modul 3 ppst 3 2015.pdf
TRANSCRIPT
TI 3007
PERHITUNGAN LUAS LANTAI
PABRIK
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III
Program Studi Teknik Industri
2015
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
1
Tujuan Praktikum
Mengetahui kegunaan perancangan tata letak pabrik.
Memahami dan dapat membuat MPPC
Memahami dan dapat menentukan luas lantai pabrik
Teori Singkat
Systemic Layout Planning (SLP)
Tujuan utama dari perancangan tata letak pabrik adalah memperoleh rancangan tata letak yang
efisien, yaitu tata letak dengan pergerakan material antar departemen di dalam pabrik minimum.
Berdasarkan penelitian, ongkos pemindahan material dapat mencapai 30 - 75% dari total ongkos
produksi (Sule, 1991). Sehingga tata letak yang efisien pada akhirnya akan mengurangi ongkos
produksi.
Perancangan pabrik terdiri dari tiga bagian besar, yaitu perancangan tata letak pabrik, perancangan
material handling, dan perancangan struktur. Dalam merancang tata letak pabrik, produk dan proses
sebaiknya dirancang terlebih dahulu sehingga dapat ditentukan jenis mesin dan jumlahnya masing-
masing. Selanjutnya, hal-hal operasional seperti penjadwalan dapat ditentukan setelahnya. Oleh
karena itu, desain produk yang dilakukan adalah berupa menggambar isometric view secara
exploded dari produk yang diproduksi. Desain proses yang dilakukan adalah dengan membuat OPC
(Operation Process Chart) dan AC (Assembly Chart) sehingga menjelaskan proses yang terjadi dalam
pre-fabrikasi, fabrikasi, hingga proses perakitan mencakup nama proses, jenis mesin yang digunakan,
waktu proses, hingga alat bantu dalam proses.
Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perancangan tata letak
pabrik adalah pendekatan prosedural. Pendekatan prosedural mampu mengakomodir tujuan
kualitatif dan kuantitatif dari proses desain. Pada pendekatan ini, proses desain dibagi menjadi
beberapa tahapan dan diselesaikan secara sekuensial. Salah satu metode yang digunakan dan
terbukti mampu menyajikan panduan desain tata letak adalah SLP (Systematic Layout Planning).
SLP memiliki 5 buah input yang biasa dikenal dengan P,Q,R,S,T, yang terdiri dari :
Product (P) : jenis produk/barang yang dibuat.
Quantity (Q) : kuantitas produk/barang yang dibuat.
Routing (R) : deskripsi alur proses produksi/perpindahan material.
Supporting (S) : fungsi pendukung untuk proses produksi/pemindahan material.
Time (T) : waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang tersebut.
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
2
Assembly Chart
Assembly Chart (AC) merupakan gambaran grafis yang mendeskripsikan urutan aliran komponen dan
sub-assembly yang akan dirakit menjadi sebuah produk. Assembly Chart bermanfaat untuk
menunjukkan komponen penyusun suatu produk dan menjelaskan bagaimana aliran perakitan
komponen-komponen tersebut. Sama seperti pembuatan Operation Process Chart (OPC), pada
bagian paling atas AC (header) dituliskan nama peta, nomor peta, status peta (eksisting/usulan),
nama pembuat peta, dan tanggal dipetakan.
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
3
Routing sheet
Routing sheet memberikan spesifikasi operasi yang dibutuhkan sebuah komponen berupa langkah
sekuensial mengenai operasi-operasi yang terkait beserta mesin yang digunakan. Routing sheet juga
memberikan informasi mengenai urutan proses, kapasitas mesin, waktu proses, dan jumlah produk
yang harus disiapkan tiap prosesnya.
Perhitungan routing sheet untuk jumlah yang diharapkan, jumlah yang harus disiapkan, dan jumlah
mesin teoritis akan dimulai dari bagian assembly. Perhitungan routing sheet assembly dijelaskan
dengan mengacu pada gambar di bawah ini.
No Nama Operasi Nama Mesin
Kapasitas
Mesin
Teoritis
Efisiensi
Mesin
Availability
Mesin
Kapasitas
Mesin
Aktual
Waktu
Proses
(Menit)
10 Rakit stack ke boiler bench I 65 92% 93% 55.614 1.078865
20 Rakit boiler ke chassis bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541
30 Rakit cab & tender bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541
100 Assembly engine
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
4
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Memindahkan permintaan engine per jam ke dalam jumlah yang diharapkan pada baris
paling bawah dari operasi assembly engine.
2. Menghitung jumlah yang harus disiapkan dengan formula sebagai berikut :
3. Menghitung jumlah mesin teoritis dengan formula sebagai berikut :
4. Jumlah yang diharapkan akan sama dengan jumlah yang harus disiapkan pada no 2
Selanjutnya dilakukan perhitungan routing sheet untuk fabrikasi. Perhitungan routing sheet fabrikasi
dijelaskan dengan gambar di bawah ini:
Engine 34 35 31 100
Gondola 68 35 31 134
Box Car 34 0 31 65
Caboose 0 70 31 101
Pack Train 34 35 31 100
Demand
Jenis
I II IIIJumlah
No Nama Operasi Nama Mesin
Kapasitas
Mesin
Teoritis
Efisiensi
Mesin
Availability
Mesin
Kapasitas
Mesin Aktual
(unit/jam)
Waktu
Proses
per unit
(menit)
Reject
Jumlah
yang
Diharapkan
Jumlah yang Harus
Disiapkan
(unit/jam)
Jumlah Mesin
Teoretis (unit
mesin)
10 Rakit stack ke boiler bench I 65 92% 93% 55.614 1.078865 0.10% 100 100.1001001 1.799908298
20 Rakit boiler ke chassis bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512
30 Rakit cab & tender bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512
35 Keringkan lem rack 280 92% 93% 239.568 0.250451 0.00% 100 100 0.417418019
40 Ampelas ujung dan inspeksi disc sand 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512
50 Cat lapisan pertama spray booth 530 92% 93% 453.468 0.132314 0.00% 100 100 0.220522727
55 Keringkan lapisan pertama oven 398 92% 93% 340.5288 0.176197 0.00% 100 100 0.293660918
60 Cat lapisan kedua spray booth 670 92% 93% 573.252 0.104666 0.00% 100 100 0.174443351
65 keringkan lapisan kedua oven 395 92% 93% 337.962 0.177535 0.00% 100 100 0.295891254
70 rakit roda, ring penutup, paku, dll bench II 35 92% 93% 29.946 2.003606 0.00% 100 100 3.339344153
80 Rakit benang dan manic bench II 310 92% 93% 265.236 0.226214 0.00% 100 100 0.377022727
100 Assembly engine
1 2 4
3
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
5
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Memindahkan jumlah boiler yang harus disiapkan per jam ke dalam jumlah yang diharapkan
pada baris paling bawah dari operasi fabrikasi boiler.
2. Menghitung jumlah yang harus disiapkan dengan formula sebagai berikut :
3. Menghitung jumlah mesin teoritis dengan formula sebagai berikut :
4. Jumlah yang diharapkan akan sama dengan jumlah yang harus disiapkan pada no 2
Selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk routing sheet pre-fabrikasi. Akan tetapi, sebelum
melakukan perhitungan routing sheet pre-fabrikasi, dilakukan perhitungan untuk kebutuhan rough
lumber fabrikasi.
No Nama Operasi Nama Mesin
Kapasitas
Mesin
Teoritis
Efisiensi
Mesin
Availability
Mesin
Kapasitas
Mesin Aktual
(unit/jam)
Waktu
Proses
per unit
(menit)
Reject
Jumlah
yang
Diharapkan
Jumlah yang Harus
Disiapkan
(unit/jam)
Jumlah Mesin
Teoretis (unit
mesin)
10 Rakit stack ke boiler bench I 65 92% 93% 55.614 1.078865 0.10% 100 100.1001001 1.799908298
20 Rakit boiler ke chassis bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512
30 Rakit cab & tender bench I 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512
35 Keringkan lem rack 280 92% 93% 239.568 0.250451 0.00% 100 100 0.417418019
40 Ampelas ujung dan inspeksi disc sand 30 92% 93% 25.668 2.337541 0.00% 100 100 3.895901512
50 Cat lapisan pertama spray booth 530 92% 93% 453.468 0.132314 0.00% 100 100 0.220522727
55 Keringkan lapisan pertama oven 398 92% 93% 340.5288 0.176197 0.00% 100 100 0.293660918
60 Cat lapisan kedua spray booth 670 92% 93% 573.252 0.104666 0.00% 100 100 0.174443351
65 keringkan lapisan kedua oven 395 92% 93% 337.962 0.177535 0.00% 100 100 0.295891254
70 rakit roda, ring penutup, paku, dll bench II 35 92% 93% 29.946 2.003606 0.00% 100 100 3.339344153
80 Rakit benang dan manic bench II 310 92% 93% 265.236 0.226214 0.00% 100 100 0.377022727
100 Assembly engine
No Nama Operasi Nama Mesin
Kapasitas
Mesin
Teoritis
Efisiensi
Mesin
Availability
Mesin
Kapasitas
Mesin
Aktual
Reject
Jumlah
yang
Diharapkan
Jumlah
yang Harus
Disiapkan
Jumlah
Mesin
Teoretis
Waktu
Proses
(Menit)
10 Rampas bagian bawah Jointer 130 92% 93% 111.228 0.30% 100.501604 100.804016 0.906283 66.20451
20 Potong panjang 4.5" Circ Saw 190 92% 93% 162.564 0.20% 100.300601 100.501604 0.618228 97.05159
30 Ampelas ujung Disc sand 110 92% 93% 94.116 0.10% 100.2003 100.300601 1.065713 56.30036
40 Drill lubang 1/2" D3/4" Drill press 80 92% 93% 68.448 0.10% 100.1001 100.2003 1.463889 40.9867
120 Boiler
1 2 3
4
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
6
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Memperhatikan tabel routing sheet fabrikasi dengan nama part yang sama dengan
kebutuhan rough lumber fabrikasi part tersebut dan memperhatikan tabel keterangan
spesifikasi rough lumber dengan jenis yang sama.
2. Memindahkan jumlah yang harus disiapkan pada operasi paling atas di tabel routing sheet
fabrikasi ke kolom jumlah kebutuhan part di tabel kebutuhan rough lumber fabrikasi.
3. Menghitung jumlah part 1 unit dengan formula sebagai berikut :
(
)
4. Menghitung jumlah kebutuhan dengan formula sebagai berikut :
5. Menghitung total kebutuhan rough lumber dengan menjumlahkan semua jumlah kebutuhan
part dengan jenis rough lumber yang sama.
∑
Setelah menghitung kebutuhan rough lumber fabrikasi, dilakukan penghitungan routing sheet untuk
pre-fabrikasi.
No Nama Operasi Nama Mesin
Kapasitas
Mesin
Teoritis
Efisiensi
Mesin
Availability
Mesin
Kapasitas
Mesin
Aktual
Reject
Jumlah
yang
Diharapkan
Jumlah
yang Harus
Disiapkan
10 Potong panjang 9.5" Circ Saw 230 92% 93% 196.788 0.30% 100.602206 100.904921
20 amplas ujung belakang Disc sand 110 92% 93% 94.116 0.10% 100.501604 100.602206
30 amplas depan rad. 1.5" Disc sand 80 92% 93% 68.448 0.10% 100.401103 100.501604
40 Drill 8 lubang paku Drill press 90 92% 93% 77.004 0.20% 100.2003 100.401103
50 Drill 1 lubang benang Drill press 230 92% 93% 196.788 0.10% 100.1001 100.2003
60 Drill 1 lubang sekrup, lubang mata Drill press 150 92% 93% 128.34 0.10% 100 100.1001
110 Chasis Engine
Tebal
(inch)
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
Tebal
(inch)
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
110 Chassis, engine 0.75 9.5 2 100.90492 1550 0.065099949
210 Chassis, Gondola 0.75 6 2 135.07738 3286 0.041106933
410 Chassis, caboose 0.75 5 2 101.81195 2972 0.034257051
Jumlah
kebutuhan
Part
Jumlah
Part 1
Unit
Jumlah
Kebutuhan
Total
Kebutuhan
Jenis Rough
Lumber
Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah
Bagian per
Unit
No Part Nama Part
Karakteristik Material
0.140463933/4" 1 146 6 3
1
2
3 4
5
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
7
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Memperhatikan baris dengan jenis rough lumber yang sama dengan routing sheet pre-
fabrikasi dengan jenis rough lumber yang sama.
2. Memindahkan total kebutuhan rough lumber ke dalam jumlah yang diharapkan pada baris
paling bawah dari operasi fabrikasi pre-fabrikasi.
3. Menghitung jumlah yang harus disiapkan dengan formula sebagai berikut :
Jumlah yang harus disiapkan pada operasi berikutnya adalah jumlah yang diharapkan pada
operasi sebelumnya.
4. Menghitung jumlah mesin teoritis dengan formula sebagai berikut :
Langkah yang sama dilakukan untuk menghitung routing sheet pre-fabrikasi komponen
lainnya.
5. Nilai jumlah yang diharapkan sama dengan jumlah yang harus disiapkan pada no 3.
Kemudian untuk menghitung kebutuhan rough lumber dari awal proses pre-fabrikasi, terlebih
dahulu dilakukan perhitungan routing sheet pre-fabrikasi per part. Perhitungan rough lumber pre-
fabrikasi dapat dijelaskan dengan mengacu pada gambar di bawah ini.
Tebal
(inch)
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
Tebal
(inch)
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
131 Side cab 0.25 2.5 2 200.6014 11715 0.017123466
133 Front cab 0.25 2 1.5 100.50191 7336 0.013699824
141 Side tender 0.25 2 1.5 201.00381 14673 0.01369889
144 Back tender 0.25 1.5 1.5 100.2004 9752 0.010274857
231 Side gondola 0.25 6 1 269.61472 6560 0.041099806
233 End gondola 0.25 1.5 1 269.34457 26216 0.010274053
431 Side caboose 0.25 4 1.5 203.82835 7439 0.027399966
433 End caboose 0.25 1.5 1.5 203.42069 19799 0.010274291
0.14384515321461.251/4"
Jumlah
kebutuhan
Part
Jumlah
Part 1
Unit
Jumlah
Kebutuhan
Total
Kebutuhan
Jenis Rough
Lumber
Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah
Bagian per
Unit
No Part Nama Part
Karakteristik Material
No Nama Operasi Nama Mesin
Kapasitas
Mesin
Teoritis
Efisiensi
Mesin
Availability
Mesin
Kapasitas
Mesin
Aktual
Reject
Jumlah
yang
Diharapkan
Jumlah
yang Harus
Disiapkan
Jumlah
Mesin
Teoretis
Waktu
Proses
(Menit)
10 potong lurus dan rampas ujung c.o saw 18 92% 93% 15.4008 0.20% 0.14471169 0.1450017 0.009415 6372.671
20 potong sesuai dengan ketebalan circ saw 41 92% 93% 35.0796 0.20% 0.14442226 0.1447117 0.004125 14544.62
30 ratakan pada ketebalan 1/4" planner 22 92% 93% 18.8232 0.20% 0.14413342 0.1444223 0.007673 7820.069
40 Potong bentuk sesuai ukuran circ saw 42 92% 93% 35.9352 0.20% 0.14384515 0.1441334 0.004011 14959.14
Rough lumber 1/4" (3 per ketebalan 5/4")
1 2
3 4
5
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
8
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Memperhatikan tabel routing sheet fabrikasi dengan nama part yang sama dengan
kebutuhan rough lumber pre-fabrikasi part tersebut serta routing sheet pre-fabrikasi rough
lumber yang sejenis.
2. Memindahkan jumlah kebutuhan di tabel kebutuhan rough lumber fabrikasi ke kolom
jumlah yang diharapkan di tabel routing sheet pre-fabrikasi rough lumber ¼”.
3. Menghitung jumlah yang harus disiapkan dengan formula sebagai berikut :
Jumlah yang harus disiapkan pada operasi berikutnya adalah jumlah yang diharapkan pada
operasi sebelumnya.
4. Memindahkan jumlah yang harus disiapkan pada tabel routing sheet pre-fabrikasi rough
lumber ke kolom jumlah kebutuhan yang harus disiapkan pada tabel kebutuhan rough
lumber pre-fabrikasi.
5. Menghitung total kebutuhan rough lumber dengan menjumlahkan semua jumlah kebutuhan
part dengan jenis rough lumber yang sama.
∑
Tebal
(inch)
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
Tebal
(inch)
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
131 Side cab 0.25 2.5 2 200.6014 11715 0.017123466
133 Front cab 0.25 2 1.5 100.50191 7336 0.013699824
141 Side tender 0.25 2 1.5 201.00381 14673 0.01369889
144 Back tender 0.25 1.5 1.5 100.2004 9752 0.010274857
231 Side gondola 0.25 6 1 269.61472 6560 0.041099806
233 End gondola 0.25 1.5 1 269.34457 26216 0.010274053
431 Side caboose 0.25 4 1.5 203.82835 7439 0.027399966
433 End caboose 0.25 1.5 1.5 203.42069 19799 0.010274291
0.14384515321461.251/4"
Jumlah
kebutuhan
Part
Jumlah
Part 1
Unit
Jumlah
Kebutuhan
Total
Kebutuhan
Jenis Rough
Lumber
Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah
Bagian per
Unit
No Part Nama Part
Karakteristik Material
No Nama Operasi Nama Mesin
Kapasitas
Mesin
Teoritis
Efisiensi
Mesin
Availability
Mesin
Kapasitas
Mesin
Aktual
Reject
Jumlah
yang
Diharapkan
Jumlah
yang
Harus
Disiapkan
Jumlah
Mesin
Teoretis
Waktu
Proses
(Menit)
10 potong lurus dan rampas ujung c.o saw 18 92% 93% 15.4008 0.20% 0.01722662 0.0172611 0.001121 53533.42
20 potong sesuai dengan ketebalan circ saw 43 92% 93% 36.7908 0.20% 0.01719217 0.0172266 0.000468 128141.7
30 ratakan pada ketebalan 1/4" planner 22 92% 93% 18.8232 0.20% 0.01715778 0.0171922 0.000913 65692.25
40 Potong bentuk sesuai ukuran circ saw 42 92% 93% 35.9352 0.20% 0.01712347 0.0171578 0.000477 125663.8
131 - Side Cab (2)
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
Lebar
(inch)
Tebal
(inch)
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
131 Side cab 0.25 2.5 2 0.017261141
133 Front cab 0.25 2 1.5 0.013809972
141 Side tender 0.25 2 1.5 0.013809031
144 Back tender 0.25 1.5 1.5 0.010357468
231 Side gondola 0.25 6 1 0.041430255
233 End gondola 0.25 1.5 1 0.010356658
431 Side caboose 0.25 4 1.5 0.027620266
433 End caboose 0.25 1.5 1.5 0.010356898
Jumlah Kebutuhan RL
yang Harus Disiapkan
Total
Kebutuhan
1/4" 146 2 1.25 3 0.14500169
Jenis Rough
Lumber
Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah
Bagian
per Unit
No. Part Nama Part
Karakteristik Material
1
2 3
4
5
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
9
MPPC
MPPC adalah tabel yang memperlihatkan aliran masing-masing komponen serta kebutuhan mesin
baik secara teoritis maupun aktual. MPPC digunakan untuk mengetahui jumlah mesin yang
dibutuhkan sesuai dengan keperluan produksi, biasanya job-shop. MPPC juga digunakan untuk
mengetahui keterkaitan produksi antara komponen suatu produk atau antar produk, bahan, bagian,
pekerjaan, atau aktivitas. Dalam membuat MPPC dibutuhkan informasi dari routing sheet berupa
jumlah mesin teoritis dan dari OPC (Operation Process Chart) berupa urutan proses.
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
10
Ukuran material per proses
1. Memperhatikan jenis material antara spesifikasi rough lumber dan ukuran material tiap proses
yang akan diisi. Jenis rough lumber yang diisi harus sama.
2. Memindahkan ukuran per unit rough lumber ke dalam input pada operasi pre-fabrikasi yang
pertama.
3. Mengikuti proses yang terjadi pada semua operasi dan memindahkannya ke kolom output.
4. Input dari suatu operasi adalah output dari operasi sebelumnya. Proses yang terjadi dipindahkan
ke output hingga proses selesai.
5. Output dari proses pre-fabrikasi adalah input pada operasi pertama dari semua kegiatan fabrikasi
dengan jenis rough lumber yang sama.
Luas lantai
Perhitungan Luas Lantai Pabrik dilakukan untuk mengetahui luas setiap departemen yang terdapat
pada lantai pabrik, yaitu receiving, gudang bahan baku utama, gudang bahan baku pembantu,
warehouse, shipping, perawatan, kantor dan pelayanan personil kantor, pelayanan produksi,
pelayanan pabrik, dan departemen- departemen yang terdapat pada bagian produksi. Pada bagian
produksi, mesin-mesin sejenis dikelompokkan dalam satu departemen, seperti mesin Circular Saw,
mesin Jointer, dan sebagainya.
Catatan: Pastikan skala (page setup) yang digunakan pada saat penyusunan departemen adalah
1:200.
Data umum :
Jumlah jam kerja / shift = 8 jam
Jumlah shift / hari = 2 shift
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
Lebar
(inch)
Tebal
(inch)
Panjang
(inch)
Lebar
(inch)
2" 146 6 2.5 3 330 Body box car 2 6 2 0.041472513 0.04147251
Jumlah Kebutuhan RL
yang Harus Disiapkan
Total
Kebutuhan
Jenis Rough
Lumber
Ukuran per Unit Rough Lumber Jumlah
Bagian
per Unit
No. Part Nama Part
Karakteristik Material
P L T P L T
10 potong lurus dan rampas ujung c.o saw 146 6 2.5 146 6 2.5
20 ratakan pada ketebalan 2" planner 146 6 2.5 146 6 2
30 potong lebar 2" circ saw 146 6 2 146 2 2
40 Ratakan lebar 2" planner 146 2 2 146 2 2
10 Rampas lebar 2" Jointer 146 2 2 146 2 2
20 Potong panjang 6" Circ Saw 146 2 2 6 2 2
30 Amplas ujung Disc sand 6 2 2 6 2 2
40 Drill 6 lubang paku Drill press 6 2 2 6 2 2
50 Drill 2 lubang kait Drill press 6 2 2 6 2 2
Ukuran Material Pada Tiap ProsesRough
LumberNo Nama Operasi Nama Mesin
Input (inch) Output (inch)
Ro
ugh
lum
be
r 2
" (3
pe
r ke
teb
alan
10
/4") Pre-Fabrikasi
330 Body Box Car
1 2
3
4
5
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
11
Jumlah hari kerja / minggu = 5 hari
Dimensi Lift Truck : 2.5 m x 1.5 m
1 inch = 0.0254 m
Perhitungan luas lantai pabrik meliputi :
Gudang Bahan Baku Utama
Gudang Bahan Baku Pembantu
Bagian Produksi
Receiving
Warehouse
Shipping
Maintenance
Sebelum menghitung luas lantai pabrik, terlebih dahulu dilakukan perhitungan ukuran material.
Tabel perhitungan ukuran material akan memudahkan dalam penentuan allowance untuk incoming
dan outgoing material.
Cara perhitungan luas lantai pabrik :
Bagian Produksi
Jumlah mesin diambil dari hasil pengolahan data tugas sebelumnya.
Allowance Orang (Pekerja dan Maintenance) ditetapkan selebar 1m.
Allowance Material pada incoming dan outgoing ditetapkan sebesar 20 % dari panjang
material terbesar. Jika panjang material lebih kecil dari lebar lift truck, maka gunakan lebar
lift truck + 20%.
Allowance Gang atau Transportasi ditetapkan sebesar 20% dari panjang material terpanjang
yang dipindahkan. Jika panjang material lebih kecil dari panjang lift truck, maka gunakan
panjang lift truck + 20%.
Allowance untuk Transportasi dan Gang ditetapkan setelah membuat layout tata letak
mesin. Besarnya allowance transportasi adalah total luas layout dikurangi oleh total luas
mesin (Luas 1 Mesin + luas incoming + luas outgoing + Maintenance + Pekerja ).
Total Luas Ruangan = Luas Layout yang dibuat.
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
12
Gudang Bahan Baku Utama
Jumlah kebutuhan rough lumber per jam diambil dari pengolahan data sebelumnya.
Kebutuhan rough lumber per lead time dihitung untuk lead time 1 minggu (dibulatkan
ke atas). Jumlah rough lumber per tumpukan = rounddown (Max. tinggi tumpukan (2 m) /
tebal rough lumber sebelum proses prefab)
Jumlah tumpukan = roundup ( kebutuhan rough lumber sejenis per lead time / jumlah rough
lumber per tumpukan)
Allowance untuk Transportasi dan Gang ditetapkan setelah membuat layout Gudang Bahan
baku Utama .
Luas allowance Transportasi dan Gang = Luas layout – Luas lantai
Luas lantai = jumlah tumpukan x panjang rough lumber x lebar rough lumber sebelum proses
prefab.
Gudang Bahan Baku Pembantu
Kapasitas produksi diambil dari Routing Sheet.
Jumlah produk per lead time dihitung untuk lead time 1 minggu (dibulatkan ke atas).
Kebutuhan bahan per lead time = jumlah produk per lead time x jumlah part per produk.
Unit received per lead time = roundup{kebutuhan bahan per lead time / (received per smaller
unit x unit received)}.
Jumlah unit received per tumpukan = rounddown {max. tinggi tumpukan (2 m) / tebal unit
received }.
Luas lantai per tumpukan = panjang unit received x lebar unit received.
Jumlah tumpukan = roundup { unit received per lead time / jumlah unit received per
tumpukan }
Allowance untuk Transportasi dan Gang ditetapkan setelah membuat layout Gudang Bahan
baku Utama .
Luas allowance Transportasi dan Gang = Luas layout – Luas lantai (luas lantai per tumpukan x
jumlah tumpukan)
Luas lantai = luas lantai per tumpukan x jumlah tumpukan
Perhitungan kebutuhan la quar, la quar thinner, glue, sand paper dan sand disc
menggunakan proporsi waktu operasi.
Receiving
Luas lantai receiving = 30 % x luas gudang (bahan baku utama dan pembantu) + allowance
100%
Warehouse
Jumlah tumpukan = produksi per minggu / jumlah dus kecil per dus besar / jumlah dus per
tumpukan (dibulatkan ke atas).
Kebutuhan dus besar = produksi per minggu / jumlah dus kecil per dus besar.
Luas lantai = jumlah tumpukan x luas per tumpukan.
Shipping
Luas lantai shipping = 10% dari luas lantai warehouse
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
13
Jenis - Jenis Layout
a. Product Layout
Pengaturan tata letak fasilitas produksi dibuat berdasar aliran produk. Tipe ini sangat popular dan sering digunakan pada pabrik yang menghasilkan produk secara massal (mass production), dengan tipe produk relatif kecil dan standar untuk jangka waktu relatif lama. Pengaturannya adalah dengan urutan operasi dari satu bagian ke bagian lain hingga produk selesai diproses. Tujuan utama layout ini adalah mengurangi pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan. Misalnya pabrik perakitan mobil, lemari pendingin, dan televisi. Layout produk adalah karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing yang terus menerus. b. Process Layout
Pada layout jenis ini mesin dan peralatan yang rnempuyai karakter atau fungsi yang sama ditempatkan
dalam satu departemen. Misalnya mesin bubut, mesin drill, dan mesin las. Layout proses dapat digunakan
sebagai suatu tipe yang menyediakan keluwesan output atau produksi berdasar pesanan, desain
produk, dan metode-metode proses pabrikasinya. Layout proses adalah karakteristik yang cocok untuk
proses manufacturing yang terputus-putus. Tata letak ini berkaitan dengan proses produksi dengan
volume rendah dan variasi tinggi, seperti mesin dan peralatan yang dikelompokkan bersama. Tata letak
yang berorientasi pada proses sangat baik untuk menangani produksi komponen dalam batch kecil, atau
disebut job-lot, dan untuk memproduksi beragam komponen dalam bentuk dan ukuran yang berbeda.
Kelemahan tata letak ini ada pada peralatan yang biasanya memiliki kegunaan umum. Pesanan akan
menghabiskan waktu lebih lama untuk berpindah dalam sistem karena penjadwalan sangat sulit,
penyetelan mesin berubah, dan penanganan bahan yang unik. Peralatan yang memiliki kegunaan umum
membutuhkan tenaga kerja terampil, dan persediaan barang setengah jadi menjadi lebih tinggi karena
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
14
adanya ketidakseimbangan proses produksi. Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan juga meningkat, dan
jumlah barang setengah jadi cukup tinggi sehingga mengakibatkan kebutuhan modal meningkat.
c. Group Technology Layout
Group Technology adalah sebuah jenis pengaturan layout dimana dilakukan pengelompokan produk
yang memiliki desain dan karakteristik manufaktur yang serupa. Pengelompokan tersebut memiliki
konsekuensi dimana mesin yang digunakan didalam sebuah sel memiliki suatu karakteristik yang
sama. Karakteristik tersebut adalah kemiripan dimensi dan proses yang dilaluinya.
d. Fixed Layout
Pengaturan material atau komponen produk akan tetap pada posisinya, sedangkan fasilitas produksi seperti peralatan, perkakas, mesin, dan pekerja yaag bergerak berpindah menuju lokasi material tersebut. Misalnya pabrik perakitan pesawat terbang, perakitan kapal, dan pembuatan gedung. Layout ini mengatasi kebutuha tata letak proyek yang tidak berpindah atau proyek yang menyita tempat yang luas.
Dibawah ini ditampilkan sebuah diagram yang menampilkan perbandingan antar beberapa jenis
layout berdasarkan klasifikasi volume-variasi:
Volume Produksi
Variasi Produk
Group Technology
(Part Family)
Layout
Process
(Job shop) Layout
Product
(Flow shop) Layout
Fixed
Layout
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
15
Referensi
Apple, James M., Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerbit ITB, Bandung 1990.
Sule, D.R. (1991), Manufacturing Facilities: Location, Planning and Design, PWS, Kent, Boston.
Sutalaksana, Iftikar Z., Ruhana Anggawisastra, Jann H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan
Teknik Industri, ITB.
Tompkins, James A., et al., Facilities Planning, John Wiley & Sons, Canada, 1996.
Outline Laporan
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Flowchart Praktikum
2. Pengolahan Data
2.1 Routing sheet
2.1.1 Assembly
2.1.2 Fabrikasi
2.1.3 Pre-Fabrikasi
2.2 Pembuatan AC
2.3 MPPC
2.4 Jumlah Kebutuhan Produksi Komponen
2.4.1 Perhitungan Ukuran Material Untuk Tiap Proses
2.4.2 Perhitungan Luas Lantai Pabrik dan Maintenance
2.4.3 Perhitungan Luas Gudang Bahan Baku Utama
2.4.4 Perhitungan Luas Gudang Bahan Baku Pembantu
2.4.5 Perhitungan Luas Lantai receiving dan Warehouse
3. Analisis
3.1 Analisis AC
3.2 Analisis pembuatan Routing Sheet
3.3 Analisis Kebutuhan Rough Lumber
3.4 Analisis pembuatan MPPC
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
16
3.5 Analisis Perhitungan Luas Pabrik dan Layout
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Lampiran- Data Teknis
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
17
Engine
Box Car
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
18
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
19
Gondola
Caboose
TI 3007 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi III Modul 3 Perhitungan Luas Lantai Pabrik
20
Bahan dan Alat Bantu yang Digunakan
1. Drive nail (P) 900 2. Wheel (P) 905 3. Washerflat (P) 910 4. String (P) 915 5. Wood bead (P) 920 6. Screw hook (P) 925 7. Screw eye (P) 930 8. Carton (P) 935 9. Carton liner (P) 936 10. Label (P) 937 11. Laquar 951 12. Laquar thinner 959 13. Gamed tape (F) 960 14. Glue (F) 961 15. Sandpaper 965 16. Sand disc 970
Penggunaan alat bantu:
1. Proses amplas : sand paper, sand disc 2. Proses rakit : glue 3. Proses cat : laquar, laquar thinner 4. Proses rakit roda : drive nail, wheel, screw hook / screw eye, washer flat
Urutan perakitan roda dari luar ke dalam: Drive nail Wheel Washer Plat Komponen