metode dakwah ustadz dr. umay maryunani,...
TRANSCRIPT
METODE DAKWAH USTADZ DR. UMAY MARYUNANI, MA
DI PONDOK PESANTREN DARUL ‘AMAL SUKABUMI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh :
DERA DESEMBER
NIM: 104051001893
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
METODE DAKWAH USTADZ DR. UMAY MARYUNANI, MA
DI PONDOK PESANTREN DARUL ‘AMAL SUKABUMI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh :
DERA DESEMBER
NIM: 104051001893
Pembimbing,
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP. 19710412 200003 2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul Metode Dakwah Ustadz DR. Umay Maryunani, MA di
Pondok Pesantren Terpadu Darul ‘Amal Sukabumi telah diujikan dalam sidang
munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada 23 Maret 2011.
Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 23 Maret 2011
SIDANG MUNAQASAH
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. Jumroni, MSi Dra.Umi Musyarrofah,MA
NIP.19630515 199203 1 006 NIP.19710816 199703 2 002
Anggota,
Penguji I, Penguji I,
Dra.Umi Musyarrofah,MA H. Mulkanasir, M.Pd
NIP. 19710816 199703 2 002 NIP. 19550101 198302 1 001
Pembimbing,
Dra. Musfirah Nurlaily, MA.
NIP. 19710412 200003 2 001
i
ABSTRAK
Dera Desember
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Metode Dakwah DR. Ustadz Umay Maryunani MA Di Pondok Pesantren
Darul ‘Amal Sukabumi
Secara hakekat dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi iman yang
dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia yang mengarah kepada nilai-nilai
ajaran Islam, kegiatan dakwah merupakan suatu aktivitas yang mulia, di mana
setiap muslim dapat melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sehingga tujuan
dakwah yang hakiki yakni membentuk khairul ummah dapat terwujud, yaitu
seorang yang mampu menjalankan ajaran Islam dalam segi kehidupan.
Menjalankan aktivitas dakwah memerlukan metode agar dakwah lebih efektif.
Dari konteks di atas, timbul pertanyaan: Bagaimana metode dakwah yang
dilakukan ustadz Umay Maryunani di pondok pesantren Darul ‘Amal Sukabumi?
Apa hambatan dalam metode dakwah ustadz Umay Maryunani serta bagaimana
solusinya?
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan pendekatan
kualitatif deskriptif. Di mana data yang didapatkan adalah melalui beberapa
sumber referensi bacaan, observasi, wawancara, dan analisis data. Penulis meneliti
dengan mengumpulkan data melalui observasi langsung ke lapangan, terlibat
langsung dengan mad’u mengikuti jalannya dakwah, kemudian melalui
wawancara dengan Ustadz DR. Umay Maryunani dan Ustadz Dede
Muharmansyah S.Psi, dan menganalisis hasil observasi. Penelitian ini berlangsung
selama tiga bulan.
Ustadz Umay Maryunani adalah da’i dan ulama yang cukup berpengaruh
di kota Sukabumi. Dalam metode pembinaan dakwah, beliau menggunakan
metode dakwah bil lisan, melalui metode ceramah, metode tanya jawab,
praktek/demostrasi, dan metode halaqoh. Metode Dakwah Bil Qolam
menggunakan media tulisan seperti menulis buku dan artikel. Metode Dakwah bil
hal dalam berbagai bidang diantaranya : Bidang keagamaan dan pendidikan,
bidang layanan sosial kemasyarakatan, bidang peternakan dan perikanan, serta
bidang pertanian dan perkebunan.
Penulis menganalisis Metode Dakwah Ustadz Umay Maryunani Di
Pondok Pesantren melalui pengamatan dan penelitian ini kesimpulannya bahwa
dengan keilmuan keagamaan yang tinggi, istiqomah dan contoh amal perbuatan,
beliau berhasil melaksanakan dakwahnya dengan baik dan benar.
ii
KATA PENGANTAR
Ucapan rasa syukur selalu saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, Dialah Allah yang telahn memberikan berbagai macam nikmat kepada umat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan membuat tugas akhir dalam
bentuk tulisan skripsi ini dengan baik meskipun ada beberapa kendala yang
membuat skripsi ini sempat tertunda. Namun, alhamdulillah akhirnya dapat
terselesaikan juga.
Shalawat serta salam kita limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai yaumil qiyamah. Dengan
berkatnyalah yang telah menyebarkan agama Islam hingga sampai kepada kita
yang berupa kebenaran yang nyata serta mendidik umat manusia melalui contoh
yang baik (Uswatun Khasanah).
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir selama menempuh jenjang
pendidkan di perguruan tinggi, dan juga sebagai persyaratan dalam mencapai
gelar Sarjana Sosial Islam (S.sos.I) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak berhutang budi kepada
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sangat perlu
menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku PUDEK I, bapak
Drs. H.Mahmud Djalal, MA selaku PUDEK II dan bapak Drs.Study Rizal LK,
MA selaku PUDEK III, terima kasih telah memberikan dorongan dan motivasi
kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
iii
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, terima kasih atas masukan dan idenya ketika hendak menyusun skripsi
ini.
3. Ibu Hj. Umi Musyarrofah, MA selaku sekretaris jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam yang telah memberikan banyak kemudahan dalam birokrasi
kepada penulis.
4. Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA sebagai Dosen Pembimbing penulis yang
telah memberikan waktu dan keikhlasan serta kesungguhannya dalam
membimbing dan memberikan pendidikan mental dan memberikan ilmunya
kepada penulis sejak proposal hingga terselesainya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini
telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas sehingga penulis mengerti
akan makna hidup dan memberikan bekal kehidupan untuk penulis
mengarungi hidup kelak, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi
penulis dan masyarakat luas.
6. Staf Perpustakaan dan Staf TU di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah membantu penulis mendapatkan referensi dan
kemudahan dalam surat menyurat.
7. Seluruh staf Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kemudahan bagi penulisn untuk mendapatkan referensi dan
buku-buku selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan skripsi
ini.
8. Teruntuk kedua orang tuaku, Bapak Apidin Suanda dan Ibu Juju
Julaeha.Terima kasih atas segala kasih sayang yang diberikan. Maafkan dera
telat menyelesaikan skripsi ini, dera baru sadar pembelajaran yang sangat
keras yang di berikan kepada dera ternyata untuk kemajuan kedepan.
iv
9. Buat kakakku tercinta, T’Yenti, Aa Ade Ruswanda , Aa Agus beserta istri.
Terima kasih atas dukungan moral dan materi yang telah diberikan. Tak lupa
keponakanku, Cici, Dede Syifa, dan Angga Fadhil. Senyum kalian
mengajarkan arti kebahagiaan dan keikhlasan.
10. Teruntuk T’Ratna, terima kasih yang tak terhingga atas nasehat dan
bantuannya sehingga skripsi ini cepat selesai. Dan juga untuk Tubagus
Rahmat dan Ratih atas do’anya.
11. Buat Neng Susum Sumiati S.Pd.I, ternyata menunggu itu harus dengan
kesabaran dan ketulusan hati.
12. Teman-teman seperjuanganku di KPI 2004, terima kasih atas kebersamaan
selama 4 tahun di kampus.
13. Kepada Ustadz Umay Maryunani, terima kasih atas kesediaan untuk
wawancara ini. Dan juga kepada Ustadz Dede Muharamsyah S.Psi, selaku
Ketua Pengurus Yayasan yang bersedia memberikan data tentang seluk beluk
Pondok Pesantren Darul ‘Amal Sukabumi.
14. Alumni Pondok Pesantren Darul Amal Sukabumi yang berada di Ciputat,
terima kasih atas pinjaman buku dan dokumen lainnya yang sangat berguna
bagi penulis.
15. Dan semua pihak yang yang telah memberikan bantuan sehingga penulisan ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Demikianlah ucapan terima kasih ini yang penulis sampaikan, semoga
amal baik bapak, ibu, saudara dan teman-teman diterima oleh Allah SWT.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
memerlukannya. Amin.
Ciputat, 21 Maret 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 4
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Metode................................................................................... 10
1. Pengertian Metode .......................................................... 10
2. Macam-macam metode umum ........................................ 11
B. Dakwah ................................................................................. 12
1. Pengertian dakwah .......................................................... 12
2. Hukum Dakwah dan Tujuan Dakwah ............................. 17
3. Metode Dakwah .............................................................. 19
4. Media Dakwah ................................................................ 25
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Ustadz Umay Maryunani ........................................... 26
1. Lahir ................................................................................ 26
vi
2. Pendidikan ....................................................................... 27
3. Status ............................................................................... 27
4. Karya ............................................................................... 28
5. Kegiatan/Aktivitas........................................................... 29
B. Hubungan Ustadz DR. Umay Maryunani, MA dengan
Pondok Pesantrean Darul ‘Amal Sukabumi .......................... 30
C. Gambaran Umum Ponpes Darul ‘Amal Sukabumi ............... 31
1. Latar Belakang Berdirinya Yayasan ............................... 31
2. Visi, Misi, dan Tujuan ..................................................... 35
3. Sarana Pondok Pesantren ................................................ 37
4. Pengurus Pondok Pesantren ............................................ 39
BAB IV METODE DAKWAH
USTADZ DR. UMAY MARYUNANI, MA
A. Prinsip Dasar metode Dakwah ............................................ 42
1. Prinsip Dakwah ............................................................... 43
2. Dakwah bil lisan .............................................................. 46
3. Dakwah bil qolam ........................................................... 56
4. Dakwah bil hal ................................................................ 58
B. Hambatan dan Solusi............................................................. 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 62
B. Saran ...................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara hakikat dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi iman yang
dimanifestasikan dalam kegiatan manusia beriman dalam masyarakat melalui
secara tertentu, demi terwujudnya ajaran Islam dalam segala segi kehidupan,
kegiatan tersebut sering disampaikan secara individu ataupun kelompok
melalui berbagai metode dan sarana yang bertujuan memberi perubahan
dalam segi kehidupan.1
Dakwah merupakan suatu aktifitas yang mulia, menjadi kewajiban
bagi setiap muslim, bertujuan untuk memberikan informasi tentang Islam dan
mengajak orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang
mencerminkan nilai-nilai Islam.2 Dakwah pada hakekatnya merupakan upaya
mempengaruhi kepribadian baik secara individu maupun kolektif. Dakwah
dapat dilakukan dengan cara bil-lisan yang lebih banyak memfokuskan pada
penekanan informatif persuasif dan cara bil-hal yang lebih menekankan pada
hal-hal bersifat praktis yang mampu merangsang agar mad’unya lebih cepat
melakukan perubahan dalam kegiatan sehari-hari.3
1Toto Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani,
Wonosobo: Jakarta, 2001. H.xiii 2 Ismah Salmah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Jurnal Kajian Dakwah dan Budaya,
(Jakarta :UIN Syarif Hidayatullah, 2004), vol.5.h.3 3 Djamal Abidin ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta : Gema Insani Press,
1996), cet.ke-1, h.1
2
Dalam sejarah perubahan masyarakat, mubaligh memang memiliki
peran yang sangat besar dan universal. Ia nyaris memiliki andil dalam setiap
lini dan detik dalam perubahan masyarakat (social Engineering) yang
bermuara pada kesadaran kolektif masyarakat untuk melakukan perubahan.
Maka mubaligh dinyatakan sebagai sumber dan inspirasi perubahan.4
Dengan ini, saya meneliti mengenai metode dakwah Ustadz Umay
Maryunani di Pondok Pesantren Terpadu Darul ‘Amal Sukabumi.
Ustadz Umay Maryunani adalah seorang da’i yang sangat dikenal di
masyarakat luas karena beliau mampu memberikan suatu ajaran berupa
pendidikan yang baik terhadap masyarakat dengan cara ataupun metode yang
beliau miliki. Seperti ceramah agama di mimbar, pengajian di majelis-majelis
taklim, dan diskusi mengenai agama yang beliau lakukan.
Ustadz Umay Maryunani juga mempunyai keistimewaan ketika
sedang memberikan ceramahnya yakni dengan menggunakan gaya bahasa
khas tersendiri yakni lemah lembut dan santun.
Ustadz Umay Maryunani adalah seorang da’i yang memahami betul
tentang permasalahan agama dan mengetahui betul situasi apa yang
dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat.
Menurut Ustadz Umay Maryunani, manusia yang diberikan
pengetahuan lebih terutama dalam agama harus dapat mengaplikasikannya
kepada masyarakat terutama masyarakat yang awam akan ilmu agama. Beliau
mempunyai tujuan dalam berdakwah yakni membawa kepada ajaran agama
4 Fathiy Syamsuddin, Menguatkan Peran dan Fungsi Peran Ulama, Majalah Al-Wa’ie,
no.80 (April 2007), h.13
3
Allah SWT dan mampu membawa kepada keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT, menurut beliau beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
merupakan prinsip dalam ajaran Islam. Konsep tentang orang yang beriman
dan bertakwa kepada Allah SWT dalam al-Qur’an dan Hadits sangat akurat
untuk dimanifestasikan dalam kehidupan yang riil secara individu, keluarga,
masyarakat, dan bangsa.
Menurut Ustadz Umay Maryunani dalam dakwah dibutuhkan orang
yang mampu berbuat dan bertanggung jawab karena dakwah merupakan
proses menuju perubahan yang lebih baik, dan dibutuhkan kesabaran dan
perjuangan.5
Dalam upaya meninjau bagaimana format metode dakwah seorang
da’i dalam menyampaikan pesan kepada mad’unya, maka penulis tertarik
untuk mengkajinya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Metode Dakwah
Ustadz DR. Umay Maryunani, MA Di Pondok Pesantren Terpadu Darul
„Amal Sukabumi”. Dan penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai
dakwah yang dilakukan beliau di lingkungan pondok pesantren terpadu Darul
‘Amal Sukabumi.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada uraian latar belakang di atas dapat dipahami bahwa batasan
masalah hanya pada metode dakwah Ustadz Umay Maryunani Di Pondok
Pesantren Terpadu Darul’Amal Sukabumi saja.
5 Wawancara Pribadi, ustadz Umay Maryunani, tanggal 18 November 2010.
4
Berdasarkan pembatasan di atas, maka perumusan permasalahan yang
akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Apa saja metode dakwah yang diterapkan Ustadz Umay Maryunani di
Pondok Pesantren Terpadu Darul ‘Amal Sukabumi?
2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam metode dakwah Ustadz Umay
Maryunani serta cara penanggulangannya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah yang diterapkan Ustadz
Umay Maryunani di pondok pesantren Darul ‘Amal Sukabumi.
b. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi serta cara
penanggulangannya.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna
bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam
upaya mengembangkan studi komunikasi dan dakwah. Sehingga
pesan-pesan dakwah dapat diterima oleh masyarakat sesuai dengan
tujuan.
b. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini mampu menambah
wawasan aktivitas akademi dann praktisi dakwah agar dapat
mengembangkan metode dakwahnya di lapangan serta dakwah yang
disampaikan mudah dimengerti dan diterima mad’u dengan
menggunakan metode yang ada.
5
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif, yang dalam prosedur penelitiannya dapat
menghasilkan analisis data deskiptif berupa kata kata tertulis atau lisan
dari orang orang yang dapat diamati.
Ada tiga pertimbangan mengapa penulis menggunakan metode
tersebut adalah: Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan yang
diteliti. Dan ketiga,metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terdapat pola-pola nilai
yang dihadapi.6
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini pada bulan November 2010-
februari 2011. Sedangkan tempat penelitian ini adalah Pondok Pesantren
Terpadu Darul ‘Amal Sukabumi.
3. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, subyek yang diamati adalah Ustadz Umay
Maryunani dengan obyek penelitian adalah mad’u di Pondok Pesantren
Terpadu Darul’ Amal Sukabumi.
6Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), h.4
6
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara penelitian untuk memperoleh data
dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis tentang
fenomena yang diselidiki.7
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap metode
dakwah yang dilakukan Ustadz Umay Maryunani, kemudian dilakukan
pengamatan langsung terhadap mad’u di Pondok Pesantren Terpadu
Darul ‘Amal Sukabumi.
b. Wawancara
Salah satu metode pengumpulan data adalah wawancara yaitu
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden.8
Untuk mendapatkan data objektif penulis melakukan
wawancara langsung terhadap Ustadz Umay Maryunani serta ustadz
Dede Muharamsyah S.Psi. selaku Ketua Pengurus Yayasan.
c. Dokumentasi
Adalah merupakan teknik yang juga dilakukan baik
berdasarkan buku, makalah, atau sumber literatur-literatur lainnya agar
data yang diperoleh lengkap dan akurat. Data tersebut adalah data
sekunder.
7Muhammad Natsir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h.234.
8Mari Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,
1989).
7
5. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah pengolahan data
dengan proses editing yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang
telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan
dapat dinyatakan baik serta dapat disiapkan untuk proses selanjutnya.
Teknik yang dilakukan dari hasil pencatatan data adalah sebagai
berikut:
a. Data dan informasi yang didapat melalui observasi yakni mengamati
objek penelitian secara langsung menggunakan seluruh alat indera
kemudian penulis mengumpulkan data secara akurat, dengan mencatat
fenomena (kejadian) dan perilaku yang terlibat dalam objek.
b. Data dan Informasi yang diperoleh melalui wawancara yakni peneliti
menyalin hasil wawancara ke dalam catatan lapangan kemudian
memberikan tanggapan pada bagian-bagian penting.
c. Data yang didapatkan melalui dokumentasi, yakni digunakan sebagai
bahan dan kerangka analisis dalam menimbang dan menguraikan hasil
penelitian ke dalam skripsi ini.
6. Pedoman Penulisan
Adapun pedoman penulisan ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan
CeQDa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
8
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan peninjauan dan menelusuri perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mendapat referensi dari
beberapa skripsi yang membahas tentang metode dakwah, diantaranya :
1. “Metode Dakwah Yusuf Mansyur, yang membahas mengenai metode
dakwah Yusuf Mansyur mengenai konsep sedekah, Wisata hati, dan
mengenai penerapan metode dakwah Yusuf mansyur. Penyusun Agus
Salim Wahid Lulusan 2007 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. “Metode Dakwah KH.Kosim Nurseha, yang membahas mengenai konsep
metode dakwah KH.Kosim Nurseha, Penerapan metode dakwah, serta
hambatan dan penanggulangannya. Penyusun Muhammad Maulana
Lulusan 2008 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kelebihan dari skripsi yang penulis teliti adalah lebih cenderung
mengarah pada Metode dakwah yang digunakan Ustadz DR. Umay MA, di
Pondok Pesantren Darul ‘Amal Sukabumi, dengan tempat dan objek penelitian
yang berbeda dengan beberapa penelitian tentang metode dakwah sebelumnya,
khususnya pada kajian metode dakwah yang tertera di atas.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan dalam skripsi ini, penulis membagi
pembahasan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
9
BAB II Tinjauan teoritis. Dalam Bab ini akan dijelaskan tentang pengertian
metode, macam-macam metode umum, pengertian dakwah, Macam-macam
metode dakwah, serta metode dakwah.
BAB III Gambaran Umum. Bab ini akan membahas Profil Ustadz Umay
Maryunani yang meliputi kelahiran, pendidikan , status, karya-karya, serta
aktivitas Ustadz Umay Maryunani, Hubungan Ustadz Umay Maryunani, MA
dengan Pondok Pesantren Darul ‘Amal Sukabumi, Latar belakang sejarah
berdirinya Yayasan, Visi, misi, dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren
Terpadu Darul ‘Amal Sukabumi, Sarana Pondok Pesantren Terpadu Darul
‘Amal Sukabumi, Struktur Pengurus Pondok Pesantren Terpadu ‘Amal
Sukabumi
BAB IV Temuan dan Analisis Data. Dalam bab ini akan menganalisis
tentang metode dakwah yang diterapkan Ustadz Umay Maryunani, serta
Hambatan Metode dakwah dan cara penanggulangannya.
BAB V Penutup. Dalam penutup ini penulis akan berusaha memberikan
kesimpulan dari keseluruhan bahasan skripsi ini serta saran terhadap tujuan
dan manfaat yang diharapkan dapat diambil dari tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Metode
1. Pengertian Metode
Dari segi bahasa metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan
demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain
menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman “methodica”,
artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari
kata methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.1
Metode berasal dari Inggris : methode yang artinya “cara” yaitu
suatu cara untuk mencapai sutu cita-cita. Metode lebih umum dari teknik
yang dalam bahasa Inggrisnya : Technique. Dalam the concise Oxford
Dictionary (1995) dinyatakan bahwa method is a special from of
procedure esp. in any branch of mental activity. Technique adalah a means
or method of achieving one’s purpose, esp. skill fully yang maknanya
sesuatu alat atau cara untuk tujuan dengan cekatan atau praktis.1
Pengertian yang lain metode adalah “Cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
1 Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet.Ke-1,
h.59.
11
dikehendaki cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang dikehendaki atau ditentukan.”2
Dalam pengertian harfiahnya, “Metode adalah jalan yang harus
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi pengertian hakiki dari
metode adalah segala sarana yang digunakan untuk tujuan yang diinginkan
baik sarana tersebut secara fisik maupun non fisik. Sedangkan menurut
Arif Burhan, metode adalah menunjukkan pada proses, prinsip serta
prosedur yang digiunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban
atas masalah tersebut.3
Dari berbagai pengertian tentang metode di atas, maka dapat
penulis pahami bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui dalam melaksanakan proses bimbingan agar tercapai tujuan yang
diharapkan.
2. Macam-Macam Metode Umum
a. Metode Historis
Metode historis disebut juga metode dokumenter, karena
penelitian yang dilakukan adalah pada dokumen yang telah silam.
Metode historis, sebagaimana juga metode lainnya bermula dari
menemukan masalah dan berakhir dengan generalisasi. Oleh karena itu
pula metode historis memerlukan hipotesis dengan teknik analisis
dokumenter dan teknik analisis statistik, memerlukan bermacam-
macam rumus statistik dan analisis (Rakhmat, 1984: 331).
2 Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet.Ke-1, Edisi Tiga, h.740. 3 Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), h.17.
12
b. Metode Deskriptif
Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data aktual.
Terdapat dua pengertian, yang pertama mengartikannya sebagai
kegiatan pengumpulan data dengan melukiskannya sebagaimana
adanya, tidak diiringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari
penulis. Deskripsi semacam ini berguna untuk menacari masalah
sebagaimana halnya hasil penelitian pendahuluan atau eksplorasi.
c. Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah cara melakukan penelitian dengan
percobaan, yaitu melakukan manipulasi variabel-variabel
eksperimental; mencari hubungan antara beberapa variabel dengan satu
variabel, atau satu variabel dengan satu variabel lain.
d. Metode Survai
Metode survai bertujuan mengumpulkan data sederhana dalam
rangka menguji survai juga bisa melangkah lebih jauh, yaitu
mempelajari fenomena, menerangkan dan menjelaskannya, baik untuk
keperluan praktis maupun untuk keperluan teoritis.
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Da’wah secara etimologi, berasal dari kata da’a (دعا ) fi’il madi
dan yad’u (يدعو ) fi’il mudari’ yang artinya memanggil, mengundang,
mengajak, menyeru, dan mendorong.4
4 Warson Munawir, Kamus Al-Munawir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1994), h.439.
13
Menurut para ahli bahasa kata dakwah ini mempunyai beberapa
pengertian yang diantaranya adalah :
a. Mengharap dan berdo’a kepada Allah SWT, misalnya da’allahu (Q.S:
Al-Qur’an Al-Baqarah 2: 186)
Artinya: ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku. Maka (jawablah) Bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang mendo’akan apabila
ia berdoa itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.”
b. Mendorong seseorang untuk memeluk sesuatu keyakinan tertentu (Q.S
: Al-Baqarah 2: 221)
Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-
orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih
baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)
kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
14
Selain itu pula Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran
ayat 104 yang berbunyi :
Artinya. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar [217]; merekalah orang-orang
yang beruntung.
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa kita sebagai umat muslim
harus melakukan kewajiban berdakwah. Menyeru kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Dalam melakukan aktivitas dakwah haruslah
berpandangan positif.
Arti kata dakwah seperti itu dapat diketahui pada arti ayat-ayat Al-
Qur’an sebagai berikut:
a. Surat Fatir : 3
Artinya: “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka
anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syetan-
syetan hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nya.” (Q.S.Fatir (35): 6).
b. Surat Al-Baqarah : 23
15
Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran
yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad),
buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-
orang yang benar.(Q.S.Al-Baqarah:23)
c. Surat Al-Baqarah : 221
Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-
orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih
baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya
mereka mengambil pelajaran.
Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar atau
ilmuwan adalah sebagai berikut :
a. Pendapat Bakhial Khauli yang dikutip dari Ghazali Darussalam,
dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam
dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan
lain.5
b. Pendapat Syeikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia
untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh
mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar
5 Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia; Nur Niaga
SDN.BHD,1996, Cet.1.h.5.
16
mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat6. Pendapat ini juga
selaras dengan pendapat al-Ghazali7 bahwa amar ma’ruf nahi munkar
adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat
Islam.
Adapun pengertian dakwah secara terminologi menurut beberapa
ahli selain yang sudah dijelaskan di atas di antaranya adalah H.M. Arifin
dalam buku Ilmu Pendidikan Islam mengatakan definisi dakwah sebagai
kegiatan menyeru baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun tingkah laku
dan lain sebagainya yang dilakukan secara individual atau kelompok.
Supaya timbul dalam dirinya suatu pengetahuan kesadaran, sikap
penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama, sebagai pesan yang
disampaikan kepada mereka tanpa unsur paksaan.
Amrullah Ahmad menyatakan dalam buku Dakwah Aktual bahwa
pada hakikatnya dakwah Islam merupakan : “Usaha mengaktualisasikan
nilai-nilai imani atau teologis dalam suatu sistem kegiatan manusia
beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilakukan secara teratur
untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan bertingkah laku
dalam tataran realitas individu dan sosial kultural dalam rangka
mewujudkan nilai Islam di semua kehidupan dengan menggunakan cara-
cara tertentu.8
Sementara Didin Hafidudin mengatakan bahwa kegiatan dakwah
adalah suatu aktivitas yang mulia di mana setiap muslim dapat melakukan
6Abdul Kadir Sayid Abd.Rauf, Dirasah Fid Dakwah al-Islamiyah, Kairo; Dar El-Tiba’ah
al-Mahmadiyah,1987, Cet.1, h.10 7Beliau adalah seorang ulama besar, pemkir muslim zaman klasik, hidup sampai awal
abad ke-12, pendapatnya dituangkan dalam kitabnya yang sangat terkenal yaitu Ihya Ulumuddin. 8 Amrullah Ahmad, Dakwah Aktual, (Jogyakarta: PLP2M, 1985), cet. Ke-2 h.3.
17
amar ma’ruf nahi munkar sehingga dapat tercipta tujuan dakwah yang
hakiki yakni membentuk khairul ummah. Karena pada dasarnya hakikat
dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditanggung
oleh para pengemban dakwah untuk mengukuhkan sasaran-sasaran
dakwah agar masuk ke jalan Allah SWT. Secara bertahap menuju
kehidupan yang Islami.9
2. Hukum Dakwah dan Tujuan Dakwah
Perintah berdakwah bagi setiap muslim sudah ditegaskan dengan
jelas dalam Al-Qur’an berikut rincian prinsip-prinsip metode dakwahnya
sebagai berikut :
Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan cara hikmah
(bijaksana) dan dengan ajaran yang baik, dan berdiskusilah
dengan mereka menurut cara yang sebaik-baiknya.
Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S.An-
Nahl 16: 125)
Dari ayat di atas jelaslah bahwa kita diwajibkan untuk menyeru
(berdakwah), kepada sesama umat muslim dengan cara yang ditentukan,
yaitu dengan cara bijaksana. Kita harus berdakwah kepada orang lain
dengan tidak melalui paksaan. Mengajak kepada kebaikan atau jalan
menuju Ridho-Nya.
9Didin Hafidudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.77.
18
Dalam setiap aktivitas pasti kita melakukannya demi satu tujuan.
Sama halnya dengan aktivitas dakwah yang wajib dijalankan oleh
manusia, pastilah untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan di sini diartikan
sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam kadar tertentu dengan segala
usaha yang diarahkan kepadanya. Dalam tujuan memiliki 4 batasan yaitu
hal yang hendak dicapai, jumlah atau kadar yang diinginkan, kejelasan
tentang yang ingin dicapai dan arah yang ingin dituju.10
Kegiatan dakwah adalah satu rangkaian kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah,
pedoman bagi gerak langkah aktivitas dakwah tanpa tujuan yang jelas
seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. Karena itu para pelaku dakwah
harus memahami tujuan kegiatannya untuk mengambil langkah yang tepat
dalam proses dakwah.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Toto Tasmara bahwa tujuan
dakwah adalah untuk menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik
individu maupun masyarakat sehingga ajaran tersebut mampu mendorong
suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam tersebut.11
Dakwah memiliki tujuan yang berorientasi kepada perilaku
manusia (akhlak).
Dakwah akan mencapai tujuannya manakala ajaran Islam yang
berupa norma-norma yang menuntun orang agar berbuat baik dan
menjauhi perbuatan buruk dapat direalisasikan dengan baik.
10
Zainal Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta:Al-Amin
Press, 1996), Cet Ke-1, h.3. 11
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah Islam,(Jakarta: Gema Insani Press, 1987), Cet.
Ke-1.h.7.
19
3. Metode Dakwah
Al-Qur’an merupakan sumber utama rujukan dakwah. Al-Qur’an
banyak mengemukakan metode dakwah untuk dijadikan panduan oleh para
Da’i, yang tersebut dalam firman Allah Swt, sebagaimana telah penulis
sebutkan beserta terjemahannya pada hal 17-18, menunjukkan tata cara atau
metode menjalankan dakwah atau seruan terhadap manusia, sebagai berikut:
a. Metode Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
Kata “hikmah” sering disebut dalam Al-Qur’an baik dalam bentuk
nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukman” yang
diartikan secarartikmakna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan
hukum berarti mencegah dari kezhaliman, jika dikaitkan dengan dakwah
berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan da;am melaksanakan
tugas dakwah.
Hikmah dalam bahasa Arab berarti kebijaksanaan, pandai, adil,
lemah lembut, kenabian, sesuatu yang mencegah kejahilan dan kerusakan,
keilmuan, dan pemaaf. Perkataan hikmah seringkali diterjemahkan dalam
pengertian bijaksana yaitu suatu pendekatan hikmah seringkali pihak objek
dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemauannya
sendiri, tidak ada paksaan, konflik, maupun rasa ketakutan.12
Menurut M. Abduh, seperti yang dikutip H. Munzier Suparta, MA.
Dalam buku metode dakwah berpendapat bahwa, hikmah mengetahui
rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga didunakan dalam
12
Hamka, tafsir al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983), h.321.
20
arti ucapan yang sedikit lafazh akan tetapi banyak makna ataupun
diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya.13
Dalam bahasa komunikasi, hikmah ini menyangkut situasi total
yang mempengaruhi sikap pihak komunikan. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa apa yang disebut dengan bil hikmah itu merupakan suatu
metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas dasar persuasif.14
Jadi, perkataan hikmah (kebijaksanaan) itu bukan saja dengan ucapan
mulut, melainkan termasuk juga tindakan, perbuatan, dan keyakinan, serta
peletakkan sesuatu pada tempatnya.
Ibnu Qoyyim dalam buku At-Tafsirul Qoyyim berpendapat
bahwa pengertian hikmah yang paling tepat adalah yang seperti
dilakukan oleh mujahid dan Malik yang mendefinisikan bahwa
hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran dan
pengamalannya, ketepatan dalam perkataan dan kebenarannya. Hal
ini tidak dapat dicapai kecuali dengan memahami al-Qur’an,
mendalami Syariat-syariat Islam serta hakikat iman.15
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa al-hikmah
adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan menyeleraskan
teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Di samping itu juga al-
Hikmah merupakankemampuan da’I dalam menjelaskan doktrin-doktrin
Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang
komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebagai sebuah sistem
yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.16
13
M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h.9. 14
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), cet Ke-1,
h.43. 15
Ibnu Qoyyim, At Tafsirul Qoyyim, h.226 16
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983), h.321.
21
b. Al-Mau’idzatil Hasanah (Nasehat yang baik)
Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata, mau’izhah
dan hasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata wa’adza-ya’idzu
wa’idzatan yang berarti : nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan17
,
sementara hasanah merupakan kebalikkan dari sayyi’ah yang artinya
kebaikan lawannya kejelekkan.
Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara
lain:
1) Menurut Iman Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh
Hasanuddin adalah “Perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi
mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat
kepada mereka atau dengan al-Qur’an.18
2) Menurut Abdul Hamid al-Bilali al-Mau’izhah al-hasanah merupakan
salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan
Allah dengan memberikan nasehat atau membimbing dengan lemah
lembut agar mereka mau berbuat baik.
3) Mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah,
berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa
dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan
dunia dan akhirat.
17
Lois Ma’luf, Munjid al-Lughah wa A’lam, (Beirut : Dar Fikr, 1986), h.907 18
Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.37.
22
4) Al-Mau’idzatil hasanah artinya memberi nasehat pada orang lain
dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan
dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati. 19
Agar nasehat
tersebut dapat diterima, berkenan di hati, enak didengar, menyentuh
perasaan, tulus difikiran, menghadapi sikap kasar, dan tidak boleh
mencaci atau menyebut kesalahan audiens, sebagai pihak objek
dakwah.
c. AL-Mujadalah Bi-al Lati Hiya Ahsan(berdebat dengan cara yang lebih
baik)
Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah diambil dari kata
“jadala”(جدل ) yang bermakna memintal, memilit. Apabila ditambahkan
alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faala (ج) ”njaa dala“ ,( فعل)
dapat bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan.20
Kata “Jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna
menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik, dengan
ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya
melalui argumentasi yang disampaiakan.21
Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian al-
Mujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti
upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa
adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara
19
H. Munzier Suparta, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2003), Cet.ke-1, h.18. 20
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,(Lentera Hati, 2000), cet.ke-1, h.553. 21
Munzir Suparta, cet ke-2.h.19
23
keduanya.22
Kalau terpaksa timbul perbantahan antara da’i dan mad’u atau
pertukaran pikiran yang disebut polomik, maka dapat direlakan lagi,
pilihan jalan yang sebaik-baiknya, disadarkan dan diajak kepada jalan
pikiran yang benar, sehingga dia menerima.23
Tujuan berdebat bukan
untuk bertengkar dan menyakiti hati lawan, tetapi untuk meluruskan
akidah yang batil. Bermujadalah merupakan salah satu teknik terbaik
dalam dakwah. Bermujadalah juga mempunyai tujuan untuk menguji
sejauh mana kebenaran Islam yang coba diketengahkan kepada orang lain.
Sebagai contoh dalam mujadalah, yaitu bertahan dengan baik,
dengan jalan yang sebaik-baiknya dalam bermujadalah, antara lain dengan
perkataan yang lugas, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan
mempergunakan sesuatu (perkataan) yang dapat menyadarkan hati,
membangun jiwa dan menerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan
bagi orang yang enggan melakukan perdebatan dalam agama.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, al-
Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
dengan menggunakan argumen yang kuat tak terbantahkan, tidak
melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat
yang diajukan.
Ada beberapa bentuk metode dakwah praktis sebagaimana
dikemukakan oleh Asmuni Syukir, adalah sebagai berikut: 24
22
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Lentera Hati, 2000), cet, ke-1, h.553. 23
Hamka, h.321. 24
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya:Al-Ikhlas, 1983),
h.104.
24
a. Metode Ceramah (retorika dakwah)
Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak
diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seseorang da’i/mubaligh
pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda,
kampanye, berpidato (retorika), khutbah, sambutan, mengajar dan
sebagainya.
b. Metode Tanya-Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah
dengan cara mendorong sasarannya (obyek dakwah) untuk menyatakan
sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh/da’i
sebagai penjawabnya.
c. Debat (mujadalah)
Mujadalah selain sebagai dasanama (sinonim) dari istilah
dakwah, dapat juga sebagai salah satu metode dakwah. Debat sebagai
metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti
menunjukkan kebenaran dan kehebatan Islam. Dengan kata lain debat
adalah mempertahankan pendapat dan idiologinya agar pendapat dan
idiologinya itu diakui kebenaran dan kehebatannya oleh musuh (orang
lain).
d. Percakapan Antar Pribadi (Percakapan Bebas)
Percakapan antara pribadi atau individual conference adalah
percakapan bebas antara seseorang da’i atau mubaligh dengan
individu-individu sebagai sasaran dakwah. Percakapan pribadi
bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam
percakapan atau mengobrol (ngomong bebas) untuk aktivitas dakwah.
e. Metode Demonstrasi
Berdakwah dengan cara memperlihatkan suatu contoh, baik
berupa benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan
bahwa seorang da’i yang bersangkutan menggunakan metode
demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah, di mana seorang da’i
memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap
sasarannya (massa), dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia
inginkan.
f. Metode Dakwah Rasulullah
Muhammad Rasulullah saw. Seorang da’i internasional,
pembawa agama Islam dari Allah untuk seluruh alam. Beliau di dalam
membawa missi agamanya menggunakan berbagai macam metode
antara lain : dakwah di bawah tanah, dakwah secara terang-terangan,
politik pemerintah, surat menyurat, dan peperangan.
g. Pendidikan Dan Pengajaran Agama
Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai
metode dakwah. Sebab dalam definisi dakwah telah disebutkan bahwa
dakwah dapat diartikan dengan dua sifat, yakni bersifat pembinaan
(melestarikan dan membina agar tetap beriman) dan pengembangan
(sasaran dakwah).
25
h. Mengunjungi Rumah (Silaturahmi/home visit)
Metode dakwah yang dirasa efektif juga untuk dilaksanakan
dalam rangka mengembangkan maupun membina Ummat Islam ialah
metode dakwah dengan mengunjungi rumah obyek dakwah atau
disebut dengan metode silaturahmi atau home visit.
4. Media Dakwah
Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i
untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Dakwaah dapat dilakukan melalui beberapa media diantaranya adalah
media lisan berupa ceramah, seminar, simposium, diskusi, khutbah, sarasehan,
brainstorming dan lain-lain, tulisan berupa buku, majalah, surat kabar,
spanduk, pamflet, lukisan-lukisan dan lain-lain, bil-hal berupa perilaku yang
sopan sesuai dengan ajaran al-Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah
dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia,
misalnya mendirikan rumah sakit, mendirikan dan memelihara anak yatim
piatu, mendirikan lembaga pendidikan, mendirikan pusat-pusat pencaharian
nafkah seperti pabrik, pusat perbelanjaan dan lain-lain, meliputi berbagai
sektor kehidupan.25
25
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat: Logos, 1997), h.34.
26
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Ustadz Umay Maryunani
1. Lahir
Ustadz Umay Maryunani lahir di kampung Selajati,
Bojonggenteng, Jampangkulon, Sukabumi, pada tanggal 7 Juli 1954.
Beliau adalah anak yatim yang ditinggalkan oleh ayahandanya yang
terbunuh oleh Gerombolan DI/TII. Ketika itu beliau masih berada dalam
kandungan yang berumur sekitar 6 bulan. Berkat kegigihan dan kesabaran
perjuangan hidup dan do‟a ibunya yaitu Hj. Juarsih maka lahirlah seorang
anak yang selanjutnya debesarkan dengan penuh kasih sayang dalam
kesederhanaan.
Pada suatu sore, Ibunya berpesan pada anaknya agar malam nanti
tidak tidur di Masjid, tapi tidur di rumah. Dan pada waktu tengah malam
anaknya dibangunkan, diajak ke kamar lalu shalat malam. Setelah itu
disela isak tangis, ibunya memohon maaf kepadanya, karena tidak mampu
menyekolahkan, sebagai tebusannya ibunya berjanji akan mencurahkan
do‟a baginya sambil terbata ibunya berfatwa: “Hidup memang harus
mulia, dan kalau mati masuk surga” mulia bisa dengan harta, kita orang
miskin, mulia bisa dengan turunan raden, kita rakyat jelata, mulia bisa
dengan rupa kita orang biasa, yang paling mungkin untuk kita bisa
menjadi mulia hanya dengan ilmu, tuntutlah itu!“.
27
Maka dengan motivasi yang diberikan ibunya, beliau dengan
tekun, kerja keras dan ulet menuntut ilmu kepada beberapa orang kyai
sambil tinggal di pesantren, di samping itu dengan tekun pula menuntut
iilmu di sekolah. Baik pesantren atau sekolah yang berada di Desa
Jampangkulon sampai ke pesantren dan sekolah yang berada di kota
sukabumi.
2. Pendidikan Ustadz DR. Umay Maryunani, MA
Di bawah ini adalah daftar riwayat pendidikan Ustadz Umay
Maryunani, antara lain:
a. SDN Bojong Genteng, Jampang Kulon, ( 1967)
b. Madrasah Diniyah Miftahul Huda, Bojong Waru (1967)
c. PGA-P Al-Ma‟arif, Jampang Kulon (1971)
d. Pondok Pesantren Mekarsari, Cinagen (1971)
e. Madrasah „Aliyah Al-Masthuriyah, Tipar, Sukabumi (1974)
f. SP-IAIN Syarif Hidayatullah, Pacet, Cianjur (1975)
g. Pondok Pesantren Salafi, Siqayaturrahman, Sukabumi (1976)
h. Sarjana S1 Syariah PTIQ, Jakarta (1983)
i. Sarjana S1 Jurusan Qadha, IAIN Syahid Jakarta (1987)
j. Magister Agama (S2) Pendidikan Islam UMJ (1999)
k. Doktor UNJ, Jurusan Manajemen Pendidikan (2009)
3. Status Ustadz Umay Maryunani
Ustadz Umay menikahi gadis pujaannya yang bernama Hj.Lili
Yulfiah putri seorang kepala KUA (Kantor Urusan Agama) kecamatan
28
Jampang Kulon Sukabumi, pada tahun 1980. Alhamdulillah, sudah
dikaruniai empat orang anak, di antaranya :
a. Iswah Maruly (27 tahun) sedang menempuh pendidikan S2
b. Rifky Ridwan Maruly (25 tahun), sudah menyandang gelar Master
Science di ITB
c. Faiz Isbah Maruly (21 tahun), sebagai entrepreneur di bidang musik.
d. Neng Niela Hamimatu Maruly (19 tahun), menempuh kuliah di ITB
4. Karya-Karya Ustadz Umay Maryunani
Ustadz Umay yang aktif menulis, telah menghasilkan karya-karya
yang patut diperhitungkan dalam dunia dakwah. Diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Merawat Anak yatim dalam hukum Islam (1979)
b. Modernisasi Tata Laksana Zakat dalam Syari‟at Islam (1983)
c. Perkembangan Pemikiran Ulama Tentang Shalat Jum‟at (1987)
d. Manajemen Masjid dalam Naungan Al-Qur‟an dan Al-Sunnah (1990)
e. Do‟a-do‟a dari al-Qur‟an dan Al-Sunnah (1991)
f. Manasik Haji dan Do‟a-do‟a Lengkap (1992)
g. Panduan Shalat 1-2 (1993)
h. Keluarga Sakinah dalam naungan al-Qur‟an dan Al-Sunnah (1994)
i. Perjalanan Manusia dalam Informasi al-Qur‟an (1995)
j. Paket Kursus Tafhim al-Qur‟an 1-7 (1996)
k. Guru dalam perspektif al-Qur‟an (Thesis Magister) (1999)
l. Hidup Hanief Ala Ibrahim Bagi Umat Muhammad (2004)
29
m. Harta, Kedudukannya dalam Islam (2007)
n. Pembuka gerbang Al-Qur‟an (2008)
o. Ketika Manusia Telah Berjanji kepada Allah (2008)
p. Aku Bangga paham Al-Qur‟an (2010)
5. Kegiatan/Aktivitas Ustadz Umay Maryunani
Ustadz Umay Maryunani sudah aktif sejak menyelesaikan kuliah di
Jakarta. Di bawah ini adalah daftar kegiatan dan aktivitas beliau hingga
sampai saat ini, di antaranya adalah :
a. Guru Tafsir al-Qur‟an, Masjid Agung Al-Azhar (1983-1990)
b. Dosen Tafsir dan Hadits, PTIQ Jakarta (1983-1990)
c. Dosen Islamologi PTIK, Jakarta (1984-1990)
d. Direktur Masjid Jami‟ YARSI Jakarta (1990-1996)
e. Pengajar Kursus Tafhim al-Qur‟an YADSI al-„Urwatul Wustqa (1996-
Sekarang)
Dengan berbagai pengalaman tersebut, akhirnya Ustadz Umay
Maryunani mengaplikasikan dakwahnya dengan mendirikan beberapa
lembaga keagamaan, Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Tahun 1982, Mendirikan Majelis Mudzakarah Ulama-Umara
Darul‟Amal di Jampang Kulon, Sukabumi
b. Tahun 1992, mendirikan Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI)
Darul „Amal, di Selajati, Jampang kulon, Sukabumi yang mengelola
Pondok Pesantren Terpadu, Santunan Anak Asuh, Pembinaan
Ekonomi Umat.
30
c. Tahun 1996, mendirikan Yayasan Da‟wah & Sosial Islam (YADSI)
“al-Urwatul Wustqa”, di Jakarta, yang menyelenggarakan Kursus
Tafhim Al-Qur‟an, menyantuni kaum dhu‟afa.
d. Tahun 1999, sebagai Ketua Badan Pengurus Yayasan Al-Ma‟shum
Mardhiyah, di Galudra, Cugenang, Cianjur, yang mengelola Pondok
Pesantren Terpadu.
e. Tahun 2000, mendirikan Yayasan Masjid Jami‟ Rawasari, yang
mengelola TKA & TPA Al-Rawdhah, membangun Masjid Jami‟ Al-
Nizham, Rawasari.
f. Tahun 2000, membuka Cabang Yayasan al-„Urwatul Wustqa, di Tegal
Mulyo Klaten Utara, yang mengelola Pesantren Tahfizh al-Qur‟an.
g. Tahun 2001, membuka cabang Yayasan al-„Urwatul Wustqa, di desa
Beruk Jatiyoso, Karang Anyar, Jawa Tengah, yang mengkoordinir para
Da‟i di desa-desa terpencil di sekitar Gunung Lawu.
B. Hubungan Ustadz DR. Umay Maryunani MA dengan Pondok Pesantren
Darul Amal Sukabumi
Sejak tahun 1982, Ustadz DR.Umay Maryunani, MA merencanakan
lembaga sejak tahun 1982 melalui pengajian bulanan dan santri kalong yang
diasuh oleh kakak kandungnya, H. Nanang Saprudin, S.Pd. Akhirnya, pada
tahun 1992, Ustadz DR Umay Maryunani, MA mendirikan Yayasan
Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul „Amal Sukabumi, dengan
mengelola :
31
1. Pondok Pesantren Terpadu
2. Santunan Anak Asuh
3. Pembinaan Ekonomi Umat
Selama 19 tahun Pondok Pesantren Darul „Amal Sukabumi 9 sekolah
dari semua jenjang pendidikan kecuali perguruan tinggi yang masih dalam
proses, dan juga mengelola usaha-usaha guna membantu pembiayaan sekolah-
sekolah tersebut, dari mulai perdagangan (Ribhi Barka Mart), perikanan (lele
dan nila), perkebunan jati, pertanian (padi) serta mengelola layanan sosial
kemasyarakatan. Yayasan Pondok Pesantren Darul „Amal Sukabumi ini
adalah Yayasan yang dianggap paling berhasil di antara Yyayasan lain yang
didirikan oleh Ustadz DR. Umay Maryunani, MA.
C. Gamabaran Umum Pondok Pesantren Darul ‘Amal Sukabumi
1. Latar Belakang Berdirinya Yayasan
Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul „Amal berdiri
sebagai lembaga yang berbadan hukum pada tanggal 25 Januari 1992
melalui akta notaris Hj. Rahmah Arie Soetardjo, SH. di Jakarta, setelah
sebelumnya Ketua Badan Pendirinya mensosialisasikan rencana
pembentukan lembaga sejak tahun 1982 melalui pengajian bulanan dan
santri kalong yang diasuh oleh kakak kandungnya.
Sepanjang perjalanan menuntut ilmu yang penuh dengan
keprihatinan, terbentuklah hastrat dan cita-citanya, bahwa :
32
a. Anak desa yang menuntut ilmu di kota, harus kembali membangun
desanya, sebab kalau tidak, maka desa akan tetap terbelakang dan
ketinggalan, sebagaimana pesan al-Quran surat 9 (At-Taubah): 122 ;
Artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
b. Betapa banyak di desa anak miskin dan yatim tetapi secara intelegensia
potensial, karena faktor ekonomi, mereka tidak mampu melanjutkan
dan mengembangkan potensi dirinya melalui pendidikan formal.
Mereka terpaksa terus berada dalam lingkaran kebodohan, kemiskinan
dan keterbelakangan. Dari sini muncul tekadnya, beliau harus berpihak
kepada kaum dhua‟fa (yang lemah) dan memperjuangkan perubahan
nasib mereka. Karena kalau tidak, maka menurut al-Quran ia termasuk
pendusta agama,Q.S.107 (Al-Maun) : 2-3 ;
Artinya: Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi Makan orang miskin.
33
c. Diilhami oleh firman Allah SWT. Dalam Q.S.3 (Ali Imran): 112 ;
Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali
jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia[218], dan mereka kembali
mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. yang demikian itu[219] Karena mereka kafir
kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan
yang benar. yang demikian itu[220] disebabkan mereka
durhaka dan melampaui batas.
Bahwa Allah akan menimpakan dua bencana kepada manusia,
dimana dan kapan pun mereka berada. Yaitu Al-Dzillah (kehinaan) dan Al-
Maskanah (kemiskinan), lalu Allah menawarkan dua solusi untuk
mengatasi dua bencana itu, yaitu Hablun minAllah (tali dari Allah),
Hablun min al-Nas (Tali dari manusia). Menurutnya, manusia dalam
kehinaan, jika mereka kafir, musyrik dan fasiq kepada Allah, dapat diatasi
dengan memasyarakatkan Iman, Islam dan Ihsan. Sementara Kemiskinan
meliputi kebodohan, kefakiran, serta keterbelakangan dapat diatasi dengan
Tali (hubungan dengan) dari manusia, yakni dengan kepedulian yang
pintar kepada saudaranya yang masih bodoh, yang kaya kepada
suadaranya yang miskin, serta yang sudah berperadaban tinggi memajukan
suadaranya yang masih terbelakang.
34
Dengan ayat-ayat Al-Quran di atas, telah merasuk jiwanya dan
membulatkan tekad beliau, untuk :
a. Merealisir rasa syukur kepada Allah SWT serta berterimakasih kepada
orang-orang tua asuh yang telah menghantarkan beliau kepada keadaan
sekarang yang patut disyukuri, yaitu dengan berfihak kepada kaum
yatim dan dhu‟afa dalam bentuk bantuan sosial pendidikan.
b. Membangun desa dengan da‟wah,pendidikan dan sosial Islam.
c. Menjadikan dirinya sebagai jembatan umat, antara muslim yang berada
di kota dengan muslim yang beradadi desa.
Itulah latar belakang berdirinya Pondok pesantren Darul Amal
yang sampai dengan tahun 2010 ini sudah mengelola 9 sekolah dari semua
jenjang pendidikan kecuali perguruan tinggi yang masih dalam proses, dan
juga mengelola usaha-usaha guna membantu pembiayaan sekolah-sekolah
tersebut, dari mulai perdagangan (Ribhi Barka Mart), perikanan (lele dan
nila), perkebunan jati, pertanian (padi) serta mengelola layanan sosial
kemasyarakatan dengan membantu biaya sekolah 360 anak SMP dan SMA
yang tidak mampu, serta membantu biaya kuliah anak-anak cerdas tapi
tidak mampu yang sampai saat ini sudah 18 Sarjana S1, 1 Master, dan 26
mahasiswa aktif.1
1 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Dede Muharamsyah, S.Psi Tanggal 16 Desember
2010
35
2. Visi, Misi, dan Tujuan
Visi :
Terselenggaranya Lembaga Pendidikan yang membentuk generasi
Muslim yang kuat aqidahnya, taat syari‟ahnya, mulia akhlaknya, terpadu
dengan unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Misi:
a. Meyadarkan manusia khusunya peserta didik terhadap status dirinya
sebagai makhluk yang diciptakan untuk beribadah, baik secara
individual maupun sosial
b. Menyadarkan manusia, khususnya peserta didik sebagai khalifah Allah
di muka bumi, yang harus berbuat ishlah (baik dan damai) tidak berbuat
ifsad (kerusakan) di bumi serta mempersiapkan hidup akhirat tanpa
melupakan dunia.
c. Mempertinggi kualitas spiritual untuk bekal hidup ukhrawi, dengan
keimanan dan ketaqwaan serta kualitas hidup duniawi dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kerja keras.
d. Memenuhi seruan Allah serta mempersiapkan kader penerus misi
Rasulullah yang selalu siap menolong agama Allah untuk memperoleh
pertolongannya.
e. Membentuk sebaik-baik umat yang menyeru ma‟ruf dan mencegah
munkar.
36
f. Mempersiapkan kader umat dan kader bangsa yang berkualitas dan
memiliki orientasi hidup seimbang antara pemenuhan kebutuhan hidup
material duniawi dan spiritual ukhrawi.
g. Menyediakan sarana dan wahana bagi setiap hamba Allah yang hendak
investasi dunia dan akhirat.
Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Terpadu Darul ‘Amal
a. Membina manusia seutuhnya melalui olah rasa (membina kehalusan
budi pekerti dan ketenangan kalbu dengan media masjid dan sanggar
seni), olah rasio ( membina kecerdasan berfikir dan beramal, melalui
media sekolah, laboratorium, perpustakaan), olah raga (membina
kebugaran jasmani, melalui lapangan olahraga dan kerja bhakti fisik).
b. Menjunjung tinggi cita-cita pendidikan Islam, yaitu mensosialisasikan
ajaran Islam kepada peserta didik, sehingga generasi demi generasi
ajaran itu dapat membumi pada umat pemeluknya, dimana pada
gilirannya akan melahirkan sumber daya manusia yang unggul di segala
bidang kehidupan dunia, bahkan sampai akhirat, sehingga target
bahagia dunia dan akhirat menjadi fakta dalam kenyataan bukan
sekedar kumandang do‟a.
c. Mencetak insan yang beriman dan berilmu pengetahuan melalui
pendidikan dan pengajaran terpadu, antara sekolah umum (TK, SD,
SMP, SMA) yang di dalamnya memadukan kurikulum diknas dengan
kurikulum Pesantren Terpadu Darul „Amal.
37
d. Membantu program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan
sesuai dengan amanat UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan pola sekolah terpadu
e. Membantu kaum dhu‟afa (fakir miskin) agar dapat mengenyam
pendidikan dengan cara memberikan beasiswa ash-Habuddar.
f. Memberikan pemahaman dan wawasan keagamaan bagi masyarakat
sekitar dengan pelaksanaan pengajian bulanan setiap hari Ahad awal
bulan.
3. Sarana Pondok Pesantren Darul Amal
Komponen Pondok pesantren Darul Amal yang merupakan sebagai
penunjang berjalannya roda kepesantrenan sanagatlah banyak, karena
sesuatu yang berjalan tidak didukung oleh unsur lainnya maka akan jalan
ditempat.
Alhamdulillah sampai saat ini, sudah memiliki lahan 13,7
Hektare untuk pengembangan kampus dan sarana penunjangnya,
sedangkan sarana yang sudah berhasil diwujudkan adalah sebagai berikut:
No Sarana
Jumlah
Ruang
Kapasitas
Jumlah
Lantai
Kondisi
1 Masjid -
2.500
jamaah
3 lantai Permanen
2
Gedung SMP-SMA-
Pes
24 ruang 700 siswa 3 lantai Permanen
3 Gedung TK-SD 9 ruang 270 siswa 1 lantai Permanen
38
4
Laboratorium IPA &
Bhs
2 ruang @ 35 siswa
5 Life Skill Menjahit 1 ruang 12 siswa
6 Life Skill Musik 1 ruang 1 grup band
7 Asrama Pa Makkah 41 kamar 184 santri 2 lantai Permanen
8 Asrama Pi Madinah 20 kamar 100 santri 2 lantai Permanen
9 Asrama Pi Khadijah 5 kamar bsr 83 santri 1 lantai Permanen
10
Asrama Pa Abu
Bakar
6 kamar bsr 100 santri 2 lantai Permanen
11
Asrama Pi Umi
Kultsum
10 kamar 100 santri 2 lantai Permanen
12 Dapur
1 ruang
besar
- Permanen
13 Ruang Makan Putra 2 ruang 250 santri Sementara
14 Ruang Makan Putri 1 ruang 287 santri Permanen
15 Penggilingan Padi 1 unit 1 mesin
16 Mini Market RB 1 unit - 1 lantai Permanen
17 Lapangan Sepakbola 1 buah Standar
18 Lapangan Volley 4 buah Standar
19 Lapangan Basket 1 buah Standar
20 Lapangan Badminton 3 buah Sementara
21 Lintasan Atletik 1 buah Proses
39
22 Perumahan Guru 15 rumah 15 keluarga Permanen
23 Fasilitas Motor 3 unit
24 Tanah Sawah +/- 7 ha
25 Tanah Darat +/- 7,7ha
4. Pengurus Pondok Pesantren Darul Amal Sukabumi
Pendiri Yayasan
Ketua : DR. Umay Maryunani, MA
Anggota : H. Nanang Saprudin, S.Pd.
H. Maas
H. Obar Sobari
KH. E. Komarudin
M. Saepulloh
Pembina Yayasan
Ketua : DR. H. Umay M. DJa‟far Shiddieq, MA.
Anggota : Drs. H. Sudarmadi
Drs. H. Ishak Hasibuan
Drs. H. Yayat Priyatna
Mayjen (purn) H. Adjat Sudrajat, MPH.
Pengawas Yayasan
Ketua : H. Nanang Saprudin, S.d.
Anggota : H. Memed Syafe‟i, S.Pd.I.
KH. E. Komarudin
40
Pengurus Yayasan
Ketua : H. Dede Muharamsyah, S.Psi.
Sekretaris : Badrudin, S.Pd.I.
Wk. Sekretaris : Hudaya, S.Pd.I.
Bendahara : Ahmad Muzaeni, S.Psi.
Wk. Bendahara : Watna Wati, SE.
Anggota : Purwa Herwanda
L. Jamaludin
A. Fuad Fauzi, S.Pd.I.
Satuan Upaya
1. Pondok Pesantren Terpadu Darul ‘Amal
Kepala Pesantren : H. Memed Syafe‟i, S.Pd.I.
Wakapes Kurikulum : Durrotun Nafisah, S.Ag.
Pembina OSTDA : Nasrullah, S.H.I.
Kaur TU : Kankan Sopyan, S.Sos.I.
Kepala UPBA : Hikmatullah, SHI.
Kepala UPTQ : Supyana, S.Th.I.
Koord. Pengemb Diri : Solihin, S.Sos.I.
2. SMA Terpadu Darul ‘Amal
Kepala Sekolah : Uyeh Baluqia, M.Pd.
Wakase Kurikulum : Enur Nuraeni, S.Pd.
Wakase Kesiswaan : Pirmansyah, S.Pd.
Kaur TU : Drs. Rusman Mulyana
41
3. SMP Terpadu Darul ‘Amal
Kepala : H. Nanang Saprudin, S.Pd.
Wakase Kurikulum : Marsidik Soewadji
Wakase Kesiswaan : Lukman, S.Ag.
Kaur TU : Dodo Widodo, S.Pd.
4. SD Darul ‘Amal
Kepala : Lukman, S.Ag.
Kaur TU : Risnawati
5. MI Darul ‘Amal
Kepala : Solihin, S.Sos.I.
Kaur TU : Susum Sumiati, S.Pd.I
6. TK Darul ‘Amal
Kepala : Umma Azizah, S.Ag.
Kaur TU : Nurjannah, A.Ma.
7. Santunan Ashabuddar
Ketua : A. Fuad Fauzi, S.Pd.I.
Wakil : Supyana, S.Th.I.
42
BAB IV
METODE DAKWAH USTADZ DR. UMAY MARYUNANI, MA
A. Prinsip Dasar Metode Dakwah Ustadz Umay Maryunani Di Pondok
Pesantren Darul ‘Amal Sukabumi
Menurut Ustadz Umay Maryunani dakwah itu mengajak atau menyeru
pihak lain kepada sesuatu yang dikehendaki da‟i, maka da‟inya sendiri harus
terlebih dahulu mendudukkan dirinya itu seperti apa, adalah mustahil orang
lain akan mengikuti apa yang kita inginkan kalau kita sendiri merupakan
sosok yang tidak jelas, sifat dan karakternya.
Oleh karena itu seorang da‟i yang berhasil adalah dapat dipastikan
sebagai seorang yang memiliki kepribadian yang utuh, seperti sifat-sifat yang
wajib pada seorang Rasul, Shidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.
Kesemuanya itu baru dapat diwujudkan oleh yang dapat menyatukan
kata hatinya, dengan ungkapan lisannya, dan ungkapan lisannya diwujudkan
dalam amal perbuatannya, dengan kata lain “satunya hati, lisan dan
perbuatan”. Jangan berharap seorang da;I dapat didengar, apalagi diikuti,
ketika dia nifaq, yakni lain di mulut lain di hati, atau da‟I itu, dusta, yakni lain
di kata lain pula di fakta.
Metode dakwah yang diajarkan Ustadz Umay Maryunani adalah
dakwah harus sesuai dengan objeknya, dakwah kepada orang yang
berpendidikan tinggi (kaum intelektual) itu harus dengan al-Hikmah, yakni
mampu menyajikan ajaran agama dengan pendekatan yang rasional dan
43
filosofis, menggali informasi dari yang tersurat dan juga yang tersirat,
sementara dakwah kepada orang yang berpendidikan menengah, dengan
mujadalah yakni menyampaikan informasi dengan disertai argumentasi yang
lebih baik dari yang dimiliki oleh objek dakwah, dan dakwah terhadap orang
awam, dengan al-mau‟izhatul hasanah, yakni pembelajaran yang baik, dengan
keteladanan dan nasehat-nasehat baik melalui I‟tibar dan percontohan.
Di masyarakat bawah, dakwah hendaknya disampaikan dengan bahasa
yang sederhana, mudah dipahami, dan diselingi dengan humor yang dapat
mencairkan suasana. Sebaliknya di kalangan masyarakat atas, dakwah
hendaknya disampaikan dengan metode yang lebih canggih. Ia tak bisa lagi
hanya dengan mengumbar humor sebagaimana di masyarakat bawah. Di
kalangan atas dakwah bisa dilakukan menggunakan bantuan teknologi modern
seperti audio visual.
1. Prinsip Dakwah
Dalam menyampaikan metode dakwah, Ustadz Umay Maryunani
menggunakan tujuh prinsip dakwah, antara lain:
a. Ikhlash, yakni hatinya bersih dari riya dan sum’ah, atau kepentingan
diri duniawi, seluruh aktivitas hidupnya diarahkan semata-mata ingin
mencari ridho Allah, atau menghindarkan dari murka-Nya. Ikhlash
inilah kekuatan yang paling dahsyat di mana Iblis sendiri bersumpah
tidak sanggup sudah masuk dalam benteng Allah, sehingga karenanya
mendapat proteksi dari pada-Nya, dalam aktivitas dakwah, Ikhlash
adalah menjadikan “Allah sebagai muara lima”, yakni kesadaran dan
44
keyakinan berasal dari Allah, selalu berupaya di jalan Allah,
melakukan sesuatu semata-mata karena mencari ridho Allah dan
menghindarkan murka-Nya, berhasil atau tidak suatu pekerjaan semata
atas pertolongan Allah, dan akhirnya meyakini dan menyadari akan
kembali kepada Allah.
b. Yakin, yaitu percaya sepenuh hati bahwa janji dan ancaman Allah di
dalam al-Qur‟an atau melalui sabda-sabda Nabi itu pasti benar dan
akan terjadi.
c. Amanah, yaitu hidup dan semua fasilitas yang ada di tangan kita
sesungguhnya hanya titipan sementara dari Allah, kita terus menerus
diperintahkan untuk menunaikan amanah itu kepada yang berhak
menerimanya. Amanah inilah yang akan menghantarkan manusia
kepada keamanan hidupnya dari dunina sampai akhirat, sebaliknya
khianat, adalah awal belenggu bagi si pelaku.
d. Istiqomah, yaitu seorang da‟I itu hakikatnya adalah pejuang, pejuang
tidak akan pernah berhasil yang diperjuangkannya tanpa memiliki
sikap istiqomah, yang merupakan sinergi dari tiga sikap hidup;
konsisten, konsekuen, dan kontinyu. Konsisten, artinya teguh pendirian
memperjuangkan dan mempertahankan kebenaran, tidak mudah goyah
dan berubah. Konsekuen, yakni jujur dengan kewajiban dan hak, serta
siap menanggung resiko dari perjuangan. Kontinyu, artinya berbuat
secara terus menerus tanpa putus asa dan pantang menyerah. Kepada
mereka yang istiqomah ini Allah menjanjikan kemenangan dunia
akhirat.
45
e. Syukur, yaitu terbuka hati dan akalnya bahwa semua kenikmatan
berasal dari Allah, lalu meluncurlah ungkapan pujian kepada-Nya, dan
mendayagunakan nikmat itu sesuai dengan fungsinya, serta
menjaganya dari perbuatan maksiat. Namun sayang, orang-orang yang
banyak bersyukur itu, sangat sedikit jumlahnya di sisi Allah. Hal lain
yang sering terlupakan adalah orang yang tidak berterima kasih kepada
manusia, pada hakikatnya dia tidak bersyukur kepada Allah. Orang
yang berbuat baik kepada-Nya, sesungguhnya dia adalah orang yang
dipercaya Allah untuk berbuat kebajikan, karenanya yang tidak
berterima kasih kepada orang itu, sama hal dengan tidak bersyukur,
adalah nikmatnya akan ditambah, dan akan dibebaskan dari azab
Allah.
f. Sabar, yaitu kemampuan menahan nafsu dari yang akan merugikan
diri atau orang lain, baik di dunia maupun di akhirat dengan terus
berusaha bekerja keras, tak kenal lelah dan tak pernah putus asa.
Dalam al-Qur‟an Allah menawarkan pertolongan-Nya (ma’unah)
kepada orang yang sabar dan shalat dalam QS. Al-Baqarah ayat 45-46.
Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan
bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
46
Allah mendahulukan sabar dalam hal ini baru shalat, karena orang yang
bersabar akan ditolong di dunia, tanpa membedakan apakah dia orang yang
kafir maupun orang beriman, karena yang dimaksud dengan “sabar” dalam
ayat ini adalah “kerja keras”, yang meliputi :
a. Fokus terhadap apa yang sedang dikerjakan
b. Memberdayakan semua potensi secara optimal
c. Berusaha mencapai hasil yang maksimal
d. Itsar, yaitu mendahulukan atau memprioritaskan kepentingan umat yang
diurus selain di dalam masalah ibadah mahdoh. Ketika seorang da‟i selalu
berbuat Itsar untuk umat yang dibinanya, maka Allah akan
memprioritaskan kepentingan da‟i tersebut. Inilah yang dipraktekkan oleh
sahabat-sahabat anshor terhadap orang-orang muhajirin.
Beberapa metode yang digunakan oleh ustadz Umay Maryunani di
antaranya sebagai berikut:
2. Dakwah bil lisan
Dakwah bil lisan dapat berupa ceramah, tanya jawab, dan lain-lain.
Metode dakwah ustadz Umay Maryunani yang berkaitan dengan dakwah bil
lisan antara lain sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
Sesuai yang dijelaskan dalam al-Qur‟an dalam surat An-Nahl ayat
125 bahwa ketika berdakwah serulah mereka dengan Hikmah adalah
perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bathil. Setiap seorang yang berdakwah dalam penyampaian
47
materi dakwahnya tentunya harus dibawakan dengan tegas dan benar agar
mad‟u yang diseru dan memahami betul apa yang disampaikan. Dan harus
berani mengatakan kebenaran walaupun itu terasa pahit pada diri seorang
pendakwah.
Yang kedua dalam al-Qur‟an yaitu penyampaian harus dengan
Mauizhah Hasanah adalah memberikan contoh yang baik. Dalam diri
seorang pendakwah harus mempunyai dan wajib mempunyai karakter ini
agar seorang pendakwah tidak dikatakan orang yang munafik artinya
ketika berdakwah mengajak dan memerintahkan seperti ini tetapi untuk
realisasinya dalam kehidupannya tidak terapkan ini yang ditakutkan oleh
setiap pendakwah atau da‟i.
Yang ketiga adalah Mujadalah Bil Lati Hiya Ahsan. Dalam
penerapan metode ini dengan cara yang lemah lembut dan juga baik.
Bukan dengan cara saling menjatuhkan antar satu dengan yang lain.
Penyampaian materi harus mempunyai sikap bijaksana, tegas,
sehingga dapat menarik simpati dari jama‟ah dan yang terpenting materi
yangdiberikan berupa nasehat-nasehat serta dibarengi dengan
mencontohkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Metode beliau juga lebih mengarah kepada ilmiah, objektif, dan
selalu menjelaskan dengan logika. Dikatakana lebih ilmiah yakni diukur
dari beberapa segi ilmu baik ilmu umum maupun agama yang dihasilkan
dari penelitian, ataupun tentunya sesuai penjelasan dan tafsir yang ada di
al-Qur‟an dan al-Hadits agar referensi yang diberikan jelas. Objektif dalam
48
penyampaian tidak mengada-ada, dan memang terdapat sumbernya,
artinya sesuai dengan apa yang ada dalama al-Qur‟an dan al-Hadits dan
beliau selalu menjelaskan menggunakan dengan logika tentunya sesuai
penalaran manusia. Karena dalam Al-Qur‟an dan al-Hadits dan beliau
selalu menjelaskan menggunakan dengan logika tentunya sesuai penalaran
manusia. Karena dalam al-Qur‟an banyak contoh yang mungkin tidak
mudah dicerna manusia dengan logika tentunya bisa membuka fikiran
manusia melalui penjelasan dan diberikan contoh yang simpel dan mudah
dipahami. Contoh penjelasan beliau dalam al-Qur‟an bahwa yang halal itu
jelas dan yang haram itu jelas seperti daging ayam itu halal, dan daging
babi itu haram maka untuk memakannya haram dan diantaranya keduanya
disebut subhat (samar-samar) dan dilarang kepada manusia untuk
mendekati sesuatu yang subhat karena sesuatu yang subhat mendekati
keharaman. Oleh karena itu bagi masyarakat yang belum mengerti apa itu
subhat, maka kita selaku da‟i harus memberikan penjelasan dan
pengarahan agar mereka mengetahui betul apa yang dimaksudkan dalam
al-Qur‟an. Oleh karena itu bagi masyarakat yang awam ataupun yang
kurang memahami kita harus memberikan satu contoh yang fleksibel dan
mudah dipahami tentunya dengan menggunakan logika yang logis.
Contohnya seseorang yang memiliki kebun yang berdampingan dengan
kebun orang lain, suatu ketika menemukan buah di perbatasan kebun.
Buah itu mungkin jatuh dari tanaman tetangganya atau mungkin dari
tanamannya sendiri. Menurut sebagian Mazhab Hanafi, Maliki, dan
49
Syafi‟i, hukum memakan buah milik orang lain tanpa izin adalah jelas
haramnya, tetapi karena tidak jelas apakah buah itu miliknya atau milik
orang lain maka buah itu dimasukkan dalam kategori harta syubhat. Oleh
karena itu, meninggalkannya adalah lebih baik dan lebih aman dari celaan
agama.
Beliau mempunyai gaya bahasa yang khas dan gaya bahasa ini
biasanya muncul ketika beliau sedang berpidato dan ketika sedang
menjelaskan satu masalah. Gaya bahasa beliau sejuk dan tutur katanya
lembut, inilah yang menjadi kunci sukses beliau ketika berdakwah.
Dalam penyampaian materi metode ceramah ini beliau biasanya
memberikan materi dalam bentuk uraian dan penjelasan secara lisan oleh
beliau yang sedang dibahas, sedangkan jama‟ah duduk melihat,
mendengarkan dan menyimak apa yang disampaikan da‟i.
Dengan cara ini beliau memberikan ceramah dan para jama‟ah
mendengarkan, dan adapula dari jamaah yang mencatat apabila ada materi
yang perlu ditulis agar mudah juga dipraktekkan.
Biasanya Ustadz Umay Maryunani mempunyai pembahasan
khusus dalam pemberian materi-materi ceramah beliau yakni berkenaan
dengan Tafsir al-Qur‟an, Tauhid dan Ketakwaan, Fiqih, dan materi yang
lainnya. Beliau mempunyai ciri khas dalam ceramah selain beliau
menggunakan logika dalam pembahasan ceramah beliau juga mempunyai
gaya bahasa yang lembut dan sejuk sehingga mad‟u yang mendengarkan
merasa enak apabila beliau sedang ceramah, dan tak lupa juga beliau
50
selalu diiringi dengan humor dan canda agar para mad‟u yang
mendengarkan tidak merasa jenuh dan monoton karna ini adalah bagian
resep para da‟i dalam berpidato diiringi dengan humor yang mendidik.
Dengan penerapan metode ini banyak sekali membawa hasil yang
diinginkan seorang da‟i.1
b. Metode Tanya Jawab
Metode ini adalah metode pelengkap dari metode ceramah dan
biasanya dibawakan ketika setelah selesai memberikan ceramah. Dan
biasanya diberikan waktu oleh seorang da‟i untuk bertanya, bilamana ada
materi yang diberikan terdapat ketidakpahaman mad‟u yang
mendengarkan. Dengan adanya metode sudah dapat dikatakan
berkomunikasi efektif dan lebih akrab.
Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan
kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ini mengerti dan dapat
mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban pertanyaan sangat diperlukan
kejelasan dan pembahasan sedalam-dalamnya metode ini sering juga
dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril AS.
Dalam metode ini biasanya mad‟u suka bertanya mengenai sesuatu
masalah yang dirasakan belum dimengerti ketika da‟i menjelaskan materi,
dan yang menjawab atas pertanyaan mad‟u adalah da‟i yang
menyampaikan materi tersebut. Metode Tanya jawab ini diaplikasikan
untuk melayani kebutuhan jama‟ah atau mad‟u dan menjelaskan tentang
1Nanang Saprudin, Wawancara Pribadi, Jampang Kulon 18 November 2010.
51
hal-hal yang berkenaan dengan materi yang sedang dibahas, juga untuk
mengurangi kesalahpahaman jama‟ah.2
Metode ini menjadi sangat akurat karena sebagai pendalaman
materi dalam kegiatan pengajian. Dalam kegiatan yang sedemikian rupa
terjalin hubungan yang erat antara seorang da‟i dan mad‟unya, mengenai
permasalahan agama.
Metode ini bersumber dari Q.S.An-Nahl: 125 yakni mujadalah bil
lati hiya ahsan. Metode ini harus diterapkan secara baik dan tidak saling
menjatuhkan. Karena metode ini sangat merangsang daya pikir seorang
mad‟u.
Metode ini pasti hampir setiap da‟I menerapkannya, karena sangat
efisien sekali untuk membantu mad‟u memahami apa yang dijelaskan da‟I.
Biasanya setelah da‟I memberikan materi melalui ceramah, maka da‟I
akan memberikan waktu pada jama‟ah untuk bertanya, bilamana ada
materi yang belum dipahami. Dengan adanya metode ini diharapkan da‟I
dan para jama‟ah dapat berkomunikasi secara efektif.
Dan biasanya jama‟ah akan melontarkan beberapa pertanyaan-
pertanyaan kepada da‟I yang berkaitan langsung dengan materi dan
pembahasan yang telah disampaikan. Walaupun terkadang dalam metode
ini banyak pertanyaan yang keluar dari topik yang dibahas. Dan yang
paling terpenting seorang da‟I harus mempersiapkan bahan-bahan materi
yang akan dibahas.
2Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.124
52
Kelebihan Metode Tanya Jawab Ustadz Umay Maryunani
diantaranya :
1) Dapat dipergunakan sebagai komunikasi dua arah (interaksi antara da‟I
dan mad‟u).
2) Bila tanya jawab sebagai selingan ceramah, maka audien atau forum
dapat hidup (aktif).
3) Timbulnya perbedaan pendapat terjawab antara audien.
4) Mendorong audien (objek dakwah) lebih aktif dan bersungguh-
sungguh hidup (aktif).
5) Da‟I dapat mengetahui dengan mudah tingkatan pengetahuan dan
pengalaman.
6) Meningkatkan martabat dan harga diri da‟I jika semua pertanyaan
dapat dijawab dengan baik.
Kekurangan Metode Tanya jawab yang digunakan Ustadz Umay
Maryunani diantaranya :
1) Bila diantara dan mad‟u terdapat perbedaan pendapat maka akan
memakan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan
permasalahannya.
2) Biasanya seorang da‟i mempunyai penilaian kepada seorang mad‟u
apabila jawaban da‟i kurang jelas atau mengena maka akan terjadi
pemikiran yang meremehkan da‟i.
3) Biasanya seorang mad‟u sulit untuk mengerti atau menyimpulkan
seluruh isi materi pembicaraan seorang da‟i.
53
Oleh karena itu dibutuhkan penguasaan materi yang sangat mendalam
agar seorang da‟i bisa menjawab persoalan yang ditanyakan audiens
atau mad‟u. Semua ini akan menjadi tantangan seorang da‟i.
c. Metode Demonstrasi/Praktek
Metode ini biasanya digunakan apabila ada materi ceramah yang
belum jelas dikarenakan pemahaman orang berbeda-beda ada yang cepat
menangkap materi yang disampaikan da‟I ada pula yang lemah dalam daya
tangkap. Maka metode praktek disini sangat diperlukan sekali memang
ada beberapa materi yang sulit dipahami. Contoh mengenai tata cara
wudhu yang benar, shalat, thaharah. Dan banyak lagi pembahasan yang
memerlukan praktek.
Di sinilah fungsi seorang da‟I dibutuhkan untuk memberikan
uswah dan pelajaran yang baik yaitu dengan cara mempraktekkan apa
yang mad‟u belum memahami. Karena tanpa adanya pembinaan seorang
da‟I terkadang mad‟u banyak mengerjakan tanpa ilmunya. Contoh orang
shalat tetapi hanya sekedar shalat tanpa adanya kehati-hatian dalam
menjalankannya. Adapun dari cara ini akan suatu hasil yang sangat baik
yakni keseragaman dalam pelaksanaan ibadah tentunya sesuai apa yang
dijelaskan al-Qur‟an dan al-Hadits.
Penerapan metode ini mungkin sudah setiap kali beliau terapkan
pada saat beliau memberikan pembahasan mengenai shalat, tata cara
berwudhu, tata cara mengurus jenazah yang baik dan benar maka ustadz
Umay mencontohkan dan melakukan praktek bersama mad‟u.
54
Metode ini sebagai pelengkap dari metode ceramah dan Tanya
jawab biasanya diterapkan apabila ada keterangan yang memang harus
dipraktekkan langsung, dan digunakan materi tersebut.
Metode ini didapatkan dan seringkali didapat ketika beliau sedang
mengadakan diskusi dengan mad‟u mengenai seputar permasalahan agama
yang menyangkut masalah fiqih.
Metode ini diterapkan ketika shalat berjamaah di masjid Pondok
Pesantren. Jadi, mad‟u secara langsung melihat dan mempraktekkan tata
cara shalat wajib tersebut. Contoh lain, yaitu praktek tata cara mengurus
jenazah mulai dari memandikan, mengkafani, sampai shalat jenazah secara
berjamah. Biasanya menggunakan alat peraga patung yang menyerupai
manusia. Adapun metode ini terdapat kelebihan dan kekurangan
diantaranya :
Kelebihan Metode Demonstrasi/Praktek Ustadz Umay Maryunani :
1) Dapat memudahkan da‟i dalam penyampaian materi yang disampaikan
sehingga penerapan mad‟u dapat direalisasikan langsung oleh
audiens/mad‟u.
2) Da‟i akan lebih dihormati karena selain penyampaiannya jelas dan
ternyata dalam hal praktek menguasai materi yang dibawakan.
Kekurangan Metode Demonstrasi/Praktek yang digunakan Ustadz
Umay Maryunani :
1) Mad‟u tidak merasa yakin terhadap apa yang disampaikan da‟i
diakibatkan praktek yang dilakukan da‟i kurang dipahami apalagi tidak
sesuai dengan pembahasan.
55
2) Timbulnya praduga yang tidak menyenangkan kepada da‟i.
d. Metode Halaqoh atau membaca kitab bersama
Metode halaqoh yaitu biasanya beliau membacakan kitab tertentu,
sementara jama‟ah mendengarkan, lalu membaca bersama dan menirukan.
Jadi dalam metode ini da‟i membaca kitab terlebih dahulu kemudian
jama‟ah menirukan apa yang akan dibaca da‟i.
Dengan diaplikasikannya metode ini diharapkan agar mad‟u yang
kurang dalam membaca dapat menirukan apa yang dibaca da‟i terutama
dalam membaca dapat menirukan apa yang dibaca da‟i terutama dalam
membaca huruf hijaiyah, makhroj huruf, dan panjang pendek bacaan.
Meskipun mad‟u umumnya sudah mahir menguasai dasar membaca al-
Qur‟an ini, tetapi akan lebih baik mengulas kembali agar lebih fasih.
Metode ini juga diselingi dengan metode ceramah, jadi setelah da‟i
membaca dan mad‟u menirukan apa yang akan dibaca da‟i kemudian
dilanjutkan dengan penjelasan dan uraian yang sedang dibahas
disampaikan da‟i dengan ceramah biasanya disajikan dalam metode
halaqoh ini adalah tafsir dan hadits. Beliau sering menerapkan metode ini
di beberapa majelis taklim yang beliau pimpin.
Dalam metode halaqoh ini, ustadz umay menyempatkan waktu
khusus seminggu sekali yaitu pada hari senin jam 16.00-18.00 WIB di
Pondok Pesantren Darul Amal Sukabumi.
56
3. Dakwah bil Qolam
Bila ditelusuri di dalam tafsir Departemen Agama RI disebutkan
bahwa definisi dakwah bil qalam adalah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah SWT, lewat seni
tulisan.3
Pada zaman sekarang model dakwah seperti ini sudah mulai efektif
untuk direalisasikan. Mengingat kemajuan teknologi informasi yang
memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan
pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan
mutlak dimanfaatkan oleh subjek dakwah.4
Metode ini sebagai metode yang sangat efektif untuk mengikuti
perkembangan zaman yang sekarang sangat pesat sekali. Oleh karena itu
dibutuhkan media dakwah yang sangat membantu sekali.
Contoh biasanya beliau menulis buku-buku Islam. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Merawat Anak yatim dalam hukum Islam, tahun 1979
b. Modernisasi Tata Laksana Zakat dalam Syari‟at Islam, 1983
c. Perkembangan Pemikiran Ulama Tentang Shalat Jum‟at, 1987
d. Manajemen Masjid dalam Naungan Al-Qur‟an dan Al-Sunnah,1990
e. Do‟a-do‟a dari al-Qur‟an dan Al-Sunnah, 1991
f. Manasik Haji dan Do‟a-do‟a Lengkap, 1992
3Departemen Agama RI, Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an dan
Tafsirnya, jilid XI, juz 29 (Jakarta : YPPA, 1995), h.255. 4Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual : Refleksi Sosial Cendekiawan Muslim, (Bandung:
Mizan, 1998), h.172.
57
g. Panduan Shalat 1-2, 1993
h. Keluarga Sakinah dalam naungan al-Qur‟an dan Al-Sunnah, 1994
i. Perjalanan Manusia dalam Informasi al-Qur‟an, 1995
j. Paket Kursus Tafhim al-Qur‟an 1-7, 1996
k. Guru dalam perspektif al-Qur‟an (Thesis Magister), 1999
l. Hidup Hanief Ala Ibrahim Bagi Umat Muhammad, 2004
m. Harta, Kedudukannya dalam Islam, 2007
n. Pembuka gerbang Al-Qur‟an, 2008
o. Ketika Manusia Telah Berjanji kepada Allah, 2008
p. Aku Bangga paham Al-Qur‟an, 2010
Dengan adanya media tulis ini sangat memudahkan sekali dan
membantu agar dakwah bisa dirasakan semua khalayak. Dan biasanya sangat
mengena sekali bagi masyarakat luas karena dengan membaca kita dapat
memahami isi pesan yang ditulis. Tentunya diiringi dengan bahasa yang
mudah dipahami, tema yang menarik, dan isi pesan yang sangat bagus dan
mengena kepada masyarakat luas terutama tema yang sedang hangat-
hangatnya di masyarakat. Baik tema mengenai agama, ekonomi, maupun
politik tentunya dikaitkan kepada nilai-nilai agama. Dalam berdakwah dengan
tulisan juga perlu memperhatikan etika dalam membuat tulisan, bahasa yang
ringan, sederhana. Sistematis dan lain sebagainya serta tema tulisan yang
diangkat adalah yang membangkitkan rasa keagamaan.
Selain itu pula, Ustadz Umay selalu membuat artikel atau tulisan yang
di dalamnya berisikan ayat-ayat al-Qur‟an dan Hadist-hadist Nabi SAW yang
58
dikonsep sebelum beliau menyampaikan dakwahnya. Contoh : Khutbah Idul
Adha 1424 H yang berjudul Hidup Hanief Ala Ibrahim Bagi Umat
Muhammad yang dibawakan di Masjid Agung Sunda Kelapa.
4. Dakwah bil-hal
Dakwah bil hal berupa perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran al-
Islam. Serta perilaku yang bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam metode dakwah bil hal ini Ustadz Umay Maryunani menerapkannya
dalam berbagai hal, diantaranya sebagai berikut :
a. Dalam bidang Keagamaan dan Pendidikan
1) Mendirikan Majelis Mudzakarah Ulama-Umara Darul‟Amal di
Jampang Kulon, Sukabumi
2) Mendirikan Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul
„Amal, di Selajati, Jampang kulon, Sukabumi yang mengelola Pondok
Pesantren Terpadu, Santunan Anak Asuh, Pembinaan Ekonomi Umat.
3) Mendirikan Yayasan Da‟wah & Sosial Islam (YADSI) “al-Urwatul
Wustqa”, di Jakarta, yang menyelenggarakan Kursus Tafhim Al-
Qur‟an, menyantuni kaum dhu‟afa.
4) Sebagai Ketua Badan Pengurus Yayasan Al-Ma‟shum Mardhiyah, di
Galudra, Cugenang, Cianjur, yang mengelola Pondok Pesantren
Terpadu.
5) Mendirikan Yayasan Masjid Jami‟ Rawasari, yang mengelola TKA &
TPA Al-Rawdhah, membangun Masjid Jami‟ Al-Nizham, Rawasari.
59
6) Membuka Cabang Yayasan al-„Urwatul Wustqa, di Tegal Mulyo
Klaten Utara, yang mengelola Pesantren Tahfizh al-Qur‟an.
7) Membuka cabang Yayasan al-„Urwatul Wustqa, di desa Beruk
Jatiyoso, Karang Anyar, Jawa Tengah, yang mengkoordinir para Da‟i
di desa-desa terpencil di sekitar Gunung Lawu.
b. Dalam bidang layanan sosial kemasyarakatan.
Selain mendirikan Pondok Pesantren Darul „Amal Sukabumi,
Ustadz Umay juga mengembangkan bidang layanan sosial
kemasyarakatan yang berasal dari para dermawan dan pendapatan pondok
pesantren. Layanan sosial kemasyarakatan ini bisa membantu biaya
sekolah 360 anak SMP dan SMA yang tidak mampu, serta membantu
biaya kuliah para mahasiswa cerdas tapi tidak mampu. Saat ini sudah ada
18 sarjana S-1, 1 Master, dan 26 mahasiswa aktif.
c. Dalam bidang pemberdayaan Ekonomi Umat
Dakwah di Pondok Pesantren bukan hanya dalam bidang
keagamaan saja, namun juga di bidang lain seperti contoh berikut ini:
1) Bidang Perdagangan
Dalam bidang perdagangan, Pondok Pesantren Darul‟Amal
mendirikan mini market yang diberi nama „Ribhi Barka Mart‟. Usaha
ini dikelola oleh para ustadz yang dibantu oleh para santri untuk
melatih menjadi seorang wira usaha. Mini market ini menjual berbagai
macam keperluan santri juga masyarakat sekitar Pondok Pesantren
Darul „Amal Sukabumi. Mulai dari kebutuhan sembilan bahan pokok,
60
alat tulis dan kantor, sampai produk kerajinan dari hasil karya para
santri maupun warga sekitar pondok pesantren.
2) Bidang Peternakan dan Perikanan
Dalam bidang peternakan, Ustadz Umay merintis peternakan kambing
dan sapi. Kegiatan ini untuk menumbuhkan jiwa kemandirian para
santri dan guru. Jadi, di bantu para warga sekitar, pengelolaan ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya daging serta
menambah pendapatan Pondok Pesantren. Sedangkan dalam bidang
Perikanan, Ustadz Umay membuat kolam ikan lele dan nila. Kegiatan
ini dikelola bersama oleh santri, guru, dan warga sekitar.
3) Dalam bidang pertanian dan perkebunan
Dalam bidang pertanian, Ustadz Umay membeli tanah yang disediakan
untuk lahan pertanian padi. Bidang pertanian ini untuk memenuhi
swasembada pangan untuk kehidupan santri. Di bidang perkebunan,
Ustadz Umay mengelola perkebunan jati yang berada di samping area
pondok pesantren.
B. Hambatan-hambatan yang dihadapi serta Solusinya
Hambatan-hambatan yang dialami Ustadz Umay Maryunani
diantaranya :
1. Dalam menyampaikan dakwahnya beliau mengalami komunikasi yang
kurang terjalin dengan baik. Biasanya sering kali ditemui mad‟u yang
tidak memperhatikan atau tidak menyimak.
61
2. Tingkat pemahaman mad‟u yang berbeda-beda.
3. Sulit untuk mengetahui pemahaman audien terhadap materi yang
disampaikan.
4. Biasanya seorang mad‟u sulit untuk mengerti atau menyimpulkan seluruh
isi materi pembicaraan seorang da‟i.
Solusi yang diterapkan Ustadz Umay Maryunani
1. Mensiasati isi pesan yang disampaikan beliau dengan humor yang pas
sehingga mad‟u tidak merasa bosan.
2. Penyampaian materi disampaikan dengan baik, audien/mad‟u akan dapat
mempelajari kandungan serta menghayati materi yang telah diceramahkan.
3. Untuk mad‟u yang kurang memahami biasanya dibuka tanya jawab.
4. Menjelaskan serta melengkapi isi materi yang kurang dipahami dengan
cara mempraktekkan materi yang disampaikan sehingga mad‟u merasa
jelas.
5. Penyampaian materi dibawakan dengan gaya bahasa yang khas, sopan,
santun, dan lemah lembut.
Maka bagi seorang penceramah tentunya harus mempunyai siasat
tersendiri ataupun metode tersendiri agar pesan yang diberikan dapat dipahami
para jamaah dan pesan yang dikemas pun harus mudah dipahami dan dicerna.
Sudah tentunya hambatan dalam memberikanpesan sering terjadi. Yang
terpenting memberikan solusi atau jalan keluarnya.5
5Ustadz Umay Maryunani, Wawancara Pribadi, Jakarta 18 Desember 2010
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh kemudian dilakukan
analisa, maka hasil uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya
tentang metode dakwah Ustadz DR. Umay Maryunani, MA Di Pondok
Pesantren Darul ‘Amal Sukabumi maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Metode Dakwah yang diterapkan anatara lain:
a. Metode Dakwah Bil Lisan
Ustadz Umay Maryunani menggunakan metode ceramah, metode
tanya jawab, praktek/demostrasi, dan metode halaqoh.
b. Metode Dakwah Bil Qolam
Ustadz Umay maryunani menggunakan media tulisan seperti menulis
buku dan artikel.
c. Metode Dakwah Bil Hal
Ustadz Umay Maryunani mengaplikasikannya dalam berbagai bidang
diantaranya adalah : Bidang keagamaan dan pendidikan, bidang
layanan sosial kemasyarakatan, bidang peternakan dan perikanan, serta
bidang pertanian dan perkebunan.
2. Hambatan yang dihadapi Ustadz Umay Maryunani dalam menyampaikan
metode dakwahnya antara lain : kurang efektifnya komunikasi yang
terjalin antara Ustadz Umay dengan mad’u, Tingkat pengetahuan mad’u
63
yang berbeda-beda, Sulit untuk mengetahui pemahaman mad’u terhadap
materi yang disampaikan, serta Biasanya seorang mad’u sulit untuk
mengerti atau menyimpulkan seluruh isi materi pembicaraan seorang da’i.
Untuk menangani hal itu maka Ustadz Umay Maryunani mempunyai
solusi diantaranya : Mensiasati isi pesan yang disampaikan beliau dengan
humor yang pas sehingga mad’u tidak merasa bosan, Penyampaian materi
disampaikan dengan baik, audien/mad’u akan dapat mempelajari
kandungan serta menghayati materi yang telah diceramahkan, Untuk
mad’u yang kurang memahami biasanya dibuka tanya jawab, Menjelaskan
serta melengkapi isi materi yang kurang dipahami dengan cara
mempraktekkan materi yang disampaikan sehingga mad’u merasa jelas,
Penyampaian materi dibawakan dengan gaya bahasa yang khas, sopan,
santun, dan lemah lembut. Namun, sukses berdakwah di Pondok Pesantren
Darul ‘Amal Sukabumi, masih ada hambatan yang dihadapi oleh Ustadz
DR. Umay Maryunani, MA adalah berdakwah untuk keluarganya.
Memang diakui Ustadz Umay belum berhasil untuk mengajak salah satu
anaknya untuk kembali ke jalan dakwah. Namun, Ustadz Umay berusaha
untuk merangkul anaknya dengan pendekatann emosional dan komunikasi.
64
B. Saran
Berdasarkan pengamatan terhadap penelitian Metode Dakwah Ustadz
Umay Maryunani Di Pondok Pesantren Terpadu Darul Amal Sukabumi
tersebut, penulis menyarankan :
1. Diharapkan Ustadz Umay Maryunani terus melaksanakan aktivitas
dakwahnya dan mempertahankan konsistensinya sebagai seorang da’i.
2. Untuk menjalin komunikasi yang lebih baik lagi kepada mad’u dengan
melakukan evaluasi terhadap ilmu dakwah yang sudah mad’u pelajari
secara kontinu.
3. Diharapkan Ustadz Umay Maryunani lebih mengembangkan metode
dakwahnya dalam komunikasi massa, seperti di radio, televisi, dan
internet.
4. Diharapkan lebih berkonsentrasi berdakwah di keluarga sendiri.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Djamal. Komunikasi dan Bahasa Dakwah.Jakarta : Gema Insani Press,
1996
Arifin,M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994
Ahmad, Amrullah. Dakwah Akt ual, Yogyakarta: PLP2M, 1985
Bahtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997
Burhan, Arif. Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional, 1992
Darussalam, Ghazali. Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia: Nur Niaga
SDN.BHD, 1996
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang, Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, 1985
Dirdjosantoro, Pradjata. Memelihara Ummat Kyai Pesantren Kyai Langgar Jawa,
Yogyakarta, LkiS, 1999
Effendi, Joh. Ensiklopedi Nasional Indonesia
____________. Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Haeve, 1994
Hafidudin, Didin. Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998
Hasanuddin. Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996
J.Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010
Jumantoro, Toto. Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang
Qur’ani, Jakarta: Wonosobo, 2001
Lubis, Muhammad Ridwan, Pemikiran Soekarno Tentang Islam, Jakarta: CV.
Masagung, 1992
Ma’luf, Lois.Munjid al-Lughah wa A’lam, Beirut: Dar Fikr, 1988
Mahfudz, Sahal, Nuansa Fiqh Sosial, Yogykarta: LKiS, 2003
66
_____________, Membangun Kemandirian Ummat di Pedesaan, Bogor:
Pesantren Pertanian Daarul Falah, 2000
Machendrawati, Nanih dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat
Islam; Dari Ideologi, Strategi, sampai Tradisi, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001
Maryunani, Umay. Membangun Kemandirian Ummat di Pedesaan, Sukabumi,
PesantrenDarul Amal 2000
______________. Manusia Dalam Presfektif Al’qur’an
______________. Garis Besar Haluan Yayasan
______________. Panduan praktek pengabdian masyarakat bagi santri akhir
Muhtarom, Zainal. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta: Al-
Amin Press, 1996
Munawar, Ahmad Warsan. Al-Munir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya, Pustaka
Progressif, 1997
Mastuhu. Prinsip Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994
Ma’sud, Masdar F., Direktori Pesantren, Jakarta: P3M, 1986
Nasution, A.H., Pembangunan Moral Inti Pembangunan Nasional, Surabaya:
Bina Ilmu, 1995
Nata, Abudin metodologi pendidikan
___________, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2000
Natsir, Muhammad. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1989
Peodarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Prasodjo, Sudjoko, Profil Pesantren, Jakarta: P3M, 1983
Qoyyim, Ibnu. At Tafsirul Qoyyim
Rahardjo, M. Dawam, Pergulatan Dunia Pesantren Dari Bawah, Jakarta: P3M,
1985
Rais, Amin. Cakrawala Islam, (bandung: mizan, 1996), cet VII
Salmah, Ismah. Strategi Dakwah di Era Millenium; Jurnal Kajian Dakwah dan
Budaya, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2004
67
Sayid Abdul Rauf, Abdul kadir. Dirasah Fid Dakwah al-Islamiyah, Kairo: Dar
El-Tiba’ah al-Mahmadiyah, 1987
Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah; Pendekatan Personal dalam
Berdakwah, (Solo: Era Intermedia, 2000) Cet-2
Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2000
Singarimbun, Mari, dan Efendi Sofian. Metode Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES, 1989
Steenbrink, Karel A., Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan dalam Kurun
Modern, Jakarta: LP3ES, 1994
Suparta, Munzir. Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2003
Syamsuddin, Fathiy. Menguatkan Peran dan Fungsi Peran Ulama, Majalah al-
Wa’ie no.80 (April 2007
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasr Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1987
Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998
Peodarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Prasodjo, Sudjoko, Profil Pesantren, Jakarta: P3M, 1983
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren; Pendidikan Alternatif Masa Depan,
Jakarta: Gema Insani Press, 1997
Ziemek, Manfried, Pesantren dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Djamal. Komunikasi dan Bahasa Dakwah.Jakarta : Gema Insani Press,
1996
Arifin,M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994
Ahmad, Amrullah. Dakwah Akt ual, Yogyakarta: PLP2M, 1985
Bahtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997
Burhan, Arif. Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional, 1992
Darussalam, Ghazali. Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia: Nur Niaga
SDN.BHD, 1996
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang, Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, 1985
Dirdjosantoro, Pradjata. Memelihara Ummat Kyai Pesantren Kyai Langgar Jawa,
Yogyakarta, LkiS, 1999
Effendi, Joh. Ensiklopedi Nasional Indonesia
____________. Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Haeve, 1994
Hafidudin, Didin. Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998
Hasanuddin. Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996
J.Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010
Jumantoro, Toto. Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang
Qur’ani, Jakarta: Wonosobo, 2001
Lubis, Muhammad Ridwan, Pemikiran Soekarno Tentang Islam, Jakarta: CV.
Masagung, 1992
Ma’luf, Lois.Munjid al-Lughah wa A’lam, Beirut: Dar Fikr, 1988
Mahfudz, Sahal, Nuansa Fiqh Sosial, Yogykarta: LKiS, 2003
66
_____________, Membangun Kemandirian Ummat di Pedesaan, Bogor:
Pesantren Pertanian Daarul Falah, 2000
Machendrawati, Nanih dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat
Islam; Dari Ideologi, Strategi, sampai Tradisi, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001
Maryunani, Umay. Membangun Kemandirian Ummat di Pedesaan, Sukabumi,
PesantrenDarul Amal 2000
______________. Manusia Dalam Presfektif Al’qur’an
______________. Garis Besar Haluan Yayasan
______________. Panduan praktek pengabdian masyarakat bagi santri akhir
Muhtarom, Zainal. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta: Al-
Amin Press, 1996
Munawar, Ahmad Warsan. Al-Munir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya, Pustaka
Progressif, 1997
Mastuhu. Prinsip Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994
Ma’sud, Masdar F., Direktori Pesantren, Jakarta: P3M, 1986
Nasution, A.H., Pembangunan Moral Inti Pembangunan Nasional, Surabaya:
Bina Ilmu, 1995
Nata, Abudin metodologi pendidikan
___________, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2000
Natsir, Muhammad. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1989
Peodarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Prasodjo, Sudjoko, Profil Pesantren, Jakarta: P3M, 1983
Qoyyim, Ibnu. At Tafsirul Qoyyim
Rahardjo, M. Dawam, Pergulatan Dunia Pesantren Dari Bawah, Jakarta: P3M,
1985
Rais, Amin. Cakrawala Islam, (bandung: mizan, 1996), cet VII
Salmah, Ismah. Strategi Dakwah di Era Millenium; Jurnal Kajian Dakwah dan
Budaya, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2004
67
Sayid Abdul Rauf, Abdul kadir. Dirasah Fid Dakwah al-Islamiyah, Kairo: Dar
El-Tiba’ah al-Mahmadiyah, 1987
Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah; Pendekatan Personal dalam
Berdakwah, (Solo: Era Intermedia, 2000) Cet-2
Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2000
Singarimbun, Mari, dan Efendi Sofian. Metode Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES, 1989
Steenbrink, Karel A., Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan dalam Kurun
Modern, Jakarta: LP3ES, 1994
Suparta, Munzir. Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2003
Syamsuddin, Fathiy. Menguatkan Peran dan Fungsi Peran Ulama, Majalah al-
Wa’ie no.80 (April 2007
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasr Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1987
Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998
Peodarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Prasodjo, Sudjoko, Profil Pesantren, Jakarta: P3M, 1983
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren; Pendidikan Alternatif Masa Depan,
Jakarta: Gema Insani Press, 1997
Ziemek, Manfried, Pesantren dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986.