merger dan akuisisi
DESCRIPTION
Merger AkuisisiTRANSCRIPT
MERGER DAN AKUISISI
Pengembangan suatu perusahaan dapat dilakukan melalui ekspansi internal atau eksternal.
Perusahaan dikatakan melakukan ekspansi internal jika perusahaan melakukan investasi
dari awal seperti mendirikan perusahaan baru atau melakukan perluasan perusahaan yang
sudah ada. Sementara itu, perusahaan dikatakan melaukan ekspansi eksternal jika
menggabungkan kegiatan operasionalnya dengan perusahaan lain yang sudah ada.
Penggabungan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sudah ada dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu merger dan akuisisi.
1. Pengertian Merger dan Akuisisi
Meger adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih yang ukurannya tidak sama
dimana hanya satu perusahaan yang tetap berdiri dengan nama perusahaannya sedangkan
perusahaan lain yang lebih kecil melebur ke dalam perusahaan yang lebih besar.
Penggabungan ini mengakibatkan aktiva dan passiva dari perusahaan yang
menggabungkan diri beralih kepada perusahaan yang menerima penggabungan dan status
badan hukum perusahaan yang menggabungkan diri berakhir.
Dari pengertian tersebut dapat dilihat unsur-unsur dalam merger, yaitu :
a. Penggabungan perusahaan setidaknya melibatkan dua pihak perusahaan yaitu, yang
menerima penggabungan (absorbing company/acquiring company/surviving
company) dan pihak perusahaan yang digabungkan atau menggabungkan diri
(absorbed company/acquired company/target company)
b. Perusahaan yang menerima penggabungan (surviving company) akan menerima
atau mengambil alih seluruh hak dan kewajiban atau aktiva dan passiva dari
perusahaan yang menggabungkan diri (target company)
c. Perusahaan yang digabungkan atau menggabungkan diri (target company) akan
hilang statusnya sebagai perusahaan karena hukum.
Bagan Merger
Konsolidasi adalah peleburan dua perusahaan atau lebih yang ukurannya relatif sama
menjadi satu perusahaan baru. Contoh, konsolidasi perusahaan A dan perusahaan B yang
ukurannya relatif sama memunculkan perusahaan C sebagai hasil konsolidasi. Perusahaan
baru hasil konsolidasi memperoleh aktiva dan passiva dari perusahaan yang meleburkan
diri dan status hukum perusahaan yang meleburkan diri berakhir.
Dari pengertian tersebut dapat dilihat unsur-unsur dalam konsolidasi, yaitu :
a. Peleburan perusahaan setidaknya melibatkan tiga pihak, yaitu setidaknya ada dua
perusahaan yang melebur (absorbed company) dan kedua perusahaan tersebut
membentuk perusahaan baru
b. Perusahaan-perusahaan yang melebur (absorbed company) akan hilang statusnya
sebagai perusahaan karena hukum
c. Perusahaan baru akan menerima atau mengambil alih seluruh hak dan kewajiban
atau aktiva dan passiva dari perusahaan yang melebur.
Akuisisi dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Akuisisi Saham adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh perusahaan akuisitor
untuk mengambil alih dengan membeli saham perusahaan yang diakuisi, sehingga
mengakibatkan pengendalian manajemen perusahaan yang diakuisisi berpindah
kepada perusahaan akuisitor, sementara kedua perusahaan masing-masing tetap
beroperasi sebagai suatu badan hukum yang berdiri sendiri.
Bagan Akuisisi Saham
b. Akuisisi Aset adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh perusahaan akuisator
untuk mengambil alih dengan membeli semua aset yang dimiliki perusahaan yang
diakusisi.
2. Klasifikasi Merger dan Akuisisi
Berdasarkan aktivitas ekonomi, merger dan akuisisi diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Merger horizontal→ dalam industri yang sama
Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak
dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini
bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama
merger dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk
meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan
distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi.
b. Merger vertikal→ dalam tahapan proses produksi
c. Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan - perusahaan yang
bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi
vertikal dilakukan oleh perusahaan - perusahaan yang bermaksud untuk
mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam
rangka stabilisasi pasokan dan pengguna.
d. Merger konglomerasi→ dalam industri tidak terkait
Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing
bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger dan akuisisi konglomerat terjadi
apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan
memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila
merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh
perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi
memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda.
e. Merger ekstensi pasar
Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan
akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-
masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh
perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar.
Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus
membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan
akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena
kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar
negeri.
f. Merger ekstensi produk
Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah
merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga
akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan
dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing -
masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih
produktif dalam inovasi.
Berdasarkan pola merger dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Mothership merger
Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau sistem untuk dijadikan pola
atau sistem pada perusahaan hasil merger. Biasanya perusahaan yang
dipertahankan hidup adalah perusahaan yang dominan dan sistem pola bisnis
perusahaan yang dominan inilah yang diadopsi.
2. Platform merger
Jika dalam mothership merger hanya satu sistem yang diadopsi, maka dalam
platform merger hardware dan software yang menjadi kekuatan masing-masing
perusahaan tetap dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya adalah semua sistem
atau pola bisnis, sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh perusahaan hasil merger.
Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas akuisisi saham dan akuisisi
asset, yaitu :
1. Akusisi Saham
Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli
perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan
perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-
saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka
kepada pembeli/pengakuisisi.
Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum
ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut dapat dilakukan
dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan
oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian
maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan yang
mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang
melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah penguasaan manajemen
dan jalannya perseroan.
2. Akusisi Aset
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia
dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika
pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan
akusisi parsial.
Akusisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:
a. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak pembeli)
dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual), jika akuisisi
dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala formalitas yang
harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan, termasuk jual beli atas hak
atas tanah yang harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.
b. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan lain
milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara
tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan
sahamsaham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets for share
exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi
pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.
3. Kelebihan dan Kelemahan Merger dan Akuisisi
Kelebihan Merger :
a. Proses merger lebih murah dibandingkan dengan akuisisi karena secara hukum
semua aktiva dan passiva kedua (atau lebih) perusahaan secara otomatis menjadi
satu pada saat bergabung dan bisa dilakukan tanpa melikuidasi perusahaan yang
digabungkan.
b. Proses merger lebih sederhana dan dapat dilakukan secara cepat dimana dapat
dihindari semua proses pengalihan (balik nama, royalti atas hak-hak jaminan) yang
diperlukan masing-masing aset.
Kelemahan Merger :
a. Proses merger memerlukan persetujuan dari pemegang saham masing-masing
perusahaan dimana proses untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan
waktu yang lama
Kelebihan Akuisisi Saham dan Akuisisi Aset:
a. Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang
saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran perusahaan
akuisitor, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak
akuisitor.
b. Dalam akuisisi saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan
pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga
tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan,
akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak
bersahabat (hostile takeover)
d. Perusahaan melakukan akuisisi saham secara bertahap (untuk tujuan melakukan
merger nantinya) untuk menghindari pemegang saham minoritas yang tidak setuju
dimana nantinya secara bertahap diharapkan terjadi completely absorbed
acquisition (akuisisi penuh)
e. Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada
halangan bagi pemegang saham minoritas jika tidak menyetujui akuisisi.
Kekurangan Akuisisi Saham dan Akuisisi Aset :
a. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka akan terjadi
merger
b. Akuisisi saham biasanya berakhir dengan hostile takeover dimana adanya
pertentangan dari pihak manajemen atau pemegang saham minoritas/publik yang
dapat mengakibatkan biaya akuisisi yang mahal dibanding biaya merger.
c. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyertujui
pengambilalihan, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar
perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada
akuisisi agar akuisisi terjadi.
d. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum
memerlukan biaya balik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.
4. Motif Merger dan Akuisisi
Motivasi perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah untuk
mendapatkan sinergi atau bahasa sederhananya adalah mendapatkan nilai tambah.
Menurut Moin (Muhammad Aji, 2010), pada prinsipnya terdapat dua motif yang
mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi, yaitu motif
ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan
perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non-ekonomi adalah motif yang
bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada
keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik.
a. Motif Ekonomi
Tujuan perusahaan jika dilihat dari prespektif manajemen keuangan adalah
adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value
creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham yang tujuan
panjangnya adalah adalah mencapai peningkatan nilai prusahaan tersebut.
Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh
perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini.
b. Pertumbuhan atau Diversifikasi
Salah satu motif yang melatarbelakangi merger dan akuisisi adalah
penganekaragaman bidang usaha atau diversifikasi. Dengan adanya
diversifikasi atau keanekaragaman bidang usaha maka perusahaan dapat
mengurangi perusahaan pesaing dan perusahaan dapat menjaga stabilitas
pendapatan perusahaan.
c. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi
(economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena nilai gabungan
dari kedua perusahaan tersebut dari penjumlahan masing-masing nilai
perusahaan yang digabungkan. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang
melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga
kerja yang berlebihan dapat dihilangkan. Sinergi dapat dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu :
Operating Synergi
Operating synergi merupakan kombinasi dari beberapa operasi
sehingga dapat menekan biaya dan menaikkan penghasilan.
Operating synergy muncul dari perusahaan yang melakukan
ekspansi pada bisnis yang sama sehingga dapat menekan biaya rata-
rata karena biaya tetap menurun (memperoleh economic of scale),
atau melakukan diversifikasi ke sektor yang masih berkaitan (related
diversification), misal perusahaan garmen yang bergabung dengan
perusahaan tekstil, perusahaan rokok yang bergabung dengan
perusahaan perkebunan tembakau.
Financial synergy
Financial synergy dihasilkan ketika perusahaan yang melakukan
merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses
sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah. Struktur modal
yang kuat akan menjamin aktivitas operasi perusahaan sehingga
tidak menghadapi kesulitan likuiditas.
Management synergy
Management synergy dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas
manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang
lain atau ketika secara bersama-sama mampu memanfaatkan
kapasitas kemampuan yang mereka miliki. Misalnya manjemen
perusahaan A kurang efisien dibandingkan dengan manajemen
perusahaan B, maka merger dapat menjadi jalan untuk
meningkatkan efisiensi. Peningkatan efisiensi disini mensyaratkan
kedua perusahaan yang digabung memiliki bidang kegiatan yang
sama (merger horisontal).
d. Kekuatan Pasar
Kekuatan pasar akan diperoleh apabila diterapkan pada merger horisontal.
Hal ini karena penggabungan dua atau lebih perusahaan yang sebelumnya
saling bersaing menjual produk yang sama, secara teoritik akan
meningkatkan penguasaan pasar.
e. Keuntungan Pajak
Keuntungan pajak diperoleh melalui pengurangan kewajiban pembayaran
pajak. Misalnya acquiring company adalah perusahaan yang memperoleh
keuntungan yang besar, sehingga kewajiban pembayaran pajaknya besar.
Target company merupakan perusahaan yang telah lama merugi, sehingga
ia memiliki fasilitas pembebasan pajak akibat akumulasi kerugian. Ketika
keduanya bergabung, fasilitas pembebasan pajak yang semula dimiliki oleh
target company akan beralih ke acquiring companya sehingga ia
memperoleh keuntungan dari pengurangan kewajiban pajak tersebut.
f. Meningkatkan likuiditas perusahaan
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas
yang lebih besar karena jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham
akan lebih meluas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
5. Proses Merger dan Akuisisi
a. Tahap Perencanaan (planning) dan screening
Pada proses identifikasi awal, perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin tentang perusahaan mana saja yang potensial untuk diajak
bergabung. Informasi-informasi tersebut meliputi berbagai aspek seperti ekonomi,
sosial, teknologi dan parameter-paratemeter industri seperti proyeksi tingkat
pertumbuhan pasar, peraturan pemerintah dan faktor sumber daya manusia dengan
menggunakan berbagai kriteria seperti kualitas manajemen, profitabilitas, struktur
modal dan kriteria lainnya.Sedangkan screening merupakan proses penyaringan
sekaligus memilih diantara berbagai calon perusahaan target yang telah terkumpul
informasinya.
b. Tahap Proses Merger dan Akuisisi.
Tahapan ini terdiri dari empat proses yaitu:
penawaran formal
Proses penawaran formal merupakan pendekatan formal yang dilakukan
perusahaan melalui pemberitahuan secara tertulis dan resmi tentang
maksud penggabungan usaha terhadap manajemen puncak perusahaan
target. Kedua belah pihak melakukan penjajakan dan pembicaraan tentang
harga yang akan disepakati. Setelah penawaran formal.
due diligenco atau uji tuntas
investigasi yang menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai aspek
perusahaan target. Uji tuntas dilakukan terhadap aspek hukum, keuangan,
organisasi sumber daya manusia, pemasaran serta teknologi dan produksi.
negosiasi/deal
Negosiasi/deal dianggap telah terlaksana apabila tercapai kesepakatan
tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses merger atau
akuisisi antara perusahaan pengakuisisi dan pihak perusahaan target.
Closing
Setelah ketiga proses telah terlaksana, dilakukan penutupan transaksi
merger atau akuisisi yang ditandai dengan berlakunya status hukum
perusahaan yang dimerger kedalam perusahaan hasil penggabungan usaha
disertai dengan penyerahan saham.
6. Penilaian Perusahaan
Dalam mengevaluasi kegiatan merger dapat digunakan beberapa pendekatan, yaitu:
a. Pendapatan sekarang (present earning)
Pendapatan yang dimaksud dalam pendekatan ini adalah pendapatan per-saham
(earning per share). Menurut pendekatan ini merger layak dilakukan jika
setelah melakukan merger, EPS mengalami peningkatan dibandingkan sebelum
melakukan merger.
Contoh:
Perusahaan A merencanakan merger dengan perusahaan B yang masing-masing
memiliki data keuangan sebagai berikut:
Keterangan Perusahaan A Perusahaan BPendapatan sekarang Rp 20.000.000,00 Rp 5.000.000,00Saham yang Beredar 5 juta lembar 2 juta lembarEPS Rp 4,00 Rp 2,50Harga Saham Rp 64,00 Rp 30,00P/E Ratio 16 12
Perusahaan B setuju menawarkan sahamnya dengan harga Rp 35,00 per
lembar, dibayar dengan saham perusahaan A. Dengan demikian rasio
pertukarannya adalah Rp 35,00/Rp 64,00 atau sama dengan 0,547 saham
perusahaan A untuk setiap lembar saham perusahaan B. Dengan demikian
untuk membeli seluruh saham perusahaan B dibutuhkan saham perusahaan A
sebanyak 0,547 x 2.000.000 lembar = 1.093.750 lembar.
Setelah merger EPS perusahaan A menjadi:
Keterangan Perusahaan APendapatan sekarang Rp 25.000.000,00Jumlah saham yang beredar 6.093.750 lembar
EPS Rp 4,10
Karena setelah merger EPS perusahaan A meningkat dari Rp 4,00
menjadi Rp 4,10, berarti merger layak dilaksanakan.
Bagi mantan pemegang saham perusahaan B, setelah merger
mengalami penurunan EPS. Hal ini terjadi karena untuk setiap lembar
saham perusahaan B, mereka menerima sebanyak 0,547 saham perusahaan
A. Oleh karena itu EPS untuk setiap lembar saham perusahaan B adalah
sebesar 0,547 x Rp 4,10 = Rp 2,24, dibandingkan dengan EPS sebelum
merger sebesar Rp 2,50.
Apabila harga yang disepakati Rp 45,00 untuk setiap lembar saham
perusahaan B, maka rasio pertukaran akan menjadi Rp 45,00/Rp64,00, atau
0,703 saham perusahaan A untuk setiap lembar saham perusahaan B.
Dengan demikian untuk membeli seluruh saham perusahaan B, perusahaan
A harus menerbitkan saham baru sebanyak 1.406.250 lembar saham, (Rp
45,00/Rp64,00 x 2.000.000)
Setelah merger EPS saham perusahaan A menjadi:
Keterangan Perusahaan A
Pendapatan sekarang Rp
25.000.000,00Jumlah saham yang beredar 6.406.250 lembar
EPS Rp 3,90
Setelah merger dengan perusahaan B ternyata EPS perusahaan A
mengalami penurunan. Penurunan EPS akan terjadi, apabila P/E ratio yang
dibayar untuk perusahaan B lebih besar daripada P/E ratio perusahaan A,
yaitu P/E ratio perusahaan B 18 kali, (Rp 45,00/Rp 2,50), sedangkan P/E
ratio perusahaan A 16 kali, (Rp 64,00/Rp 4,00), dan jika sebaliknya akan
mengakibatkan terjadi kenaikan EPS.
Besarnya jumlah kenaikan atau penurunan EPS setelah merger
ditentukan oleh:
a. Perbedaan P/E ratio
b. Ukuran relatif perusahaan yang dinyatakan dengan perbandingan total
pendapatan perusahaan A dengan perusahaan B.
Semakin besar P/E ratio perusahaan yang mengakuisisi (A)
dibandingkan dengan P/E ratio perusahaan yang diakuisisi (B), dan semakin
besar pendapatan perusahaan yang diakuisisi (B) dibandingkan dengan
pendapatan perusahaan yang mengakuisisi (A), maka semakin besar
peningkatan EPS perusahaan yang mengakuisisi (A).
b. Pendekatan Pendapatan yang Akan Datang (Future Earnings)
Apabila keputusan merger hanya didasarkan pada pertimbangan jagka
pendek, yaitu pengaruh terhadap EPS sesaat setelah merger, maka apabila
terjadi penurunan EPS setelah merger menandakan merger tidak layak
dilakukan. Analisis tersebut tidak mempertimbangkan pengaruh jangka panjang
merger terhadap peningkatan EPS di masa yang akan datang. Apabila sinergi
atau efesiensi akibat merger baru dirasakan beberapa waktu kemudian, maka
perkembangan pendapatan yang akan datang (future earnings) penting untuk
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
EPS yang diharapkan dengan dan tanpa marger
EPS
8
6
4
2
Dengan merger
Tanpa merger
0 Tahun
1 2 3 4 5 6
Pada gambar diatas tampak bahwa jika perusahaan melakukan merger, EPS setelah
merger mengalami penurunan sehingga menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
EPS jika tidak melakukan merger. Namun, dalam jangka panjang perkembangan
EPS setelah melakukan merger lebih besar daripada perkembangan EPS jika
perusahaan tidak melakukan merger. Setelah melewati beberapa tahun, EPS
perusahaan jika melakukan merger menjadi lebih tinggi dibandingkan EPS jika
tidak melakukan merger.
c. Penilaian Merger dengan Pendekatan Nilai Pasar (Market Value)
Berdasarkan nilai pasar saham, rasio pertukaran harga pasar saham dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rasio Pertukaran={ harga pasar sahamperusahaan yang membeli}{ jumlah saham yang
ditawarkan }harga pasar saham perusahaan yang dibeli
Contoh : Perusahaan A melakukan merger dengan Perusahaan B yang memiliki
informasi keuangan sebelum merger sebagai berikut :
Keterangan Perusahaan A Perusahaan B
Pendapatan sekarang Rp 20 juta Rp 6 juta
Saham yang beredar 6 juta lembar 2 juta lembar
EPS Rp 3,33 Rp 3
Harga Saham Rp 60 Rp 40
P/E Rasio 18 10
Perusahaan A setuju menawarkan 0,667 saham untuk setiap lembar saham
perusahaan B. Denga demikian rasio pertukaran harga sahamnya adalah :
Rasio Pertukaran= { Rp60 } {0,667 }Rp30
=1,33
Maka Perusahaan B ditawarkan dengan harga = 1,33 x Rp 30
= Rp 40 per lembar
Sehingga untuk membeli seluruh saham Perusahaan B, Perusahaan A harus
menerbitkan saham baru sebanyak Rp 40/Rp60 x 2.000.000 = 1.333.333
lembar saham.
Apabila P/E rasio perusahaan A setelah merger tetap 18, setelah merger
dilakukan, harga pasar saham perusahaan A menjadi :
Keterangan Perusahaan A
Pendapatan sekarang Rp 26 juta (Rp 20 juta+Rp 6 juta)
Saham yang beredar 7.333.333 lembar (6 juta + 1.333.333)
EPS Rp 3,55 (Rp 26 juta/7.333.333)
P/E Rasio 18
Harga Pasar Saham Rp 63,90 per lembar (Rp 3,55 x 18)
Harga Pasar Saham Perusahaan A sebelum melakukan merger adalah Rp 60
sedangkan Harga Pasar Saham setelah melakukan merger adalah Rp 63,90.
Karena setelah melakukan merger dengan Perusahaan B harga pasar saham
Perusahaan A mengalami kenaikan, maka merger layak dilakukan
6. Pembiayaan Merger dan Akuisisi
1. Tunai
Tunai (cash), Pembayaran secara tunai ini dilakukan ketika perusahaan memiliki uang
tunai yang cukup besar. Pembayaran dengan tunai umumnya berasal dari sumber dana laba
ditahan (pembayaran yang dilakukan dengan cara pengurangan modal sendiri),
menerbitkan saham baru dan menjualnya hanya kepada pemegang saham lama saja.
2. Utang
Hutang (debt), saat perusahaan menggunakan kas untuk transaksi, tetapi uang kas tersebut
sebagian besar berasal dari pinjaman pihak ketiga (hutang) yang biasa disebut dengan
leverage buy out.
3. Saham
Saham (stock), jika perusahaan tidak memiliki cukup uang kas atau pemegang saham
target firm masih ingin mempertahankan kepemilikan pada perusahaan hasil merger, maka
alat pembayaran dengan cara pertukaran saham ini dapat digunakan. Pembayaran dengan
menggunakan saham ini terjadi ketika pemegang saham perusahaan pengakuisisi
menyerahkan sejumlah sahamnya kepada pemegang saham perusahaan target sebesar
harga yang dibeli. Perusahaan yang melakukan akuisisi dengan saham harus mendapat
persetujuan dari pemilik saham lainnya.
4. Kombinasi kas, hutang dan saham (combination)
Kombinasi kas, hutang dan saham (combination), pembayaran dengan menggabungkan
kedua atau ketiga unsur tersebut dapat dilakukan bila perusahaan pengakuisisi tidak
memiliki cukup kas, tidak ingin menggunakan seluruh sahamnya, atau tidak ingin
menggunakan hutang seluruhnya untuk membiayai transaksi.