omk
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
![Page 1: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/1.jpg)
Penyakit akibat Kerja
Sindrom Penglihatan Komputer
(Computer Vision Syndrome)
Pendahuluan
Dalam era informasi seperti sekarang, kita menggunakan mata dalam posisi melihat lebih
sering dilakukan dari sebelumnya. Kedatangan era komputer, situasi penglihatan dekat menjadi
makin rumit/dan berganti dari melihat pekerjaan pada permukaan horisontal menjadi ke
permukaan vertikal. Layar monitor mempunyai cahaya sendiri bukan cahaya terpantul dan kita
menatap layar monitor berjam-jam setiap hari, bahkan tanpa cukup berkedip. 1,2 Kebanyakan
penelitian menunjukkan bahwa operator komputer yang terus menerus melihat monitor
mengalami lebih banyak masalah yang menyangkut mata dibandingkan dengan pekerja kantor
yang tidak memakai monitor. Sejumlah peneliti telah menunjukkan bahwa gejala penglihatan
muncul pada 75-90% pengguna komputer. Bausch dan Lomb melaporkan bahwa hampir 60 juta
orang menderita masalah mata atau penglihatan karena pekerjaan yang menggunakan komputer
dan satu juta kasus baru dilaporkan setiap tahunnya. Penyebab gejala itu adalah kombinasi dari
masalah itu penglihatan individual yang sudah ada sebelumnya, kondisi tempat kerja yang buruk
dan kebiasaan kerja yang tidak sehat. Survai di atas juga menyimpulkan bahwa dua pertiga dari
keluhan itu berhubungan dengan masalah penglihatan, sedangkan yang sepertiga sisanya
disebabkan oleh faktor lingkungan. Banyak orang yang memiliki kelainan penglihatan yang
sangat ringan dan tidak menyebabkan gejala apapun ketika melakukan tugas yang membutuhkan
kemampuan penglihatan yang lebih rendah. Telah ditunjukkan pula bahwa di lingkungan yang
sama para pengguna monitor mengalami keluhan yang lebih tinggi daripada para pengguna yang
tidak memakai monitor. 1-3
Survai yang dilakukan oleh optometris menunjukkan bahwa lebih dari 10 juta
pemeriksaan mata pertahun di Amerika Serikat dilakukan untuk masalah penglihatan oleh
penggunaan komputer. Penelitian tersebut menjabarkan serangkaian gejala yang kemudian
dikenal sebagai sindrom penglihatan pada pemakaian komputer (CVS). Kondisi itu paling sering
1
![Page 2: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/2.jpg)
muncul ketika kebutuhan melihat yang ditugaskan ternyata melebihi kemampuan penglihatan
dari pengguna komputer. American Optometric Association (Asosiasi Optometrik Amerika)
mendefinisikan sindroma penglihatan pada pemakaian komputer (Computer Vision Syndrome)
sebagai “masalah mata majemuk yang berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat yang dialami
seseorang selagi atau berhubungan dengan penggunaan komputer.” Gejala bervariasi tetapi
kebanyakan menyangkut mata tegang, sakit kepala, mata kabur (untuk penglihatan dekat
dan/atau jauh), mata kering dan mengalami iritasi, kemampuan memfokuskan mata melambat,
sakit pada leher dan/atau punggung, peka terhadap cahaya. CVS adalah penyebab berbagai efek
yang sangat mengganggu produktivitas, kebugaran umum, dan moral sehari-hari. Namun belum
ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa pemakaian komputer menyebabkan masalah
penglihatan jangka panjang.
Pada makalah ini dikemukakan gejala sindrom komputer, pencegahan, dan pengobatannya.
Pembahasan Teori :
Penyakit Akibat Kerja
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat
kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari tempat kerja yaitu :
1. Faktor fisis :
a. Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja;
b. Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain
penyakit susunan darah dna kelainan kulit. Radiasi sinar infra merah dapat
mengakibatkan katarak (cataract) kepada lensa mata, sedangkan sinar ultra violet
menjadi sebab konjungtivitis fotoelektrika.
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke (pukulan panas), kejang panas
(heat cramps) atau hiperpireksia. Sedangkan suhu terlaluu rendah dapat
menyebabkan frostbite.
d. Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison
2
![Page 3: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/3.jpg)
e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan kepada indra
penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
2. Faktor kimiawi :
a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis , di antaranya silikosis, abestosis dna
lainnya.
b. Uap yang di antaranya menyebabkan demam uap logam (metal fume fever),
dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja atau keracunan oleh zat toksis uap
formaldehida.
c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lainnya.
d. Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi kepada kulit.
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan lainnya
yang menimbulkan keracunan.
3. Faktor Biologis :
Misalnya bibit penyakit antraks atau bbrusella (brucella) yang menyebabkan
penyakit akibat kerja pada pekerja penyamak kulit.
4. Faktor fisiologis/ergonomis, yaitu antara lain kesalahan konstruksi mesin, sikap
badanyang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang kesemuaannya
menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun dapat terjadi
perubahan fisik tubuh pekerja atau kecacatan.
5. Faktor mental-psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau hubungan
industrial yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya depresi atau penyakit
psikosomatis.
Penyakit Akibat Hubungan Kerja
WHO menggolongkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan bersifat
“multifaktorial”. Penyakit ini adalah penyakit dengan faktor tempat kerja yang dapat
dikaitkan sebagai penyebab timbulnya penyakit, namun bukan merupakan faktor resiko
setiap kasus. Penyakit ini sering ditemukan pada masyarakat umum, contoh : hipertensi,
penyakit jantung koroner, psikosomatik, kelainan muskuloskeletal, penyakit pernapasan
3
![Page 4: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/4.jpg)
kronis tidak spesifik. Pada kondisi ini, pekerjaan dapat menyebabkan atau justru
memperburuk kondisi penyakit yang telah ada.4
Tabel 2. Perbedaan PAH dan PAK
PAH PAK
Banyak terjadi di masyarakat Terutama pada populasi pekerja
Bersifat “multifaktorial” Penyebabnya spesifik
Pajanan di tempat kerja mungkin merupakan
satu faktor
Terpajan di tempat kerja merupakan faktor
utama
Mungkin dapat dicatat dan mendapat ganti
rugi
Dicatat dan mendapat ganti rugi
Sumber referensi : ANSI/ASHRAE, Appendix B : Summary of Selected Air Quality
Guidelines, 2004.
Tujuh langkah diagnosis
Ada 7 langkah untuk mendiagnosis suatu penyakit akbita kerja, yang disebut dengan 7
langkah diagnosis okupasi. Diagnosis penyakit akibat kerja adalah landasan terpenting bagi
manajemen penyakit tersebut promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Diagnosis penyakit
akibat kerja juga merupakan penentu bagi dimiliki atau tidak dimilikinya hak atas manfaat
jaminan penyakit akibat kerja yang tercakup dalam program jaminan kecelakaan kerja.
Sebagaimana berlaku bagi smeua penyakit pada umumnya, hanya dokter yang kompeten
membuat diagnosis penyakit akibat kerja. Hanya dokter yang berwenang menetapkan suatu
penyakit adalah penyakit akibat kerja. Tegak tidaknya diagnosis penyakit akibat kerja sangat
tergantung kepada sejauh mana metodologu diagnosis penyakit akibat kerja dilaksanakan oleh
dokter yang bersangkutan.4
Cara menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja mempunyai kekhususan apabila
dibandingkan terhadap diagnosis penyakit pada umumnya. Untuk diagnosis penyakit akibat
kerja, anamnesis dan pemeriksaan klinis serta laboratoris yang biasa digunakan bagi diagnosis
penyakit pada umumnya belum cukup, melainkan harus pula dikumpulkan data dan dilakukan
4
![Page 5: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/5.jpg)
pemeriksaan terhadap tempat kerja, aktivitas pekerjaan dan lingkungan kerja guna memastikan
bahwa pekerjaan atau lingkungan kerja adalah penyebab penyakit akibat kerja yang
bersangkutan. Selain itu, anamnesis terhadap pekerjaan baik yang sekrang maupun pada masa
sebelumnya harus dibuat secara lengkap termasuk kemungkinan terhadap terjadinya paparan
kepada faktor mekanis, fisik, kimiawi, biologis, fisiologis/ergonomis, dan mental-psikologis.
7 langkah Diagnosis Okupasi
1. Diagnosis Klinis
a. Anamnesis
Identitas, meliputi : nama, nomor induk pokok, umur, jenis kelamin, jabatan,
unti/bagian kerja, lama bekerja, nama perusahaan, jenis perusahaan dan
alamat perusahaan.
Riwayat penyakit : keluhan, RPS(riwayat penyakit sekarang), RPD(riwayat
penyakit dahulu), RPK(riwayat penyakit keluarga)
Riwayat pekerjaan :
o Sudah berapa lama bekerja sekarang
o Riwayat pekerjaan sebelumnya
o Alat kerja, bahan kerja, proses kerja
o Barang yang diproduksi/dihasilkan
o Waktu bekerja sehari
o Kemungkinan pajanan yang dialami
o APD(Alat pelindung diri) yang dipakai
o Hubungan gejala dan waktu kerja
o Pekerja lain ada yang menghalami hal sama
Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan dimaksudkan untuk
mngetahui kemungkinan salah satu faktor di tempat kerja, pada pekerjaan dan atau
lingkungan kerja menjadi penyebab penyakit akibat kerja. Riwayat penyakit meliputi
antara lain awal-mula timbul gejala atau tanda sakit pada tinggkat dini penyakit,
5
![Page 6: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/6.jpg)
perkembangan penyakit, dan terutama penting hubungan antara gejala serta tanda sakit
dengan pekerjaan dan atau lingkungan kerja.4
Riwayat pekerjaan harus ditanyakan kepada penderita dnegan seteliti-telitinya
dari pemrulaan sekali smapai dengan waktu terakhir bekerja. Jangan sekali-kali hanya
mencurahkan perhatian pada pekerjaan yangg dilakukan waktu sekarang, namun harus
dikumpulkan informasi tentang pekerjaan sebelumnya, sebab selalu mungkin bahwa
penyakit akibat kerja yang diderita waktu ini penyebabnya adalah pekerjaan atau
lingkungan kerja dari pekerjaan terdahulu. Hal ini lebih penting lagi jika tenaga kerja
gemar pindah kerja dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Buatlah tabel yang secara
kronologis memuat waktu, perusahaan, tempat bekerja, jenis pekerjaan, aktivitas
pekerjaan, faktor dalam pekerjaan atau lingkungan kerja yang mungkin menyebabkan
penyakit akibat kerja. Penggunaan kuestioner yang direncanakan dengan tepat sangat
membantu.4
Perhatian juga diberikan kepada hubungan antara bekerja dan tidak bekerja
dengan gejala dan tanda penyakit. Pada umumnya gejala dna tanda penyakit akibat kerja
berkurang, bahkan kadang-kadang hilang sama sekali, apabila penderita tidak masuk
bekerja; gejala dan tanda itu timbul lagi atau menjaid lebih berat, apabila ia kembali
bekerja. Fenomin seperti itu sangat jelas misalnya pada penyakit dermatosis akibat kerja
atau pada penyakit bissinosis atau asma bronkhiale akibat kerja atau lainnya. Informasi
dan dan data hasil pemeriksaan kesehata khusus sangat penting artinya bagi keperluan
menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja. Akan lebih mudah lagi menegakkan
diagnosis penyakit akibat kerja, jika tersedia data kualitatif dan kuantitatif faktor-faktor
dalam pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan
penyakit akibat kerja.4
b. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan umum dan khusus
Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk menemukan gejala dan tanda yang sesuai
untuk suatu sindrom, yang sering-sering khas untuk suatu penyakit akibat kerja.
Kesadaran
6
![Page 7: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/7.jpg)
TTV(tanda-tanda vital) berupa tekanan darah, suhu, denyut nadi, dan
frekuensi napas.
Tinggi dan berat badan
Kepala dan muka : rambut, mata (strabismus, refleks pupil, kornea dan
konjungtiva), hidung (mukosa, penciuman, epistaksis, tenggorokan, tonsil,
suara), rongga mulut (mukosa, lidah, gigi), leher (kelenjar gondok), toraks
(bentuk, pergerakan, paru, jantung), abdomen (hati, limpa), genetalia, tulang
punggung, ekstremitas(refleks:fisiologis/patologis, koordinasi otot : tremor,
tonus, paresis, paralisis dan lain-lain).
c. Pemeriksaan penunjang : laboratorium, rontgem, spirometer, audiometer, dsb.
Pemeriksaan laboratoris dimaksudkan untuk mencocokkan benar tidaknya
penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan ada dalam tubuh tenaga kerja yang
menderita penyakit tersebut. Guna menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, biasanya
tidak cukup sekedar pembuktian secara kualitatif yaitu tentang adanya faktor penyebab
penyakit, melainkan harus ditunjukkan juga banyaknya atau pembuktian secara
kuantitatif. Pemeriksaan laboratoris berupa pemeriksaan darah, urin, tinja, serta
pemeriksaan tambahan /monitoring biologis berupa pengukuran kadar bahan kimia
penyebab sakit di dalam tubuh tenaga kerja misalnya kadar dalam urin, darah dna
sebagainya, Pemeriksaan rontgen (sinar tembus) sering sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, terutama untuk penyakit yang disebabkan
penimbunan debu dalam paru dan reaksi jaringan paru terhadapnya sinar tembus baru ada
maknanya jika dinilai dengan riwayat penyakit dan pekerjaan serta hasil pemeriksaan
lainnya dan juga data lingkungan kerja.
d. Pemeriksaan tempat kerja : misalnya kelembaban, kebisingan, penerangan.
Pemeriksaan tempat dan ruang kerja yang dimaksudkan untuk memastikan
adanya faktor penyebab penyakit di tempat atau ruang kerja serta mengukur kadarnya.
Hasil pengukuran kuantitatif di tempat atau ruang kerja sangat perlu untuk melakukan
penilaian dan mengambil kesimpulan, apakah kadar zat sebagai penyebab penyakit akibat
kerja cukup dosisnya atau tidak untuk menyebab sakit. Meliputi faktor lingkungan kerja
yang dapat berpengaruh terhadap skait penderita (faktor fisis, kimiawi, biologis,
7
![Page 8: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/8.jpg)
psikososial), faktor cara kerja yang dapat berpengaruh terhadap sakit penderita (peralatan
kerja, proses produksi, ergonomi), waktu paparan nyata (per hari, perminggu) dan alat
pelindung diri.
2. Pajanan yang dialami
Meliputi pajanan saat ini dan sebelumnya. Informasi ini diperoleh terutama dari
anamnesis yang teliti. Akan lebih baik lagi jika dilakukan pengukuran lingkungan kerja.
3. Hubungan pajanan dengan penyakit
Untuk mengetahui hubungan pajanan dengan penyakit dilakukan identifikasi
pajanan yang ada. Evidence based berupa pajanan yang menyebabkan penyakit.
Kemudian perlu diketahui hubungan gejala dan waktu kerja, pendapat pekerja (apakah
keluhan/gejala ada hubungan dnegan pekerjaan).
4. Pajanan yang dialami cukup besar
Mencari tahu patofisiologis penyakitnya, bukti epidemiologis, kualitatif beurpa
cara atau proses kerja, lama kerja, lingkungan kerja. Kemudian dilakukan observasi
tempat dan lingkungan kerja, pemakaian APD, serta jumlah pajanan berupa data
lingkungan, data ,monitoring biologis serta hasil surveilans.
5. Peranan faktor individu
Berupa status kesehatan fisik adakah alergi /atopi, riwayat penyakit dalam
keluarga, serta bagaimana kebiasaan berolah raga, status kesehatan mental, serta higine
perorangan.
6. Faktor lain di luar pekerjaan
Adakah hobi, kebiasaan buruk (misalnya merokok) pajanan di rumah serta
pekerjaan sambilan yang dapat menjadi faktor pemicu penyakit yang diderita.
7. Diagnosis okupasi
Diagnosis okupasi dilakukan dengan meneliti dari langkah 1-6, referinsi atau
bukti ilmiah yang menujukkan hubungan kausal pajanan & penyakit.
Penatalaksanaan
- Terapi Non Medikamentosa
o Edukasi : perubahan cara kerja dan sebagainya.
8
![Page 9: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/9.jpg)
o Pindah bagian, pindah sift
o Rehabilitasi jika perlu
- Terapi Medikamentosa
Penatalaksanaan penyakit akibat kerja mencakup beberapa aspek yaitu pelaksanaan
jaminan sosial tenaga kerja khususnya jaminan sosial terhadap penyakit akibat kerja sebagai
kecelakaan kerja, pemenuhan kewajiban dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja,
penatalaksanaan medis terhadap penderita penyaki akibat kerja dan upaya pencegahan yang
ditujukan kepada komunitas tenaga kerja yang menghadapi resiko terkena penyakit akibat
kerja. Dalam rangka jaminan sosial, penyakit akibat kerja wajib dilaporkan, tenaga kerja
yang menderita penyakit akibat kerja mempunyai hak atas jaminan sebagaimana berlaku bagi
kecelakaan kerja.
Untuk penyakit akibat kerja tertentu obat-obat untuk terapi kausalis , tetapi pada
umumnya upaya menghentikan atau mengurangi pemaparan sangat baik efeknya.
Sebagaimana bagi penyakit pada umumnya, untuk penyakit akibat kerja pencegahan lebih
baik dari pengobatan.
Terapi medika mentosa diberikan simptomatis.
Pencegahan
I. Primer
Penyuluhan, perubahan perilaku, olahraga
II. Skunder
Melalui peraturan & administrasi, melalui teknis (substisuti, ventilasi, isolasi, APD)
III. Tersier : MCU
Pencegahan terhadap penyakit akbiat kerja seawal mungkin adalah kebijakan paling
utama. Sebagaimana pencegahan terhadap kecelakaan kerja, maka bagi pencegahan penyakit
akibat kerja diperlukan peraturan perundang-undangan, standarisasi, pengawasan, penelitian,
pendidikan, pelatihan, penyuluhan, pelaksanaan asuransi dan upaya di tempat kerja terutama
di perusahaan pada semua sektor kehidupan. Pencegahan mempunyai 2 aspek yaitu
administratif dan teknis. Administratif, dalam arti kebijakan khususnya aspek managerial
sedangkan secara teknis yaitu penerapan secara nyata di lapangan pada tenaga kerja,
9
![Page 10: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/10.jpg)
pekerjaan dan lingkungan kerja. Secara teknis aktivitas pencegahan adalah pengenalan resiko
bahaya pekerjaan dan lingkungan kerja terhadap kesehatan beserta oengukuran, evaluasi, dan
upaya pengendaliannya. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pra-penempatan, berkala dan
khusus. Substitusi bahan dengan yang kurang pengaruh negatifnya kepada tenaga kerja,
isolasi operasi atau proses produksi yang berbahaya, serta pemakaian alat proteksi diri.
Pencegahan terhadap penyakit akibat kerja harus menjadi bagian integral dari sistem
manajemen perusahaan dan dimulai sejak perencanaan proses produksi.
Pembahasan Kasus
Kasus 4
Seorang perempuan, Nn. A, 28 tahun, datang dengan keluhan utama kedua mata berair
sejak 1mnggu yll. Os pake kacamata, keluhan memberat dalam 3 hari terakhir. Keluhan
tambahan Pengelihatan buram, mata terasa pegal kerja didepan komputer dari jam 08.00 – 16.00.
pernah seperti ini, belum berobat, hanya pake obat sendiri yaitu insto tapi tidak ada perubahan
setelah pake obat. Keluarga ada keluhan seperti ini juga ada yang miopia. Keluhan hilang saat
mengambil cuti/ tidak bekerja. ia juga mengatakan 1 bulan terakhir ini pekerjaannya tambah
banyak. Kerjanya menyusun laporan dan audit dengan mengunakan komputer.
Posisi duduk : duduk statis, leher menunduk dan gerakan repatitif . Kesadaran: compos
mentis, TD: 110/70. Nadi : 80x/mnt, RR: 18x/mnt, T: 36,7oc. Pemeriksaan mata: visus kanan
6/21, kiri 6/21. Bulu mata normal, semua dalam batas normal.
1. Diagnosis klinis
a. Anamnesis :
i. Identitas : Nn. A perempuan usia 28thn
ii. Keluhan :
1. Keluhan utama : kedua mata berair sejak 1mnggu yll
2. Keluhan tambahan : Pengelihatan buram, mata terasa pegal
10
![Page 11: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/11.jpg)
iii. Riwayat penyakit sekarang : Mata berair, pengelihatan buram, mata terasa pegal dan
miopia
iv. Riwayat Penyakit dahulu : pernah mengalami hal serupa mata berair dan menderita
miopia
v. Riwayat penyakit keluarga : keluarga juga ada miopia
vi. Riwayat pekerjaan : A bekerja sebagai karyawati bagian keuangan. A sudah bekerja
selama 5 tahun, jam kerja jam 8.00 smapai jam 16.00 dan banyak bekerja di depan
komputer. Keluhan hilang saat mengambil cuti/ tidak bekerja. Ia juga mengatakan 1
bulan terakhir ini pekerjaannya tambah banyak, menyusun laporan dan audit dengan
mengunakan komputer.
b. Pemeriksaan fisik
i. Kesadaran : compos mentis
ii. TTV : TD: 110/70. Nadi : 80x/mnt, RR: 18x/mnt, T: 36,7oc.
iii. Pemeriksaan mata: visus kanan 6/21, kiri 6/21. Bulu mata normal, semua dalam batas
normal.
iv. Inspeksi, palpasi.
Snellen chart : menilai kekuatan resolusi mata dengan menggunakan kartu
Snellen, yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semakin kecil.
Tes konfrontasi : Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa duduk di
seberangnya, menutup matanya pada sisi yang sama.
Pemeriksaan pupil : Pemeriksaan pupil dimulai dengan penilaian ukuran
pupil dengan cahaya uniform.
Pergerakan mata : yang diperhatikan adalah posisi mata, kisaran pergerakan
mata, dan jenis pergerakan matanya.
Oftalmoskopi : dengan funduskopi yaitu pemeriksaan retina dengan
menggunakan oftalmoskopi. Pada waktu melakukan funduskopi, perhatikan
warna retina yang kemerahan dengan pembuluh darah yang dapat
menggambarkan keadaan pembuluh darah di seluruh tubuh.
Palpasi : meraba palpebra untuk menentukan tekanan intraokuler. Dan bulu mata
tumbuh normal.
11
![Page 12: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/12.jpg)
c. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Ultrasonografi digunakan secara luas dalam bidang oftalmologi untuk
menyediakan informasi tentang vitreus, retina, dan lapisan posterior mata,
terutama bila tidak dapat divisualisasi dengan jelas. Ultrasonografi juga
digunakan untuk mengukur panjang bola mata sebelum pembedahan katarak.
d. Pemeriksaan tempat kerja
Misalnya : Pencahayaan, suhu, posisi kerja
Berdasarkan anamnesis dan data-data dari kasus maka diagnosis klinis dari pasien ini
adalah computer vision sindrom. Diagnosis banding pasien ini miopia yang tidak terkontrol.
Miopia
Penyebab miopia dapat bersifat keturunan (herediter), ketegangan visual atau faktor
lingkungan. Faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan
visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan
penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan
komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa
istirahat akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita miopi. Faktor lingkungan juga
dapat memengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan oleh kesulitan mata untuk
memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil keduanya karena kurangnya cahaya,
menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan dengan baik. Dapat juga
terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi palsu disebabkan ketegangan mata karena
melakukan kerja jarak dekat dalam waktu yang lama. Penglihatan mata akan pulih setelah
mata diistirahatkan.5
Gejala Klinis
12
![Page 13: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/13.jpg)
1. Penderita miopia hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan
pengglihatan jauh akan kabur.6,7
2. Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan
efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.
3. Penderita miopia biasanya suka membaca dekat, sebab mudah melakukannya tanpa
usaha.
Penatalaksanaan
1. Kacamata
Pada pasien miopi ini diperlukan lensa kaca mata baca tambahan atau lensa eddisi untuk
membaca dekat yang berkuatan tetentu. Pengobatan pasien dengan dengan miopi adalah
memberikan kaca mata sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan
maksimal 33cm. Bila pasien dikoreksi dengan – 3.0 D memberika tajam penglihatan 6/6,
dan demikian memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.3,4,5
2. Penggunaan Lensa kontak
Lensa kontak telah menjadi pilihan yang baik untuk miopia tinggi selama bertahun-tahun
karena disamping dapat mengurangi berat dan ketebalan lensa pada kacamata, juga
mengeliminasi kesulitan akibat pemakaian lensa yang tebal tersebut. Pasien miopia
biasanya akan memiliki mengatasi masalah yang timbul pada pemakaian kacamata.
Lensa kontak yang sering digunakan yaitu lensa kontak yang soft dan lensa kontak gas-
permeabel. Lensa kontak yang soft dapat menimbulkan kenyamanan namun harus
dimonitor pemakaiannya karena dapat menyebabkan terjadinya hipoksia. Lensa gas-
permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi yang baik.Lensa gas-permeabel
memberikan optik yang penuh dan fisiologi yang baik.
3. Bedah Refraktif / LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis)
LASIK(Laser Assisted In-situ Keratomileusis) adalah suatu prosedur untuk mengubah
bentuk lapisan kornea mata dengan menggunakan sinar excimer laser.
Prosedur LASIK dapat dilakukan untuk mengoreksi miopia (rabun jauh), hipermetropia
(rabun dekat) maupun astigmatisme (silinder). Tindakan ini bertujuan untuk membantu
melepaskan diri dari ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak.
13
![Page 14: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/14.jpg)
LASIK konvensional menggunakan alat mikrokeratom untuk membuka lapisan
permukaan kornea mata. Kemudian dilakukan excimer laser untuk menghilangkan
sebagian lapisan kornea.
Lapisan permukaan kornea yang dibuka (flap), dikembalikan ke posisi semula. Karena
prosedur LASIK hanya dikerjakan pada lapisan dalam kornea saja (permukaan kornea
sama sekali tidak disentuh), maka tidak ada rasa sakit pasca tindakan. Flap akan secara
alami melekat kembali setelah beberapa menit tanpa perlu dijahit sama sekali.
Pencegahan
1. Periksa mata setiap 12 bulan
Masalah penglihatan yang tidak ditangani akan berkembang semakin parah,dan
memakai lensa kontak atau kacamata yang tidak lagi cocok untuk anda dapat
menyebabkan masalah penglihatan.
2. Pada saat kerja
Bekerja dengan cahaya minim dapat menyebabkan kelelahan mata, tapi cahaya yang
terlalu terang juga tidak baik. Arah cahaya terbaik jika bekerja menggunakan
computer adalah dari lampu meja bercahaya lembut dari arah samping. Kurangi
tingkat terang (brightness) monitor. Warna memang jadi tak terlalau tajam, tapi mata
akan jadi lebih nyaman.
3. Istirahatkan Mata
Hampir semua orang merasakan mata mereka jadi tidak nyaman setalah duduk
seharian di depan layar computer. Hal ini disebabkan mata jadi kering. Satu hal yang
bisa dilakukan adalah menutup mata Anda dan menghitung sampai 5 sebelum
membukanya kembali. Hal lainnya adalah berpaling dari layar monitor dan focus
pada sebuah objek yang jauh, sesering mungkin.6
2. Pajananan yang dialami
Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini. Pengetahuan
mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat
menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan
anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti.
14
![Page 15: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/15.jpg)
Dalam skenario pasien hanya mendapat pajanan dari komputer tersebut atau bisa
juga pasien terkena pajanan dari gedung tempat ia bekerja (alat-alat gedung seperti AC,
kualitas udara di dalam ruangan yang kurang baik,suhu, kelembapan).
fisik biologis kimia ergonomi Psikososial
Pencahayaan,
Suhu,
Kelembapan
nyamuk,akibat kurangnya
pemeliharaan lingkungan
kerja.
bakteri Legionella dalam
AC kantor, kamar mandi
sistim semprot, air mancur
hias, humidifiers.
pengharum
ruangan,pengusir
nyamuk,dan cairan
pembersih
ruangan,pembersih
alat-alat kerja
Asap rokok, Debu
Hasil/bahan
produksi tempat
bekerja
Anatomi
1.Antropometri
2. Biomekanik
Fisiologi
1.Kecukupan
istirahat dan
kebugaran
2.Posisi duduk
1.bekerja pada usia
muda.
2.jamkerja
berlebihan
3.bekerja pada
daerah yang macet
4.Pekerjaan yang
monoton
3. Hubungan pajanan dengan penyakit
Pasien mengatakan ia bekerja di tempat ia bekerja sekarang sudah 5 tahun, pasien
sudah pernah berobat sendiri dengan keluhan yang sama, dikatakan bahwa gejala-gejala
tersebut masih kambuh setelah obat yang ia beli yaitu insto (obat tetes mata). Pasien
mengatakan bahwa keluhannya hilang saat ia mengambil cuti, tetapi dapat disimpulkan,
dilihat dari lingkungan tempat kerjanya, dimana dengan posisi ia duduk saat bekerja,
ditambah lagi 1 bulan terakhir pekerjaannya bertambah banyak dan dengan mengunakan
komputer maka kemungkinan besar penyakit ini berhubungan dengan pekerjaan. Pajanan
bisa didapatkan melalui kontak mata ke komputer terlalu banyak atau disebut sindom
pengelihatan komputer (komputer vision syndrome).
4. Pajanan yang Dialami Cukup Besar
15
![Page 16: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/16.jpg)
Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan secara kuantitatif dengan melihat
data pengukuran lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif dengan mengamati cara
kerja pekerja.
Dari kasus ini ada baiknya kita mengamati langsung ke kantor di mana pasien
bekerja dan dari situ kita akan dapatkan data kualitatif yaitu berapa lama jam kerjanya
yang memungkinkan berapa lama ia komputer yang kita ketahui menjadi penyebab utama
timbulnya gejala yang dikeluhkan. Lalu kita juga bisa meminta data kuantitatif melalui
perusahaan tersebut apakah sebelumnya pernah ada kejadian serupa yang mengenai
beberapa karyawan di kantor tersebut.
5. Peranan Faktor Individu
Status kesehatan pasien, perlu diketahui riwayat sakit pasien seperti riwayat
infeksi, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat alergi, riwayat pengobatan, kebiasaan
seperti olahraga, merokok, minum minuman ber-alkohol. Dalam skenario diketahui
bahwa pasien mempunyai penyakit akibat pekerjaan sebelumnya dengan keluhan yang
sama.
Status kesehatan mental dan riwayat alergi , tidak diketahui secara jelas. Tetapi
pasien yang mengalami pajanan di tempat kerja biasanya lama-lama akan menimbulkan
keluhan-keluhan yang tidak kunjung sembuh sehingga menurunkan kinerja dan
produktivitas pasien, stress kerja juga dapat timbul dikarenakan pajanan tersebut telah
mengurangi efisiensi kinerjanya, sehingga merambat pada jumlah absensi yang
meningkat dan pekerjaan yang menumpuk.
Higiene perorangan, untuk mengetahui apakah penyakit yang timbul diakibatkan
karena pasien tersebut tidak menjaga kesehatan dan kebersihan tubuhnya.
6. Faktor Lain Di Luar Pekerjaan
Faktor lain di luar pekerjaan seperti hobi, kebiasaan yang buruk, pajanan di
rumah, dan pekerjaan sambilan. Kebiasaan yang buruk, misal seperti merokok dapat
merusak sistem pertahanan alami dalam tubuh kita. Selain itu rokok juga dapat
memperberat kondisi pasien terhadap penyakit. Apabila ditemukan adanya faktor lain
16
![Page 17: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/17.jpg)
diluar tempat pasien bekerja, kemungkinan faktor-faktor inilah yang menyebabkan
penyakit pasien, atau justru dapat memperberat keluhan pasien
7. Diagnosis Okupasi
Diagnosis okupasi berdasarkan hubungan dengan kausalnya, terbagi menjadi 4 tipe
yakni: a) PAK atau PAHK (penyakit akibat hubungan kerja); b) penyakit yang diperberat
pajanan di tempat kerja; c) belum dapat ditegakkan, informasi tambahan; d) bukan PAK.4
Dari data-data khasus terlihat dari gejala-gejalanya maka Working diagnosis yang
diambil adalah Komputer vision syndrome
Komputer vision syndrome
Komputer vision syndrome (CVS) adalah kondisi sementara yang dihasilkan dari
fokus mata pada layar komputer untuk berlarut-larut, periode terganggu waktu. Beberapa
gejala CVS termasuk sakit kepala, penglihatan kabur, sakit leher, kelelahan, ketegangan
mata, kering, iritasi mata, dan kesulitan memusatkan mata. Gejala ini dapat diperburuk oleh
kondisi pencahayaan yang tidak tepat atau udara bergerak melewati mata (misalnya ventilasi
di atas kepala, udara langsung dari kipas angin).
1. Mata tegang
Mata tegang adalah salah satu istilah kabur yang memiliki arti yang berbeda-beda
bagi banyak orang. Istilah yang dipakai oleh spesialis mata untuk mata tegang adalah
asthenopia, istilah itu sendiri adalah istilah yang kabur. Kamus ilmiah penglihatan
mendefinisikan asthenopia sebagai keluhan subjektif penglihatan berupa penglihatan
yang tidak nyaman, sakit dan kepekaannya berlebihan. Kamus itu menjabarkan 24 tipe
asthenopia yang berbeda-beda berdasarkan penyebabnya. Asthenopia dapat disebabkan
oleh masalah seperti otot mata kejang ketika memfokus, ada perbedaan penglihatan di
kedua mata, astigmat, hipermetrop (rabun jauh), miop (rabun dekat), cahaya berlebihan,
kesulitan koordinasi mata dan lain-lain. Di dalam lingkungan pemakaian komputer, mata
tegang dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan dan penglihatan yang berbeda-beda.
17
![Page 18: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/18.jpg)
2. Sakit kepala
Sakit kepala adalah keluhan “tidak nyaman” lainnya dan keluhan itu sering
menjadi sebab utama mengapa orang menjalani pemeriksaan mata. Sakit kepala juga
merupakan salah satu penyakit yang paling sulit didiagnosis dan diobati secara efektif.
Sakit kepala oleh faktor penglihatan sering muncul di arah kepala bagian frontal (ada
beberapa pengecualian terhadap hal tersebut). Keluhan terjadi paling sering menjelang
tengah dan atau akhir hari, dan jarang muncul ketika bangun pagi hari. Keluhan itu sering
muncul dalam pola yang itu berbeda pada hari libur dibandingkan hari kerja. Lebih terasa
pada satu sisi kepala daripada sisi yang lain dan dapat disertai berbagai gejala yang lebih
umum. Para pengguna komputer lebih besar kemungkinannya mengalami sakit kepala
jenis otot tegang. Sindrom tersebut dapat dipicu oleh berbagai bentuk stress, termasuk
kecemasan dan depresi, dan dipicu juga oleh berbagai kondisi mata yang termasuk
astigmat dan hipermetrop, juga oleh kondisi tempat kerja yang tidak layak, termasuk
adanya silau, cahaya kurang, dan penyusunan letak komputer yang tidak layak. Jika
semua faktor yang terlihat jelas telah dipertimbangkan, dibutuhkan penanganan kesehatan
yang dimulai dengan melakukan pemeriksaan mata lengkap.
3. Penglihatan Kabur
Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang
berbeda pada jarak tertentu. Bila pandangan diarahkan ke suatu titik yang jaraknya
kurang dari 6 meter, mekanisme pemfokusan mata untuk menambah kekuatan fokus mata
dan mendapatkan bayangan yang jelas di retina harus diaktifkan. Kemampuan mata untuk
merubah daya fokusnya disebut akomodasi, yang berubah tergantung usia. Suatu
bayangan yang tidak tepat terfokus di retina akan kelihatan kabur. Keluhan mata kabur
disebabkan adanya kelainan refraksi seperti hipermetrop, miop, dan astigmat. Mata kabur
juga dapat disebabkan oleh kacamata koreksi yang tidak tepat kekuatan dan setelannya.
Mata kabur juga terjadi bila ada kelainan pemfokusan terutama yang terkait dengan usia
yang disebut sebagai presbiop. Faktor lingkungan, mata kabur dapat disebabkan oleh
layar monitor yang kotor, sudut penglihatan yang kurang baik, ada refleksi cahaya yang
menyilaukan atau monitor yang dipakai ternyata berkualitas buruk atau rusak. Semua
faktor tersebut harus dipertimbangkan bila keluhan mata kabur terjadi.
18
![Page 19: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/19.jpg)
4. Mata Kering dan Mengalami Iritasi
Permukaan depan mata diliputi oleh suatu jaringan yang mengandung kelenjar
yang menghasilkan air, mukus dan minyak. Ketiga lapisan itu disebut air mata yang
membatasi permukaan mata dan mempertahankan kelembaban yang diperlukan agar
mata dapat berfungsi dengan normal. Air mata juga membantu mempertahankan
keseimbangan oksigen yang tepat pada struktur mata bagian depan dan untuk
mempertahankan sifat optik sistem penglihatan. Lapisan air mata dalam keadaan normal
dihapus dan disegarkan kembali oleh kelopak mata dengan cara berkedip. Refleks
berkedip adalah salah satu refleks yang paling cepat pada tubuh manusia dan sudah ada
sejak lahir. Kecepatan berkedip per menit berbeda-beda pada berbagai aktivitas. Berkedip
lebih cepat bila sedang aktif, dan lebih lambat bila mengantuk atau sedang
berkonsentrasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa kecepatan berkedip para pengguna
komputer turun secara bermakna pada saat bekerja di depan komputer dibandingkan
dengan sebelum atau sesudah bekerja. Penjelasan mengapa kecepatan berkedip tersebut
berkurang antara lain karena konsentrasi pada tugas atau kisaran gerak mata yang relatif
terbatas. Besarnya bukaan mata terkait dengan arah pandangan. Makin tinggi pandangan
diarahkan, mata akan terbuka lebih lebar. Banyaknya penguapan ada kaitannya dengan
besarnya bukaan mata. Bila memandang monitor yang lebih tinggi, bukaan mata lebih
lebar dan penguapan air mata lebih banyak. Sudut pandangan yang lebih tinggi mungkin
pula mengakibatkan banyak kedipan yang tidak lengkap.
5. Sakit pada Leher dan Punggung
Dalam lingkungan kedokteran sering terdengar ungkapan bahwa “mata
memimpin tubuh”. Alam telah membuat sistem penglihatan begitu dominan sehingga
akan merubah posisi tubuh untuk mengakomodasi kekurangan apa saja pada cara melihat.
Pada situasi kantor, penglihatan pekerja agak terhalang dan mereka harus menyesuaikan
posisi tubuh untuk mengurangi beban pada sistem penglihatan. Sebagai contoh bila
seorang pekerja yang usianya sudah lanjut memakai kacamata fokus tunggal yang
dirancang untuk dipakai pada penglihatan 40 cm, tubuh harus dicondongkan ke arah
monitor yang mungkin berjarak 60 - 70 cm agar dapat melihat monitor dengan jelas. Bila
19
![Page 20: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/20.jpg)
pekerja menggunakan kacamata bifokal biasa yang dirancang untuk melihat objek yang
dekat (30 cm) dengan bagian bawah kacamata, maka harus mendongak ke atas dan
sedikit condong ke depan agar kacamata bagian bawah berada pada posisi yang tepat
untuk melihat monitor. Situasi tersebut jelas akan menimbulkan masalah fisik dan dapat
diatasi dengan memakai kacamata yang tepat.
6. Kepekaan terhadap Cahaya
Mata dirancang untuk terangsang oleh cahaya dan mengontrol jumlah cahaya
yang masuk ke dalam mata. Sekarang ada beberapa kondisi yang berbeda dengan
lingkungan pencahayaan alami, yang dapat menimbulkan reaksi yang buruk terhadap
cahaya. Faktor lingkungan kerja yang paling mengganggu adalah kesilauan. Ketidak
nyamanan mata karena kesilauan terutama disebabkan perbedaan terang cahaya pada
lapangan pandang. Sebaiknya sumber cahaya yang sangat terang dihilangkan dari
lapangan pandang dan diusahakan mendapat pencahayaan yang relatif merata. Seseorang
akan menghadapi risiko yang lebih besar mengalami silau yang mengganggu bila sumber
cahaya lebih terang dan lebih dekat ke titik perhatian. Salah satu sebab mengapa silau
yang mengganggu merupakan masalah bagi para pemakai komputer adalah bila cahaya
dari lampu neon yang ada diatas plafon berada pada sudut yang lebar sehingga cahaya
langsung masuk ke dalam mata pekerja. Hal tersebut terutama merupakan masalah pada
para pekerja komputer yang melihat monitor pada arah horisontal (karena monitor berada
setinggi mata). Jendela terbuka dengan cahaya matahari yang sangat terang juga memberi
risiko silau yang tidak nyaman bila mereka menggunakan monitor dengan latar belakang
yang gelap sehingga ada perbedaan terang cahaya antara tugas yang sedang dikerjakan
dengan berbagai objek lain di dalam kamar. Sebab lain dari perbedaan besar pada terang
cahaya antara lain adanya kertas putih di meja, permukaan meja yang berwarna terang,
lampu meja yang diarahkan langsung ke mata atau terlalu menerangi meja tinggi.
6. Penglihatan Ganda
Ketika melihat sebuah objek yang jaraknya dekat, otot mata mengkonvergensikan
kedua mata ke arah hidung. Konvergensi memungkinkan kedua mata untuk
mempertahankan peletakan kedua bayangan pada tempat yang setara di kedua retina. Bila
20
![Page 21: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/21.jpg)
kemampuan untuk tetap mengunci posisi kedua mata hilang, mata akan tak searah dan
tertuju ke titik yang berbeda. Ketika kedua mata mentransmisikan bayangan tersebut
maka akan terjadi penglihatan ganda. Penglihatan ganda adalah kondisi yang sangat tidak
nyaman dan tak dapat diterima oleh sistem penglihatan. Otak akan lelah akibat cenderung
menekan atau menghilangkan bayangan pada salah satu mata. Penglihatan ganda adalah
keluhan yang serius dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Bila ada keluhan tersebut
maka menjadi indikasi untuk melakukan pemeriksaan mata secara lengkap. Sindrom
penglihatan pada pemakaian komputer adalah salah satu efek samping dari pekerjaan
melihat monitor yang lama dan terus menerus tanpa memperhatikan higiene praktis
penglihatan. Pemahaman mengenai sistem penglihatan, dapat menghilangkan atau
mengurangi sebagian besar keluhan pada sindrom tersebut, misalnya menjaga mata
ketika menggunakan komputer dengan sekedar mengganti posisi dan/atau lokasi dari
monitor komputer. Walaupun tidak merasa mengalami sindrom penglihatan pada
pemakaian komputer (CVS), sebaiknya lihat berbagai petunjuk untuk mengatur sebuah
lingkungan yang ramah terhadap mata. Menurut survai terkini, orang yang memakai
kacamata lebih rentan terhadap sindrom penglihatan pada pemakaian komputer. Jika
memakai kacamata bifokal, tersedia lensa jepit tambahan yang membantu mata melihat
pada jarak menengah dan cukup murah harganya. Mata tidak terlalu cocok untuk
menatap layar monitor. Mata tidak dapat lama berfokus pada pixel atau titik kecil yang
membentuk bayangan pada layar monitor. Seorang pengguna komputer harus terus-
menerus memfokuskan matanya untuk menjaga agar gambar tetap tajam. Proses tersebut
mengakibatkan timbulnya stress yang berulang-ulang pada otot mata. apalagi setelah
lama menggunakan komputer, frekuensi berkedip berkurang dan mata menjadi kering
dan perih. Akibatnya, adalah kemampuan untuk memfokuskan diri berkurang dan
penglihatan bisa menjadi buram serta timbul sakit kepala. Karena arah tatapan ke arah
atas, pengguna komputer sering terpaksa beristirahat dengan menurunkan kepala mereka
yang menyebabkan postur tubuh menjadi buruk dan leher menjadi sakit.
Penyebab CVS
21
![Page 22: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/22.jpg)
1. Biasanya orang kurang berkedip ketika bekerja dengan komputer sedangkan berkedip
penting untuk menjaga mata tetap lembab dan rileks. Kurang berkedip menyebabkan
penguapan airmata berlebihan dan mata menjadi kering.
2. Beberapa orang sudah mempunyai masalah seperti koordinasi mata dan pemfokusan
yang tidak jelas terlihat pada aktivitas lain, tetapi menjadi masalah besar ketika
menggunakan komputer.
3. Komputer sering dipasang sedemikian rupa sehingga membuat mata bekerja terlalu
keras.
i) Jenis huruf komputer yang dipakai mungkin terlalu kecil
ii) Pantulan dari sumber cahaya di dekatnya atau dari jendela mungkin terlalu
terang
iii) Monitor mungkin diletakkan terlalu tinggi untuk penglihatan normal mata
4. Orang yang berusia lebih dari 40 tahun dan memakai kacamata bifokal atau
kacamata baca sering mengalami masalah karena kacamata mereka terlalu disetel
untuk melihat buku yang dipegang 40 cm jauhnya, dibandingkan dengan layar
monitor yang biasanya terletak 60 cm dari mata pengguna komputer. 8
Pencegahan
Jika mempunyai masalah dengan mata ketika menggunakan komputer, ikuti langkah-
langkah pencegahan yaitu;8
1. Letakkan monitor 40-60 cm dari mata, tergantung kenyamanan. Duduk tegak santai
dengan membuncitkan perut.
P osisi tubuh ergonomi
Posisi tubuh memiliki kontribusi untuk mencegah sindrom visi komputer. Sudut
mata ke layar komputer mengatur 20 derajat, itu akan mengurangi risiko asthenopia. Dan
kemudian, posisi lengan keyboard, posisi kaki ke kursi, posisi seluruh tubuh ke kursi dan
meja komputer akan mempengaruhi posisi ergonomis yang baik. Secara optimal, monitor
komputer harus 20 sampai 30 derajat di bawah tingkat mata (sekitar 5 atau 6 inci) yang
diukur dari pusat layar, dan 20-28 inci dari mata.
Monitor sebaiknya dipasang 10 - 20 cm lebih rendah dari mata, jadi dapat melihat lebih
ke bawah. Layar monitor sebaiknya dimiringkan sedikit ke atas, seperti ketika sedang
22
![Page 23: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/23.jpg)
membaca sebuah buku atau majalah. Dengan melihat ke arah bawah, mata lebih tertutup
sehingga penguapan air mata dari permukaan yang tersingkap lebih sedikit.
2. Tempatkan sumber cahaya pada bidang tegak lurus terhadap komputer, sehingga
cahayanya tidak menyilaukan mata dan tidak terlihat pantulannya pada layar monitor.
Jika mempunyai masalah kesilauan yang disebabkan oleh pemantulan, pertimbangkan
untuk memasang sebuah filter monitor atau pasang sebuah penutup bersisi tiga pada
komputer.
3. Gunakan jenis huruf yang cukup besar. Cobalah menggunakan berbagai jenis huruf dan
warna latar belakang yang berbeda untuk menemukan kombinasi mana yang lebih mudah
yang dapat dibaca.
4. Atur monitor pada kontras yang dirasakan paling nyaman.
5. Berusahalah untuk berkedip lebih sering.
6. Seringlah mengistirahatkan mata sejenak yaitu dengan tidak melihat ke layar monitor
atau tutuplah mata secara berkala selama beberapa detik/menit.Setelah bekerja dengan
komputer selama dua jam pejamkan mata atau melihat ke tak terhingga selama tiga
menit. 8
7. Orang yang berusia lebih dari 40 tahun yang menggunakan kacamata bifokal mungkin
membutuhkan kacamata khusus untuk memakai komputer.
23
![Page 24: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/24.jpg)
Pengobatan
1. Penggunaan airmata buatan atau larutan pembasah lensa kontak dapat menjaga
kelembaban mata sehingga dapat meredakan gejala sindrom.
2. Orang yang mengalami mata tegang sedang sampai parah, mungkin membutuhkan
kacamata yang tepat untuk meredakan gejala sindrom ini.3
Prognosis
Evaluasi dini, diagnosis, dan intervensi dapat mencegah gejala yang terkait dengan CVS.
Gejala yang berhubungan dengan sindrom ini dapat diperbaiki dengan pelumas.
Kesimpulan
Seorang perempuan, Nn. A, 28 tahun, datang dengan keluhan utama kedua mata berair
sejak 1mnggu yll bekerja di kantor bagian keuangan dengan jam kerja 8.00-16.00 ini menderita
Computer vision syndrome.
Computer vision syndrome merupakan kumpulan gejala yang sementara yang dihasilkan
dari fokus mata pada layar komputer untuk berlarut-larut, periode terganggu waktu. Beberapa
gejala CVS termasuk sakit kepala, penglihatan kabur, sakit leher, kelelahan, ketegangan mata,
kering, iritasi mata, dan kesulitan memusatkan mata
24
![Page 25: omk](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022051002/5695d3c11a28ab9b029f113a/html5/thumbnails/25.jpg)
Daftar Pustaka
1. AWorld Health Organization. Description and classification of visual display terminals.
In: Visual display terminals and worker’s health. Geneva: WHO offset publication;
1987;99:22-7.
2. World Health Organization. Effects on the eyes and vision. In: Visual display terminals
and worker’s health. Geneva: WHO offset publication; 1987;99:85-103.
3. Abrams D. (ed). Duke-Elder’s Practice of refraction. 10th ed. Edinburgh: Churcill
Livingstone; 1993.p.3-8.
4. Suma’mur DR. Higine perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta : CV Sagung
Seto. 2009.
5. Argo Saptoyo, Franciscus Margrette. 2011. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UKRIDA.
6. Ilyas Sidarta. 2010. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
7. Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson ilmu kesehatan anak. 15nded. Jakarta : EGC
8. Suharyanto FX. Cara menggunakan komputer sesuai prinsip kesehatan. Jakarta: Seminar
Kesehatan Mata di Kalangan pekerja. FKUI; 1999.
25