pajak

19
MAKALAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) Fedya Mahardini 8111413251 Novian Aryani Wibowo 8111413252 Bella Purbanita 8111413262 Azam Zaini M. 8111413289 Chandra Setya W. 8111413303 FAKULTAS HUKUM

Upload: azam-zaini-mukhtar

Post on 18-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

jh

TRANSCRIPT

MAKALAHPAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Fedya Mahardini 8111413251Novian Aryani Wibowo 8111413252Bella Purbanita 8111413262Azam Zaini M. 8111413289Chandra Setya W. 8111413303

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2015

BAB IPENDAHULUANa. Latar BelakangPajak merupakan sumber pendapatan utama setiap Negara di dunia. Tentu keberadaan pajak sangat penting dalam pelaksanaan fungsi Negara dan pemerintahan. Berkaitan dengan fungsi pajak yang memiliki fungsi regulerend yaitu, Pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat ke arah yang dikehendaki pemerintah. Oleh karenanya fungsi mengatur ini menggunakan pajak untuk mendorong dan mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan tujuan pemerintah. Pajak pertambahan nilai juga memiliki fungsi demikian. Namun banyak orang. Pedagang, pengusaha dan konsumen tidak mengetahui apa fungsi pajak pertambahan nilai dalam kehidupan bernegara,Pajak pertambahan nilai merupakan salah satu bentuk pajak yang masuk kedalam kategori pajak pusat. Oleh karena itu pengenaanya dan pemungutanya dilakukan oleh pemerintah pusat. Hal ini berarti pajak pertambahan nilai mempunyai fungsi menyeluruh untuk kepentingan bangsa. PPN dikenakan atas konsusmsi barang/jasa di dalam negeri. Dengan prinsip ini, maka barang yang dijual ke luar negeri harus dikeluarkan PPN nya sehingga banyak eksportir biasanya mengajukan restitusi PPN karenannya. Dengan prinsip ini juga, setiap barang/jasa yang masuk ke dalam negeri harus dikenakan PPN.Rumusan Masalah1. Bagaimana peraturan hukum pajak pertambahan nilai?2. Siapa subjek PPn?3. Apa sajakah barang dan jasa yang di kenakan PPN?4. Bagaimana mekanisme penyerahan PPN?TujuanTujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita lebih memahami pembahasan mengenai pajak pertambahan nilai.

BAB IIPembahasan1. Pengaturan Hukum Pajak Pertambahan NilaiDasar HukumUndang-undang yang mengatur pengenaan pajak pertambahan nilai adalah undang-undang nomor 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan undang-undang nomor 42 tahun 2009. Undang undang ini disebut undang undang pajak pertambahan nilai2. SUBYEK PPNPengusaha kena pajakpengertian PKP dirumuskan dalam Pasal 1 angka 15 UU PPN 1984 yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP atau ekspor BKP. Berdasarkan memori penjelasan Pasal 4 ayat huruf a dan huruf c UU PPN 1984 pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dalam ketentuan ini meliputi, baik pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai PKP, tetapi belum dikukuhkan. Oleh karena itu, ketika seorang pengusaha atau suatu perusahaan menyerahkan BKP/JKP yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, pad dasarnya sudah dapat dikenai PPn tanpa menunggu pengukuhan sebagai PKP.Berbeda halnya dengan ekspor BKP. Dalam memori penjelasan Pasal 4 ayat 1 huruf f, ekspor BKP dapat dikenai PPN hanya apabila yang melakukan ekspor adalah pengusaha yang sudah dikukuhkan menjadi PKP. Dalam hal eksportir belum dikukuhkan menjadi PKP, atas ekspor BKP ini tidak dikenai PPN. Pemahaman yangs ama berlaku terhadap Pasal 4 ayat 1 huruf g dan huruf h.Pengusaha Tidak Kena PajakPengusaha bukan PKP yang menjadi subjek PPN meliputi pengusaha yang melakukan kegiatan dimaksud Pasal 4 ayat 1 huruf b, huruf d, dan huruf e serta Pasal 16C UU PPN 1984.pengukuhan pengusaha ini sebagai atau menjadi PKP, bukan faktor yang menentukam statusnya sebagai subjek pajak.Kewajiban Pengusaha Kena PajakPengusaha Kena Pajak berkewajiban, antara lain untuk :a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajakb. Pemungutan PPN dan PPn BM yang terutangc. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat di kreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dand. Melaporkan penghitungan pajak.Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena PajakPengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah :a. Pengusaha Kecilb. Pengusaha yang semata-mat menyerahkan barang dan atau jasa yang tidak dikenakan PPN

3. Objek PPNPada dasarnya semua barang dan jasa adalah objek PPN. Tetapi oleh karena adanya pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya, maka diatur sendiri oleh Undang-undang PPN bahwa ada barang dan jasa tertentu yang tidak dipungut serta dikecualikan dari pengenaan PPN dan dibebaskan dari pungutan PPN.Objek PPN dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu: 1.Barang Kena Pajak yaitu barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. 2.Jasa Kena Pajak yaitu setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.Barang Kena PajakBarang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.Barang kena pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang pajak pertambahan nilai.Yang dimaksud dengan barang kena pajak tidak berwujud adalah:a. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kasusastran kesenian atau karya ilmiah, paten,desain atau model,atau bentuk hak kekayaan intelektual atau hak serupab. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan undustrial atau ilmiahc. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial.d. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada huruf a, penggunan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada huruf b, atau pemberian pengetahuan atau informasi pada huruf c berupa:1. Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik.2. Penggunaan atau hak meenggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio3. Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi.Pengecualian Barang tidak kena pajak1.Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya meliputi :a.minyak mentah (crude oil); b.gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat;c.panas bumi;d.asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;e.batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara; dan f.bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit.2.Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak meliputi :a.beras;b.gabah;c.jagung;d.sagu;e.kedelai;f.garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium; g.daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus; h.telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau dikemas; i.susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; j.buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses cuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dank.sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.3.Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.4.Uang, emas batangan, dan surat berharga.Jasa Kena Pajaksalah satu objek PPN adalah penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.[1]Dengan demikian, salah satu unsur yang menentukan apakah atas suatu penyerahan jasa itu harus dikenakan PPN atau tidak adalah bahwa jasa yang diserahkan adalah termasuk Jasa Kena Pajak. Nah, apakah yang dimaksud dengan Jasa Kena Pajak itu? Tulisan singkat ini akan menguraikan apa yang dimaksud dengan Jasa Kena Pajak tersebut.Pengertian jasa menurut ketentuan UU PPN 1984 adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.[2]Jasa Kena Pajak sendiri dinyatakan sebagai jasa yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN 1984.[3]Hal tersebut menyiratkan bahwa Jasa Kena Pajak itu adalah jasa yang ditentukan oleh Undang-undang PPN. Di bagian manakah di Undang-undang PPN yang menyatakan jasa seperti apa yang dikenakan pajak? Ternyata di Pasal 4A ayat (3) dinyatakan beberapa jenis jasa yang tidak termasuk Jasa Kena Pajak. Dengan demikian, Undang-undang PPN bukan menyatakan jasa-jasa yang termasuk Jasa Kena Pajak (positive list), tetapi sebaliknya membuat daftar jasa-jasa yang bukan Jasa Kena Pajak (negative list). Artinya, pada dasarnya semua jasa adalah Jasa Kena Pajak, kecuali yang dinyatakan sebaliknya oleh Undang-undang PPN.a. Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi : Jasa dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi Jasa dokter hewan Jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, agli gizi, dan ahli fisioterapi Jasa kebidanan dan dukun bayi Jasa paramedic dan perawat Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratium kesehatan, dan sanitarium Jasa psikolog dan psikiater Jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormalb. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi : Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo Jasa pemadam kebakaran Jasa pemberi pertolongan pada kecelakaan Jasa lembaga rehabilitasi Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematoirum dan Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial c. Jasa yang dibidang pengiriman surat dengan perangkod. Jasa keuangan, meliputi : Jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu Jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya. Jasa jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa : sewa guna usaha dengan hak opsi, anjak piutang, usaha kartu kredit dan/atau pembiayaan konsumen. Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia, dan Jasa pinjamane. Jasa asuransi, yaitu jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi dan konsultan asuransif. Jasa di bidang keagamaan, meliputi : Jasa pelayanan rumah ibadah Jasa pemberian khotbah atau dakwah Jasa penyelenggaraan kegiataan keagamaan, dan Jasa lain di bidang keagamaang. Jasa pendidikan, meliputi : Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah dan Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolahh. Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburani. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau televise yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersialj. Jasa angkutan di darat dan di air serta jasa angkuatan udara dalam negri yang menjadi bagian tak terpisahkan dan jasa angkutan luar negrik. Jasa tenaga kerja, meliputi : Jasa tenaga kerja Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut Jasa penyelenggaraan pelatuihan bagi tenaga kerjal. Jasa perhotelan, meliputi : Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel serta fasilitas terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap dan Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losme dan hostel.Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, antara lain pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk.n. Jasa penyediaan tempat parkir, yaitu jasa penyedian tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna trempatr parkir dengan dipungut bayaran.o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.p. Jasa pengiiman uang dengan wesel pos, dan q. Jasa boga atau katering.

Mekanisme PPNMEKANISME PENGENAAN PPNUndang-undang pajak Pertambahan Nilai 1984 menganut metode kredit pajak (credit method) sertra metode faktur pajak (invoice method). Dalam metode ini Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP). PPN dipungutr secara betingkat pada setiap jalur produksi dan distribusi. Unsur pengenaan pajak beganda atau pengenaan pajak atas pajak dapat dihindari dengan diterapkannya mekanisme pengkreditan pajak masukan (metode kredit pajak). Untuk melakukan pengkeditan pajak masukan, sarana yang digunakan adalah faktur pajak (metode faktur pajak).Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut : Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual tersebut merrupakan pembayaran pajak di muka dan disebut dengan Pajak Masukan. Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak. Pada saat menjual/menyeahkan PKB/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN. Bagi penjual, PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak. Apabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwin) jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada jumlah Pajak Masukan, selisihnya harus disetorkan ke kas negara. Apabila dalam suatu masa pajak jumlah Pajak Keluaran lebih kecil daripada jumlah Pajak Masukan, selisihnya dapat direstitusi (diminta kembali) ataui dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN).Contoh : Sepanjang bulan Maret 2011, PT ABC mempunyai transaksi sebagai berikut : Membeli bahan baku seharga Rp 100.000.000,- (dipungut PPN sebesar Rp 10.000.000,-) Membeli bahan penolong seharga Rp 40.000.000,- (dipungut PPN sebesar Rp 4.000.000,-) Menjual produknya seharga Rp 200.000.000,- (memungut PPN sebesar Rp 20.000.000,-) Perhitungan PPN :Jumlah Pajak Keluaran Rp 20.000.000,-Jumlah Pajak Masukan Rp 14.000.000,-PPN kurang bayarRp 6.000.000,-

Jumlah PPN kurang bayar sebesar Rp 6.000.000,- ini harus disetorkan ke kas negara.CARA MENGHITUNG PPN Cara Menghitung PPN adalah sebagai berikut :PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULANTidak dapat dipungkiri jika pajak merupakan sumber pendapatan utama setiap negara di dunia. Tentu keberadaan pajak sangat penting dalam pelaksanaan fungsi negara dan pemerintahan. Di negara-negara maju dan berkembang, sebagian potensi pendapatan negara melalui pajak itu sudah dimanfaatkan bagi keperluan peningkatan kemampuan inovasi dan teknologi badan usaha dan industri nasional mereka. Sebagaimana dimaklumi, pajak berfungsi dalam pembiayaan (budgeter) pembangunan, terutama untuk keperluan pengeluaran rutin seperti belanja pegawai, barang, termasuk pemeliharaannya.Dengan pajak, roda pembangunan dapat berjalan dan membuka kesempatan kerja. Dalam hal ini pajak juga berfungsi sebagai pendistribusi pendapatan masyarakat. Dengan pajak, suatu pemerintahan juga dapat menjalankan kebijakan terkait dengan stabilitasi harga sehingga tingkat inflasi dapat tetap dijaga. Stabilitasi dilakukan dengan mengatur peredaran uang, yang dilakukan melalui pemungutan pajak dan dengan pemanfaatannya secara efektif dan efisien.

Daftar PustakaMardiasmo.2009. Perpajakan edisi revisi.Yogyakarta : Andi http://www.pajak.go.id/content/penyerahan-jasa-kena-pajak-e-commerce-di-daerah-pabean-kena-ppn.