metode ilmiah.doc

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita ketahui bersama, bahwa di era post-modern saat ini telah begitu banyak ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu tekhnologi yang semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya penemuan-penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan keilmuannya, karena itulah kami mengambil judul tersebut sebagai topik utama dalam makalah ini. Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa suatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode. Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah. Namun tidak semua pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah. Tetapi agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi, maka digunakanlah metode ilmiah ini.

Upload: rissty-nugrahani

Post on 30-Sep-2015

455 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKita ketahui bersama, bahwa di era post-modern saat ini telah begitu banyak ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu tekhnologi yang semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya penemuan-penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan keilmuannya, karena itulah kami mengambil judul tersebut sebagai topik utama dalam makalah ini.

Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa suatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode. Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah. Namun tidak semua pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah. Tetapi agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi, maka digunakanlah metode ilmiah ini.

B. Tujuan Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan informasi dan menambah wawasan kepada pembaca mengenai metode ilmiah.

C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian dari metode ilmiah?

2. Apa pengertian dari ilmu,ilmiah,dan ilmu yang ilmiah?3. Apa perbedaan metode dan metodologi?

4. Sebutkan dan jelaskan pembagian ilmu berdasarkan objek yang diamati dalam metode

ilmiah beserta cirinya?

5. Sebutkan dan Jelaskan pola umum metode ilmiah?

6. Sebutkan dan jelaskan macam-macam dari metode ilmiah?

7. Jelaskan pembagian dari metode siklus-empirik dan metode linear?

8. Apa nilai guna metode berpikir ilmiah ?

9. Bagaimana prosedur berpikir ilmiah ?

10. Bagaimana sikap dan aktivitas ilmiah ?

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Metode IlmiahSecara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Meta yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan Hodos yang artinya jalan yang harus ditempuh. Ada juga yang mengatakan metode berasal dari bahasa Yunani Methodos yang berarti jalan. Sedangkan dalam bahasa latin methodus berarti cara. Metode menurut istilah adalah suatu proses atau atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.

Sebelum menjelaskan ilmiah terlebih dahulu harus mengetahui dulu ilmu.Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Pengertian Ilmiah secara istilah dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang bersifat keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat diterima secara logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan Metode Ilmiah.

Sehingga di dapat metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada.

Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu.

Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur.Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law).Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam. Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic.Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan pendekatan serta eksperimen dan observasi.

Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang sama.

Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terdinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan.Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjkan.Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam.

B. Perbedaan Metode dan Metodologi

Metodologi bersangkutan dengan jenis, sifat dan bentuk umum mengenai cara-cara, aturan-aturan dan patokan-patokan prosedur.Jalannya pendidikan, yang menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan harus bekerja. Sedangkan metode bersangkutan dengan cara kerja dan langkah-langkah khusus penyelidikan secara sistematik menurut metodologi itu, agar tercapai suatu tujuan, yaitu kebenaran ilmiah. Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus.

C.Pembagian Ilmu Berdasarkan Objek yang Diamati dalam Metode Ilmiah Beserta CirinyaBerdasarkan objek yang diamati dalam metode ilmiah,maka ilmu dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Naturwissenschaft

Istilah jerman naturwissenschaften berarti ilmu kealaman yang objeknya adalah benda-benda fisik. Termasuk dalam tipe ilmu-ilmu kealaman adalah ilmu-ilmu seperti ilmu-ilmu fisika, kimia dan biologi, serta ilmu-ilmu khusus lain yang merupakan pengkhususan lebih lanjut ataupun cabang-cabang dari ilmu-ilmu tersebut, yang selanjutnya berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri, misalnya Fisiologi, Anatomi dan sebagainya.

Ciri dasar pertama yang menandai ilmu-ilmu kealaman adalah bahwa ilmu-ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan registrasi indrawi secara langsung. Data-data indrawi yang merupakan objeknya harus dimengerti tepat menurut penampakannya, dalam keadaan luas, keras, tinggi dan sebagainya. Bahan-bahan ini disaring, diselidiki, dikumpulkan, diawasi, diidentifikasi, dan diklasifikasi secara ilmiah, yaitu digunakannya instrumen-instrumen sebagai alat bantu. Perkembangannya sebagai ilmu alam modern dewasa ini, maka registrasi indrawi tersebut dilakukan alam wujud eksperimen.Eksperimentasi ilmu-ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati, seperti elektron dan ini protein (Van Melsen, 1982).

Ilmu-ilmu kealaman memperoleh suatu objektivitas yang khas, yaitu semata-mata bersifat empiris-eksperimental.Ciri selanjutnya dari ilmu-ilmu kealaman adalah bahwa ada suatu determinisme dalam objeknya, sedemikian rupa sehingga suatu aksi tertentu niscaya menimbulkan reaksi tertentu pula.Hukum aksi-reaksi ini berlangsung menurut sifatnya yang spesifik, karena itu eksperimen-eksperimen yang dilakukan pada prinsipnya dapat diulang.Selain sifat penelaahannya meliputi beberapa variabel dalam jumlah yang relatif sedikit, gejala fisik yang diamati pada umumnya seragam.

b. Geisteswissenschaften /the humanities

Geisteswissenschaften berarti ilmu-ilmu budaya atau ilmu-ilmu yang objeknya adalah hasil atau ekspresi roh manusia.Geisteswissenschaften sering disebut ilmu-ilmu sosial ataupun ilmu-ilmu human/kemanusiaan, yang dalam kerangka penulisan ini untuk selanjutnya digunakan istilah ilmu-ilmu sosial-humanistik. Ilmu yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial-humanistik ini antara lain adalah Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, Antropologi sosial/budaya, Ilmu Hukum, Psikologi (untuk sebagian), Ilmu Bahasa, dan Ilmu Komunikasi (Theodorson, 1970)

Ilmu-ilmu sosial humanistik seringkali disebut juga ilmu-ilmu tingkah laku (Behvioral science) dan melalui istilah Geisteswissenschaften tercakup pengertian luas, sehingga kerap kali mencakup juga ilmu pengetahuan budaya.Ilmu-ilmu sosial humanistik ini bersangkutan dengan aspek-aspek tingkah laku manusiawi, sebab pada dasarnya berobjekkan hasil atau ekspresi roh manusia yang dalam wujudnya tampak sebagai bahasa, permainan, syair, agama, institusi (bentuk bentuk kelembagaan)(Bakker, 1986). Objek ilmu-ilmu sosial humanistik ini merupakan gejala yang dapat diamati dan dinalar sebagai suatu fakta empiris, tetapi sekaligus termuat didalamnya arti, nilai, dan tujuan. Hal ini senantiasa terkait pada kenyataan bahwa manusia berbeda dengan binatang dan benda-benda fisik lainnya, hidup alam, dunia yang terdiri dari barang-barang yang dibuatnya sendiri serta dalam tujuan-tujuan yang dipikirkannya dan diterapkannya sendiri. Lapangan penyelidikan ilmu-ilmu sosial humanistik meliputi apa yang diperbuat manusia dalam dunianya serta yang dipikirkan tentang dunia tersebut (Rickman, 1967). Ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humanistik mempunyai ciri yang khas, yaitu normatif-teologis.Ilmu-ilmu sosial dan humanistik menemukan arti, nilai, dan tujuan.

D. Pola umum langkah metode ilmiahBersesuaian dengan Jujun S.S.(1987), Titus dkk menjelaskan enam pola umum langkah metode utuk memperoleh pengetahuan yaitu:

a. Kesadaran adanya problema

Kesadaran akan adanya problema adalah penting sekali.karena hanya demikian suatu pemikiran dan penyelidikan itu mungkin untuk diawali. Dalam hal ini, kemampuan untuk melukiskan problema secara jelas dan benar dalam suatu definisi adalah penting.Karena hanya dengan demikian pula pengumpulan data yang faktual baru mungkin.

b. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang relevan, yang juga memerlukan kesabaran dan lebih-lebih kemampuan untuk menguji data-data apakah faktual atau tidak.Pada persoalan yang sulit, untuk mendapatkan data-data seperti itu, memerlukan pemikiran dan penyelidikan yang saksama dan tidak aneh jika memerlukan waktu bertahun-tahun.

c. Penertiban data

Dalam masalah ini, diperlukan kemampuan analisis dan pengelompokan. Bagi metode ilmiah, memperbandingkan dan mempertentangkan data yang satu dengan data yang lain untuk diatur dalam urutan yang sesuai dengan kepentingan adalah pokok. Jadi, setiap data harus diberi nomor, dianalisis, dan diklasifikasikan.

d. Pembentukan Hipotesis

Langkah ini penting ketika melakukan pemeriksaan problem.Hipotesis dapat dibentuk setelah diperoleh data-data yang cukup.Dalam membentuk hipotesis, hal yang penting adalah harus bersifat masuk akal.Artinya, suatu deduksi harus dapat dicoba dan berfungsi sebagai petunjuk bagi penyelidikan selanjutnya.

e. Penarikan deduksi/kesimpulan dari hipotesis

Maksudnya, hipotesis menjadi dasar penarikan deduksi atau kesimpulan mengenai jenis susunan dan hubungan antara hal-hal atau benda-benda tertentu yang sedang diselidiki.

f. VerifikasiMasalah pengujian kebenaran dalam ilmu pengtahuan, keputusan akhirnya terletak pada fakta.Jika fakta tidak mendukung suatu hipotesis, maka hipotesis lain dipilih.Dengan demikian selanjutnya, kecuali fakta (data empirik), kaidah umum, atau hukum tersebut telah memenuhi persyaratan pengujian empiris.Terhadap hal ini, kaum rasionalis menyatakan bahwa suatu hipotesis baru bisa diterima secara keilmuan bila konsisten dengan semua hipotesis yang sebelumnya telah diuji kebenarannya.

E. Macam-macam metode ilmiah Berdasarkan objek pengamatannya dibagi menjadi dua yaitu:

a. Metode siklus-empirik.

Metode siklus-empirik ini menunjukan pada dua macam hal yang pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang, dan empirik yang menunjukan pada sifat bahan yang diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam tingkatan pertama dapat diregristasi secara indrawi.Metode ini digunakan dalam ilmu-ilmu kealaman (naturwissenschaft).

b. Metode linier.

Metode linier pada umumnya digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan humanistik (Geisteswissenschaft yang dalam bahasa inggris dikenal sebagai the humanities).

F. Pembagian Metode Siklus Empirik dan Metode LinearMetode siklus-empirik ini mencakup lima tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan evaluasi.Watak siklusnya tampak dalam hal bahwa setelah melakukan evaluasi, dimungkinkan dilakukannya lagi observasi-observasi yang kemudian dilanjutkan dengan tahapan-tahapan selanjutnya. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runtut dari segenap tahapan prosedur ilniah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap kerja tersebut seringkali dilakukan secara bersamaan (soejono Soemargono, 1976).

a. Observasi, maka yang dimaksudkan adalah bahwa tahapan ini berbuat lebih dari sekedar melakukan pengamatan biasa. Kenyataan empirik yang terjadi maka objeknya diselidiki, dikumpulkan, diidentifikasi, didaftar, dan diklasifikasikan secara ilmiah. Observasi mencari saling hubuingan dari bahan tersebut dan disoroti dalam suatu kerangka ilmiah.

b. Induksi. Pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Induksi dipermudah dengan digunakannya alat-alat bantu matematik dalam merumuskan serta mengumpulkan data-data empirik. Pengukuran secara kuantitatif terhadap besaran-besaran tertentu yang saling berhubungan, maka hubungan tersebut dapat digambarkan dalam simbul matematika. Apabila suatu kejadian terjadi secara berulang-ulang (terjadi keajegan), maka pernyataan umum tersebut memperoleh kedudukan sebagai hukum.

c. Deduksi-deduksi logis, yaitu data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Pernyataan sistem semacam ini juga tergantung dipergunakannya pengertian-pengertian operasional tertentu, yaitu bahasa buatan dalam rangka teori ilmiah. Berdasarkan sistem semacam ini dapatlah dijabarkan pernyataan-pernyataan khusus tertentu.

d. Observasi eksperimental, yaitu pernyataan yang telah dijabarkan secara deduktif (secara rasional). Diuji dengan melakukan verifikasi atau klarifikasi secara empirik. Verifikasi atau klarifikasi secara empirik dimaksudkan untuk mngukuhkan pernyataan-pernyataan rasional hasil deduksi sebagai teori. Verifikasi merupakan tahapan untuk mengukuhkan atau menggugurkan pernyataan-pernyataan rasional hasil dari deduksi-deduksi logis.

Sedangkan, metode liner memiliki tiga tahap, yaitu persepsi, konsepsi, dan prediksi. Persepsi adalah penangkapan data melalui indra. Konsepsi adalah pengolahan data dan penyusunannya dalam suatu sistem.Prediksi adalah penyimpulan dan sekaligus peramalan.

G. Nilai Guna Metode Berpikir IlmiahMetode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia.Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya.

Ada 4 cara manusia memperoleh pengetahuan:

1. Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan)

2. Merujuk kepada pendapat ahli

3. Berpegang pada intuisi (metode intuisi)

4. Menggunakan metode ilmiah

Dari ke empat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang ke empat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian.

Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya.

Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran filsafat.Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat pengetahuan yang hakiki.

Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan penelusuran.

Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, tidak ada kebenaran yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji.

Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan kepada beberapa hal mendasar, yaitu:

1. Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur fakta-fakta aktual.

2.Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas senyatanya dan realitas dalam dokumen tertentu.

3. Adanya pengelompokkan fakta dan data yang signifikan.

4. Adanya uji validitas.

5. Adanya penarikan kesimpulan yang operasional

6. Adanya fungsi timbal balik antara teori dan realitas.

7. Adanya pengembangan dialektika terhadap teori yang sudah teruji.

8. Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.

Ciri-ciri tersebut merupakan citra ilmu pengetahuan dan metode ilmah.Oleh karena itu, menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan, kemudian memperkuat diri dengan pengalaman dan menarik kesimpulan atas dasar pembuktian yang akurat.

Langkah metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:

a. Kemana arah yang hendak dituju ?

b. Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?

c. Mampukah melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang ditargetkan; benarkah telah mulai bergerak ?

Metode ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah.Dalam kerangka berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik dalam pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman pada paradigma tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan lebih membuktikan relevansi antara teori dan realitas secara apa adanya

H. Prosedur Berpikir IlmiahProsedur berfikir ilimiah modern, masih selalu teatp menggunakan kaidah keilmuan barat yang hanya melandaskan fikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Metode ilmiah adalah ekspresi tentang cara berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui metode ini, diharapakan dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah.Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif) dan teruji secara empiris. Metode ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan antara cara berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan.

Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:

1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertantangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.

2. Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik

3. Merumuskan suatu hipotesis

4. Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau percobaan

5. Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan

6. Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan

7. Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.

Permasalahan akan menentukan ada atau tidaknya ilmu. Tanpa ada masalah, maka tidak akan ada ilmu. Langkah pertama suatu penelitian adalah mengajukan sesuatu yang dianggap sebagai masalah. Sesuatu yang dianggap sebagai masalah apabila terdapat pertentangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya, dengan kenyataan yang sebenarnya ada.

Permasalahan dalam ilmu pengetahuan, memiliki 3 ciri:

1. Dapat di komunikasikan dan dapat menjadi wacana publik

2. Dapat diganti dengan sikap ilmiah

3. Dapat ditangani dengan metode ilmiah

I. Sikap dan Aktifitas Ilmiah1. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan bagian penting dari prosedur berfikir ilmiah. Sikap ilmiah memiliki 6 karakteristik, yaitu:

a. Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu yang menjadi pemicu munculnya pertanyaan serta dilakukannya penyelidikan, pemeriksaan, penjelajahan dan percobaaan dalam rangka mencapai pemahaman.

b. Spekulatif

Spekulatif ini adalah sikap ilmiah yang diperlakukan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis (tentu bersifat dedukatif) untuk `mencari solusi terhadap permasalahan.

c. Objektifitif

Objektifitif ini dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas terhadap apa yang dianggapnya benar.

d. Keterbukaan

Sikap terbuka adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan yang relevan.

e. Kesediaan untuk menunda penilaian.

Kesediaan untuk menunda penilaian, artinya tidak memaksakan diri untuk memperoleh jawaban, jika peneyelidikan belum memperoleh bukti yang diperlukan.

f. Tentatif

Bersikap tentatif artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan.

2. Aktivitas Ilmiah

Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yang terus-menerus melakukan research ilmiah untuk mencapai kebenaran.

Para ilmuan sering melakukan aktivitas ilmiah ini, secara terus menerus untuk mencapai pada apa yang disebutnya benar.

Menurut Walter R Borg and Meredith D Gall, menyebutkan ada 7 langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. 7 langkah tersebut diantaranya:

a. Menyusun sesuatu yang disebut masalah

b. Melakukan perumusan masalah atau mendefinisikan masalah kedalam bentuk yang operasional

c. Menyusun hipotesis/dugaan sementara

d. Menetapkan tekhnik dan menyusun instrumen penelitian

e. Mengumpulkan data yang diperlukan

f. Melakukan analisis terhadap data yang terkumpul

g. Menggambarkan kesimpulan yang berhasil dipecahkan

Dalam melakukan reserch, para ilmuan mempunyai dua aspek, yaitu aspek invidual yang mengacu pada ilmuan sebagai aktifitas ilmuan dan aspek sosial yang mengacu kepada ilmu sebagai suatu komunitas ilmiah dan kumpulan para ilmuan.Komunitas ini berinteraksi dengan intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan atau mengembangkan pengetahuan. Pola umum tata langkah metode ilmiah mencakup Kesadaran akan adanya problema, pengumpulan data, penertiban data, pembentukan hipotesis, penarikan deduksi/kesimpulan dari hipotesis, dan terakhir verifikasi.Ilmu-ilmu kealaman pada umumnya menggunakan metode siklus-empiris.Metode siklus-empiris terdiri dari 5 tahapan yaitu observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan evaluasi. Ilmu-ilmu sosial dan humanistik pada umumnya menggunakan metode linier dan analisisnya dimaksudkan untuk menemukan arti, nilai dan tujuan.Metode liner memiliki tiga tahap, yaitu persepsi, konsepsi, dan prediksi.

Metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapinya.

Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:

1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertentangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.

2. Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik

3. Merumuskan suatu hipotesis

4.Merancang suatau metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau percobaan

5. Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan

6. Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan

7. Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.

Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yan terus-menerus melakukan research ilmiah untuk mencapai kebenaran.

B. SaranDalam melakukan sebuah penelitian, sebaiknya digunakan metode yang tepat.Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode ilmiah.Dengan metode ini dapat mengungkapkan dan mengembangkan ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Suria sumantri, Jujun. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sumadi. 2010. Filsafat Ilmu Pengantar Konsep dan Analisis. Ciamis: Institut Agama Islam Darussalam.

A. Mirawihardja, Sutardjo. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.

Ahmad Saebani, Beni. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: CV Pustaka Setia.