak tuntutan, karena keberadaan perawat yang senior yang mengerti

mampu memotivasi perkembangan klinik yang kompeten dan mampu melahirkan

kepercayaan diri perawat baru untuk berkembang menjadi profesional, sehingga

berdampak dengan bagaimana perawat baru melakukan pekerjaannya dengan baik.

Peran preceptor ini apabila dikaitkan dengan kondisi lapangan terwujud pada

keberadaan clinical instruction di RS. Oleh karena salah satu peran CI adalah untuk

mendampingi murid-murid atau perawat baru dalam menjalankan standar prosedur untuk

memberikan perawatan yang terbaik. Berjalannya program ini tidak bisa berjalan dengan

baik apabila tidak mendapat dukungan dari stakeholder internal RS yang memiliki

kontribusi atas proses pengembangan keprofesionalan pelayanan keperawatan seperti

manajer,administrasi,edukator, dan anggota tim kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan

pula bahwa organisasi yang menggunakan program ini harus mengenal bahwa menjadi

preceptor memiliki tugas yang berat yaitu memastikan faktor pada kepuasan pelayanan

yang positif dan berkomitmen pada peraturan.

15

Page 16: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

C. Tugas Peran Mentorship

Program mentorship ini berbeda dengan preceptorship, karena mentorship ini

menekankan pada hubungan perawat baru dengan perawat senior untuk mencapai

kerjasama demi pelayanan perawatan yang memuaskan. Mentor memiliki informasi dan

melakukan nasihat, antara mentor dan mentee memberikan jumlah yang signifikan pada

hubungan secara emosional, mengalami perkembangan dan pembelajaran secara pribadi.

Mentoring memberikan beberapa keuntungan, sebagai berikut :

1) Menjebatani fragmentasi antara teori dengan praktik keperawatan

2) Memberikan bimbingan untuk kepemimpinan yang tranformasional

3) Meningkatakan pola berpikir kritis dan pengembangan karir

4) Menigkatkan harga diri, memperkaya dan bersedia untuk mengambil pekerjaan yang

berisiko

5) Meningkatkan produktivitas, kemampuan manajerial, dan keprofesionalan

Namun, walaupun demikian tidak semua yang menjadi pemimpin memiliki

kemampuan menjadi mentor, karena menjadi mentor harus memiliki kemampuan untuk

memimpin dan memberikan motivasi emosiaonal bagi didikannya supaya bisa

berkembang.

Apabila ditinjau melalui tugas peran dari kedua program trsebut, preceptorship dan

mentorship jika dikaitkan pada kondisi lapangannya memiliki kesamaan dengan peran dan

tanggung jawab yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh seorang CI kepada mahasiswa

ataupun dengan perawat baru yang berada di RS, salah satu tujuan dari keberadaan CI

yaitu untuk menciptakan dan mengembangkan sikap keprofesionalan dalam pelayanan

keperawatan yang tetap berfokus pada kepuasan pelayanan dan keselamatan pasien.

Menjadi seorang CI hendaknya seantiasa meningkatakan dan mengembangkan

kemampuanya di bidang keilmuan maupun kliniknya, memiliki kemampuan memimpin

dan senantiasa melakukan evaluasi dan pendampingan pada setiap tindakan pelayanan

para didikannya. Mereka yang menjalankan program tersebut harus dipastikan memiliki

kompetensi menjadi role model dalam keperawatan bagi didikannya dan perawat lainnya.

Sehingga untuk menjadi seorang preceptor dan mentor harus memiliki kualifikasi yang

lebih berkualitas dari perawat lainnya

16

Page 17: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Asyahadi, A. 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Program Studi Psikologi UNDIP

Darmawan, Deden. 2012. Journal : Preceptorship dan Mentorship dalam Keperawatan

diakses dari http://stikespku.ac.id/ejournal/index.php/profesi/article/view/9 pada 07

November 2013

Nursalam dan Efendi Ferry. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Ngalim, P. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Lowenstein, A. J. & Bradshaw, M. J. (2001). Fuszard’s innovative teaching strategies in

nursing (3rd ed). Maryland: Aspen Publishers Inc.

Nurachmach, E. (2007). Paradigma pencapaian kompetensi pada pendidikan ners dengan

model preceptorship dan mentorship. Disampaikan pada Pelatihan Nasional

Preceptorship dan Mentorship untuk Pendidikan Ners. Yogyakarta, 12 – 14 Februari

2007.

17

Page 18: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

MAKALAH

PRECEPTORSHIP DAN MENTORSHIP

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Koordinator : Agus Santoso, S.Kp, M.Kep

Oleh

Andriani Inesiyanti 22020110120017

Lidia Ruliastiniwa 22020110120019

Etika Prisma Karunianingrum 22020110120070

Kelas A.10.3

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

18

Page 19: Mentoship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan

19