mini project internship

20
BAB I PENDAHULUAN Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies gigi dapat terjadi pada setiap orang, terutama pada anak-anak. Hal ini terkait dengan perilaku dan kebiasaan anak-anak yang beresiko untuk terkena karies. Karies gigi dapat menyebabkan dampak yang mengganggu bagi penderita jika tidak diberikan pengobatan dengan segera. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang berat yang telah mengenai bagian persarafan gigi tersebut, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan saraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses. Karies gigi dapat 1

Upload: ida-bagus-dharma-putra

Post on 20-Jan-2016

118 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mini Project internship

TRANSCRIPT

Page 1: Mini Project internship

BAB I

PENDAHULUAN

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan

dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies gigi dapat terjadi pada

setiap orang, terutama pada anak-anak. Hal ini terkait dengan perilaku dan

kebiasaan anak-anak yang beresiko untuk terkena karies.

Karies gigi dapat menyebabkan dampak yang mengganggu bagi penderita

jika tidak diberikan pengobatan dengan segera. Gigi berlubang biasanya tidak

terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persarafan dari

gigi tersebut. Pada karies yang berat yang telah mengenai bagian persarafan gigi

tersebut, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi

terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah

besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi

jaringan saraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan

terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama

kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar

pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga

dapat terjadi abses. Karies gigi dapat menyebabkan nyeri pada gusi misalnya

ketika makan makanan yang panas atau dingin serta sentuhan, nyeri tersebut akan

bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama, setelah diberikan rangsangan

tergantung seberapa parah karies gigi seseorang. Nyeri akibat sentuhan sering

membuat penderita tidak ingin mengatupkan rahangnya. Hal ini mengganggu

penderita dalam proses mengunyah makanan. Sehingga dapat menurunkan nafsu

makan, terutama makanan yang padat dan keras. Terjadi pembengkakan pada

wilayah rahang atau wajah si penderita sehingga wilayah tersebut tampak lebih

besar. Seringkali jika gigi sakit dan terjadi pembengkakan pada gusi akan diikuti

oleh demam (Amilia, 2008)

1

Page 2: Mini Project internship

1.1 Latar Belakang

Banyak faktor yang menentukan resiko terjadinya karies gigi misalnya

faktor makanan yaitu jenis makanan yang dikonsumsi oleh seorang anak dan

didukung oleh frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang

mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka

beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam

sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah

makan. Selain itu kebiasaan minum susu menjelang tidur dengan menggunakan

susu botol yang terlalu lama, juga kebiasaan mengulum permen dan makan-

makanan manis. Telah diketahui makin majunya tehnologi pangan dan taraf

penghidupan, dimana adanya perubahan-perubahan dalam makanan ini akan

meningkatkan angka terjadinya karies gigi. Anak dengan kebiasaan menyimpan

makanannya dalam jangka waktu lama di mulut juga sering terkena resiko karies

gigi.

Faktor penyebab lainnya adalah cara pembersihan mulut serta frekuensi

pembersihan mulut yang dilakukan oleh seorang anak. Anak boleh makan-

makanan manis tetapi setelah itu sesegera mungkin menyikat gigi sehingga tidak

ada lagi sisa makanan yang menempel pada gigi. Anak-anak memiliki kegemaran

untuk makan makanan yang manis, sedangkan orang tua kurang mempedulikan

kebiasaan untuk menyikat gigi, jika seorang anak tidak mau menggosok gigi maka

sebagai orang tua sebaiknya dapat memaksa anaknya untuk menggosok gigi

terutama saat menjelang tidur malam. Bila seorang anak tidak terbiasa menggosok

gigi maka dari kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak yang mengalami

karies. Kegiatan menyikat gigi minimal dilakukan 2 kali yaitu pagi hari dan

malam sebelum anak tidur.

Untuk mengurangi dan mencegah timbulnya pemasalahan yang lebih

banyak dan lebih kompleks berkaitan dengan karies gigi sudah sepatutnya sedini

mungkin perlu diberikan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang

masalah gigi terhadap anak anak yang rawan menderita karies yaitu pada anak SD

dengan usia 6 sampai 12 tahun.

2

Page 3: Mini Project internship

1.2 Identifikasi Masalah

Salah satu permasalahan yang kami temui di wilayah kerja Puskesmas Mengwi II

pada tahun 2012 adalah kecenderungan meningkatnya angka kejadian karies gigi

pada anak SD dengan usia 6-12 tahun. Berikut ini kami tampilkan kejadian karies

gigi selama tahun 2012 dan kami membandingkan kejadian tersebut setiap 3

bulan.

Triwulan

Kejadian

Januari-Maret

2012

April-Juni

2012

Juli-September

2012

Oktober-

Desember 2012

Karies gigi anak

SD(6-12 thn)

27 26 34 39

Tabel 1.1 Kejadian karies gigi pada anak SD usia 6-12 tahun di wilayah Puskesmas Mengwi

II per 3 bulan (Data UKGS Poli Gigi tahun 2012)

No Desa Jumlah Kasus Karies

Gigi Anak SD (6-12)

Dalam Persen

1 Buduk 17 13,49 %

2 Tumbak Bayuh 16 12,67 %

3 Pererenan 11 8,7 %

4 Munggu 14 11,11 %

5 Cemagi 19 15,07 %

6 Kapal 27 21,43 %

7 Abianbase 22 17,46 %

Tabel 1.2 Kejadian karies gigi pada anak SD usia 6-12 tahun di wilayah Puskesmas Mengwi

II berdasarkan desa (Data UKGS Poli Gigi tahun 2012)

Berdasarkan data yang diperoleh dari register poliklinik gigi Puskesmas Mengwi

II tahun 2012, terdapat kecenderungan yang terus meningkat. Untuk memastikan

3

Page 4: Mini Project internship

hal tersebut kami mencoba untuk melakukan wawancara dan observasi di

lapangan, dan didapat hasil wawancara dan observasi terhadap responden dengan

10 sampel anak SD, sebanyak 70% mengalami gigi karies, sedangkan 30% tidak

karies. Dari anak yang karies tersebut dicoba untuk meneliti faktor risiko,

dampaknya dan didapatkan hasil sebagai berikut: 71,42% karena faktor makanan

kariogenik, sedangkan 28,57% karena faktor kebiasaan minum susu dengan

menggunakan dot. Dari faktor makanan kariogenik, setelah diteliti dari sampel

anak anak yang menderita karies 42,85% karena makan permen dengan frekuensi

dalam seminggu >7 kali, sedangkan 28,57% karena mengkonsumsi es krim, dan

28,57% karena mengkonsumsi coklat. Dari kebiasaan menggosok gigi kepada

pengasuh anak dengan karies tersebut diperoleh hasil 100% hanya dilakukan

setelah mandi, dan tidak dilakukan sebelum tidur. Dari 7 sampel karies diperoleh

57,14% mengeluhkan nyeri dan 42,85% mengeluhkan susah makan.

Mengingat sebagian besar dari sampel tersebut ternyata tidak menggosok

gigi dalam waktu yang tepat, serta sering mengonsumsi makanan-makanan

kariogenik maka akan kami perbaiki dengan melakukan Mini Project, yang dalam

hal ini kami kemas dalam bentuk penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dan

praktek menyikat gigi. Selain itu juga untuk tahun 2013 ini dari pihak puskesmas

(dalam hal ini UKGS) juga belum pernah mengadakan kegiatan penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut ke SD sebelumnya. Meskipun hanya diberikan kepada

anak SD hal tersebut tidak menjadi kendala karena bila kita menanamkan sedini

mungkin kebiasaan yang benar dan memilih makanan yang tepat ini akan berguna

bagi kita ke depannya dalam menanggulangi bahaya karies ke depannya.

1.3 Tujuan Penyuluhan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah penyuluhan ini berakhir diharapkan siswa-siswi SD akan memiliki

peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut secara umum.

1.3.2 Tujuan Khusus

Pada akhir kegiatan siswa-siswi SD diharapkan:

1. Dapat mengetahui jenis makanan yang dapat mengakibatkan karies gigi

4

Page 5: Mini Project internship

2. Dapat melakukan demonstrasi cara menggosok gigi yang baik dan benar.

1.4 Manfaat Penyuluhan

1. Siswa-siswa SD dapat memiliki pengetahuan yang cukup

mengenai kesehatan gigi dan mulut secara umum

2. Siswa-siswi SD mengetahui cara menggosok gigi yang baik dan

benar.

5

Page 6: Mini Project internship

BAB II

RENCANA KEGIATAN

2.1 Kelompok Sasaran

Yang menjadi kelompok sasaran dalam kegiatan Mini Project ini adalah siswa-

siswi SDN 1 desa Kapal kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Pemilihan kelompok sasaran pada anak siswa-siswi SDN 1 Kapal karena

menurut data di register poli gigi tahun 2012 jumlah kejadian karies di desa Kapal

paling tinggi diantara desa lainnya.

2.2 Persiapan Penyuluhan

Persiapan penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:

1) Penguasaan materi penyuluhan

2) Penguasaan cara-cara komunikasi atau penyampaian pesan dan

penggunaan alat peraga.

2.3 Rencana Pelaksanaan Penyuluhan

1) Tim penyuluh menemui kepala SD untuk meminta ijin akan dilakukannya

penyuluhan, bekerja sama dengan pihak puskesmas Mengwi II.

2) Tim penyuluh akan masuk ke kelas.

3) Penyuluh menyampaikan materi kesehatan gigi dan mulut.

4) Untuk menghindari kejenuhan siswa, dalam rangkaian acara disisipkan kuis

berhadiah tentang kesehatan gigi dan mulut.

5) Demonstrasi teknik menggosok gigi yang benar oleh penyuluh (Dokter

Internship) dan dipraktekan ulang oleh beberapa siswa.

6) Tanya jawab baik pada saat materi disampaikan maupun pada saat akhir

penyuluhan.

6

Page 7: Mini Project internship

2.4 Isi Penyuluhan

Penyuluhan yang direncanakan akan dilaksanakan pada Rabu 17 April 2013

tersebut berisi tentang:

1. Memberikan informasi jenis makanan yang patut dihindari agar tidak menderita

karies gigi.

2. Memberikan keterampilan mengenai cara menggosok gigi yang benar.

2.5 Metode Penyuluhan

Penyuluhan akan dilakukan dengan metode peragaan langsung disertai

dengan diskusi serta tanya jawab.

2.6 Media Penyuluhan

Dalam penyuluhan kami menggunakan beberapa media guna mempermudah

dan memperlancar penyampaian materi diantaranya :

1. Alat peraga yang terdiri dari pantum gigi

2. Sikat gigi dan pasta gigi

3. Gelas

2.7 Rencana Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan melihat beberapa hal diantaranya :

1. Indikator keberhasilan Mini Project ini adalah jumlah anak SD yang hadir

100%, siswa SD tersebut mampu mempraktekkan cara sikat gigi yang benar

setelah acara penyuluhan selesai, serta mampu menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh dokter Internship.

2. Waktu penilaian : setelah penyuluhan

3. Instrumen penilaian: menggunakan penilaian secara langsung, dengan

berpedoman pada pedoman cara menggosok gigi yang benar.

4. Penilai : Dokter Internship

7

Page 8: Mini Project internship

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat Penyuluhan

Hari/ tanggal : Rabu, 17 April 2013

Pukul : 07.00-10.00

Tempat : Ruang Kelas SDN 1 Kapal

3.2 Peserta

Peserta yang hadir adalah seluruh siswa-siswi SDN 1 Kapal yang berjumlah 219

orang.

3.3 Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan oleh lima orang dokter internship, yang bergiliran

membawakan materi penyuluhan yang berbeda, dibantu oleh pihak puskesmas

dan pihak SD.

3.4 Proses Penyuluhan

Seminggu sebelum melaksanakan kegiatan penyuluhan tepatnya pada hari Rabu

tanggal 10 April 2013, kami meminta izin kepada Kepala Puskesmas Mengwi II,

dr. Indira Pudi Asri, dan ibu Wayan Sukerniasih selaku pemegang program

UKGS Puskesmas Mengwi II untuk melaksanakan penyuluhan mengenai

kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak SDN 1 Kapal. Pihak puskesmas

bersedia membantu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kegiatan

tersebut. Sebagai persiapan kami menyiapkan LCD, layar LCD, dan gigi peraga

yang kami peroleh dari puskesmas. Kami juga membuat slide powerpoint, serta

menyiapkan video mengenai cara menggosok gigi yang benar untuk

mempermudah pemberian materi penyuluhan serta menarik minat peserta untuk

dapat memperhatikan penjelasan kami.

Pada hari pelaksanaan penyuluhan, kami datang sekitar pukul 07.00 WITA

ditemani oleh ibu Wayan Sukerniasih dan diterima oleh pihak SDN 1 Kapal, yang

8

Page 9: Mini Project internship

diwakili oleh kepala SD Ni Ketut Rai Asih. Setelah berbincang-bincang sejenak,

kami dipersilahkan untuk memulai penyuluhan. Sebelumnya, kami

mempersiapkan alat dan bahan untuk penyuluhan di tempat yang telah disediakan

oleh pihak SD, dan penyuluhan akhirnya dimulai pada pukul 07.30 WITA.

Pertama-tama, kami mengadakan perkenalan terlebih dahulu kepada anak-anak

kemudian diadakan pre-test. Pre-test dilaksanakan secara lisan selama kurang

lebih selama 15 menit, kemudian dilanjutkan pemberian materi. Materi diberikan

tidak hanya dengan mengggunakan slide, tapi juga dengan pemutaran video, serta

demonstrasi teknik menyikat gigi yang benar dengan menggunakan pantum gigi

(gigi peraga), selain itu juga ditunjukkan bagaimana memilih sikat gigi dan pasta

gigi yang baik. Beberapa anak juga diminta maju ke depan untuk memperagakan

bagaimana cara mereka menyikat gigi. Dari 4 anak yang diminta memperagakan,

seluruhnya belum menyikat giginya dengan benar. Pemberian materi berlangsung

kurang lebih selama satu jam. Setelah pemberian materi selesai beberapa anak

diminta memperagakan kembali bagaimana cara menyikat gigi yang benar.

Setelah acara ceramah dan tanya jawab usai, kami melaksanakan post-test

di mana isinya menanyakan kembali pertanyaan yang sama dengan pre-test.

Hampir seluruh peserta sudah mengerti dan dapat menjawab dengan benar karena

sudah mendapat penjelasan sewaktu penyuluhan.

Di akhir kegiatan, kami membagikan sikat dan pasta gigi kepada seluruh

peserta, kemudian kami mengadakan acara menyikat gigi bersama di halaman SD.

Kami juga memberi pesan kepada seluruh anak-anak yang mengikuti penyuluhan

agar selalu menyikat gigi mereka setiap hari minimal dua kali sehari setelah

makan pagi dan sebelum tidur.

9

Page 10: Mini Project internship

BAB IV

EVALUASI KEGIATAN

4.1 Evaluasi Kegiatan

Evaluasi kegiatan didasarkan pada beberapa aspek, yaitu dari segi peserta, proses

kegiatan itu sendiri, maupun dari perbandingan antara hasil pre-test sebelum

penyuluhan dengan hasil post-test setelah dilakukan penyuluhan.

Dari segi peserta, jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan telah sesuai

dengan jumlah siswa yang direncanakan yaitu seluruh anak-anak SDN 1 Kapal.

Perhatian dan respon peserta penyuluhan secara umum juga sangat baik di mana

hal ini dapat dilihat dari mampunya siswa memperagakan bagaimana cara

menyikat gigi yang benar setelah diberikannya materi penyuluhan.

Dari segi proses penyuluhan (ceramah dan diskusi) yang telah

berlangsung, dapat dilaporkan bahwa ceramah dan diskusi berlangsung dengan

baik dan terlihat bahwa adanya komunikasi yang timbal balik antara peserta

dengan pembicara.

Keberhasilan penyuluhan yang dinilai dengan adanya peningkatan

pengetahuan siswa mengenai kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat dari

perbandingan jawaban-jawaban pre-test sebelum dilakukan penyuluhan dengan

post-test dengan cara yang diadakan setelah dilakukan penyuluhan dengan

memberikan beberapa pertanyaan secara lisan. Adapun beberapa pertanyaan yang

diajukan antara lain:

1. Berapa kali dalam sehari menggosok gigi?

2. Kapan saja sebaiknya menggosok gigi?

3. Makanan apa saja yang dapat menyebabkan gigi berlubang?

4. Bagaimana memilih sikat gigi yang baik?

5. Bagaimana cara menyikat gigi yang benar?

Dari pengamatan langsung terhadap jawaban para peserta, didapatkan

peningkatan kemampuan menjawab pada post-test dibandingkan dengan pre-test.

Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan

gigi dan mulut pada anak-anak SDN 1 Kapal. Sebelum dilakukan penyuluhan,

10

Page 11: Mini Project internship

pengetahuan para peserta tentang kesehatan gigi dan mulut masih tergolong

rendah, hal ini tampak saat diajukannya beberapa pertanyaan hanya beberapa

peserta saja yang mampu menjawab dan dari jawaban tersebut beberapa masih ada

yang salah. Sedangkan setelah dilakukan penyuluhan, seluruh pertanyaan serupa

yang telah diajukan sebelumnya dapat dijawab dengan serempak oleh seluruh

peserta dengan benar.

Selain itu, dari hasil peragaan cara menyikat gigi oleh 4 orang peserta

menggunakan gigi peraga terdapat perubahan dari yang sebelum pemberian materi

mereka tidak bisa menyikat gigi dengan benar kemudian setelah pemberian materi

semua anak mampu memperagakannya.

Pendapat peserta secara lisan tentang penyuluhan adalah sangat bagus

karena mereka merasa senang diajarkan bagaimana cara menyikat gigi yang

benar.

4.2 Hambatan Mini Project

Dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut kami merasakan tidak ada hambatan

karena acara berlangsung dengan lancar sebagaimana yang telah dirancang dan

direncanakan.

4.3 Manfaat Mini Project

Manfaat yang kami rasakan sebagai penyuluh dari pelaksanaan Mini Project ini

adalah sebagai latihan untuk menjadi komunikator yang baik di masyarakat, mulai

dari perencanaan, persiapan materi (pengumpulan materi dan penguasaan materi),

persiapan alat dan sarana penunjang, dan keterampilan berkomunikasi di depan

orang banyak agar menarik dan dapat dimengerti oleh pendengar.

Sedangkan manfaat bagi peserta adalah diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan mereka tentang kesehatan gigi dan mulut sehingga pada akhirnya

mereka mampu secara mandiri menjaga dan merawat kebersihan gigi dan

mulutnya (khususnya dapat menggosok gigi dengan benar dan tepat).

11

Page 12: Mini Project internship

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penyuluhan mengenai kesehatan gigi yang kami lakukan berjalan dengan

lancar, karena koordinasi yang baik antara pihak puskesmas dengan

sekolah.

2. Proses penyuluhan dengan menggunakan presentasi, video, dan pantum

gigi terbukti berhasil meningkatkan pengetahuan siswa SDN 1 Kapal

mengenai kesehatan giginya, terlihat dari meningkatnya nilai post-test

dibandingkan dengan nilai pre-test nya.

3. Praktek sikat gigi yang dilakukan di akhir penyuluhan memberikan

pengetahuan kepada siswa mengenai cara menyikat gigi yang benar,

karena langsung dikoreksi oleh pihak penyuluh bila terdapat siswa yang

belum benar cara menyikat gigi.

5.2 Saran

1. Penyuluhan dan praktek sikat gigi harus dilakukan minimal setahun sekali,

agar siswa sudah terbiasa untuk hidup sehat dan bersih sejak masih di

bangku SD.

2. Pihak SD dapat membantu menjaga kesehatan gigi murid-muridnya

dengan cara mengawasi jenis jajanan yang dijual di kantin sekolah.

12

Page 13: Mini Project internship

DAFTAR PUSTAKA

Anggreni, D.K. (2007), Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Karbohidrat Dan Frekuensi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah Di TK ABA 52 Semarang: Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Arici, S. dkk. (2007– last update), “Comparison of Different Toothbrushing Protocols in Poor-Toothbrushing Orthodontic Patient”, Available: http://her.oxfordjournal.erg/ cgi/reprint/30/3/448 (Accessed: 2010, Mei 6)

Do, L.G. & Spencer, A.J. (2007 – last update), “Risk-Benefit Balance in the Use of Flouride among Young Children”, Available: http://pediatric.aappublications .org/cgi/reprint/122/6/1387 (Accessed: 2010, Mei 6)

Domejean-Orliaguet, S. dkk. (2006, September 14 – last update), “Caries Risk Assessment in an Educational Environment”, Available: http://ajcc.aacnjournals.org /cgi/reprint/13/3/253 (Accessed: 2010, Mei 6)

Fianka, V. (2008–last update), “Karies Gigi”, Available: http://fianka.wordpress.com/2008/ 08/28/karies-gigi/ (Accessed: 2010, Mei 6)

Ginandjar, R. (2010), “Cara Menyikat Gigi Yang Benar” (PDGI Online), Available: http://www.pikiran-rakyat.com (Accessed: 2010, Mei 6)

Griffin, S.O. dkk. (2007 – last update), “ Effectiveness of Flouride in Preventing Caries in Adults”, Available: http://jada.ada.org/cgi/reprint/136/4/150-a (Accessed: 2010, Mei 6)

Hidayanti, L. (2005), Hubungan Karakteristik Keluarga Dan Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar: Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Hilmansyah, H. (2008). ”Perawatan Gigi Bayi Sehari”, (Mail List Bayi Kita), Available: http://bayidananak.com/2008/02/15/perawatan-gigi-bayi-sehari-hari/comment-page-1/ (Accessed: 2010, Mei 6)

Koswara, S. (2006), ”Makanan Bergula Dan Kerusakan Gigi”, Available: http://www.ebookpangan.com (Accessed: 2010, Mei 6)

Leme, A.F.P. dkk. (2006–last update), “The Role of Sucrose in Cariogenic Dental Biofilm Formation-New Insight”, Available: http://jada.ada.org/cgi/reprint/136/4/878 (Accessed: 2010, Mei 6)

Lubbis, P. & Nugraheni, M. (2009). ” Sudahkah Anda Menyikat Gigi Dengan Benar?”, (Viva News), Available: http://kosmo.vivanews.com/news/read/90266-sudahkah_anda_menyikat_gigi_dengan_benar_ (Accessed: 2010, Mei 6)

Sumarti. (2007). Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Timbulnya Penyakit Karies Gigi Sulung Pada Anak Pra Sekolah Usia 4-6 Tahun di Desa Sekaran Kecamatan GunungPati Semarang Tahun 2007: Skripsi, Universitas negeri Semarang, Semarang.

13

Page 14: Mini Project internship

Touger-Decker, R. & Loveren, Cor van. “Sugars and Dental Caries”, Available: http://www.ajcn.org/cgi/conten/full/78/4/881S?maxtoshow=&HIT (Accessed: 2010, Mei 6)

Viansto, (2008–last update), “Proses Terjadinya Karies Gigi”, Available: http://vianzto.multiply.com/journal/item/9/Proses_Terjadinya_Karies (Accessed: 2010, Mei 6)

Warni, L. (2009), Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V dan VI Pada Kesehatan

Gigi dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua kabupaten Deli Serdang Tahun 2009: Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.

14