documentok

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas 1. Definisi Istilah kegemukan diartikan sebagai keadaan dimana jaringan lemak tubuh berlebihan pada jaringan bawah kulit. Obesitas berarti berat badan berlebihan yang lebih berarti penimbunan lemak pada alat-alat dalaman. Obesitas/kegemukan bisa juga diartikan sebagai keadaan tubuh akibat ketidak seimbangan jumlah makanan yang masuk disbanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh (Faisal, 2010). Secara klinis seseorang dinyatakan mengalami obesitas bila terdapat kelebihan berat sebesar 15% atau lebih berat dari berat badan idealnya. Dengan pengukuran yang lebih ilmiah, penentuan obesitas didasarkan pada proporsi lemak terhadap berat badan total seseorang. Pada pria muda normal, rata-rata lemak tubuhnya adalah 12% sedangkan pada wanita muda 26%. Pria yang memiliki lemak tubuh lebih dari 20% dari berat tubuh totalnya dinyatakan obesitas. Sementara itu wanita baru dinyatakan obesitas bila lemak tubuhnya melebihi 30% dari berat totalnya (Misnadiarly, 2007). B. Tipe-Tipe Obesitas Menurut Hirsch dan Knittle (1970) dalam Agoes, Dina (2003) berdasarkan kondisi selnya obesitas dapat digolongkan dalam beberapa tipe, yaitu : 1. Tipe Hiperplastik Obesitas yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal. Tipe ini biasa terjadi pada anak-anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal diusia anak-anak akan lebih sulit. 2. Tipe Hipertropik Obesitas tipe ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel normal, tetapi jumlah sel normal. Obesitas tipe ini terjadi

Upload: muhammad-zumrodin

Post on 28-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Obesitas

    1. Definisi

    Istilah kegemukan diartikan sebagai keadaan dimana jaringan

    lemak tubuh berlebihan pada jaringan bawah kulit. Obesitas berarti berat

    badan berlebihan yang lebih berarti penimbunan lemak pada alat-alat

    dalaman. Obesitas/kegemukan bisa juga diartikan sebagai keadaan tubuh

    akibat ketidak seimbangan jumlah makanan yang masuk disbanding

    dengan pengeluaran energi oleh tubuh (Faisal, 2010).

    Secara klinis seseorang dinyatakan mengalami obesitas bila

    terdapat kelebihan berat sebesar 15% atau lebih berat dari berat badan

    idealnya. Dengan pengukuran yang lebih ilmiah, penentuan obesitas

    didasarkan pada proporsi lemak terhadap berat badan total seseorang. Pada

    pria muda normal, rata-rata lemak tubuhnya adalah 12% sedangkan pada

    wanita muda 26%. Pria yang memiliki lemak tubuh lebih dari 20% dari

    berat tubuh totalnya dinyatakan obesitas. Sementara itu wanita baru

    dinyatakan obesitas bila lemak tubuhnya melebihi 30% dari berat totalnya

    (Misnadiarly, 2007).

    B. Tipe-Tipe Obesitas

    Menurut Hirsch dan Knittle (1970) dalam Agoes, Dina (2003) berdasarkan

    kondisi selnya obesitas dapat digolongkan dalam beberapa tipe, yaitu :

    1. Tipe Hiperplastik Obesitas yang terjadi karena jumlah sel yang lebih

    banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai

    dengan ukuran sel normal. Tipe ini biasa terjadi pada anak-anak. Upaya

    menurunkan berat badan ke kondisi normal diusia anak-anak akan lebih

    sulit.

    2. Tipe Hipertropik

    Obesitas tipe ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan

    ukuran sel normal, tetapi jumlah sel normal. Obesitas tipe ini terjadi

  • pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat badan akan lebih

    mudah dibandingkan tipe hiperplasti.

    3. Tipe Hiperplastik dan Tipe Hipertropik

    Obesitas tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal.

    Obesitas tipe ini dimulai pada anak-anak dan langsung terus setelah

    dewasa. Upaya menurunkan berat badan paling sulit dan paling beresiko

    terhadap terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degenerative

    (Agoes, 2003).

    C. Faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas

    1. Genetik

    Seringkali kita menjumpai anak-anak yang gemuk dari keluarga

    yang salah satu atau kedua orang tuanya gemuk juga. Hal ini menunjukkan

    bahwa faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur

    sel lemak dalam tubuh. Pada saat ibu hamil maka unsur sel lemak yang

    berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan

    diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan, dengan demikian

    tidak heran apabila bayi yang dilahirkan pun memiliki unsur lemak tubuh

    yang relatif sama besar.

    2. Kerusakan pada salah satu bagian otak

    Perilaku makan seseorang dikendalikan oleh sistem pengontrol

    yang terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus.

    Hipotalamus merupakan sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang

    langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar

    dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah

    dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur

    kimiawi dari darah.

    Dua bagian dari hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan

    makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan

    (awal atau pusat makan), hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas

    merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil

    penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak

  • untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan

    dan minum (diberi infuse). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian

    HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.

    3. Pola makan berlebihan

    Pola makan berlebihan cenderung dimiliki oleh orang yang

    kegemukan. Orang yang kegemukan biasanya lebih responsif dibanding

    dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap isyarat lapar

    eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan.

    Mereka cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada

    saat ia lapar. Pola makan yang berlebihan inilah yang menyebabkan

    mereka sulit untuk keluar dari kegemukan apabila tidak memiliki kontrol

    diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

    4. Kurang gerak/olah raga

    Berat badan berkaitan erat dengan tingkat pengeluaran energy

    tubuh. Peneluaran energi ditentukan oleh dua faktor yaitu : a) tingkat

    aktivitas dan olah ragasecara umum, b) angka metabolisme basal atau

    tingkat energy yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal

    tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung

    jawab dua pertiga dari pengeluaran energy orang normal. Walaupun

    aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga dari pengeluaran energy

    seseorang dengan berat normal, tetapi pada orang yang kegemukan

    aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Ketika berolah raga

    kolori terbakar, makin sering berolah raga maka makin banyak kalori yang

    hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme

    basal. Orang yang bekerja dengan duduk seharian akan mengalami

    penurunan metabolisme basal tubuhnya. Jadi olah raga sangat penting

    dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori,

    melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya

    metabolisme normal.

  • 5. Pengaruh emosional

    Beberapa kasus obesitas bermula dari masalah emosional yang

    tidak teratasi. Orang-orang yang tidak memiliki permasalahan menjadikan

    makanan sebagai pelarian untuk melampiaskan masalah yang dihadapinya.

    Makanan juga sering dijadikan sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan

    lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya, dengan menjadikan makanan

    sebagai pelampiasan penyelesaian masalah maka apabila tidak diimbangi

    dengan aktivitas yang cukup akan menyebabkan terjadinya kegemukan.

    6. Lingkungan/Sosial Budaya

    Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk

    menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang

    menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka

    orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan

    tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas

    tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan

    kegemukan.

    7. Sosial ekonomi

    Perubahan budaya, sikap, perilaku dan gaya hidup, pala makan,

    serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah

    makanan yang dikonsumsi (Boerhan hidajat, dkk. 2010).

    8. Pengaruh obat-obatan

    Seseorang yang dalam keadaan sakit maka bermacam-macam

    obat dapat diberikan dengan maksut untuk menyembuhkan, beberapa obat

    dapat merangsang cepat lapar sehingga pasien akan meningkatkan nafsu

    makannya. Penggunaan obat akan menyebabkan peningkatan berat badan

    (Rimbawan, 2004)

    D. Indeks Antopometri

    1. Definisi

    Pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri

    merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau atau lebih

  • pengukuran atau yang di hubungkan dengan umur. Beberapa indeks

    antropometri:

    a. Indeks Massa Tubuh (IMT)

    b. LingkarLengan Atas (LILA)

    c. Tebal Lemak Bawah Kulit (TLBK)

    d. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

    e. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

    f. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

    g. Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP)

    Penelitian ini menggunakan antropometri Rasio Lingkar

    Pinggang Panggul (RLPP). Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) dapat

    dipakai untuk mendeteksi kelebihan lemak tubuh pada seseorang dan

    akurat untuk mendeteksi risiko penyebab PJK, beberapa jenis kanker,

    hiperkolesterolemia, hipertensi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan

    bahwa RLPP akan meningkat dengan bertambahnya umur. Selain itu

    RLPP berkaitan dengan tingkat social ekonomi dan aktifitas fisik, dan

    pada pria berkaitan erat dengan konsumsi alkohol.

    Obesitas didaerah perut di ukur dengan membandingkan lingkar

    pinggang dengan lingkar panggul (Waist-to-Hip Ration=WHR). Biasanya

    menunjukkan faktor risiko yang kuat untuk DM-tipe 2. Selain itu WHR

    juga berhubungan dengan peningkatan risiko terhadap kanker payudara.

    Penelitian yang dilakukan di kodya Bogor menemukan bahwa ada

    kencenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok RLPP tinggi

    dan ditemukan lebih banyak penderita hipertensi. Selain itu RLPP 0.85

    kadar trigliserida darah melebihi batas normal demikian juga kadar

    kolesterol darah semakin meningkat, dengan demikian RLPP dapat dipakai

    sebagai indikator yang sederhana untuk mengetahui risiko penyakit

    degeneratif. Selain iti RLPP juga dapat digunakan sebagai alternatif

    pengganti Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam memprediksi kegemukan

    pada orang dewasa.

    Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat,

    jumlah kasus obesitas cenderung meningkat. Obesitas merupakan faktor

  • risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit

    jantung dan kardiovaskular. Banyak faktor yang memicu terjadinya

    obesitas, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan pola

    makan menjadi tinggi kalori dan lemak serta rendah serat, dan perubahan

    pola aktivitas masyarakat yang menjadi semakin berkurang (Tenta

    Septiana, 2010).

    Antropometri merupakan indikator yang telah lama dan sering

    digunakan dalam penentuan status gizi. Indeks antropometri yang biasa

    digunakan untuk mendeteksi obesitas antara lain Indeks Massa Tubuh

    (IMT) dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul (RLPP). Penilaiannya mudah

    dilakukan sehingga sering dicantumkan dalam semua macam penilaian

    gizi. Rasio lingkar pinggang-panggul merupakan suatu indikasi adanya

    obesitas sentral/android atau juga disebut obesitas abdominal. Obesitas ini

    erat kaitannya dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner

    (PJK), hipertensi, dan diabetes mellitus (DM) (Tenta Septiana, 2010).

    2. Syarat yang mendasari penggunaan Antropometri:

    Menurut Susilowati (2010), syarat, kelebihan dan kelemahan antropometri

    antara lain:

    a. Alat mudah didapat dan digunakan.

    b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan

    objektif.

    c. Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesionel, dapat

    oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan.

    d. Biaya relatif murah.

    e. Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point (ambang batas)

    dan baku rujukan yang sudah pasti.

    f. Secara ilmiah diakui kebenarannya.

    3. Kelebihan Antropometri :

    a. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel

    cukup besar.

  • b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.

    c. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di

    daerah setempat.

    d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.

    e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.

    f. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik

    karena sudah ada ambang batas yang jelas.

    g. Dapat mengefaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau

    dari satu generasi ke generasi berikutnya.

    h. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.

    4. Kelemahan Antropometri :

    a. Tidak sensitif: tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat,

    tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu.

    b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan

    energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran

    antropometri.

    c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi

    presisi, akurasi dan validitas pengukuran.

    d. Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran

    (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru.

    e. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas yang

    tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran.

    E. Cara Ukur Lingkar Pinggang

    Lemak di perut adalah lemak paling berbahaya. Lemak yang berada

    di perut bagian dalam ini bakal mengeluarkan asam lemak bebas dan puluhan

    hormon yang bakal menimbulkan beragam masalah seperti menaiknya

    tekanan darah, terjadinya resistensi insulin, dan masih banyak masalah lain

    yang cukup berrat seperti munculnya penyakit jantung dan stroke. Lingkar

    pinggang yang aman untuk pria, kurang dari < 0.9 cm, sedangkan wanita,

    kurang dari < 0.8 cm. Lebih dari angka itu, artinya perut Anda kelebihan

  • lemak. Bisa menjadi peringatan bahwa Anda berisiko tinggi kena penyakit

    diabetes tipe-2, kolesterol tinggi yang tak terkontrol, tekanan darah tinggi, dan

    penyakit jantung. Berikut ini cara mengukur lingkar pinggang dengan benar:

    1. Persiapan

    Gunakan meteran yang biasa digunakan untuk membuat baju. Lepaskan

    kaus dan bebaskan pinggang dari rok atau celana panjang sehingga

    bagian tengah perut terekspos. Berdirilah di depan cermin jika mungkin

    sehingga Anda dapat mengukur lingkar pinggang dengan benar.

    2. Temukan spot yang tepat

    Tekan jemari Anda pada batang tubuh di dekat bagian kanan pinggang.

    Tekan jari-jari pada kulit untuk menemukan tulang dasar panggul.

    Teruslah menekan dan pindahkan jari di sepanjang tepi tulang pinggul

    sampai Anda menemukan lengkungan atas tulang tersebut. Titik

    tertinggi akan terletak di sisi batang tubuh, hanya sedikit di bagian

    bawah tulang iga. Spot ini berada di dekat atau pada level yang sama

    dengan pusar Anda.

    3. Lingkarkan meteran

    Posisikan meteran secara horizontal di spot atas tulang pinggul.

    Kemudian lingkarkan di seputar perut dan seluruh batang tubuh.

    Pastikan meteran itu melintang secara horizontal. Tempatkan ujung

    meteran angka 0 di spot sementara sisanya melingkari perut dan batang

    tubuh.

    4. Ukur

    Jangan mengecilkan perut. Berdirilah tegak dan buang napas dengan

    lembut ketika Anda mengukur perut. Pastikan juga agar pita meteran itu

    tidak menekan kulit perut. Lihatlah pada nomor di mana angka 0

    bertemu dengan angka terakhir yang melingkari pinggang. Itulah ukuran

    pinggang Anda ( Noname, 2008)

  • Rasio Lingkar Pinggang Panggul dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    Keterangan:

    RLPP: Rasio Lingkar Pinggang Panggul.

    LPi : Lingkar Pinggang.

    LPa : Lingkar Panggul.

    F. Interpretasi Lingkar Pinggang Panggul

    Hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan standar RLPP untuk

    memprediksi tingkat risiko terhadap penyakit degeneratif sebagai berikut :

    a. Tabel Risiko/Tipe Kegemukan terhadap Penyakit Degeneratif

    berdasarkan RLPP

    Tabel. 2.1Risiko/Tipe kegemukan

    Risiko/Tipe Kegemukan RLPPPria Wanita

    Rendah/ Pear

  • H. Teknik pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul(RLPP)

    Menurut James Krider (2006), teknik pengukuran (RLPP) yaitu:

    1. WAIST

    a. Berdiri ke sisi pasien, mencari dan menandai margin rendah (titik

    terendah) dari tulang rusuk terakhir dan puncak dari ilium (atas tulang

    pinggul) dengan pena halus.

    b. Dengan pita pengukur, menemukan titik tengah dan tandai titik. Ini

    adalah meteran dan tandai titik.

    c. Pita ketegangan atas titik tengah ditandai dan meminta peserta untuk

    melengkapi diri mereka membungkusnya. catatan: Pastikan bahwa

    rekaman itu adalah horizontal di bagian belakang dan depan pasien.

    d. Minta pasien untuk:

    1) Berdiri dengan kaki mereka bersama-sama

    2) Tempatkan lengan mereka di sisi mereka dengan telapak tangan

    menghadap ke dalam, dan

    3) Hembuskan napas dengan lembut.

    e. Ukur lingkar pinggang dan membaca pengukuran pada tingkat

    rekaman itu ke 0.1cm

    f. Catat pengukuran.

    2. HIP

    a. Berdiri ke sisi pasien, dan meminta mereka untuk membantu tempat

    rekaman itu sekitar di bawah pinggul mereka.

    b. Posisi pita ukur sekitar lingkar maksimum dari bokong. Untuk wanita

    ini biasanya di tingkat pangkal paha. Untuk pria itu biasanya sekitar 2

    inci-4 bawah pusar.

    c. Minta pasien untuk:

    1) Berdiri dengan kaki mereka bersama-sama

    2) Tempatkan lengan mereka di sisi mereka dengan telapak tangan

    menghadap ke dalam, dan menghembuskan nafas dengan lembut.

    d. Periksa apakah posisi pita horizontal di seluruh tubuh.

  • e. Ukur lingkar pinggul dan membaca pengukuran pada tingkat pita

    untuk terdekat 0,1cm.

    f. Catat pengukuran.

    I. Gejala Klinis

    Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi :

    a. Apple shape body (Adroid)

    Tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang berlebihan

    dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher dan muka.

    Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause.

    Lemak yang menumpuk adalah lemak jenuh.

    b. Pear shape body (Genoid)

    Tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah yaitu

    sekitar perut, pinggul, paha dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh

    perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh. Secara

    klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain:

    1. Wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap

    2. Leher relatif pendek

    3. Dada membusung dengan payudara membesar

    4. Perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen

    5. Pada anak laki-laki : burried penis, gynaecomastia pubertas dini

    6. Genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha

    bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat

    menyebabkan laserasi kulit (Hidajat Boerhan, 2010).

    J. Resiko obesitas

    Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif.

    Penyakit-penyakit tersebut antara lain:

    1. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

    Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140

    mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHg (Kaplan N.M. , 2006).

  • Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi

    dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien

    beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak (Suhardjono, 2006).

    2. Diabetes Mellitus (DM)

    Diabetes Melitus atau yang lebih dikenal dengan singkatan DM,

    merupakan salah satu penyakit yang ditakutkan oleh orang-orang. DM

    merupakan penyakit dengan gejala peningkatan kada gula sebagai akibat

    dari gangguan insulin. Obesitas merupakan salah satu penyebab terjadinya

    DM tipe 2. Lebih dari 90% penderita DM tipe 2 memiliki status gizi

    obesitas. Pola makan dan kebiasaan makan yang salah merupakan

    penyebab terjadinya DM tipe 2 ini (Misnadiarly, 2007).

    3. Penyakit kanker

    Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan

    obesitas akan beresiko terkena kanker usus besar, rectum dan kelenjar

    prostate. Sedangkan pada wanita akan beresiko terkena kanker rahim dan

    kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi lemak total

    harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20-25%

    perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker

    payudara (Purwanti, 2001).

    4. Jantung koroner

    Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi

    sebagai manifestasi dari penurunan suplai oksigen ke otot jantung akibat

    dari penyempitan atau pnyumbatan aliran darah arteri koronaria yang

    manifestasi kliniknya tergantung pada berat ringannya penyumbatan arteri

    koronaria (PERKI dalam Rustika, 2006). Selain itu, penyakit jantung

    koroner juga membawa arti penyakit kompleks yang disebabkan oleh

    menurun atau terhambatnya aliran darah pada satu atau lebih arteri yang

    mengelilingi dan mengsuplai darah ke jantung (Justin Pearlman, 2009).

    5. Gout

    Penderita obesitas mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit

    radang sendi yang lebih serius jika di bandingkan dengan orang yang Berat

  • Badanya ideal. Penderita obesitas yang juga menderita gout harus

    menurunkan Berat Badannya secara perlahan-lahan (Purwati, 2001).

    K. Pengetahuan

    1. Definisi

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah

    orang melakukan penginderaan terhadap obyek. Penginderaan terjadi

    melalui panca indra yang meliputi indra penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

    penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

    Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan dari

    yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual dan kepakaran

    yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan

    pengalaman dan informasi baru. Ini berarti bahwa pengetahuan berbeda

    dengan informasi, informasi menjadi pengetahuan bila terjadi proses-

    proses seperti pembandingan, konsekwensi, penghubungan dan

    perbincangan.

    Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau

    segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya,

    hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu (Surajiyao,

    2007).

    2. Menurut Reiley dan Obermann (2002) membagi pengetahuan dalam 6

    domain kognitif yaitu:

    a. Tahu: Tahu mencakup ingatan fakta dan informasi yang spesifik.

    Pelajaran ditingkat ini berisi tentang proses mengingat informasi

    bukan kemampuan untuk memahami maknanya.

    b. Memahami: Pemahaman menandakan pengertian, suatu kemampuan

    untuk mengartikan atau menginterprestasikan informasi dan

    memperkirakan informasi lain diluar yang diberikan.

    c. Aplikasi: Aplikasi merujuk pada penggunaan konsep, teori dan

    abtraksi lainnya dalam situasi yang konkrit. Kemampuan untuk

  • menggunakannya memerlukan pengertian terhadap apa yang akan

    digunakan.

    d. Analisa: Mempertahankan pembelajaran yang melibatkan suatu

    pembagian materi menjadi bagian-bagian pembentuknya dan

    menentukan hubungan diantara bagian-bagian tersebut.

    e. Sintesis: Perkembangan suatu produk melalui pengembangan elemen

    dan bagian yang spesifik. Kategori ini melengkapi proses

    pembelajaran yang kreatif.

    f. Evaluasi: Mewakili prilaku pembelajaran yang paling kompleks,

    memperlihatkan kemampuan untuk membuat keputusan mengenai

    nilai berkaitan dengan kriteria internal dan eksternal.

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo dan Mubarak (2007) faktor yang mempengaruhi

    pengetahuan seseorang antara lain :

    a. Pendidikan

    Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

    terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat

    b. Pengalaman

    Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan

    tentang sesuatu yang bersifat non formal

    c. Informasi

    Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan

    memiliki pengetahuan yang lebih luas pula

    d. Lingkungan budaya

    Lingkungan dan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan

    dapat berupa sikap dan kepercayaan

    e. Sosial Ekonomi

    Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

    f. Umur

    Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

    aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis

    besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran,

  • perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri

    baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek

    psikologis dan mental, taraf berfikir seseorang semakin matang dan

    dewasa.

    g. Minat

    Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

    sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni

    suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih

    mendalam.

    L. Hubungan pengetahuan obesitas terhadap praktek

    Ahli filsafat, keraf dan Dua (2001) mengatakan bahwa pengetahuan

    dibagi menjadi 3 macam, yaitu bahwa, tau bagaimana dan tau akan.

    Pengetahuan bahwa adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu

    bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya,

    bahwa apa yang dikatakan memang benar. Jenis pengetahuan ini disebut juga

    pengetahuan teoritis, pengetahuan ilmiah, walaupun masih pada tingkat yang

    tidak begitu mendalam. Sedangkan tahu bagaimana adalah menyangkut

    bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Pengetahuan ini berkaitan dengan

    keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan

    sesuatu. tahu akan adalah jenis pengetahuan yang sangat spesifik

    menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman

    atau pengenalan pribadi. Semakin tinggi Ilmu pengetahuan lebih mudah

    menyerap informasi serta lebih tanggap tentang masalah yang di hadapi

    (Suharjo, 1996). Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang

    kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di jumpai disetiap Negara di

    dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi

    merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Penyebab lain dari

    gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan atau kemampuan untuk

    menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo,

    1993).

  • Teori Lawrence Green (1980) menganalisis perilaku manusia dari

    tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2

    faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku

    (non-behaviour causes) dan perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:

    a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

    Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah

    terwujudnya praktik atau faktor pemudah, faktor ini mencakup

    pengetahuan individu, sikap, tingkat pendidikan dan unsur-unsur lain

    dalam individu.

    b. Faktor pendukung (enabling factor)

    Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

    fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

    c. Faktor penguat

    Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

    agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan, termasuk juga disini

    undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

    daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

    Berdasarkan survai gizi dan kesehatan pada orang dewasa di 6

    kota Indonesia untuk menilai hubungan RLPP dengan jumlah lemak tubuh

    diperoleh hasil bahwa RLPP dapat dipakai untuk mendeteksi kelebihan

    lemak tubuh pada seseorang (Cahyo, 1997). Nilai RLPP bersetatus

    obesitas berat dari 0.9 sedangkan yang berstatus obesitas ringan kurang

    dari 0.8. Semakin tinggi nilai RLPP atau semakin banyak timbunan lemak

    di dalam rongga perut akan diikuti dengan tingginya kadar kolesterol LDL

    juga diikuti dengan meningkatnya kolesterol total (Wiyono, 2002).

    Menurut penelitian Gothenburg dalam Garrow (1993)

    menunjukkan bahwa seseorang dengan RLPP tinggi memberikan risiko

    PJK dan diabetes tinggi pula (RLPP merupakan indikasi dari lemak

    abdomen yang tinggi dari pada subkutan pada otot). Meningkatnya RLPP

    dapat dihubungkan dengan bahaya kesehatan, hubungan ini bersifat positif

    dengan risiko kematian akibat penyakit sirkulasi (Price, 2006). Perubahan

    usia yang di imbangi dengan penimbunan lemak tubuh juga terjadi

  • peningkatan adipose diperut. Hal ini terlihat dari tingginya RLPP (Hughes

    et.al, 2004).

    M. Cara mengukur pengetahuan

    Pengkatagorian peringkat pengetahuan obesitas pada ibu rumah

    tangga diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner dengan

    pemberian scoring pada masing-masing pertanyaan. Apabila pertanyaannya

    benar nilainya 1(satu) dan bila salah diberi nilai 0 (nol). Selanjutnya

    menghitung skor jawaban yang benar dibagi jumlah nilai keseluruhan soal

    yang benar dikali 100% sehingga jumlah angka berkisar antara 0-100. Untuk

    penyajian, hasil/penelitian dikategorikan menurut Ali Khomsan (2000):

    1. Baik: >80%

    2. Sedang: 60-80%

    3. Kurang:

  • Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

    lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

    Secara teori perubahan perilaku pada seseorang dalam

    mengadopsi perilaku baru pada umumnya mengikuti tahap-tahap proses

    perubahan yang meliputi pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),

    praktek (practice) atau yang dikenal dengan KAP. Beberapa perilaku telah

    membuktikan hal itu, namun penelitian lain juga membuktikan bahwa

    proses tersebut tidak selalu berjalan sesuai dengan KAP dan tidak jarang

    dalam praktek sehari-hari terjadi, meskipun pengetahuan dan sikap

    seseorang masih negatif namun telah berperilaku positif. Pengetahuan atau

    kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

    tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata

    perilaku yang disadari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku

    yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

    Berdasarkan beberapa penelitian tingkat pendidikan juga

    mempunyai hubungan eksponesial dengan tingkat kesehatan. Semakin

    tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat

    secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan sehingga dalam

    kehidupannya lebih kecil kemungkinan untuk terjadinya kelebihan gizi

    (Suharjo, 1996). Menurut Seidell et.al (2000) bahwa tingkat obesitas

    memiliki hubungan dengan rendahnya tingkat pengetahuan. Proporsi ibu

    rumah tangga yang bersetatus obes lebih banyak yang memiliki

    pengetahuan gizi kurang dibandingkan dengan yang berpengetahuan gizi

    baik. Hasil pengujian secara statistik pada Zeni TNI-AD menunjukkan

    terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan gizi dengan

    obesitas p (0,002). Hasil penelitian ini sejalan dengan suharjo (1996) yang

    menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan

    gizi dengan obesitas yang diukur berdasarkan persen lemak tubuh.

    Hubungan ini bermakna mungkin karena tingkat pengetahuan gizi yang

    baik lebih mudah untuk menyerap mengaplikasikan ilmu tentang gizi

    dalam kehidupan sehari-hari dan membantu dalam proses pengolahan

    pangan serta pemilihan makanan yang sehat untuk dikonsumsi.

  • Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kantor Direktorat

    Jenderal Zeni TNI-AD Jakarta Timur tentang hubungan antara obesitas

    dengan rasio lingkar pinggang panggul menyebutkan bahwa ada hubungan

    bermakna antara obesitas dengan RLPP dengan nilai p = 0,028 atau p 0,95 dan

    memiliki setatus obese, sedangkan 9 orang (16,1%) yang RLPP > 0,95

    bersetatus obesitas. Dapat disimpulkan bahwa persentase RLPP diatas 0,95

    (berisiko) yang obesitas lebih besar dibandingkan dengan responden yang

    RLPP 0,95 (aman). Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa semakin

    tinggi nilai RLPP atau semakin banyak timbunan lemak di dalam rongga

    perut akan diikuti dengan tingginya kadar kolesterol LDL juga diikuti

    dengan meningkatnya kolesterol total (Wiyono, 2002). Uraian ini

    mendasari pengertian bahwa orang yang mengetahui tentang obesitas dan

    risikonya diharapkan memiliki perilaku yang positif sehingga dapat

    mencegah terjadinya obesitas.

    O. Kerangka teori

    Sumber: Boerhan hidajat, 2010, Rimbawan, 2004

    Rasio Lingkar Pinggang Panggul

    Aktifitas

    Pengetahuan/

    Pendidikan

    Intake MakananGenetik

    Lingkungan/SosialBudaya

    SosialEkonomi

    PengaruhEmosional

  • P. Kerangka konsep

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    Q. Hipotesis

    Ada hubungan antara pengetahuan obesitas dengan rasio lingkar pinggang

    panggul pada ibu rumah tangga di Desa Pepe Krajan.

    Pengetahuan Obesitas Rasio Lingkar Pinggang Panggul