nervus fasialis

29
NERVUS FASIALIS Pembimbing : dr. Pramushinto Adhy, Sp. THT-KL Oleh: Hardianti Rizqi Mutiara (2010730048) Mutiara Sartika Suhardi (2010730075) Yuni Rahmawati Hanifah (2010730119) STASE ILMU TELINGA HIDUNG DAN TERNGGOROKAN KEPANITERAAN KLINIK RSUD SEKARWANGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Upload: inuy

Post on 04-Jan-2016

104 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

nervus 5

TRANSCRIPT

Page 1: Nervus Fasialis

NERVUS FASIALIS

Pembimbing :

dr. Pramushinto Adhy, Sp. THT-KL

Oleh:

Hardianti Rizqi Mutiara (2010730048)

Mutiara Sartika Suhardi (2010730075)

Yuni Rahmawati Hanifah (2010730119)

STASE ILMU TELINGA HIDUNG DAN TERNGGOROKAN

KEPANITERAAN KLINIK RSUD SEKARWANGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

Page 2: Nervus Fasialis

NERVUS FASIALIS

Anatomi Nervus Fasialis

Nervus fasialis merupakan salah satu nervus kranialis yang

berfungsi untuk motorik sensorik somatik, dan aferen eferen visceral.

Gambar berikut ini memperlihatkan cabang nervus fasialis beserta otot yg

dipersarafinya. Nervus fasialis memiliki dua subdivisi, yang pertama

adalah yang mempersarafi otot ekspresi wajah kemudian yang kedua

memiliki serat yang jauh lebih tipis yaitu intermediate yang membawa

aferen otonom, somatik, dan eferen otonom.1

Gambar 1. Divisi nervus fasialis

2

Page 3: Nervus Fasialis

Gambar 2. Otot yang dipersarafi nervus fasialis1

Nervus fasialis mengandung 4 macam serabut, yaitu: 3,4,5,6

Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali

m.levator palpebrae (N.III)), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian

posterior dan stapedius di telinga tengah.

Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivarius

superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum,

rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual

dan lakrimalis.

Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua

pertiga bagian depan lidah.

Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa

raba dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh

n.trigeminus. Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf

(tumpang tindih) ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus eksterna

dan bagian luar gendang telinga.

3

Page 4: Nervus Fasialis

Tabel 1 Nervus fasialis1

Nama Komponen Asal Fungsi

Saraf fasialis Brankial eferen Nukleus fasialis Otot-otot ekspresi

wajah: M.platisma,

m.stilohioideus,

m.digastrikus

Saraf intermediat Viseral eferen Nukleus

salivatorius

superior

Nasal, lakrimal,

kelenjar liur

(sublingual dan

submandibular)

Viseral aferen

special

Ganglion genikuli Pengecapan 2/3

anterior lidah

Somatik aferen Ganglion genikuli Telinga luar, bagian

kanalis auditorius,

permukaan luar

membran timpani

(sensibilitas)

Nervus fasialis

Nukleus motorik terletak pada bagian ventrolateral tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Sewaktu di tegmentum pons, akson pertama motorik berjalan dari arah sudut pontoserebelar dan muncul di depan nervus vestibularis. Saraf intermediate muncul di antara saraf fasialis motorik dengan vestibulokoklearis. 1

4

Page 5: Nervus Fasialis

Gambar 3. Letak nukleus nervus fasialis di batang otak dilihat dari dorsal1

5

Page 6: Nervus Fasialis

Gambar 4. Nukleus nervus fasialis dari samping1

Nervus intermediate, nervus fasialis, dan nervus vestibulokoklearis

berjalan bersama ke lateral ke meatus akustikus internus. 1

6

Page 7: Nervus Fasialis

Gambar 5. Tempat keluarnya nervus fasialis dari kranium1

Di dalam meatus akustikus internus, nervus fasialis dan intermediate

berpisah dengan nervus vestibulokoklearis. 1

7

Page 8: Nervus Fasialis

Gambar 6. Perjalanan beserta cabang dan efektor nervus fasialis7

Nervus fasialis berjalan ke lateral ke dalam kanalis fasialis kemudian ke

ganglion geniculatum. Pada ujung kanalis tersebut, nervus fasialis keluar kranium

melalui foramen stilomastoideus.1

8

Page 9: Nervus Fasialis

Gambar 7. Foramen stilomastoideus, tempat keluar nervus fasialis2

Dari foramen tersebut, serat motorik menyebar ke wajah, beberapa

melewati glandula parotis. Nukleus motorik merupakan bagian dari arkus refleks

yakni refleks kornea dan refleks berkedip. Refleks kornea berasal dari membran

mukosa mata (aferen) dibawa melalui nervus V1 oftalmikus menuju ke nukleus

sensorik trigeminus utama. Di nukleus tersebut rangsang ditransmisikan ke neuron

yang berhubungan dengan nervus fasialis pada sisi yang sama. Bagian eferen dari

refleks tersebut berasal dari neuron eferen nervus fasialis.1

Refleks berkedip berasal dari mata (aferen) mengantarkan impuls optiknya

ke nukleus di tektobulbaris menyebabkan refleks berkedip jika cahaya terang.

Selain kedua refleks tersebut, impuls akustik yang berasal dari nervus

vestibulokoklearis mencapai nukleus dorsalis dan menghasilkan arkus refleks

berupa tegangan otot stapedius atau relaksasi. 1

Persarafan supranuklear dari nervus fasialis terletak pada kedua hemisfer

serebri untuk otot dahi, sedangkan otot wajah sisanya mendapat persarafan dari

girus presentralis kontralateral. 1

9

Page 10: Nervus Fasialis

Gambar 8. Jaras motorik nervus fasialis

Nervus Intermediate

Serat aferen gustatorius. Serat aferen pada gustatorik berasal dari ganglion

geniculatum yang berupa sel pseudounipolar dari ganglion spinalis, sebagian lagi

berasal dari papil lidah dua pertiga anterior. Serat aferen tersebut berjalan bersama

dengan nervus lingualis ( cabang nervus mandibulari V3) menuju ke korda

timpani kemudian ke ganglion geniculatum menjadi nervus intermedius dan

menuju ke nukleus solitarius. Nukleus tersebut menerima impuls dari nervus

glosofaringeal (sepertiga posterior lidah) dan nervus vagus (dari epiglotis). Karena

yang berperan dalam sistem pengecapan terdiri dari 3 saraf yang berbeda maka

kehilangan pengecapan total (ageusia) jarang terjadi. Dari nukleus tersebut impuls

10

Page 11: Nervus Fasialis

dikirim ke talamus kontralateral (nukleus ventroposteromedial) menuju ke regio

presentralis korteks area 43 dan insula area 52.1

Gambar 9. Jaras aferen gustatorik1

Serat somatik aferen. Serat somatik aferen berasal dari pinna, meatus akustikus eksternus, dan gendang timpani. Serat berjalan menuju ganglion geniculatum menuju nukleus sensorik nervus trigeminus. 1

Serat eferen sekretorik. Nervus intermedius terdiri dari serat parasimpatis yang

berasal dari nukleus salivatorius superior. Seratnya meninggalkan nukleus menuju

11

Page 12: Nervus Fasialis

ganglion geniculatum lanjut ke ganglion pterigopalatina dan menuju glandula

lakrimal serta mukosa nasal. Sebagian lagi menuju ganglion submandibula, lewat

nervus lingualis. Ganglion submandibula bertanggung jawab untuk sekresi

glandula submandibularis dan sublingualis berupa saliva. Aferen dari sistem ini

berasal dari sistem nervus olfaktorius. Glandula lakrimal menerima input dari

hipotalamus (emosi). Hal ini mengakibatkan jika mencium bau yang enak akan

terjadi sekresi saliva. Dan jika emosi meningkat atau sedih maka akan terjadi

lakrimasi. 1

Gambar 10. Serat eferen sekretorik nervus intermedius1

12

Page 13: Nervus Fasialis

Pemeriksaan fisik neurologis

1. Fungsi Motorik

- Pada saat diam perhatikan :

Asimetris muka (lipatan nasolabial)

Bila asimetris (dari) muka jelas, maka hal ini disebabkan oleh kelumpuhan

jenis perifer. Dalam hal ini kerutan dahi menghilang, mata kurang dipejamkan,

plika nasolabialis mendatar dan sudut mulut menjadi lebih rendah. Pada

kelumpuhan jenis sentral (supranuklir) muka dapat simetris waktu istirahat,

kelumpuhan baru nyata bila penderita disuruh melakukan gerakan misalnya ;

menyeringai.

Gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus

sardonicus, tremor dsbnya)

Ekspresi muka (Sedih, gembira, takut, seperti topeng)

- Atas perintah :

Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri

Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetris), kemudian pemeriksa

mencoba membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan

kiri)

Memperlihatkan gigi (asimetris)

Bersiul dan mencucur (asimetris/deviasi ujung bibir)

Pada penderita tak sadar dapat dilakukan dengan menekan sudut rahang untuk

melihat apakah terjadi menyeringai atau tidak

Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing)

Menarik sudut mulut kebawah (bandingkan konsistensi otot plastima kanan

dan kiri). Pada kelemahan yang ringan, kadang-kadang tes ini bisa untuk

mendeteksi kelemahan saraf fasialis pada stadium dini

- Gejala Chvostek

Gejala Chvostek dibangkitkan dengan jalan mengetok N. VII. Ketokan

dilakukan dibagian depan telinga. Bila positif, ketokan ini menyebabkan kontraksi

otot yang disarafinya. Pada tetani didapatkan gelaja Chvostek positif, tetapi ia

13

Page 14: Nervus Fasialis

dapat juga positif pada orang normal. Dasar gejala Chvostek ialah bertambah

pekanya nervus fasialis terhadap rangsang mekanik. 6

Tanda Chvostek adalah gerakan reflektorik. Cara membangkitkannya ialah

sebagai berikut. Dengan ujung jari telunjuk, tengah, dan manis cabang-cabang

nervus fasialis di depan lubang telinga diketuk-ketuk. Tanda chvostek adalh

positif kalau timbul kontraksi otot-otot fasialis sebagai jawaban atas pengetukan

pangkal cabang-cabang nervus fasialis. Tanda chvostek yang positif adalah khas

bagi tetani.

2. Fungsi pengecapan

Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda timpani, dapat

menyebabkan ageusi (hilangnya pengecapan) pada 2/3 lidah bagian depan. Untuk

memeriksanya penderita disuruh menjulurkan lidah, kemudian kita taruh pada

lidahnya bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam (hal ini dilakukan secra

bergiliran dan diselingi istirahat). Bila bubuk ditaruh, penderita tidak boleh

menarik lidahnya kedalam mulut, sebab bila lidah ditarik kedalam mulut, bubuk

akan tersebar melalui ludah ke bagian lainya, yaitu kesisi lidah lainnya atau

kebagian belakang lidah yang persarafannya diurus oleh saraf lain. Penderita

disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat, misalnya 1 untuk

rasa manis, 2 untuk rasa pahit, 3 untuk rasa asin dan 4 untuk rasa asam. 6

3. Produksi Kelenjar ludah

Dengan anamnesis (mengunyah makanan di rongga mulut yang sehat) atau

palpasi dengan jari (selaput lendir rongga mulut yang terlibat gangguan akan

terasa lebih kering/ sedikit dari pada yang sehat).

4. Lainnya

Stapedial refleks

Pemeriksa menempatkan ujung kedua stetoskop masing-masing pada

telinga kanan dan kiri, kemudian dengan perlahan-lahan diafragma stetoskop

diketuk dengan ujung jari. Bila ada kelumpuhan otot stapedius, maka penderita

14

Page 15: Nervus Fasialis

akan berusaha dengan cepat untuk melepaskan ujung stetoskop pada telinga yang

terganggu (karena mendengar suara yang keras sekali).

Tanda glabella

Ketukkan dengan refleks hammer pada glabella akan menimbulkan refleks

menutup mata (berkedip) secara terus menerus (orang normal hanya berkedip 1-2

kali saja), kedipan mata tidak akan timbul lagi pada orang-orang yang sehat.

Positif pada penderita Parkinson. Sebaliknya, pada orang dengan demensia, mata

berkedip terus seiring dengan ketukan berturut-turut pada glabela itu.

Klinis patologis lesi nervus fasialis

Paralisis atau paresis nervus fasialis adalah gangguan yang paling

umum. Dan

yang paling sering djumpai ialah paresis fasialis perifer. Untuk

membedakan berbagai lesi yang mengakibatkan timbulnya paresis fasialis,

pemeriksaan dapat mengungkapkan ciri-ciri yang khas bagi lesi masing-

masing

Pertama, dapat dibedakan gerakan fasial UMN dan gerakan fasial

LMN. Yang tersebut pertama dapat dibedakan lagi dalam gerakan voluntar

dan psikomotorik. Gerakan voluntar adalah gerakan yang dikehendaki atau

gerakan atas perintah (dokter), seperti menutup mata (atas perintah

dokter), memejamkan mata (atas kehendak sendiri), dsb. Gerakan otot

wajah psikomotorik adalah gerakan otot wajah waktu dalam keadaan

emosional, seperti mengangkat sudut mulut karena ketawa atau

merengutkan dahi pada waktu marah atau kesal.

Karena lesi di korteks somatomotorik (area 4 Brodmann) gerakan

otot wajah voluntar menunjukkan defisit, tetapi gerakan wajah

psikomotorik tidak terganggu. Sebaliknya pada kerusakan di korteks

psikomotorik (di lobus frontalis) gerakan otot wajah voluntar tidak

terganggu, tetapi gerakan otot wajah psikomotorik justru terganggu.

Kedua, gerakan otot wajah dapat juga dibedakan dalam gerakan

voluntar dan involuntar. Gerakan tersebut terakhir dijumpai sebagai

manifestasi lesi iriatif atau sebagai reflektorik. Dibawah ini akan diuraikan

15

Page 16: Nervus Fasialis

ciri-ciri manifestasi lesi paralitik di susunan nervus fasialis yang dapat

diungkapkan oleh pemeriksaan :

1) Lesi unilateral di korteks frontalis area psikomotorik : gerakan otot

wajah yang mengekspresikan emosi menunjukkan asimetri, karena

adanya defisit motorik pada belahan wajah sisi kontralateral. Pada

waktu ketawa, sudut mulut sisi kontralateral berkedudukan lebih

rendah daripada belahan wajah sisi kontralateral wajah sisi lainnya.

Tetapi gerakan otot wajah atas perintah dan voluntar dapat

dilaksanakan secara simetrik.

2) Lesi unilateral di korteks somatomotorik menimbulkan kelemahan

gerakan otot wajah bagian bawah sisi kontralateeral. Otot wajah

bagian atas, berikut muskulus orbikularis okuli, tidak paretik,

sehingga tanda bell dan lagoftalmus tidak dijumpai.

3) Lesi unilateral nuklearis menimbulkan paresis nervus fasialis jenis

LMN pada sisi ipsilateral tanpa gejala pengiring lainnya.

4) Lesi unilateral di radiks nervus fasialis, tepat pada kolikulus

fasialisnya menimbulkan paralisis nervus fasialis LMN ipsilateeral

yang bergandengan dengan paralisis nervus abdusens dan tidak

jarang disertai juga oleh sindroma fasikulus longitudinalis

medialis.

5) Lesi unilateral pada nervus fasialis disekitar meatus akustikus

internus sampai genu kanalis fasialis menimbulkan paralisis nervus

fasialis LMN ipsilateeral yang bergandengan dengan adanya

gangguan pendengaran, keseimbangan, pengecapan, dan sekresi air

liur di rongga mulut.

6) Lesi unilateral pada nervus fasialis di sekitar tebing lateral os

petrosum membangkitkan paralisis fasialis LMN ipsilateral yang

disertai oleh gangguan pengecapan dan hiperakusis dengan

utuhnya pendengaran/ keseimbangan dan sekresi air liur di mulut.

7) Lesi unilateral pada nervus fasialis di sekitar mastoid dan membran

timpani menimbulkan paralisis fasialis LMN ipsilateral yang

bergandengan dengan gangguan pengecapan.

16

Page 17: Nervus Fasialis

8) Lesi pada nervus fasialis di sekitar foramen stilomastoideum baik

yang masih berada disebelah dalam maupun disebelah luar

foramen tersebut, menimbulkan paralisis nervus fasialis LMN

ipsilateral tanpa gejala pengiring. Adapun paralisis nervus yang

disebut LMN itu ialah sesuai dengan paralisis fasialis perifer yang

dapat dipercontohkan oleh gambaran bell’s palsy.

Gangguan kontralateral dari traktus kortikonuklearis seperti infark

mengakibatkan otot dahi tetap utuh yang disebut dengan paralisis sentral. Tetapi

jika lesi terjadi di nukleus nervus fasialis maka semua otot fasial ipsilateral lesi

akan mengalami paralisis perifer.1

Berikut ini perbedaan lesi nervus fasialis perifer dan sentral, gambar:

Gambar 11. Perbedaan lesi perifer dan sentral nervus fasialis1

17

Page 18: Nervus Fasialis

Gambar 12. Perbedaan terjadinya lesi perifer dan sentral nervus fasialis10

Lesi pada nukleus fasialis biasanya terjadi karena stroke atau tumor.

Serabut di serebelopontin dapat rusak akibat meningitis basalis, neuroma akustik,

meningioma, kelainan A.basilaris.6

Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan

gerakan ekspresi emosional otot wajah. Selain itu juga berhubungan dengan

ganglia basalis. Jika bagian dari sistem piramidal ini yang terkena lesi maka akan

terjadi penurunan ekspresi wajah (hipomimia atau amimia) seperti pada penyakit

Parkinson, atau reaksi hiperkinetik yang menyebabkan spasme mimetik fasial atau

blefarospasme. Hubungan dengan talamus dan ganglia basalis tersebut tidak

diketahui secara terperinci.1

Bells palsi merupakan lesi idiopatik pada nervus fasialis yang terjadi pada

25 dari 100.000 orang per tahunnya. Karakteristiknya berupa paresis flasid dari

semua otot wajah (termasuk otot dahi), tergantung lokasi lesinya. 1

Gambar 13. Bells palsi tidak dapat menutup mata pada sisi yang sakit

Pemberian prednisolon 1mg/kg/ hari selama 5 hari menunjukkan

perbaikan klinis pada Bells palsi. Beberapa kasus penyembuhan sempurna tanpa

defisit neurologis. Beberapa di antaranya mengalami kontraktur pada wajah atau

gerakan abnormal asesorius (sinkinesia). Sinkinesia adalah otot otot tidak dapat

digerakkan satu persatu, selalu timbul gerakan bersama, misalnya jika disuruh

menutup mata maka sudut mulut pun terangkat, jika disuruh menggembungkan

18

Page 19: Nervus Fasialis

pipi mata ikut merapat. Fenomena crocodile tears merupakan fenomena unik yang

terjadi di mana terjadinya lakrimasi involunter ketika pasien makan. Hal ini dapat

terjadi karena serat saraf yang tadinya menuju ke glandula salivatorius mengalami

degenerasi dan mengakibatkan berubahnya haluannya menuju ke glandula

lakrimal, sehingga impuls yang menginduksi saliva mengakibatkan terjadinya

lakrimasi. Kontraktur pada wajah dapat dilihat dengan plika nasolabial yang lebih

jelas pada sisi yang sakit akibat tertariknya otot.1,6

Gambar 10. Lokasi lesi nervus fasialis beserta klinisnya1

Lesi herpes zoster kutaneus otikus merupakan gangguan yang terjadi pada

serat somatik aferen nervus fasialis. Lesi herpes zoster juga dapat menyerang

19

Page 20: Nervus Fasialis

ganglion geniculatum sehingga terjadi nyeri di telinga dan muka, serta paresis

fasialis (sindrom Ramsay Hunt).1,6

Gambar 11. Ramsay Hunt syndrome

Lesi nervus fasialis dapat pula terjadi pada kanalis fasialis berupa otitis

media, mastoiditis, kolesteatom, fraktur tulang temporal. Tic fasialis disebabkan

oleh spasme otot fasialis.

20

Page 21: Nervus Fasialis

DAFTAR PUSTAKA

Sidharta, Priguna. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta:

Dian Rakyat. 2010; 303-318.

Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian

Rakyat 2009; 396-402.

Mardjono, Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2008;

159-163.

Soepardi, iskandar. Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 5.

Jakarta: FK UI. 2001;85-87.

Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.2002; 139-152.

Tobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FK UI.

2007; 55-60.

Juwono. Pemeriksaan Klinik neurologik Dalam Praktek. Jakarta: FK UI.

1996; 34-36.

Frotscher, Baehr. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi,

Tanda, Gejala. EDISI 4. Jakarta: EGC. 2012; 148-155.

21