model komunikasi politik dalam penyampaian...
TRANSCRIPT
“MODEL KOMUNIKASI POLITIK DALAM PENYAMPAIAN KRITIK
SOSISAL MELALUI KEBUDAYAAN KENDURI CINTA”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana (S.Kom.I)
Oleh :
Firman Aulia
NIM : 208051000039
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAIIAN
"Model Komunikasi Politik Dalam Penyampaian Kritik Sosial Melalui
Kebudayaan Kenduri Cinta ".
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasiuntuk memenuhi persyaratan memperoieh
Gelar Saq'ana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oieh:
T.IRMANAULIANIM. 208051000039
Pembimbing:
tw{
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAII DAN ILMU KOMUNIKASI
T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436Ht2015;r{
ADE RINA T'ARIDA. M,Sil[IP. 197705132007012018
PEGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini beriudu N{odel Komunikasi Politik Dalam Penyampaian Kritik
Sosial Nlelalui Kebudayaan Kenduri Cintal, telah diujikan dalam sidang
munaqosyah Fakultas Ilmu Dakrvah dan Ilmu Kom,unikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 05 Juli 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada
program Komunikasi dan Peyian Islam.
Jakarta, 0'1 Juli 2015
Penguji 2
I
NrP. i9710822 99803200iAdslua$s!,,l4A
NIP. I 975060620071 01 001
Sidang Munaqosyah
Anggota
Pembimbing
/k/4Ade Rina Farida. NI.Si
NIP. t 977051 3200701 20I 8
Ketua
NIP.195809101 NrP. I 98306102009122001
LEMBAR PERI\TYATAAN
Assalamu' alaikum Wr. Wh.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skipsi yang berjudul
" Model Komunikasi Politik Dalam Penyampaian Kritik Sosial Melalui
1.
Kebudayaan Kenduri Cinta ".
Dengan ini saya menyartakan bahwa:
Skipsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan gelar sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan dalam bentuk referensi, baik footnote, maupun daftar pustaka,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan merupakan
karya asli atau duplikasi karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Demikian lembar pemyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Was s al amu' alaikum Wr. IVb -
Firman Aplia2080s 1000039
2.
1-
Jakafia, 05 Juli 20
i
ABSTRAK
Model Komunikasi Politik Dalam Penyampaian Kritik Sosial Melalui
Kebudayaan Kenduri Cinta
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun non konstitusional. Budaya politik merupakan perwujudan nilai-nilai
politik yang dianut oleh sekelompok masyarakat, bangsa, atau negara yang
diyakini sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas politik
kenegaraan. Penelitian ini menyoroti Kenduri Cinta, berupaya melihat pengaruh
seni kebudayaan dan kritik sosial yang disampaikannya terhadap perilaku
masyarakat dalam menanggapi situasi di sekitarnya.
Berdasar latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah bagaimana
model-model komunikasi politik yang digunakan oleh komunitas Kenduri Cinta?
Jenis media komunikasi politik apa saja yang digunakan sebagai alat ekspresi
kritik sosial yang digunakan sebagai alat ekspresi kritik sosial di komunitas
kenduri cinta?
Metode penelitian tentang Komunitas Kenduri Cinta ini menggunakan
metodologi kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data observasi, depth interview, dan studi dokumentasi.
Adapun teori yang digunakan adalah teori public sphere (Jurgen
Habermas). Habermas melihat perkembangan wilayah sosial yang bebas dari
sensor dan dominasi. Wilayah itu disebut sebagai public sphere, yakni semua
wilayah yang memungkinkan kehidupan sosial kita untuk membentuk opini
publik yang relatif bebas. Dan teori Kebudayaan (culture) Gabriel A. Almond dan Michael Rush
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Kesimpulan skripsi ini adalah model-model komunikasi politik yang
digunakan oleh komunitas Kenduri Cinta yaitu komunikasi non verbal dengan
menggunakan kebudayaan sebagai cara penyampaiannya. Adapun model yang
digunakan yaitu dialog interaktif dua arah dan pementasan kesenian. Media-media
komunikasi politik yang digunakan sebagai alat ekspresi kritik sosial di komunitas
Kenduri Cinta, yaitu komunitas Kenduri Cinta itu sendiri adalah media
komunikasi yaitu sebagai ruang publik bagi masyarakat dalam menyampaikan
komunikasi politiknya untuk melakukan kritik sosial. Selain itu ada Kiai Kanjeng
yang merupakan media politik bagi Emha Ainun Nadjib dalam mengekspresikan
perasaan dalam hati yang dikeluarkan melalui syair-syair dan nyanyian dengan
bantuan Kiai Kanjeng.
ii
KATA PENGANTAR
Segala rasa shukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menganugrahkan nikmat iman dan islam serta rahmat dan hidayahnya saya bisa
menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa salawat dan salam kepada junjungan nabi
besar Muhammad SAW.
Dengan kegigihan tekat akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walau
dalam pelaksanaannya banyak halangan dan rintangan yang dihadapi baik dari
rasa malas, lalai dan segala keterbatasan dalam pengerjaannya.
Sebuah anugrah terhebat yang telah Allah berikan kepada penulis karna telah
merampungkan skripsi ini. Semua ini tidak akan terwujud dengan begitu saja
tanpa ada bantuan dari dosen pembimbing dan dosen penguji yang selalu
memberikan motifasi untuk selalu berjuang dan terus berjuang dan rasa
terimakasih penulis yang sebesar besarnya penulis ucapkan kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasibeserta bapak Suparto, M.Ed.D selaku wakil dekan I, ibu Dr
Roudhonah, MA selaki wakil dekan II, dan bapak Dr. Suhaimi, M.Si
selaku wakil dekan III.
2. Rachmat Baihaky, MA, selaku ketua jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Fita Fathurohmah, M.SI selaku sekretaris jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Ibu Ade Rina Farida, MA, selaku dosen pembimbing yang selalu sabar
membimbing penulis mendorong, memotifasi serta memberikan dukungan
mental kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
5. Seluruh Ibu/Bapak dosen beserta staf Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah mengajarkan, mendidik serta memberikan
pengarahan, pengalaman serta bimbingan kepada penulis selama di
perkuliahan.
iii
6. Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Sahabat-
Sahabat di PMII baik senior maupun junior yang telah memberikan
pengalaman-pengalaman menarik dalam ber-PMII.
7. Terimakasih kepada dinda dan kanda HMI, IKMM, IMM, LDK Ciputat,
yang telah menjadi mitra perjuangan dalam prakter berretorika, berpolitik
dan berorganisasi.
8. Terimakasihku ucapkan kepada Ayahda Ali Firman yang selalu dengan
sabar mendidik ananda untuk menjadi pribadi yang sabar, matang dan
bertanggung jawab. Dan Bunda ku tercinta Delmaria Fransisca berkah doa
serta cinta mu yang penuh dengan kesabaran akhirnya ananda dapat
menyelesaikan study di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan kepada
Nenekku tercinta, semoga Allah melapangkan jalanmu disana dan
trimaksih telah membesarkanku dengan kasih sayangmu, dan semoga cinta
yang kau berikan kepada anak cucu mu di balas dengan cintanya Allah
swt.amin.
9. Kepada Adik-Adikku Fajri, Rahmat, Muja, Putri, Aisah, Sabri, dan Arif
mengingat kalian memberikan kekuatan untuk Abangmu ditanah rantau
dan semoga kalian Allah mudahkan untuk dapat melanjutkan study ke
perguruan tinggi dan menjadi pribadi yang matang.
10. Kepada kawan-kawan KPI Reguler dan Non Reguler 2008,
KosanJati.com, Sehati Nusantara,YNDN, yang telah menjadi bagian dari
sahabat seperjuangan, baik suka maupun duka serta proses dalam
mendewasakan diri kita jalani bersama semoga Allah selallu memudahkan
jalan kita agar menjadi pribadi-pribadi yang memberikan solusi di masa-
masa yang akan datang.
11. Kepada rekan rekan Reporter Liputan 6 dan Majalah Haji Umrah yang
telah memberikan ruang kepada penulis untuk merampungkan skripsi
hingga skripsi ini benar-benar selesai sebagaimana mestinya.
12. Terimakasih kepada kawan-kawan KKN yang telah membagi ruang untuk
berbagi dalam perbedaan pandangan menjadi satu warna yang indah dalam
perbedaan.
iv
13. Kepada Anandaku tercinta Ela Febby yang telah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dalam perjuangan baik susah maupun senang trimakasih telah
menjaga ku dengan baik.
14. Dan semua pihak yang tak bisa di sebutkan satu persatu yang telah
memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini.
Maha benar Allah dengan segala Firmannya, penulis menyadari penulisan ini
masih jaih dari kata sempurna baik dalam hal, bentuk, penulisan bahkan
isinya, oleh karena itu penulis sangat berharap kritikan dan saran dalam
rangka perbaikan penulisan skripsi ini.
Akhir kata semoga Allah SWT, memberikan kemudahan kepada kita semua
atas segala bantuan dan motivasi dari berbagaimacam pihak dalam
penyelesaian skripsi ini. Amin
Jakarta,7 Juni 2015
Penulis
Firman Aulia
208051000039
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
BAB I PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Manfaat penelitian ...................................................................................... 4
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 4
F. Metodologi Penelitian ................................................................................ 5
1. Metode Penelitian ................................................................................. 5
2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 6
3. Teknik Analisis .................................................................................... 6
4. Pedoman Penulisan .............................................................................. 7
5. Lokasi Penelitian .................................................................................. 7
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 7
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Public sphare (Jurgen Habermas) ............................................................... 9
1. Konsep Ruang Publik ........................................................................... 9
2. Pengertian Ruang Publik .................................................................... 12
3. Media Sebagai Ruang Publik .............................................................. 14
B. Kebudayaan .............................................................................................. 15
1. Definisi Budaya .................................................................................. 15
2. Pengertian Budaya ............................................................................. 16
3. Unsur-unsur ......................................................................................... 16
C. Kritik Sosial ............................................................................................. 22
vi
1. Pengertian Kritik Sosial ..................................................................... 22
D. Cultural Studies ........................................................................................ 25
BAB III SEJARAH BERDIRINYA KOMUNIKAS KENDURI CINTA
A. Sejarah Berdirinya Komunitas Kenduri Cinta ......................................... 30
B. Visi-Misi ................................................................................................... 32
C. Struktur Keanggotaan ................................................................................ 33
D. Historis Kegiatan Kenduri Cinta .............................................................. 34
E. Kenduri Cinta Pada awal Era Reformasi ................................................. 41
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN
A. Komunitas Kenduri Cinta dan Jamaah Maiah ......................................... 49
B. Pemanfaatan Ruang Publik Sebagai Tempat Diskusi Sosial .................... 52
C. Model Komunikasi Yang Disampaikan Sebagai Ekspresi Kritik Sosial ... 53
1. Model Komunikasi Politik KKC ........................................................ 53
2. Musik dan Puisi Sebagai Alat Kritik Sosial ...................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 58
B. Saran-Saran ............................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 60
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mempraktekkan komunikasi manusia membutuhkan media
tertentu. Secara minimal komunukasi membutuhkan sarana berbicara seperti
mulut, bibir dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran. Ada kalanya
dibutuhkan tangan dan anggota tubuh lain (Komunikasi nonverbal) untuk
mendukung komunikasi lisan. Ditinjau secara luas dengan penyebaran
komunikasi yang lebih luas pula, maka digunakan peralatan (media)
komunikasi seperti televisi, surat kabar, radio, lukisan, patung dan lain lain.1
Salah satu bentuk komunikasi nonverbal adalah seni budaya. Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.2 Budaya adalah salah satu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan wariskan dari generasi kegenerasi. Budaya terdiri dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat-istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.3
Secara Etimologi politik berasal dari bahasa belanda politik dan bahasa
Inggris politik, yang masing masing bersumber dari bahasa Yunani ranovitika
(politik yang berhubungan dengan Negara) yang dengan akar katanya polities
(warga negara). Secara etimologi kata “Politik” masih berhubungan dengan
kebijakan. Kata politis berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik.
Dan politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang melalui wujud proses pembuatan keputusan
1 Totok Djuroto, Managemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 3.
2 Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahkmat, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm.25. 3 Abc Human Communication: Konteks-kontenks Komunikasi
2
khususnya dalam negara.4 Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal
dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun non konstitusional. Disamping itu politik juga dapat
ditilik dari sudut pandang berbeda yaitu antara lain politik adalah usaha yang
ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik
Aristototeles).
Budaya politik merupakan perwujudan nilai-nilai politik yang dianut
oleh sekelompok masyarakat, bangsa, atau negara yang diyakini sebagai
pedoman dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas politik kenegaraan. Jadi
kebudayaan politik tidak lain adalah bagian dari kebudayaan suatu
masyarakat. Dalam kedudukannya sebagai satu subkultur, kebudayaan politik
dipengaruhi oleh budaya secara umum.
Kenduri Cinta adalah sanggar seni kebudayaan rakyat yang biasa
diadakan setiap sebulan sekali di Taman Marzuki. Komunitas ini juga di sebut
dengan „Jamaah Maiah‟. komunitas ini ada karena kegelisahan intelektual
muda khususnya di Ibu Kota Jakarta, yang lahir pada tahun 2000 mewadahi
diskusi dan kajian tentang filsafat, agama, sastra, politik, pendidikan serta
permasalahan sosial. Kenduri Cinta berupaya menjadi salah satu yang
mewarnai dan menjadikan orang-orang yang di Jakarta cerdas hati dan
sikapnya dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang ada. Di
komunitas Kenduri cinta masarakat (jamaah maiyah) pada umumnya
mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah dan menyampaikan segala
kegelisahan hatinya melalui pementasan-pementasan seni, yaitu berupa:
music, wayang, gamelan dan lain sebgainya. Kalau melihat ini kita tidak bisa
meninggalkan seorang Tokoh Jugen Hibermas (Public Sphere)5.
Jurgen Hebermas adalah filusuf kritis generasi kedua dari aliran
4 KBBI daring
5 Gun-gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra. (Jakarta:Lasswel, 2010), hlm. 226.
3
Frankrut, hebermas mengerjakan suatu teori masarakat sebagai jalan baru
bagi teori kritis. (Bertens, 1983). Konseptualisasi public sphere bermula dari
sebuah esai Jurgen Habermas pada tahun 1962, dalam esai “The Structural
Transformation of The Public Sphere”, Habermas melihat perkembangan
wilayah sosial yang bebas dari sensor dan dominasi. Wilayah tersebut disebut
dengan Public Sphere, yakni semua wilayah yang memungkinkan kehidupan
sosial kita untuk membentuk opini publik yang relatif bebas.
Berdasarkan fenomena diatas penulis sangat tertarik untuk
mengadakan penelitian di Kenduri Cinta, tentang pengaruh seni kebudayaan
dan kritik sosial yang disampaikannya terhadap prilaku masyarakat dalam
menanggapi situasi disekitarnya. Penulis juga yakin akan relevansinya
penelitian ini dengan studi yang digeluti selama ini. Alasan konsep inilah yang
membuat penulis ingin mengankat dalam sebuah skripsi dengan judul:
“Model Komunikasi Politik Dalam Penyampaian Kritik Sosial Melalui
Kebudayaan Kenduri Cinta”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Dalam Skripsi ini penulis membatasi pembahasan pada “Model
Komunikasi Politik Dalam Penyampaian Kritik Sosial Melalui Kebudayaan
Kenduri Cinta”. Agar skripsi ini menjadi terstruktur dan tidak melebar pada
pembahasan lainnya, penulis merumuskan masalah ini sebagai berikut:
a. Bagaimana model-model komunikasi politik yang digunakan oleh
komunitas Kenduri Cinta?
b. Jenis media komunikasi politik apa saja yang digunakan sebagai alat
ekspresi kritik sosial yang digunakan sebagai alat ekspresi kritik sosial di
komunitas kenduri cinta?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui model-model komunikasi politik yang digunakan oleh
komunitas Kenduri Cinta.
2. Untuk mengetahui media-media komunikasi politik apa saja yang
digunakan sebagai alat ekspresi kritik sosial di komunitas Kenduri Cinta.
D. Manfaat Penelitian
Disamping tujuan yang hendak dicapai maka suatu penelitian harus
mempunyai manfaat. Adapun manfaat ini adalah:
1. Manfaat Akademis, penenlitian ini diharap mampu memberikan kontribusi
bagi pemerhati kommunikasi politik dan budayawan, untuk memberikan
informasi mengenai kebudayaan sebagai media komunikasi dan kritik
sosial.
2. Manfaat Praktis, bagi penulis ini bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan penulis dalam membuat sebuah karya ilmiah dan sebagai
pemerhati komunikasi politik serta budayawan khususnya di komunitas
Kenduri Cinta. Penelitian ini dapat memberikan penjelasan praktis
terhadap gerakan komunikasi politik, para budayawan dari Komunitas
Kenduri Cinta, yang akan terus melakukan kritik sosial terhadap
kebijakan-kebijakan dan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi di
Masyarakat.
E. Tinjauan Pusataka
Dalam tinjauan ini penulis mengadakan tinjauan pustaka ke
perpusatakaan, baik itu perpusatakaan Fakultas Dakwah maupun
Perpusatakaan Utama UIN Syarif Hidatullah Jakarta. Dan, menurut hasil
pengamatan penulis bahwa sampai saat ini penulis tidak menemukan skripsi
yang membahas mengenai “Media Komunikasi Politik Dalam Penyampaian
Kritik Sosial Melalui Kebudayaan Kenduri Cinta”. Akan tetapi setidaknya
5
terdapat beberapa skripsi yang lain yang membahas:
1. Skripsi, Komunikasi Politik Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan
Pembangunan (DPC-PPP) Kabupaten Bogor dalam Pilkada Bupati tahun
2008. Oleh Teddy Khumeidi, FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009.
2. Skripsi, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar
Mohammad - Rahmat Effendi (Murah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi
Periode 2008-2013. Oleh Misliyah, FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode Penelitian tentang Komunitas Kenduri Cinta ini menggunakan
metodologi kualitatif deskriptif. Dengan mengamati kasus dari berbagai
sumber data yang digunakan untuk meneliti, munguraikan dan
menjelaskan secara komprehensif, berbagai aspek individu, kelompok
suatu program, organisasi atau pristiwa secara sistematis.6
Dengan menggunakan metodologi kualitatif deskriktif peneliti berusaha
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik pupulasi tertentu data
bidang tertentu secara faktual dan cermat.7 Ciri lain dalam metodologi
kualitatif deskriktif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah
(naturalistic Setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Penelitian
hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya
dalam buku observasinya. Dengan suasana alamiah yang dimaksud
peneliti bahwa peneliti terjun kelapangan. Peneliti tidak berusaha untuk
memanipulasi variabel. Karena kehadirannya mungkin mempengaruhi
prilaku gejala (reactive measures), peneliti berusaha memperkecil
pengaruh ini. Penelitian sosial telah menghasilkan beberapa pengukuhan
yang tidak terlalu banyak “merusak” kenormalan (unobstrusive
6 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: 2007), Cet. Ke2, hlm. 102
7 Jalaludin Rachmat, Metode Penenlitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005),
hlm. 22
6
measures).8
2. Teknik Pengumpulan data
Dalama penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi,9 yaitu pengamatan langsung terhadap aktifitas pada
Komunitas Kenduri Cinta oleh penulis/ peneliti. Antara lain, dengan
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Komunitas
Kenduri Cinta.
b. Depoth Interviewing: Wawancara mendalam dengan Key Person yang
dijadikan narasumber yang relevan dengan subsatansi utama
penelitian. Tujuan mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh
Lincoln dan Guba adalah mengkontruksi mengenai orang, kejadian,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan diharapkan
untuk dapat mengubah, dan memperoleh informasi yang telah di
peroleh.10
c. Studi Dokumentasi, mengumpulkan data berupa buku, majalah,
makalah ataupun literatur-literatur lainnya. Penulis mengumpulkan
beberapa buku yang berhubungan dan beberapa Video-video kegiatan
yang berhubungan dengan Komunitas Kenduri Cinta (KKC).
3. Teknik Analisis
Analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data
mengorganisasikannya, kedalam suatu pola, kategori dan satu uraian
dasar. Ia membedakan dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan cara hubungan
diantara dimensi-dimensi uraian.11
8 Jalaludin Rachmat, Metode Penenlitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005),
hlm. 25. 9 Masri Singarimbun dan Soffian Efendi, Metodologi Penenlitian Survei…., hlm. 192
10Lincoln Y. Vona S, dan Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, (Baverly Hills: Sage Publication,
1995), hlm. 266 11
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 1993),
cet. Ke-10 hlm. 103
7
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengumpulan informasi, melalui wawancara, observasi langsung baik
melalui kegiatan-kegiatan Komunitas Kenduri Cinta (KKC) maupun
melakukan komunikasi verbal dengan para Komunitas Kenduri Cinta
dan lain sebagaiannya.
b. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang
sesuai atau tidak sesuai dengan masalah penelitian.
c. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan bisa dalam bentuk
tabel ataupun uraian penjelasan.
d. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan.
4. Pedoman Penulisan
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN (Universitas Syarif
Hidayatullah) Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Cetakan II
Tahun 2007.
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Senen, Jakarta.
Kegiatan pertemuan diadakan setiap bulan minggu ke-2.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (Lima) Bab, dan
masing-masing bab akan dibagi menjadi sub-sub bab, yaitu sebagai berikut
BAB I Pendahuluan, yang berisi, latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan perumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat
penenlitian, Tinjauan pustaka, kerangka Teori, Metodologi
8
Penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan Teoritis,yang meliputi, Public Sphere: Konsep Ruang
Public Sphere, Pengertian Public Sphere, Kebudayaan sebagai
Ruang public. Komunikasi Politik: pengerian komunikasi politik,
unsur-unsur komunikasi politik, Fungsi komunikasi politik,
Saluran Komunikasi Politik, Model-Model Komunikasi Politik.
Kritik Sosioal: pengertian kritik sosial. Dan Cultural studies.
BAB III Gambaran Umum: Komunitas Kenduri Cinta (KKC): Sejarah
Berdirinya Komunitas Kenduri Cinta (KKC), Visi Misi Komunitas
Kenduri Cinta (KKC), Historis Kegiatan Komunitas Kenduri Cinta
(KKC).
BAB IV Analisis dan Temuan: meliputi pembahasan mengenai awal
pembentukan Komunitas Kenduri Cinta (KKC), pemanfaatan
ruang publik sebagai tempat diskusi sosial, jenis-jenis kebudayaan
yang di tampilkan dalam ekspresi kritik sosial Komunitas Kenduri
Cinta (KKC).
BAB V Penutup: Berisi Kesimpulan dan Saran.
9
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Public sphare (Jurgen Habermas)
1. Konsep Ruang Publik (Public sphere)
Konsep public sphere pada awalnya bermula dari sebuah essai Jurgen
Hebermas pada tahun 1962 berjudul The Structural Transdormation of
The Publick Sphere. Dalam Essai tersebut, Habermas melihat
perkembangan wilayah sosial yang bebas dari sensor dan dominasi.
Wilayah itu disebut sebagai public sphere, yakni semua wilayah yang
memungkinkan kehidupan sosial kita untuk membentuk opini publik yang
relatif bebas. Ini merupakan sejarah praktek sosial, politik dan budaya
yakni praktek pertukaran pandangan yang terbuka dan diskusi mengenai
masalah-masalah kepentingan sosial, umum penekanannya mengenai
pembentukan kepekaan (sense of Public sphere), sebagai praktik sosial
yang melekat secara budaya. Orang orang yang terlibat didalam
percakapan public sphere adalah orang orang privat bukan orang dengan
kepentingan bisnis ataupun profesional bukan juga pejabat arau
politikus.12
Ruang publik, public sphere (Inggris) atau Offentlichkeit (Jerman)
merupakan konsep yang dewasa ini menjadi popular didalam Ilmu-ilmu
sosial, teori-teori demokrasi dan diskusi politis pada umumnya. Dengan
runtuhnya imperium komunis Uni Soviet, harapan untuk mewujudkan
sebuah masyarakat yang tersusun ataus asosiasi-asosiasi sukarela pada
individu yang otonom dan setara tidak lagi terletak pada sebuah idiologi
yang secara monologal menentukan arah, bentukan proses sebuah
masyarakat. Filsafat dan ilmu-ilmu sosial pasca komunisme berbicara
12
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta: PT. Lasswell Visitama,
2010), hal.228
10
bukan hanyua tentang globalisasi sebagai prosens lanjut sebagai
kapitalisme-lanjut. Melainkan tentang “Ruang Publik” sebagai konsep
kunci untuk memahami demokrasi dalam masyarakat kompleks yang
terglobalisasi diawal abad ke-21. Konsep ini praktis menggeser konsep
lain yang dulu pernah popular dan selalu terkait dengan kekerasan sosio-
politis, yaitu “Revolusi”. Alih-alih mendorong perubahan sosial lewat
suatu cetak biru idiologis yang diterapkan oleh elit (dan karenanya rentan
untuk kekerasan massa), konsep “Ruang publik” ingin mendorong
partisipasi seluruh warga Negara untuk mengubah praktik-praktik sosio-
politis mereka lewat reformasi hukum dan politik secara komunikatif.13
Menurut Hebermas, Ruang publik di Inggris dan Prancis sudah tercipta
sejak abad ke 18 pada zaman tersebut di Inggris orang biasa berkumpul
untuk berdiskusi secara tidak formal di warung-warung kopi (coffe
houses). Mereka disana biasanya mendiskusikan persoalan-persoalan
kerya seni dan tradisi baca tulis. Dan sering pula terjadi diskusi-diskusi
tersebut melebar keperdebatan ekonomi dan politik. Sementara di Prancis,
contoh yang diberikan Jurgen Hebermas, perdebatan-perdebatan semacam
ini biasa terjadi di salon-salon. Warga Prancis biasa mendiskusikan buku-
buku, karya seni baik berupa lukisan atau musuk disana.
Selanjutnya Jurgen Hebermas menjelaskan bahwa ruang publik merupakan
media untuk mengkomunikasikan informasi dan juga pandangan.
Sebagaimana yang tergambarkan di Inggris dan Prancis, masyarakat
bertemu, berbincang, berdiskusi tentang buku baru yang terbit atau karya
seni yang baru diciptakan. Dalam keadaan masyarakat bertemu dan
berdebat akan sesuatu secara kritis maka akan terbentuk apa yang disebut
dengan masyarakat madani. Secara sederhana masyarakat madani bisa
dipandang sebagai masyarakat yang berbagi minat, tujuan, dan nilai tanpa
paksaan yang dalam teori dipertentangkan dengan konsep negara yang
bersifat memaksa.
13
F. Budi Hardiman, Ruang Publik; Melacak Partisipasi Demokratis” dari polis sampai
Cyberspace, (Yogyakarta: Kanisius 2010), cet. 1 hlm. 1
11
Tujuan dari ranah publik adalah menjadikan manusia mampu untuk
merefleksikan didiknya secara kritis, baik secara politis-ekonomis maupun
budaya. Menurut Habermas sebagaimana dikutip oleh Oliver Boyd Barret,
tidak ada aspek kehidupan yang bebas dari kepentingan, bahkan juga ilmu
pengetahuan. Struktur masyarakat yang emansipatif dan bebas dari
dominasi dimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan adalah struktural ideal. Apa
yang diinginkan tercapai oleh Hibermas adalah mengenal sistem
demokrasi. Hebermas yakin yakin bahwa sebuah ruang publik yang kuat,
terpisah dari kepentingan-kepentingan pribadi, dibutuhkan untuk mencapai
kepentingan ini.
Secara intitusional, menurut Hebermas sebagaimana di kutip oleh Gun-
Gun Heryanto terdapat kriteria yang menyamakan ketiga forum diskusi
(Public sphare) antara lain:14
a. Mereka memelihara suatu bentuk hubungan sosial yang jauh dari
persaratan status. Kecenderungan mengganti penghormatan atas
tindakan dengan kebijakan yang cocok secara merata. Sama-sama
memelihara kesetaraan sebagai manusia, terlepas dari atribut sosoal
dan budaya serta kepentingan ekonomi.
b. Diskusi dalam suatu publik mengisaratkan permasalah area yang
kemudian tidak pernah dipersoalkan. Domain “Perhatian umum” uang
menjadi objek perhatian kritis publik menetapkan suatu perlindungan
diantara otoritas gereja dan negara yang memilliki monopoli
interpretasi tidak hanya dari mimbar tetapi juga dalam philosopi
literature dan seni.
c. Proses yang sama yang mengubah budaya kedalam komoditi, public
sphere pada dasarnya bersifat inklusif. Para peserta diskusi senatiasa
mengaitkan dengan kepentingan masyarakat yang lebih luas dan objek
14
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Cintra, (Jakarta : PT. Lasswell Visitama,
2010) hlm. 229-230
12
yang di diskusiakan dapat diakses oleh siapa saja, dengan demikian
fungsi public sphere (dalam hal ini kelompok orang yang berdiskusi di
coffe house, dan lain-lain) adalah pendidik.
d. Ruang public bourjuis memang berkembang dari sistem feodal yang
menolak prinsip-prinsip diskusi publik terbuka pada masalah-masalah
universal. Pada awalanya para anggota public sphere hannyalah kaum
borjuis laki-laki, bangsawan dan intelektual uang bertemu untuk
mendiskusikan karya-karya sastra. Namun demikian, dalam kajian
Habermas kemudian hari diskusi-diskusi tersebut telah bergeser
menjadi pembicaraan-pembicaraan politik. Pembicaraan mengenai hal
ini membuka jarak sosial dan merupakan perlawanan terhadap status
quo. Sehingga tujuan public sphere pun berubah, menjadikan orang
mempunyai sikp kritis terhadap kekuatan Negara.
2. Pengertian Ruang Publik (Public sphere)
Ruang publik adalah sebuah era di dalam kehidupan sosial dimana
individu-individu dapat berkumpul bersama untuk secara bebas
mendiskusikan dan mengidentifikasi masalah-masalah sosial, dan melalui
diskusi tersebut berpengaruh terhadap aktivitas politik. Ini merupakan
sebuah ruang diskursus dimana individu individu dan kelompok
berkumpul tuntuk mendiskusikan keadaan-keadaan mengenai kepentingan
bersama dan memungkinkan untuk mencapai keputusan umum. Ruang
publik dapat dilihat seperti sebuah pertunjukkan didalam masyarakat
modern dimana partisipasai politik terjadi melalui media berbicara/
obrolan dan bidang kehudipan sosial dimana opini publik dapat
terbentuk.15
Ruang publik adalah tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya
kebutuhan akan tempat untuk bertemu ataupun berkomunikasi. Pada
dasarnya, ruang public ini merupakan suatu wadah yang dapat
15
Data di akses dari www.http://en.wikepedia.org/wiki.public-sphere , pada tangga l8 Oktober
2012 Jam 12.00 WIB.
13
menampung aktivitas tertentu dari manusia, baik secara individu maupun
berkelompok.16
Ruang publik adalah panggung bagi gerakan-gerakan partisipasi politisi
dalam Negara hukum demokrasi, sementara pada aktor gerakan-gerakan
itu tidak lain adalah anggota masyarakat warga. Mereka bukan sekedar
orang-orang atau individu-individu, mereka adalah warganegara, dan
termasuk didalamnya hak-hak untuk partisipasi politisi.
Istilah ruang publik sebagaimana disebutkan oleh F. Budiman Hardiman
dalam bukunya “Ruang public; melacak Parisipasi Demokratis dari Polis
sampai Cybersopace” sekurang-kurangnya mengacu pada dua arti.
Pertama, Istilah ini mengacu pada suatu ruang yang dapat diakses oleh
semua orang, maka juga membatasi dirinya secara spasial dari adanya
ruang lain, yaitu ruang privat. Dalam arti pertama ini ruang publik berbeda
dari ruang privat yang merupakan locus intimitas, seperti keluarga dan
rumah yang merupakan privat locus kewarganegaraan dan keadaban
publik, karena ruang publik dibentuk oleh para warga yang saling respek
terhadap hak mereka masing-masing. Pertama ini tidak bersifat normatif,
melainkan deskriktif, yakni sebagai sesiatu yang berkaitan dengan
distingsi antara publik dan privat. Dalam distingsi itu, hal-hal privat ingin
dilindungi dari sorotan publik ataupun regulasi kebijakan publik, sehingga
kebebasan dan kemajemukan dimungkinkan.
Kedua, istilah ruang publik mempunyai arti normatif, yakni mengacu pada
peranan masyarakat warga negara dalam demokrasi. Ruang publik
normatif itu adalah yang juga disebut “ruang publik politis”, yaitu suatu
ruang komunikasi para warga negara untuk ikut mengawasi jalannya
pemerintahan.17
16
Rustam Hakim & Hardi Utomo, Komponen perancangan Arsitektur Lansekap (Jakarta: 2003),
hlm. 50 17
F. Budi Hardiman, Ruang Publick “partisipasi Demokratis” dari Polis sampai Cyberscape,
(Yogyakarta: Kanisius 2010), cet. 1, hlm. 11-12
14
3. Media Sebagai Ruang Publik
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi ruang publik saat ini
tidak hanya dapat dilakukan di warung-warung kopi (coffe house), di
salon-salon dan lain sebagainya. Dengan keberadaan media cetak dan
elektronik maka sangat bisa ruang publik tercipta didalamnya. Seperti
dikatakan oleh Hebermas (Encylopedia Article: 1964) menyebutkan
“Today newspaper and magazines, radio and television are the media of
public pshere”.18
Selain itu, keberadaan internet saat ini juga memberikan kontribusi
terhadapa ruang publik. Diantaranya dengan kehadiran ribuan Web-site
yang memilika sifat dasar politis pada untuk jangkuan lokal. Nasional.
Hingga level global sebagian merupan partisipan dan sebagian bukan.
Akan tetapi kita dapat menemukan kelompok diskusi, ruang untuk
berinteraksi, alternatif untuk media jurnalisme, organisasi sipil (civil
erganisation), NGO (organisasi Non Pemerintah), sampai situs-situs yang
bersifat advokasi.
Pada beberapa bagian dari dimensi-dimensi struktural, kita dapat
menspesifikasikan sejumlah dari bebrapa sektor yang berbeda yang
berdasakan atas net-public sphere, diantaranya:19
a. E-Government
b. Advocacy/ activis domain
c. Civil forum
d. Para Political domain
e. Jurnalism domain.
18
Juergen Habermas, Sara Lennox, Pfrang Lennox, Public sphare: An Encyclopedia Articke
(1966). 19
Peter Dahlegren, the Internet, Public sphere and Political Communication: Dispersion and
deliberation, (Routledge: Taylor & Francis Inc, 2005), hlm. 152-153.
15
B. Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
1. Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan yang dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
16
2. Pengertian kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Gabriel A.
Almond dan Michael Rush mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism. Almond memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganic.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi
tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu
yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.20
3. Unsur-Unsur
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen
atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
a. Gabriel A. Almond menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
1) Alat-alat teknologi
2) Sistem ekonomi
20
Data diakses dari www.//http.kamusbesarbahasa/kebudayaan//.com pada tanggal 12 Desember
2013 pukul 20.00
17
3) Keluarga
4) Kekuasaan politik
b. Michael Rush mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
1) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
2) Organisasi ekonomi
3) Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4) Organisasi kekuatan (politik)
c. Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
gagasan, aktivitas, dan artefak.
1) Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,
dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau
di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi
dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku
hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2) Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-
aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,
18
serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
3) Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara
wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud
kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal
mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia.
d. Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen
atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
1) Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat
yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini
adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi.
2) Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng,
cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
3) Lembaga sosial
Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak
19
dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat.
Sistem sosial yang terbantuk dalam suatu negara akan menjadi
dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat.
Contoh, Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah,
wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu
instansi atau perusahaan. Tetapi di kota–kota besar hal tersebut
terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
4) Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system
kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan
mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat.
Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan,
bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka
berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
5) Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng,
hikayat, drama dan tari-tarian, yang berlaku dan berkembang
dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya
memiliki nilai estetika sendiri.
6) Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa
untuk setiap wilayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang
sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan
komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat
unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna
bahasa tersebut. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus
dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif
dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
20
e. Kebudayaan sebagai Ruang publik.
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya
perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi
perbandingan itu berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat
menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai
perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan
menyimpangkan sifat dasar manusia.
1) Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"
Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya
mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme seperti
misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan
perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran
Austria-Hongaria mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan
dalam "sudut pandang umum".
Kajian budaya menegaskan bahwa budaya harus dipelajari terkait
dengan hubungan sosial dan sistem dimana budaya di produksi dan
dikonsumsi. Dengan demikian studi mengenai budaya erat kaitnya
dengan studi tentang masyarakat, politik dan ekonomi. Kajian
budaya menunjukkan bagaimana budaya media mengartikulasikan
nilai-nilai dominan, ideologi politik, perkembangan sosial dan hal
baru pada zaman tersebut. Ini merupakan konsep budaya dan
masarakat AS sebagai medan yang diperebutkan oleh berbagai
kelompok dan ideologi perjugan melawan dominasi. Televisi, film,
musik, dan bentuk-bentuk budaya populer sering bersifat liberal
atau konservatif, atau kadang-kadang mengepresikan pandangan
yang lebih radikal atau oposisi.21
Budaya menjadi bahasan cultural Studies dijelaskan oleh Stuar
Hall sebagai berikut: cultural studies merupakan wacara yang
21
Douglas Kellner, Cultural Studies, Multiculturalism, and Media Culture, hlm.2
21
membentang yang merespon kondisi politik dan historis yang
berubah dan selalu ditandai dengan perdebatan, ketidak setujuan
dan intervensi. Budaya dalam cultural studies lebih didefinisikan
secara politis dibandingkan pada secara estetis. Cultural studies
tidak melihat budaya sebagai suatu yang sempit, sebagaimana yang
menjadikan jajian dalam antropologi atau ilmu kebudayaan
konvensional. Budaya disini lebih dipandang sebagai teks dan
praktik dan praktik hidup sehari-hari, budaya dilihat bersipat
politik dikarenakan cultural studies mencoba memandang sebagai
sebuah arena konflik wacana. Diskursus tentang budaya dalam
persperktif cultural studies berupaya untuk mencoba membaca
konteks budaya secara terkoinstruksi. Lebih dari itu budaya tidak
dipandang suatu yang netral atau bersifat apa adanya, melainkan
sebagai praktik pertarungan wacana. Untuk itu cultural studies
mengajak untuk mengingkap ada apa dibalik suatu budaya yang
temanifestasikan di dalam masyarakat. Pengaruh Maxisme
terhadap cultural studies disini sangat kuat. Melihat pula bahwa
budaya tidak dimaknai sebagai sebuah wilayah netral dan artinya
kritik terhadap budaya yang lebih dikedepankan.22
Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya
memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya,
budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini
masih mengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan"
dengan "tidak berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif."23
2) Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi
Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu)
kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat
22
Year Panji, Komunikasi dan Konstruksi masyarakat Konsumen (Suatu perspektif Cultural
Studies), (Jakarta: Kencana), ed.1, cet.1 . hlm. 463 23
Iij, Farid Hamid & hery Budianto, Ilmu Komunikasi : Sekarang dan tangtangan Masa Depan,
(Jakarta: Kencana), ed.1, cet.1. hlm. 123
22
dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran
bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan
tribalisme.
C. Kritik Sosial
1. Pengertian Kritik Sosial
Dalam Kamus besar bahasa Indonesia kata kritik memiliki arti kecaman
atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik
buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Sementara
kata sosial memiliki arti yang berkenaan dengan masyarakat, orang yang
suka memperhatikan kepentingan umum (suka menderma, menolong dan
lain sebagainnya). 24
Istilah kritik memiliki arti harfiah yang dapat dipoeroleh dari kamus besar
bahasa Indonesia adalah kecaman atau tanggapan yang sering disertai oleh
argumentasi baik maupun buruk tentang suatu karya, pendapat, situasi
maupun tindakan seseorang atau kelompok.25
istilah sosial sering
dikatikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam
masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum
berada, kehidupan nelayan dan seterusnya.26
Kritik sosial adalah salah satu
bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi
sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses
masyarakat.27
Menurut Setiawan, kritik sosial itu ada karena terdapat ketimpangan sosial,
kebijakan pemerintah yang tidak merakyat, korupsi dan berbagai konflik
yang lain di masyarakat. Konflik dan kritik sosial tidak perlu dipahami
sebagai tindakan yang akan membuat proses disintegrasi, tetapi dapa
24
Artikel dia akses dari www.http.//kamusbesar.com/37738/kritik/sosial pada oktobtober 2012
pukul 21.52 25
Susetiawan, :Harmoni Stabilitas Politik, dan kritik Sosial”, (Yogyakarta 1997, UII Press), hlm.4 26
Bambang Ruditio Pranata Sosial. 27
Ahkmad Zaini Akbar, Kritik Sosial, Pres dan Politik Indonesia , (Yogyakarta 1997, UII Press),
hlm.27
23
member kontribusi terhadap harmonisasi sosial. Harmoni sosial
maksudnya terdapat keseimbangan-keseimbangan kepentingan
dimasyarakat walaupun esensinya berbeda-beda.28
Menurut Zaini, kritik sosial juga berarti juga dapat berarti sebuah inovasi
sosial. Dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan-
gagasan baru sembari menilai gagasan-gagasan lama untuk perubahan
sosial. Kritik sosial dalam kerangka yang demikian berfungsi untuk
membongkar berbagai sikap konservatif, Status quo dan Vested Inters
dalam amsarakat untuk perubahan sosial. Dengan adanya kritik sosial
diharapkan terjadi perubahan sosial kearah yang lebih baik. Kritik sosial
sebaiknya bersifat kritik membangun sehingga tidak hanya berisi kecaman
dan celaan atau tanggapan terhadap situasi, tindakan seseorang atau
kelompok. Hal ini diperlukan agar kritik sosial tidak menimbulkan
permusuhan dan konflik sosial.29
Walau terdapat berbagai variasi pemikiran dalam kelompok teori kritis,
namun kesemuanya mengemukakan tiga hal penting yang sama, yaitu
sebagai berikut:30
a. Teori Kritis menunjukan ketertarikan untuk mengemukakan adanya
suatu bentuk penindasan sosial dan mengusulkan suatu pengaturan
kekuasaan (power agreements) dalam mendukung emansipasi dan
mendukung terwujudnya masyarakat yang lebih bebas dan lebih
terpenuhi kebutuhannya (a feer and fulfilling sosiety). Memahami
adanya adanya penindasan menjadi langkah pertama untuk menghapus
ilusi dan janji manis yang diberikan suatu idiologi atau kepercayaan
dan mengambil tindakan untuk mengatasi kekuasaan uang menindas.
b. Para pendukung teori kritis berusaha untuk memadukan antara teori
28
Susetiawan, Harmoni, Stabilitas Politik, dan kritik Sosial, (Yogyakarta 1997, UII Press), hlm.27 29
Akhmad Zaini Akbar, Kritik Sosial, Pers dan Politik Indonesia, (Yogyakarta: UII Press 1999),
cet2, hlm.48-49 30
Morrisan & Andy Corry Wardhany, Teory Komunikasi: Komunikasi, Pesan Percakapan dan
Hubungan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), cet.1 hlm.40
24
dan tindakan. Teori yang bersifat normatif harus bisa di
implementasikan untuk mendorong perubahan ditengah masyarakat.
Hubungan antara teori dan tidandakan ini digambarkan dalam
ungkapan “to read the wold with and eye toward shaping it” (membaca
dunia dengan mata tertuju pada upaya untuk mengubahnya). Penelitian
yang dilakukan dalam teori kritis berupaya menunjukan bagaimana
berbagi kepentinga yuang saling bersaing berbenturan dan
menunjukkan cara bagaimana mengatasi berbenturan konflik
kepentingan itu dengan lebih mengutamakan kepentingan kelompok
tertentu khususnya kelompok marginal.31
c. Kritik sosial sendiri merupakan suatu yang juga penting dalam
kehidupan masyarakat sebab masyarakat itu senantiasa berubah,
berkembang sehingga diperlukan semacam situasi dan prilaku ideal
(idela conduct) sejalan dengan perubahan dan perkembangan
masyarakat itu.32
Jurgen Hebermas yang lahir pada tahun 1929 adalah pemikir kontemporer
yang mencurahkan usahanya untuk mencurahkan usahanya untuk
menjawab persoalan kontemporer yang mencurahkan usahanya untuk
menjawan persoalan persoalan dasar diatas melalui dan berpijak dari suatu
tradisi yang disebut teori kritis. Teori kritis yang dipahami sebagai “teori
sosial yang dikonsepkan dengan intens praktis” merupakan buah
pemikiran yang muncul dari refleksi yang luas dari hakikat pengetahuan,
struktur penelitian sosial, dasar normatif interaksi sosial, dan tendensi
tendensi politis, ekonomis, ekonomis, dan sosio-kultural dari jaman ini.33
31
Morrisan & Andy Corry Wardhany, Teory Komunikasi: Komunikasi, Pesan Percakapan dan
Hubungan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm.41 32
Moh. Mahfud MD, Perspektif Politik dan Hukum tentang Kebebasan Akademik dan Kritik
Sosial, hlm.64 33
Sindung Tjahyadi, Teory kritis Jurgen Hebermas: Asumsi-Asumsi dasar Menuju Metodologi
Kritik Sosial, hlm.181
25
D. Cultural Studies
Istilah Cultural Studies pertamakali dipopulerkan oleh Stuart Hall
professor sosiologi di Open University, Milton Keynes, Inggris. Hall
mengkritik para ilmuan komunikasi yang mayoritas menggunakan pendekatan
empiris, kuantitatif dan cenderung hanya melihat hubungan kausalitas dalam
praktek komunikasi massa. Menurutnya mereka gagal untuk melihat apa yang
seharusnya menjadi penting didalam pengaruh media massa terhadap
masyarakat. Pengaruh media massa tidak dapat dilihat hanya melalui survei
terhadap pembaca surat kabar, pendengar radio atau penonton televisi, karena
persoalannya ternyata lebih dari itu.
Hall sendiri banyak dipengaruhi oleh pemikiran Maxis yang
melihat bahwa banyak terdapat hubungan kekuatan atau kekuasaan dibalik
praktek masyarakat, terutama dalam praktek komunikasi massa dan media
massa. Hall juga mengkritik para ilmuan yang hanya sekedar mampu
menggambarkan tentang dunia, akan tetapi tidak berusaha untuk mengubah
dunia tersebut kearah yang lebih baik. Tujuan Hall dan para ilmuan dari Teori
kritis adalah memberdayakan dan memberikan kekuatan kepada masyarakat
yang termarjinalkan dan memberikan kekuatan kepada masyarakat yang
termarjinalkan atau terpinggirkan terutama dalam ranah komunikasi massa.
Hall yakin bahwa fungsi media massa pada dasarnya adalah untuk
menjaga kelanggengan kekuasan yang dominan. Media penyiaran maupun
media cetak hanya dimiliki oleh sekelimpok orang. Media juga dianggap
mengekploitasi pihak pihak yang miskin dan lemah.
Hall mengklaim bahwa banyak penelitian komunikasi gagal untuk
mengungkapkan pertarungan kekuasan dibalik praktek media massa tersebut.
Menurutnya adalah kesalahan jika memisahkan komunikasi dari disiplin ilmu-
ilmu lainnya. Jika hal tersebut dilakukan maka kita telah memisahkan pesan
komunikasi dengan ranah budaya dimana seharusnya mereka berada. Oleh
karena itu karya Hall lebih disebut sebagai cultural studies dari pada Media
Studies.
26
Pada tahun 1970-an Hall mendirikan Center for Contemporerary
Cultural Studies (CCCS) di University of Birmingham. Dibawah pimpinan
Hall CCCS mengusung misi untuk memberikan gambaran tentang pertarungan
antara “yang memiliki kekuasan dan yang tidak memiliki kekuasan” tujuan
utamanya adalah untuk merebut sedikit ruang dimana antara suara pihak yang
termajinalkan dapat dan bisa terdengar di dalam praktek komunikasi.
Ketika Hall mengusung tujuan untuk membuka kedok praktek
ketimpangan kekuasan didalam masyarakat, Hall mengatakan bahwa
pendekatan cultural studies baru dapat berhasil jika kita penelitian media yang
gagal mengkaitkan diri dengan ideologi dibalik praktek media massa. Hall
menginginkan agar membebaskan masyarakat dari ketidak sadaran dominasi
idiologi di dalam budaya kita sehari-hari. Cultural studies mencoba untuk
membangkitkan kesadaran kita akan peran media massa dalam memelihara
status quo.
Kultural studies pada dasarnya adalah pemikiran yang rumit. Hall
banyak dipengaruhi oleh ide tentang determinisme ekonomi, analisis tekstual
dalam studi semiotika, dan terutama pemikiran tentang kritik filsafat/
bahasanya Michel Foucault.
Frankfurt School sendiri menyatakan bahwa media massa, baik itu
berita maupun tayangan hiburan, pada hakikatnya memberikan gambaran
tentang dunia dari sudut pandang sistem kapitalis. Media cenderung perspektif
status quo tersebut dalam berbagai produk media massa yang pada nantinya
mengubah media menjadi industri budaya (cultural studies). Hall juga
mengadopsi konsep hegemoni, menurutnya, terjadi hegemoni penguasaan atau
didominasi satu pihak oleh pihak lainterutama dalam peran budaya dalam
praktek media massa. Praktek hegemoni ini tidak memiliki bersifat disadari,
kohersif dan memiliki efek yang total. Meskipun tayangan media massa itu
berada namun pada dasarnya mengarahkan pada perspektif yang cenderung
kepada standar yang dimiliki oleh status qou itu sendiri. Hasilnya media
massa bukannya merefleksikan apa yang ada di masyarakat, tetapi berubah
27
menjadi mampu menentukan apa yang seharunya terjadi dalam masyarakat.34
Bennet sebagaimana yang dikutip oleh Barker menawarkan sejumlah
elemen yang dapat mendefinisikan tentang cultural studies. Menurutnya
cultural studies merupakan sebuah kajian interdisipliner yang dapat dilihat
dari berbagai perspektif yang tujuan utamanya untuk mengkaji bagaimana
relasi antara budaya dan kekuasan. Kekuasaan yang coba dikaji oleh cultural
studies disini sangat luar dimana didalamnya temasuk persoalan gender, ras
kelas dan kolonialisme.35
Cultural studies mencoba menjelaskan kaitan antara
bentuk-bentuk kekuasan tersebut dan mencoba menggambarkan cara pola
tentang budaya dan kekuasaan yang dapat digunakan untuk suatu perubahan.36
Budaya menjadi bahasan cultural studies dijelaskan oleh Stuar Hall
sebagai berikut:
1. Cultural studies merupakan wacara yang membentan yang merespon
kondisi politik dan historis yang berubah dan selalu ditandai dengan
perdebatan, ketidak setujuan dan intervensi. Budaya dalam cultural studies
lebih didefinisikan secara politis dibandingkan pada secara estetis.
Cultural studies tidak melihat budaya sebagai suatu yang sempit,
sebagaimana yang menjadikan kajian dalam antropologi atau ilmu
kebudayaan konvensional. Budaya disini lebih dipandang sebagai teks dan
praktik dan praktik hidup sehari-hari, budaya dilihat bersipat politik
dikarenakancultural studies mencoba memandang sebagai sebuah arena
konflik wacana. Diskursus tentang budaya dalam persperktif cultural
studies berupaya untuk mencoba membaca konteks budaya secara
terkonstruksi. Lebih dari itu budaya tidak dipandang suatu yang netral atau
bersifat apa adanya, melainkan sebagai praktik pertarungan wacana. Untuk
itu cultural studies mengajak untuk mengungkap ada apa dibalik suatu
34
Griffin, Emory A. First Look at Communication Theory, 5th
edition, (New York: McGraw-hill,
2003), hal.366-369. 35
Iih. Farid Hamid & Heri Budianto, Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan,
(Jakarta: Kencana 2011), ed.1 cet.1. hlm. 462-463 36
Year Panji, Komunikasi dan Konstruksi Masyarakat Konsumen (suatu perspektif Cultural
Studies), (Jakarta: Kencana 2011), ed.1 cet.1, hlm..462
28
budaya yang temanifestasikan di dalam masyarakat. Pengaruh Maxisme
terhadap cultural studies disini sangat kuat. Melihat pula bahwa budaya
tidak dimaknai sebagai sebuah wilayah netral dan artinya kritik terhadap
budaya yang lebih dikedepankan.37
2. Cutural studies/kajian budaya adalah perspekltif teoritis yang berfokus
bagaimana budaya dipengaruhi oleh budaya yang kuat dan dominan.
Kajian kebudayaan tidak merujuk pada doktrin tunggal mengenai prilaku
tunggal manusia. Bahkan Stuar Hall dengan persuasif berpendapat bahwa
“kajian budaya memiliki banyak wacana, juga memiliki beberapa sejarah.
Ia adalah kelompok formasi yang utuh, memiliki peristiwa dan momen
masa lalu.” Kajian budaya berkaitan dengan sikap, pendekatan, dan kritik
mengenai sebuah budaya. Budaya merupakan fitur utama dalam teori ini,
dan budaya telah menyediakan sesuatu yang telah mendorong para peneliti
untuk mendiskusikan, tidak sepakat, menantang, dan merefleksikan.
38Bahkan Jhon Hartley mengamati peneliti telah mencapai “sedikit
kesepakatan mengenai apa yang dianggap sebagai kajian budaya, baik
sebagai praktisi kritis atau alat institusional.”39
Kajian budaya menegaskan bahwa budaya harus dipelajari terkait
dengan hubungan sosial dan sistem dimana budaya di produksi dan
dikonsumsi. Dengan demikian study mengenai budaya erat kaitannya
dengan studi tentang masyarakat, politik dan ekonomi. Kajian budaya
menunjukan bagaimana budaya media mengartikulasikan nilai-nilai
dominan, ideologi politik, perkembangan sosial dan hal baru pada zaman
tersebut. Ini merupakan konsep budaya dan masyarakat AS sebagai medan
yang perebutkan oleh berbagai kelompok dan ideologi berjuang melawan
dominasi. Televisi, film, musik, dan bentuk-bentuk budaya popular sering
37
Year Panji, Komunikasi dan Konstruksi masarakat Konsumen (Suatu perspektif Cultural
Studies), (Jakarta: Kencana, 20), ed.1, cet.1. hlm. 463 38
Iij, Farid Hamid &Hery Budianto, Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan,
(Jakarta: Kencana, 20), ed.1, cet.1. hlm. 473 39
Richard west & Lynn H. Turner, Pengantar Teory Komunikasi: Analisi dan Aplikasi
diterjemahkan oleh Maria Natalia Damayantu Maer, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,
2008), edisi ke-3, hlm.63
29
bersifat liberal atau konservatif, atau kadang-kadang mengepresikan
pandangan yang lebih radikal atau oposisi.40
40
Douglas Kellner, Cultural Studies, Multiculturalism, and Media Culture, hlm.2
30
BAB III
A. Sejarah Berdirinya Komunitas Kenduri Cinta
Kenduri Cinta berdiri dan diprakarsai oleh seorang Budayawan,
EMHA Ainun Nadjib pada 12 Februari Tahun 2000, yang merupakan
terobosan militan seorang budayawan dan seniman revolusioner dalam
mengibarkan panji “Politik yang cerdas”, sebagai panglima di kancah
pertarungan idiologi dan politik kebudayaan ketika itu. Langkah EMHA
Ainun Nadjib dalam bidang Seni Gamelan yang dinamakan dengan ”Kyai
Kanjeng” merupakan gebrakan tersendiri dimana pesan- pesan dakwah dan
kritik sosial dalam essai, puisi-puisi, serta syair-syair nyanyian yang
disampaikannya, yang ketika itu politik diseterui secara alergis sebagai barang
kotor yang bejat. Pada dasarnya politik adalah yang membebaskan kita dari
penjajahan Belanda dan Jepang, dan membuat kita sebagai bekas inlader
menikmati kebudayaan yang bebas dan bertanggung jawab.
1. Jamaah Maiah
Apa itu maiyah? Jika ada orang yang bertanya seperti itu kepada 100
orang jamaah mayiah, maka dia akan mendapat 100 jawaban yang
berbeda. Mengapa bisa demikian? Tidak ada penjelasan yang akurat.
Namun, sekedar untuk mendekatinya kiranya penjelasan dibawah berikut
ini akan membantu.41
Menurut tulisan tulisan kecil yang banyak beredar di kalangan Komunitas
Maiyah, kata maiyah berasal dari bahasa arab Maiyatullah yang berarti
bersama allah. Kemudian, tersandung dengan lidah masarakat Jawa dan
akrab sebagai Maiyah. Maiyah tidak akan pernah mencapai bentuk formal
semacam organisasi masyarakat.
Lebih lanjut menurut EMHA sebagai guru, sahabat sekaligus ayah orang
yang pernah memberikan tiga alasan untuk menjawab pertanyaan seperti
41
Prayoga R. Saputra, Spiritual Journey, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012), h. 34
31
itu. 42
Pertama, kata Emha “saya lebih baik nyolokin cabai rawit kemulut jamaah
maiyah dari pada duduk dan menjelaskan panjang lebar tentang cabai
rawit kepada mereka. Kedua, mereka-kan orang maiyah, bukan hanya saya
dan yang ketiga saya akan dimarahi oleh kanjeng nabi, Aulia bahkan para
kekasih allah jika metode Thoriqot seperti itu yang saya terapkan kepada
orang maiyah dan siapapun.
Sebutan Jamaah atau Jemaah ini tidak benar-benar bergerak secara
institutif sebagai kelompok eksklusif tertentu. Jemaah ini secara rutin
berkumpul dalam forum bersama Cak Nun ( Emha Ainun Nadjib ). Acara
ini mungkin bisa dibilang pengajian, tapi standar yang biasa ditemui dalam
sebuah acara pengajian tidak benar-benar menjadi dominan. Sebab di
dalamnya lebih banyak mengajarkan semangat hidup, sikap toleran dan
hidup bersama dalam kontribusi kebaikan. Jadi boleh juga dibilang bahwa
Jamaah Maiyah tidaklah identik sebagai sekumpulan orang Islam saja.
Malah seringkali hadir dalam pengajian ini tokoh-tokoh lintas agama,
aliran, suku bangsa, etnik, LSM (lembaga swadaya masyarakat),
mahasiswa dalam maupun luar negeri, dan lain-lain. Nuansanya sangat
berbudaya dan tidak juga serta-merta menjadi sinkretisme.
Bahkan banyak kejadian unik, salah satunya hadirnya orang gila yang
akhirnya bisa sembuh disalah satu acara Jemaah Maiyah. Dengan gaya
bicara khasnya, Cak Nun bilang “Acara ini bukan acara khusus untuk
orang Islam, tapi untuk semua manusia yang Islam dan yang tidak Islam,
manusia waras dan manusia yang tidak waras, bahkan Jin, Setan, Dhemit,
Gendruwo, kalau memang berminat untuk jadi baik akan disambut dengan
tangan terbuka”. Kenduri Cinta memang tidak bisa melepaskan diri dari
42 Prayoga: “Spitual Journey” ,(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012,
Pemikiran & Perenungan Emha, hlm. 29.
32
Cak Nun sebagai figur panutan. Tapi pengkulturan bukan menjadi ideologi
masal di Jemaah Maiyah. Jadi meskipun Cak Nun tidak bisa hadir didalam
acara, tetap saja acara bisa berlangsung dengan baik.
B. Visi - Misi
Tujuan besar yang akan dicapai KKC dengan berbagai kendalanya
adalah, Kenduri Cinta siap menciptakan masyarakat khususnya yang hadir ini
bisa menjadi lebih harmonis dan lebih dewasa menaggapi permasalahan-
permasalahan yang pelik pada saat ini, tidak harus adu-jotos, debat sengit di
media yang membingungkan masarakat yang menyimak, kita disini bersenda
gurau dengan lantunan salawat dan berdialog lebih berlapang dada dalam
segala perbedaan.
Kenduri Cinta dan Kiai kanjeng bisa tampil di berbagai belahan
dunia yang dihadiri oleh orang-orang dunia, kalau ke Prancis ya dia hadiri
orang-orang Prancis, kalau ke Mesir ya dihadiri oleh orang-orang Mesir bukan
orang-orang Indonesia sendiri, mungkin dari 1000 orang asing yang menonton
paling satu atau dua orang Indonesia itu yang hadir, dan itupun Kedutaan
Besar Republik Indonesia nya. Semuanya murni dari Allah tanpa proposal,
tanpa bantuan media, seratus persen Allah yang yang menyajikannya, disini
Kyai Kanjeng duduk bersama dengan Jamaah Maiyah tidak ada intervensi dari
pihak manapun, tiga belas tahun ini kita jalani bersama tanpa ada satu
mediapun yang mau menjajalkan kepala kameranya untuk kemaslahatan umat,
tapi tidak apalah yang penting kita tetap berlapang dada dalam setiap yang
tidak sama dengan kita.43
Misi kita tidak disini bukan sekedar bermusik, nomor satu adalah
kemesraan kita dengan masyarakat bisa terjalin mesra, kita hanya berusaha
menciptakan adapun feedback itu bagaimana cara individual masing masing
menilainya seperti apa, karena disini kita bangsa bertuhan kalau manusia
mempelajari yang segala yang ghaib sedangkan Allah yang menciptakan
43
Data diakses dari www.youtube.kenduricintaPadangbulan.com pada tanggal 12 Desember 2013
pukul 20.00
33
segala yang gaib. Ketika kita menjawab sesuatu karena ketika seseorang
menginginkan jawaban sesuatu akhirnya bangsa kita ini paham akan udang
dibalik batu. Orang menolong ada udang dibalik batu, parpol, organisasi,
pemerinta semuanya ada udang dibalik batu karna pengalaman bangsa ini
yang ditanamkan selalu udang dibalik batu. Kiai kanjeng dan kenduri cinta
berkeliling kesetiap daerah pernah ditanya oleh wartawan maksud dan tujuan
kegiatan ini itu apa? Saya ngak pernah mengerti maksud jawaban yang
diinginkan wartawan itu apa! Sebagian orang beranggapan ada visi misi
terselubung, selalu beranggapan ada udang dibalik batu, mereka tidak
percaya pada kemurnian, selalu beranggapan selalu udang dibalik batu. Misi
kita hanya Kenduri Cinta (Perkumpulan Cinta) 44
C. Struktur Keanggotaan
Komunitas Kenduri cinta ini di Pimpin oleh Emha Ainun Nadjib
sebagai narasumber dan pengisi disetiap kegiatan dengan group musik nya
Kiai Kanjeng, dan ada juga para musisi, budayawan ataupun sastrawan
lainnya yang hadir dalam kegitan ini. Dan tak jarang para pemuka-pemuka
agama ikut andil dalam kegiatan ini.
Di Komunitas Kenduri Cinta tidak ada struktur organisasi yang baku,
semua bisa menjadi ketua pelaksana, semua bisa menjadi bendahara, semua
bisa menjadi apapun yang mereka inginkan agar perkumpulan ini terus
berlangsung, ini murni dari kesadaran masing masing, ada yang memiliki
peralatan soundsistem mereka membawanya sendiri untuk dimanfaatkan
Komunitas Kenduri Cinta ini semua murni dari hati masing masing dan ini
telah berlangsung selama 14 tahun lamanya dan sampai pada saat ini kenduri
cinta berdiri.
44
Emha Ainun Nadjib, Pengantar Markesot Bertutur (1994).
34
D. Historis Kegiatan Komunitas Kenduri Cinta
Komunitas Kenduri Cinta Pebruari 2013:
45
Foto Agus Setiawan
Jumat malam tanggal 8 Februari 2013 Kenduri Cinta kembali hadir di
pelataran Taman Ismail Marzuki dengan mengusung tema „Decoding
Indonesia Raya‟. Dengan dimoderasi oleh Tri Mulyana, beberapa sesepuh KC
mengantarkan jamaah pada latar belakang penentuan tema.
“Seperti biasanya, tema yang diangkat di Kenduri Cinta lebih
merupakan lontaran pertanyaan. Kali ini, pertanyaannya adalah apakah
Indonesia sudah merupakan bentuk yang layak berjalan ataukah masih berupa
versi yang belum sempurna, apakah sudah rilis program yang paling bagus
atau masih beta (Indonesia tanah air beta, begitu kata lagu), apakah sudah
berupa final version atau masih perlu penyempurnaan-penyempurnaan untuk
bisa stabil?” Mas Adi mengawali prolog dengan pertanyaan-pertanyaan.
Mengenai gerakan perubahan pada Indonesia Raya, Mas Pram
menawarkan kemungkinan lebih mudahnya, yakni dengan terlebih dulu
mengubah komponen-komponen pembangunnya: keluarga masing-masing.
Jalannya dengan selalu meng-upgrade fisik, otak, hati, dan jiwa berdasarkan
nilai-nilai yang benar, baik, dan indah. Untuk perubahan besar, kita mulai dari
mengubah fisik menjadi lebih bersih, sehat, dan wangi, lalu dibarengi dengan
peningkatan pengetahuan secara terus-menerus, serta diimbangi dengan
45
Doc Foto Agus Setiawan, Red KC Ratri Dian Ariani (11 Februari 2013).
35
pembersihan hati dan penyehatan jiwa. “Kenduri Cinta menemani Indonesia
melewati jalannya sejarah melalui individu-individu.”46
Mas Ibrahim menambahi dengan terlebih dulu membahas Kenduri
Cinta yang pertama kali diadakan tahun ini bukan pada Januari melainkan
pada Februari.
“Yang pertama dalam hitungan itu bismillah, yang kedua baru
alhamdulillah. Bismillah kita sudah sejak 12 tahun yang lalu, lalu kapan
alhamdulillahnya? Kadang kita tidak tahu kenapa diperjalankan di Februari –
seperti halnya kenapa dipertemukan dengan „taksi‟ yang itu (menggunakan
istilah Cak Nun). Ini yang namanya perjodohan. Kita tidak lepas dari
perjodohan ruang dan waktu.”
“Kode disebut di dalam Alquran menggunakan kata „ayat‟. Kita bisa
belajar dari dua sisi perjalanan panjang manusia. Ada simpul-simpul dalam
sejarah dimana Tuhan menempatkan kejayaan-kejayaan disitu. Pada suatu
waktu bendera kejayaan Tuhan taruh di Amerika, pada waktu yang lain di
tempat yang lain juga. Kita pernah punya Sriwijaya, Majapahit, Kediri, dan
masih banyak lagi.”
Di lingkar satu Kerajaan Kediri ada yang mencoba-coba berontak.
Karena saking saktinya, diusirlah dia dengan cara diletakkan pada jabatan
yang rendah (di bawah bupati). Dialah Tunggul Ametung yang berkuasa di
Tumapel. Untuk mencapai hasratnya menjadi orang nomor satu, ditariknya
pajak dalam jumlah yang melebihi jumlah seharusnya. Kelebihan bagian pajak
itu digunakan untuk membangun Tumapel sampai-sampai menyaingi kerajaan
Kediri itu sendiri. Rakyat tersiksa. Pada masa-masa gelap waktu itu,
dihadirkan dalam sejarah seseorang yang juga gelap. Ken Arok, pemuda itu,
mengajak pemuda-pemuda Tumapel untuk memutus kiriman-kiriman dari
Tumapel ke Kediri dengan cara merampoknya. Hasil rampokan itu
46
Pram Aktifis 1998, dalam sambutan acara kenduri cinta yang diadakan pada 11 Februari 2013
pukul 7.50.
36
dikembalikan lagi kepada rakyat. Jajaran intelijen Kediri saat itu tak mampu
membendung pergerakan rakyat ini.
EMHA Ainun Nadjib; “Di jalur Islam, kita melihat Maiyah ini selama
12 tahun perjalanannya tidak pernah dinilai apapun, tak pernah masuk atau
dianggap. Jangan-jangan kita adalah generasi yang didalam doa Nabi Zakariya
disebut sebagai generasi yang warisannya hilang? Karena kekhawatiran itu
Beliau berdoa, Robbi latadzarni wa Anta khoirul-warisin (QS Al-Anbiya : 89).
Warisan yang dimaksud bisa berupa warisan ilmu, kebudayaan, kesenian,
peradaban, etika, dan sebagainya.”47
48
Foto Kegiatan di KKC 11 Februari 2013
“KC juga melakukan decoding,” jawab Mas Pram, “Pada tahun 2000
awal kami berdiri, dulu yang tidak bisa berteriak di istana tempatnya di sini.
Pada masa saya dulu tidak ada Reboan, hanya ada KC untuk mereposisi
Indonesia menjadi lebih baik. Waktu itu muncul tagline „Menegakkan cinta
menuju Indonesia mulia‟. Pada masa itu gerakan bersifat progresif
revolusioner, sangat berbeda nuansanya dengan saat ini. Dulu penuh sesak
sampai ke jalan-jalan; entah yang 90% itu BIN atau jamaah.”
47
Emha Ainun Nadjib, dalam sambutan acara kenduri cinta (decoding Indonesia Raya) yang
diadakan pada 11 Februari 2013 pukul 9.50 48
Doc Foto Agus Setiawan, Red KC Ratri Dian Ariani (11 Februari 2013).
37
“Dulu KC ada untuk mengimbangi macan-macan di istana. Nah,
setelah kemudian macannya hilang, masih perlu nggak kita menjadi macan?
Yang kemudian diperlukan adalah masyarakat yang kembali lahir untuk men-
decode nilai yang sesuai dengan prinsip benar-baik-indah. Perkembangan tiga
prinsip ini tidak mungkin hanya dilakukan sebulan sekali, maka
ditransisikanlah menjadi sekali setiap pekan dan diadakan pada hari Rabu. Inti
dari aktivitas ini adalah saling belajar untuk setiap harinya berubah menjadi
lebih baik.”
“Yang lain korupsi, anda enggak. Anda tahukah, EMHA Ainun Nadjib
itu sendirian atau tidak? Semua datang ke Cak Nun hanya untuk kepentingan
mereka, setelah mendapat apa yang dicari, mereka tinggalkan Cak Nun.
Pejalan Maiyah adalah pejalan sunyi; tapi sunyi yang damai. Anda akan
memberi manis dunia sekitar dengan nilai yang anda pegang.”
“Reboan adalah sarana untuk silaturahmi. Reboan merupakan
komitmen kita sebagai individu-individu yang sungguh-sungguh bersaudara.
Dari Reboan pula tema KC didapatkan. Di Reboan kita bicarakan KC secara
teknis, kita bicarakan ilmu secara lebih mendalam, kita mempererat
pertemanan yang ikhlas. Yang mau merapat di Reboan, dipersilahkan,” Mas
Rusdi menambahkan.
38
49
Hadir di sesi Diskusi ada Teuku Chandra (peneliti simbol), Mas
Nanang Hape (dhalang, pengusung Wayang Urban), dengan dimoderasi oleh
Mas Ibrahim.
Teuku Chandra yang sejak tahun 1981 menekuni kegiatan meneliti
simbol-simbol, 17 tahun kemudian menemukan pola yang lalu dituangkannya
dalam „9 hipotesis‟ di dalam buku yang terbit pada tahun 2003, „Selamat
Tinggal Indonesia”. Seminggu setelah terbit, Beliau dipanggil Menko
Polhukam dan mendapatkan ucapan terima kasih.
Pak Chandra pertama kali pada tahun 1996 mengangkat ke permukaan
bahwa ada kesalahan dalam pemilihan nama Indonesia pada waktu itu dalam
forum-forum kecil.
Beberapa catatan yang disampaikan oleh Pak Chandra adalah sebagai
berikut:
1. Imbuhan ke-an menjadikan kata dasar yang diimbuhinya menjadi rusak.
Contoh: menteri; ketika diimbuhi menjadi kementerian. Tuhan; ketika
diimbuhi menjadi ketuhanan;
2. Sebuah kata jika ditambah dengan kata „Raya‟ akan menjadi kata yang
hebat;
49
Doc Foto Agus Setiawan, Red KC Ratri Dian Ariani (11 Februari 2013).
39
3. Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945/ 9 Ramadhan, tapi tak
pernah berdoa pada tanggal 9 Ramadhan.
Mas Nanang Hape membuka uraiannya dengan mengatakan bahwa di
dunia pewayangan sebagaimana di pesantren adalah warisan, melanjutkan
pewarisan cerita-cerita ke generasi berikutnya. Mungkin masa lalu kita punya
banyak cacat, tapi jangan-jangan kita belum cukup mengenalnya. Sejarah
sering dihidangkan dalam bentuk satu sisi mata uang tanpa kita pernah tahu
seperti apa sisi sebaliknya.
Mas Nanang kemudian bercerita bahwa Sudjiwo Tedjo pernah
mengatakan, “Di tataran makrifat, baik-buruk, kejam-tak kejam, itu tak ada
bedanya.” Balik ditanya, “Berarti negeri ini mau lanjut atau tidak, mau
berubah bentuk atau tidak, itu sama saja?” Beliau tak bisa menjawab.
“Bicara kedalaman itu untuk diri sendiri, tapi kalau pas nyembul itu
untuk orang lain. Saya anggap pembicaraan ini sebagai mimpi. Boleh
bermimpi, tapi harus berani bangun. Kalau nggak kerja, nggak akan terjadi
riilnya.”
Ustadz Wijayanto yang kebetulan mampir di KC, diminta mengisi
waktu beberapa saat sebelum beliau pulang untuk kembali ke Yogya. “Tidak
mudah untuk membangun Indonesia, harus ada decoding serius.
Decoding berasal dari kata code. Dalam terminologi bahasa ada tiga macam
kode, yakni indeks, icon, dan simbol. Indeks adalah tanda yang hanya
berfungsi sebagai pembeda, tidak memiliki konsekuensi. Icon sudah memiliki
makna. Kalau ada gambar kuda laut, itu berarti menunjukkan Pertamina, dan
sebagainya. Sementara itu, simbol sarat dengan makna dan memiliki
konsekuensi. Kalau lampu merah menyala, Anda harus berhenti.” Dalam
semua aspek diperlukan simbol. Decoding harus menyangkut setiap aspek. Al-
aqil yakfi bil isyaroh. Orang pandai cukup dengan isyarat. 50
50
Dari arsip dan essai Kenduri cinta www.kenduricinta.com diunduh pada tanggal 5 Maret 2014
pukul 13.00
40
51
Foto Agus Setiawan
Sehebat apapun orang orang yang hadir dalam jamaah maiyah ini,
mulai dari Mahasiswa terutama aktifis, para tokoh, pejabat, para seniman,
budayawan dan lain sebagainya, kita tidak pernah di liput oleh media, entah
apa yang terjadi media hanya sibuk mengurus kepentingan para petinggi untuk
mengamankan posisi pada Pil-Pres 2014 nanti, media kita saat sangat
mengkonstruk dan menghilangkan tanggung jawab sebagai media yang
seharusnya bisa mendidik saudara-saudaranya yang buta menjadi terbelalak
akan realita yang harusnya mereka terima dengan kepolosan, harus
dihadapkan pada kepentingan segelintir orang semata. Saya bangga! Sangat-
sangat bangga karena, 12 tahun perjalanan kita selama ini tidak menyurutkan
semangat untuk terus memperbaiki diri dan memimpikan bangsa ini akan
benar-benar sehat lahir dan batin. Amin52
51
Doc Foto Agus Setiawan, Red KC Ratri Dian Ariani (11 Februari 2013). 52
Emha Ainun Najib, “(untuk kesejahteraan dan kebersamaan Indonesia)” diakses dari
www.YouTube.com pada tanggal 7 Maret 2014 pukul 16.00
41
E. Kenduri Cinta Pada awal Era Reformasi
Setelah tragedi Nasional tahun 1998 yang mana perubahan politik
yang terjadi begitu sangat rentan akan serangan baik dari dalam negri maupun
luar negri membuat Indonesia pada saat itu sangat rentan baik dalam Ekonomi
maupun politik, para seniman dan budayawan yang biasa mengkritisi
pemerintahan melalui seni dan kebudayaan di anggap sebagai golongan kiri
yang harus disingkirkan. Pada tahun 2001 Komunitas kenduri cinta
melahirkan Jamaah Maiyah pada malam menjelang akan digelarnya Sidang
Istimewa MPR 2001, tepatnya pada tanggal 31 Juli 2001, sementara di Jakarta
suhu politik semakin memanas, Emha secara khusus menggelar acara
“Sholawatan Maulid” di kediamannya bersama sahabat-sahabatnya Kiai
Kanjeng untuk mensikapi situasi politik yang semakin tidak menentu.
Kegiatan semacam ini sebelumnya sudah sering digelar namun belum
menggunakan kata-kata Jamaah Maiyah, sebab hanya berupa kegiatan
pengajian yang tidak hendak menekankan pada eksistensi substansif. Dalam
perkembangannya sebutan Jamaah Maiyah tetap dipertahankan nilai
esensialnya bukan mengacu pada kelompok, golongan, ataupun aliran.
Pendekatan dengan nama Jamaah Maiyah lebih bertujuan sebagai bentukan
kebersamaan meraih semangat bertahan hidup bahwa Allah berada pada setiap
napas kehidupan.
Di hadapan sahabat-sahabat setianya itu, Emha memberi ilmu dan
hikmah, bahwa rakyat Indonesia semakin tidak mendapat jaminan apapun dari
negara dan pemerintahnya. Nyawa dan keamanan hidupnya tidak dijamin oleh
kepolisian, kedaulatan negerinya tidak dijamin oleh tentara, kesejahteraan
ekonominya tidak dijamin oleh produsen-produsen budaya serta media massa.
Bahkan Indonesia secara transparan mempertunjukkan politik iblis, industri
iblis, budaya iblis. Artinya apa yang sehari-hari diperoleh oleh masyarakat
adalah hal-hal yang memusnahkan kemandirian ekonominya serta
memerosotkan akhlak kebudayaannya. Maka Emha kemudian mengajak,
untuk membangun sendiri negeri-negeri di dalam dirinya, negeri kemandirian
dalam kebersamaan, yang dilukiskannya sebagai lingkaran, yang kemudian
42
disebut sebagai Lingkaran Maiyah atau Lingkaran Kebersamaan, suatu
kumpulan sebagian rakyat Indonesia yang bergandengan tangan untuk
semaksimal mungkin memerdekakan dirinya dari keadaan-keadaan yang
membahayakan.
Maiyah yang berarti kebersamaan, pertama melakukan apa saja
bersama Allah. Kedua bersama siapa saja mau bersama. Maiyah bisa berarti
komitmen nasionalisme, kedewasaan heterogenisme, kearifan pluralisme, dan
tidak ada kesenjangan ekonomi. Maiyah sendiri secara “kata” muncul dari
untaian hikmah yang disampaikan oleh Ustadz Wijayanto, MA, di tengah-
tengah acara internal itu, dengan menyebut beberapa kalimat : “Inna ma‟iya
rabbi”, menirukan Musa AS. Untuk meyakinkan ummatnya bahwa Allah ada
bersamanya. “La takhaf wa la tahzan, Innallaha ma‟ana”, Jangan takut
jangan sedih, Allah bersama kita. Tutur Muhammad SAW, tatkala dikejar-
kejar oleh pasukan musuh, untuk menghibur dan memelihara iman Abu Bakar.
Maka di dalam Maiyah, Emha dan Kiai Kanjeng tidak memfokuskan
kegiatannya pada musik dan kesenian, melainkan proses dan komunikasi
sosial yang komprehensif. Emha dan Kiai Kanjeng berkeliling Indonesia
untuk menumbuhkan spiritualitas manusia, melalui sholawat, wirid, dan doa,
untuk pencerdasan pikiran masyarakat, untuk mengajak membangun
kemandirian, dan untuk menawarkan alternatif kebudayaan yang tidak
membahayakan jiwa masyarakat, tetapi bergembira dan diridhoi Allah di
dunia dan akhirat.
Dulu Emha dan Kiai Kanjeng pentas dan diletakkan di panggung.
Mereka ditonton oleh penonton, dalam Maiyah tidak berada dipanggung dan
tidak ditonton oleh siapapun. Dulu berpakaian hitam-hitam, dalam Maiyah
mereka berpakaian putih-putih, yang tidak untuk menunjukkan bahwa mereka
sudah putih melainkan agar terdorong untuk putih. Mereka duduk melingkar,
menciptakan lapisan-lapisan lingkaran berikutnya, tidak mempertunjukkan
musik dan suaranya kepada penonton, Emha dan Kiai Kanjeng hanya
43
bernyanyi, bersholawat, berwirid, membaca puisi atau apapun dengan
membawa kesadaran bahwa yang dihadapan mereka adalah Allah.
1. Maiyah Dan Alunan Bunyi
Kenapa Shalawatan, wiridan, berdzikir, mengaku dosa kok pakai musik?
Karena manusia itu khalifatullah, mandataris yang ditunjuk oleh Allah
untuk mengurus dirinya sendiri dan alam semesta. Khalifah itu pengelola.
Manager, Direktur kehidupan. Eksekutif, badan pelaksana.53
Para khalifah alias direktur-direktur ini menentukan apakah saron
dibunyikan untuk mengiringi tayuban ataukah untuk memperindah
pernyataan cinta kepada Allah. Mereka yang mengambil keputusan apakah
biola digesek, kibor dipencet, seruling ditiup, perkusi ditabuh, terbang
ditampar – untuk memeriahkan tarian atau lagu-lagu yang tidak terjamin
keamanannya di depan pandangan nilai Allah, ataukah dipakai untuk
memperasyik lagu puja-puji atas keagungan Allah. Tentu saja, asalkan
jangan lantas orang azan diiringi biola, orang salat ditabuhi pakai gendang,
orang thawaf diiringi genderang massal. Maiyah bukan ibadah makhdloh.
Ia hanya kegiatan budaya yang menggali inspirasi dari Agama. Ia hanya
mereligiouskan perilaku budaya. Ia hanya aktivitas sosial budaya yang
tidak merelakan dirinya kalau hanya diperuntukkan buat yang bukan
Allah. Karena sabbaha lillahi ma fis samawati wa ma fil ardli, seluruh
mahluk yang dilangit dan dibumi ini bertasbih kepada Allah. Dan para
khalifah Kiai Kanjeng tahu, bahwa yang bertasbih kepada Allah itu bukan
hanya Jin dan manusia, tapi juga benda-benda, saron, biola, seruling,
terbang, bahkan capung, rumput, daun-daun kering. Bukankah Allah tidak
menggunakan kata man fis samawati, melainkan ma fis samawati?
2. Etimologi Maiyah
“Inna ma‟iya rabbi”, tutur Musa, Nabi „alaihissalam, untuk meyakinkan
ummatnya bahwa Allah ada bersamanya. Muhammad Rasulullah saw,
53
Hasil Wawancara dengan Jamaah Maiah Ahmad Ubaydillah, Jum‟at, 11 Oktober 2013 di
TIM pukul 11.23.
44
juga menggunakan kata yang sama di gua Tsur, tatkala dikejar-kejar
pasukan musuh untuk menghibur dan memelihara iman Abu Bakar,
sahabat beliau, Sayyid kita radiallahu‟anhu : “La takhaf wa la tahzan,
innallaha ma‟ana”. Jangan takut jangan sedih, Allah ada menyertai kita.
Jadi, asal usulnya dari ma‟a. Artinya, dengan, bersama, beserta.
Ma‟iyatullah, kebersamaan dengan Allah. Ma‟iyah itu kebersamaan.
Ma‟ana bersama kita. Ma‟iya, bersamaku. Lantas kata-kata dan bunyi
Arab itu „kesandung‟ oleh lidah etnik kita menjadi Maiya, atau Maiyah,
atau Maiyahan.
Sedikit argumentasi dengan kata kebersamaan. Mengenai Ibu Bapakmu,
hal anak cucu para keponakan dan sanak famili, tentu kau ucapkan inna
ma‟iya, sesungguhnya (mereka) bersamaku. Bersamaku artinya bukan ke
mana-mana ubyang-ubyung bareng, makan bareng, mandi bareng.
Maknanya substansial, haqiqiyah. Kalau engkau bersamaku berarti engkau
adalah bagian dari hatiku. Engkau adalah salah satu serat-serat dari
struktur perasaanku. Kalau engkau riang, aku gembira. Kalau engkau
berduka, aku menderita. Kalau engkau disakiti, aku mengaduh. Kalau
engkau disengsarakan, aku menangis. Kalau engkau ditimpa masalah, itu
juga masalahku. Kalau engkau memerlukan, aku mengupayakan
pemenuhan. Kalau engkau membutuhkan, aku mengusahakan keberesan.
Engkau dan aku sayang menyayangi, kasih mengasihi, tolong menolong,
bela membela satu sama lain.
3. Maiyah dan Nilai Sosial
Kepada teman-teman, kepada para tetangga, kepada sesama ummat,
masyarakat, warga negara, sesama manusia, apapun saja sukunya,
bangsanya, golongannya, kelompoknya, organisasinya, kepercayaan dan
pendapatnya tidak layakkah, atau bahkan tidak seyogyanyakah, atau siapa
tahu tidak haruskah engkau dan aku ucapkan dan ikrarkan juga: inna
ma‟iya, sesungguhnya mereka semua ada bersamaku, dan sesungguhnya
aku ada bersama mereka? Kiai Kanjeng berkeliling kemana-mana,
45
menembus berbagai sisi, segmen, lapisan, golongan, kelompok, wilayah,
daerah dan jenis sosiologis masyarakat untuk menumbuhkan pertanyaan
dan kesadaran inna ma‟iya semacam itu.
Adakah dengan tetanggamu, masyarakat dan bangsamu, engkau tidak
bersedia tolong menolong, melainkan ancam mengancam? Tidak bersedia
saling setia, melainkan saling khianat? Tidak mau saling membela,
melainkan saling menghancurkan? Tidak siap saling ikhlas, melainkan
tidak saling rela? Tidak saling mengharapkan kebahagiaan bagi yang lain,
melainkan diam-diam mensyukuri penderitaan mereka?
4. Sudut Bahasa
Bahasa kenegaraan Maiyah itu nasionalisme. Bahasa mondialnya
universalisme. Bahasa peradabannya pluralisme. Bahasa kebudayaannya
heterogenisme, atau kemajemukan yang direlakan, dipahami dan dikelola.
Metoda atau manajemen pengelolaan itu namanya demokrasi.
Bahasa ekonominya Maiyah adalah tidak adanya kesenjangan
penghidupan antara satu orang atau suatu kelompok dengan lainnya. Tapi
ini terlalu ideal dan utopis, jadi mungkin lebih realistis kita pakai
ungkapan Maiyah adalah proses dinamisnya menyempitnya atau
mengecilnya jarak atau kesenjangan penghidupan di antara manusia.
Diproses secara sistem kolektif jangan sampai ada yang terlalu kaya
sementara lainnya terlalu fakir. Kadar Maiyah semakin tinggi dan
kualitatif berbanding lurus dengan semakin mengecilnya kesenjangan itu.
Di dalam teori Maiyah nasionalisme, selalu ditemukan ada banyak pihak,
ada banyak wajah, ada banyak warna, ada banyak kecenderungan dan
pilihan. Masing-masing pilihan itu menggunakan warnanya sendiri-
sendiri, wajahnya sendiri-sendiri dan kecenderungannya sendiri-sendiri.
Setiap ika (tunggal) menghidupi dan menampilkan dirinya masing-masing,
sehingga pada semuanya tampak sebagai bhineka (beragam). Berbagai
perbedaan itu tidak membuat mereka berperang satu sama lain, karena
46
diikat oleh prinsip ke-ika-an, yakni komitmen kolektif untuk saling
menyelamatkan dan menyejahterakan.
Demikianlah berita gembira berdirinya Republik Indonesia dulu sikap
Maiyah di antara berbagai pilihan itu adalah untuk saling menyetorkan
kebaikan dan kemashlahatan untuk semua.
Di era sejarah bangsa Indonesia yang mungkin masih bertahan hingga saat
ini, yakni berlangsung policy politik nasional atau strategi kebudayaan di
mana para „masing-masing‟ itu dilarang menunjukkan kemasing-
masingannya. Maksudnya baik, orang jangan menonjolkan siapa dirinya,
bagaimana wajahnya dan apa warnanya. Semua disatukan, diseragamkan,
identitas masing-masing disembunyikan semaksimal mungkin. Bila
demikian maka masih berprinsip Tunggal Ika.
Maiyah berusaha merealisasikan Bhineka Tunggal Ika. Yang Batak
omonglah dengan logat Batak. Yang Bugis ya dialek Bugis. Yang Madura
ya cengkok Madura. Tak ada perlunya ditutup-tutupi, sepanjang ada
kesepakatan untuk saling melindungi, saling menyayangi dan memproses
tujuan kebahagiaan bersama. Yang Budha, berpakaianlah Budha. Yang
Katolik , Katoliklah. Yang Islam Islamlah. Om swastiastu tak usah diganti
Padamu Negeri. Heleluya tak usah diganti Tanah Tumpah Darahku.
Shalatullah salamullah tak usah diganti Ibu Kita Kartini. Heterogenitas itu
cukup dijaga oleh satu prinsip : saling memperuntukkan dirinya bagi
kebersamaan. Itulah Maiyah.
5. Lingkaran Maiyah
Dulu Kiai Kanjeng pentas dan diletakkan di panggung. Mereka ditonton
oleh penonton. Kiai Kanjeng yang bermaiyah tidak berada dipanggung dan
tidak ditonton siapa-siapa. Mereka duduk melingkar, sehingga terserah
orang lain akan bergabung menciptakan lapisan-lapisan lingkaran
berikutnya atau tidak. Kiai Kanjeng tidak mempertunjukan musik dan
suaranya kepada penonton. Mereka hanya bernyanyi, bershalawat,
47
berwirid, membaca puisi, atau apapun, tetapi yang ada di hadapan mata
kesadaran mereka adalah Allah SWT. Maka pada kebanyakan momentum
selama ber-maiyah, hampir tak seorangpun di antara mereka yang tidak
memejamkan mata. Karena mata wadag hanya sanggup melaporkan
penglihatan tentang hal-hal yang sepele: materi, benda-benda, gedung-
gedung, lembaran-lembaran uang, kecantikan wanita dan kegantengan
lelaki, menara pencakar langit. Dan itu semua bersifat sementara dan
sangat gampang hancur.
Jemaah Maiyah serak-serak suaranya untuk Allah. Habis bunyinya untuk
mencintai Nya. Bernyanyi, membunyikan alat musik, berkeringat, untuk
memelihara hubungan baik dengan Allah. Karena Allah sebagai pengasuh,
penyantun, tempat bergantung tidak bisa diperbandingkan dengan polisi,
tentara, menteri ekuin, presiden, pemerintahan, konglomerat, distribusi
modal atau apapun saja yang dituhankan oleh sangat banyak orang. Allah
berjanji kepada para kekasihnya untuk menjalankan empat fungsi, asalkan
oleh para kekasihnya dibeli dengan taqwa dan tawakkal.54
Peran pertama, Allah sebagai pemberi jalan keluar, solusi atas apa saja:
coba sebut satu masalah yang Allah tidak sanggup menyelesaikannya!
Peran kedua, Allah sebagai penabur rizqi melalui jalan, cara, metoda dan
modus yang semau-mau Dia, sehingga para kekasih Nya tidak bisa
menduga atau memperhitungkannya. Para kekasih Allah tinggal terima
jadi, terima matang – anugrah rejeki yang mereka beli dengan „mata uang‟
taqwa dan tawakkal. Ah, apa sih taqwa? Rindukan Allah kapan saja.
menjadikan Allah sebagai tuan rumah batin kita. Tawakkal adalah taqwa
yang diperdalam ditancapkan dihujamkan terus menerus.
Peran ketiga, Allah sebagai manager dan akuntan. Kalau berasmu menipis,
jangan memfitnah dan menganggap Allah bersikap acuh tak acuh atas
keadaan dapurmu itu. Ia managermu, ia atur nafkahmu, ia jamin
54
Wawancara dengan Jamaah Maiah di Kenduri Cinta, Jumat, 11 Oktober 2013 di TIM pukul
11.40
48
penghidupan keluargamu. Engkau cukup menyetor taqwa dan tawakkal.
Allah adalah menjadi humasmu, publik relation-mu. Keperluanmu atas
seseorang atau suatu pihak, kebutuhanmu terhadap akses ini atau itu,
disampaikan oleh Allah kepada yang bersangkutan. Engkau cukup
memberi „honor‟ taqwa dan tawakkal.55
55
Emha Ainun Nadjib. Siapa atau Apa Itu Kyai Kanjeng? dari www.maiyah.net/2012/02/siapa-
atau-apa-itu-kiai-kanjeng.html diunduh pada tanggal 13 Oktober 2013 pukul 20.05
49
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN
A. Komunitas Kenduri Cinta dan Jamaah Maiyah
Komunitas Kenduri Cinta Lahir di Jakarta tepatnya di Taman Ismail
Marzuki, sebagai wadah refleksi serta respon Emha Ainun Nadjib terhadap
kondisi masyarakat pada saat itu yang mengalami ketidak puasan,
keputusasaan, amarah terpendam.56
. "Tanpa ada batas feodalisme tanpa ada
batas golongan". "Topik yang dibahas adalah bahasan-bahasan yang jujur atau
verbal". Dan ini sangat sulit ditemukan ditempat dan acara lain. Acara
Kenduri Cinta yang dilaksanakan tiap Jumat malam, minggu kedua dalam
setiap bulannya berupa dialog interaktif dua arah (ada penceramah atau aktor
dan audiens) dan disertai dengan pementasan kesenian (nyanyian, pembacaan
puisi, pembacaan cerita, dan lain sebagainya).
Setelah tragedi Nasional tahun 1998 yang mana perubahan politik
yang terjadi begitu sangat rentan akan serangan baik dari dalam negri maupun
luar negri membuat Inonesia pada saat itu sangat rentan baik dalam Ekonomi
maupun politik, para seniman dan budayawan yang biasa mengkritisi
pemerintahan melalui seni dan kebudayaan di anggap segai golongan kiri yang
harus disingkirkan. Pada tahun 2001 Komunitas kenduri cinta melahirkan
Jamaah Maiyah pada malam menjelang akan digelarnya Sidang Istimewa
MPR 2001, tepatnya pada tanggal 31 Juli 2001, sementara di Jakarta suhu
politik semakin memanas, Emha secara khusus menggelar acara “Sholawatan
Maulid” di kediamannya bersama sahabat-sahabatnya Kiai Kanjeng untuk
mensikapi situasi politik yang semakin tidak menentu.
Dari data temuan yang ada Maiyah bukanlah agama baru, serta tidak
pernah dimaksudkan oleh pelakunya sebagai suatu aliran teologi, mahzab
56
Prayogi: “Spitual Journey” ,(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012, Pemikiran &
Perenungan Emha, hlm. 30.
50
maupun Thoroqot. Apalagi diniatkan sebagai organisasi massa. Terlebih-lebih
sebagai suatu lembaga politik.57
Doktor Nursamad Kamba, peraih doktor filsafat dalam bidang tasawuf
dari Al Azhar pernah menuliskan sebuah artikel pendek tentang Maiyah.
Doktor Kamba memfokuskan pandangannya untuk melihat isi atau sepuhan
Maiyah. Doktor Kamba memandang “Maiyah yang secara kreatif mengadopsi
atau lebih tepatnya menjabarkan prinsip-prinsip persahabatan, persaudaraan,
dan ikrar perjuangan berdasarkan cinta kasih serta dengan ikhlas dan jujur
yang bersumber dari inspirasi Gua Tsur dan momentum hijrah Nabi,
merupakan kreasi sufistik Emha yang jiha disandingkan dengan gerakan-
gerakan sufi dalam sejarah, menempati posisi setara dengan kaum
Malamatiyah”. 52
Momentum Gua Tsur terjadi saat Rosululloh Muhammad
dan Abu Bakar dalam perjalanan hijrah menuju Madinah. Saat mereka sedang
berlindung di Gua Tsur, mereka dilempari batu oleh anak pasukan Quraish
Mekkah hingga Rosululloh terluka. Saat itulah Abu Bakar menangis karena
tidak sampai hati melihat Rosululloh terluka. Dia menangis. Maka, Rosululloh
menenangkan Abu Bakar dengan mengatakan: Tenang saja, Alloh bersama
kita. Itulah pesan pokok yang disampaikan Rosulullaoh kepada teman
seperjalanannya tersebut.
Lalu, siapa kaum Malamatiyah itu? Kaum Malamatiyah adalah
kelompok sufi yang berkembang di Khurasan, Persia mulai abad ke-3 dan ke-
4 Hijriyah. Al Matiyah di bangun di atas sikap pengorbanan diri sendiri demi
kepentingan saudara. Sikap tersebut menciptakan idealism alfutuwwah, yaitu
semangat kepemudaan dal;am berjuang seperti halnya ashabul kahfi.
Kaum Malamatiyah menjadi tempat berteduh masyarakat umum yang
menjadi kezdaliman ataupun kesewenang-wenangan pemerintah maupun
masyarakat. Bahkan kaum malamatiyah cenderung mempraktekkan “rasa
bahagia” dan sikap “menikmati” ketidakadilan dan penderitaan yang di
57
Prayoga: “Spitual Journey” ,(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012, Pemikiran &
Perenungan Emha, hlm. 34.
51
alaminya. Tokoh-tokoh besar dalam tradisi sufi pada umumnya penganut
malamatiyah dan ahlul futuwwah mulai dari Abu Yazid Al Bustami, Al
Hallaj, Al Juneid, hingga ibnu Arabi.58
Sementara, Timothy P. Daniels, Associate Professor di Universitas
Hofstra, New York yang penah melakukan penelitian soal Maiyah lebih
memfokuskan pandangannya sebagai antropolog. Dia melihat Maiyah sebagai
jasad. Menurutnya Maiyah merupakan a revolutionary religious force in the
world. Timothy memasukkan Maiyah kepada gerakan penyegaran – untuk
tidak menyebut pembaharuan Islam. Doktor antropolog ini menilai bahwa
kekuatan Maiyah yang unik adalah Maiyah tidak berada pada struktur sosial
normatif dan sampai hari ini bertahan untuk tidak mengalami siklus atau
lingkaran setan penyegaran. (Prayogi; “Spiritual Journey”, Hal-36).
Seperti banyak ditemukan dalam gerakan-gerakan penyegaran di
dunia, mereka tidak sanggup keluar dari lingkaran setan itu. Gerakan
penyegaran awalnya muncul karena ketigakpuasan atau rutinitas dan
kemandegan lingkungan yang ada yang melahirkan distorsi budaya.
Kemudian, gerakan penyegaran itu melampaui fase-fase anti struktur –
counter struktur dan akhirnya kembali menyusun struktur social nomatif yang
baru. Struktur yang baru ini kelak akan mengalami kemandegan lagi. Begitu
seterusnya. Maiyah berupaya menghindari itu dengan cara melakukan proses
penyegaran dalam kerangka ideologi dan organisasi yang fleksibel.
Lebih jauh muslim Afro-Amerika ini menyatakan bahwa gerakan
Maiyah merupakan kombinasi yang kreatif dari mistisisme Islam,
fundamentalis dan politik yang berakar pada pengajian bulanan. Salah satu
pemikiran Maiyah yang menarik adalah paradigma perang Badr. Perlawanan
Badr yang sabar dan berilmu matang sebagai alat pandang untuk melakukan
ijtihad. 59
58
Prayoga: “Spitual Journey” ,(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012, Pemikiran &
Perenungan Emha, hlm. 35. 59
(Prayogi; “Spiritual Journey”, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012) Hal-36).
52
B. Pemanfaatan Ruang Publik Sebagai Tempat Diskusi Sosial
Kebudayaan sebagai ruang publik dapat diartikan bahwa
mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam "sudut pandang umum".
Kajian budaya menegaskan bahwa budaya harus dipelajari terkait dengan
hubungan sosial dan sistem dimana budaya di produksi dan dikonsumsi.
Dengan demikian studi mengenai budaya erat kaitnya dengan studi tentang
masyarakat, politik dan ekonomi.
Kajian budaya menunjukkan bagaimana budaya media
mengartikulasikan nilai-nilai dominan, ideologi politik, perkembangan sosial
dan hal baru pada zaman tersebut. Televisi, film, musik, dan bentuk-bentuk
budaya populer sering bersifat liberal atau konservatif, atau kadang-kadang
mengepresikan pandangan yang lebih radikal atau oposisi.
Komunitas Kenduri Cinta (KKC) adalah ruang publik. Konsep “Ruang
publik” ingin mendorong partisipasi seluruh warga Negara untuk mengubah
praktik-praktik sosio-politis mereka lewat reformasi hukum dan politik secara
komunikatif. Selanjutnya Jurgen Hebermas menjelaskan bahwa ruang publik
merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi dan juga pandangan.
Sebagaimana yang tergambarkan di Inggris dan Prancis, masyarakat bertemu,
berbincang, berdiskusi tentang buku baru yang terbit atau karya seni yang baru
di ciptakan. Dalam keadaan masyarakat bertemu dan berdebat akan sesuatu
secara kritis maka akan terbentuk apa yang disebut dengan masyarakat
madani. Secara sederhana masyarakat madani bisa dipandang sebagai
masyarakat yang berbagi minat, tujuan, dan nilai tanpa paksaan yang dalam
teori dipertentangkan dengan konsep negara yang bersifat memaksa.
“Pada kenyataannya kebudayaan sebagai alat politik. Suatu
kebudayaan yang baik seharusnya menjadi landasan dasar atau menjadi
sebuah pakem yang kuat untuk mengontrol aktivitas politik yang ada, jadi
dunia kebudayaan tidak dapat menembus dunia politik. Kebudayaan yang
53
memiliki idealisme yang tinggi tidak seharusnya masuk ke dunia politik,
kebudayaan-lah yang menjadi pondasi dasar manusia untuk bertindak”.
Komentar lain yang berbeda dengan Abraham dikatakan oleh informan Daniel
Adevi. “Budaya adalah sesuatu hal yang melekat dalam kehidupan
masyarakat, sehingga budaya mempunyai pengaruh yang positif bila
dilaksanakan dengan bijak oleh penyelenggara/ orang-orang yang berada di
dunia politik. Tanpa ada niatan untuk merusak budaya itu sendiri. Menurut
saya, lanjut Daniel budaya itu adalah jati diri, politik menjadi salah satu jalan
untuk memperkenalkannya. Tetapi politik janganlah dimasukkan ke dalam
budaya”.
Komentar selanjutnya tentang pertanyaan nomor lima dikemukakan
oleh informan A. Syahrul Fadhil, mengatakan bahwa kebudayaan sangatlah
berpengaruh terhadap politik. Kebudayaanlah yang membentuk suatu rithme
jalannya politik disuatu negara, dalam suatu metode politik kebudayaan
masyarakat, budaya menjadi unsur yang kuat dan menjadi sebuah kritik sosial
terhadap politik. Dan kebudayaan menjadi suatu ruang publik bagi masyarakat
untuk mengkritik jalannya suatu politik.
Gabriel A. Almond (1998: Hal-15) menyebutkan kebudayaan memiliki
4 unsur pokok, salah satunya yaitu kekuasaan politik. Michael Rush (1998:
hal-21) mengatakan ada 4 unsur pokok dari kebudayaan, yaitu sistem norma
sosial, Organisasi ekonomi, Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-
petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) dan
organisasi kekuatan (politik).
C. Model Komunikasi Yang Di Dampaikan
Sebagai Ekspresi Kritik Sosial KKC
1. Model Komunikasi Politik KKC
Model-model komunikasi politik yang digunakan oleh komunitas Kenduri
Cinta yaitu komunikasi verbal-non verbal yaitu dialog interaktif dua arah.
54
Kiai Kanjeng adalah nama seperangkat gamelan Jawa yang mengalami
modifikasi sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk bekerja pada
notasi-notasi nonjawa.60
Kiai Kanjeng inilah yang menemani Emha Ainun Nadjib menemui masyarakat
luas dibebagai kota dan desa. Boleh di bilang, Kiai Kanjeng adalah sahabat
paling dekat Emha. Kiai Kanjeng menemani Emha menerobos hutan,
menghulu sungai, mengukur jalan, menemui masyarakat yang menghendaki
kehadirannya. Mereka saling membantu menguatkan dalam susah maupun
gembira. Mereka berdua identic sehingga lahirlah sebuah akronim CNKK
(Cak Nun Kiai Kanjeng).
Karena Kiai Kanjeng sahabat setia Emha, sedangkan Emha adalah sumber
utama ilmu Jamaah Maiyah, maka Kiai Kanjeng juga menjadi sahabat Jamaah
Maiyah. (Prayogi; “Spiritual Journey”, Hal-84). Jika persahabatan Cak Nun
dengan Kiai Kanjeng adalah persahabatan yang saling melayani, maka
persahabatan Kiai Kanjeng dengan Jamaah Maiyah adalah persahabatan yang
tulus.
Kiai Kanjeng membangun suasana dengan musiknya agar suasana pengajian
menjadi gembira. Kiai Kanjeng pula yang mengantarkan Jamaah Maiyah
bershalawat meresapi relung-relung hati paling dalam mencapai puncak
kekhusyukan..
Di momen lain, Kiai Kanjeng tepekur mendengarkan sambil sesekali
menyelipkan humor saat terjadi diskusi antara para pemapar dengan Jamaah
Maiyah. Mereka selalu belajar terhadap setiap hal. Saat terjadi diskusi tentang
sains, mereka mendengarkan dan mempelajarinya. Saat terjadi diskusi tentang
lingkungan hidup, mereka belajar. Saat terjadi diskusi tentang tasawuf,
mereka juga belajar. Kiai Kanjeng adalah lambang kerendahan hati dan
semangat belajar yang tidak pernah lekang.
60
“Spitual Journey” ,(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012, Pemikiran & Perenungan
Emha, hlm. 84.
55
Komposisi karya Kiai Kanjeng: Pembuko I dan Pembuko II, sudah
mengisi museum musik klasik dunia – coservatorio di Napoli – di kota
Napoli, Italia. Mereka juga meninggalkan Demung-nya untuk diabadikan di
sana. Bersanding dengan karya Guiseppe Verdi, Robert Wagner, Gieseppe
Tartini, dan Antonio Vivaldi. Saat itu pula Kiai Kanjeng rengeng-rengeng di
Roma melantunkan puisi Hati Emas sebagai ucapan bela sungkawa atas
kematian Paus Paulus II. 61
Salah seorang nagoyo Kiai Kanjeng mengutarakan, bahwa Kiai Kajeng yang
menghembuskan angin sehingga shalawat tidak lagi menjadi barang asing di
negeri ini. Tapi ketika banyak orang ikut melantunkan shalawat dan shalawat
mulai di komersilkan, maka mereka lantas mengundurkan diri.
Dalam perjalanannya mengunjungi masyarakat, Cak Nun Kiyai Kanjeng
(CNKK) mendekati mereka dengan bahasa mereka. Cak Nun Kiyai Kanjeng
(CNKK) tidak hendak memisahkan masyarakat dari budayanya, tapi
menggunakannya dan menyepuh budaya itu menjadi kebudayaan tauhid. Saat
manusia dalam dirinya sudah bertauhid maka makhluk apapun tidak akan
mudah membuatnya “berselingkuh”. Baik makhluk itu berupa musik, lagu,
kenduri, pohon beringin, batu, mall, jabatan, karier, bahkan surga sekalipun
tak akan sanggup memalingkan pandangan manusia yang sudah bertauhid
kepada Allah.
2. Musik dan Puisi Sebagai Alat Kritik Sosial
Dalam puisi, esai dan nyanyian yang di sajikan KKC kepada para jamaah
maiah ialah kritikan terhadap kebijakan kebijakan pemerintah yang dianggap
tidak sesuai dengan jalu nya, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa
motivasi yang mendorong orang tertarik dengan Komunitas Kenduri Cinta
(KKC) adalah sangat beraneka ragam, tetapi intinya mereka ingin
61 (Prayogi; “Spiritual Journey”, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012 Hal-85).
56
mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang berguna, baik, bermanfaat, dan
punya fungsi sosial yang positif.
Pandangan mereka (Jamaah Maiah) terhadap Komunitas Kenduri Cinta
(KKC) selama ini tidak ada yang negatif, semuanya diterima dengan sangat
baik. "Tanpa ada batas feodalisme tanpa ada batas golongan". "Bahasan-
bahasan yang dibahas adalah bahasan-bahasan yang jujur atau verbal". Dan
ini sangat sulit ditemukan ditempat dan acara lain.
Acara Kenduri Cinta yang dilaksanakan tiap Jumat malam, minggu kedua
dalam setiap bulannya berupa dialog interaktif dua arah (ada penceramah atau
aktor dan audiens) dan disertai dengan pementasan kesenian (nyanyian,
pembacaan puisi, pembacaan cerita, dan lain sebagainya). Dialog interaktif
dan kesenian merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipilah. Konsep atau
settingnya berupa panggung yang tidak terlalu tinggi agar lebih humanis, dan
audiens berhadapan dengan penceramah (aktor). Kenduri Cinta tidak pernah
membuat orang yang datang merasa jenuh. Ini terbukti pada setiap
pelaksanaan acara yang dilakukan dari tahun 2000 sampai 2006 ini bisa
berlangsung selama 6 (enam) jam. Dan pukul 20.00 WIB sampai pukul 02.00
WIB.
Proses Transformasi nilai yang terjadi di Komunitas Kenduri Cinta adalah
dari media yang mencakup orang-orang (aktor) yang berperan memberikan
materi dan alat-alat, memberikan nilai-nilai kepada audiens, dan audiens
menerima nilai dan melalukan definisi situasi, kemudian ada hasil dari
transmisi nilai itu, jadi dua arah dan tidak ada unsur intervensi kepada audiens
untuk menerima nilai yang disosialisasikan. Penghargaan terhadap pluralitas
dengan media panggung dan aktor sebagai sarana tranmisi nilai, dengan
menggunakan konsep setting panggung, setting aktor dan setting audiens.
Nilai-nilai yang disosialisasikan pads komunitas Kenduri Cinta semuanya
tidak ada yang baru, semuanya adalah yang sudah pernah diomong-
omongkan di mimbar akademisi atau dipidato-pidato kebudayaan, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya, yaitu bagaimana semua manusia
57
dengan golongan, agama, maupun setingnya yang berbeda itu mampu
menemukan titik temu yang baik untuk kemanusiaan, kesejahteraan, dan
cinta. Yaitu nilai-nilai; data kasih, kemanusiaan, kemuliaan, kepemimpinan,
kejujuran, demokrasi, egaliter, anisme, pluralisme, toleransi, nurani, dan lain-
lain.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kenduri Cinta adalah sanggar seni kebudayaan rakyat yang biasa diadakan
setiap sebulan sekali di Taman Marzuki. Kenduri Cinta berdiri dan di prakarsai
oleh seorang Budayawan, EMHA Ainun Nadjib pada 12 Februari Tahun 2000,
yang merupakan terobosan militan seorang budayawan dan seniman revolusioner
dalam mengibarkan panji “Politik yang cerdas”, sebagai panglima di kancah
pertarungan idiologi dan politik kebudayaan ketika itu.
Langkah EMHA Ainun Nadjib dalam bidang Seni Gamelan yang
dinamakan dengan ”Kyai Kanjeng” merupakan gebrakan tersendiri dimana pesan-
pesan dakwah dan kritik sosial dalam essai, puisi-puisi, serta syair-syair nyanyian
yang disampaikannya. Dialog interaktif dua arah (ada penceramah atau aktor dan
audiens) dan disertai dengan pementasan kesenian (nyanyian, pembacaan puisi,
pembacaan cerita, dan lain sebagainya).
Dari hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Model dan Media yang di Gunakan Kenduri Cinta dalam kritik sosial;
1. Model-model komunikasi politik yang digunakan oleh komunitas Kenduri
Cinta yaitu komunikasi verbal non verbal yakni dialog interaktif dengan saling
menghargai setiap pandangan yang berbeda dan meluruskan pandangan
pandangan yang keliru pada masarakat umum, dengan menggunakan
kebudayaan sebagai cara penyampaiannya semisal, pentas kesenian,
pembacaan puisi, salawatan, essai, wayang dan lain sebagai nya.
2. Media-media komunikasi politik yang digunakan sebagai alat ekspresi kritik
sosial di komunitas Kenduri Cinta, yaitu komunitas Kenduri Cinta itu sendiri
adalah media komunikasi yaitu sebagai ruang publik bagi masyarakat dalam
menyampaikan komunikasi politiknya untuk melakukan kritik sosial. Selain
59
itu ada “Kiai Kanjeng” yang merupakan media politik bagi Emha Ainun
Nadjib dalam mengekspresikan perasaan dalam hati yang dikeluarkan melalui
syair-syair dan nyanyian dengan bantuan Kiai Kanjeng.
B. Saran Saran
Dari Komunitas Kenduri Cinta, penelitian ini diharapkan dapat
memperbaiki proses transformasi makna untuk menjaga militansi (semangat atau
ruh) pembaca dan masyarakat secara umum dalam melakukan proses nilai. Bagi
pembaca, penelitian ini dapat memberikan masukan bagaimana sebenarnya proses
definisi situasi yang harus dihadapi dan pengelolaan kesan yang harus dilakukan
ketika terjadi transfer nilai, diharapkan pembaca juga tahu bahwa media pangung
juga efektif untuk terjadinya proses transmisi nilai, bahwa nilai-nilai yang
didapatkan di Komunitas Kenduri Cinta dapat bermanfaat bagi kelangsungan
interaksi di masyarakat yang lebih luas. Jadi acara seperti Komunitas Kenduri
Cinta ini harus bisa menjadi ikon untuk munculnya komunitas-komunitas
bermartabat lain, agar bisa terjadi perubahan di Indonesia. Terutama dalam
penerapan nilai-nilai Pancasila secara baik dan benar.
60
DAFTAR PUSTAKA
Ahkmad Zaini Akbar, Kritik Sosial, Pres dan Politik Indonesia , 1997, UII Press.
Yogyakarta
Abc Human Communication: Konteks-kontenks Komunikasi
Bambang Ruditio Pranata Sosial, Dosen Antropologi fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universita Andalas, Padang; Dosen Sekolah Bisnis Menejemen
Institut teknologi bandung.
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahkmat,Komunikasi Antar Budaya,(Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006
Douglas Kellner, Cultural Studies, Multiculturalism, and Media Culture
C. Budi Hardiman, Ruang Publik; Melacak Partisipasi Demokratis” dari polis
sampai Cyberspace, Yogyakarta: Kanisius 2010, cet. 1
Griffin, Emory A. First Look at Communication Theory, 5th edition, new York:
McGraw-hill, 2003
Gun-gun Heryanto,Komunikasi Politik di Era Industri Citra. (Jakarta:Lasswel,
2010
Gabriel A. Almond dan Sydney Verba, Budaya Politik, (Jakarta: Rajawali Press).
1998.
Jalaludin Rachmat, Metode Penenelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2005
Juergen Habermas, Sara Lennox, Pfrang Lennox, Public sphare: An Encyclopedia
Articke,1966.
Lincoln Y. Vona S, dan Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, (Baverly Hills: Sage
Publication, 1995
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosda
Karya, 1993), cet. Ke-10
61
Lincoln Y. Vona S, dan Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, (Baverly Hills: Sage
Publication, 1995
Masri Singarimbun dan Soffian Efendi, Metodologi Penenlitian Surve
Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Rajawali
Press). 1998.
Mary Hawkesworth and Maurice Kogan, Encyclopedia of Government and
Politics, London: Routledge, 1992.
Morrisan & Andy Corry Wardhany, Teory Komunikasi: Komunikasi, Pesan
Percakapan dan Hubungan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), cet.1
Moh. Mahfud MD, Perspektif Politik dan Hukum tentang Kebebasan Akademik
dan Kritik Sosial
Peter Dahlegren, the Internet, Public sphere and Political Communication:
Dispersion and deliberation, Routledge, 2005 Taylor & Francis Inc.
Pratogi. R. Saputra, 2012. “Spiritual Journey” – Pemikiran dan Perenungan Emha
Ainun Nadjib, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: 2007), Cet. Ke2
Rustam Hakim & Hardi Utomo, Komponen perancangan Arsitektur Lansekap
(Jakarta: 2003
Richard west & Lynn H. Turner, Pengantar Teory Komunikasi: Analisi dan
Aplikasi diterjemahkan oleh Maria Natalia Damayantu Maer, (Penerbit
Salemba Humanika, Jakarta: 2008), edisi ke-3
Susetiawan, :Harmoni Stabilitas Politik, dan kritik Sosial”, (Yogyakarta 1997, UII
Press
Sindung Tjahyadi, Teory kritis Jurgen Hebermas: Asumsi-Asumsi dasar Menuju
Metodologi Kritik Sosial
Totok Djuroto, Managemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008
62
Year Panji, Komunikasi dan Konstruksi masyarakat Konsumen (Suatu perspektif
Cultural Studies), Iij, Farid Hamid & hery Budianto, Ilmu Komunikasi :
Sekarang dan tangtangan Masa Depan, (Jakarta: Kencana), ed.1, cet.1.
Website :
Dari www.youtube.kenduricintaPadangbulan.com
Dari www.ipungsweettenan.Youtube.com
Dari www.kamusbesarbahasa/kebudayaan//.com
Dari www.kamusbesar.com/37738/kritik/social pada oktober 2012 pukul 21.52
Dari www.//en.wikepedia.org/wiki.public-sphere pada tanggal 8 Oktober 2013
Jam 12.00 WIB.
Sumber :
Arsip file Komunitas Kenduri Cinta Tahun 2011
Arsip buku-buku jamaah maiah Komunitas Kenduri Cinta Tahun 1990-2013
Esai & File Doc Komunitas Kenduri cinta Tahun 1998-2013
.\.-..
KEMENTERIAN AGAMAIINT\TERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF IIIDAYATULLAII JAKARTAFAKULTAS ILMU DAKWAHDAN ILMU KOMUNII'ASI
Telepon/Fsx : (O2l) 7432728 I 1.4703580
Jl. Ir. H. Juaoda No. 95 I 54 12 Irdonesia
[n.01/Fs/PP.00.9/
Kepada Yth. :
1. Dr. Hj. Roudhonah, MA2. Fita Fathurokhmah, M.Si
3. Ade Masturi, MA4. Rubiyanah, MA5. Ade Rina Farida, M.Si
Tembusanl Dekan2. Kasubbag. UmumFakuitas llmlu Dakwah dan !lmu Komunikasi
Ajkd/MI
E{.il:
Jakarta, Juli 2015
Ketua/PengujiSekretarisPenguiiPengujiPembirnbing
NomorLampiranHal
: 1(satu) Berkas: Ujian SkriPsi
diJakarta
Assatamu'alaikum Wr.Wb.
Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi. UIN Syarif -HidayatuUah
Jakarta menunjuk Bapak/lbu t"tlg'i i'rn p;'guii Skripsi mahasiswa/i di Fakultas iltnu
Dakwah dan llmu Komunikasi,
: Firman Aulia: Padang, 18 November 198$:208051000039: komunifasi aan Penyiaran lslam (KPl) - -. -
, iiriiirto"i"r rtr"lalui kebudayaan Kenduri Cinta'
NamaTempat Tanggal lahirNIMJurusanJudul SkriPsi
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Juli 2015-..--w;kt; ""- : Pk' 1o'oos'd 11'oowB .--.' Puang Munaqasah (Lantai 78)I empJr'Untuk
menunjang kelancaran ujian dimaksud' bersama ini kami kirimkan naskah
stripsiy'ang a[an ciiuil[an, guna aipelajari/diteliti sebagaimana mestinya'
Demikian penunjukan ini di sampaikan' Atas perhatian Bapaulbu' kami ucapkan
terima kasih
Wassalam,
an. Dekan,
@]lr ran I
luHII
KEMENTERIANAGAMAI]NNTERSMAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATT]LLAE JAKARTAF',AKULTAS ILMU DAK\ryAEDAN rLMU KgHffilJ,
r2at747o35so
l2Indone6ia
x: (021: dda"
DekanFakultasllmu.DakwahdanllmuKcmunikasiUlNsyarifHidayatullahJakarta,dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : Firma Aulia
NIM :208051000039
Jurusan / Konsentrasi : Komrurikasi dan Penyiaran Islarr (KPfl
adalah mahasisrv/i yang telah memenuhi semua pefsyaratan administrasi unhrk mengikuti ujial
skipsi dan yang bersangkutan dapat mengajulian permohonan bebas SPP' Surat Keterangan
Bebas SPP ini hanya berlaku pada Semester Gen ap 201412015 '
i o"*ikiun suat keterangan ini kami buat, agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Jakartq Y-'Juli2015
a.n. DekanWakil DekanII'
MANIP. 19580910 32 001
Tembusan :
O"tu, f*"fot llmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta'
Nomor : Un.(l 1/F5 /I(M'01.3/
LAMPIRAN
Diskusi Kebudayaan KKC (komunitas Kenduri Cinta) doc 11 ferbruari 2013
Emha Ainun Nadjib Mengisi acara Kenduri Cinta tentang Decoding Indonesia Raya doc 11 februari 2013
Diskusi-Diskusi yang sedang berlangusng di Kenduri Cinta foto doc (Agus Seriawan)
Doc Penampilan Beben Jazz dalam seni musik Jazz dalam Decoding Indonesia raya serta pembacaan essai dan puisi, dari para Jamaah Maiah.11
feb 2013.