merawat semangat keberagaman

25
MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN www.humas.unsyiah.ac.id EDISI 231 . JANUARI 2019 ISSN 0215-2916 NYAK PECATUR BERJAYA DI ASIA TOLERANSI CERDAS MENGINDAHKAN AKIDAH WAJAH BARU KAMPUS FISIP

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

MERAWAT SEMANGATKEBERAGAMAN

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 231 . JANUARI 2019IS

SN 0

215

-29

16

NYAK PECATURBERJAYA DI ASIA

TOLERANSI CERDAS MENGINDAHKAN AKIDAH

WAJAH BARU KAMPUS FISIP

Page 2: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 231 . JANUARI 2019

40 MUTU

Ragam model

pembelajaran

berkembang pesat

dengan berbagai

sebutan, seperti

Science Technology, Engineering,

and Mathematics (STEM), Problem

Based Learning (PBL), Project Based

Learning (PBL), Inkuiri, dan lain-

lain. Semua model pembelajaran

tersebut menggunakan pendekatan

Student Center Learning (SCL) yang

merupakan kebalikan dari sistem kuliah

konvensional yang disebut Teacher

Center Learning.

Upaya ini bertujuan untuk

meningkatkan partisipasi mahasiswa

dalam pembelajaran, sehingga mereka

tidak hanya sebagai pendengar saja,

dan dosen bukan sekadar penyampai

informasi. Secara umum pembelajaran

dari dosen. Isinya dapat berupa me-

review isi bahan ajar dan menjawab

pertanyaan yang telah dipersiapkan,

merancang produk baru, melakukan

riset kecil dan lain-lain. Diperlukan

cara untuk meminimalkan saling

contek, sehingga proses belajar dapat

berlangsung dengan baik. Upaya

tersebut di antaranya adalah:

1. Memberikan tugas yang berbeda

pada masing-masing mahasiswa;

Menstimulasi Pembelajaran Aktif dengan Student Worksheets

yang melibatkan peran aktif mahasiswa

disebut pendekatan Pembelajaran

Aktif. Sesungguhnya para dosen

ingin mahasiswa terlibat aktif dalam

pembelajaran, tetapi kenyataannya

mahasiswa enggan berperan aktif.

Bahkan, diminta bertanya pun sering

kali mereka tidak mau.

Kendala seperti ini dapat diantisipasi

dengan mempersiapkan lembar kerja

atau blanko isian yang berupa perintah

PROF. DR. ADLIM, M.SCKetua LP3M Unsyiah

Sesungguhnya para dosen ingin mahasiswa terlibat aktif dalam pembelajaran, tetapi kenyataannya mahasiswa enggan berperan aktif.

Page 3: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 231 . JANUARI 2019

MUTU 41

2. Membuat format khusus untuk slide

PPT agar tidak melakukan plagiasi

dengan meng-copy paste bahan

dari internet;

3. Mengacak nama untuk mendapat

giliran presentasi pada saat mulai

presentasi, sehingga mereka harus

siap setiap saat; dan

4. Memberikan nilai bagi mereka yang

memberikan tanggapan dengan

argumentasi ilmiah.

Lembar kerja atau Student Worksheets

dapat dipahami sebagai lembaran berisi

tugas yang dikerjakan oleh individu

maupun kelompok. Lembaran ini dapat

berupa petunjuk maupun langkah-

langkah untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh tenaga pendidik.

Lembar kerja dapat memiliki format

yang berbeda-beda, tetapi isinya

hampir sama yaitu berupa perintah

(pertanyaan) yang jelas dan terukur

untuk mahasiswa kerjakan. Kiranya

kurang tepat menyuruh mereka

membaca buku tertentu tanpa ada

kejelasan informasi apa saja yang harus

mereka catat dan kumpulkan. Setelah

jelas tugas yang diberikan, tahapan

berikutnya adalah memastikan tugas

itu dikerjakan sendiri secara individu

atau kelompok bukan hanya salinan

dari internet .

Terdapat beberapa model tugas yang

dapat diberikan oleh dosen kepada

mahasiswa dalam bentuk lembar kerja,

di antaranya:

1. Tugas makalah;

2. Tugas power point;

3. Tugas diskusi dalam kelompok;

4. Tugas menjawab pertanyaan atau

soal;

5. Tugas praktik, dan sebagainya.

Student Worksheets merupakan

metode yang memiliki strategi

pembelajaran yang sangat baik untuk

pengembangan diri mahasiswa.

Metode ini melatih para mahasiswa

untuk berperan aktif dalam proses

belajar mengajar di kelas. Selain itu,

turut membantu para tenaga pengajar

dalam menemukan konektifitas atau

hubungan antara materi dengan

kondisi pengetahuan dan dunia saat

ini. Selain berisikan pertanyaan atau

tugas, lembar kerja harus memiliki

instruksi atau mekanisme kerja yang

jelas, sehingga tidak menimbulkan

pertanyaan atau ketidakpahaman

dalam mengerjakan tugas.

Contoh instruksi kerja yang dimaksud,

seperti membuat makalah (minimal

15 halaman dengan spasi 1,5 serta

menggunakan font Times New

Roman), mengikuti format terlampir,

dan diserahkan paling lambat tanggal

3 Maret 2019. Jika terlambat, nilai

ketepatan waktu penyerahan tugas

akan terdegradasi 10 persen per hari.

Jika tugas dikerjakan plagiat, maka

makalah tidak diberikan nilai. Masih

banyak lagi instruksi atau keterangan

tambahan lain yang dapat disampaikan

dalam lembar kerja sesuai dengan

materi ajar.

Materi soal yang diberikan hendaknya

jangan terlalu sederhana. Ini untuk

merangsang berpikir kritis yang

praktiknya sangat diperlukan dalam

kehidupan mahasiswa. Berpikir kritis

juga termasuk keterampilan yang

sangat diperlukan di era revolusi

industri 4.0. Kegiatan berpikir kritis

dapat berupa kemampuan menganalisis

permasalahan, membandingkan

alternatif solusi, dan menyimpulkan

secara ilmiah. Selain tugas individu,

tugas kelompok juga diperlukan untuk

melatih siswa berinteraksi sesama

mereka dan orang lain. Ini bertujuan

agar terbina soft kill di antaranya saling

memahami, menghargai, berkolaborasi,

dan memimpin tim kerja.

Penyajian lembar kerja diharapkan

dapat melatih kemandirian dan

merangsang daya pikir kritis yang

kekinian sesuai dengan ilmu

pengetahuan. Melalui metode

pembelajaran aktif menggunakan

Student Worksheets diharapkan

dapat menambah peran aktif

mahasiswa dalam pembelajaran

dan menghadirkan mahasiswa

yang berpikiran kritis, mandiri, dan

terkemuka di Unsyiah. (Rk)

Berpikir kritis juga termasuk keterampilan yang sangat diperlukandi era RevolusiIndustri 4.0.

Page 4: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

MEMBANGKITKANKEJAYAAN NILAM ACEH

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 232 . FEBRUARI 2019IS

SN 0

215

-29

16

BENARKAH WANITA DILARANG MEMAKAI

PARFUM?

MENJAWAB KERAGUAN VAKSIN MR

NEELAM PARFUME,PERSEMBAHAN ACEH

UNTUK DUNIA

Page 5: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 232 . FEBRUARI 2019 EDISI 232 . FEBRUARI 2019

MUTU40 MUTU 41

Sejak dua tahun lalu, Program Hibah Asuh Perguruan Tinggi Unggul dari Kemenristekdikti

yang melibatkan Unsyiah telah mampu memberikan perubahan besar bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Aceh. Sebagai PT Asuh, Unsyiah berhasil meningkatkan mutu dan nilai akreditasi PTS tersebut. Prestasi ini telah menghantarkan Unsyiah meraih Penghargaan Apresiasi dari Direktorat Jenderal pembelajaran dan Kemahasiswaan

Unsyiah dianggap mampu memberikan motivasi dan bimbingan kepada PTS di Aceh untuk menumbuhkan budaya mutu melalui penerapan SPMI berkelanjutan guna meningkatkan kualitas lulusan

PT Asuhan. Progam ini sangat bermanfaat karena membantu PTS meraih nilai terbaik akreditasi institusi dan program studi dari BAN-PT sebagai bentuk pengakuan pemerintah terhadap mutu pendidikan.

Sejak tahun 2017, Unsyiah telah terlibat dalam Program Asuh PT Unggul dan telah membina dua PTS, yaitu Universitas Jabal Ghafur di Sigli dan Universitas Serambi Mekkah di Banda Aceh, serta 30 program studi. Dari sisi mutu, hasil yang diperoleh terlihat jelas kesadaran di dua PTS tersebut, terutama meningkatnya kesadaran pentingnya menjalankan SPMI. Hal ini terlihat dari kesadaran melengkapi dokumen mutu, mengimplementasikan PPEPP di setiap kegiatan akademik, menerapkan sistem audit internal, serta menjalankan program peningkatan mutu berkelanjutan baik di prodi, fakultas, hingga universitas.

Sementara dari sisi SPME, terlihat perkembangan signifikan di nilai akreditasi program studi. Tercatat enam prodi di Universitas Jabal Ghafur yang awalnya berakreditasi C meningkatkan menjadi nilai B. Sementara empat prodi di Universitas Serambi Mekkah meningkat menjadi nilai B di akhir kegiatan.

Di tahun 2018, Unsyiah masih memiliki tanggung jawab untuk terlibat langsung dalam pembinaan implementasi SPMI perguruan tinggi di tanah air, khususnya di Provinsi

Aceh. Pada tahun lalu, Unsyiah telah membimbing enam perguruan tinggi, yaitu Universitas Iskandar Muda di Banda Aceh, Universitas Gajah Putih di Aceh Tengah, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Nasional di Lhokseumawe, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nasional di Lhokseumawe, STKIP Bina Bangsa di Meulaboh, dan Akademik Manajemen Informatika dan Komputer Indonesia (AMIKI) di Banda Aceh. Tercatat 20 program studi yang diasuh terkait SPMI dan akreditasi program studi. Hasil yang dicapai hingga Desember 2018, dari 20 prodi yang diasuh, 6 prodi memperoleh akreditasi B, dan sisanya sedang mengusulkan dan menunggu visitasi asesor BAN-PT.

Berdasarkan data Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah 13 (Desember 2018), di Aceh terdapat 109 PTS dengan nilai AIPT B sebanyak empat PTS dan nilai C sebanyak 13 PTS. Sementara

program studi aktif sebanyak 351 dengan komposisi akreditasi A sebanyak 1 prodi, B sebanyak 138 prodi, C sebanyak 184 prodi, serta 28 prodi belum terakreditasi. Berdasarkan data tersebut, PTS di Provinsi Aceh masih sangat membutuhkan pendampingan, terutama yang didukung oleh Program Hibah Asuh PT Unggul.

Untuk itu, pada tahun 2019 ini, Unsyiah kembali menyiapkan program dan strategi dalam Program Hibah Asuh PT Unggul untuk mendukung peningkatan mutu PTS melalui implementasi SPMI terstruktur, terukur, dan berkelanjutan. Selain itu, juga menjalankan program prioritas mutu untuk level universitas/sekolah tinggi dan program studi. Pada tahun ini, Unsyiah akan membimbing 12 PTS di wilayah Aceh sesuai dengan daftar PTS asuhan yang tercantum dalam panduan hibah asuh PT unggul tahun 2019 Kemenristekdikti. (rk)

Peran Unsyiah dalamPenguatan PTS di Aceh

(Belmawa) Kemenristekdikti. Penghargaan ini diterima Unsyiah selama dua tahun berturut-turut, yaitu 2017 dan 2018 sebagai pelaksana terbaik Program Hibah Asuh PT Unggul di Indonesia.

DR. IR. M. AMAN YAMAN, M.AGRIC.SCKepala Pusat Pengembangan Sistem Manajemen Mutu LP3M Unsyiah/ Ketua Pelaksana Hibah Asuh PT Unggul Unsyiah

Page 6: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

LKBH: DARI KAMPUS

UNTUKMASYARAKAT

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 233 . MARET 2019IS

SN 0

215

-29

16

Deretan Dampak Stunting

Kampus Bersih Bebas Sampah

FKH Unsyiah Siap Minimalisir Ancaman Resistansi Antibiotik

Page 7: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 233 . MARET 2019 EDISI 233 . MARET 2019

MUTU40 MUTU 41

Perguruan tinggi yang unggul merupakan aset bangsa yang mampu membuka mata dunia

terhadap prestasi pendidikan suatu negara. Keunggulan ini dapat menarik peminat dari berbagai lintas daerah maupun negara. Akreditasi merupakan indikator penting yang harus dimiliki untuk bersaing di tingkat nasional dan internasional.

Tuntutan perguruan tinggi untuk memperoleh akreditasi sangatlah jelas. Apalagi sekarang banyak perusahaan atau kementerian yang merekrut

dari PTN. Diharapkan akreditasi dapat menumbuhkan persaingan sehat dalam dunia pendidikan.

Setiap universitas seyogyanya berbenah agar tidak tertinggal. Perbaikan di bidang mutu pendidikan maupun

manajemen merupakan tahapan awal dalam mengubah tatanan untuk menjadi universitas maju. Berbicara mutu berarti merujuk pada akreditasi. Majelis akreditasi BAN-PT telah memuat suatu kebijakan penting dalam proses meningkatkan mutu perguruan tinggi berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012, Permeristekdikti Nomor 51 Tahun 2018, dan Permenristekdikti Nomor 15 Tahun 2018. Selain itu ada juga Peraturan BAN-PT Nomor 2 Tahun 2017 dan Nomor 59 Tahun 2018 yang menjadi landasan perguruan tinggi dalam menjalankan akreditasi.

Menurut peraturan BAN-PT Nomor 4 Tahun 2017, terdapat beberapa dimensi penilaian dan instrumen akreditasi yang mencakup empat hal yaitu:

1. mutu kepemimpinan dan kinerja tata kelola meliputi integritas visi dan misi, kepemimpinan, sistem manajemen, sumberdaya, kemitraan strategis, dan SPMI;

2. mutu dan produktivitas luaran (output), capaian (outcomes), dan dampak (impacts) berupa kualitas lulusan, produk ilmiah dan inovasi, serta kemanfaatan bagi masyarakat;

3. mutu proses mencakup proses pembelajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan suasana akademik; dan

4. kinerja mutu input meliputi sumber daya manusia (dosen dan tenaga kependidikan), mahasiswa, kurikulum, sarana prasarana keuangan (pembiayaan dan pendanaan).

Adapun Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi 3.0 (IAPT 3.0) mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 2018. Di mana peraturan BAN-PT Nomor 59 Tahun 2018 menetapkan Panduan Penyusunan Laporan Evaluasi Diri (LED), Panduan Penyusunan Laporan Kinerja Perguruan Tinggi, dan Matriks Penilaian.

Dengan diberlakukannya instrumen baru APT 3.0 banyak perubahan yang berlaku. Perubahan itu seperti berbasis pada evaluasi diri (strength and weakness), berorientasi pada output dan outcomes, lebih spesifik untuk jenis institusi dan program pendidikan, serta memerlukan kemampuan yang lebih tinggi dari asesor dan tidak mudah discale-up.

Dalam menyiapkan bahan akreditasi, tentu perlu mempersiapkan indikator kinerja utama secara efektif dan efisien. Persiapan itu seperti membuat database terintegrasi yang lengkap, menyajikan klasifikasi sesuai peruntukan, juga cepat dan tepat dalam menyajikan data. Tidak hanya itu, indikator kinerja tambahan juga menjadi kunci sukses dalam penyusunan akreditasi ini. Terdapat sembilan kriteria penilaian yang wajib dilakukan oleh perguruan tinggi dan prodi untuk mencapai akreditasi yaitu:

1. visi, misi, tujuan, strategi;2. tata pamong, tata kelola dan kerja

sama; 3. mahasiswa; 4. sumber daya manusia; 5. keuangan, sarana, dan prasarana; 6. pendidikan; 7. penelitian; 8. pengabdian kepada masyarakat; dan9. luaran serta capaian tridarma.

Poin-poin ini yang harus dipenuhi maksimal oleh universitas dan prodi untuk menghasilkan nilai akreditasi yang unggul.

Nilai paling tinggi APT harus lebih besar dari 361. Hal ini bermakna bahwa status APT-nya unggul. Sementara jika nilainya di antara 300 dan 360, maka status APT-nya baik sekali. Kalau score-nya di antara 200 dan 300, statusnya baik. Tetapi apabila score-nya di bawah 100, maka status APT-nya tidak direkomendasikan.

Instrumen baru ini menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk dapat mempersiapkan semua dokumen-dokumen mutu. Selain itu, juga dibutuhkan kerja keras pimpinan universitas, fakutas, serta SPMI agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. []

Kebijakan dan StrategiPencapaian Instrumen APT 3.0

pegawainya mengutamakan lulusan dari universitas yang memiliki akreditasi A dan B. Menurut Dikti, saat ini terdapat 122 PT yang aktif baik akademi, universitas, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan akademi komunitas. Belum lagi PTS yang jumlahnya jauh lebih banyak

Dr. Mulia Saputra, SE.Ak. M.Si.Anggota Pusat Pengembangan Sistem Manajemen Mutu LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah

Page 8: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

MENGHADIRKANINSAN KELAUTANDAN PERIKANAN

BERKUALITAS

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 234 . APRIL 2019IS

SN 0

215

-29

16

Poros MaritimMenguatkan EkonomiRakyat

Nana DelinaPerempuan Tangguh di Bawah Laut

Kesuburan PerairanTeluk Pria LaotSabang

Page 9: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 234 . APRIL 2019 EDISI 234 . APRIL 2019

MUTU40 MUTU 41

Pendidikan menjadi pondasi kualitas sumber daya manusia. Berkaitan dengan hal tersebut,

pemerintah selaku pengambil kebijakan mencari dan memformulasikan model serta aturan yang paling tepat dalam menjalankan pendidikan di Indonesia. Pemerintah menerbitkan aturan secara umum yang diimplentasikan kepada seluruh institusi pendidikan di seluruh Indonesia. Dalam pelaksanaannya, institusi pendidikanlah yang paling berat merasakan dan melaksanakan aturan tersebut. Mengingat tidak semua institusi perguruan tinggi memiliki keseragaman sumber daya yang dimiliki.

keleluasaan atau kewenangan dalam pelaksanaan pendidikan atau lebih dikenal dengan “otonomi perguruan tinggi”.

Hal ini sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, pada pasal 50 ayat 6 menyatakan bahwa

perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan sebagai bentuk implementasi otonomi perguruan tinggi. Terkait hal tersebut, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sepatutnya mengeluarkan peraturan tentang SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) dalam rangka penyusunan standar mutu baik berbasis akademik, vokasi maupun profesi.

Dengan demikian otonomi ini dapat menjadi sebuah ruang besar yang dapat diisi oleh perguruan tinggi sesuai dengan jati diri, visi dan misi yang mengacu pada mekanisme SPMI yaitu Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan (PPEPP).

Penerapan kebijakan mutu secara mutlak untuk diimplementasikan kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia akan disambut baik karena tidak lagi dibatasi dan tanggung jawab di tangan institusi masing-masing. Tetapi, dalam menjalankan kebijakan mutu harus memiliki standar yang berfungsi untuk meminimalisir pelanggaran serta ketidakteraturan guna mencapai kesesuaian penyelenggaraan pendidikan tinggi.

Meski dapat menentukan sendiri, tidak selamanya implementasi mutu itu akan diterima. Mengingat mutu akan berhadapan dengan kebiasaan umum (status quo) yang sudah lazim dilaksanakan oleh masyarakat organisasi di dalamnya. Untuk itu, diperlukan perubahan sikap dari internal. Mengapa sikap? Karena sikap adalah evaluasi positif atau negatif evaluasi oleh kognitif terhadap stimulus dalam hal ini penerapan mutu.

Secara umum kita menyatakan sikap sama dengan perilaku, nyatanya tidak. Sikap tidak selamanya sejalan dengan perilaku mengikuti standar mutu. Meskipun standar mutu secara kognitif dipandang positif, tetapi belum tentu akan dilaksanakan secara serentak oleh masyarakat organisasinya. Hal ini mengingat akan merubah perilaku dan situasi nyaman yang ada dalam organisasi saat ini.

Mutu harus berhadapan dengan keyakinan masyarakat organisasinya saat ini. Anggapan bahwa mutu melekat dengan perilaku belum sepenuhnya diyakini dan dipastikan akan dijalankan oleh masyarakat organisasi. Sebab mutu menjadi tulisan yang indah di atas kertas serta menjadi pelengkap dalam sebuah dokumen administrasi perguruan tinggi. Faktor lain adalah mutu tidak muncul dalam perilaku, karena masih dihadapkan pada kendala ketersediaan fasilitas pendukung mutu itu sendiri, seperti fasilitas fisik pelengkap pengajaran, pelengkap IT, lingkungan fisik, dan sumberdaya manusia yang belum sepenuhnya seiring sejalan.

Akhirnya implementasi mutu sebatas sikap positif saja dan belum menjadi perilaku berdasarkan mutu atau hanya bersifat temporer. Dalam teori sosiocultural masyarakat organisasi, munculnya perilaku karena faktor belajar dari lingkungan atau sosial. Di mana masyarakat organisasi akan belajar apakah implementasi mutu didukung dengan ketersediaan fasilitas atau tidak. Jika tidak, maka perilaku mutu akan kembali pada perilaku awalnya (krisis kepercayaan).

Perilaku akan muncul sebagai hasil pengkondisian, dan masyarakat

organisasi akan melakukan evaluasi berapa banyak indikator mutu yang mendukung kegiatan masyarakat organisasi dalam kegiatannya. Dan proses belajar dari indikator inilah yang akan menjadi stimulus bagi perilaku untuk muncul didalam diri pribadi masyarakat organisasi perguruan tinggi, begitu juga sebaliknya.

Perencanaan dan pengembangan strategi implementasi mutu yang telah disusun dengan mengaju pada SPMI (PPEPP) menjadi kebutuhan mendasar. Keputusan mengimplementasikan mutu oleh perguruan tinggi kepada masyarakat organisasi adalah proses yang komplek karena mencakup berbagai aktifitas, peran, dan keterlibatan setiap unsur. Harus diingat bahwa masyarakat organisasi memunculkan perilaku mutu berdasarkan hirarki proses penerapannya.

Tujuan utama SPMI adalah menumbuhkembangkan budaya mutu secara sistemik dan berkelanjutan

dengan luaran berupa akreditasi (SPME). Upaya implementasi mutu ini membutuhkan konsistensi dari pengambil kebijakan dan stakeholder agar sikap terhadap mutu dapat terwujud menjadi perilaku mutu yang terstandar. Perguruan tinggi harus mendorong dan mengawal PPEPP secara berkelanjutan, agar muncul keyakinan yang berujung pada terciptanya budaya mutu dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi. Institusi pendidikan bertanggung jawab dalam melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas serta handal, sehingga memiliki kemampuan dalam menghadapi ketatnya persaingan global.[]

Konektivitas Perilaku Insan Pendidikan dan Optimalisasi Mutu

Institusi pendidikan adalah tempat pengembangan pengetahuan dan penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang memiliki keunikan tersendiri berdasarkan keragaman visi dan misinya. Oleh karena itu, tidak layak jika pendidikan harus diseragamkan. Akan lebih baik jika perguruan tinggi diberikan

Mirza, S.Psi, M.Si.Anggota Pusat Audit dan Pembinaan Akreditasi LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Kedokteran

Page 10: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 235 . MEI 2019

UNSYIAH MENUJU PTN UNGGUL

ISSN

021

5-2

916

ukm-pa leuser, ekspedisitiada henti

berbagisenyumdi enam desa

Lima prodi siapkan akreditasi internasional

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

Page 11: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 235 . MEI 2019 EDISI 235 . MEI 2019

MUTU40 MUTU 41

Salah satu strategi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Internal

(SPMI) adalah mengajukan akreditasi. SPMI yang terimplentasikan dengan baik di setiap unit kerja merupakan langkah jitu untuk menggapai akreditasi yang unggul. Akreditasi merupakan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) sebagai bagian dari SPMI pada suatu perguruan tinggi. Perkembangan terkini dalam pengajuan akreditasi mengalami perubahan yang cukup signifikan. Berdasarkan Peraturan BAN-PT

Nomor 2 Tahun 2019 mengatakan, bahwa untuk pengajuan akreditasi program studi menggunakan instrumen baru yaitu Instrumen Akreditasi Program Studi 4.0 atau yang disingkat IAPS 4.0. Instrumen akreditasi ini berorientasi pada output dan outcome. IAPS 4.0 mulai berlaku efektif per tanggal 1 April 2019, sehingga usulan akreditasi yang disampaikan mulai tanggal 1 April 2019 sudah harus menggunakan IAPS 4.0.

Berdasarkan ketetapan tersebut,

Unsyiah melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) melaksanakan Workshop Penyusunan Akreditasi Program Studi 4.0, dengan mengundang Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ketua Satuan Penjaminan Mutu Fakultas (SJMF), dan seluruh Ketua Program Studi di lingkungan Unsyiah. Workshop ini dilakukan sebagai bentuk sosialisasi tata cara proses administrasi pengusulan akreditasi dan metode penyusunannya.

Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, dalam sambutannya mengatakan bahwa saat ini APS telah memasuki versi 4.0 yang artinya penyusunan borang akreditasi program studi akan menggunakan sembilan kriteria. Unsyiah sendiri saat ini sedang dalam proses penyusunan dokumen akreditasi perguruan tinggi yang menggunakan sembilan kriteria (APT 3.0) untuk persiapan pengusulan reakreditasi perguruan tinggi.

Berdasarkan ketetapan BAN-PT tersebut, dokumen akreditasi prodi terdiri dari dua bagian, yaitu Laporan Evaluasi Diri Program Studi (LEDPS) dan Laporan Kinerja Program Studi (LKPS). LEDPS merupakan dokumen evaluasi yang disusun secara komprehensif sebagai bagian dari pengembangan program studi yang menggambarkan status capaian masing-masing kriteria serta analisis atas ketercapaian atau ketidaktercapaian suatu kriteria.

Sedangkan LKPS berisi data kuantitatif yang secara bertahap akan diambil dari Pangkalan Dikti Pendidikan Tinggi (PD-Dikti). Data tersebut memuat capaian indikator kinerja Unit Pengelola Program Studi (UPPS) sebagai Unit Pengusul Akreditasi Program Studi serta program studi yang akan diakreditasi. Dokumen LEDPS tersebut disusun oleh UPPS dan dokumen LKPS disusun oleh Program Studi.

Hal ini dikuatkan dengan Surat Keputusan Rektor Unsyiah Nomor

1120 Tahun 2019 tentang Penetapan UPPS dalam Penyusunan dokumen LEDPS. UPPS Unsyiah dalam hal ini adalah Fakultas dan Pascasarjana Unsyiah. Oleh karena itu, fakultas/pascasarjana sebagai UPPS yang menyusun LEDPS dan LKPS disusun oleh program studi.

Workshop Penyusunan Akreditasi Program Studi (APS) 4.0 ini dikoordinir oleh Pusat Audit dan Pembinaan Akreditasi (PAUPA) LP3M Unsyiah. Pemateri pada kegiatan workshop ini merupakan tim internal dari LP3M, Prof. Dr. Adlim, M,Sc (Ketua LP3M), Dr. Ir. Suhendrayatna, M,Eng (Sekretaris LP3M), dan Dr. drh. Rinidar, M.Kes (Ketua PAUPA). PAUPA menjadi salah satu tim penjaminan mutu Unsyiah yang berupaya mengembangkan sistem pembinaan akreditasi, mendampingi, dan membina program studi dalam proses APS. Ini semua dilakukan untuk menjaga standar mutu seluruh program studi di Unsyiah. []

Sosialisasi AkreditasiProgram Studi Berbasis Outcome

Nurlaili, S.Pd., M.Pd.Sekretaris Pusat Audit dan

Pembinaan Akreditasi LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas FKIP Unsyiah

Unsyiah sendiri saat ini sedang dalam proses penyusunan dokumen akreditasi perguruan tinggi.

Page 12: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

MENOPANG KUALITAS KESEHATANDENGAN DOKTER SPESIALIS

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 236 . JUNI 2019IS

SN 0

215

-29

16

Ibrahim Ismail Puluhan Tahun Bersama Jenazah

Pentingnya Halal Awareness Bagi Setiap Muslim

Pengembangan Riset Bencana Hidrometeorologi

Page 13: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 236 . JUNI 2019 EDISI 236 . JUNI 2019

MUTU40 MUTU 41

Pusat Pengembangan Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M)

memiliki peran dalam melakukan proses peningkatan mutu pembelajaran di Universitas Syiah Kuala. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aktivitas utama yang memerlukan standarisasi mutu, sehingga aktivitas ini dapat berjalan sesuai dengan standar yang berlaku.

Tahun 2019, LP3M melanjutkan pemberian bantuan hibah untuk meningkatkan kapasitas civitas

Keberadaan buku ajar memegang peranan sangat penting terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Terlebih untuk pendidikan bidang vokasi yang menekankan pada penguasaan keahlian terapan. Buku ajar memiliki karakteristik yang berbeda. Buku ajar mampu

menumbuhkan minat dari pembaca khususnya mahasiswa. Tidak seperti buku teks yang lebih didasarkan pada asumsi minat pembaca.

Aspek lain yang hendaknya tercakup dalam buku ataupun modul ajar yang dirancang untuk digunakan oleh mahasiswa, memiliki tujuan instruksional, mengarah pada pencapaian akhir kompetensi pembelajaran, berfokus pada pemberian kesempatan mahasiswa untuk dapat berlatih, mengakomodasikan kesulitan belajar mahasiswa serta mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari mahasiswa. Substansi materi yang terkandung dalam buku ajar juga harus selaras dengan garis besar program pengajaran dan satuan acuan pengajaran yang direncanakan bagi suatu mata kuliah.

Oleh karena itu, dalam proses penyusunannya harus mengikuti suatu kaidah yang runut, sistematis dan rasional serta mampu menggambarkan tujuan akhir pembelajaran, topik bahasan, subtopik bahasan, kriteria penilaian hasil pembelajaran, skema hubungan antartopik bahasan hingga contoh-contoh persoalan ataupun kasus yang relevan di dalam dunia nyata.

Saat ini, dosen yang telah menulis buku ajar di lingkungan Unsyiah jumlahnya relatif sedikit. Hal ini disebabkan sebagian dosen belum memahami tata cara penulisan bahan ajar yang tepat serta belum adanya motivasi dan semangat untuk menulis. Kegiatan hibah buku ajar ini dimaksudkan untuk menyediakan sejumlah dana

yang dapat digunakan oleh dosen untuk penyempurnaan, konsultasi, penggandaan naskah akhir, dan hibah bagi penulis sebelum diterbitkan oleh penerbit.

Kegiatan hibah buku ajar tahun 2019 ini sudah sampai pada seleksi tahap kedua, yakni review naskah oleh reviewer yang berkompeten pada bidangnya masing-masing. Pada seleksi awal terdapat 42 pendaftar, tetapi hanya 28 pendaftar yang melengkapi dokumen. Berdasarkan hasil seleksi awal yang terdiri dari seleksi administrasi dan similarity index melalui turnitin, terdapat 18 pendaftar yang lolos seleksi. Untuk hibah buku ajar tahun 2019, ditargetkan ada 10 orang pemenang dengan besar hibah masing-masing Rp. 15.000.000,-.

Selain hibah buku ajar, bantuan LP3M tahun 2019 juga terkait pengembangan dan penerapan e-learning (pembelajaran online). Pembelajaran berbasis E-learning bertujuan untuk mendampingi pertemuan konvensional di kelas agar proses pembelajaran tetap berlanjut sekalipun pertemuan di kelas sudah selesai. Sistem e-learning Universitas Syiah Kuala telah diintegrasikan dengan sistem akademik dan KRS online, sehingga pengelolaan mata kuliah, pengajar, dan peserta mata kuliah akan dibaca secara otomatis oleh kedua sistem ini. Hal ini tentunya mempermudah pengelolaan data dalam sistem pembelajaran online tersebut.

Namun sayangnya, pemanfaatan e-learning ini belum dioptimalkan oleh dosen pengampu mata kuliah.

Oleh karena itu, LP3M melalui Pusat Pengembangan Pembelajaran (PIJAR) merasa perlu melaksanakan kegiatan hibah yang difokuskan pada pengembangan dan penerapan e-learning. Modul yang dikembangkan terutama meliputi pengembangan bahan ajar interaktif multimedia menggunakan sistem Learning Management System (LMS) yang telah berjalan di laman http://elearning.unsyiah.ac.id. Tujuan dari hibah ini adalah peningkatan aktivitas dan kreativitas pembelajaran. Penerima hibah adalah tim dosen pengajar aktif di Unsyiah. Hibah diberikan selama periode satu semester atau 5 bulan dan dilaksanakan oleh PIJAR LP3M Unsyiah bekerja sama dengan Pusat Informasi dan Evaluasi LP3M Unsyiah dan Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPT TIK) Unsyiah.

Hibah e-Learning tahun 2019 ini menjaring 40 orang pemenang, dengan besar hibah masing-masing Rp. 15.000.000,-. Para pemenang hibah telah melakukan presentasi kemauan impementasi tahap 1, pada bulan april lalu. Diharapkan pada bulan Juni nanti, seluruh pemenang hibah e-Learning telah mengumpulkan laporan dan melakukan presentasi tahap akhir. []

Peningkatan Mutu Pembelajaran Melalui Hibah Buku Ajar dan E-Learning

akademika, khususnya dosen dalam bidang pembelajaran yaitu melalui kegiatan penulisan buku ajar serta pengembangan dan penerapan e-learning. Hal ini dilakukan untuk mendukung visi Universitas Syiah Kuala untuk menjadi universitas inovatif, mandiri, dan terkemuka.

Dr. Andi Ulfa Tenri Pada, S.Pd. M.PdAnggota Pusat Pengembangan Pembelajaran LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu [email protected]

pemanfaatan e-learning ini belum dioptimalkan oleh dosen pengampu mata kuliah.

Page 14: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

MTQ MAHASISWA NASIONAL:MEMBUMIKAN ALQURAN DARI KAMPUS

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 237 . JULI 2019IS

SN 0

215

-29

16

Tiga Sekawan Pencinta Alquran

Liaison Officer MTQMN: Gambaran Nyata Kerja Keras

Tumbler dan Relawan Curi Perhatian

Page 15: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 237 . JULI 2019 EDISI 237 . JULI 2019

MUTU40 MUTU 41

Penyusunan kurikulum di perguruan tinggi merupakan kegiatan yang lahir dari respon terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan, kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan pengguna lulusan. Kurikulum yang disusun untuk perguruan tinggi (KPT) harus mampu menyesuaikan tuntutan perubahan zaman dalam rangka menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi yang setara. Kualifikasi ini telah disepakati dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang atur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

pengembangan kurikulum juga memiliki tantangan tersendiri. Di era ini sangat dibutuhkan penjabaran kemampuan yang sesuai jenjang KKNI dan memiliki kemampuan literasi baru, meliputi literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia yg berakhlak mulia. Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT) yang memiliki spirit, kesungguhan, dan tanggung jawab dari pendidik dalam menyajikan pembelajaran secara profesional akan menghasilkan lulusan yang bermutu dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

Ronald M. Harden, seorang profesor yang menekuni desain dan evaluasi kurikulum menyatakan, ‘The curriculum is a sophisticated blend of educational strategies, course content, learning outcomes, educational experiences, assessment, the educational environment and the individual student’s learning style, personal time and program of work”. Jadi menyusun kurikulum memerlukan pemikiran berbagai aspek dan kedalaman yang memenuhi penguasaan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah

menyusun peraturan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 35 ayat 2 tentang kurikulum. Peraturan ini menjelaskan Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap program studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. Hadirnya pedoman untuk menyusun panduan kurikulum program studi cukup menjelaskan runutan mekanisme penyusunan kurikulum.

Tujuan Penyusunan KurikulumPenyusunan kurikulum bertujuan untuk mendorong mahasiswa berpikir kritis dan melakukan penalaran tingkat tinggi (higher order thinking). Selain itu, juga membantu mengoptimalkan pengembangan potensi mahasiswa menjadi manusia yang diinginkan dan memfasilitasi mahasiswa belajar menjadi manusia yang paripurna.

Tahapan Penyusunan KurikulumGuna menghasilkan rumusan kurikulum yang baik harus dimulai dari penetapan profil lulusan. Profil lulusan ini disusun dengan langkah-langkah meliputi: (a) studi pelacakan (tracerstudy) kepada pengguna potensial yang sesuai dengan bidang, (b) identifikasi peran lulusan berdasarkan tujuan diselenggarakannya program studi sesuai dengan visi dan misi institusi, dan (c) melakukan kesepakatan dengan program studi sejenis untuk menetapkan pencirian umum program studi.

Tahapan selanjutnya adalah penyusunan capaian pembelajaran (CP) lulusan. Rujukan untuk menyusun CP adalah KKNI dan Standar Nasional Pendidikan

Tinggi. Tahapan yang perlu dilakukan adalah pemilihan dan bobot mata kuliah, membentuk mata kuliah dan satuan kredit semester (SKS), merangkai struktur kurikulum, dan merancang rencana pembelajaran mahasiswa.

Proses penyusunan atau pengembangan/perubahan kurikulum pada program studi tidaklah cukup dilakukan oleh pimpinan dan jajarannya saja. Proses ini harus dibuat mekanisme yang terstruktur dengan melibatkan seluruh staf pengajar dan pihak terkait program studi untuk menjamin konvergensi konstruksi dari kurikulum program studi.

Monitoring dan Evaluasi KurikulumKegiatan monitoring dan evaluasi kurikulum di Unsyiah berada di bawah pemantauan Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M). Pengembangan kurikulum pada dasarnya dilakukan setiap waktu selama proses pendidikan berjalan sesuai konsep continuos improvement. Tetapi, secara praktiknya peninjauan dan revisi kurikulum dilakukan secara berkala, umumnya antara 4-5 tahun.

Untuk mencapai tujuan kurikulum tersebut diperlukan rancangan program monitoring dan evaluasi kurikulum, sehingga ketika dilakukan pengembangan/revisi kurikulum tidak terjadi kendala besar karena sudah direncanakan dengan baik dan dengan data yang mendukungnya. Kualifikasi lulusan dari rumusan kurikulum yang disusun oleh program studi dan pimpinan, harus memastikan bahwa rancangan kurikulum ini mampu

membentuk lulusan baik kompeten di bidang keilmuannya, sikap, dan keterampilan yang dimilikinya. []

PENYUSUNAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI

8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Penerapan KKNI ini juga telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI Bidang Perguruan Tinggi. Sebagai kesepakatan nasional, ditetapkan lulusan program sarjana−misalnya paling rendah−harus memiliki “kemampuan” yang setara dengan “capaian pembelajaran” yang dirumuskan pada jenjang 6 KKNI, Magister setara jenjang 8, dan doktor setara jenjang 9.

Dr. Sofia, S.Si, M.ScKepala Pusat Pengembangan Pendidikan LP3M Unsyiah/ Dosen Fakultas Kedokteran Unsyiah

Di samping itu, rincian pengembangan kurikulum juga sudah termaktub di dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN DIKTI) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015. Peraturan ini menjelaskan jika setiap program studi harus membuat pengembangan terhadap keilmuan, sikap, dan keterampilan. Penerapan ini diperlukan karena setiap pengembangan tersebut merupakan pengejawantahan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Di era Revolusi Industri 4.0,

Page 16: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

MENGGALI POTENSI DESADENGAN KULIAH KERJA NYATA

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 238 . AGUSTUS 2019IS

SN 0

215

-29

16

TONG SAMPAH PINTAR BERBIAYA MURAH

SKULA;EDUKASI OFFLINE UNTUK NARAPIDANA ANAK

MENJAGA KESEHATAN SAAT KEBAKARAN HUTAN

Page 17: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 238 . AGUSTUS 2019 EDISI 238 . AGUSTUS 2019

MUTU40 MUTU 41

EDISI 238 . AGUSTUS 2019 EDISI 238 . AGUSTUS 2019

MUTU40 MUTU 41

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan

dan Penjaminan Mutu (LP3M) kembali melaksanakan Penataran dan Lokakarya Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) Tahun 2019, pada tanggal 29 Juli-2 Agustus 2019. Program pelatihan Pekerti ini merupakan kegiatan tahunan Unsyiah yang diperuntukkan bagi dosen muda. Selain Pekerti, juga ada program AA (Applied Approach) berupa pelatihan yang diperuntukkan kepada dosen senior. Dua

Dosen. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa dosen berkewajiban merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Di samping itu, juga melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sesuai dengan Standar Pendidik pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dosen yang kompeten melaksanakan tugasnya adalah dosen yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Upaya pengembangan diri menjadi pendidik profesional dilakukan melalui penguasaan materi pembelajaran dan pendidikan. Atas dasar pentingnya profesionalisme pendidik tersebut, maka perlu adanya pengembangan diri. Oleh karena itu, Pekerti dan AA dirasakan sangat penting bagi dosen untuk meningkatkan penguasaan kemampuan intruksional. Dosen

harus terampil dalam pembelajaran, sehingga mereka tidak lagi mengajar semaunya.

Dengan adanya kegiatan Pekerti ini, diharapkan nantinya dosen dapat: (1) menerapkan paradigma pembelajaran sesuai dengan kurikulum, (2) merancang persiapan pelaksanaan, penilaian pembelajaran yang saling terintegrasi, serta (3) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip pedagogik dan metodologi pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mahasiswa.

Kegiatan yang dinaungi oleh Pusat Pengembangan Pembelajaran LP3M ini diikuti 30 peserta dari berbagai fakultas di lingkungan Unsyiah. Fasilitator Pekerti ini merupakan para ahli pembelajaran yang kebanyakan berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Ini sesuai dengan fungsi dari FKIP adalah mendidik. []

PEKERTI UNTUKTINGKATKAN KOMPETENSI

program ini merupakan pelatihan yang dapat dimanfaatkan dalam rangka peningkatan keterampilan kompetensi profesional dosen dalam memangku jabatan fungsional, terutama untuk meningkatkan keterampilan pedagogis.

Upaya peningkatan kompetensi profesional dosen perguruan tinggi selalu menjadi pokok perhatian Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Hal ini didasarkan pada konsepsi bahwa dosen merupakan salah satu komponen yang sangat

Keumala HayatiStaf Subbag InformasiPublikasi LP3M Unsyiah

berperan dalam proses pembelajaran dan secara langsung mempengaruhi peningkatan kualitas belajar mahasiswa.

Program Pekerti-AA merupakan program pelatihan yang dirancang Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Program Pekerti-AA penting dalam pengembangan profesionalisme dosen karena kurikulum yang ditetapkan oleh Dikti sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan

FASILITATOR PROGRAM PEKERTI

Prof. Dr. Adlim, M.Sc (FKIP/LP3M)

Prof. Mustanir, M.Sc (FMIPA)

Dr. Dra Sulastri, M.Si (FKIP)

Dra. Nurulwati, M.Pd (FKIP)

Ners. Darmawati, M.Kep, Sp.Mat (FKEP)

Dr. Rahmah Johar, M.Pd (FKIP)

Dr. Cut Morina Zubainur, M.Pd (FKIP)

Dr. Ir. Suhendrayatna, M.Eng (FT/LP3M)

Dra. Asiah MD, MP (FKIP/LP3M)

Dr. M. Hasan, M.Si (FKIP)

Dr. Andi Ulfa Tenri Pada, M.Pd (FKIP/LP3M)

Nana Suraiya, M.Pd (FKIP)

Page 18: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

MELUASKAN KIPRAH UNIVERSITAS

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 239 . SEPTEMBER 2019IS

SN 0

215

-29

16

WAPRES JK: JANGKAUAN KEILMUAN UNIVERSITAS HARUS LEBIH LUAS

MERINTIS PRESTASI DARI ILMU AKUNTANSI

MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI; AKREDITASI A SATU-SATUNYA DI INDONESIA

Page 19: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 239 . SEPTEMBER 2019 EDISI 239 . SEPTEMBER 2019

MUTU40 MUTU 41

EDISI 239 . SEPTEMBER 2019 EDISI 239 . SEPTEMBER 2019

MUTU40 MUTU 41

Akuntabilitas merupakan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan tugas yang diemban

dengan parameter yang dapat diukur dan dibuktikan. Jika pekerjaan itu dalam bentuk keterampilan fisik seperti merakit komputer, maka keberhasilan pekerjaan mudah diukur. Tetapi pekerjaan dalam bentuk jasa seperti mengajar, maka pengukurannya tidak sama seperti mengukur pekerjaan fisik.

Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi (PT) harus juga dapat diukur dan dipertanggungjawabkan oleh pendidik yang profesional. Namun, masih banyak yang tidak menyadari bahwa dosen adalah pendidik, sehingga terkesan kurang peduli pada profesi pendidik. Sesungguhnya dosen bukan hanya sebagai ekonom, saintis, dokter, insinyur, pakar hukum, tetapi lebih dari itu karena punya idealisme sebagai pendidik profesional di atas profesi tersebut.

Kinerja pembelajaran yang dilakukan oleh dosen tidak dapat diukur tanpa ada dokumentasi yang rapi dan tidak dapat dinilai ketercapaiannya tanpa ada suatu pembanding. Dokumen minimal yang dapat dijadikan pembanding adalah dokumen

Seandainya ada kasus yang mengklaim bahwa kegagalan peserta didik dalam karier karena materi kuliah yang tidak bermanfaat atau terjadi perdebatan antar dosen yang mengklaim paling benar tentang metode atau isi pembelajaran yang berhubungan dengan kurikulum, tentu RPS dan kontrak kuliah yang sudah disahkan dapat dijadikan rujukan untuk membuktikan kebenaran itu.

Keengganan pendidik membuat RPS dan kontrak kuliah boleh jadi karena mereka merasa hampir tidak ada risiko kalau pun itu tidak dilakukan. Padahal penyusunan dokumen tidak memerlukan waktu yang lama. Berbeda halnya risiko bagi seorang arsitek yang jika tidak membuat dokumen perencanaan dengan benar, maka mereka dapat dipidana karena dapat menyebabkan kerugian materi dan malapetaka.

Sebagai pendidik profesional, perlu mengkhawatirkan kompetensi lulusan hasil didikannya termasuk kegagalan mereka berinteraksi di dalam masyarakat atau ketidaksiapan mereka terhadap perkembangan zaman sebagai dampak dari ketidakpedulian pada perencanaan pembelajaran. Memang mengukur keberhasilan mendidik tidak seakurat ukuran keberhasilan mendirikan bangunan, tetapi upaya akuntabilitasnya tetap harus dapat dilakukan secara maksimal.

Dokumen perencanaan pembelajaran yang sudah lengkap

juga belum tentu efektif jika hanya sebatas dokumen dan tidak menjadi pedoman untuk dilaksanakan dalam pembelajaran. Tahap berikutnya diperlukan pengawasan dari ketua program studi sejauh mana konsistensi perkuliahan dan perencanaannya. Pengawalan ini akan lebih efektif menggunakan sistem komputer, sehingga tidak membeda-bedakan dan tidak ada kesungkanan untuk mengingatkan. Dengan sistem software “SIM kuliah” yg terintegrasi dengan finger print, maka dapat diatur keaktifan finger print dengan bersyarat. Dalam sistem ini pokok bahasan setiap kali tatap muka langsung tertera pada print out absen dan dapat dikonfirmasi oleh mahasiswa kesesuaian materi perkuliahan dengan perencanaannya. Dapat secara otomatis mengirimkan SMS untuk mengingatkan jadwal kuliah jika lupa masuk beberapa kali. Ini memang terkesan seperti ada ketidak percayaan pada para pendidik, dulu tidak ada ini-itu, ternyata alumni yang dulu juga baik-baik saja. Zaman sudah berubah, saat ini semuanya dituntut akuntabilitas. Dulu tidak ada akreditasi program studi atau tidak ketat pengawasan pembelajaran di perguruan tinggi. Saat itu perguruan tinggi hanya bertugas mendidik. Namun sekarang, perguruan tinggi dituntut seperti perusahaan yang harus mampu bersaing mendapatkan calon mahasiswa dan lulusan yang berkualitas diiringi efesiensi. Wallahualam. []

AKUNTABILITAS KINERJA PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI

perencanaan pembelajaran yang telah disepakati, seperti RPS (Rencana Pembelajaran Semester). Sedangkan pedoman teknis pembelajaran yang lebih detail dikenal dengan kontrak kuliah atau kontrak perkuliahan.

Kontrak kuliah akan bermanfaat bagi tim pengajar dan mahasiswa. Tim pengajar dapat menjadikannya sebagai rujukan pembagian tugas

Prof. Dr. Adlim, M.ScKetua LP3M Unsyiah

mengajar, materi perkuliahan, dan tugas yang harus diberikan kepada mahasiswa. Mahasiswa dapat mengetahui tugas dan kompetensi yang harus mereka kuasai agar dapat lulus dengan nilai terbaik. Kedua dokumen ini merupakan bagian dari pertanggungjawaban kinerja pendidik.

Mungkin ada yang mengira jika keberhasilan pembelajaran dapat ditunjukkan dengan penguasaan materi oleh mahasiswa atau kemampuan mengajar yang luar biasa. Semuanya akan benar jika sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tujuan kurikulum yang dapat dilihat di dalam RPS. Jika tidak ada

RPS dan kontrak kuliah, maka hampir tidak ada akuntabilitas karena sukar dibuktikan kesesuaian isi pembelajaran dengan diskripsi mata kuliah, metode dan media yang digunakan, tugas yang ditagih dari mahasiswa, skenario pembinaan softkill, pembinaan pola pikir, dan lainnya jika hal itu termasuk yang diagendakan.

Mungkin saja pembelajaran luar biasa, tetapi hal itu seperti pengakuan yang tanpa bukti atau bangunan tanpa dokumen rancang bangun (desain). Sebab bisa saja seseorang mengisi waktu pembelajaran sesukanya, tetapi sama sekali tidak mencapai tujuan kurikulum sehingga kompetensi lulusan diragukan. Mungkin saja disenangi oleh mahasiswa hanya karena pandai merangkai kata, lucu, dan tidak ada tugas yang membebani mereka apalagi lulus dengan penilaian yang tidak berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang seharusnya. Demikian juga isi dan tingkatan materi pembelajaran yang kurang sesuai, misalnya yang dituntut kurikulum adalah keterampilan, tetapi kenyataannya materi perkuliahan hanya teori-teori abstrak saja. Sering pula beban belajar mahasiswa tidak diperhitungkan atau tidak dilakukan analisis. Ini menyebabkan mahasiswa harus menyelesaikan tugas 2x24 jam tanpa tidur dalam waktu yang sangat sempit. Akibatnya tidak jarang yang putus asa atau tidak lagi mempedulikannya.

Page 20: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

KOLABORASI INTELEKTUALDI FORUM GLOBAL

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 240 . OKTOBER 2019IS

SN 0

215

-29

16

MENGGAUNGKANKEMBALI PRODUK SALAMDI PERBANKAN SYARIAH

IMAM DAN LILLA,PRESENTER TERMUDA DI KONFERENSI DUNIA

MENDORONG PENELITI BERKIPRAH DI LEVEL GLOBAL

Page 21: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 240 . OKTOBER 2019 EDISI 240 . OKTOBER 2019EDISI 240 . OKTOBER 2019 EDISI 240 . OKTOBER 2019

MUTU40 MUTU 41

Tanpa terasa bulan Juli 2020

masa akreditasi institusi

Universitas Syiah Kuala akan

berakhir. Dalam waktu

dekat, beberapa program studi juga

harus melakukan reakreditasi dengan

pendekatan yang jauh berbeda dengan

konsep penilaian akreditasi masa lalu

yang berbasis tujuh standar. Unsyiah

akan menghadap era penting dalam

melakukan reakreditasi institusi (APT

3.0) dan reakreditasi program studi (APS

4.0) seperti juga seluruh perguruan

tinggi lainnya di Indonesia. Bergesernya

konsep penilaian dan tuntutan akreditasi

dari input-proses menjadi output-

outcomes, mengharuskan setiap

perguruan tinggi merubah mindset

dan strategi dalam memenuhi tuntutan

akreditasi berbasis sembilan kriteria.

Termasuk penguatan implementasi

sistem penjaminan mutu internal

(SPMI) di level UPPS dan program studi.

Unsyiah telah menetapkan bahwa

UPPS adalah fakultas dan PPS yang

memiliki tanggung jawab nyata dalam

mempersiapkan dokumen usulan APT

dan APS bersama-sama dengan program

studi.

Hal lainnya yang perlu dipahami

bersama oleh segenap pengambil

keputusan di lingkungan perguruan

Pimpinan tingkat fakultas seharusnya

memiliki program mutu yang lebih

strategis, sehingga elemen LED dapat

dipenuhi melalui impelementasi SPMI

yang dikawal oleh SJMF.

Selain itu, program mutu di tingkat

UPPS harus berujung dan berwujud

output dan outcomes nyata dari

capaian standar mutu sehingga harus

direncanakan, dilaksanakan dievaluasi,

dikendalikan, dan ditingkatan setiap saat.

Komitmen pimpinan di level UPPS untuk

menguatkan program mutu melalui

SJMF sudah seharusnya dilakukan dan

diarahkan tidak semata-mata mencukupi

dan melengkapi dokumen, tetapi harus

diarahkan pada pencapaian dan realisasi

output dan outcomes.

Untuk itu, UPPS harus memiliki

strategi jangka pendek dan jangka

panjang ke depan. Sejak dua tahun

lalu, Unsyiah telah mengembangkan

Rencana Strategis Mutu dalam upaya

mempersiapkan diri memenuhi tuntutan

akreditasi sembilan kriteria. Seluruh

program yang telah dicanangkan

dalam RENSMU UPPS harusnya

diimplementasikan, sehingga mampu

menghasilkan output dan outcomes

yang sesuai untuk mendapatkan

peringkat unggul. Tanpa program

mutu, maka sangat sulit PT dan UPPS

serta program studi menghasilkan

output dan outcomes seperti yang

diharapkan. Apalagi saat ini kualitasnya

telah dituntut pada skala nasional dan

internasional.

Hal yang lebih besar juga harus

dipersiapkan dalam melaksanakan

re-APT Unsyiah. Dimulai dengan

menguatkan kebijakan mutu,

meningkatkan standar mutu, dan

mengubah strategi dalam implementasi

SPMI terstruktur, terukur, dan

berkelanjutan. Berikut beberapa hal

penting yang perlu disikapi secara serius

sebagai tuntutan nyata APT 3.0, antara

lain:

1. Sertifikasi kelembagaan internasional

baik akademis maupun keuangan;

2. Akreditasi internasional program

studi;

3. Rekognisi dosen;

4. Jumah mahasiswa asing;

5. Output-outcomes penelitian, PKM,

dan kegiatan kerjasama;

6. Output-outcomes aktiftas penelitian

dan PKM mahasiswa;

7. Capaian dan luaran tridarma

perguruan tinggi.

Melalui pemahaman terhadap

pentingnya mewujudkan output dan

outcomes dalam menghadapi tuntutan

akreditasi saat ini, diharapkan seluruh

pengambil kebijakan di lingkungan

perguruan tinggi dapat menentukan

strategi jangka pendek dan jangka

panjang baik di tingkat PT dan juga

UPPS. Upaya ini perlu dilakukan segera

agar capaian akreditasi unggul nanti

dapat diraih secara optimal dengan

persiapan yang lebih terencana dan

berhasil guna. Hal ini dapat dimulai

dari mengubah mindset (pemahaman)

terhadap tuntutan APT 3.0 dan APS 4.0,

serta penguatan program mutu internal

sesuai tuntutan output dan outcomes

sembilan kriteria yang telah menjadi

acuan penilaian akreditasi. []

MENGEJAR OUTPUT-OUTCOMES UNTUK MERAIH AKREDITASI UNGGUL DI ERA APT 3.0 DAN APS 4.0

Dr. Ir. M. Aman Yaman, M.Agric.Sc

Kepala Pusat PengembanganSistem Manajemen Mutu LP3M

Unsyiah/Dosen FakultasPertanian Unsyiah

tinggi, bahwa penilaian umum APT

3.0 dan APS 4.0 telah menitikberatkan

pada kemampuan PT dan program

studi dalam memenuhi “standar

mutu nasional pendidikan tinggi

dan standar mutu perguruan tinggi

yang ditetapkan” sesuai peraturan

Kemenristek Nomor 62 Tahun 2016.

Untuk mendapatkan peringkat unggul,

maka:

1. PT dan program studi harus mampu

melampaui SNDIKTI;

2. Menjalankan serta membuktikan

implementasi di setiap elemen

tridarma perguruan tinggi melalui

pencapaian IKU dan IKT;

3. Memiliki luaran kinerja dan prestasi

tridarma PT pada skala nasional dan

internasional;

4. Penguatan data PDPT dan memiliki

sistem pendataan dan dokumentasi

digital sesuai dengan tuntutan

sembilan kriteria akreditasi;

5. Meningkatkan standar mutu baik

secara vertikal maupun horizontal;

dan

6. Menghasilkan output dan outcomes

sebagai capaian tridarma PT pada

level nasional dan internasional.

Pemahaman output dan outcomes

sebagai tuntutan sembilan kriteria APT

3.0 dan APS 4.0 oleh seluruh pengambil

kebijakan PT dan pelaksana akreditasi

perguruan tinggi dan program studi

harus ditingkatkan sehingga dapat

direalisasikan. Dalam pelaksanaannya,

dokumen APS 4.0 terdiri dari Laporan

Evaluasi Diri (LED) yang menggambarkan

status dan analisis capaian sembilan

kriteria dan Laporan Kinerja Akademik

yang memuat data capaian indikator

kinerja program studi.

Suatu perubahan besar terjadi dalam

pelaksanaan akreditasi program studi.

Di mana kebijakan baru pada APS 4.0

menuntut Unit Pengelola Program

Studi (UPPS) menjadi penanggung

jawab penyusunan Laporan Evaluasi

Diri (LED) program studi baik fakultas

maupun jurusan. Posisi Satuan Jaminan

Fakultas (SJMF) menjadi sangat penting

dan strategis dalam menentapkan

strategi persiapan LED, sehingga selaras

dengan Laporan Kinerja (LK) yang

menjadi tanggung jawab program studi.

Page 22: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 241 . NOVEMBER 2019IS

SN 0

215

-29

16

MENDORONG PRESTASI BELAJARDENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Page 23: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 241 . NOVEMBER 2019 EDISI 241 . NOVEMBER 2019

MUTU40 MUTU 41

EDISI 241 . NOVEMBER 2019 EDISI 241 . NOVEMBER 2019

MUTU40 MUTU 41

Menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang

Standar Nasional

Pendidikan, setiap satuan pendidikan

pada jalur formal dan nonformal

wajib melakukan penjaminan mutu

pendidikan. Dosen merupakan

salah satu komponen yang sangat

berperan dalam proses pembelajaran,

dan secara langsung memengaruhi

peningkatan kualitas belajar peserta

didik. Oleh karena itu, sesuai dengan

UU 14/2005 Pasal 1 butir 2, dosen

hendaknya mampu melaksanakan

tugasnya sebagai pendidik dan

ilmuwan yang professional. Menurut

KPPTJP Dikti 1996-2005, agar dapat

berfungsi secara professional, seorang

dosen hendaknya memiliki tiga

kompetensi, yaitu penguasaan bidang

ilmu, keterampilan kurikulum, dan

keterampilan pedagogis (pembelajaran

dan pengembangan cara menyikapi

pemahaman materi ajar). Upaya

meningkatkan kompetensi professional

dosen perguruan tinggi selalu menjadi

pokok perhatian Direktorat Jendaral

Pendidikan Tinggi.

Applied Approach atau yang biasa

disingkat dengan AA adalah pelatihan

yang diselenggarakan oleh Universitas

Syiah Kuala melalui Lembaga

Pengembangan Pendidikan dan

dunia. SCL dipercaya efektif dalam

meningkatkan proses pembelajaran

guna meningkatkan hasil belajar

peserta didik secara optimal. Ini sesuai

dengan filosofi belajar, bahwa belajar

merupakan kegiatan memperoleh

pengetahuan baru di mana semakin

banyak pengetahuan didapat peserta

didik, semakin besar peluang mereka

untuk terus meningkatkan kualitas

sikap dan perilakunya. Pandangan ini

sejalan dengan pendekatan belajar

yang dikembangkan aliran psikologi

kognitif yang meyakini bahwa para

peserta didik yang memiliki informasi

pengetahuan sangat banyak dapat

melakukan eksplorasi terhadap

sumber-sumber belajar baru, baik

sendiri maupun bersama-sama

dengan peer group-nya.

Selain mendapatkan materi, peserta

diharuskan mengerjakan tugas sebagai

aplikasi dari materi dalam waktu

15 hari. Adapun capaian kegiatan

ini menghasilkan produk seperti

proposal penelitian tindakan kelas,

draft buku ajar, media ajar, e-learning,

instrumen evaluasi pembelajaran,

asesmen alternative, dan mekanisme

rekonstruksi mata kuliah.

Materi baru yang diberikan kepada

peserta pelatihan AA tahun ini

adalah e-learning. Unsyiah telah

mengeluarkan Peraturan Rektor Nomor

1 Tahun 2018 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pembelajaran

Daring (E-Learning). Dalam peraturan

tersebut, salah satu hal yang sangat

ditekankan adalah pelaksanaan

pembelajaran blended learning, yaitu

proses perkuliahan yang memadukan

antara e-learning dengan proses

perkuliahan berbasis kelas (tatap

muka). E-learning berfungsi sebagai

complement dan supplement, di mana

proporsi perkuliahan tatap muka yang

dapat digantikan dalam satu semester

maksimal 35 persen atau 5 kali

pertemuan tatap muka. Tidak termasuk

UTS dan UAS. Harapannya materi

ini dapat mempersiapkan peserta

pelatihan untuk menjawab tantangan

revolusi industri 4.0.

Animo dosen mengikuti kegiatan AA

sebagai tindak lanjut dari kegiatan

Pekerti sangat tinggi setiap tahunnya.

Hal ini disebabkan kebutuhan terhadap

pelatihan yang melatih pengembangan

kompetensi pedagogik dosen. Namun,

kuota pelatihan tersebut sangat

terbatas dan sedikit setiap tahunnya.

Untuk tahun 2019, kuota hanya 30

orang dosen untuk seluruh universitas.

Jumlah ini masih kurang memadai.

Oleh karena itu, baiknya kuota

kegiatan AA ditambah pada tahun-

tahun berikutnya.

Sebagai tindak lanjut kegiatan

Applied Approach (AA) ini,

para peserta diharapkan dapat

menerapkan pengetahuan yang

telah didapatkan selama pelatihan di

program studi. Peserta diharapkan

mampu merekonstruksi mata

kuliah, menyusun bahan ajar, serta

melakukan penelitian tindakan kelas

yang bertujuan untuk memperbaiki

proses pembelajaran. []

MENINGKATKAN KUALITAS DOSEN MELALUI APPLIED APPROACH

Dra. Asiah MD, M.PKepala Pusat Pengembangan Pembelajaran LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Unsyiah

Penjaminan Mutu (LP3M) setiap tahun

untuk para dosen senior yang telah

memiliki pengalaman dalam aktifitas

pembelajaran. AA merupakan lanjutan

dari rangkaian kegiatan Pekerti (Program

Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik

Instruksional) yang bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi pedagogik

dan mengembangkan kemampuan

dosen dalam merekonstruksi mata

kuliah, menyusun bahan ajar, serta

melakukan penelitian tindakan

kelas. Kegiatan ini diharapkan dapat

meningkatkan kapasitas diri dosen

dan dapat menyesuaikan keterampilan

mengajar dengan konteks kekinian,

sehingga pembelajaran dapat berjalan

lebih optimal.

Pendidikan merupakan modal dasar

yang sangat diperlukan dalam rangka

menghadapi tantangan revolusi

industri 4.0. Peran dosen dalam

mewujudkan sumber daya manusia

sangat diperlukan. Secara langsung

memengaruhi peningkatan kualitas

belajar peserta didik. Seorang dosen

wajib memiliki tiga kemampuan

dasar yakni kemampuan dalam

merancang proses pembelajaran,

melakukan evaluasi pembelajaran, dan

melaksanakan pembelajaran secara

efektif. Kemampuan tersebut perlu

ditingkatkan melalui pelatihan AA.

Tahun 2019, LP3M melakukan

kegiatan AA selama lima hari, dimulai

dari jam 8.30 sampai jam 18.00 WIB

setiap harinya. Kegiatan berlangsung

pada tanggal 14-18 Oktober 2019

di ruang KPA-02 lantai 3, Kantor

Pusat Administrasi Unsyiah. Kegiatan

ini menghadirkan narasumber dari

dosen Unsyiah yang telah mengikuti

pelatihan di tingkat nasional dan

telah mendapatkan sertifikat nasional.

Mereka merupakan pakar sesuai

bidang materi yang disampaikan.

Peserta kegiatan direkrut sebanyak 30

orang dosen yang berasal dari berbagai

fakultas.

Kegiatan pelatihan AA dilaksanakan

dengan menerapkan pendekatan

Student Center Learning (SCL),

sehingga peserta dituntut untuk aktif

berperan selama proses pelatihan. SCL

merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran yang kini sangat populer

di kalangan praktisi pendidikan di

Page 24: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

EDISI 242 . DESEMBER 2019IS

SN 0

215

-29

16

MENDORONGPERTUMBUHAN

PROFESOR

Page 25: MERAWAT SEMANGAT KEBERAGAMAN

EDISI 242 . DESEMBER 2019 EDISI 242 . DESEMBER 2019EDISI 242 . DESEMBER 2019 EDISI 242 . DESEMBER 2019

MUTU40 MUTU 41

Pendidikan tinggi sekarang diarahkan untuk berorientasi pada pasar. Di banyak

negara, khususnya negara-negara berkembang, semakin khawatir dengan tren ketidaksesuaian antara pendidikan dengan pekerjaaan. Selain karena jumlah rasio lowongan pekerjaan dengan lulusan perguruan tinggi yang

(SKP) terhadap fasilitas dan layanan Unsyiah oleh mahasiswa, dan Survei Kepuasan Pengguna (SKP) terhadap fasilitas dan layanan Unsyiah oleh tenaga kependidikan.

Survei EPBM dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu di bulan Desember untuk evaluasi proses belajar mengajar di semester ganjil dan bulan Juli untuk evaluasi proses belajar mengajar di semester genap. Survei ini menilai kepuasan mahasiswa terhadap proses belajar dan mengajar yang dilaksanakan setiap dosen yang mengampu mata kuliah di setiap semesternya.

Survei SKP oleh mahasiswa dilaksanakan setiap tahun bersamaan dengan pengisian KRS mahasiswa di semester ganjil yaitu di bulan Agustus. Berbeda dengan survei EPBM, survei SKP lebih fokus kepuasan mahasiswa terhadap fasilitas dan layanan yang diberikan oleh Unsyiah. Sama halnya dengan SKP oleh mahasiswa, SKP oleh dosen juga dilaksanakan setiap tahun yaitu bersamaan dengan jadwal pengisian Sistem Informasi Pengevaluasian Kinerja Dosen (SIPKD).

Masa pengisian SKP oleh tenaga kependidikan dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya di awal bulan September. Berkat bantuan dan dukungan Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi dan Teknologi (UPT TIK) dan Bagian Kepegawaian Unsyiah, keempat

survei ini dilakukan secara online dan melekat pada sistem informasi yang mewajibkan pengguna sistem informasi tertentu untuk mengisi survei. Hasil dari mekanisme survei seperti ini berhasil menjaring banyak responden sehingga beragam respon pengguna Unsyiah dapat diperoleh. Hasil survei ini dimanfaatkan oleh unit dan lembaga di lingkungan Unsyiah sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan kualitas fasilitas dan layanan. Sekaligus sebagai bukti pelaksanaan penjaminan mutu untuk keperluan akreditasi.

Pelaksanaan survei yang dilaksanakan oleh LP3M selama ini mewajibkan pengguna sistem informasi tertentu untuk mengisi survei. Sulitnya memperoleh responden dalam kegiatan survei, LP3M memanfaatkan sistem informasi yang ada untuk menjaring responden. Hasilnya dari segi jumlah responden sangat memuaskan, dan dari sisi hasil survei cukup representatif. Mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan Unsyiah diharapkan mencurahkan waktu dan pikiran untuk mengisi survei. Karena melalui respon kritik dan saran yang membangun dari para pengguna Unsyiah, mutu dapat dimonitor dan dikembangkan. Semoga perbaikan fasilitas dan layanan yang dilakukan oleh unit-unit kerja dan lembaga yang ada di Unsyiah mampu mengantarkan Unsyiah menjadi salah satu universitas unggul di Indonesia pada tahun 2020. []

SURVEI SEBAGAI SARANA PENINGKATAN MUTU UNSYIAH

tinggi merupakan hal yang sangat penting. Pengguna perguruan tinggi terbagi menjadi dua kelompok yaitu pengguna internal dan pengguna eksternal. Pengguna internal yaitu dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan. Sedangkan pengguna eksternal adalah orang tua mahasiswa, pengusaha, pemerintah, dan masyarakat.

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) telah melakukan upaya untuk peningkatan kepuasan pengguna. Melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan Dan Penjaminan Mutu (LP3M), Unsyiah setiap tahun mengevaluasi kepuasan pengguna internal terhadap fasilitas dan pelayanan universitas. Untuk kepuasan pengguna eksternal dilakukan oleh unit dan lembaga lainnya di lingkungan Unsyiah.

Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi untuk kebutuhan akreditasi program-program studi juga dilakukan survei kepuasan pengguna baik internal dan eksternal. Dengan adanya pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) 2018 yang baru, dan perubahan Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) dan Instrumen Akreditasi Program Studi (APS) yang lebih mengarah ke outcome base, Unsyiah perlu merevisi mekanisme survei dan instrumen survei serta menyediakan berbagai survei yang menjaring respon dari para orang tua, pengusaha, pemerintah, masyarakat, mitra, dan komunitas keilmuwan agar sesuai dengan pedoman SPMI dan instrumen akreditasi.

LP3M saat ini telah melaksanakan secara rutin empat survei di lingkungan internal. Keempat survei tersebut, yaitu Survei Evaluasi Proses Belajar Mengajar (EPBM), Survei Kepuasan Pengguna (SKP) terhadap fasilitas dan layanan Unsyiah oleh dosen, Survei Kepuasan Pengguna

Rahmaddiansyah, S.Si, M.ScPusat Informasi dan Evaluasi LP3M Unsyiah/Dosen Fakultas Pertanian Unsyiah

tidak seimbang, kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh perguruan tinggi harus menjadi prioritas. Untuk mempersiapkan lulusan yang berkualitas, tentu mutu fasilitas dan layanan pendidikan di perguruan tinggi harus baik dan terus ditingkatkan.

Usaha untuk menyenangkan dan memuaskan pengguna perguruan