metlit

60
Proposal Penelitian Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kenyamanan Termal Masjid Al-Isra Tanjung Duren, Jakarta Barat DAFTAR ISI Daftar Isi................................................... i Daftar Gambar............................................... iv Daftar tabel................................................. v Pengantar................................................... vi Bab I: Pendahuluan........................................... 1 1.1. Latarbelakang..........................................1 1.2. Pernyataan Masalah.....................................2 1.3. Tujuan.................................................2 1.4. Manfaat Penulisan......................................3 1.5. Sistimatika Penulisan..................................3 bab ii: tinjauan pustaka.....................................5 2.1. Kerangka Tinjauan Pustaka..............................5 2.2. Definisi Kenyamanan Termal.............................6 2.3. Faktor yang mempengaruhi Kenyamanan Termal.............7 2.3.1. Radiasi Matahari...................................8 2.3.2. Pantulan dan Penyerapan............................8 2.3.3. Temperatur dan Perubahan temperatur................9 2.3.4. Kelembapan Udara..................................10 2.3.5. Gerakan Udara.....................................11 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | i

Upload: anggitaindh

Post on 13-Sep-2015

30 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

uas pelajaran metlit

TRANSCRIPT

Daftar IsiDaftar IsiiDaftar GambarivDaftar tabelvPengantarviBab I: Pendahuluan11.1.Latarbelakang11.2.Pernyataan Masalah21.3.Tujuan21.4.Manfaat Penulisan31.5.Sistimatika Penulisan3bab ii: tinjauan pustaka52.1.Kerangka Tinjauan Pustaka52.2.Definisi Kenyamanan Termal62.3.Faktor yang mempengaruhi Kenyamanan Termal72.3.1.Radiasi Matahari82.3.2.Pantulan dan Penyerapan82.3.3.Temperatur dan Perubahan temperatur92.3.4.Kelembapan Udara102.3.5.Gerakan Udara112.3.6.Aktivitas122.4.Elemen bangunan yang mempengaruhi Kenyamanan Termal132.4.1.Faktor Eksternal132.4.2.Faktor Internal142.5.Pengukuran Tingkat Kenyamanan Termal162.5.1.Sensasi Termal162.5.2.Ukuran (index) untuk Kenyamanan Termal176.1.Kenyamanan Termal Dalam Bangunan196.2.MASJID206.2.1.Definisi Masjid206.2.2.Unsur Fisik Masjid216.2.3.Ruang dalam Masjid222.7.4Perkembangan Masjid232.2.Kesimpulan24bab iii: metode253.1.Pendekatan253.2.Lokasi Objek Penelitian273.3.Waktu penelitian293.4.Subjek Penelitian293.5.Sifat Penelitian293.6.Instrumentasi293.6.1.Termometer293.6.2.Thermo-Hygrometer303.6.3.Anemometer313.6.4.Meteran313.6.5.Kuisioner323.7.Variabel333.8.Metode Pengumpulan Data333.8.1.Metode langsung333.8.2.Metode tidak langsung343.9.Jenis Data343.9.1.Data primer343.9.2.Data sekunder353.10.Metode Pengolahan Data353.11.Blok Diagram Metodologi Penelitian36daftar pustaka38

Daftar GambarGambar 1. Kerangka Tinjauan Pustaka5Gambar 2. Jarak Pohon Terhadap Bangunan13Gambar 3. Tampilan Baku Masjid21Gambar 4. Perkembangan Unsur-unsur Arsitektur Masjid22Gambar 5. Foto Udara Masjid Al-Isra27Gambar 6. Masjid Al-Isra28Gambar 7. Suasana Masjid Al-Isra28Gambar 8. Bukaan Jendela Masjid Al-Isra28Gambar 9. Termometer30Gambar 10. Thermo-Hygrometer30Gambar 11. Anemometer31Gambar 12. Meteran31Gambar 13. Contoh Kuisioner32Gambar 14. Box Diagram Metodologi Penelitian36Gambar 15. Daftar Pengukuran Penelitian37

Daftar tabelTabel 1. Skala Pengukuran Sensasi Termal17Tabel 2. Kesimpulan24

PengantarDalam ilmu arsitektur dikenal paling sedikit empat macam kenyamanan: kenyamanan ruang, kenyamanan penglihatan, kenyamanan pendengaran dan kenyamanan termis. kenyamanan adalah bagian dari salah satu sasaran karya arsitektur. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan kejiwaan (rasa aman, tenang, gembira, dll) yang terukur secara subyektif (kualitatif). Sedangkan kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif)Oleh karena itu, suatu bangunan yang baik adalah bangunan yang telah direncanakan selain dari segi keindahan dan fungsinya, perlu diperhatikan juga kenyamanan untuk para penggunanya agar merasa aman, dan nyaman. Seiring kemajuan teknologi, dalam mengusahakan lingkungan menjadi lebih nyaman secara termal, salah satu caranya adalah dengan memasang mesin penyejuk yang biasa dikenal dengan air conditionerMasjid merupakan bangunan ibadah yang dapat kita jumpai hampir pada semua tempat di Indonesia. Bentuk dan ukurannya beragam, mulai dari yang kecil sampai yang paling besar, dari yang sederhana sampai yang mewah, dari yang tradisional sampai yang modern, dari yang kuno sampai yang terbaruDikarenakan Masjid adalah tempat ibadah yang sering sekali digunakan, maka perlu peninjauan apakah Masjid tersebut sudah dalam keadaan nyaman dalam kondisi termal sesuai dengan konsep bukaan yang diterapkan.Proposal Penelitian Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kenyamanan TermalMasjid Al-Isra Tanjung Duren, Jakarta Barat. 2 International Seminar Enhancing...May 2010 ISBN no..Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | iv

Bab I: Pendahuluan1.1. LatarbelakangDalam ilmu arsitektur dikenal paling sedikit empat macam kenyamanan: kenyamanan ruang, kenyamanan penglihatan, kenyamanan pendengaran dan kenyamanan termis. Dalam kenyamanan termis, manusia merasakan sensasi panas atau dingin sebagai wujud respon dari sensor perasa pada kulit terhadap stimuli suhu di sekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan rangsangan rasa kepada otak, dimana otak akan memberikan perintah kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi guna mempertahankan suhu tubuh agar tetap berada pada sekitar 37o C. Hal ini diperlukan organ tubuh agar dapat menjalankan fungsinya secara baik. (Karyono, 2001)Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis lembab, dengan memiliki spesifikasi intensitas radiasi matahari yang kuat, temperatur udara yang relatif tinggi, kelembaban udara yang tinggi, serta keadaan langit yang selalu berawan dimana faktor-faktor ini selalu terjadi hampir sepanjang tahun. batas-batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa adalah pada kisaran suhu udara 22,5C - 29C dengan kelembaban udara 20 50%. Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai kenyamanan tersebut harus dipertimbangkan dengan kemungkinan kombinasi antara radiasi panas, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara (Lippsmeir, 1994).Rilatupa (2008) mengemukakan bahwa kenyamanan adalah bagian dari salah satu sasaran karya arsitektur. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan kejiwaan (rasa aman, tenang, gembira, dll) yang terukur secara subyektif (kualitatif). Sedangkan kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif); yang meliputi kenyamanan spasial, visual, auditorial dan termal . Oleh karena itu, suatu bangunan yang baik adalah bangunan yang telah direncanakan selain dari segi keindahan dan fungsinya, perlu diperhatikan juga kenyamanan untuk para penggunanya agar merasa aman, dan nyaman.Arah bangunan yang menghadap atau membelakangi sinar matahari berpengaruh terhadap kenyamanan, selain itu letak maupun jumlah ventilasi yang terkait dengan pertukaran udara juga berpengaruh terhadap kenyamanan. (Susanti dan Aulia, 2013). Seiring kemajuan teknologi, dalam mengusahakan lingkungan menjadi lebih nyaman secara termal, salah satu caranya adalah dengan memasang mesin penyejuk yang biasa dikenal dengan air conditioner (Satwiko, 2008).Masjid merupakan bangunan ibadah yang dapat kita jumpai hampir pada semua tempat di Indonesia. Bentuk dan ukurannya beragam, mulai dari yang kecil sampai yang paling besar, dari yang sederhana sampai yang mewah, dari yang tradisional sampai yang modern, dari yang kuno sampai yang terbaru (Prasetyo, 2003). Dikarenakan Masjid adalah tempat ibadah yang sering sekali digunakan, maka perlu peninjauan apakah Masjid tersebut sudah dalam keadaan nyaman dalam kondisi termal sesuai dengan konsep bukaan yang diterapkan.1.2. Pernyataan MasalahLatar belakang yang telah dikemukakan di atas, pernyataan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar pengaruh bukaan jendela terhadap kenyamanan termal Masjid Al-Isra bagi pengunjung?2. Berapa suhu nyaman dan rentang suhu di dalam ruang Masjid Al-Isra?1.3. TujuanTujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bukaan jendela terhadap kenyamanan termal Masjid Al-Isra bagi pengunjung.2. Mengetahui suhu nyaman dan rentang suhu di dalam Masjid Al-Isra ini.1.4. Manfaat PenulisanSebagai penambah wawasan untuk kenyamanan termal pada bangunan kepada para perancang bangunan bahwa bangunan yang baik itu tidak hanya dilihat dari estetikanya dan fungsinya namun hal yang juga penting yang perlu diperhatikan adalah kenyamanan pengguna dan perencanaan yang matang dari bangunan tersebut.1.5. Sistimatika PenulisanSecara garis besar penulisan penelitian ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu: pendahuluan, landasan teori, metodologi penelitian, pengumpulan dan pengolahan data, analisis, dan kesimpulan.BAB I: PENDAHULUANDalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian mengapa penelitian ini dilakukan dan perumusan masalah untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai di akhir penelitian ini. Setelah itu menjelaskan tentang sistematika penulisan yang menjadi gambaran awal proses penelitian ini dimulai.BAB II: LANDASAN TEORIDalam bab ini menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu mengenai teori kenyamanan termal, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal, pengukuran tingkat kenyamanan termal,penelitian kenyamanan termal di indonesia, dan suhu nyaman yang direkomendasikan di Indonesia yang digunakan sebagai dasar untuk penyelesaian masalah dan analisis yang dilakukan.BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab ini menjelaskan letak lokasi studi dan subyek yang akan dituju untuk penelitian yang dilakukan.

BAB IV: METODOLOGI PENELITIANBab ini menguraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian dari awal sampai akhir danbagaimana data di peroleh.BAB V: HASIL DAN PEMBAHASANBab ini berisikan data kuisioner dan data pengukuran kenyamanan termal dari mahasiswa di ruang kelas perkuliahan yang dikumpulkan, pengolahan data yang dilakukan dan analisis terhadap hasil penelitian yang dilakukan untuk melihat kesesuaian hasil yang didapatkan dengan tujuan yang ditetapkan.BAB VI: KESIMPULAN Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari permasalahan penelitian yang dilakukan dan pembuatan saran dari permasalahan yang ada dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

bab ii: tinjauan pustaka2.1. Kerangka Tinjauan Pustaka

Gambar 1. Kerangka Tinjauan PustakaSumber: Data Pribadi

2.2. Definisi Kenyamanan TermalDefinisi kenyaman termal adalah :1. Kenyamanan termal adalah perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termalnya. Di syaratkan, kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90 persen responden yang diukur menyatakan nyaman secara termal. (ASHRAE 55, 1992)2. Kenyaman termal adalah suatu interaksi termal antara manusia dan persekitarannya yang memuaskan pikiran manusia. Manusia sebagai individu memiliki sifat sifat yang sangat bervariasi seperti sifat-sifat fisik, sifat dan kemudahan menyesuaikannya, sehingga mungkin menyediakansebuah suhu ideal yang boleh memuaskan semua kelompok sebagai persekitaran termal. (Auliciems, 1977).3. Kenyamanan termal adalah suatu kondisi dimana terciptanya keseimbangan termal yang tetap antara tubuh manusian dengan lingkungannya. Definisi lainnya adalah batas-batas dari kondisi iklim yang dianggap nyaman dan dapat ditoleransi dalam bangunan yang berarti ketiadaan sensasi (panas atau dingin) ketidak nyamanan termal pada bangunan. (Givoni, 1998)Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan termal adalah suatu perasaan atau pikiran nyaman manusia dalam mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan di sekitarnya. Yang dimana kenyamanan termal tersebut dapat tercipta dari kondisi iklim disekitar. Suatu kenyamanan termal dapat di ukur berdasarkan 90% responden menyatakan nyaman secara termal. Selain pengaruh dari iklim, sifat fisik yang dapat menyesuaikan untuk menjadi suhu juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal. Suhu manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar 21C. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20C suhu nyaman untuk kulit tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari sekeliling permukaan (plafon,dinding, pintu, jendela dan lantai) juga ikut mempengaruhi kenyamanan ruang. Sementara itu, pengaruh kelembaban udara pada kenyamanan ruang tidak sebesar pengaruh suhu udara. (Hoppe, 1988)Ada tiga pemaknaan kenyamanan thermal menurut (Hoppe, 1988).1. Pendekatan thermophysiological adalah nyaman dan tidaknya lingkungan thermal akan tergantung pada menyala dan matinya signal syarat reseptor thermal yang terdapat di kulit dan otak.2. Pendekatan heat balance (keseimbangan panas) adalah kenyamanan thermal dicapai bila aliran panas keadaan dari badan manusia seimbang dan temperatur kulit serta tingkat berkeringat badan ada dalam range nyaman.3. Pendekatan psikologis adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan thermalnya.Di antara tiga pemaknaan tersebut, pemaknaan berdasarkan pada pendekatan psikologis lebih banyak digunakan oleh pakar pada bidang ini. Standar kenyamanan termis dari Internasional Standard, (ISO 7730, 1994) menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap suhu merupakan fungsi dari empat faktor iklim yaitu, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, dan kecepatan angin, serta dua factor individu yakni, tingkat kegiatan yang berkaitan dengan tingkat metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan.Menurut Olgay (1963), tingkat produktivitas dan kesehatan manusia sangat dipengrauhi oleh kondisi iklim setempat. Apabila kondisi iklim (berkaitan dengan suhu udara, kelembaban, radiasi matahari, angin, hujan, dsbnya) sesuai denan kebutuhan fisik manusia, maka tingkat produktivitas dapat mencapai titik maksimum.2.3. Faktor yang mempengaruhi Kenyamanan TermalSzokolay (1975) menyebutkan kenyamanan tergantung pada variabel iklim (matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan beberapa faktor individual/subyektif seperti pakaian, aklimatisasi, usia dan jenis kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna kulit.Lippsmeier (1994) menjelaskan faktor-faktor (persyaratan) yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kemampuan mental dan fisik penghuni yaitu :1. Radiasi matahari2. Pantulan dan penyerapan3. Temperatur dan perubahan temperature4. Kelembapan udara5. Gerakan udara2.3.1. Radiasi MatahariRadiasi matahari adalah penyebab semua ciri umum iklim dan radiasi matahari yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Jarak terpendek adalah radiasi vertikal. Secara teoritis, insolasi tertinggi akan sampai di permukaan bumi tegak lurus yaitu antara tropis cancer dan capricorn. Pengaruh radiasi pada suatu tempat tertentu dapat ditentukan terutama oleh :1. Durasi radiasi, dipengaruhi oleh musim, garis lintang geografis tempat pengamatan, destiny awan2. Intensitas, di pengaruhi oleh energi radiasi absolut, hilangnya energi pada atmosfir, sudut jatuh pada bidang yang disinari, penyebaran radiasi.3. Sudut jatuhHampir semua energy panas yang diterima bumi berasal dari radisari matahari. Spektrum radiasi matahari meliputi sinar ultraungu, sinar- sinar yang dapat ditangkap indra penglihatan, dan sinar infra merah. Sinar infra merah merupakan media utama energy dalam wujud panas (Gut, 1993)2.3.2. Pantulan dan PenyerapanMenurut Fanger (1976), pakaian yang digunakan akan mempangaruhi pertukaran kalor antar tubuh dan persekitaran sekelilingnya, yang juga akan memberi pengaruh pada kenyamanan. Bahan pakaian yang baik untuk digunakan adalah bahan pakaian yang dapat menyerap keruingan dan memantulkan kalor yang diterima tubuh. Pada suhu udara yang rendah, pakaian yang tebal diperlukan untuk menjaga pelepasa kalor tubuh kepada persekitarannya. Di daerah yang beriklim panas, manusia cenderung menggunakan pakaian tipis dan longgar.Jenis pakaian yang dikenakan oleh seseorang akan berpengaruh pada pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga akan menentukan tingkat kenyamanan dari orang yang bersangkutan. Karena panas yang ditimbulkan tubuh harus dibuang ke lingkungan di sekitarnya dalam rangka mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan pada sekitar 37C, pakaian yang dikenakan oleh seseorang akan menghambat pelepasan panas dari tubuh ke lingkungan di sekitarnya. (Sulistiawan, 2014)Sulistiawan (2014) juga mengemukakan Pada suhu udara yang rendah (dingin), pakaian tebal diperlukan untuk menahan pelepasan panas dari tubuh ke udara sekitarnya. Sebaliknya pada suhu udara tinggi (dimana suhu udara mendekati atau melebihi suhu kuit, pakian tipis dan longgar akan diperlukan untuk mempermudah pelepasan panas tubuh ke udara di sekitarnya. Dalam banyak hal, pakaian dapat mencerminkan keadaan iklim setempat. Di daerah yang beriklim panas orang cenderung berpakaian tipis, sebaliknya di Negara yang beriklim dingin orang cenderung berpakaian tebal.2.3.3. Temperatur dan Perubahan temperaturSuhu adalah ukuran rata-rata getaran energi dari molekul-molekul suatu substansi, maka suhu adalah ukuran dari konsentrasi panas dalam suatu substansi. Seringkali diartikan bahwa pada suhu yang tinggi, substansi mengandung lebih banyak panas. (Moore,1993). Pada kasus ini, yang dimaksud dengan suhu udara adalah jumlah panas yang dikandung udara, yang disebabkan oleh tiga bentuk perpindahan panas, yaitu konduksi, radiasi dan konveksi. Ukuran suhu udara pada umumnya adalah derajat Fahrenheit atau Celcius.Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi nyaman (termal) manusia. Suhu manusia (yang dijadikan samper percobaan) naik ketika suhu ruang (dimana manusia ini berada) dinaikkan hingga sekitar 21C. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20C suhu nyaman untuk kulit tercapai. Percobaan ini dilakukan pada suhu radiasi rata-rata (Tmrt) 20C, kelembaban 50% dan kecepatan angin 0.05 m/s. (Hoppe, 1988)Kondisi temperatur udara harian normal menunjukan bahwa panas tertinggi dicapai kira-kira dua jam setelah tengah hari karena pada saat itu, radiasi matahari langsung bergabungdengan temperature udara yang sudah tinggi. Karena itu, penambahan panas terbesar terdapat pada fasade barat suatu bangunan. Sebagai patokan umum dapat dianggap bahwa temperature tertinggi sekitar 2 jam setelah posisi matahari tertinggi dan temperatur terendah sekitar 1 s/d 2 jam sebelum matahari terbit. Temperatur sudah mulai naik lagi sebelum matahari terbit disebabkan oleh penyebaran radiasi pada langit. (Kusumawanto, 1996).Standar kenyamanan termal untuk suhu yang digunakan ada tiga yaitu :1. SNI-14-1993-03 menyatakan daerah kenyamanan termal pada bangunan yang di kondisikan untuk orang Indonesia yaitu : Sejuk nyaman, antara suhu efektif 20.8C 22.8C Nyaman optimal, ntara suhu efektif 22.8 C 25.8C Hangat nyaman, antara suhu efektif 25.8C 27.1C2. Basaria (2005) menyatakan suhu nyaman menurut tata cara perencanaan teknis konservasi energy pada bangunan adalah : Sejuk nyaman, yaitu 20.5C 22.8C Nyaman optimal, yaitu 25.8C 25.8C Hangat nyaman, yaitu 25.8C 27.1C3. MENKES NO.261/MENKES/SK/II/1998 menyatakan penyehatan suhu ruangan yaitu : 18C - 26C.Lechner (2001) menyatakan Suhu udara akan menentukan kecepatan panas yang akan hilang sebagian besar secara konveksi diatas 98F, aliran udara berbalik dan akan mendapat panas dari udara, jangkauan kenyamanan untuk sebagian besar orang 89% bisa mencapai hingga 68F (20C) di musim dingin dan 78F (25.5C) pada musim panas.2.3.4. Kelembapan UdaraSecara umum pengaruh kelembaban terhadap iklim ruang (dalam bangunan) tidaklah sebesar pengaruh suhu udara (Ta), atau suhu radiasi ratarata (Tmrt). Pada kondisi dimana Ta = Tmrt = 20C dan kecepatan angin, Va = 0.05 m/s, kenaikkan RH dari 30% hingga sekitar 75% hanya akan meningkatkan suhu rata-rata kulit (Tsk), sebesar 1C. Pada kondisi nyata, manusia dari daerah beriklim kering kemungkinan besar akan menderita apabila berkunjung ke daerah beriklim lembab. (Hoppe, 1988)Menurut Lippsmeier (1994) daerah iklim tropis lembap berada disekitar khatulistiwa sampai sekitar 15 utara dan selatan. Indonesia berada dalam daerah tropis lembap ini, dengan ciri-ciri antara lain:1. Kelembapan udara yang tinggi dan temperatur udara yang relatif panas sepanjang tahun. Kelembapan udara rata-rata adalah 80%, akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00 pagi dan minimum pukul 14.00. kelembapan ini hampir sama untuk dataran rendah, temperatur rata-rata sekitar 32 C. Makin tinggi letak suatu tempat terhadap permukaan laut, maka temperatur udara akan berkurang rata-rata 0,6 C untuk kenaikan 100 m.2. Curah hujan yang tinggi dengan rata-rata 1500-2500 mm/tahun.3. Radiasi matahari global horizontal rata-rata harian adalah 400 watt/m, dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun.4. Keadaan langit pada umumnya selalu berawan.Standar kenyamanan termal untuk kelembapan udara yang digunakan ada tiga yaitu:1. Lippsmeir (1994) menyatakan kelembapan udara relative yaitu 20 50 %2. MENKES (1998) menyatakan kelembapan udara yang sehat itu yaitu 40 % 60%3. SNI (1993) menyatakan daerah kenyaman termal padsa bangunan yang dikondisikan untuk orang Indonesia yaitu 40 % - 70 %2.3.5. Gerakan UdaraAngin terjadi karena perbedaan tekanan udara suatu area dengan area sekitarnya. Angin mengalir dari daerah bertekanan udara tinggi ke rendah. Dalam proses pergerakanannya angin membawa dingin dan juga uap air di udara . Kecepatan angin dalam ruang dipengaruhi oleh bentuk geometri gan lokasi bukaan pada ruang tersebut. Semakin besar nilai kecepatan angin (udara) akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu kulit rata-rata (Tsk). Ketika kecepatan udara meningkat dari 0,00 m/s menjadi 0,002 m/s, nilai Tsk akan turun sekitar 2C.Standar ISO dan ASHRAE, merumuskan angka maksimum untuk kecepatan udara pada ruang kantor yakni sebesar 0.25 m/s untuk kondisi musim panas. Angka ini diperkirakan dapat digunakan bagi kondisi iklim tropis basah seperti halnya di Indonesia.Standar kenyamanan termal untuk kecepatan udara yang digunakan ada tiga yaitu :1. Lippsmeir (1997) menyatakan bahwa patokan untuk kecvepatan angin ialah : 0.25 m/s ialah nyaman, tanpa dirasakan adanya gerakan udara 0.25 0.5 m/s ialah nyaman, gerakan udara terasa 1.0 1.5 m/s aliran udara ringan sampai tidak menyenangkan Diatas 1.5 m/s tidak menyenangkan.2. Lechner (2001) menyatakan jangkauan yang nyaman untuk kecepatan angin berkisar antara 20 hingga 60 kaki/menit (fpm) kurang lebih 0.6 mph 2 mph3. Menurut MENKES NO.261/MENKES/SK/11/1998, laju angin ruangan yaitu 0.15 sampai 0.25 m/sGivoni (1998) menyatakan pada setiap tingkat kecepatan angin dapat menurunkan kadar kebasahan kulit maka penaikan kecepatan angin tetap dapat dirasakan perlu dalam menciptakan kenyamanan termal. Kecepatan angin yang menimbulkan rasa segar berkisar antara 0.15 0.3 m/s.2.3.6. AktivitasMclntyre (1980) menyatakan bahwa basal metabolisme manusia menurun seiring dengan bertambahnya usia. Sebagai perbandingan, basal metabolisme laki-laku menurun dari 49 W/m2 (pada usia 20 tahun) menjadi 44 W/m2 pada usia 40 dan menurun lagi menjadi 41 W/m2 pada usia 60 tahun. Sementara itu pada wanita laju metabolisme tersebut turun dari 43 W/m2 pada usia 20 tahun dan menjadi 41 W/m2 pada usia 40 tahun dan menurun lagi menjadi 38 W/m2 pada usia 60 tahun. Dari sini juga terlihat bahwa laju metabolisme pria lebih tinggi dibanding wanita pada usia yang sama.Jenis aktifitas berpengaruh pada laju metabolisme tubuh manusia. Laju metabolisme pada tubuh manusia bervariasi tergantung dari jenis aktifitas yang dilakukannya. Laju metabolisme dinyatakan dalam satuan met (metabolic rate atau laju metabolisme), yang didefinisikan sebagai laju metabolisme tubuh per satuan luas tubuh manusia dalam keadaan istirahat (duduk dan diam); 1 met setara dengan 50 kcal/h.m2 (Sulistiawan, 2014)2.4. Elemen bangunan yang mempengaruhi Kenyamanan Termal2.4.1. Faktor Eksternal VegetasiLippsmeier (1997) memperlihatkan suatu hasil penelitian di Afrika selatan, pada ketinggian 1m di atas permukaan perkerasan (beton) menunjukkan suhu yang lebih tinggi sekitar 4C dibandingkan suhu pada ketinggian yang sama di atas permukaan rumput. Perbedaan ini menjadi sekitar 5C apabila rumput tersebut terlindung dari radiasi matahari.Menurut White (1975) kedekatan pohon terhadap bangunan mempengaruhi ventilasi alami dalam bangunan.

Pohon berjarak 9 m dari Bangunan, gerakan udara di dalam bangunan semakin besar/baikPohon berjarak 3 m dari Bangunan.Pohon berjarak 1,5 m dari Bangunan

Gambar 2. Jarak Pohon Terhadap BangunanSumber: Sumber : Concept in Thermal Comfort Unsur AirUntuk memodifikasi udara luar yang terlalu panas masuk ke dalam bangunan dapat dilakukan dengan membuat air mancur di dalam bangunan. Keberadaan air akan menurunkan suhu udara di sekitarnya karena terjadi penyerapan panas pada proses penguapan air. Selain menurunkan suhu udara, proses penguapan akan menaikkan kelembaban. Untuk daerah iklim tropis basah seperti di Indonesia yang memiliki kelembaban yang tinggi maka peningkatan kelembaban harus dihindarkan. Oleh sebab itu penggunaan unsur air harus mempertimbangkan adanya gerakan udara (angin) sehingga tidak terjadi peningkatan kelembapan.2.4.2. Faktor Internal Orientasi BangunanGivoni (1998) mengatakan bahwa orientasi bangunan mempengaruhi kondisi dalam ruang pada dua hal yang berhubungan dengan faktor iklim yaitu:1. Radiasi matahahari dengan efek pemanasannya terhadap dinding dan ruang.2. Masalah-masalah yang berhubungan dengan ventilasi seperti arah yang berlaku pada bangunan.Pertimbangan orientasi bangunan yang didasarkan pada radiasi matahari kadang jauh berbeda dengan yang didasarkan pada arah angin. Maka untuk menentukan orientasi yang akan dipilih harus didasarkan dari evaluasi keuntungan dari setiap faktor, yang juga ditentukan oleh faktor temperatur dan kelembapan udara setempat. VentilasiVentilasi adalah aliran udara dari lingkungan kedalam bangunan, yang terjadi bila bukaan berada pada titik yang terjadi perbedaan tekanan udara. Sedangkan dengan ventilasi adalah suatu kondisi yang memungkinkan udara luar untuk dapat masuk melalui bukaan pada satu sisi bangunan yang berlokasi pada daerah bertekanan tinggi mengalir dalam bangunan, dan keluar melalui outlet yang berlokasi ditekanan rendah dari bangunan.Fungsi dari ventilasi cukup penting dalam menciptakan ruang dalam bangunan yang nyaman. Bahkan ada suatu pendapat bahwa pasa musim panas kenyamanan termal sering diasosiasikan dengan banyaknya ventilasi dan tingginya frekuensi angin yang diterima bangunan.Fungsi ventilasi :1. Mempertahankan kualitas udara dalam bangunan dengan mengganti udara dalam bangunan dengan udara segar dari luar bangunan.2. Memberikan kenyamanan termal dengan cara meningkatakan pelepasan panas dari tubuh dan menghindari terjadinya ketidaknyamanan karena kulit yang basah.3. Mendinginkan struktur bangunan.Ventilasi bisa dihasilkan dari pintu, jendela dan bukaan lain. Ventilasi bangunan tergantung dari:1. Orientasi bangunan,terutama orientasi bukaan yang disesuaikan dengan arah angin.2. Luas area bukaan pada tempat yang memiliki perbedaan tekanan udara.3. Tipe jendela dan detail dari bukaan.4. Interior yang dilalui angin5. Detail dari udara menuju bangunan. JendelaJendela merupakan salah satu bentuk ventilasi pada bangunan.tapi disamping itu fungsinya sebagai ventilasi, jedela kadangkala membawa masalah pada kenyamanan termal dalam ruang. PintuPintu mempunyai fungsi utama sebagai alat sirkulasi manusia pada bangunan. Selain dari fungsi tersebut juga dapat digunakan untuk memasukkan sinar matahari dan aliran udara kedalam bangunan dan keluar bangunan. MaterialPanas masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi (lewat dinding, atap, jendela kaca) dan radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca. Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet (6%), cahaya tampak (48%) dan sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat besar (46%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan serta jenis dan tebal kaca yang digunakan.2.5. Pengukuran Tingkat Kenyamanan Termal2.5.1. Sensasi TermalMcIntyre (1980) menyatakan sensasi yang dirasakan seseorang tidak dapat diperkirakan atau diprediksi secara sederhana akibat stimuli dari suhu udara atau faktor iklim yang lain seperti halnya kelembaban dan kecepatan angin. Tujuan utama dari penelitian mengenai kenyamanan termal (suhu) adalah untuk untuk mengetahui suhu ruang yang paling optimal dari sekelompok orang yang tengah melakukan kegiatan tertentu. Menurut McIntyre (1980), sensasi termal yang dirasakan oleh seseorang dipengaruhi oleh hal-hal berikut: Sensitivitas sensor termal manusia yang terletak dibawah kulit dimana stimuli termal mengenai bagian tersebut. Daerah yang mengalamai stimuli: semakin besar daerah tersebut semakin banyak sensor yang menerima stimuli, secara langsung akan memperkuat sensasi yang dialami. Kemampuan adaptasi dari tiap individu yang berbeda terhadap stimuli termal.Untuk dapat memahami secara kuantitatif, secara termal manusia terhadap stimuli yang diterimanya seperti halnya terhadap faktor iklim (suhu udara, lembaban, dsb.), sensasi tersebut harus dapat diekspresikan atau dinyatakan dalam angka atau skala. Penggunaan skala dalam menyatakan sensasi termal tealh dirintis sejak tahun (Yaglou 1927) dan (Bedford 1936).Skala yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah skala yang berdasarkan pada tujuh angka. Humphreys dan Nicol (1994), juga melakukan modifikasi terhadap skala yang digunakan Bedford. Beberapa skala yang bervariasi hingga menggunakan 25 angka telah digunakan oleh beberapa peneliti. Meskipun demikian, hasil terakhir dari penelitian psikologi memperlihatkan bahwa skala dengan tujuh bilangan merupakan skala yang terbaik untuk digunakan dalam pengukuran sensasi termal menurut Mclntre (1980).Tabel 1. Skala Pengukuran Sensasi TermalSkala BedfordNilaiHumphreys & NicolNilaiSkala ASHREANilai

Much too warmSangat panas7Much too warmSangat panas7Very HotPanas Sekali+3

Too warmTerlalu panas6Too warmTerlalu panas6Warmpanas+2

Comfortably warmHangat nyaman5Comfortably warmHangat nyaman5Slightly warmHangat+1

ComfotableNyaman4Neither cool nor warmTidak dingin atau panas4NeutralNetral0

Comfortbly coolDingin-nyaman3Comfortbly coolDingin-nyaman3Slightly coolSejuk-1

Too coolTerlalu dingin2Too coolTerlalu dingin2Cooldingin-2

Much too coolSangat dingin1Much too coolSangat dingin1Very ColdDingin Sekali-3

Sumber : Mclntre 19802.5.2. Ukuran (index) untuk Kenyamanan Termal Suhu UdaraSalah satu faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan manusia adalah suhu udara. Meskipun suhu udara tidak dikategorikan sebagai index termal, namun dalam kebutuhan praktis sehari-hari suhu udara sering sekali dikaitkan atau digunakan memperkirakan tingkat kenyamanan. Suhu udara rendah diperkirakan akan memberikan sensasi termal dingin sementara suhu udara tinggi diperkirakan akan memberikan efek panas pada tubuh manusia. (Sulistiawan, 2014)Bagi kebutuhan praktis, dimana hanya tersedia alat termometer, maka pengukuran sensasi termal dapat langsung dikaitkan dengan bacaan suhu udara pada termometer. PMV Fanger (1976)Terdapat beberapa standart yang menentukan kenyamanan termal. Dalam ISO STANDAR 7730 disebutkan bahwa standar kenyamanan termal adalah sebagai berikut: 3. Pada standar ini, kenyamanan termal didefinisikan sebagai kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan termal terhadap lingkungan termal 4. Standar menghadirkan metode untuk memperkirakan sensasi termal dan derajat ketidakpuasan termal (thermal dissatisfaction) manusia5. Menetapkan kondisi lingkungan yang bisa diterima untuk kenyamanan 6. Menggunakan lingkungan indoor di mana tujuannya adalah untuk mencapai kenyamanan termal, atau lingkungan indoor di mana terjadi penyimpangan kenyamanan. Predicted mean vote (PMV) merupakan index yang diperkenalkan oleh Fanger (1982) untuk mengindikasikan rasa dingin dan hangat yang dirasakan oleh manusia. PMV merupakan index yang memperkirakan respon sekelompok besar manusia pada skala sensasi termal ASHRAE berikut:+3 hot+2 warm+1 slightly warm0 neutral-1 slightly cool-2 cool-3 coldPMV mempertimbangkan beberapa faktor yang berhubungan dengan keseimbangan termal di dalam tubuh yaitu (Charles dan Kate, 2003) : Faktor lingkungan, terdapat empat parameter lingkungan yang dipertimbangkan, yaitu temperatur udara, temperatur radiasi, kecepatan aliran udara, dan kelembaban udara. Tingkat aktivtitas, berpengaruh kepada metabolisme tubuh yaitu energy yang dikeluarkan akibat aktivitas otot. Jenis pakaian, setiap jenis pakaian memiliki daya serap terhadap panas yang berbeda-beda.6.1. Kenyamanan Termal Dalam BangunanTemperatur nyaman bagi manusia merupakan fungsi dari temperatur udara luar rata-rata dan temperatur rata-rata dalam bangunan (Humphreys, Nicol, Auliciems dalam Karyono, 2000). Sedangkan menurut Sugini (2005), Standart effective temperature (SET) merupakan suatu indeks termal yang menggambarkan kondisi sensasi termal terkait dengan faktor iklim yang pasti dari air temperature (Ta), mean radiant temperature (MRT), relative humidity (RH), wind velocity (V), yang berpengaruh pada manusia dengan suatu level tertentu yang dipengaruhi pakaian serta sedang melakukan aktivitas tertentu yang menghasilkan metabolisme tubuh.Ruang-ruang yang berplafon tinggi juga menjadi salah satu cara untuk menghindari panas dalam ruang menurut, Sumalyo (1993). Hampir semua bangunan mempunyai gang-gang mengelilingi ruang-ruang pada bagian luar, bagian ini mempunyai fungsi ganda, sebagai penghubung, isolasi panas dan sinar matahari langsung menurut Sukawi (2011). Teori Fanger dalam Basaria (2005), kenyamanan termal yang dapat dirasakan manusia merupakan fungsi dari factor iklim serta dua factor individu yaitu jenis aktifitas yang berkaitan dengan metabolism tubuh serta jenis pakaian yang digunakan. Sedangkan menurut Szokolay dalamManual of Tripical and Building dalam Basaria (2005), menyebutkan kenyamanan tergantung pada variable iklim (matahari/radiasinya, suhu udara, kelembababn udara, dan kecepatan angin) dan beberapa factor individual/subyektif seperti pakaian, aktimatisasi, usia dan jenis kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna kulit. Menurut Humpheys dan nicol dalam basaria (2005), kenyamanan suhu juga dipengaruhi oleh adaptasi dari masing-masing individu terhadap suhu luar disekitarnya.Houghton dan Yaglou (dalam Determining Lines of Equal Comfort _Vol. 29, 1923), menyatakan kenyamanan sebagai fungsi dari radiasi panas, temperatur, kelembaban udara dan gerakan udara yang disebut sebagai Temperatur Efektif (TE). Sedangkan menurut Lipsmeier (1994), menunjukkan beberapa penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam Temperatur Efektif/TE) berbeda-beda tergantung kepada lokasi geografis dan subyek manusia (suku bangsa) yang diteliti.6.2. MASJIDDalam sejarah Islam disebutkan bahwa Masjid pertama di dunia adalah Masjid Quba. Masjid dibangun saat Rasulullah tengah dalam perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah pada abad ke-6 Masehi. Masjid kedua dibangun saat Rasulullah tiba di Madinah, yaitu Masjid Nabawi pada abad ke-7 Masehi. Rasulullah Muhammad SAW adalah manusia yang pertama kali meneladani dalam memperluas dan memperkaya fungsi masjid. Masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan pemerintahan. Sebagai jantung kota Madinah saat itu, Masjid Nabawi digunakan untuk kegiatan politik, perencanaankota, menentukan strategi militer dan untuk mengadakan perjanjian kerja sama, bahkan di area sekitarnya digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh fakir miskin. Setelah Nabi wafat, Masjid Nabawi tetap dijadikan sebagai pusat kegiatan para Al-Khulafa Al-Rasyidun sepanjang tahun 632-660 (Syamsiyah, 2013)6.2.1. Definisi MasjidDefinisii Masjid menurut para ahli:1) masjid adalah Tempat untuk bersujud. Namun dalam arti terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti yang luas (universal). (Muhaimin, 2003).2) Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab, yang artinya perbuatan atau pernyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama, segala usaha lahir batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya, dan upacara yang berhubungan dengan agama. (Rahadian, 2011)6.2.2. Unsur Fisik MasjidMenurut Rahadian (2011) Arsitektur Masjid yang terdiri dari elemen-elemen arsitekturalnya: denah, pilar, mihrab, kubah, minaret, muqarnas, sampai ke hiasan kaligrafinya, secara keseluruhan menyatu membentuk kalimat yang berperan mengantar masuk menuju realitas tertinggi bagi kehidupan spiritual. Namun arah kiblat dan posisi imam serta makmum adalah pokok utama yang harus terpenuhi. Unsur lain seperti tempat wudhu, minaret, mimbar, adalah kelengkapan sekunder saja bukan yang wajib harus diadakan.

Gambar 3. Tampilan Baku MasjidSumber: Fanani

Namun ketika diposisikan sebagai lambang, bidang-bidang geometrik pembentuk wujud arsitekturalnya, apakah itu persegi, bulatan, bujur sangkar maupun lingkaran yang mengusung konsep spiritual matematikanya. Garis dan bilangan yang terkandung di dalamnya bukan sekedar menunjukan dimensi kuantitatifnya. Namun, merupakan jabaran dari keberagaman yang terhubung sekaligus pada aspek kualitatif, mengumandangkan pesan sesuatu. Sebuah panduan unsur-unsur yang bersatu menciptakan keselarasan dan keindahan. (Rahadian, 2011)

Gambar 4. Perkembangan Unsur-unsur Arsitektur MasjidSumber: Fanani6.2.3. Ruang dalam MasjidRuang dalam adalah ruang yang tak dapat ditampilkan secara lengkap dalam bentuk apapun dan hanya dapat dipahami dan dirasakan melalui pengalaman langsung. Memahami ruang, mengetahui bagaimana melihatnya, merespon berbagai macam bentuk dan pengolahan ruang, serta pengaruhnya terhadap intelektual maupun emosional mereka. Implementasi pengalaman ruang dalam pada fasilitas ibadah dominan menggunakan variabel pencahayaan dan skala ruang, penggabungan dua hal tersebut dengan didukung variable lainnya memberikan suasana spiritual dan skala ruang yang demikian besar. Variabel pencahayaan dan skala ruang masih tetap dominan pada interior fasilitas ibadah mesjid. Pendaran yang dibiaskan lampu-lampu memberikan kesan spiritual, juga berfungsi mengembalikan skala manusia dibangunan yang besar dan luas. (Rahadian, 2011)2.7.4Perkembangan MasjidPerkembangan masjid hingga saat ini, selain sebagai tempat sujud kepada Allah SWT, tempat sholat, tempat beribadah dan tempat mendekatkan diri kepada Allah SWT. juga berfungsi sebagai (Ayub, dkk, 1996) dan (Gazalba, 1962) : Tempat Itikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan pribadi. Tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalanpersoalan yang timbul dalam masyarakat. Tempat membina keutuhan ikatan jamaah, kegotongroyongan dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Tempat untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan agama/addien. Tempat pembinaan dan pengembangan kader pemimpin umat. Tempat memberikan pelayanan dan pertolongan kepada masyarakat yang memerlukan melalui berbagai kegiatan sosial. Tempat mengumpulkan dana (dalam bentuk zakat, shodaqoh, infaq, dll) , menyimpan dan membagikannya.

2.2. KesimpulanTabel 2. KesimpulanNOFAKTOR-FAKTORABCDE

1KenyamananTermalHoppe, P.Givoni, ManOlgay, V.ASHRAEISO 7730

2Faktor Kenyamanan TermalLippsmeir, G.McIntyre, D.A.Hoppe, P.Givoni, ManASHRAE

3Elemen Bangunan yang Mempengaruhi Kenyamanan TermalGivoni, ManLippsmeir, G.McIntyre, D.A.White, R.F.Humphreys, MA, and Nicol, J.F.

4Pengukuran Tingkat Kenyamanan TermalISO 7730Fanger, P.O.Charles & Kate EASHRAEHumphreys, MA, and Nicol, J.F.

5MasjidRahadian, Y.E. dkkAchmad FananiMuhaiminSyamsiyah N.RAyub, dkk

Sumber: Data Pribadi

bab iii: metode3.1.PendekatanMetode penelitian yang akan saya gunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan kesimpulan dari beberapa jurnal terkait, yang kurang lebih beberapa jurnal terkait tersebut sama dengan judul yang saya pakai, tetapi tempat studi kasus yang berbeda. Beberapa jurnal terkait tersebut adalah:1) Pengaruh bukaan terhadap Kenyamanan thermal pada Bagunan Publik di daerah Tropis (Studi Kasus : Masjid Raya Al-Mashun Medan), Jurnal A.2) Pengaruh Bukaan Pada Bangunan Museum Bank Mandiri Terhadap Kenyamanan Termal Pengunjung Museum, Jurnal B.3) Kenyamanan Thermal Pada Masjid Al Irsyad Kotabaru Parahyangan, Jawa Barat, Jurnal C.Tujuan penelitian Jurnal A dan Jurnal B adalah sama-sama untuk mengetahui sejauh mana pengaruh bukaan terhadap kenyamanan termal pada saat pengukuran langsung di lapangan dengan sensasi thermal yang dirasakan oleh para pengguna bangunan & mengetahui suhu nyaman dan rentang suhu pada bangunan yang diteliti. Sedangkan Jurnal C bertujuan untuk mengetahui bagaimana bangunan dengan arsitektur yang unik tersebut dapat beradaptasi dengan iklim di daerah tropis lembab, sehingga para pengguna bangunan dapat merasakan kenyamanan pada saat berada pada bangunan tersebut.Metode yang digunakan pada Jurnal A adalah dengan metode pengukuran lapangan (field measurement) dengan mendapatkan semua data dari sumber data primer. Pengukuran lapangan dilakukan pada bulan dengan bertemperatur tinggi. Selain itu, disebarkan kuisioner pada modul-modul yang telah ditentukan. Jurnal B menggunakan metode yang hampir sama dengan metode yang digunakan Jurnal A yaitu pengukuran langsung dan pembagian kuisioner. Tetapi, pada Jurnal B hanya beberapa titik saja yang di ukur karena, beberapa ruangan sudah memakai AC. Sedangkan pada Jurnal C menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu suatu penelitian mengenai masalah sosial atau kemanusiaan, yang didasarkan pada pengujian suatu teori dan terdiri dari beberapa variabel, diukur dengan angka yang kemudian dimasukkan ke dalam prosedur statistik. Metode yang digunakan sama dengan Jurnal A dan Jurnal B tetapi Jurnal C menambahkan metode wawancara pada penelitiannya.Hasil yang didapatkan pada Jurnal A adalah sebanyak 92% responden merasakan nyaman pada saat shalat dzuhur, dan sebanyak 8% menyatakan kondisi tidak nyaman. Sedangkan berdasarkan perhitungan Thermal Comfort Index Calculator dihasilkan bahwa semua titik yang diukur di dalam ruang masjid menunjukkan kondisi tidak nyaman (100%). Hal ini menyatakan bahwa orang-orang di daerah tropis lebih dapat menerima keadaan yang lebih panas dikarenakan orang-orang di daerah tropis telah beradaptasi dengan keadaan iklim di lingkungannya. Hasil dari jurnal B adalah sebanyak lebih dari 80,5% rata-rata pengunjung menyatakan ruangan pada museum bank mandiri adalah diatas sensasi netral (hangat, panas, panas sekali) dibandingkan dibawah sensasi netral (sejuk, dingin, dingin sekali). Bukaan pada bangunan museum Bank Mandiri tidak mempengaruhi kenyamanan termal pengunjung museum Bank Mandiri dikarenakan hasil pengukuran dengan software Thermal Comfort Estimator memiliki nilai PMV dan nilai PPD sangat kecil perbandingannya pengukuran menggunakan bukaan dengan pengukuran tidak menggunakan bukaan. Sedangkan hasil dari Jurnal 3 kesimpulan dari wawancara yang di lakukan adalah Sebagian besar pengunjung merasakan kondisi netral pada area masjid dan sekitarnya, tetapi ada pula kondisi-kondisi dimana pengunjung merasakan keadaan tidak nyaman yang disebabkan oleh pergerakan udara yang cukup besar, khususnya pada area mihrab.Kesimpulan dari ketiga Jurnal tersebut adalah, bukaan memiliki pengaruh penting pada sebuah bangunan. Bukaan yang cukup dapat memberikan kenyamanan termal pada suatu ruangan. Minimnya bukaan dapat menyebabkan ruangan menjadi panas. Sedangkan, terlalu banyak nya bukaan bukan berarti memberikan efek nyaman pada ruangan, dikarenakan pergerakan pada suatu ruangan menjadi terlalu besar. White (1975) mengemukakan bahwa jarak penghijauan ke bangunan di harapkan 9 meter agar pergerakan angin di dalam bangunan lebih maksimal. Ketiga jurnal tersebut memiliki tujuan yang sama untuk mengetahui apakah bukaan berpengaruh pada kenyamanan termal, metode sama-sama menggunakan metode kuisioner, dan pengukuran langsung. Pendekatan korelasi dengan metode kuisioner yang dipakai karena sangat cocok dengan penelitian ini yang mengukur pengaruh bukaan Masjid Al-Isra terhadap kenyamanan termal pengunjung, karena untuk mengukur penelitian ini membutuhkan pengunjung masjid sebagai responden untuk merasakan kenyamanan di dalam bangunan masjid ini terkait dengan kenyamanan termal.3.2. Lokasi Objek PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Masjid Al-Isra Jl. Raya Tanjung Duren, Grogol petamburan, Jakarta Barat.

Gambar 5. Foto Udara Masjid Al-IsraSumber: Google MapsBatas Wilayah :Timur : Pasar Jaya TomangBarat: GOR Tanjung DurenUtara: Kantor Kecamatan Grogol PetamburanSelatan: Pemukiman Warga

Gambar 6. Masjid Al-IsraSumber: Google Street View

Gambar 7. Suasana Masjid Al-IsraSumber: Data Pribadi

Gambar 8. Bukaan Jendela Masjid Al-IsraSumber: Data Pribadi3.3. Waktu penelitianPenelitian ini dilakukan pada tanggal ...dimulai dari pukul 11.00-15.00 dibagi 2 kali sesi, sesi pertama dilakukan pada pukul 11.00-12.30, sesi kedua dilakukan pada pukul13.30-15.00. Hari penelitian memilih keadaan iklim yang sedang panas sekali sehingga suhu yang diukur tinggi dan orang-orang didalam maupun di luar bangunan merasa panas dan tidak nyaman. Penelitian dilakukan selama 10 hari berturut turut.3.4. Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah 50 pengunjung Masjid Al-Isra. Terdiri dari 15 responden laki-laki dan 35 responden perempuan. Penentuan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa populasi merupakan subjek yang bersifat heterogen karena populasi yang akan dijadikan subjek adalah para pengunjung masjid maka yang memiliki karakteristik seperti umur, tinggi dan berat yang beraneka ragam.3.5. Sifat PenelitianSifat penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu metode yang digunakan dengan mengukur langsung di lapangan, disertai dengan responden dari pengunjung masjid tersebut.3.6. Instrumentasi Alat-alat yang digunakan untuk pengukuran secara langsung adalah:3.6.1. TermometerTermometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan. Pada dasarnya termometer ini sama dengan termometer yang lain hanya saja skalanya yang berbeda. Skala termometer ini antara -50C sampai 50C

Gambar 9. TermometerSumber: Sulistiawan (2014)Prinsip kerja termometer yaitu memanfaatkan materi yang bersifat termometrik (sifat materi yang berubah terhadap temperatur). Ketika suhu meningkat, alkohol atau air raksa yang berada di dalam wadah akan memuai sehingga panjang kolom alkohol atau air raksa akan bertambah. Sebaliknya, ketika suhu menurun, panjang kolom alkohol atau air raksa akan berkurang.3.6.2.Thermo-HygrometerAlat pengukur suhu dan kelembapan udara basah dan kering pada suatu ruangan / daerah secara digital.

Gambar 10. Thermo-HygrometerSumber: Sulistiawan (2014)Prinsip kerja Secara umum alat ini terdiri atas dua bagian, yakni batang sensor dan monitor kontrol. Sensor alat ini peka terhadap konsentrasi uap air di udara (kelembapan) dan suhu. Pada layar monitor akan tertera nilai kelembapan dan suhu secara digital.3.6.3. AnemometerAnemometeryaitu sebagai perangkat atau alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin.

Gambar 11. AnemometerSumber: Sulistiawan (2014)Prinsip Kerja pada saat alat tertiup oleh angin, maka mangkok atau baling-baling pada alat tersebut akan bergerak sesuai dengan arah angin. Kecepatan baling-baling atau mangkok tersebut tentu akan semakin cepat jika kecepatan angin semakin besar. Kecepatan angin tersebut dapat diketahui dari jumlah putaran baling-baling setiap detik3.6.4. MeteranDigunakan untuk mengukur lebar bukaan jendela dan lebar masjid.

Gambar 12. MeteranSumber: Sulistiawan (2014)Prinsip kerja dengan menarik meteran tersebut sehingga angka pada meteran tersebut dapat terlihat dan menentukan berapa ukuran objek yang diukur.3.6.5. Kuisioner

Gambar 13. Contoh KuisionerSumber: Sulistiawan (2014)3.7. VariabelVariabel bebas : suhu udara, kecepatan udara, kelembaban udara.Variabel terikat : kenyamanan termal pengunjung, pengaruh bukaan.3.8. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data dilakukan secara langsung dan tidak langsung.3.8.1. Metode langsungMetode langsung adalah dengan melakukan pengukuran dan pengamatan langsung di ruang dalam Masjid Al-Isra sehingga didapatkan data primer. Pengukuran LapanganPenelitian pengaruh bukaan pada ruangan Masjid Al-Isra terhadap kenyamanan termal pengunjung, akan dilakukan di beberapa titik yang terdapat bukaan yang sudah di tentukan dimana ruangan tersebut hanya mengandalkan bukaan alami bangunan sebagai pendingin ruangan. Dilakukan pengukuran faktor yang berpengaruh fakor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal: suhu udara, kecepatan udara, dan kelembaban udara di ruang Masjid. Dalam waktu yang sama, ketika peneliti melakukan pengukuran faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal, peneliti juga langsung memberikan kuisioner terhadap responden.Langkah langkah yang akan dilakukan saat pengukuran lapangan :1. Mengukur faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal seperti: suhu udara, kecepatan udara, kelembaban udara, pengukuran tersebut dilakukan di tengah-tengah ruangan yang telah ditentukan.2. Pada saat pengukuran lapangan, akan dilakukan pembagian kuisioner pada rentan waktu shalat dzuhur dan shalat ashar.3. Pencatatan hasil pengukuran di satukan dengan kuisiioner responden agar tidak terpisah.4. Selain pegukuran langsung dan pembagian kuisioner, akan dilakukan pengukuran bukaan pada jendela Masjid tersebut.5. Setelah diukur, ukaran tersebut dicatat.6. Jika data yang dibutuhkan tidak ada, seperti denah dan potongan, akan dilakukan pengukuran untuk membuat sketsa Masjid tersebut.7. Mendokumentasikan beberapa elemen penting dengan Kamera. KuesionerSelain Pengukuran data secara langsung, juga dilakukan pembagian kuisioner:1. Retan waktu pada waktu shalat dzuhur dan shalat ashar..2. Responden dipilih secara acak (latar belakang,usia,jenis kelamin,dll).3. Responden berasal dari penduduk sekitar Masjid Al-Isra dan beberapa pengunjung Masjid Al-Isra.3.8.2. Metode tidak langsungMetode tidak langsung berupa kumpulan data dari pihak yang telah melakukan pengukuran dan pengamatan sebelumnya, kemudian diolah untuk menjadikan data tersebut menjadi hasil dari penelitian. Data tersebut diolah untuk diambil rata-rata apakah ruang Masjid Al-Isra tersebut sudah nyaman atau belum dalan kenyamanan termal. ASHRAE (1992) menyatakan bahwa suatu kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90 persen responden yang diukur menyatakan nyaman secara termal.3.9. Jenis DataJenis data yang didapat data primer dan data sekunder yang diperoleh dari metode pengumpulan data.3.9.1. Data primer Data dari pengukuran fakor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal: suhu udara,kecepatan udara, dan kelembaban udara Data dari pengukuran psikologi (menggunakan kuesioner) yaitu: sensasi termal yang dirasakan responden. 3.9.2. Data sekunderData sekunder berupa teori-teori yang sudah dikumpulkan pada tinjauan pustaka yaitu teori-teori maupun pendapat para ahli mengenai termal, bukaan maupun masjid. Data sekunder ini sebagai acuan pembuatan penelitian ini, selain itu data sekunder dapat membantu pada saat kesimpulan dari hasil maupun pada saat pengambilan data secara langsung.3.10. Metode Pengolahan DataData yang diperoleh diolah dengan metode grafik. Data primer di tabulasi dan digambarkan secara grafik. Data yang digrafikkan tersebut pengukuran fakor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal: suhu udara (Ta), kecepatan udara (Va), kelembaban udara (RH) dan jumlah pengunjung yang datang. (Sulistiawan, 2014)

3.11. Blok Diagram Metodologi Penelitian

Gambar 14. Box Diagram Metodologi PenelitianSumber: Data Pribadi

Gambar 15. Daftar Pengukuran PenelitianSumber: Data Pribadi

daftar pustakaAmin, M. dkk Pengaruh bukaan terhadap Kenyamanan thermal pada Bagunan Publik di daerah Tropis (Studi Kasus : Masjid Raya Al-Mashun Medan)ANSI/ASHRAE 55-(1992), ASHRAE Standard Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy, ASHRAE, 1981, USAASHRAE Handbook of Fundamental, Chapter 8: Physiological Principles, Comfort, and Health, ASHRAE, USA. 1989.Charles. K.E (2003). Fangers Thermal Comfort and Draught Models. IRC-RR162. National Research of Canada, Ottawa.E. Ayub, Mohammad, dkk, 1996, Manajemen Masjid, Gema Insani, Jakarta Gazalba, Sidi, (1962), Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Pustaka Antara, JakartaFanani Achmad. Arsitektur Masjid, penerbit : Bentang, BAB 5 Memaknai Arsitektur MasjidFanger, P.O., Thermal Comfort Analysis and Applications in Environmental Engineering, Danish Technical Press, Copenhagen, 1970.Givoni, Man, Climate and architecture, 2nd ed., Applied Science Publisher Ltd., London.1976.Google Maps. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015 dari https://www.google.co.id/maps/Hoppe, P. (1988), Comfort Requirement in Indoor Climate, Energy and Buildings, vol. 11: 249-267, ASHRAE, USA.Humphreys, MA, and Nicol, J.F., An Investigation Into Thermal Comfort of Office Workers, Journal of the Institution of Heating an Ventilation Engineers, vol. 38, pp. 181-189. 1970.ISO, International Standard 7730-1994, Moderate Thermal Environments-Determination of the PMV and PPD Indices and Specification of the Conditions for Thermal Comfort, ISO, Geneva, 1994Karyono, T.H. (2001) Penelitian Kenyamanan Termis Di Jakarta Sebagai Acuan Suhu Nyaman Manusia IndonesiaLippsmeir, G. (1994), Bangunan Tropis, Erlangga, Jakarta.Mangun Wijaya YB.(1994), Pengantar Fisika Bangunan, Jakarta : Djambatan.McIntyre, D.A., Indoor Climate, Applied Science, UK.1980.Muhaimin, (2003) Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung: Nuansa CendekiaOlgay, V. (1963), Design with Climate: Bioclimatic Approach to Arvhitectural Regionalism, Princenton University Press, Princenton.Prasetyo, B. (2003), Peranan dinding dan bukaan dinding masjid agung demak terhadap kondisi thermal ruang shalat utama, tesis S-2, Megister Teknik Arsitektur UNDIP (tidak dipublikasikan)Puspitorini, H.D. (2013), Kenyamanan Thermal Pada Masjid Al Irsyad Kotabaru Parahyangan, Jawa BaratRahadian, Y.E. dkk (2011), Pencitraan Suasana Ruang Dalam Masjid Al-Irsyad Sebagai Akibat Dari Pencahayaan Alami, YogyakartaRilatupa, J. (2008), Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 3, aspek kenyamanan termal.Satwiko, P. (2008). Fisika Bangunan, Andi : YogyakartaSulistiawan, J.G. 2014, Pengaruh Bukaan Pada Bangunan Museum Bank Mandiri Terhadap Kenyamanan Termal Pengunjung MuseumSyamsiyah, N.R. (2013), Kenyamanan Ruang Dalam Masjid Dan Pembentukan Generasi Islam, SoloWhite, R.F. Concept in Thermal Comfort, Egan. 1975.