operasi sinus

Upload: sherhaniz-melissa-abidin

Post on 10-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Operasi sinus

TRANSCRIPT

Operasi SinusTerapi medis maksimal untuk CRS biasanya didefinisikan sebagai 4-6 minggu dari spektrum yang luas atau antibiotik sesuai kultur, steroid, irigasi hidung, manajemen alergi, dan untuk pengobatan singkat steroid oral. Terapi bedah mungkin diperlukan jika pasien tetap bergejala, dan ada bukti penyakit mukosa persisten atau obstruksi sinus pada CT scan atau evaluasi endoskopi. Pasien yang jelas kelainan anatomi, polip sinonasal besar, atau alergi sinusitis jamur mungkin menjadi kandidat yang lebih baik untuk terapi bedah primer.Kennedy menciptakan istilah " bedah sinus endoskopi fungsional " untuk menekankan bahwa operasi harus bertujuan memulihkan fungsi sinus normal dan ventilasi tanpa pembuangan berlebihan jaringan berpotensi reversibel untuk dapat sakit. Bedah sinus endoskopi fungsional didasarkan pada beberapa kunci pengamatan: (1) memperluas antrostomi yang paten di posisi nonanatomi yang mungkin gagal untuk mengalirkan mukosiliar; (2) unit ostiomeatal secara anatomis terbatas; dan (3) penipisan mukosa sinus menyebabkan tertundanya penyembuhan dan hilangnya fungsi silia normal. Dengan demikian teknik endoskopi konservatif telah dikembangkan. Kunci teknik ini adalah penggunaan "pemotongan" dengan instrumen yang tidak merusak mukosa sinonasal dan mendapatkan visulisasi yang sangat baik dimungkinkan dengan teleskop modern. mukosa polip dapat dengan hati-hati didebridement, ostia secara alami diperbesar, dan sinus ethmoid yang tidak beratap, yang membuka mereka ke rongga hidung. The perbaikan gejala dengan FESS mungkin diharapkan lebih dari 90% pasien.

Tindakan operatif25

Adenoektomi

Terdapat hubungan antara hipertrofi adenoid dengan sinusitis, jika adenoid sangat besar akan terjadi stasis dari aliran sekret dan terjadi sinusitis kronik atau berulang walaupun telah diberikan pengobatan medikamentosa yang adekuat dan diperpanjang maka tindakan ini terindikasi.

Antral lavageTindakan ini terindikasi bila dengan pendekatan konservatif selama 4-6 minggu tidak berhasil. Pencucian dan irigasi rongga sinus pada pengelolaan sinusitis kronik mulai diragukan kegunaannya setelah adanya antibiotik yang modern dan steroid nasal yang kuat.26 Apalagi bila pengobatan medikamentosa digunakan secara optimal dan agresif maka tindakan bedah jarang diperlukan.27,28

Bedah sinus endoskopikBedah sinus endoskopik ini di tangan ahli THT yang mahir sangat berguna dan makin populer. Tindakan ini dapat memperbaiki klirens mukosilier bahkan dalam waktu yang singkat yaitu 10-30 menit pascatindakan. Padahal dalam waktu sesingkat itu tidak mungkin mukosa yang hilang atau rusak sudah pulih. Ini menunjukkan bahwa tetap terbukanya ostium sinus merupakan hal yang penting untuk memperbaiki klirens mukosilier.29

Operasi Caldwell-LucTindakan ini merupakan pertimbangan terakhir.

Indikasi bedahPenanggulangan dengan cara pembedahan perlu dipertimbangkan apabila :1. Sinusitis kronis atau berulang dengan eksaserbasi akut dan telah gagal dengan pemberian antibiotika yang adekuat dan diperpanjang, penanggulangan lingkungan dan kortikosteroid intranasal. 2. Sinusitis kronis dan menderita juga perburukan penyakit paru atau penyakit infeksi paru yang dapat terkendali dengan baik ketika sinusitisnya dalam keadaan remisi.3. Pasien asma yang tercetus serangannya oleh sinusitis berulang.

Pemeriksaan yang memastikan adanya kelainan pada meatus ostium kompleks misalnya dengan CT scan perlu dilakukan karena bila tidak ada kelainan merupakan kontraindikasi relatif untuk tindakan pembedahan. Pemeriksaan dengan CT scan bahkan lebih bergunadilakukan pada keadaan tenang maupun sedang kambuh, dalam keadaan tenang pengaruh inflamasi akut berkurang dengan demikian penemuan daerah dengan penyempitan anatomik atau daerah dengan kerusakan yang menetap dan menjadi dasar penyakit dapat ditemukan. Penemuan ini dapat menjadi petunjuk bagi ahli THT untuk diperbaiki pada operasi.30

Intranasal5

Larutan garam faali. Larutan ini berguna untuk mengencerkan sekret, meringankan iritasi jaringan, melembabkan membran, mengurangi perdarahan, memperbaiki transportmukosilier dan memperbaiki penciuman. Vasokonstriktor (dekongestan) Dekongestan dibagi dalam golongan katekolamin (efinefrin,fenilefrin) yang terutama bekerja pada adrenoseptor alfa 1, dan derivat imidazol (napazolin, silometazolin 1%), terutama bekerja pada adrenoseptor. Tujuan pemberian dekongestan ini untuk meningkatkan aerasi nasal dengan cara vasokonstriksi sehingga ostium terbuka dengan cepat dan dengan demikian memperbaiki drainase sekret. Pemberian obat ini dianjurkan hanya beberapa hari, guna menghindari terjadinya rinitis medikamentosa yang bahkan merupakan predisposisi terjadinya sinusitis.

Di Subbagian Pulmonologi IKA FKUI-RSCM, pemberian obat dekongestan atas indikasi tertentu yaitu apabila sudah dengan pemberian garam faali masih belum ada perbaikan aerasi.

Anti inflamasi

- Sodium kromoglikat. Merupakan inhibitor degranulasi sel mast yang kuat dan efektif. Penggunaan obat intranasal ini berguna dalam mengobati reaksi mukosa hidung yang disebabkan rangsangan alergen untuk mencegah reaksi cepat dan reaksi lambat

.- Steroid. Penambahan steroid intranasal di samping pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang paling efektif. Pemberian ini akan mempercepat perbaikan pada gejala, mengurangi inflamasi intranasal, dan mempercepat perbaikan gambaran radiologis.21 Kunci keberhasilan jangka panjang penanggulangan sindrom sinobronkial anak terletak pada keberhasilan penanggulangan inflamasi sebagai penyebab dasarnya.22

Oral

Non steroid

- Bronkodilator. Dasar penggunaan obat bronkodilator adalah adanya hiperreaktivitas pada anak dengan sinusitis. Hiperreaktivitas pada sinusitis dapat olehkarena asma yang menyertai sinusitis atau sinusitis itu sendiri dapat menyebabkan hiperreaktivitas. Untuk menanggulangi gejala yang disebabkan oleh hiperreaktivitas tersebut digunakan bronkodilator. Selain itu obat ini dapat meningkatkan transport mukosilier.

- Dekongestan. Jenis, indikasi dan cara kerja obat ini seperti juga yang dipakaidalam penggunaan intranasal.

- Antihistamin. Antihistamin oral digunakan sebagai bahan ajuvan dalam penatalaksanaan sinusitis. Pemberian antihistamin dalam tata laksana sinusitis nonalergi pada anak masih kontroversial. Bila antihistamin digunakan harus denganhati-hati karena kemungkinan efek sampingnya dapat mengeringkan mukosa dan mengentalkan lendir.

Steroid. Naspitz,5 menganjurkan pemberian kortikosteroid oral jangka pendek selama 1minggu, yang diikuti dengan pemberian steroid intranasal selama 3 minggu.

Antibiotik23,24 Antibiotika yang dipakai harus memenuhi syarat: sensitif terhadap kumanpenyebab, kadar dalam mukosa sinus dan bronkus lebih tinggi dari kadar inhibisi minimum dari jenis kuman penyebab, cara pemberian mudah, efek samping sedikit dan obat tersedia dengan harga relatif murah. Antibiotik yang sering digunakan adalah amoksisilin, kotrimoksasol, sefalosporin dan makrolid.

1. Amoksisilin, merupakan obat pilihan untuk pasien sinusitis yang tidak mengalami komplikasi. Menggantikan kedudukan ampisilin di dalam pengobatan infeksi saluran napas atas akibat bakteri, karena absorbsinya dua kali lebih baik dan mempunyai waktu paruh yang lebih panjang. Merupakan obat yang efektif pada sebagian besar pasien, relatif murah dan aman. Kerugian amoksisilin adalah lemah terhadap beta-laktamase yang dihasilkan oleh H. influenzae dan M. catarrhalis.

2. Amoksisilin dan potassium klavulanat, telah dikembangkan dan dipasarkan pada tahun 1985. Potasium klavulanat adalah garam dari asam klavulanat, merupakan beta-laktam yang dengan aktivitas sedikit melawan bakteri patogen tetapi mampu secara efektif menginhibisi enzim betalaktamase.

3. Trimetoprim-sulfametoksazol (TMP-SMX), merupakan kombinasi 2 asam folat antagonis,merupakan antimikroba berspektrum luas. Kombinasi obat ini kurang efektif terhadapStreptococus grup A. Pada sinusitis orang dewasa, keberhasilan obat ini mencapai 95%. Etiologi sinusitis pada dewasa hampir sama dengan sinusitis pada anak.

4. Eritromisin dan sulfisoksazol, merupakan kombinasi oral untuk pengobatan sinusitis padaanak. Dari kepustakaan didapatkan hasil yang berhasil (21 dari 22 anak sinusitis maksilaris)95%.18 Eritromisin efektif terhadap kokus Gram positif tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk sinusitis akut karena tidak adekuat terhadap H. influenzae yang merupakan salah satu penyebab pada semua umur.

5. Golongan sefalosporin merupakan antimikroba yang strukturnya mirip dengan golongan penisilin dan termasuk antimikroba beta-laktam. Sefaklor merupakan generasi kedua dari sefaloporin, obat oral untuk infeksi saluran napas pada anak dan rasanya enak. Kelemahannya adalah dalam aktivitasnya terhadap beta-laktamase yang diproduksi oleh sebagian besar strain M. catarrhalis dan beberapa strain H. influenzae, diberikan 3 kali dalam sehari. Lama pemberian antibiotik belum pernah diteliti secara sistematis. Secara empiris antibiotika dapatdiberikan selama 10-14 hari. Mukosa sinus baru sempurna lagi kurang lebih setelah 3-4 minggu setelah menderita sinusitis. Karena itu sangat disarankan untuk memberikan antibiotika selama 3-4 minggu untuk mengurangi kemungkinan berulangnya sinusitis.

Naspitz CK, Tinkelmand DG. Childhood rhinitis and sinusitis. Pathophysiology and treatment. New York: Marcel Dekker 1990; p.193-272.

Wald ER. Diagnostic considerations. J Pediatr Infect Dis 1985; 4:561-3. 24.

Wald ER. Medical management of sinusitis in pediatric patient. Dalam: Lusk RP Penyunting Pediatric sinusitis. New York: Raven Press 1992: p.71-5.

Cook PR, Nishioka GJ. Allergic rhinosinusitis in the paediatric population. Otrolaryngol Clin North Am 1996; 35:39-56.

Lusk RP. Surgical management of chronic sinusitis. Dalam: Lusk RP. Penyunting: Pediatric sinusitis. New York: Raven Press 1992:77-91.

Pang YT, Willatt DJ. Do antral washout have a place in the current management of chronic sinusitis? J Laryngol Otol 1996; 110:926-8.

Parson DS. Chronic sinusitis: a medical or surgical disease? Otolaryngol Clin North Am 1996; 29:1-9.

Henriksson G et al. A 13 year report on childhood sinusitis: clinical presentations, predisposing factors and possible means of prevention. Rhinology 1996; 34(3):171-5.

Ikeda K et al. Restoration of the mucociliary clearence of the maxillary sinus after endoscopic sinus surgery. J Allergy Clin Immunol 1997; 99:48-52.

Lanza DC et al. Current concepts in the surgical management of chronic and recurrent acute sinusitis. J Allergy Clin immunol 1992:505-11.

Functional endoscopic sinus surgery