morfologi nyamuk
TRANSCRIPT
1. Morfologi nyamuk (L.O)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk betina aedes aegypti akan menggigit dan menghisap darah penderita DBD. Virus
dengue yang terhisap akan berkembang di usus nyamuk, lalu bercampur dalam kelenjar ludah
nyamuk, kemudian nyamuk akan menularkannya dengan cara menggigit manusia yang
rentan. Proses inkubasi di dalam tubuh nyamuk ini memakan waktu 10-12 hari.
Pada pagi hari (08.00-10.00) dan sore hari (15.00-17.00), nyamuk berkelana mencari
mangsanya. Setelah menggigit tubuh manusia dengan cepat perutnya membuncit yang
dipenuhi kira-kira dua hingga empat milligram darah atau sekitar 1,5 kali berat badannya.
Berbeda dengan nyamuk lain yang cukup menggigit satu mangsa pada periode setelah
bertelur hingga akhir hidupnya, aedes mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang
secara berganti-ganti dalam waktu yang singkat.
Nyamuk betina menghisap darah manusia untuk mendapatkan protein bagi keperluan
pembiakannya. Tiga hari selepas menghisap darah, ia akan menghasilkan hingga 100 butir
telur yang halus seperti pasir. Nyamuk dewasa akan terus menghisap darah dan bertelur lagi.
Apabila nyamuk betina menggigit atau menghisap darah orang yang mengalami infeksi
dengue, virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Diperlukan waktu sembilan hari oleh
virus dengue untuk hidup dan membiak di dalam air liur nyamuk. Setelah itu, nyamuk yang
sudah terjangkit virus akan membawa virus itu di dalam tubuhnya hingga akhir khidupannya.
Apabila nyamuk yang terjangkit menggigit manusia, ia akan memasukkan virus dengue yang
berada di dalam air liurnya ke dalam sistem aliran darah manusia. Setelah empat hingga enam
hari atau yang disebut sebagai periode inkubasi, penderita akan mulai mendapat demam yang
tinggi.
2. DF dan DHF bedanya serta Siklus hidup nyamuk
Penyakit DBD adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus
dengue pada manusia. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa "Demam
Dengue(DD)" atau "Demam Berdarah Dengue (DBD)". DD tidak membahayakan atau tidak
mengancam jiwa seperti DBD. Biasanya kasus seperti ini sering diistilahkan masyarakat
awam sebagai gejala demam berdarah. DD tidak akan berubah menjadi DBD. Jadi, pendapat
yang mengatakan bahwa bila penanganan tidak baik dan terlambat akan DD akan menjadi
DBD tidak benar.
Masyarakat awam sulit membedakan DD dan DBD, karena hanya diketahui dokter
berdasarkan pemeriksaan darah dan keadaan klinis penderita. Secara klinis yang
membedakan adalah pada DBD terjadi reaksi keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam
pembuluh darah keluar dan masuk ke dalam rongga perut dan rongga selaput paru. Fenomena
ini apabila tidak segera ditanggulangi dapat mempengaruhi manifestasi gejala perdarahan
menjadi sangat masif. Dalam praktik kedokteran sering kali membuat seorang dokter terpaksa
memberikan transfusi darah dalam jumlah cukup banyak.
Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan, trombosit menurun
dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Pada DBD trombosit yang menurun sangat
drastis hingga kurang dari 90.000, perdarahan yang terjadi lebih berat dan dapat disertai sesak
napas karena adanya cairan di rongga paru (efusi pleura)
3. Pemeriksaan klinis DBD (L.O)
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DBD adalah pemeriksaan darah atau sering
diistilahkan pemeriksaan darah lengkap. Gambaran hasil laboratorium yang khas adalah
terjadi peningkatan kadar hemoglobin (Hb) dan peningkatan hematokrit (HCT) disertai
penurunan trombosis kurang dari 150.00. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke-3
hingga ke-5 panas. Pemeriksaan darah pada hari pertama atau kedua panas tidak bermanfaat
dan malah menyesatkan karena hasilnya masih dalam normal, tgetapi belum menyingkirkan
penyakit DBD. Dalam perjalanannya trombosis akan terus menurun pada hari ke-3, ke-4, dan
hari ke-5, sementara pada hari ke-6 dan selanjutnya akan meningkat terus kembali ke nilai
normal. Peningkatan jumlah trombosit setelah hari ke-6 inilah mungkin yang sering dianggap
karena pengaruh pemberian jambu biji. Biasanya setelah hari ke-6 jumlah trombosit di atas
50.000, bila tidak disertai komplikasi penderita diperbolehkan pulang.
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan serologi imunoglobulin
G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM). Pemeriksaan ini selain tidak spesifik tetapi juga
harganya relatif mahal. Pada keadaan manifestasi klinis dan hasil laboratorium sudah jelas
pemeriksaan ini sebenarnya tidak perlu dilakukan. Pada kasus yang tidak jelas mungkin
pemeriksaan ini sering membantu menunjang menegakkan diagnosis DBD.
Hal lain yang sering dijumpai penderita DBD di diagnosis sebagai sebagai penyakit tifus.
Pada penderita DBD sering ditemukan juga peningkatan hasil Widal. Pemeriksaan Widal
adalah identifikasi antibodi tubuh terhadap penyakit demam tiphoid (tifus). Kejadian seperti
inilah yang menimbulkan kerancuan diagnosis DBD. Padahal pada penyakit demam tiphoid
pada minggu awal panas biasanya malah tidak terdeteksi peningkatan titer Widal tersebut.
Bila hasil pemeriksaan widal meningkat tinggi pada awal minggu pertama, tidak harus
dicurigai sebagai penyakit tifus. Sebaiknya, pemeriksaan Widal dilakukan menjelang akhir
minggu pertama panas atau awal minggu ke dua panas.
Secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan secara khusus pada penderita DBD. Penyakit
ini adalah self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri. Prinsip pengobatan
secara umum adalah pemberian cairan berupa elektrolit (khususnya natrium) dan glukosa.
Sehingga pemberian minum yang mengandung elektrolit dan glukosa, seperti air buah atau
minuman lain yang manis, dapat membantu mengatasi kekurangan cairan pada penderita
DBD. Sampai pada saat ini belum ada penelitian secara klinis yang membuktikan bahwa
pemberian jambu biji kepada penderita DBD dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam
darah.
4. Keuntungan dan kandungan jambu biji
DAUN jambu biji tua ternyata mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat
untuk mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kelompok senyawa tanin dan
flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu biji dapat
menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase yang berarti menghambat pertumbuhan
virus berinti RNA.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat
mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti,
misalnya sembelit. Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan dengan uji klinik untuk
membuktikan khasiat dengan evidence based yang lebih kuat.
Pengamatan lain yang sedang dikerjakan dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian
ekstrak daun jambu biji terhadap sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui mekanisme
kerjanya pada trombopoiesis. Juga terhadap aktivitas sistem komplemen dan sekresi TNF-
Alfa olehmonosit dalam hubungannya dengan mekanisme penurunan permeabilitas pembuluh
darah.
Pemeriksaan klinis DBD
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DBD adalah pemeriksaan darah atau sering
diistilahkan pemeriksaan darah lengkap. Gambaran hasil laboratorium yang khas adalah
terjadi peningkatan kadar hemoglobin (Hb) dan peningkatan hematokrit (HCT) disertai
penurunan trombosis kurang dari 150.00. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke-3
hingga ke-5 panas. Pemeriksaan darah pada hari pertama atau kedua panas tidak bermanfaat
dan malah menyesatkan karena hasilnya masih dalam normal, tgetapi belum menyingkirkan
penyakit DBD. Dalam perjalanannya trombosis akan terus menurun pada hari ke-3, ke-4, dan
hari ke-5, sementara pada hari ke-6 dan selanjutnya akan meningkat terus kembali ke nilai
normal. Peningkatan jumlah trombosit setelah hari ke-6 inilah mungkin yang sering dianggap
karena pengaruh pemberian jambu biji. Biasanya setelah hari ke-6 jumlah trombosit di atas
50.000, bila tidak disertai komplikasi penderita diperbolehkan pulang.
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan serologi imunoglobulin
G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM). Pemeriksaan ini selain tidak spesifik tetapi juga
harganya relatif mahal. Pada keadaan manifestasi klinis dan hasil laboratorium sudah jelas
pemeriksaan ini sebenarnya tidak perlu dilakukan. Pada kasus yang tidak jelas mungkin
pemeriksaan ini sering membantu menunjang menegakkan diagnosis DBD.
Hal lain yang sering dijumpai penderita DBD di diagnosis sebagai sebagai penyakit tifus.
Pada penderita DBD sering ditemukan juga peningkatan hasil Widal. Pemeriksaan Widal
adalah identifikasi antibodi tubuh terhadap penyakit demam tiphoid (tifus). Kejadian seperti
inilah yang menimbulkan kerancuan diagnosis DBD. Padahal pada penyakit demam tiphoid
pada minggu awal panas biasanya malah tidak terdeteksi peningkatan titer Widal tersebut.
Bila hasil pemeriksaan widal meningkat tinggi pada awal minggu pertama, tidak harus
dicurigai sebagai penyakit tifus. Sebaiknya, pemeriksaan Widal dilakukan menjelang akhir
minggu pertama panas atau awal minggu ke dua panas.
Secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan secara khusus pada penderita DBD. Penyakit
ini adalah self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri. Prinsip pengobatan
secara umum adalah pemberian cairan berupa elektrolit (khususnya natrium) dan glukosa.
Sehingga pemberian minum yang mengandung elektrolit dan glukosa, seperti air buah atau
minuman lain yang manis, dapat membantu mengatasi kekurangan cairan pada penderita
DBD. Sampai pada saat ini belum ada penelitian secara klinis yang membuktikan bahwa
pemberian jambu biji kepada penderita DBD dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam
darah.
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut yang
ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah
yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah
disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes Aegypty.
Tanda dan gejala
Virus Dengue
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala
berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah
mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah
badan — pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual,
muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu
disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera
konsultasi ke Dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut.
Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan
gejala-gejala tersebut.
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam
yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh
hingga pasien dianggap afebril.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /
menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di
bawah kulit.
Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan
dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut,
dubur dsb.
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok /
presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya
cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam
Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit,
mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.
Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan,
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom
shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.
Diagnosis
Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah
demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia
relatif.
Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah
jika terindikasi secara klinis.
Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada
menunggu akut.
Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk
menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat
dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah
platelet menurun drastis.
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok,
namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji
kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara
manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.
Epidemiologi
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika
Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di
Asia tenggrara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab
kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.
Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor
nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna
(misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan
nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat
mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.