model & pendekatan dalam supervisi pendidikan
TRANSCRIPT
MODEL & PENDEKATAN
DALAM SUPERVISI
PENDIDIKANSTAIMUS
November 2013
MODEL
Model Supervisi ini dimaknai sebagai :
Bentuk atau Kerangka sebuah konsep atau
Pola supervisi , ( Kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman atau
acuan daam melakukan sebuah kegiatan
supervisi).
Menurut Sahertian (2008) Ada Beberapa
Model Supervisi yang berkembang, yaitu :
Model
Supervisi Artistik mempunyai beberapa ciri khusus
yg harus diperhatikan oleh supervisor, yaitu :
a. Memerlukan perhatian khusus agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak bicara
b. Memerlukan tingkat perhatian yang cukup dan keahlian yg khusus utk memahami apa yg dibutuhkan oleh orang lain.
c. Mengutamakan sumbangan yg unik dari guru guru untuk mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
d. Menuntut utk memberi perhatian yg lebih banyak thd proses pembelajaran di kelas dan di observasi pd waktu waktu tertentu.
e. Memerlukan laporan yg menunjukkan bahwa dialog antara supervisor dan supervisee yg dilaksanakan atas dasar kepemimpinan dari kedua belah pihak
f. Memerlukan kemampuan berbahasa ttg cara mengungkapkan apa yg dimilikinya thd orang lain.
g. Memerlukan kemampuan utk menafsirkan makna dari peristiwa yg diungkapkan sehingga memperoleh pengalaman dan mengapresiasi dari apa yg dipelajarinya.
h. Menunjukkan fakta bahwa sensivitas dan pengalaman merupan instrumen utam yg sigunakan sehinga situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yg disupervisi.
Beberapa Pembatasan tentang Supervisi Klinis. Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. (R. Willem dalam Archeson dan Gall, 1980 : 1 / terjemahan S.L.L Sulo, 1985).
K.A. Archeson dan M.D. Gall (1980 : 25) terjemahan S.L.L Sulo, 1985 : 5, mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif serta teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru.
Ada beberapa ciri supervisi
klinis
1) Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman.
2) Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
3) Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi.
4) Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.
5) Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap gairah mengajar.
6) Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru.
7) Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.
8) Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dulu, bukan dari supervisor.
Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus
berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dahulu.
b. Menciptakan hubungan manusiawi yang bersifat
interaktif dan rasa kesejawatan.
c. Menciptakan suasana bebas di mana setiap
orang bebas mengemukakan apa yang
dialaminya.
d. Objek kajiannya adalah kebutuhan profesional
guru yang riil yang mereka sungguh alami.
e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang
spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.
1. Tahap Pertemuan awal (Perencanaan)
2. Tahap Pelaksanaan (Observasi)
3. Tahap Akhir (Analisis dan Diskusi Balikan )
DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
PENDEKATAN
Pendekatan
Pendekatan yg digunakan dlm menerapkan
SP sering didasarkan atas prinsip2 Psikologis.
Suatu Pendekatan sangat bergantung pada
Prototype Guru.
Menurut Glickman,
Setiap guru mempunyai 2 kemampuan dasar,
yaitu :
Berfikir Abstrak. (A)
Komitmen & Kepedulian . (K)
Menurut Glickman dalam Sahertian
(2008) :
Ada 4 Prototype Guru :
1. Guru Professional = daya abstrak tinggi (A+)
, Komitmen Tinggi (K+)
2. Guru Yg Suka Mengkritik = Daya abstrak
tinggi (A+) , Komitmen rendah (K-)
3. Guru Yg terlalu sibuk = Daya abstrak rendah
(A-) , tetapi Komitmen Tinggi (K+)
4. Guru yg tidak bermutu = Daya abstrak
rendah (A-) , Komitmen rendah (K-).
Prototype Guru ...
Seorang Supervisor, perlu memahami
prototype guru, dengan harapan guru
mendapatkan arahan dan bimbingan yg
memadai utk memperbaiki kinerjanya, melalui
pendekatan2 yang cocok dengan kondisi riil
prototype guru.
Sebagai contoh..
1. Guru berprototype Professional (A+, K+),
pendekatan yg digunakan : Non Direktif.
2. Guru berprototype Tukang Kriti /terlalu sibuk
(A+, K-), dengan pendekatan yang digunakan
Penggunaan Pendekatan Supervisi dengan
pertimbangan Prototype Guru
Prototype Guru Pendekatan
1
.
Professional (A+ , K+) Non Direktif
2
.
Tukang Kritik (A+,K-) Kolaboratif
3
.
Terlalu sibuk (A- , K+) Kolaboratif
4
.
Tidak bermutu (A-, K- ) Direktif
1. Pendekatan Langsung (Direct
Approach) :
adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung, shg pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.
Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan stimulus,. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punish-ment).
Direct Approach = (A- , K-)
Perilaku
Supervis
or
Menjelaskan
Menyajikan
Mengarahkan
Memberi contoh
Menetapkan tolak ukur
Menguatkan
2. Pendekatan Tidak Langsung (Non-Direct Approach) :
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, memahami apa yang dialami guru-guru.
Non-Direct Approach = ( A+,K+)
Perilaku
Supervis
or
Mendengarkan
Memberi penguatan
Menjelaskan
Menyajikan
Memecahkan masalah
3. Pendekatan Kolaboratif (Collaborative Approach)
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif (cara pendekatan baru).
Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam pelaksanaan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.
Pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah (Top-Down) dan dari bawah ke atas (Bottom-UP).
Perilaku Supervisor dilakukan secara bertahap , mulai dari pertanyaan awal sampai dengan mengemukakan permasalahan dan negoisasi bersama sama dan dicari pemecahan permasalahannya.
Collaborative Approach = (A+,K- / Tukang Kritik dan A-,K+ / Terlalu sibuk )
Perilaku
Supervis
or
Menyajikan
Menjelaskan
Mendengarkan
Memecahkan masalah
Negoisasi
Kesimpulan
Setiap supervisor pasti menginginkan
keberhasilan dalam melaksanakan supervisi
pendidikan.
Seorang Supervisor Pendidikan hendaknya
menguasai dan mampu mengimplementasikan
rangkaian kegiatan supervisi mulai dari
pendekatan,metode, teknik serta mampu
mengembangkan model supervisi pendidikan,
dengan harapan supervisor pendidikan
menjalankan fungsi fungsi supervisi sebagai
aktualisasi dari tugas dan tanggung jawabnya.
Dengan demikian upaya peningkatan mutu pada
satuan pendidikan akan mudah dilakukan.
Referensi :
Jasmani dkk. 2013. Supervisi Pendidikan
Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja
Pengawas Sekolah dan Guru, Yogyakarta : Ar
Ruzz Media
Hasan, Yusuf, dkk., Pedoman Pengawasan,
Jakarta: CV. Mekar Jaya, 2002.
A. Sahertian, Piet, Drs. Prinsip dan Teknik
Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional,
Surabaya, 1981.