noise induced hearing loss

24
PENDAHULUAN Efek bising terhadap pendengaran mungkin terjadi sementara atau menetap. Efek ini berupa perubahan ambang batas pendengaran, bila sementara dan reversibel pada penghentian pajanan terhadap bising disebut pergeseran ambang batas pendengaran sementara dan bila berkurangnya pendengaran ireversibel disebut pergeseran ambang batas pendengaran permanen (noise induced hearing loss; NIHL) Pergeseran ambang batas sementara (temporary threshold shift, TTS) adalah berkurangnya pendengaran sementara yang dapat pulih setelah pajanan terhadap bising yang dihentikan. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali pulij dari TTS bervariasi. TTS timbul hanya dalam waktu 2 menit setelah terjadi pajanan. Semakin tinggi intensitas dan jangka waktu pajanan, semakin tinggi TTS. Nilai TTS maksimum sekitar setengah oktaf lebih tinggi daripada frekuensi kebisingan. TTS muncul pada 75dB dan 70 dB masing-masing pada frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Pemulihan TTS dimulai segera setelah pajanan dihentikan dan hampir seluruh proses pemulihan terjadi dalam waktu 16 jam. Namun kehilanagn lebih besar dari 50 dB, penyembuhan biasanya terjadi cepat setelah hari pertama. Pada 1 Noise Induced Hearing Shamalah Kandayah, Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat, Indonesia. [email protected] ( Kelompok B3)

Upload: kashwiniy

Post on 11-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

nihl

TRANSCRIPT

Shamalah Kandayah, Mahasiswi (102008276)Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat, [email protected] ( Kelompok B3)Noise Induced Hearing Loss (NIHL)

PENDAHULUANEfek bising terhadap pendengaran mungkin terjadi sementara atau menetap. Efek ini berupa perubahan ambang batas pendengaran, bila sementara dan reversibel pada penghentian pajanan terhadap bising disebut pergeseran ambang batas pendengaran sementara dan bila berkurangnya pendengaran ireversibel disebut pergeseran ambang batas pendengaran permanen (noise induced hearing loss; NIHL)Pergeseran ambang batas sementara (temporary threshold shift, TTS) adalah berkurangnya pendengaran sementara yang dapat pulih setelah pajanan terhadap bising yang dihentikan. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali pulij dari TTS bervariasi. TTS timbul hanya dalam waktu 2 menit setelah terjadi pajanan. Semakin tinggi intensitas dan jangka waktu pajanan, semakin tinggi TTS. Nilai TTS maksimum sekitar setengah oktaf lebih tinggi daripada frekuensi kebisingan. TTS muncul pada 75dB dan 70 dB masing-masing pada frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Pemulihan TTS dimulai segera setelah pajanan dihentikan dan hampir seluruh proses pemulihan terjadi dalam waktu 16 jam. Namun kehilanagn lebih besar dari 50 dB, penyembuhan biasanya terjadi cepat setelah hari pertama. Pada beberapa kasus reaksi audiologi yang ditimbulkan pulih sempurna setelah 30 hari. Diduga bahwa TTS merupakan kondisi yang mendahului terjadinya tuli secara permanen namun hal ini belum dapat dibuktikan. NIHL merupakan tuli permanen tanpa penyembuhan walaupun pajanan dihentikan. Berkurangnya pendengaran dimulai pada frekuensi 4kHz dan meluas ke frekuensi lain dengan pajanan yang terus-menerus. Cekungan yang biasanya tampak maksimum pada 4kHz dalam audiogram bersifat bilateral dan simetris. Tuli permanen dapat timbul tanpda adanya TTS.

1.0 IDENTIFIKASI PENYAKIT AKIBAT KERJALANGKAH 1: DIAGNOSIS KLINISRiwayat panyakit sekarang, dipertanyakan dahulu kualitas dan kuantitasnya, lokasi, dan lamanya Ditanyakan apakah berdengingnya mengganggu atau bertambah berat pada waktu siang atau malam hari, gejala-gejala lain yang menyertai, misalnya vertigo atau gangguan pendengaran serta gejala neurologic lain. Ditanyakan apakah berdengingnya pada satu telinga atau keduanya, apakah mengganggu aktifitas sehari-hari. Apakah pasien pernah mengkonsumsi atau lagi mengkonsumsi obat yang ototoksik seperti aminoglikosida, eritomisin, loop diuretics, ibat antiinflamasi seperti aspirin, obat anti malaria kina atau klorokuin, dan lain-lain. Bagaimana dengan kebiasaan sehari-hari seperti merokok dan minum kopo. Pasien juga hendaknya ditanyakan tentang riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik, riwayat infeksi telinga dan operasi telinga.Riwayat penyakit dahulu seperti apakah sebelum ini pernah mengalami masalah yang sama? Jika ada, ditanyakan kapan, brapa lama dan apakah pernah berobat? Riwayat penyakit keluarga juga dipertanyakan seperti apakah dalam keluarga ada anggota keluarga yang mempunyai masalah tuli dan jika ada siapa dan sejak kapan?Riwayat pekerjaan pasien juga ditanyakan seperti: Sudah brapa lama bekerja? Riwayat pekerjaan sebelumnya? Alat kerja, bahan kerja, dan proses kerja? Barang yang diproduksi/dihasilkan? Kemungkinan pajanan yang dialami? APD yang dipakai? Sudah berapa lama? Apakah masih bagus atau tidak? Apakah ada hubungan gejala dan waktu kerja? Apakah pekerja lain ada yang mengalami masalah yang sama?

A. Pemeriksaan fisikPertama dilakukan pemeriksaan tanda vital pasien seperti tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan dan suhu tubuh. Setelah itu dilakukan pemeriksaan umum dari atas kepala hingga ke kaki.Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik telinga hindung dan tenggorokan (THT) serta otoskopi harus dilakukan. Juga dilakukan pemeriksaan penala. dan pemeriksaan ini harus menyingkirkan adanya serumen, infeksi, dan perforasi membran timpani. B. Pemeriksaan penunjang: Audiometri Nada MurniAudiometri nada murni (pure tone audiometry, PTA) penting sekali pada NIHL baik untuk penyaringan (konduksi udara) dan diagnosis (konduksi tulang dan udara). Selama pemeriksaan PTA, nada murni disampaikan menuju telinga melalui earphone yang sesuai. Frekuensi yang diperiksa antara 125-8kHz (tes dilakukan minimal pada frekuensi 0, 5, 1, 2, 3, 4, dan 6 kHz) pada intensitas 0-120 dB ditingkatkan etiap 5 dB. Terdapat ambang batas intensitas nada murni yaitu nada di atas ambang tersebut akan terdengar dan sebaliknya, nada di bawah ambang tersebut tidak akan terdengar. Namun, hasil pemeriksaan dapat berbeda pada waktu pemeriksaan yang berbeda dipengaruhi ketrampilan operator alat, motivasi pekerja, dan adanya bising di sekitar tempat pemeriksaan.

Gambar 1: Contah hasil test audiometric nada murni yang menunjukkan hasil sinyal tes konduksi udara dan konduksi tulang

.C. Pemeriksaan tempat kerja: KebisinganUntuk menunjang bahwa masalah yang dialami pasien adalah disebabkan kebisingan ditempat kerja dilakukan pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan sejumlah alat ukur tingkat kebisingan dengan berbagai tingkat ketelitian. Alat ukur kebisingan adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan dan memiliki tida jenis dasar: Alat ukur keperluan umum: Relatif murah Cukup teliti untuk mengidentifikasi area yang bermasalah dengan kebisingan instrumen kualitas 1: Memberikan pembacaan teliti yang dapat digunakan dalam tindakan pengendalian kebisingan Bisa mengikutsertakan fasilitas untuk menganalisis pita gelombang (wave band analysis) dan memadukan tingkat eksposur Cukup mahal namun dibutuhkan jika pengukuran kebisingan secara teratur perlu dilakukan. Instrument presisi (precission instrument) Mengukur sejumlah fungsi-fungsi kebisingan Memberikan pembacaan yang sangat teliti Kerap disambungkan ke instrument pencatat yang mengukur tingkat kebisingan dalam satu periode waktu Sangat mahal dan memerlukan keahlian khusus untuk menggunakannyaDalam kasus ini, cukup digunakan alat ukur keperluan umum.Dosimeter diperlukan untuk mengukur eksposur terhadap kebisingan harian: Berupa instrument kecil yang dikenakan oleh pekerja Terdiri atas alat pencatat kecil dan mikrofon yang disematkan pada kerah baju di dekat telinga Mengukur dan mencatat tingkat kebisingan setiap menit dalam satu giliran-kerja Instrument sederhana yang memadukan pembacaan untuk memberikan pemajanan bising harian TWALANGKAH 2: PAJANAN YANG DIALAMIDalam langkah ini ditentukan pajanan kebisingan yang dialami saat ini dan sebelumnya dan ini didapatkan terutama dari anamnesis yang teliti dan adalah lebih baik jika ada pengukuran lingkungan pasien. LANGKAH 3: HUBUNGAN PAJANAN DENGAN PENYAKITPertama-tama diidentifikasikan pajanan yang ada. Dalam hal ini pajanannya adalah kebisingan. Dihubungkan apakah ada hubungan antara pajanan kebisingan dengan gejala penyakit yang dialami pasien berdasarkan evidence based yang didapatkan dari hasil anamnesis pada pasien dan pengukuran kebisingan pada tempat kerja. Dalam kasus ini didapatkan bahwa pasien mengeluh kedua telinga berdenging sehabis kerja sejak tiga bulan lalu dan tempat kerjanya adalah di bagian pembangkit listrik (turbin: mempunyai intensitas kebisingan melebihi 85 dBA). Pasien terpapar dengan intensitas kebisingan melebihi 85 dBA dalam 8 jam kerjanya selama 6 hari seminggu yang sangat ada hubungan antara keluhan berdenging dan pajanan kebisingan di tempat kerja.LANGKAH 4: PAJANAN CUKUP BESAR?Patofisiologis penyakitMekanisme yang mendasari NIHL diduga berupa adanya stres mekanis dan metabolik pada organ sensorik auditorik bersamaan dengan kerusakan sel sensorik atau bahkan kerusakan total organ Corti di dalam koklea. Kehilangan sel sensorik pada daerah yang sesuai dengan frekuensi yang terlibat adalah penyebab NIHL yang paling penting. Kepekaan terhadap stres pada sel rambut luar ini berada dalam kisaran 0-50 dB, sedangkan untuk sel rambut dalam di atas 50 dB. Biasanya dengan terjadinya TTS, ada kerusakan bermakna pada sel rambut luar. Frekuensi yang sangat tinggi lebih dari 8kHz memengaruhi dasar koklea.Proses MekanisBerbagai proses mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan sel rambut akibat pajanan terhadap bising meliputi:1. Aliran cairan yang kuar pada sekat koklea dapat menyebabkan robeknya membran Reissner sehingga cairan dalam endolimfe dan perilimfe bercampur yang mengakibatkan kerusakan sel rambut.2. Gerakan membran basilar yang kuat dapat menyebabkan gangguan organ Corti dengan pencampuran endolimfe dan kortilimfe yang mengakibatkan kerusakan sel rambur.3. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat langsung merusak sel rambut dengan melepaskan organ Corti atau merobek membran basilerProses di atas biasanya dapat dilihat pada pajanan terhadap bising dengan intensitas tinggi dan NIHL terjadi dengan cepat.Proses metabolikProses metabolik yang dapat merusak sel rambut akibat pajanan bising meliputi:1. Pembentukan vesikel dan vakuol di dalam reticulum endoplasma sel rambut serta pembengkakan mitokondria dapat berlanjut menjadi robekan membran sel dan hilangnya sel rambut.2. Kehilangan sel rambut mungkin disebabkan kelelahan metabolic akibat gangguan sistem enzim yang esensial untuk produksi energi, biosintesis protein, dan pengangkutan ion. 3. Cedera stria vaskularis menyebabkan gangguan kandungan kadar Na, K, dan ATP. Hal ini menyebabkan hambatan proses transport aktif dan pemakaian energi oleh sel sensorik. Kerusakan sel sensorik menimbulkan lesi kecil pada membran reticular bersamaan dengan percampuran cairan endolimfe dan kortilimfe serta perluasan kerusakan sel sensorik lain. 4. Sel rambut luar lebih mudah terangsang suara dan membutuhkan energi yang lebih besar sehingga menjadi lebih rentan terhadap cedera akibat iskemia.5. Mungkin terdapat interaksi sinergis antara bising dengan pengaruh lain yang merusak telinga. Daerah organ Corti sekitar 8 hingga 10 mm dari ujung basal (sesuai dengan daerah 4 kHz pada audiogram) dianggap sebagai daerah yang secara khas rentan terhadap kebisingan. Walaupun penjelasan mengenai cekungan 4 kHz yang paling mungkin adalah adanya ciri resonansi saluran telinga, penyebab lain juga telah dikemukan. Hal ini meliputi: daerah 4 kHz mungkin lebih rentan karena insufisiensi vaskular akibat bentuk anatomis yang tidak biasa di daerah ini dan amplitude pemindahan di dalam saluran koklea mulai terbentuk di daerah 4 kHz saat kecepatan perambatan gelombang yang berjalan masih cukup tinggi dan struktur anatomi koklea menyebabkan pergeseran cairan pada daerah 4 kHz.Efek pendengaran lain akibat bisingTinitus (suara berdenging di dalam telinga) biasanya timbul segera setelah pajanan terhadap bising dan dapat menjadi permanen pada pajanan yang terus berlangsung. Tinitus akibat pajanan terhadap bising biasanya bernada tinggi. Vertigo hanya timbul setelah mengalami pajanan yang amat kuat. Vertigo sementara dijelaskan sebagai vertigo yang erjadi setelah pajanan terhadap bising dari suara mesin jet yang berbunyi, Vertigo sementara atau permanen dapat terjadi setelah ledakan senjata api. Vertigo tidak terjadi pada pajanan industry biasa. Presbiakusis akibat usia lanjut timbul pada frekuensi tinggi adalah tambahan bagi NIHL. Efek bising pada organ selain organ pendengaranMeningkatnya kadar kebisingan juga menimbulkan reaksi stres dengan variasi detak jantung, tekanan darah, pernafasan, gula darah, dan kadar lemak darah. Bertambahnya motilitas saluran pencernaan dan tukak lambung juga dilaporkan. Penelitian mengemukakan bahwa tingkat kebisingan di atas 55 dBA menyebabkan timbulnya rasa terganggu maupun berkurangnya efisiensi.LANGKAH 5: FAKTOR INDIVIDUDalam kasus ini dapat dilihat bahwa faktor keabaian menggunakan alat pelindung diri yang baik. Pasien menggunakan penyumbat telinga sebagai alat pelindung telinga tetapi alat penyumbat telinganya sudah usang. Ini bermakna pelindungan telinga daripada kebisingan yang terpapar tidak sempurna sehingga menyebabkan berlakunya gangguan pendengaran.LANGKAH 6: FAKTOR LAIN DI LUAR PEKERJAANApakah ada hubungan gejala pasien dengan hobi seperti mendengar musik dengan menggunakan earphone atau mendengar musik atau menonton televisi dengan suara yang kuat. Juga dilihat apa ada hubungan antara gejala pasien dengan pajanan bising di rumah atau diluar rumah dan apakah pasien berkerja sambilan di tempat yang bising juga. Juga apakah dia merokok dan mempunyai gangguan psikologis seperti insomnia (

LANGKAH 7: DIAGNOSIS OKUPASIDiagnosis NIHL akibat kerja ditegakkan berdasarkan riwayat pajanan terhadap bising di tempat kerja dan tidak ditempat lainnya, pemeriksaan fisik yang telah disingkirkan penyebab tuli lain dan profil audiologi. Dari kasus ini, dari anamnesis dapat diketahui bahwa pasien mengeluh kedua telinga berdenging sehabis kerja sejak 3 bulan yang lalu dan ia bekerja di bagian pembangkit listrik (turbin) dengan sistem kerja shift yang 2-2-2-libur (berarti 8 jam kerja sehari dalam seminggu kerjanya selama 6 hari) da menggunakan ear muff yang telah usang. Dari sini dapat kita lihat bahwa pasien mengalami masalah berdenging bukan karena terpapar dengan bising lain seperti music dengan menggunakan earphone maupun karena penggunaan obat ototoksik. Jadi gangguan pendengaran yang dialami pasien ini murni karena kebisingan ditempat kerja. Hal ini diperkuatkan lagi dari anamnesis bahwa pasien menggunakan penyumbat telinga yang usang sewaktu bekerja. Jadi dari kasus ini pasien mengalami penyakit akibat kerja NIHL.2.0 GAMBARAN KLINIS NIHLTuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (speechdiscrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkankesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi,seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali.Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan danakhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi.Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise induced hearing loss)adalah: Bersifat sensorineural Hampir selalu bilateral Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing loss). Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang signifikan. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz,dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun.Selain pengaruhterhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyaipengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguankonsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan pendengaranyang terjadi.

3.0 PENATALAKSANAANSesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung teliga terhadap bising seperti sumbat telinga, tutup telinga dan pelindung kepala.Oleh karena NIHL adalah tuli sensorineural koklea yang bersifat menetap (irreversible), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu dengan / ABD (hearing aid). Apabila pendengarannya telah sedemikian buruk, sehingga pemakaian ABD pun tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapi agar dapat menerima keadaannya. Latihan pendengaran (auditory training) agar dapat menggunakan sisa pendengarannya dengan ABD secara effisien dibantu dengan membaca ucapan bibir (lip reading), mimik, dan gerakan anggota badan, serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi. Di samping itu, oleh karena pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah, rehabilitasi suara juga diperlukan agar dapat mengendalikan volume, tinggi rendah dan irama percakapan. Pada pasien yang telah mengalami tuli total bilateral dapat dipertimbangkan untuk pemasanagn implant koklea (cochlear implant).

Gambar 2: Alat bantuan dengar (ABD)

4.0 PROGNOSISOleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati denga obat maupun pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh karena itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya ketulian.5.0 PENCEGAHAN: PROGRAM PERLINDUNGAN PENDENGARANTidak ada pengobatan untuk NIHL. Satu-satunya cara pemecahan masalah ini adalah pencegahan. Penting bahwa program pelindungan pendengaran (HCP) diselengarakan di tempat kerja yang bising. Unsur HCP yang efektif meliputi: survey kebisingan; upaya untuk mengurangi pajanan tehadap bisin melalui pengendalian kebisingan (pengendalian industri) atau pengendalian administrative, dan perlindungan pendengaran perorangan bila pengendalian tersebut tidak cukup mengurangi pajanan; pemeriksaan medis termasuk tes PTA; pemberitahuan kepada pegawai tentang bahaya bising; dan penyimpanan catatan medis dengan baik.A. Survei bisingProgram perlindungan pendengaran harus selalu diawali survei bising pendahuluan. Tujuan survei pendahuluan adalah mengenali daerah di tempat kerja yang menyebabkan pekerja terpajan terhadap tingkat kebisingan yang membahayakan. Survei bising pendahuluan harus mampu memberikan informasi ada atau tidaknya masalah kebisingan, besarnya permasalahan, dan menemukan daerah yang membutuhkan survei bising terperinci. Survei bising terperinci memberikan informasi tingkat kebisingan di berbagai temoat kerja untuk dapat membuat pedoman pengendalian industry dan administrative. Survei ini akan memberikan batasan daerah yang memerlukan perlindungan dengan terhadap kebisingan dan mengetahi pegawai mana yang harus dimasukkan ke dalam program tes audiometric. Survei bising perlu dilakukan dengan memakai pengukur tingkat suara yang telah diakuiyang dipasang pada skala A reaksi lambat. Informasi yang diperoleh dari survey ini akan memberikan informasi apakah pekerja terpajan di atas action level dan tingkat pajanan yang masih diperbolehkan (permissible exposure level, PEL) yang sudah ditetapkan peraturan mengenai bahaya di tempat kerja. Action level dan PEL secara umum berdasarkan nilai ambang batas (threshold limit value, TLV). TLV untuk bising menunjukkan tingkat tekanan suara dan lama pajanan yang mewakili keadaan yang diyakini tidak memberikan efek buruk pada kemampuan pekerja untuk mendengar dan mengerti pembicaraan normal bila pekerja terpajan berulang kali. TLV telah ditetapkan American Conference of Govermental Industrial Hygienists (AGGIH) sebagai rekomendasi atau pedoman mengendalikan bahaya kesehatan potensial. TLV telah dimasukkan ke dalam peraturan atau digunakan sebagai standard diberbagai Negara, musalnya action level setara dengan tingkat suara terus-menerus 85 dBA atau dosis kebisingan harian sama dengan 0,5 dan PEL setara dengan suara terus-menerus sebesar 90 dBA atau dosis kebisingan harian sama dengan 1 di bawah peraturan bising pabrik dan mesin pada tahun 1989 di Malaysia. Harus diakui bahwa penerapan TLV tidak dapat melindungi semua pegawai dari efek buruk pajanan terhadap bising. TLV dipakai untuk memberi pedoman lamanya pajanan yang diperbolehkan. Kriteria bising yang dapat diterima adalah keputusan masyarakat. Disarankan bahwa pengurangan tingkat pajanan terhadap bising diperbolehkan dari 90 dBA menjadi 85 dBA akan melindungi NIHL sebesar 99% dari 96% populasi bekerja selama rata-rata sepanjang waktu hidup. Mengenai sosial ekonomi telah diperhitungkan pada pencapaian PEL yang dipakai mengugunakan standar yang ditetapkan.B. Pengendalian industriPengetahuan lengkap mengenai proses diperlukan untuk menentukan apakah bising dikendalikan pada sumbernya atau pada jalurnya. Tindakan pengendalian bising pada sumbernya meliputi:eliminasi, substitusi atau reduksi kebisingan sampai dibawah NAB. Mereduksi kebisingan dapat dilakukan dengan penggantian alat menggunakan alat dengan tingkat kebisingan yang lebih kecil;pemindahan sumber bising lebih jauh dari operator (relokasi); pengurangan getaran menggunakan bahan yang dapat meyerap getaran; dan pemakaian peredam aliran udara dan gas. Tindakan pengendalian bising yang digunakan pada jalurnya meliputi: perisai akustik, tembok penghalang, penutupan sebagian atau seluruh sumber bising. Untuk hal ini perencanaan harus sempurna dan bahan-bahan yang dipakai harus mampu menyerap suara. Bahan-bahan penutup harus dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan yang menyerap suara agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat.Pada prinsipnya, pengendalian bising dapat melibatkan penggantian alat, pemindahan alat, isolasi getaran, peredam permukaan, penghalang, penutup, saringan, dan perubahan desain sumber. C. Pengendalian administratifBila pengendalian industri tidak mungkin dilakukan, pengendalian administrative dapat diperkenalkan untuk mengurangi pajanan pegawai secara perorangan. Dengan prinsip persamaan energi mengizinkan pertukaran antara tingkat bising dan lama pajanan. Lama pajanan yang diperbolehkan bergantung pada tingkat pajanan yang diperbolehkan atau dosis harian 1.Bila tingkat pajanan bervariasi dalam satu hari, dosis bising per hari perlu dihitung untuk menjamin dosis bising per hari kurang dari 1, yaitu kepatuhan.Pengendalian administrasi dapat dilaksanakan dengan menukar pegawai di daerah bising tinggi dengan mereka yang di daerah tinggi rendah selang waktu tertentu. Hal ini juga melibatkan penjadwalan waktu pengoperasian sedemikian rupa agar dapat mengurangi jumlah pegawai yang terpajan tingkat kebisingan tinggi.8 jam TWA db (A)Dosis per hariJumlah pajanan

80,00,2516

85,00,58

90,01,04

95,02,02

100,04,01

105,08,0

110,016,0

115,032,01/8

Tabel 1: Lama pajanan yang diperbolehkan menurut tingkat pajanan yang diperbolehkan (8 jam TWA dan dosisnya)D. Alat pelindung pendengaranPerlindungan pendengaran diselenggarakan untuk melengkapi tindakan pengendalian seperti yang disebutkan di atas. Tujuan utama pemakaian pelindung pendengaran adalah secara ekonomis mengurangi pajanan yang berbahaya hingga pada tingkat aman bagi telinga pegawai untuk mencegah kehilangan pendengaran. Alat pelindung pendengaran harus disediakan secara gratis bagi semua pekerja yang terpajan tingkat bising di atas 85 dB. Alat ini terdiri dari dua jenis utama:1. Sungkup telinga (Ear muff) Menutup penuh kedua daun telinga (mirip dengan perangkat-kepala) Harus terpasang dengan baik di kepala Ikat kepala atau bandana dapat mengganggi alat pelindng lainnya Desain khusu dapat digunakan bersama helm keras Jenis-jenis yang dilengkapi radio penerima di tutup telinga (earcup) disangsikan karena bising radio dapat mengganggi mendengar alarm peringatan Dapat membuat telinga panas dan tidak nyaman2. Sumbat telinga (Ear plug) Jenis permanen: Harus sesuai dengan setiap pekerja Harus dijaga kebersihannya dengan cermat agar tidak memasukkan kotoran ke dalam saluran telinga dan menyebabkan peradanagan sehingga tidak dapat menggunakan alat ini lebih lanjut Jenis sekali pakai: Biasanya diletakkan di mesin dispenser untuk dapat diambil oleh pekerja yang membutuhkannya Hanya dapat dipakai satu kali Murah namun efektif Beberapa jenis alat ini perlu dipelintir dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk sebelum dimasukkan ke dalam telingan tangan harus bersih sebelum melakukannya Tidak mengganggu pakaian atau alat pelindung lainnya.

Gambar 3: Earplug dan earmuff

Pegawai harus dapat memilih pelindung pendengaran dan diberi pelatihan mengenai cara pemakaian dan pemeliharaannya. Pengepasan pelindung pendengaran yang sesuai adalah penting karena terdapat variasi diameter dan bentuk kanal telinga. Kadang-kadang ada masalah yang dihadapi dalam menemukan penyumbat telinga yang cocok bagi beberapa orang dan pesanan yang sesuai ukuran mungkin diperlukan. Jenis pelindung pendengaran yang dipakai bergantung pada faktor pelemahan (angka pengurangan bising) dan ciri spektrum lingkungan bising tempat pegawai bekerja.E. Program tes audiometriAudiometri bukan pengganti pengendalian bising. Namun program tes audiometric termasuk data dasar, audiometri berkala, dan pada akhir pekerjaan sebagai pegawai sangat berguna dalam program berguna dalam program perlindungan pendengaran. Supervisi pegawai, audiometer yang berkalibrasi dan disetujui, serta kompartemen yang sesuai sangat diperlukan.Data dasar audiometer dilakukan saat pertama kali masuk ke tempat kerja (paling mudah bila pemeriksaan ini dimasukkan ke dalam bagian pemeriksaan kesehatan sebelum diterima bekerja) untuk menilai tingkat pendengaran seseoran dan menggunakannya sebagi rujukan hasil tes audiometric yang dilakukan di kemudian hari.Audiometri dilakukan berkala (tiap tahun atau tiap dua tahun sekali) untuk memonitor adanya pendengaran berkurang di antara pekerja yang bekerja di area bising. Disarankn bahwa saat ia mengakhiri pekerjaannya sebagai pegawai di tempat tersebut dilakukan pemeriksaanaudiometri untuk mengkaj jumlah kehilangan pendengaran (bila ada) yang terjadi selama ia bekerja sebagai pegawai. Pegawai harus terhindar pajanan bising yang tinggi setidaknya 16 jam sebelum dilakukan pemeriksaan audiometrik untuk data dasar dan 8 jam sebelum pemeriksaan audiometric berkala.Audiometer yang dipakai untuk PTA harus sesuai dengan standar nasional ata inernasional. Petunjuk kalibrasi harus diikut secara ketat. Bising pada latar belakang harus kecil dan memenuhi standard yang ditentukan. Tes audiometeri harus dilakukan oleh petugasyang telah terlatih dan diawasi dokter. Ketentuan ini sudah dumasukkan dalam peraturan.Diagnosis NIHL ditegakkan bila memang terjadi pajanan terhadap bising dan penyebab lain dapat disingkirkan. Sementara NIHL umumnya dimasukkan ke dalam daftar penyakit akibat kerja yang diberi kompensasi, jumlah kompensasi bervariasi tergantung seberapa berat derajat kecacatan yang terjadi. Bila belum ada pedoman untuk mengkaji kecacatan, pedoman AAO dapat digunakan.Area proteksi pendengaranArea dimana pegawai dapat terpajan kebisingan lebih dari 85dBA harus diberi tanda sebagai area proteksi pendengaran dan batas dari area-area ini harus dapat ditentukan dengan jelas. Tidak ada seseorang pun diperkenankan memasuki area proteksi pendengaran selama jam kerja tanpa menggunakan alat pelindungi telinga yang memadai. F. Penyimpanan catatan medisPenyimpanan catatan medis secara tepat mengenai pajanan dan informasi mengenai kondisi pendengaran penting dalam memonitor dan keperluan medikolegal.G. Pelatihan dan pendidikanBising adalah masalah yang sudah lama terjadi di Negara industry dan pegawai menyadari bahaya pendengaran yang berhubungan dengan hal ini. Namun, hal ini mungkin tidak terjadi di Negara berkembang. Pemberitahuan kepada pekerja mengenai kelainan pendengaran yang dapat timbul akibat pajanan terhadap bising penting untuk membantu keberhasilan program perlindungan pendengaran. Hak untuk Mengetahi secara perlahan akan sampai di Negara berkembang.

6.0 RUJUKANKasus NIHL ini dirujuk kepada dokter spesialis THT untuk mendapatkan terapi non-medika mentosanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss). Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher; Ed 6. Jakarta: FKUI; 2007. 49-52.2. Rampal KG, Noorhashim I. Gangguan pendengaran. Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. 237-58.3. Simarmata L.Kebisingan dan perlindungan pendengaran. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja; Ed 3. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. 194-9.4. Shanahan F, Barahona M, Boyle PJ. Hearing loss. Current Occupational & Environmental Medicine; 4th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2007. 113-95. Christopher AP. Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Riau: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2009. 14-51