modul 1 sistem traumatolohgi laporan

66
Laporan Modul 1 Sistem traumatologi Tutor:dr.Meita Dwi U Disusun oleh: Kelompok 5 Bhismo Prasetyo (2012730119) Cahya Alfaliza (2012730120) Dea Putri Ikhsani (2012730121) Depy Itasari (2012730122) Dona Puspitasari (2012730123) Fitra Hadi (2012730127) Karyati Afrina (2012730134) Kendana Tamiz (2012730135) M.Firsan Ilyas (2012730137) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Upload: muhammad-firsan-ilyas

Post on 14-Sep-2015

252 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Modul 1 sesak napas traumatologi

TRANSCRIPT

Laporan Modul 1Sistem traumatologi

Tutor:dr.Meita Dwi UDisusun oleh: Kelompok 5Bhismo Prasetyo(2012730119)Cahya Alfaliza (2012730120)Dea Putri Ikhsani (2012730121)Depy Itasari (2012730122)Dona Puspitasari (2012730123)Fitra Hadi (2012730127)Karyati Afrina (2012730134)Kendana Tamiz (2012730135)M.Firsan Ilyas (2012730137)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN2015

Kata Pengantar

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, zat Yang Maha Indah dengan segala keindahan-Nya, zat yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk-Nya. Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Shalawat serta salam mahabbah semoga senantiasa dilimpahkan kepada NabiMuhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untukmenyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semuapihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. dr. Farsida. MPH selaku Tutor yang telah memberi bimbingan selama ini.2. Seluruh dosen yang telah memberikan materi kuliah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait,yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga kebaikan yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Subhana wa Taala.Amin.Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, 18 Juni 2015

Penulis 4

i

DAFTAR ISIKata Pengantar.......................................................................................................Daftar Isi.................................................................................................................BAB I Pendahuluan1.1 Latar Belakang........................................................................................1.2 Tujuan....................................................................................................Bab II Pembahasana. Skenario..................................................................................................b. Klarifikasi Istilah/Kata sulit.....................................................................c. Kata Kunci..............................................................................................d. Pertanyaan...............................................................................................e. Jawaban Pertanyaan................................................................................Bab III Penutup3.1 Kesimpulan............................................................................................3.2 Saran dan Kritik.....................................................................................Daftar Pustaka.........................................................................................................

BAB IPENDAHULUAN1.1 Modul sesak napas ini merupakan bagian dari Sistim Kegawat daruratan dan Traumatologi diberikan pada anda yang mengambil mata kuliah tersebut. TIU dan TIK untuk modul ini disajikan pada permulaan buku agar anda dapat mengerti secara menyeluruh tentang semua aspek sesak napas Modul ini membicarakan insiden, patofisiologi hipoksia, hiperkarbia dan asidosis yang terjadi pada sesak napas baik pada trauma maupun non trauma. Modul ini terdiri dari dua skenario yang menunjukkan beberapa simptom klinik yang bisa ditemukan pada beberapa penyakit. Diskusi bukan hanya difokuskan pada inti permasalahan tetapi juga akan dibicarakan semua hal yang ada hubungannya dengan hal tersebut. Anda diharapkan mampu menjelaskan semua aspek penilaian dan pengelolaan awal penderita sesak napas baik pada trauma maupun pada yang non-trauma.Sebelum menggunakan buku ini, tutor dan mahasisswa harus membaca TIU dan TIK dengan cermat, sehingga diharapkan diskusi tidak menyimpang dari tujuan, dan dapat dicapai kompetensi minimal yang diharapkan. Peran tutor dalam mengarahkan tutorial sangat penting. Bahan untuk diskusi bisa diperoleh dari bahan bacaan yang tercantum pada akhir setiap unit. Informasi juga bisa diperoleh dari seorang ahli melalui kuliah atau pada pertemuan konsultasi antara kelompok mahasiswa peserta diskusi dengan ahli yang bersangkutan. Konsultasi atau kuliah pakar bisa diatur oleh mahasiswa dengan dosen yang bersangkutan.Penyusun mengharapkan buku modul ini dapat membantu mahasiswa dalam memecahkan masalah sesak napas pada trauma maupun non trauma yang akan disajikan pada sistim selanjutnya.

1.2 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU)Setelah selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat menjelaskan bagaimana mengenal tanda-tanda kegawatan dan bagaimana cara memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada penderita sesak napas.

1.3 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat :1. Menyebutkan dan menjelaskan berbagai penyebab sesak napas.2. Menjelaskan gejala dan tanda sesak napas oleh berbagai sebab yang dapat mengancam jiwa.3. Menjelaskan bagaimana cara tindakan awal penanganan jalan napas dan pernapasan pada penderita sesak napas tanpa alat.4. Menjelaskan bagaimana cara tindakan awal penanganan jalan napas dan pernapasan pada penderita sesak napas dengan alat.5. Menjelaskan bagaimana cara pemberian oksigen.6. Menjelaskan bagaimana cara memberikan tindakan lanjut apabila terjadi kegagalan pada tindakan awal.7. Menjelaskan bagaimana cara memberikan resusitasi apabila terjadi kegagalan sirkulasi.8. Menjelaskan bagaimana cara pemakaian obat-obat darurat.9. Menjelaskan bagaimana cara menstabilisasi penderita sesak napas yang disebabkan oleh trauma.10. Menjelaskan syarat-syarat melakukan transportasi dan rujukan pada penderita.

BAB IIISI & PEMBAHASAN

2.1 Skenario Kasus 1Seorang laki-laki usia 25 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan sesak napas penderita terlihat, pucat dan kebiruan. Nadi teraba cepat dan lemah.

2.2 Kata/Kalimat Kunci Laki-laki, 25 tahun KU : sesakn napas PF : terlihat pucat, kebiruan, nadi cepat dan lemah

2.3 Analisa MasalahAnalisa masalah yang kami lakukan adalah dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan terkait skenario, dan membuat peta masalah:

2.4 Pertanyaan1. Jelaskan berbagai penyebab sesak napas2. Jelaskan gejala tanda dan faktor risiko sesak napas3. Jelaskan mekanisme sesak napas4.Jelaskan bagaimana cara tindakan awal penanganan jalan napas dan pernapasan pada penderita sesak dengan alat5. Jelaskan bagaimana cara tindakan awal penanganan jalan napas dan pernapasan pada penderita sesak tanpa alat6. Jelaskan bagaimana tindakan lanjutan yang dilakukan jika penangan awal gagal 7. Jelaskan bagaimana cara menstabilisasi penderita sesak yang disebabkan trauma8. Jelaskan bagaimana cara pemakaian obat-obat darurat9. Jelaskan bagaimana syarat-syarat (keadaan pasien & transportasi) jika pasien harus dirujuk

2.5 Jawaban pertanyaan :1. Jelaskan berbagai penyebab sesak napas (etiologi) !Oleh M Firsan Ilyas 2012730137 Etiologi Sesak napas, terjadi akibat peningkatan tekanan kapiler paru dan kadang-kadang juga akibat kelelahan otot-otot pernapasan. Kapasitas vital dann compliance paru menurun disertai peningatan resistensi jalan napas. Sesak napas biasanya dimulai dengan dyspnea deffort kemudian ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, dan dispna pada waktu istrahat. Diagnosis ditegakkan bedasarakan gambaran klinik yang lain, misalnya stenosis mitral, galop murmur, kadriomegali, peningkatan tekanan vena juglar, hepatomegali dan udem perifer. Kadang-kadang untuk memastikan diagnosis dibutuhkan pemeriksaan spesifik, misalnya ekokardiografi. Obstruksi jalan napas, dapat terjadi pada berbagai tempat di jalan napas, baik jalan napas di esktra-torakal, sampai ke paru-paru bagian perifer. Sesak napas akuit disertai kesulitan inspirasi, merupakan salahs atu tanda obstruksi jalan napas atas, pada pemeriksaan fisik akan didapatkan stridor dan retraksi fosa supraklavikular. Sesak napas akut intermeitten disertai mengi dan ekspirasi memanjang, mrupakan tanpa obstruksi intratorakal yang reversibel akibat asdma bronkiale. Sesak napas yang kronik, terutama setelah aktifitas yang bersifat progresif lambat, didapatkan pada penderita PPOK atau gagal jantung. Sesak napas setelah aktifitas disertai batuk kronik yang produktif,didapatkan pada bronkitis kronik dan bronkiektasis. Sesak napas pada penyakit parenkim paru difus, misalnya pneumoniosis, granulomatosis Wagener, sarkoidosis dsb. Sesak napas setelah aktifitas timbul sejak awal penyaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan takipnea dan ronki basah pada akhir inspirasi. Emboli paru, ditandai sedsak napas, nyeri dada, takipnea dan takikardia, dan P2 yang mengeras, biasanya didahului trombisis vena dalam atau hypercoagulable state. Kelainan vaskular, misalnya hipertensi pulmonal, ditandai oleh sesak napas, sinkop setelah aktifitas (akibat hipoksia), nyeri dada setelah aktifitas (iskemia ventrikel kanan), tanda-tanda gagal jantung kanan, suara jantung P2 mengeras, pada foto toraks didapatkan dilatasi a. Pulmonalis dan pembesaran atrium serta ventrikel kananm oada EKG didapatkan RAD, RVH dan P pulmonal Gangguan transport oksigen, misalnya anemia, methemogloinemia, intoksikasi karbo-monoksida. Kelainan pleura dan mediastinum, misalnya efusi pleura, pneumotoraks, tumor mediastinum, sindrom vena kava superior. Kelainan dinding dada dan otot-otot pernapasan, misalanya hifoskoliosis berat, paralisis diafragma, miastenia gravis, sindrom Guillain Barre dsb. Pasien dengan paralisis diafragma akan menunjukkan ortopnea berat dan paroxysmal abnormal respiratory movement (pergerakan dinding abdomen ke dalam pada waktu insipirasi) bila berbaring, dan kembali normal bila berdiri Kelainan psikologis, misalnya ansietas, depresi, somatisasi.

2. Jelaskan gejala tanda dan faktor risiko sesak napas!Oleh Kendana Tamiz 2012730135DEFINISIDispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang pendek danpenggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboliparu, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).Perasaan yang dirasakan oleh seseorang mengenai ketidaknyamanan atau kesulitan dalambernapas. Sesak napas dapat disebabkan oleh gangguan dalam sistem pernapasan (hidung, tenggorokanparu-paru) atau gangguan yang berasal dari luar paru-paru (jantung). Tanda-tanda dari sesak napas dapat berupa :

Peningkatan jumlah frekuensi napas (dewasa > 20 x/menit; anak > 30 x/menit; bayi > 40 x/menit) Kebiruan pada sekitar bibir, ujung-ujung jari Adanya suara napas tambahan seperti ngorok, serak, grok-grok, mengi Penyebab kegawat daruratan karena sesak napas dapat berupa : Asma : batuk, mengi Infeksi paru (pneumonia) : batuk, panas, sesak napas Alergi (pembengkakan pada tenggorok yang menyebabkan terjadinya sumbatan) :riwayat makan makanan yang menyebabkan alergi (seafood, kacang, telur, dll) Sakit jantung (disertai nyeri dada) Trauma dada (kecelakaan yang mengenai dada) : riwayat benturan keras di daerah dada,sesak napas, nyeri dada, ada kerusakan pada dada (patah tulang), perdarahan

Penyebab: Bebagai penyakit yang memerlukan penanganan cepat Jika diagnosis dan terapi lerlambat fatal Penatalaksanaan, anamnesis, pemeriksaan fisik yang seksama memegang peranan sangat penting. Penyakit-penyakit penyebab Sesak Napas: Alergi: Asma, Bronkiale Kardiologi: Payah Jantung Pulmonologi: Efusi pleura masif, Pneumonia, Pneumothoraks, Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) Penyakit dalam: Gastritis, Esofagitis Psikiatri: Kesakitan atau ketegangan

3. Jelaskan mekanisme sesak napas ! oleh Karyati Afrina 2012730134Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas.Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menyebab kan dispnea.Dyspnea pada penyakit tertentu :Pada penyakit yang menyerang sistem pernafasan, patofisiologi dispnea tidak specifik terhadap 1 jalur saja. Banyak mekanisme yang di butuhkan untuk bisa menimbulkan sensasi sesak pada penyakit-penyakit tersebut.Pada asma, beban otot inspirasi meningkat, sehingga usaha yang dibutuhkan untuk melawan resistensi aliran nafas akibat bronkokonstriksi juga meningkat. Ketika terjadi hiperinflasi, otot inspirasi menjadi memendek. Kejadian ini mengubah radius kurvatura diafragma, sehingga terjadi mechanical disadvantage. Akibatnya di butuhkan usaha tambahan untuk mencapai threshold agar terjadi inspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea pada pasien asma.Pada pasien dengan kelianan neourologik seperti myastenia gravis, dibutuhkan usaha yang lebih besar untuk memberikan neoural driva agar otot-otot respirasi yang lemah terstimulasi. Output neuromotor yang meningkat ini, melalui jalur central corollary discharge, dirasakan sebagai peningkatan efek respiratorik, sehingga bisa terjadi dyspnea.Pada kasus emboli paru, ketidakseimbangan mekanika respiratory atau pertukaran gas menjadi patofisiologi dasar sesak nafas. Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makinbesar gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama.

4. Jelaskan bagaimana tindakan awal penanganan jalan napas dan pernapasan pada penderita sesak napas dengan menggunakan alat ! oleh Cahya Alfaliza 2012730120Perlengkapan jalan nafas yang ditempatkan ke dalam trakea sudah diperkenalkan sejak abad ke19 ketika dipergunakan untuk resusitasi pada kasus orang tenggelam. Keterampilan prosedur ini sudah mulai sempurna sejak kirakira 100 tahun yang lalu oleh Chevalier Jackson seorang spesialis otorinolaringologi. Laryngoskop Jackson telah didesain tetapi secara cepat dimodifikasi oleh ahli anestesiologi untuk keperluan intubasi endotrakeal. Arthur E. Guedel, Ralph M. Waters, dan Ivan Macintosh telah secara cepat memanfaatkan pipa trakeal, dipergunakan untuk menjaga jalan nafas pasien, memberikan ventilasi positif ke dalam paruparu, dan akses yang tepat untuklapangan operasi pada pembedahan kepala dan leher.15 Salah satu usaha yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter anestesi adalah menjaga berjalannya fungsi organ tubuh pasien secara normal,tanpa pengaruh yang berarti akibat proses pembedahan tersebut. Pengelolaan jalan nafas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam suatu tindakan anestesi. Karena beberapa efek dari obatobatan yang dipergunakan dalam anestesi dapat mempengaruhi keadaan jalan nafas berjalan dengan baik. Salah satu usaha untuk menjaga jalan nafas pasien adalah dengan melakukan tindakan intubasi endotrakeal, yakni dengan memasukkan suatu pipa kedalam saluran pernapasan bagian atas. Karena syarat utama yang harus diperhatikan dalam anestesi umum adalah menjaga agar jalan nafas selalu bebas dan nafas dapat berjalan dengan lancar serta teratur.

Tujuan Intubasi EndotrakealTujuan dilakukannya intubasi endotrakeal adalah untuk membersihkan saluran trakeobronkial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah aspirasi serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi. Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakeal adalah : a. Mempermudah pemberian anesthesia. b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran pernapasan. c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung ( pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada reflex batuk ).d. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.f. Mengatasi obstruksi laring akut.

Indikasi dan KontraindikasiIndikasi dan Kontraindikasi Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakeal menurut Gisele tahun 2002 antara lain : a. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian suplai oksigen melalui masker nasal. b. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan karbondioksida di arteri.c. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai bronchial toilet. d. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat atau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.e. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme. f. Trakeostomi. g. Pada pasien dengan fiksasi vocal cord.

Posisi Pasien untuk Tindakan IntubasiPosisi Pasien untuk Tindakan Intubasi Gambaran klasik yang benar adalah leher dalam keadaan fleksi ringan, sedangkan kepala dalam keadaan ekstensi. Ini disebut sebagai Sniffing in the air position. Kesalahan yang umum adalah mengekstensikan kepala dan leher.

Gambar 1. Sniffing Position

Persiapan intubasi endotrakeal

Persiapan untuk intubasi termasuk mempersiapkan alatalat dan memposisikan pasien. ETT sebaiknya dipilih yang sesuai. Pengisian cuff ETT sebaiknya di tes terlebih dahulu dengan spuit 10 milliliter. Jika menggunakan stylet sebaiknya dimasukkan ke ETT. Berhasilnya intubasi sangat tergantung dari posisi pasien, kepala pasien harus setentang dengan pinggang anestesiologis atau lebih tinggi untuk mencegah ketegangan pinggang selama laringoskopi. Persiapan untuk induksi dan intubasi juga melibatkan preoksigenasi rutin. Preoksigenasi dengan nafas yang dalam dengan oksigen 100 %.

Persiapan untuk intubasi antara lain :a) Jalur intravena yang adekuatb) Obatobatan yang tepat untuk induksi dan relaksasi ototc) Pastikan alat suction tersedia dan berfungsid) Peralatan yang tepat untuk laringoskopi termasuk laryngoskop denganblade yang tepat, ETT dengan ukuran yang diinginkan, jelly, dan stylete) Pastikan lampu laringoskop hidup dan berfungsi serta cuff ETTberfungsif) Sumber oksigen, sungkup dengan ukuran yang tepat, ambu bag dansirkuit anestesi yang berfungsi

Gambar 2. Alat-alat intubasi endotrakealCara Intubasi Endotrakeal

Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang laringoskop dipegang dengan tangan kiri. Daun laringoskop dimasukkan dari sudut kanan dan lapangan pandang akan terbuka. Daun laringoskop didorong ke dalam rongga mulut. Gagang diangkat ke atas dengan lengan kiri dan akan terlihat uvula, faring serta epiglotis. Ekstensi kepala dipertahankan dengan tangan kanan. Epiglotis diangkat sehingga tampak aritenoid dan pita suara yang tampak keputihan berbentuk huruf V. Jeratan bibir antara gigi dan blade laringoskop sebaiknya dicegah. Tracheal tube diambil dengan tangan kanan dan ujungnya dimasukkan melewati pita suara sampai balon pipa tepat melewati pita suara. Bila perlu, sebelum memasukkan pipa asisten diminta untuk menekan laring ke posterior sehingga pita suara akan dapat tampak dengan jelas. Bila mengganggu, stylet dapat dicabut. Ventilasi atau oksigenasi diberikan dengan tangan kanan memompa balon dan tangan kiri memfiksasi. Balon pipa dikembangkan dan daun laringoskop dikeluarkan selanjutnya pipa difiksasi dengan plester. Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi. Sewaktu ventilasi, dilakukan auskultasi dada dengan steteskop, diharapkan suara nafas kanan dan kiri sama. Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa endotrakeal. Bila terjadi intubasi endotrakeal yang terlalu dalam akan terdapat tandatanda berupa suara nafas kanan berbeda dengan suara nafas kiri, kadangkadang timbul suara wheezing, sekret lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Jika ada ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai ventilasi kedua paru sama. Sedangkan bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah epigastrium atau gaster akan mengembang, terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop), kadangkadang keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan nampak semakin membiru. Untuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali setelah diberikan oksigenasi yang cukup.

Pipa Endotrakeal

Pipa endotrakeal digunakan untuk menghantarkan gas anestesi langsung ke trakea dan memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi. Pipa endotrakeal biasanya terbuat dari plastik Polyvinyl Chlorida yang merupakan cetakan dari bentuk jalan napas setelah dilembutkan karena terpapar dengan temperature tubuh. Bahan dari ETT juga harus bersifat radiopaq untuk mengetahui posisi ujung distal ke karina dan transparan agar dapat dilihat sekresi atau aliran udara yang dibuktikan oleh adanya pengembunan uap air pada lumen pipa selama ekshalasi. Bentuk dan rigiditas ETT dapat diubah dengan penggunaan stylet. Ujung dari pipa dapat dimiringkan untuk membantu penglihatan dan masuknya melewati pita suara. Pipa Murphy memiliki lubang ( Murphy Eye ) untuk menurunkan resiko oklusi bagian bawah pipa yang berbatas langsung dengan carina atau trakea. Resistensi aliran udara terutama tergantung dari diameter pipa, tetapi juga dipengaruhi oleh panjang dan lekukan pipa. Ukuran ETT biasanya didesain dalam millimeter dari diameter internal, atau kadang kadang dalam skala French ( diameter eksternal dalam millimeter dikalikan 3 ). Pemilihan diameter pipa selalu berdasarkan antara aliran maksimal dengan ukuran besar dan trauma jalan napas yang minimal.

Panduan Ukuran Pipa EndotrakealUsiaDiameter Dalam (mm)Panjang (cm)

Bayi3,512

Anak4+ usia / 414+ umur / 2

Dewasa

Perempuan7,0 7,524

Laki-laki7,5 9,024

5. Jelaskan bagaimana cara tindakan awal penanganan jalan napas dan pernapasan pada penderita sesak napas tanpa alat!Oleh Fitra Hadi 2012730127Penyelamatan Pernapasan pada Orang DewasaJika anda melihat orang yang tak bergerak1. Periksa adanya respons Jika kepala atau leher cedera, hanya boleh digerakkan jika sangat perlu Tepuk atau goyangkan bahu korban dengan lembut Berteriak dekat telinga korban, apakah anda baik-baik saja?2. Aktifkan sistem LKM (Layanan kedaruratan medis) untuk menolong Lakukan dengan menghubungi nomor telepon keadaan darurat setempat, biasanya 118 (untuk jakarta)3. Gulingkan korban hingga terlentang Gulingkan dengan lembut kepala, badan, dan kaki korban pada saat yang bersamaan. Kerjakan hal ini tanpa menyebabkan cedera lebih lanjut4. Buka jalan napas (gunakan metode head-tilt/chin-lift) Letakkan tangan ke dekat kepala korban pada kening korban dan lakukan tekanan ke belakang hingga kepala mendongak Letakkan jari tangan yang lain dibawah tulang rahang dekat dagu dan angkat. Hindarkan tekanan pada jaringan lunak dibawah rahang Dongakkan kepala tanpa menutup mulut korban Jangan gunakan ibu jari anda untuk mengankat daguJika anda mengira ada luka leherJangan menggerakkan kepala atau leher korban. Pertama usahakan mengangkat dagu tanpa menggerakkan kepala. Jika pernapasan tidak dapat masuk, stabilkan kepala. Kemudian, angkat rahang menggunakan jari-jari anda menggunakan jari-jari anda dengan menempatkan jari-jari anda tepat di bawah telinga.5. Periksa pernapasan (antara 3-5 detik) Dekatkan telinga anda diatas mulut dan hidung korban semnetara menjaga jalan napas terbuka. Lihat dada korban untuk memeriksa naik dan turun, dengar, dan rasakan pernapasannya.6Berikan 2 napas lambat Pertahankan kepala mendongak kebelakang dengan head-tilt/chin-lift untuk menjaga jalan napas terbuka Tutup lubang hidung Ambil napas panjang dan tempelkan bibir anda dengan rapat sekitar mulut korban Berikan 2 kali nmapas lambat, masing-masing 1.5 sampai 2 detik (anda seharusnya mengambil napas setelah memberikan napas kepada korban) Periksa dada apakah naik jika napas anda masuk Biarkan dada turun kembali setelah setiap napas.Jika kedua pernapasan tersebut tidak berhasilDongakkan kembali kepala dan berikan 2 napas lagi. Jika masih tak berhasil, diperkirakan tercekik, juga dikenal dengan sumbatan jalan napas oleh benda asing (gunakan prosedur sumbatan jalan napas pada orang dewasa tidak sadar)

Sumbatan Jalan Napas oleh Benda Asing pada Orang Dewasa Tak Sadar (Tercekik)Bila korban tidak sadar dan pernapasan tidak masuk 1. Berikan sampai 5 tolakan perut (manuver Heilmich) Kangkangi paha korban Letakkan tumit dari satu tangan di tengah-tengah perut korban sedikti di atas pusat dan tepat di bawah takik sternum (jari-jari tangan seharusnya mengarah ke kepala korban) Letakkan tangan yang lain langusng diatas tangan pertama. Tekan ke atas dan ke bawah menggunakan kedua tangan dengan 5 tolakan cepat Setiap tolakan harus jelas dan usaha nyata yang dibuat untuk melepaskan sumbatan jalan napas. Jaga tumit tangan tetap di aatas abdomen diantara tolakan perut2. Lakukan sapuan jari Lakukan hanya pada korban yang tak sadar. Pada korban yang sadar, iniu dapat menyebabkan cegukan atau muntah Gunakan ibu jari dan jari-jari anda untuk memegang rahang dan lidah korban adan angkat ke atas untuk menarik lidah dari belakang kerongkongan dan menjauhkan dari benda asing Jika tak bisa membuka mulut untuk melakukan angkatan lidah-rahang, gunakan metode jari silang dengan menyilangkan jari telunjuk dan ibu jari dan mendorong gigi agar terpisah Dengan jari telunjuk dari tangan yang lain, geser jari-jari kebawah sepanjang sisi dalam, dari satu pip lebih dalam mengarah ke mulut dan gunakan gerakan mengait menelusuri pip kiri untuk mengeluarkan benda asing. Jika benda asing dapat ditarik, genggam dan keluarkan. Jangan mendorong benda lebih dalam.3. Jika langkah-langkah diatas tidak berhasilLakukan langkah-langkah berikut dalam rangkaian yang cepat hingga benda dikelurakan atau LKM tiba: Berikan 2 pertolongan napas Lkakukan 5 tolakkan perut Sapuan jari-jari

Sumbatan Jalan Napas oleh Benda Asing pada Orang Dewasa Sadar (Tercekik)Jika korban sadar dan tak dapat bicara, bernapas atau batuk1. Berikan sampai 5 tolakan perut (manuver Heilmich) Berdiri di belakang korban Lingkarkan lengan anda disekitar pinggang korban Buat kepalan dengan 1 tangan dan letakkan bagian ibu jari tepat diatas pusat dan tepat di ujung bawah sternum Genggamlah kepalan dengan tangan anda yang lain Tekan kepalan tangan ke dalam abdomen korban dengan tolakan menaik yang cepat Masing-masing tolakan seharusnya terpisah dan nyata-nyata tepat untuk mengeluarkan bendaSetelah setiap 5 tolakan perut, periksa korban2. Ulangi urutan sampai 5 kali tolakan perut hingga: Korban batuk mengeluarkan bendaAtau Korban mulai bernapas atau batuk dengan kuatAtau Korban menjadi tak sadar (gunakan metode untuk korban yang tak sadar)

Referensi: Jones,Bartlett Publishers, inc. 1996. Petolongan Pertama dan RJP. Edisi II. Jakarta: EGC, 19966. Apabila tindakan penanganan awal gagal, bagaimana tindakan penanganan selanjutnya?Oleh Dona Puspitasari 2012730123Intubasi EndotrakealIntubasi endotrakeal merupakan cara yang paling efektif dan handal untuk mengamankan jalan napas. Metode ini menjamin patensi jalan napas, mencegah aspirasi, memastikan oksigenasi yang baik, dan memungkinkan pemberian ventilasi tekanan tinggi dan positive end-expiratory pressure (PEEP). Suctioning dapat dilakukan dengan mudah; obat-obatan juga dapat diberikan melalui selang endotrakeal apabila tidak terdapat akses intravena.DEFINISIIntubasi endotrakheal adalah tindakan untuk memasukan pipa endostracheal kedalam trachea. Tujuannya adalah pembebasan jalan nafas, pemberian nafas buatan dengan bag and mask, pemberian nafas buatan secara mekanik ( respirator )memungkinkan pengisapan secret secara adekuat, mencegah aspirasi asam lambung dan pemberian oksigen dosis tinggi.TUJUANTujuannya adalah pembebasan jalan nafas, pemberian nafas buatan dengan bag and mask, pemberian nafas buatan secara mekanik ( respirator )memungkinkan pengisapan secret secara adekuat, mencegah aspirasi asam lambung dan pemberian oksigen dosis tinggi.INDIKASIa.Ada obstruksi jalan nafas bagian atasb.Pasien memerlukan bantuan nafas dengan respiratorc.Menjaga jalan nafas tetap bebasd.Pemberian anestesi seperti pada operasi kepala, mulut, hidung, tenggorokan, operasi abdominal dengan relaksasi penuh dan operasi thoracotomy.e.Terdapat banyak sputum ( pasien tidak mengeluarkan sendiri )JENIS INTUBASIa.Intubasi oral-Keuntungan : lebih mudah dilakukan, bisa dilakukan dengan cepat pada pasien dalam keadaan emergency, resiko terjadinya trauma jalan nafas lebih kecil.-Kerugian : tergigit, lebih sulit dilakukan oral hygiene dan tidak nyaman.b.Intubasi nasal-Keuntungan : pasien merasa lebih enak/ nyaman, lebih mudah dilakukan pada pasien sadar, tidak akan tergigit-Kerugian : pipa ET yang digunakan lebih kecil, pengisapan secret lebih sulit, dapat terjadi kerusakan jaringan dan perdarahan, dan lebih sering terjadi infeksi ( sinusitis )KOMPLIKASIa.Ringan : Tenggorokan serak, kerusakan pharyng, muntah, aspirasi, gigi copot/ rusak.b.Serius : Laryngeal edema, obstruksi jalan nafas, rupture trachea, perdarahan hidung, fistula trcheoesofagal granuloma, memar, laserasi akan terjadi dysponia dan dyspagia, bradi kardi, aritmia, sampai dengan cardiac arrest.Penyulit :a.Leher pendekb.Fraktur servicalc.Rahang bawah kecild.Osteoarthritis temporo mandibula jointe.Trismusf.Ada masa difaring dan laringPERSIAPAN PASIEN DAN ALAT1. Persiapan pasien.a.Beritahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukanb.Minta persetujuan keluarga/ informed consentc.Berikan support mentald.Hisap cairan atau sisa makanan dari naso gastric tubee.Yakinkan pasien terpasang IV line dan infuse menetes dengan lancer2. Persiapan alat.a.Bag and mask + slang 02 dan 02b.Laryngoscope lengkap dengan blade sesuai ukuran pasien dan lampu harus menyala dengan terangc.Alat-alat untuk suction ( yakinkan berfungsi dengan baik )d.Xillocain jelli/ xyllocain spraydan ky jellie.Naso/ orotracheal tube sesuai ukuran pasienLaki-laki dewasa no 7, 7.5, 8Perempuan dewasa no 6.5, 7, 7.5Anak-anak usia ( dalam tahun ) + 4 dibagi 4f.Konektor yang cocok dengan tracheal tube yang disiapkang.Stilet/ mandarinh.Magyll forcepi.Oropharingeal tube ( mayo tube )j.Stethoscopek.Spoeit 20 cc untuk mengisi cuffl.Plester untuk fiksasim.Gunting bantal kecil setinggi 12 cm PROSEDURa.Mencuci tanganb.Posisi pasien terlentangc.Kepala diganjal bantal kecil setinggi 12 cmd.Pilih ukuran pipa endotraceal yang akan digunakane.Periksa balon pipa/ cuff ETTf.Pasang blade yang sesuaig.Oksigenasi dengan bag dan mask/ ambil bag dengan O2 100%h.Masukan obat-obat sedasi dan muscle relaxani.Buka mulut dengan laryngoscope sampai terlihat epiglottisj.Dorong blade sampai pangkal epiglottisk.Lakukan pengisapan lender bila banyak secret l.Anastesi daerah laring dengan xillocain spray ( bila kasus emergency tidak perlu dilakukan )m.Masukan endotraceal tube yang sebelumnya sudah diberi jellin.Cekapakah endotraceal sudah benar posisinyao.Isi cuff dengan udara, sampai kebocoran mulai tidak terdengarp.Lakukan fiksasi dengan plesterq.Foto thoraks

PERAWATAN INTUBASIa.Fiksasi harus baikb.Gunakan oropharing air way ( guedel )pada pasien yang tidak kooperatifc.Hati-hati pada waktu mengganti posisi pasiend.Jaga kebersihan mulut dan hidunge.Jaga patensi jalan nafasf.Humidifikasi yang adekuatg.Pantau tekanan balonh.Observasi tanda-tanda vital dan suara paru-parui.Lakukan fisioterapi nafas tiap 4 jamj.Lakukan suction setiap fisioterapi nafas dan sewaktu-waktu bila ada suara lenderk.Yakinkan bahwa posisi konektor dalam posisi baikl.Cek blood gas untuk mengetahui perkembanganm.Lakukan foto thorak segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu tertentun.Observasi terjadinya empisema kutiso.Air dalam water trap harus sering terbuangp.Pipa endotraceal tube ditandai diujung mulut/ hidung

KrikotiroidotomiKrikotirodotomi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat napas. Dengan cara membelah membrane krikotiroid untuk dipasang kanul. Membrane ini terletak dekat kulit, tidak terlalu kaya darah sehingga lebih mudah dicapai. Tindakan ini harus dikerjakan cepat walaupun persiapannya darurat (Hadiwikarta, dkk, 2010)Krikotiroidotomi dibagi menjadi 2 macam yaitu needle cricothyroidotomy dan surgical cricothyroidotomy. a.Needle cricothyroidotomyPada needle cricothyroidotomy,sebuah semprit dengan jarum digunakan untuk melubangi melewati membran krikoid yang berada sepanjang trakea. Setelah jarum menjangkau trakea, kateter dilepaskan dari jarumnya dan dimasukkan ke tenggorokan dan dilekatkan pada sebuah kantung berkatup. b.Surgical cricothyroidotomy Pada surgical cricothyroidotomy, dokter dan tim medis lainnya membuat insisi melewati membran krikoid sampai ke trakea dengan tujuan memasukkan pipa untuk ventilasi pasien.Teknik Krikotirodotomi Pasien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasio atlanto oksipitalis. Puncak tulang rawan tiroid (Adams apple) mudah diidentifikasi difiksasi dengan jari tangan kiri. Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid diraba ke bawah sampai ditemukan kartilago krikoid. Membrane krikotiroid terdapat diantara kedua tulang rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anestetikum kemudian dibuat sayatan horizontal pada kulit. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat, tusukkan pisau dengan arah ke bawah. Kemudian, masukkan kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat dipakai pipa plastic untuk sementara. Krikotirodotomi merupakan kontraindikasi pada anak dibawah 12 tahun, demikian juga pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat laryngitis. Stenosis subglotik akan timbul bila kanul dibiarkan terlalu lama karena kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan disekitar subglotis, sehingga terbentuk jaringan granulasi dan sebaiknya segera diganti dengan trakeostomi dalam waktu 48 jam.Indikasi Indikasi Absolut krikotiroidotomi :-gagal intubasi, tidak terjadi ventilasi, atau pasien tidak bias tenang terhadap pemasangan alat bantu nafas. Indikasi relative krikotiroidotomi : -trauma wajah atau orofaringeal yang masif -pembengkakan wajah atau orofaringeal yang masif. Kontraindikasi Kontraindikasi absolute : tidak ada kontraindikasi absolute untuk dilakukan krikotiroidotomi Kontrainsokasi relative : Transeksi trakea dengan retraksi trakea ke mediastinum Fraktur laring atau trauma pada kartilago krikoid Tumor laring Anak usia < 8 tahun karena anatomi kecil dan jaringannya sangat lembut Gangguan perdarahan Edema leher yang masif Inflamasi laring yang berat (laringotrakeitis, difteri, inflamasi kimia, TB). Komplikasi Komplikasi dari krikotiroidotomi : Gagal napas Perdarahan local dan hematoma Emfisema subkutis Infeksi Perforasi esophageal Mediastinitis Pneumotoraks Pneumomediastinum Trauma pita suara Trauma laring Trauma kelenjar tiroid Trauma arteri karotis, vena jugularis, dan nervus vagus Stoma persisten Stenosis subglotik TrakeostomiTrakeostomi adalah prosedur operatif dengan membuat lubang untuk bernapas pada dinding depan trakea. Trakeostomi menurut letak yaitu letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batasnya adalah cincin trakea ketiga. Trakeostomi menurut waktu yaitu trakeostomi darurat dan trakeostomi berencana.Indikasi TrakeostomiAlasan utama trakeostomi dilakukan, yaitu :-Obstruksi saluran napas atas-Insufisiensi mekanis respirasi-Kesulitan pernapasan akibat sekresi-Elektif: trakesotomi dilakukan untuk mempertahankan aliran udara saat saluran napas atas tidak dapat dilakukan-Untuk membantu pemasangan alat bantu pernapasan-Mengurangi ruang rugi /dead air spaceProsedur TrakeostomiAlat-alat yang diperlukan, yaitu :-Spoit (semprit) dengan anestesi local (lidokain 2%)-Pisau (bisturi no. 11 & 15 dan penanganannya)-Pinset anatomi-Gunting panjang dengan tepi/ujung yang tumpul-Haak tumpul yang kecil, klem arteri (hemostat) lurus & bengkok-Retraktor untuk membuka lumen trakea-Suction dan kauterisasi-Kanul trakea-Forceps.Kanul Trakheostomi Terdiri dari 3 bagian yaitu kanul luar, kanul dalam dan abturator. Kanul dalam dapat ditarik untuk dapat dibersihkan dalam waktu yang singkat. Obturator hanya digunakan sebagai penuntun untuk kanul luar dan dicabut kembali setelah kanul luar masuk pada tempatnya. Bentuk-bentuk kanul dapat pula bervariasi sesuai dengan jenis dan kegunaannya masing-masing.Jenis-jenis Kanula :-Kanul Metal-Dewasa dan Anak-anak-Kanul Plastik-Tube Portex dan Tube SheileyTrakheostomi Efektif Pada Orang DewasaPenderita tidur terlentang dengan posisi kepala lebig tingga daripada kaki untuk mengurangi tekanan aliran balik vena. Kulit daerah leher dibersihkan secara asepsis dan antisepsis dan ditutup dengan kain kasa steril.Insisi horisontal direkomendasikan pada trakheostomi elektif. Insisi kulit dilakukan pada daerah landmark sepanjang 5 cm,yaitu cincin ke-2 dan ke-4. Ikatan-ikatan otot dipisahkan selapis demi selapis dan dijauhkan satu sama lain dengan dua penarik kecil samapi cincin trachea tampak Isthmus ini bisa diretraksi maka dapat ditarik ke atas dan ke bawah menjauhi lapangan trakheostomi.Irisan trakhea dilakukan pada jajaran setinggi cincin kedua dan ketiga. Kanul trakheostomi disesuaikan dengan diameter dari lumen trakhea dan panjangnya disesuaikan dengan panjang trakhea. Setelah kanul terpasang, dilakukan fiksasi berupa pengikatan dari kanul dan diikatkan disisi leher.Trakheostomi DaruratIndikasi: kondisi pasien sangat berat berupa hipoksia yang semakin menghebat dimana tidak ada waktu untuk trakheostomi terencana dan fasilitas untuk intubasi endoktrakhea dan pemasukkan bronkhoskopi tidak memungkinkan.Teknik dari trakheostomi darurat berbeda dari trakheostomi terencana, yaitu insisi dilakukan secara vertikal.Trakheostomi Pada AnakTeknik trakheostomi pada anak prinsipnya sama dengan pada orang dewasa. Anak harus lebih hati-hati karena anatomi leher anak sedikit berbeda. Diperlukan pula suatu ventilasi control dengan masker.Perawatan Pasca Trakheostomi-Awasi tanda vital-Foto dada segera dilakukan dan 48 jam kemudian untuk melihat komplikasi lambat yang mungkin ada.-Udara hangat yang lembab harus disediakan selama 48 sampai 72 jam-Aspirasi teratur harus dilakukan dalam beberapa hari segera setelah operasiKomplikasiImmediate-Apneu, akibat lambatnya penanganan hipoksia-Perdarahan-Pneumothoraks dan pneumomediastinum-Trauma pada kartilago krikoid-Trauma pada struktur dekat trachea, seperti esophagus, n.laringeal rekurens dan pleura.Intermediate.-Erosi trachea dan perdarahan-Disposisi dari kanul trakheostomi-Emfisema subkutan-Aspirasi dan abses paruLate-Fistel trakheokutanes yang menetap-Stenosis dari laring dan trachea-Pembentukan jaringan ikat pada trachea-Fistel trakheaosofagusDekanulasiPastikan bahwa penyakit yang mendasari tindakan trakeostomi telah teratasi. Penutupan kanul trakeostomi dilakukan secara bertahap. Mulai dari bagian stoma/lubang, bagian dan terakhir ditutup penuh, atau dengan mengganti kanul dengan diameter yang lebih kecil.Syarat-syarat dilakukan dekanulasi Hambatan atau kelainan neurologik sudah teratasi sehingga airway melalui hidung sudah adekuat. Jika pasien dapat batuk dengan adekuat dan disertai fungsi menelan yang sudah baik. Sekret tidak ada tanda-tanda infeksi seperti mukopurulen. Stoma terawat baik dan tidak ada komplikasi misalnya fistel (faringokutan).

7. Jelaskan bagaimana cara menstabilisasi penderita sesak yang disebabkan oleh trauma? Oleh Dea Putri Ikhsanil 2012730121DefinisiStabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita atau pasien agartetap stabil selama pertolongan pertama.Menstabilisasi adalah upaya atau usaha untuk membuat stabil atau penstabilan.( KBBI)

Cara menstabilkan penderita sesak napas karena traumaPenstabilan pasien trauma bertujuan untuk mengurangi resiko penderita menjadi lebih burukdengan jalan stabilitasi yang benar. Sehingga dapat melakukan transportasi yang aman.

Prinsip Stabiliasi :1. Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang dialami.

A. Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.Tujuan 1. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya2. Mencegah terjadinya pembengkakan3. Menyokong bagian badan yang cedera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser4. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran

B. Memindahkan Korban Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat. Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat1. Pemindahan DaruratPemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korbanContoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera: Kebakaran atau bahaya kebakaran Ledakan atau bahaya ledakan Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya : Bangunan yang tidak stabil Mobil terbalik Kerumunan masa yang resah Material berbahaya Tumpahan minyak Cuaca ekstrim Memperoleh akses menuju korban lainnya Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJPBahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin.Beberapa macam pemindahan darurat Tarikan baju Tarikan selimut atau kain Tarikan bahu/lengan Menggendong Memapah Membopong Angkatan pemadam

2.Pemindahan BiasaBila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.Contohnya : Angkatan langsung Angkatan ekstremitas (alat gerak)

C. Posisi Korban Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya. Korban dengan syok = Tungkai ditinggikan Korban dengan gangguan pernapasan= Biasanya posisi setengah duduk Korban dengan nyeri perut= Biasanya posisi meringkuk seperti bayi

2. Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil. (Menjaga airway dan breathing) A atauairway maintenanceadalah mempertahankan jalan napas, hal ini dapat dikerjakan dengan teknik manual ataupun menggunakan alat bantu (pipa orofaring, pipa endotrakheal, dll). Tindakan ini mungkin akan banyak memanipulasi leher sehingga harus diperhatikan untuk menjaga stabilitas tulang leher. B atauBreathingadalah menjaga pernapasan atau ventilasi dapat berlangsung dengan baik. Setiap penderita trauma berat memerlukan tambahan oksigen yang harus diberikan kepada penderita dengan cara efektif.Untuk mencegah fraktur servikal akibat gerakan pada leher harus dilakukan tindakan pengontrolan servikal. Kemungkinan dari fraktur servikal dapat diprediksi apabila terdapat: Trauma kapitis, terutama apabila ada penurunan kesadaran. Adanya luka karena trauma tumpul kranial dari klavikula. Setiap multi trauma ( trauma pada dua regio atau lebih ) Biomekanika trauma yang mendukung seperti tabrakan dari belakang.Setelah dilakukan penilaian awal terhadap servikal langkah selanjutnya adalah tindakan proteksi servikal. Tindakan proteksi servikal antara lain dengan mempertahankan posisi kepala dan memasang kolar servikal di ataslong spine board.

3. Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubahBidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi)TUJUAN 1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah4. Mengurangi rasa nyeri5. Mempercepat penyembuhan4. Menjaga agar perdarahan tidak bertambah. (Mengontrol perdarahan dan syok).5. Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk lagi.

Untuk stabilisasi yang efektif diperlukan : Resusitasi yang cepat Menghentikan pendarahan dan menjaga sirkulasi Imobilisasi fraktur Analgesia

8. Jelaskan bagaimana cara menggunakan obat-obat darurat ? OBAT OBAT PADA KEGAWATDARURATAN Syok Anafilaktik Obat utama pada renjatan anafilaktik adalah adrenalin(epinefrin). Disamping itu juga digunakan obat tambahan seperti antihistamin, kortikosteroid dan kadang-kadang aminofilin sebagai bronkodilator .

Obat Adrenalin/Efinefrin

Indikasi 1. Renjatan anafilaktik 2. Henti jantung 3. Asma bronkial

Cara/dosis 1. Renjatan anafilaktik : 0,3-0,5 mg SC atau IM, dapat diulangi 5-10 menit kemudian. Dapat diikuiti dengan infus 1 mg dalam 250 ml dextrose 5% dengan dosis 1-4 mcg/menit. Kontinu dengan kecepatan 100 mcg/menit.2. Henti jantung : 1-2 ampul IV, dapat diulangi tiap 3-5 menit. Kadang-kadang diberikan intrakardial. 3. Asma bronkial : 0,3-0,5 mg SC atau IM (cara ini sudah tidak dianjurkan). Dapat diberikan secara inhalasi menggunaka spray atau aerosol.

KI/perhatian Hati-hati pada orang tua, penderita hipertensi, takikardi atau aritmia.

Efek samping KV : takikardi, tremor, pusing, lemas, rasa dingin di ekstremitas. GI : mual, nyeri ulu hati.

Sediaan Ampul 1 mg/ml

Indikasi kehamilan C

Syok Kardiogenik Syok kardiogenik sering terjadi sebagai kelanjutan dari gagal jantung berat atau kelanjutan dari infark miokard luas. Dalam keadaan ini diperlukan obat-obat inotropik antaralain dopamine, dobutamin dan vasokontriktor norepinefrin.

ObatDopamin

Indikasi 1. Syok kardigenik2. Terapi tambahan pada syok jenis lain setelah koreksi faktor penyebab syok.

Cara/ dosis Drip : 1-5 mcg/kg/min, dapat ditingkatkan sampai 5-10 mcg/kg/min. Untuk syok berat dapat diberikan sampai dosis 20, bahkan 50 mcg/kg/menit.

KIHipertiroidisme, feokromositoma, takiaritmia, fibrilasi ventrikel, glaukoma sudut sempit, adenoma prostat.

ESHipertensi, aritmia, pelebaran komplek QRS, azotemia, iskemia miokard

SediaanAmpul 200 mg/10 ml

Indikasi kehamilanC

ObatDobutamin

Indikasi 1. Syok kardigenik2. Terapi tambahan pada syok jenis lain setelah koreksi faktor penyebab syok.

Cara/dosis Drip 2-15 mcg/kg/min, dalam keadaan berat dapat ditingkatkan sampai 40 mcg/kg/min.

KIidiopathic hypertrophic subaortic stenosis, riwayat hipersensitivitas terhadap dobutamin.

ESTakikardi, palpitasi, hipertensi, aritmia ventrikel ektopik, mual, sakit kepala, angina pektoris, napas pendek.

IO-bloker , nitroprusside

Sediaan Dobutamin HCL 250 mg/20 ml

Indeks Kehamilan B

ObatNorepinefrin

Indikasi Hipotensi dan syok, sebagai obat tambahan pada henti jantung

Cara/ dosis 1 ampul 4 mg dilarutkan dalam 1000 ml dekstrose 5%. Infus 0,5-1 ml/menit

KIHipertensi, kehamilan, laktasi. Hipotensi akibat defisit volume sirkulasi.

ESBradikardi, iskemia serebral dan kardiak, aritmia, ansietas, sakit kepala, nekrosis bila terjadi ekstravasasi infus.

Sediaan Ampul 4 mg/4ml

Indeks kehamilanC

Bradiaritmia Bradiaritmia adalah keadaan dimana frekuensi denyut jantung kurang dari 50/menit. Bila disertai gangguan hemodinamik maka keadaan ini harus segera diatasi. Obat yang sering digunakan dan cukup efektif pada bradiaritmia adalah atropine sulfat. Bila respon kurang memadai dapat ditambahkan isoproterenol, atau pemakaian alat pacu jantung. Pada henti jantung, atropine sulfat diberikan sebagai tambahan selain adrenalin. Atrofin sulfat juga merupakan obat utama pada keracunan organofosfat.

Obat Atrofin sulfat

Indikasi 1. Intoksikasi organofosfat 2. Bradikardi3. Adjuvan pada henti jantung4. Premedikasi anestetik

Cara/dosis 1. Bradiaritmia 0,5-1 mg (2-4 ampul) IV, dapat diulangi tiap 3-5 menit dengan dosis total tidak melebihi 3 mg.2. Keracunan organofosfat: 2 mg IV, setiap 10-30 menit sampai gejala muskarinik berkurang atau sampai terjadi atropinisasi berupa takikardi, midriasis, dan kulit kering. Gejala atropinisasi perlu dipertahankan selama paling kurang 2x24 jam.

KIGlaukoma sudut sempit, sick sinus syndrome, tirotoksikosi, gagal jantung, hipertrofiprostat, obstruksipilorus.

ESMulut kering, kesulitan bicara dan menelan, konstipasi, retensi urin, midriasis, fotofobia, fotopobi, peningkatan tekanan intraokuler, halusinasi, bingung, delirium, takikardi, palpitasi, dan aritmia.

Sediaan Ampul 0,25 mg/ml

Indeks Kehamilan C

Sindrom koroner akut Sindrom koroner akut meliputi angina pektoris tidak stabil, infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) dan infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI). Obat-obatan yang digunakan pada SKA antara lain aspirin, clopidogrel, heparin, tromboliti(streptokinase). Selain itu juga digunakan nitrat organic, beta bloker dan analgesic narkotik (morfin).

Obat Aspirin

Indikasi 1. Sindrom koroner akut (angina tidak stabil, infark miokard akut)2. Iskemi serebral

Cara/dosis Dosis awal untuk SKA : 160-300 mg per oral (sebaiknya menggunakan tablet non enteric coated dan pemberian sebaiknya dikunyah) dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 80-160 mg/hari.

KIHipersensitif & alergi, tukak lambung, pernah atau sering mengalami perdarahan dibawah kulit. Penderita hemophilia & trombositipenia. Penderita varicella/cacar air/ chicken pox & gejala flu.

Perhatian Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati, kehamilan, wanita menyusui, dehidrasi.jangan digunakan pada Trimester terakhir kehamilan. Hati-hati pada pasien yang mendapat antikoagulan, hentikan penggunaan bila terjadi tinnitus, gangguan pendengaran, pusing.

ESIritasi lambung, mual, muntah. Pemakaian lama menyebabkan perdarahan lambung, tukak lambung. Reaksi hipersensitif. Dapat terjadi trombositopenia.

Sediaan Tab 80 mg dan 160 mg dan 500 mg. Tersedia juga dalam bentuk tablet enterik 80 dan 160 mg

Indeks kehamilan C dan D (pada T III)

obatClopidogrel

Indikasi Sindrom koroner akut, iskemi serebral, dan trombosis vaskuler perifer. Digunakan bersama-sama dengan aspirin. Pada pasien yang intoleran terhadap aspirin, dianjurkan menggunakan klopidogrel sebagai alternatif.

Cara/dosisUntuk SKA diberikan loading dose 300 mg, dilanjutkan 75 mg 1x/hr. Untuk indikasi lain seperti iskemia serebral dan ateroskeloris tidak diperlukan loading dose.

KIPerdarahan patologis aktif (tukak lambung atau perdarahan intrakranial)

ESPerdarahan lambung, serebral, trombositopenia, sakit kepala, pusing, parestesia, gangguan pencernaan & hematologis, ruam, pruritus. Penggunaan penghambat pompa proton dapat mengurangi risiko perdarahan lambung, namun mengurangi efektivitas klopidogrel.

IOPenggunaan bersama aspirin, AINS dan warfarin, trombolitik, meningkatkan risiko perdarahan.

Sediaan Tablet 75 mg

Indeks kehamilan B

Obat Heparin

Indikasi 1. Kardiologi : sindrom koroner akut (UAP), NSTEMI, STEMI), fibrilasi atrial, riwayat emboli, pencegahan dan pengobatan trombosis vena dan emboli paru, pengobatan emboli arterial. 2. Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID)3. Pencegahan trombus pada pembedahan arteri dan jantung, trombosis serebral4. Antikoagulan pada transfusi darah, sirkulasi ekstrakorporeal, prosedur dialisis & untuk tujuan laboratorium.

Cara/dosis 1. Sindrom koroner akut : heparin 5000 unit bolus IV, dilanjutkan dengan drip 1000 U/jam. Target aPTT 1,5 2 kali nilai kontrol. 2. Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) : heparin bolus IV 5000 U tiap 6 jam, target aPTT pada jam kedua dan keempat: Bila pada jam kedua :aPTT < 1,5 x nilai kontrol, heparin dinaikkan menjadi 7500 U.aPTT 1,5 2,5 x kontrol, dosis heparin tetap.aPTT > 2,5 x kontrol, evaluasi aPTT pada jam keempat, bila :aPTT < 1,5 x kontrol, heparin dinaikkan menjadi 7500 U.aPTT > 2,5 x kontrol, heparin dikurangin menjadi 2500 U.

KIStroke hemoragik, perdarahan aktif saluran cerna, trombositopenia, hemofilia, tukak peptik, hipertensi, jaundice, aborsi iminen, dan pembedahan besar pada bagian otak, sumsum tulang belakang serta mata.

Perhatian Hati-hati pada pasien lesi ulseratif, menstruasi, penyakit hati dengan gangguan hemostatis, usia lanjut.

ES Perdarahan, iritasi lokal, hipersensitivitas, trombositipenia, osteoporosis pada pemakaian jangka panjang, peningkatan kadar SGOT danSGPT.

Sediaan Heparin sodium : Vial 5000 IU/5 mlEnoxaparine : pre-filled syringe 20 mg/0,2 ml (2000 anti- Xa) ; 40 mg/0,4 ml (4000 anti-Xa) ; 60 mg/0,6 ml (6000 anti-Xa) Fondaparinux : pre-filled syringe 2,5 mg/0,5ml.

Obat Streptokinase

Indikasi 1. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) yang kurang dari 12 jam2. Trombosis vena dalam. Trombosis arteri akut atau subakut, penyakit arteri oklusif kronik 3. Emboli paru4. Oklusi arteri atau vena sentral

Cara/dosis Pada STEMI 1,5 juta unit diinfuskan dalam 1 jam

KI Perdarahan pasif, riwayat stroke hemoragik, stroke non hemoragik (riwayat) dalam waktu 1 tahun terakhir. Riwayat perdarahan internal dalam 6 bulan terakhir, hipertensi > 180/110, kehamilan, riwayat pemakaian streptokinase satu tahun terakhir, trauma, bedah mayor, endokarditis bakteri sub akut, gangguan fungsi hati atau ginjal berat, usia lanjut dengan kecenderungan degenerasi arteriosklerosis.

ESPerdarahan, reaksi alergi dan demam

IOAntikoagulan, antipletelet meningkatkan risiko perdarahan.

Sediaan Vial 1.500.000 IU

obatAmiodaron

Indikasi Aritmia supraventikular, nodul, ventrikular. Aritmia pada sindrom wolff-Parkinson-white.

Cara/dosis IV : dosis awal 150 mg drip selama 1 jam, diikuti infus kontinu 1 mg/menit selama 6 jam, selanjutnya 0,5 mg/menit selam 18 jam. Pada ACLS, VF/pulsless: 300 mg IV setelah pemberian epinefrin.Oral : dosis umum : 600 mg/hr selama 8-10 hr pemeliharaan : 100-400 mg/hr.

ESMikrodeposit kornea, fotosensitif & pigmentasi. Hiper atau hipotiroidesme, gangguan neurologi, bradikardi, mual, muntah, disgeusia, alopesia.

IOAntiaritmia termasuk bepridil, quinidine, sotalol, disopyramide.

Sediaan Amp 150 mg/3ml, Tab 200 mg.

obatNitrogliserin

Indikasi Angina tidak stabil yang tidak dapat diatasi dengan terapi penyekat beta dan nitrat sublingual. Gagal jantung kongestif yang tidak responsif yang disebabkan oleh infark miokard akut.

Cara/dosis Iskemia miokard : dosis awal 15-20 mcg/menit dengan peningkatan sebanyak 10-15 mcg/menit hingga tercapai efek yang diinginkan. Gagal jantung kongestif yang tidak responsif : dosis awal 20-25 mcg/menit, dosis dapat diturunkan sampai 10 mcg/menit atau ditingkatkan secara bertahap menjadi 20-25 mcg/menit setiap 15-30 menit hingga tercapai efek yang diinginkan. Angina tidak stabil : dosis awal 10 mcg/menit dengan peningkatan sebanyak 10 mcg/menit dengan interval 30 menit tergantung pada besarnya kebutuhan.

KIAnemia, perdarahan serebral yang berat, hipovolemia yang tidak dapat diatasi atau hipotensi berat. Pasien dengan predisposisi glaukoma sudut tertutup.

ESSakit kepala, mual, hipotensi, takikardi, muntah, diaforesis, ketakutan, gelisah, kedutan otot, rasa tidak enak pada daerah retrosternal, palpitasi, mengantuk, nyeri abdomen, angina paradoksal.

IOAlkohol, slidenofil, tadalafil & vardenafil dapat meningkatkan efek hipotensi.

Sediaan Amp 10 mg/10 ml

Gagal Jantung Obat utama pada gagal jantung kongestif adalah diuretik. Dalam fase akut diperlukan diuretik yang bekerja cepat, yaitu furosemid, sedangkan pada gagal jantung kronik dapat diberikan diuretik tiazid. Penghambat reseptor beta (carvedilol, bisoprolol, atau metoprolol) diberikan bila keadaan sudah stabil. Penghambat aldosteron (spironolakton) diberikan dalam dosis kecil jangka panjang dengan tujuan untuk mencegah remodeling dan fibrosis miokard.

ObatFurosemid

Indikasi Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, edema paru akut, edema karena sebab lain.

Cara/dosisDosis awal bolus 20-40 mg IV atau IM. Dosis dapat ditingkatkan 20 mg, paling cepat setelah kira-kira 2 jam setelah dosis awal sampai tercapai diuresis yang diharapkan. Dapat juga diberikan per drip 5-10 mg/jam.Edema paru 40 mg dapat diberikan IV (1-2 menit), bila perlu dapat diulang setelah kira-kira 1 jam dengan dosis sampai 80 mg. Sebagai force diuresis pada gagal ginjal sebelum hemodialisis, dapat diberikan sampai 250 mg/hari.

KI/perhatian Hipersensitif terhadap furosemide atau sulfonamid, hipotensi

ESHipokalemia, hiponatremia, hipokalsemia, hipomagnesimia. Hiperglikemia, hiperurisemia. Mual, diare, nefritis interstitial, tinitus dan gangguan pendengaran, parestesia, vertigo, dizziness & sakit kepala, hipotensi ortostatik.

Sediaan Ampul 20 mg/2ml. Tablet 40 mg

obatDigoksin

Indikasi 1. Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel cepat2. Takikardi supraventrikuler 3. Gagal jantung dengan takikardi atau dengan fibrilasi atrium, diberikan bersama diuretik dan ACE-inhibitor

Cara/dosis Fibrilasi atrium : 0,125 mg IV pelan-pelan, dapat diulangi setelag 6 jam dengan targer HR < 100/menit selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan secara oral. Gagal jantung : 0,125-0,25 mg/hari per oral, diberikan bersama diuretik dan ACE-inhibitor

KI/perhatian Blokade AV, bradikardi, aritmia ventrikel, hipokalemia, wolf Parkinson White syndrom, sick sinus syndrom, gagal ginjal, hipotiroidisme.

ES Mual, muntah, pusing, chromatopsia, gelisah, bingung. Bradikardi, blok AV, pulsus bigeminus, trigeminus. Pada keracunan dapat terjadi ekstrasistol sampai fibrilasi ventrikel.

Sediaan Tablet 0,25 mg, ampul 0,25 mg/ml

Obat Carvedilol

IndikasiGagal jantung kongestif yang sudah stabil

Cara/dosis Gagal jantung kongestif : awal 3,125 mg 2 kali sehari selama 2 minggu. Dapat ditingkatkan pada interval > 2 minggu menjadi 6,25 mg 2 kali sehari, lalau 12,5 mg 2 kali sehari sehingga 25 mg 2 kalisehari.Hipertensi esensial : awal 12,5 mg sehari selama 2 hari, kemudian 1 tab 25 mg dosis tunggal perhari. Dapat ditingkatkan hingga maksimal 1 tab 25 mg 2 kali perhari.

KI/perhatianGangguan konduksi (sinoatrial blok,AV blok tingkat 2 dan 3), sinus bradikardia parah atau sick sinus syndrome, gagal jantung yang disertai penyakit paru. Asma bronkial, bronkitis kronik, emfisema paru-paru, hipersensitif terhadap carvedilol.

ESPusing, sakit kepala, rasa lelah, bradikardi.

Sediaan Tab 6,25 mg, 25 mg

Perdarahan saluran cerna ObatOctreotide

Indikasi Akromegali, diare pada sindrom karsinoid, diare pada VIPoma. Pankreatitis kronik, mengatasi hipoglikemia akibat sulfonil urea dan perdarahan varises esophagus.

Cara/dosis Tumor gastroentero pankreas : dosis awal 50 -100 mcg/hari SC 2 sampai 4 kali sehari. Ditingkatkan bertahap hingga 100-200 mcg 3 kali sehari. Perdarahan varises esofagus: somatostatin 250 mcg dilanjutkan dengan drip 250 mcg/jam. Atau octreotide 100 mcg/ 2 jam, sampai perdarahan berhenti.

KI/perhatian Perhatian pada insulinoma, diabetes, hamil, laktasi.

ESReaksi lokal, mual, muntah, stetorea, pankreatitis akut

IO Menurunkan absorbsi siklosporin, simetidin.

Sediaan Sandostatin Inj 100 mcg/mL

ObatAsam Traneksamat (transamin)

Indikasi Perdarahan pada hemoptisis, perdarahan saluran cerna seperti hematemesis, melena, hemoroid.

KI/perhatian Hipersensitif terhadap tranexamic acid, kelainan pada penglihatan warna, tromboembolik, perdarahan subarachnoid. Perhatian : kehamilan laktasi, hematuria akibat kelainan parenkim ginjal karena gumpalan fibrin dapat memperburuk keadaan. Gangguan fungsi ginjal.

ESGangguan GI, mual, muntah, anoreksia eksantema dan sakit kepala.

Sediaan Tab 500 mg, ampul 250 mg/ml

Referensi :Setyohadi, bambang. 2012. Eimed Papdi Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency In Internal Medicine). Jakarta : InternalPublishing.9. MEKANISME RUJUKAN DAN TRANSPORTASI PADA SKENARIOOleh Bhismo Prasetyo2012730119A. Syarat Rujukan Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih memungkinkan untuk dirujuk. Keadaan yang mengancam jiwa harus tertangani terlebih dahulu (A,B,C,D,E) Dokter yang merujuk menyertakan dokumen mengenai identitas pasien,hasil anamnesis dan kondisi pasien Tersedia layanan rujukan seperti transportasi dan perawat yang berpengalaman untuk ikut serta Dokter dan rumah sakit yang menerima pasien bersedia dan dapat memberikan penanganan kepada pasienB. Transportasi1. SyaratTransportasi PenderitaMemenuhi syarat :- Gangguan Pernapasan & CV telah ditanggulangi; Resusitasi bila perluSelama Tranportasi Monitor: Kesadaran Pernapasan Tekanan Darah dan Denyut nadi

2. Syarat Alat TransportasiKendaraan Darat (Ambulance,Pick up, truck,gerobak,dll) Laut (perahu,rakit,kapal,perahu motor dll) Udara (Pesawat terbang,helikopter)Yang terpenting adalah: Penderita dapat terlentang Cukup luas minimal untuk 2 penderita & petugas dapat bergerak leluasaCukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infus dapat jalan

BAB IIIKESIMPULAN3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKAJones,Bartlett Publishers, inc. 1996. Petolongan Pertama dan RJP. Edisi II. Jakarta: EGC, 1996Setyohadi, bambang. 2012. Eimed Papdi Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency In Internal Medicine). Jakarta : InternalPublishing. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34304/4/Chapter%20II.pdfrespiratory usu, buku anastesiologi Edisi XPerry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur DasarAzis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM