monitoring program kurikulum darurat dan modul belajar ...€¦ · pihak yang paling sering diajak...
TRANSCRIPT
2016 - 2019
INOVASI dan TASS – program kemitraan Pemerintah Indonesia dan Australia yang
dikelola oleh Palladium
Monitoring Program Kurikulum Darurat dan Modul Belajar Literasi dan Numerasi
(Hasil Survei Guru)
PUSLITJAK-INOVASI-UNICEF-TANOTO-SAVE THE CHILDREN
Latar Belakang
• Berdasarkan Keputusan Mendikbud RI Nomor 719/P/2020 tentangPedoman Pelaksanaan Kurikulum Pada Satuan Pendidikan dalam KondisiKhusus. Satuan Pendidikan dapat menggunakan: a. Kurikulum nasionalyang selama ini digunakan, b. Kurikulum darurat kondisi khusus yang sudah disesuaikan, yang dikeluarkan oleh SK Kabalitbang dan Perbukuan, c. Kurikulum yang disederhanakan secara mandiri.
• Untuk melengkapi kurikulum darurat, pemerintah telah mengembangkanmodul belajar literasi dan numerasi untuk siswa sekolah dasar. Modultersebut dibuat untuk guru, orang tua siswa dan siswa untukmemfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
• Untuk itu perlu diketahui bagaimana implementasi kurikulum kondisikhusus (darurat) dan modul belajar literasi dan numerasi tersebut.
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan Penelitian1. Bagaimana sosialisasi kurikulum darurat di lapangan?2. Bagaimana distribusi/logistik modul belajar literasi dan numerasipembelajaran kurikulum darurat?3. Bagaimana pemanfaatan modul pembelajaran oleh guru? Apa sajamanfaat yang didapatkan dari modul tersebut?
Metode Sampling Penelitian
❑ Pengambilan data dilakukan pada 3 September - 3 Oktober 2020 menggunakan survei online dan via telepon jikatidak ada akses internet.
❑ Responden berasal dari sampel PUSLITJAK, wilayah mitra pembangunan program INOVASI, TANOTO, UNICEF danSave the Children yang meliputi 15 provinsi dan 50 kabupaten/kota. Secara total 1,202 guru terlibat dalam studi ini.
❑ Mekanisme pengambilan sampling data mitra INOVASI dan PUSLITJAK:- Menggunakan metode stratified random sampling di wilayah mitra INOVASI dan PUSLITJAK dengan asumsi margin of
error sebesar 5%:- Memastikan keterwakilan sekolah dengan kualitas baik, menengah, dan di bawah*.- Melakukan proses randomisasi pemilihan sekolah dan guru untuk setiap kategori.- Melakukan verifikasi ulang dengan tim provinsi untuk memastikan responden yang terpilih sudah sesuai dengankriteria.
❑ Mekanisme pengambilan sampling data mitra UNICEF, Tanoto, dan Save the Children:- Menggunakan metode convenience sampling kepada penerima manfaat di daerah binaan mitra pembangunan
* Indeks kualitas sekolah ditentukan berdasarkan indikator yang ada di DAPODIK seperti akreditasi sekolah, ketersediaan jaringan internet, listrik,tingkat ulang kelas, rasio guru-siswa, keadaan bangunan/fasilitas sekolah, dan variabel lainnya. Indeks dikembangkan menggunakan metodestatistik Principal Component analysis (PCA)
Analisis
❑ Analisis data dilakukan dalam dua tahap:- Tahap 1: Pengolahan data di wilayah mitra INOVASI dan PUSLITJAK untuk memberikan feedback cepat
kepada PUSMENJAR (Minggu ketiga September)- Tahap 2: Pengolahan data gabungan mitra pembangunan (INOVASI, PUSLITJAK, TANOTO, UNICEF, dan Save
the Children) untuk masukan akhir dan mendapatkan data yang lebih representatif (Minggu keduaOktober)
❑ Secara umum, hasil analisis menunjukkan tren temuan yang konsisten pada tahap 1 dan tahap 2.
Keterbatasan Penelitian
❑ Dengan mayoritas data dari mitra pembangunan, studi ini memiliki kemungkinan belum representatif secaranasional. Untuk mengatasi hal ini, kami melakukan beberapa usaha untuk membuat sampel lebih representatif:
- Memastikan adanya keterwakilan responden dari lima pulau utama di Indonesia.
- Melakukan wawancara menggunakan telepon untuk menjangkau responden yang tidak memiliki jaringan internet.
- Menggunakan metode stratified random sampling di wilayah mitra INOVASI dan PUSLITJAK
- Memastikan keterwakilan sekolah dengan kualitas baik, menengah, dan di bawah.
- Melakukan proses randomisasi pemilihan sekolah dan guru untuk setiap kategori.
- Melakukan verifikasi ulang dengan tim provinsi untuk memastikan responden yang terpilih sudahsesuai dengan kriteria.
❑ Limitasi lain: Terbatasnya keterwakilan responden di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau dengan sinyal telepon;Analisis dominan masih bersifat deskriptif.
Non-PNS45%
PNS 55%
Responden
Laki-Laki21%
Perempuan79%
Kelas 120%
Kelas awal (2-3)
30%
Kelas tinggi (4-6) 50%
Kelas yang Diajar
❑ Responden berasal dari 15 provinsi yang meliputihampir seluruh wilayah Indonesia (Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua) serta mencakup 41 kabupaten dan 9 kota.
❑ Total partisipan 1.202 responden guru (sd. 3 Oktober 2020, pukul 24.00 WIB).
Respoden berdasarkan: Karakteristik Guru
Jenis Kelamin Status PNS
Responden berdasarkan: Wilayah dan Sekolah
SD 77%
MI 23%
Negeri71%
Swasta 29%
BDR76%
BDS24%
Narasumber didominasi oleh guru di Daerah Non-Tertinggal (81%), Sekolah Negeri (71%), Satuan pendidikan SD (77%), Berjenis Kelamin Perempuan(79%), Berstatus PNS (55%), dan Mengajar di kelas tinggi (50%).
19%
81%
Daerah Tertinggal Daerah Non-Tertinggal
Berdasarkan PerpresNo. 63 Th 2020
Sebagian besar guru telah mengetahui kurikulum darurat
72%
52%
34%
23%
21%
16%
Mengetahui adanya kurikulum darurat
Menggunakan kurikulum darurat
Mengetahui adanya modul belajar literasidan numerasi
Memiliki modul belajar literasi dan numerasi
Menggunakan modul belajar literasi dan numerasi
Membagikan modul belajar literasi dan numerasi kepada orang tua siswa
(Jumlah Sampel- N=1.202)
Kurikulum darurat lebih banyak diketahui dan digunakan guru di daerah non-tertinggal (N=1,202)
❑ 72% responden telah mengetahui adanya kurikulumdarurat.
❑ Mayoritas responden mengetahui informasi tersebutdari kepala sekolah dan melalui aplikasi pesan instan(WhatsApp dan sms).
❑ Dari 72% yang mengetahui adanya kurikulum darurat,52% responden menggunakan kurikulum darurat.
❑ Kurikulum darurat cenderung lebih digunakan olehresponden di wilayah non-tertinggal, sekolah BDR,dan jenjang kelas yang lebih tinggi.
❑ 48% guru yang tidak menggunakan kurikulumdarurat, mayoritas menggunakan K13 (45%) dansisanya menggunakan K2006 atau mengembangkansendiri (3%).
52%
32%
57%42%
56%48% 48%
57%
Tota
l
Tert
ingg
al
No
n-T
erti
ngg
al
BD
S
BD
R 1
2-3
4-6
Kategori daerah Moda pembelajaran Kelas yang diajar
Responden yang menggunakan kurikulum daruratN=628
72% 77%
52%
Total Daerah non-tertinggal Daerah tertinggal
Responden yang mengetahui adanya kurikulumdarurat
N=866
Belum semua guru pengguna kurikulum darurat memiliki modul belajar literasidan numerasi. Keterbatasan akses, biaya, fasilitas, dan informasi menjadipenyebabnya (N=628)
❑ Dari 628 guru yang menggunakan kurikulumdarurat, 281 (45%)* guru memiliki modulbelajar literasi dan numerasi kurikulum darurat.
❑ Rasio ini jauh lebih rendah di daerah tertinggal(28%) dibanding daerah non-tertinggal (47%).
❑ Dari guru yang memiliki modul, 50% memilikiversi soft copy; 9% memiliki versi cetak, dan; 41% memiliki keduanya.
*Atau 23% dari keseluruhan sampel (N=1202)
8%
51%
57%
43%
60%
19%
50%
65%
73%
85%
Lainnya
Keterbatasan Informasi
Keterbatasan Fasilitas
Keterbatasan Biaya
Keterbatasan Akses (Jaringan danGeografis)
Kendala dalam mendapatkan modul
daerah tertinggal daerah non-tertinggal
❑ Guru dari daerah tertinggal cenderung merasakan kendala yang lebih signifikandibandingkan guru dari daerah non-tertinggaldalam mendapatkan modul. Perbedaan paling signifikan terlihat pada keterbatasan biaya.
❑ Mayoritas responden di daerahtertinggal mendapatkan moduldari kepala sekolah (38%) dan dinas Pendidikan (29%). Sementara di daerah non-tertinggal dari kepala sekolah(35%), mencari sendiri (22%), dan rekan sesama guru (12%).
❑ Mayoritas responden baikdaerah tertinggal maupuntidak mendapatkan modultersebut melalui media pesaninstan (43% dan 51%) dan sosial media (24% dan 17%).
45% 47%
28%
Total Daerah non-tertinggal
Daerah tertinggal
Responden yang memiliki modul belajarliterasi dan numerasi
N=281
65% responden pengguna kurikulum darurat mengetahui adanya modul belajar literasi dan numerasi (daerah tertinggal 64% dan non-tertinggal 65%)
Hampir seluruh guru yang memiliki modul belajar literasi dan numerasi telah menggunakannya (N=281)
91% 91% 91%
Total Tertinggal Non-Tertinggal
Kategori daerah
Responden yang menggunakan modul kurikulum darurat dalam pembelajaran
N=256
❑ Dari 281 guru yang memiliki modul belajar literasi dan numerasi, 256 (91%) guru menggunakannya dalam kegiatanpembelajaran.*
❑ Tidak ada perbedaan antara daerah tertinggal dengandaerah non-tertinggal.
❑ 9% responden yang memiliki modul belajar literasi dan numerasi namun tidak menggunakannya, mayoritasmenggunakan buku K-13 (dijawab oleh 96% responden) disertai dengan buku bacaan lain (dijawab oleh 84% responden).
Selain itu, 53% dari responden yang menggunakan modul belajarliterasi dan numerasi juga mengaku memberi pelajaran tambahan
lain dengan mayoritas pendidikan agama, pendidikan karakter, serta muatan lokal
Rekan sesama guru, kepala sekolah, dan pengawas merupakan tigapihak yang paling sering diajak berkonsultasi ketika ada pertanyaan
mengenai penggunaan modul
*Atau 21% dari keseluruhan sampel (N=1202), atau 41% dariyang menggunakan kurikulum darurat (N=628) .
Sedikit guru yang mendistribusikan modul kepada orang tuasiswa (N=1,202)
❑ Hanya 16% guru yang telah mendistribusikan modul kepada orang tua siswa.❑ Untuk guru yang tidak mendistribusikan modul kepada orang tua, alasan didominasi oleh kekurangan biaya dan
fasilitas (39%), tantangan geografis (23%), dan orang tua/wali sudah mendapatkan dari pihak lain (18%).
23%
1%
4%
19%
53%
0%
0%
0%
15%
85%
Biaya Mandiri
Dana Bantuan Dinas
Sumbangan Orang Tua
Tidak Mengeluarkan Biaya
Dana BOS
Sumber biaya untuk mendistribusikan modul
daerah tertinggal daerah non-tertinggal
❑ Sumber utama biaya untuk mendistribusikan modul adalah dari dana BOS.
❑ Di daerah non tertinggal, sebagian guru menggunakan biaya mandiridan mendapatkan sumbangan dari orang tua.
37% guru pengguna modul mengatakan siswa menggunakan moduldalam bentuk cetak, 27% menggunakan versi file, dan 35% menggunakankombinasi keduanya. Penggunaan modul berbentuk cetak didominasioleh daerah tertinggal (69%) berbanding 35% di daerah non-tertinggal.
Banyak guru menghadapi tantangan dalam menjelaskan modulkepada orang tua (N=256)
▪ Tantangan Utama: Orang tua yang sulit ditemui,kemampuan orang tua, dan orang tua yangmenganggap pembelajaran hanya menjaditanggung jawab guru.
▪ Tantangan yang dihadapi sedikit lebih tinggi bagiguru di daerah tertinggal.
▪ Guru perempuan, dan guru di daerah tidaktertinggal lebih banyak menjelaskan modul kesemua orang tua siswa
64% 65% 71%
0%
60% 65% 65%
2%
Orang tua sulitditemui atau
dihubungi
Orang tua sulitmemahami modul
Orang tuamenganggappembelajaran
menjadi tanggungjawab guru
Lainnya
Daerah Tertinggal Daerah Non-Tertinggal
Tantangan yang dihadapi guru ketika menjelaskan modul
Guru pengguna modul di daerah tertinggal dan non-tertinggal memilikipersepsi positif terhadap modul belajar literasi dan numerasi (N=256)
+) Sesuai dengan kondisi pandemi (Seperti: BDR); Mudah dipahami; Sesuai kebutuhan siswa, tema, materi dan kurikulum; Membantu siswa belajar mandiri & kreatif. -) Kemampuan & ketertarikan siswa kurang; Tidak semua siswa memiliki modul; Materi kurang mendalam; Kurang bagian pengayaan.
+) Sesuai dengan kondisi pandemi (Seperti: BDR); Memudahkan guru dalam melaksanaan KBM; Sesuai dengan kurikulum, kebutuhan siswa dan tema serta bahan ajar guru-) Materi terbatas; Materi masih perlu penyesuaian; Kurang akses internet; Halaman terlalu banyak;
+) Gambar menarik dan sesuai konteks; Mudah dipahamI; Memotivasi anak belajar; Materi pembelajaran dan penyajian menarik; Materi ringkas.-) Kurang interaktif; Tidak semua siswa memiliki modul; Siswa masih dalam penyesuaian; Terlalu sulit; Masalah percetakan.
+) Gambar yang menarik dan sesuai konteks; Mudah dipahami; Materi pembelajaran dan/atau penyajian menarik; Materi sesuai dengan usia anak dan kondisi saat ini; Materi ringkas.-) Kurang interakrif; Kurang variatif (tema hanya terkait kecakapan hidup, sama seperti buku), Kurang akses
+) Konten bagus dan sesuai dengan siswa; Membantu siswa belajar & berpengaruh positif terhadap hasilbelajar siswa; ; Bahasa mudah dipahami; Sesuai dengan kurikulum; Tersedia Media Gambar.-) Perbedaan kemampuan siswa terutama untuk anak kelas 1; Kurang akses internet/fasilitas; Tidak adatatap muka; Siswa masih membutuhkan pendampingan guru; Siswa kurang minat baca.
+) Kurikulum/materi lebih sederhana; Bahasa mudah dipahami; Konten bagus dan sesuai dengan siswa; Sesuai buku yang digunakan & kurikulum; Sudah di sosialisasikan-) Guru masih perlu penjelasan lebih lanjut; Ada kendala penyampaian ke siswa/orang tua; Akses Modul sulit (Internet terbatas, dsb); Informasi terbatas; Materi Modul terbatas.
*Catatan: Persepsi tentang modul (termasuk untuk siswa) dilakukan oleh guru
3.8
3.4
3.8
3.5
3.7
3.5
4.1
3.6
4.1
3.9
4.1
4.0
4.1
3.6
4.1
3.9
4.1
3.9
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
Modul mudah dipahamiuntuk guru
Modul mudah dipahamiuntuk siswa
Modul tampilannya menarikbagi guru
Modul tampilannya menarikbagi siswa
Modul sesuai dengankebutuhan guru
Modul sesuai dengankebutuhan siswa
Keseluruhan Daerah Non-Tertinggal Daerah Tertinggal
Struktur dan kemenarikan gambar sudah sesuai, namun jumlah halamandan kualitas gambar saat dicetak belum memenuhi harapan guru (N=256)
UMUM
83%14%
2%
Struktur Modul:
Jelas Biasa Saja Membingungkan
13% 9%
67% 67%
18% 23%
2% 1%0% 0%
Modul berbentuk file(Softcopy)
Saat modul dicetak(Hardcopy)
Kualitas Gambar
Sangat jelas Jelas
Kurang jelas Tidak Jelas
Sangat tidak jelas
▪ 53% guru di daerah tertinggal mengatakan jumlahhalaman telah sesuai (Daerah non-tertinggal: 60%).
▪ 32% guru di daerah tertinggal mengaku kualitas gambarmenjadi kurang jelas pada saat dicetak (Daerah non-tertinggal: 23%). Hal ini menunjukkan masih adanyakendala dalam hal pencetakan modul di daerahtertinggal.
▪ 83% responden mengatakan struktur modul sudah jelas.▪ Secara umum, mayoritas responden mengatakan gambar
yang ada di modul sudah menarik.
11%
74%
14%1% 0%
Kemenarikan Gambar
Kemenarikan Gambar
Seluruhnya Sebagian besarBiasa saja Sebagian kecilTidak Menarik
5% 9%
63% 67%
0%22%
32%
1%0% 0%
Daerah Tertinggal Daerah Non-Tertinggal
Kualitas gambar saat di cetak
Sangat jelas JelasKurang jelas Tidak jelasSangat tidak jelas
60%32%
8%
Jumlah Halaman:
Sesuai Terlalu Banyak Terlalu Sedikit
Guru menganggap materi modul sudah sesuai dengan KD dan tingkatkesulitan bahan bacaan serta lembar aktivitas siswa cukup sesuai (N=256)
TINGKAT KESULITAN KESESUAIAN DENGAN KD
Alasan guru mengatakan KD sesuai adalah:- Sesuai dengan kondisi pandemik- Sesuai dengan K-13 dan bukunya.- Sesuai dengan tema/bahan ajar yang dimiliki guru.
- Sesuai dengan program PJJ.- Mudah dipahami dan jelas.
90% guru menyatakan bahwa
modul yang dibuat sudah sesuaidengan KD yang dituju.
90%84%
90%
Keseluruhan DaerahTertinggal
Daerah Non-Tertinggal
Modul Sesuai dengan KD68%
15%
17%
Tingkat Kesulitan Bacaan untuk Siswa
Sesuai Mudah Sulit
❑ 68% guru mengatakan tingkatkesulitan bahan bacaan sudahsesuai. Namun angka ini jauh lebihkecil untuk daerah tertinggal (53%)dibandingkan daerah yang tidaktertinggal (69%).
69%
11%
20%
Tingkat Kesulitan Lembar Aktivitas untuk Siswa
Sesuai Mudah Sulit
❑ 69% guru mengatakan tingkatkesulitan lembar aktivitas untuksiswa sudah sesuai.
Hampir seluruh guru pengguna modul menganggap modulbermanfaat memberikan arahan yang jelas dalam PJJ
61%
64%
79%
82%
85%
88%
93%
7%
5%
14%
12%
9%
6%
5%
32%
31%
8%
6%
6%
6%
3%
Menurunkan beban belajar siswa
Menurukan beban mengajar guru
Menjaga hasil capaian belajar siswa
Meningkatkan kualitas pembelajaran selama pandemi
Meningkatkan partisipasi belajar siswa
Membantu orang tua untuk mendukung Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di rumah
Memberikan arahan yang jelas dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Manfaat modul kurikulum darurat menurut guru
Ya Ragu-ragu Tidak
❑ Memberikan arahan yang lebih jelas, membantu orang tua, dan meningkatkan partisipasi belajar siswa menjadi tigamanfaat utama yang dirasakan oleh guru dengan adanya modul belajar literasi dan numerasi.
Kesimpulan dan Rekomendasi
SOSIALISASI:− Sebagian besar responden telah mengetahui adanya kurikulum
darurat, meskipun angka ini cenderung menurun untuk daerahtertinggal.
− Sebagian besar (65%) responden pengguna kurikulum daruratmengetahui modul belajar literasi dan numerasi.
DISTRIBUSI− Kurang dari setengah responden pengguna kurikulum darurat
memiliki modul belajar literasi dan numerasi.− Sebagian besar guru di daerah tertinggal masih mengalami
kendala mengakses modul. (T=28%, Non-T=47%)
PENGGUNAAN− Penilaian guru terhadap kualitas dan manfaat modul sudah
positif. Namun, angka ini cenderung menurun untuk guru di daerah tertinggal.
SOSIALISASI− Menggencarkan sosialisasi kurikulum dan modul belajar literasi
dan numerasi di daerah tertinggal.− Selain melibatkan dinas dan kepala sekolah, sosialisasi juga dapat
melibatkan organisasi lokal lainnya, seperti LSM, universitas, mitrapembangunan, media lokal, dsb.
DISTRIBUSI - Memberikan modul yang sudah dicetak kepada guru melalui dinaspendidikan dan kepala sekolah.- Membuat panduan/kebijakan terkait biaya pencetakan modul. - Menyesuaikan modul dengan bahan ajar yang dimiliki guru.- Menyelaraskan kebijakan pusat dan daerah terkait pengadaan modulcetak
PENGGUNAAN − Modul yang dibuat ke depan diharapkan lebih memperhatikan
konteks daerah dan lingkungan siswa yang berbeda-beda. Contoh: Perlu penyesuaian terkait materi bahan bacaan modul untuk guru di daerah tertinggal.
KESIMPULAN REKOMENDASI
Terima kasih
19