original research studi riset diet cuka mandai terhadap

7
Available online at http://ij.unmul.ac.id MCTROPS Vol 01 No 02 November 2020 ISSN:2746-1459 1 Original Research STUDI RISET DIET CUKA MANDAI TERHADAP ANTROPOMETRI MENCIT (Mus musculus) JANTAN YANG DIINDUKSI DIABETES MENGGUNAKAN ALOKSAN Riris Efendi 1 , Anton Rahmadi 1 , Sulistyo Prabowo 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, Indonesia Jl. Tanah Grogot, Kampus gunung Kelua, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia *Email korespondensi : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian cuka Mandai pada mencit jantan yang telah diinduksi diabetes mengunakan aloksan terhadap antropometri dan indeks massa tubuhnya. Penelitian ini dilakukan dengan model eksperimental Design Quasi Experimental dengan 6 perlakuan, diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 30 sampel di akhir. Pembagian kelompok asupan yaitu kelompok A= kontrol, B= Aloksan,, C= Asam askorbat, D = Aloksan + Asam askorbat, E= cuka mandai, F= Aloksan + Cuka mandai. Pengambilan data dilakukan pada hari ke 0, 7, dan 14 dengan parameter kadar gula darah (GD), berat badan (BB), panjang badan sampai anus (PA), Panjang badan sampai ekor (PE), lingkar badan (LB), Lingkar kepala (LK) suhu badan (S), Indeks massa tubuh (IMT). Perlakuan berpengaruh signifikan terhadap GD, BB, LK dan IMT, kenaikan yang signifikan parameter GD terjadi pada kelompok A, B, dan E dimana kadar gula darah terbesar pada kelompok B (131,4±13,2 mg/dl) hal ini berarti kelompok B mengalami kondisi hyperglikemik. BB mengalami kenaikan yang signifikan hanya terjadi pada kelompok E yaitu (4,0±4,4 gr), LK mengalami kenaikan yang signifikan pafa kelompok A, B, D, dan E kenaikan terbesar yaitu pada kelompok E dengan (0,4±0,3 cm) dan perubahan IMT yang signifikan terjadi pada kelompok A, C dan E. kelompok A dan C mengalami penurunan IMT sedangkan kelompok E mengalami kenaikan yaitu sebesar (0,04±0,03 gr/cm 2 ), sedangkan parameter yang lain tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Kesimpulanya kelompok B yang diberi asupan saja mengalami penurunan berat badan, dan kelompok F kelompok aloksan yang diberi asupan cuka mandai mampu menahan penurunan berat badan. Kelompok F tidak mengalami kenaikan LK yang signifikan dan hanya kelompok E yang mengalami perubahan IMT yang signifikan. Kata kunci: Cuka mandai, Antioksidan, Diabetes PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penderita penyakit diabetes melitus di Indonesia cukup tinggi. diperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes dari 7 juta pada tahun 2011 meningkat menjadi 12 juta pada tahun 2030 (ADA, 2011). Penyakit diabetes melitus sangat berkaitan dengan insulin, kondisi ini disebabkan oleh adanya gangguan pada sel pankreas, diabetes adalah penyakit yang terjadi akibat dari rusaknya sel-sel beta penghasil insulin (Campbell, 2000). Penelitian ini didesain untuk membuat mencit diabetes dengan larutan aloksan, induksi aloksan pada mencit akan menyebabkan munculnya stress oksidatif dikarenakan ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan (Nugroho, 2006). Aloksan akan menyerang sel islet dan menyebabkan penurunan produksi insulin pada pankreas (Szkuldeski, 2001). Penderita penyakit DM mengalami defisiensi insulin dan menganggu metabolisme protein dan lemak dalam tubuh yang menyebabkan penurunan berat badan. Penurunan berat badan ini akan berakibat kurangnya jumlah simpanan kalori (Brunner dan Suddarth, 2013). Penurunan berat badan akan sejalan dengan penurunan IMT (Indeks Masa Tubuh). Penderita penyakit DM pada keadaan stres fisiologis dan emosional dapat terjadi hiperglikemia, maka akan meningkatkan

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Original Research STUDI RISET DIET CUKA MANDAI TERHADAP

Available online at http://ij.unmul.ac.id

MCTROPS Vol 01 No 02

November 2020 ISSN:2746-1459

1

Original Research

STUDI RISET DIET CUKA MANDAI TERHADAP ANTROPOMETRI MENCIT (Mus musculus) JANTAN YANG

DIINDUKSI DIABETES MENGGUNAKAN ALOKSAN

Riris Efendi1, Anton Rahmadi1, Sulistyo Prabowo1

1Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, Indonesia Jl. Tanah Grogot, Kampus gunung Kelua, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia

*Email korespondensi : [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian cuka Mandai pada mencit jantan yang telah

diinduksi diabetes mengunakan aloksan terhadap antropometri dan indeks massa tubuhnya. Penelitian ini dilakukan dengan model eksperimental Design Quasi Experimental dengan 6 perlakuan, diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 30 sampel di akhir. Pembagian kelompok asupan yaitu kelompok A= kontrol, B= Aloksan,, C= Asam askorbat, D = Aloksan + Asam askorbat, E= cuka mandai, F= Aloksan + Cuka mandai. Pengambilan data dilakukan pada hari ke 0, 7, dan 14 dengan parameter kadar gula darah (GD), berat badan (BB), panjang badan sampai anus (PA), Panjang badan sampai ekor (PE), lingkar badan (LB), Lingkar kepala (LK) suhu badan (S), Indeks massa tubuh (IMT). Perlakuan berpengaruh signifikan terhadap GD, BB, LK dan IMT, kenaikan yang signifikan parameter GD terjadi pada kelompok A, B, dan E dimana kadar gula darah terbesar pada kelompok B (131,4±13,2 mg/dl) hal ini berarti kelompok B mengalami kondisi hyperglikemik. BB mengalami kenaikan yang signifikan hanya terjadi pada kelompok E yaitu (4,0±4,4 gr), LK mengalami kenaikan yang signifikan pafa kelompok A, B, D, dan E kenaikan terbesar yaitu pada kelompok E dengan (0,4±0,3 cm) dan perubahan IMT yang signifikan terjadi pada kelompok A, C dan E. kelompok A dan C mengalami penurunan IMT sedangkan kelompok E mengalami kenaikan yaitu sebesar (0,04±0,03 gr/cm2), sedangkan parameter yang lain tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Kesimpulanya kelompok B yang diberi asupan saja mengalami penurunan berat badan, dan kelompok F kelompok aloksan yang diberi asupan cuka mandai mampu menahan penurunan berat badan. Kelompok F tidak mengalami kenaikan LK yang signifikan dan hanya kelompok E yang mengalami perubahan IMT yang signifikan.

Kata kunci: Cuka mandai, Antioksidan, Diabetes PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Penderita penyakit diabetes melitus di Indonesia cukup tinggi. diperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes dari 7 juta pada tahun 2011 meningkat menjadi 12 juta pada tahun 2030 (ADA, 2011). Penyakit diabetes melitus sangat berkaitan dengan insulin, kondisi ini disebabkan oleh adanya gangguan pada sel pankreas, diabetes adalah penyakit yang terjadi akibat dari rusaknya sel-sel beta penghasil insulin (Campbell, 2000).

Penelitian ini didesain untuk membuat mencit diabetes dengan larutan aloksan, induksi aloksan pada mencit akan menyebabkan munculnya stress oksidatif

dikarenakan ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan (Nugroho, 2006). Aloksan akan menyerang sel islet dan menyebabkan penurunan produksi insulin pada pankreas (Szkuldeski, 2001).

Penderita penyakit DM mengalami defisiensi insulin dan menganggu metabolisme protein dan lemak dalam tubuh yang menyebabkan penurunan berat badan. Penurunan berat badan ini akan berakibat kurangnya jumlah simpanan kalori (Brunner dan Suddarth, 2013). Penurunan berat badan akan sejalan dengan penurunan IMT (Indeks Masa Tubuh). Penderita penyakit DM pada keadaan stres fisiologis dan emosional dapat terjadi hiperglikemia, maka akan meningkatkan

Page 2: Original Research STUDI RISET DIET CUKA MANDAI TERHADAP

Available online at http://ij.unmul.ac.id

MCTROPS Vol 01 No 02

November 2020 ISSN:2746-1459

2

produksi glukosa pada hati dan mengganggu penggunaan glukosa dalam jaringan otot serta lemak dengan cara melawan kerja insulin (Smeltzer et al., 2010)

Mandai adalah makanan fermentasi tradisional yang berbahan baku dari dami buah cempedak. Terdapat dua proses pengolahan mandai yaitu mandai dengan fermentasi spontan dan fermentasi non spontan. Fermentasi spontan adalah fermentasi non-starter sedangkan fermentasi non spontan adalah fermentasi mengunakan starter, Lactobacillus casei strain Shirota yang diperoleh dari Yakult. Lactobacillus casei strain Shirota merupakan salah satu contoh bakteri yang sering digunakan dalam fermentasi mandai dan tergolong bakteri asam laktat (BAL).

Pengunaan BAL jenis Lactobacilus casei strain shirota dalam proses fermentasi dikarenakan memiliki potensi probiotik yang baik (Kunzes, 2015). Mandai memiliki potensi antioksidan yang baik untuk tubuh. Kandungan antioksidan dalam mandai antara lain adalah polifenol, flavonoid dan tanin (Rahmadi et al, 2018). Cuka mandai adalah produk turunan dari mndai, cuka mndai adalah hasil produk dari memisahkan cairan metabolit-metabolit asam laktat dari padatan mandai hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya dan lebih mudah dikonsumsi dan diterima oleh masyarakat.

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian cuka mandai dengan kandungan antioksidanya terhadap kadar gula darah, antropometri dan IMT (Indeks Masa Tubuh) pada mencit diabetes yang diinduksi dengan aloksan. parameter penelitian dalam penelitian ini antara lain adalah gula darah (GD), berat badan (BB), Suhu (S), Panjang badan sampe anus (PM-PA), Panjang badan sampai ekor (PM-PE), lingkar badan (LB), lingkar kepala (LK) dan indeks masa tubuh (IMT).

BAHAN DAN METODE Cuka Mandai Cuka mandai dibuat di laboratorium Pasca Panen dan Pengemasan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, bahan baku mandai didapat dari pasar tradisional di Samarinda, dami cempedak difermentasi dengan Lactobacilus casei strain Shirota dari Yakult. Bahan Larutan

Aloksan yang di pakai dalam penelitian ini adalah jenis aloksan monohidrat merek Aldric, Asam askorbat murni merek Merck, saline ecosol NaCl merek Braun, dan larutan gula sukrosa 10% Pakan Ransum Pakan ransum yang dipakai dalam penelitian ini adalah ransum dengan merek Purina. Prosedur Penelitian A. Pembuatan Larutan 1. Larutan gula

Gula sukrosa 10 g dilarutkan dalam 100 ml aquades dan dihomogenkan hingga larut secara merata. Dengan asupan yaitu 5625 mg/kg BB (Kanon, 2012). Faktor konfersi menurut Laurence dan Bacharach, (1954) dari tikus ke mencit adalah 0,14, maka asupan sukrosa pada mencit adalah 787,5 mg/kg BB. Larutan dibuat dengan melarutkan 787,5 mg sukrosa dalam 25 ml aquades. 2. Larutan Aloksan

Larutan aloksan dibuat dengan melarutkan padatan aloksan ke dalam larutan infus NaCl, yaitu induksi aloksan melalui intervena dengan perhitungan dosis 65mg/kg BB (Szkudelski, 2001). Pembuatan larutan dengan 32,5 mg aloksan dilarutkan dalam 25 ml Nacl 0,9%. 3. Larutan Asam Askorbat

Larutan asam askorbat dibuat dengan melarutkan bubuk asam askorbat ke dalam air, yaitu dengan melarutkan 0,01 gram askorbat acid ke dalam 1 ml air.

Page 3: Original Research STUDI RISET DIET CUKA MANDAI TERHADAP

Available online at http://ij.unmul.ac.id

MCTROPS Vol 01 No 02

November 2020 ISSN:2746-1459

3

B. Aklimatisasi Mencit Sebelum Penelitian Dimulai Aklimatisasi mencit dilakukan selama

7 hari pada suhu 24°C dengan makanan (komposisi tertentu) dan asupan minum saline ad libitum . (Irdalisa et al., 2015; Sari et al., 2014).

C. Pengukuran Kadar Gula Darah

Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan mengambil sampel darah dari mencit dengan cara memotong ekor mencit sebanyak 0,5 cm, kemudian darah di tes mengunakan alat Easy Touch GCU (Glucose Cholesterol Acid) test unit.

D. Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri hari ke 0 hari ke 7 dan hari ke 15 parameter pengukuran antara lain adalah berat badan (BB), panjang kepala sampai ekor (PE), panjang kepala sampai anus (PA), suhu badan (S), lingkar badan (LB), lingkar kepala (LK), indeks masa tubuh (IMT) terhadap hewan percobaan.

Kelompok perlakuan Asupan Kode

asupan

A Saline 0,9% ad-libitum S

B Aloksan 0,5 ml + larutan gula 0,5 ml A + G

C Quercetin 0,1 ml QC

D Quercetin 0,1 ml + Aloksan 0,5 ml + larutan gula 0,5 ml

QC + A + G

E Cuka Mandai 0,5 ml CM

F

Cuka Mandai 0,5 ml + Aloksan 0,5 ml + larutan gula 0,5 ml

CM + A + G

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gula darah

Hasil pengamatan kadar gula darah mencit selama masa penelitian dilakukan pada hari ke 0, hari ke 7, dan hari ke 15 dapat diliat pada gambar no 1.

Gambar 1. Kadar gula darah Uji Two-way ANOVA menunjukan

adanya signifikan terhadap faktor perlakuan dan hari kemudian dilakukan uji lanjut Fisher’s LSD terhadap kontrol di hari ke 0 vs hari ke 15, Hasil uji lanjut menunjukan ada perbedaan antara kelompok kontrol hari ke 0 vs kelompok kontrol hari ke 15 dengan P-value P=0,0091, kelompok kontrol hari ke 0 vs kelompok aloksan + larutan gula hari ke 15 dengan P-value P=0,0022 dan kelompok kontrol hari ke 0 vs kelompok cuka mandai hari ke 15.

Kelompok aloksan adalah satu satunya kelompok yang mengalami diabetes dengan kadar glukosa darah rata-rata 131 mg/dl pada hari ke 15. Hal ini sebabkan induksi aloksan yang menyebabkan stress oksidatif pada sel beta pancreas dan mengakibatkan resistensi insulin yang dimana insulin berkerja sebagai penyalur glukosa darah ke dalam sel untuk menjadi energi (Szkuldeski, 2001) maka ketika glukosa darah tidak dapat diubah menjadi energi akan mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa dalam darah karena insulin bekerja sebagai pengontrol kadar gula darah (Baltrusch dan Tiedge, 2006).

Kelompok asam askorbat + aloksan dan kelompok cuka mandai + aloksan tidak mengalami peningkatan kadar gula darah yang signifikan, hal ini diduga kandungan aktivitas antioksidan pada asam askorbat dan cuka mandai yang mengontrol stress oksidatif pada sel beta pancreas, sehingga

Page 4: Original Research STUDI RISET DIET CUKA MANDAI TERHADAP

Available online at http://ij.unmul.ac.id

MCTROPS Vol 01 No 02

November 2020 ISSN:2746-1459

4

kerusakan pancreas bisa di hambat oleh antioksidan (Setiawan dan Eko, 2005).

B. Antropometri

1. Berat badan

Gambar 2. Berat badan

Uji Two way anova menunjukan

adanya signifikansi pada faktor asupan kemudian dilakukan uji lanjut Fisher’s LSD terhadap kontrol hari ke 0. Hasil dari uji lanjut menunjukan adanya perbedaan antara kelompok kontrol vs aloksan dengan nilai P-value 0,0119, kontrol vs aloksan + cuka mandai dengan nilai P-value 0,0050

Tren semua kelompok mengalami kenaikan pada hari ke 7 lalu menurun pada hari ke 15 pada beberapa kelompok. Kelompok perlakuan B mengalami penurunan berat badan hal ini terjadi karena induksi aloksan yang menyebabkan sekresi dan resistensi insulin yang akan menganggu metabolisme tubuh dan mengakibatkan kurangnya asupan insulin pada sel, maka sel otot dan jaringan lemak akan memecahkan cadangan energi yang terdapat dalam dirinya sendiri yang berefek pada berkurangnya massa otot dan menurunkan berat badan (Brunner & Suddarth, 2013).

Kelompok E (asupan cuka mandai) mengalami penambahan berat badan yang signifikan karena kelompok E hanya diberikan asupan cuka mandai saja, sehingga tingkat stress pada mencit tekontrol dengan baik.

2. Panjang badan sampai anus

Gambar 3. Panjang badan sampai anus

Uji Two way anova menunjukan

adanya signifikansi pada faktor asupan kemudian dilakukan uji lanjut Fisher’s LSD terhadap kontrol hari ke 0. Hasil dari uji lanjut menunjukan adanya perbedaan antara kelompok kontrol 0 vs kontrol 15 dengan nilai P-value 0,0355, kontrol 0 vs aloksan 15 dengan nilai P-value <0,0001, kontrol 0 vs asam askorbat 15 dengan nilai P-value 0,0037, kontrol 0 vs aloksan + asam askorbat 15 dengan nilai P-value 0,0002, kontrol 0 vs cuka mandai dengan P-value 0,0037, dan kontrol 0 vs aloksan + cuka mandai dengan nilai P-value 0,0002

Panjang badan sampai anus mencit yang diinduksi diabetes pada gambar nomor 3 menunjukkan bahwa semua mencit memiliki tren yang sama pada semua kelompok perlakuan yaitu meningkat baik di hari ke 7 hingga hari ke 15 hal ini menunjukkan bahwa mencit masih dalam fase pertumbuhan. Data hasil pengukuran kemudian diolah mengunakan graphpad prims 8.0.1 menunjukkan adanya signifikansi pada semua kelompok perlakuan terhadap nilai kelompok kontrol hari ke 0.

Signifikansi pada panjang badan sampai anus terjadi perbedaan pada semua kelompok karena kelompok kontrol hari ke 0 memiliki nilai rata-rata yang rendah yaitu 8,8 cm. sedangkan jika di uji dengan nilai kelompok aloksan hari ke 0 maka tidak menunjukkan signifikansi terhadap semua kelompok karena pertumbuhan panjang

Page 5: Original Research STUDI RISET DIET CUKA MANDAI TERHADAP

Available online at http://ij.unmul.ac.id

MCTROPS Vol 01 No 02

November 2020 ISSN:2746-1459

5

mencit sampai anus memiliki tren yang sama pada semua kelompok.

3. Panjang Badan Sampai Ekor

Gambar 4. Panjang Badan Sampai Anus

Berdasarkan hasil uji statistika two-

way ANOVA dengan aplikasi graphPad prim 8.0.1 didapat hasil yang menunjukan tidak adanya signifikansi pada pemberian interaksi, asupan dan perlakuan hari dengan nilai P-value > 0,9999 untuk interaksi , nilai P-value 0,6925 untuk asupan, dan nilai P-value 0,2044 untuk perlakuan hari.

Panjang badan sampai anus mencit yang diinduksi diabetes dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan mencit. Berdasarkan gambar nomor 3 menunjukkan bahwa tidak pebedaan yang signifikan pada pengukuran Panjang badan sampai ekor, hal tersebut menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan tidak berpengaruh signifikan terhadap Panjang badan sampai ekor.

4. Lingkar badan

Gambar 5. Lingkar badan

Berdasarkan hasil uji statistika two-way ANOVA dengan aplikasi graphPad prim 8.0.1 pada data lingkar badan di bandingkan terhadap nilai kelompok aloksan, didapat hasil yang menunjukan tidak adanya signifikansi pada pemberian interaksi, asupan dan perlakuan hari dengan nilai P-value > 0,4770 untuk interaksi , nilai P-value 0,1209 untuk asupan, dan nilai P-value 0,2814 untuk perlakuan hari.

Kelompok kontrol, kelompok asam askorbat dan kelompok aloksan memiliki tren yang sama yaitu naik Ketika hari ke 7 dan kemudian akan turun pada hari ke 15. Pada gambar 5 menunjukan bahwa kelompok asam askorbat + aloksan dan kelompok cuka mandai memiliki tren yang selalu naik dari hari ke 0, hari ke 7 dan hari ke 15 meskipun tingkat signifikansinya belum terlalu terlihat.

5. Lingkar Kepala

Gambar 6. lingkar kepala

Uji Two way anova menunjukan

adanya signifikansi pada faktor perlakuan hari kemudian dilakukan uji lanjut Fisher’s LSD terhadap kontrol hari ke 0. Hasil dari uji lanjut menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok kontrol 0 vs kontrol 15 dengan nilai P-value 0,0343, kontrol 0 vs aloksan 15 dengan nilai - 0,0343, kontrol 0 vs aloksan 15 dengan nilai P-value 0,0037, kontrol 0 vs aloksan + asam askorbat 15 dengan nilai P-value 0,0343, kontrol 0 vs cuka mandai dengan P-value 0,0006

Perubahan yang signifikan pada kelompok kontrol, aloksan, asam askorbat

Page 6: Original Research STUDI RISET DIET CUKA MANDAI TERHADAP

Available online at http://ij.unmul.ac.id

MCTROPS Vol 01 No 02

November 2020 ISSN:2746-1459

6

+ aloksan dan kelompok cuka mandai menunjukan bahwa peningkatan lingkar kepala berkaitan erat dengan jumlah makanan yang dikonsumsi mencit selama masa penelitian. Kelompok asam askorbat dan kelompok cuka mandai + aloksan tidak mengalami perbuahan sama sekali hal ini juga diakibatkan adanya aktivitas antioksidan pada cuka mandai dan asam askorbat sehingga mengurangi menumpukan lemak pada mencit, keadaan obesitas sering disertai dengan oksidasi stress (Fernández-Sánchez et al., 2011).

6. Suhu

Gambar 7. Suhu

Berdasarkan hasil uji statistika two-

way ANOVA dengan aplikasi graphPad prim 8.0.1 didapat hasil yang menunjukan tidak adanya signifikansi pada pemberian interaksi, asupan dan perlakuan hari dengan nilai P-value 0,1966 untuk interaksi , nilai P-value 0,2415 untuk asupan, dan nilai P-value 0,2044 untuk perlakuan hari.

7. Indeks Masa Tubuh

Gambar 8. Indeks Masa Tubuh

Uji Two way anova menunjukkan adanya signifikansi pada faktor perlakuan hari kemudian dilakukan uji lanjut Fisher’s LSD terhadap kontrol hari ke 0. Hasil dari uji lanjut menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok kontrol 0 vs kontrol 15 dengan nilai P value 0.0359, kontrol 0 vs asam askorbat 15 dengan nilai P value 0,0010, kontrol 0 vs cuka mandai 15 dengan P value 0,0359

Kelompok kontrol dan asam askorbat mengalami penurunan IMT yang signifikan hal ini terjadi karena perubahan berat badan yang kecil selama masa penelitian, sedangkan kenaikan panjang badan terjadi pada semua kelompok perlakuan. Kelompok cuka mandai mengalami peningkatan yang signifikan selama masa penelitian yaitu 4,0 gram.

Peningkatan berat badan yang tinggi terjadi karena konsumsi energi yang tinggi yaitu 19 kj perhari, hal lain yang menyebabkan IMT kelompok cuka mandai meningkat signifikan karena kelompok ini tidak diinduksi aloksan dan tidak mengalami diabetes, sehingga metabolism tubuh tidak terganggu dan pertumbuhan tubuh normal.

Pemberian induksi aloksan dalam kelompok aloksan, asam askorbat + aloksan dan cuka mandai + aloksan mengakibatkan perubahan IMT yang tidak signifikan, hal ini diduga karena induksi aloksan akan mempengaruhi metabolism tubuh mencit dengan stress oksidasi yang di timbulkan (Nugroho, 2006). Kelompok yang diinduksi aloksan memiliki rata-rata konsumsi yang rendah jika di bandingkan dengan kelompok non aloksan yaitu 17-18 kj meskipun hubungan antara keduanya signifikansinya tidak terlihat.

KESIMPULAN

Diet cuka mandai pada mencit yang diinduksi diabetes berpengaruh signifikan terhadap parameter antropometri berat badan, Lingkar kepala dan Indeks Masa Tubuh mencit dan berpengaruh tidak signifikan terhadap Panjang badan sampai

Page 7: Original Research STUDI RISET DIET CUKA MANDAI TERHADAP

Available online at http://ij.unmul.ac.id

MCTROPS Vol 01 No 02

November 2020 ISSN:2746-1459

7

anus, Panjang badan sampai ekor, lingkar badan, dan suhu. DAFTAR PUSTAKA ADA [American Diabetes Association]

(US). 2011. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 36(1).

Baltrusch., S dan Tiedge, M. 2006 Glucokinase regulator network in pancreatic betacells dan liver. Diabetes.

Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta. EGC

Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2000. Biologi Edisi ke 5 Jilid 2. (diterjemahkan dari : Biology Fifth Edition, penerjemah : W. Manalu). Penerbit Erlangga. Jakarta. 404 hal

Fernández-Sánchez (2011). Inflammation, oxidative stress, and obesity. International Journal of Molecular Sciences, 12(5), pp:3117–3132.

Kunzes, A, A. kumari, savitri dan T.C Bhalla., 2012 probiotic characteriztion of lactic bacteria from fermented foods and beverage of ladakh. Himachal pradesh university, summer hill, India

Laurence dan Bacharach. 1964." Evaluation of Drug Activities Pharmacometrics, cit; Ngatidjan, 1990, Metode Laboratorium". Dalam: Toksikologi, reviewer: Hakim. E. Pusal Anlar Universitas Biolcknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Nugroho A., 2006, Hewan Percobaan Diabetes Mellitus: Patologi dan Mekanisme Aksi Diabetogenik, Biodiversitas, 7 (4), 378–382.

Rahmadi. A, Sabarina Y and Agustin S., 2018 Different drying temperatre modulate chemical and antioxidant properties of mandai cempedak (Artocarpus integer) F1000Research 2018, 7:1706

Setiawan, B, Eko S. 2005. Stres oksidatif dan peran antioksidan pada diabetes melitus. Majalah Kedokteran Indonesia (2): 87-90.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. 2010. Texbook of medical surgical nursing Brunner &Suddarth’s.(11th.ed.). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. 7

Szkudelski, T., 2001. The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In β Cells Of The Rat Pancreas. Phsiology Research, 50: 536-54