pajak (analisis kasus)

31
Tax Treaty Case Disusun oleh : 1.Ade Putri Ilmi Bandari 2.Astrianti 3.Dianis Nurmala Mayanda 4.Elvan

Upload: astri

Post on 18-Sep-2015

127 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

Pajak (analisis kasus)

TRANSCRIPT

  • Tax Treaty Case Disusun oleh :Ade Putri Ilmi BandariAstriantiDianis Nurmala MayandaElvan

  • Kasus IMacam-macam objek pajaknya:

  • Pemenuhan Kewajiban Perpajakan serta MekanismenyaA. Dividen

  • P3B Indonesia-JepangPasal 10 ayat 2a-bDividen dapat dikenakan pajak di Negara dimana badan yang membayarkan dividen itu berkedudukan sesuaidengan perundang-undangan Negara itu, tetapi apabila si penerima dividen adalah pemilik yang, maka pajakyang dikenakan tidak akan melebihi :10 persen dari jumlah kotor dividen jika penerima dividen adalah, suatu badan yang selama 12 bulan pada akhir masa pembukuan dimana pembagian keuntungan dilakukan, memiliki sekurang kurangnya 25 persen modal dari badan yang membayarkan dividen.(b) 15 persen dari jumlah kotor dividen dalam hal lainnya.Pasal 23 ayat 1bJika pendapatan itu berupa dividen yang dibayarkan oleh suatu badan yang berkedudukan di Indonesiakepada suatu badan yang berkedudukan di Jepang dan yang memiliki tidak kurang dari 25 persen darihak suara dari badan yang membayar dividen atau dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh badan itu,maka pajak yang dibayar di Indonesia oleh badan yang memberikan dividen itu akan diperhitungkan

    P3B Indonesia-AustraliaArticle 10 (Dividends)paragraph 1. Dividends paid by a company which is a resident of one of the Contracting States under the law of that State relating to its tax, being dividends to which a resident of the other Contracting State is beneficially entitled, may be taxed in that other State.paragraph 2. Those dividends may be taxed in the first-mentioned Contracting State and according to the law of that State, but the tax so charged shall not exceed 15% of the gross amount of the dividends. The competent authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application of this limitation.

  • B. RoyaltiReferensi: P3B Indonesia-JepangPasal 12 ayat (2)Royalti dapat juga dikenakan pajak di Negara dimana royalti itu berasal, sesuai dengan perundang undangan Negara itu, tetapi apabila sipenerima adalah pemilik royalti yang menikmatinya, pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 10 persen dan jumlah kotor royalti.Implikas Perpajakan: Atas royalty yang dibayarkan PT Fountain Indonesia kepada Kitaro Corp., dapat dipajaki di Indonesia sesuai dengan Pasal 12 ayat (2) P3B Indonesia Jepang sebesar 10% (sepanjang Kitaro Corp)adalah beneficial owner dari royalti tersebut).

    Karena Kitaro Corp. dapat memberikan CoD sebagai syarat administratif tertanggal 31 Desember 2011 (berlaku satu tahun) untuk memperoleh manfaat P3B Indonesia Jepang sesuai Per 61/2009, Sehingga, PPh Pasal 26 yang terutang setiap bulannya tahun 2012 sesuai dengan manfaat tarif P3B Indonesia Jepang adalah 10% x USD 2.000 x Kurs KMK. Sedangkan untuk tahun 2013 dikenakan PPh Pasal 26 tarif 20% tanpa manfaat tax treaty.

  • C. Fee atas tenaga ahli jasa perakitanJawaban (1)Referensi: P3B Indonesia-JepangPasal 5 ayat (5)Perusahaan dari suatu Negara akan dianggap mempunyai pendirian tetap di Negara lainnya apabila perusahaan tersebut memberikan jasa konsultan atau jasa pengawasan sehubungan dengan pendirian bangunan, konstruksi atau proyek instalasi melalui pekerja-pekerja atau pegawai lainnya kecuali oleh agen yang berdiri sendiri dimana ketentuan ayat 8 berlaku dimana kegiatan-kegiatan itu berlangsung (untuk dua atau lebih proyek yang sama atau yang berhubungan) dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan dalam suatu tahun pajak. Namun apabila pemberian jasa-jasa tersebut dilakukan sebagai akibat adanya perjanjian antara kedua Negara yang menyangkut kerjasama ekonomi atau tehnik, maka perusahaan tersebut tidak dianggap mempunyai pendirian tetap di Negara lain tersebut

  • Implikasi Perpajakan:Sesuai dengan Pasal 26 UU PPh, atas imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan yang dibayarkan ke Wajib Pajak luar negeri selain BUT oleh subjek pajak dalam negeri (Kitaro Corp), dapat dikenakan pajak dengan tarif 20%. Meski demikian, dengan adanya tax treaty antara Indonesia dengan Jepang, perlu dilihat implikasi pemajakan kepada Wajib Pajak yang merupakan penduduk dari negara yang saling berjanji.

    Pasal 5 ayat (5) P3B Indonesia menyebutkan yang disebut terminologi BUT antara lain termasuk atas pemberian jasa melalui pengiriman pegawai dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan dalam suatu tahun pajak. Karena pemberian jasa yang dilakukan oleh Kitaro Corp melalui pengiriman pegawainya ke Indonesia tidak melebihi time test Pasal 5 ayat P3B Indonesia Jepang, maka dapat disimpulkan tidak ada BUT dari Kitaro Corp di Indonesia. Jadi untuk transaksi tersebut tidak dikenai pajak di negara sumber penghasilan Indonesia.

  • Jawaban (2)Referensi: P3B Indonesia-JepangPasal 15 ayat (2)Balas jasa yang diperoleh seorang penduduk disuatu Negara dari pekerjaan yang dilakukan di Negara lain, hanya akan dikenakan pajak di Negara yang dsebut pertama, jika:Si penerima berada di Negara lain itu selama suatu masa atau masa-masa yang jumlahnya tidak melebihi 183 hari dalam suatu tahunBalas jasa dibayar oleh atau nama majikan yang bukan merupakan penduduk Negara lainnya itu, danBalas jasa tidak menjadi beban suatu ayat 1 dan 2, balas jasa yang berkenaan dengan pekerjaan dalam hubungan perburuhan yang dilakukan di atas kapal atau pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional oleh perusahaan dari suatu Negara, dikenakan pajak di Negara ituImplikasi PerpajakanDikarenakan ketiga syarat sebagaimana tertera dalam pasal 15 ayat (2) tidak terpenuhi semua, maka Indonesia tidak berhak mengenakan pajak. Dan terkait fee yang dikeluarkan Indonesia ke Kitaro, pengenaan pajak hanya bisa dikenakan oleh daerah domisili sebagai passive income

  • D. Bunga atas ObligasiReferensi: P3B Indonesia JepangArticle 11 (Interest)Ayat 1Bunga yang berasal dari suatu Negara dan dibayarkan kepada penduduk Negara lainnya dapatdikenakan pajak di Negara lainnya tersebut.Ayat 2Namun demikian, bunga itu dapat juga dikenakan pajak di negara tempat asal bunga sesuai denganperundangundangan pajak Negara itu, akan tetapi jika sipenerima bunga adalah pemilik yangmenikmati bunga tersebut, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 10 persen dari jumlahkotor bunga itu.Ayat 8Apabila, karena adanya suatu hubungan istimewa antara pembayar bunga dengan penerima bungaatau antara keduanya dengan pihak ketiga, besarnya jumlah bunga yang dibayarkan, denganmemperhatikan besarnya tagihan hutang yangmenjadi pokok pembayaran itu, melebihi jumlahyang seharusnya disepakati oleh pembayar dan penerima bunga seandainya tidak ada hubunganistimewa semacam itu, maka keuntungan-keuntungan Pasal ini akan berlaku hanya terhadap jumlahbunga yang disebut terakhir. Dalam hal ini, jumlah pembayaran selebihnya akan tetap dikenakan pajak menurut perundang undangan masing-masing Negara, dengan memperhatikan ketentuanketentuan lainnya dalam persetujuan ini.

  • Implikasi PerpajakanAtas bunga yang dibayarkan PT Fountain International Pty.Ltd, (pihak berelasi) di Australia, dapat dipajaki di Indonesia sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) P3B Indonesia Australia sebesar 10% (sepanjang PT Fountain International Pty.Ltd. adalah beneficial owner dari bunga tersebut).Meski demikian, memperhatikan hubungan istimewa di antara kedua perusahaan tersebut, Pasal 11 ayat (6) P3B Indonesia Australia mensyaratkan besarnya nilai bunga yang dibayarkan antar pihak berelasi hanyalah sebesar nilai yang dibayarkan jika transaksi tersebut terjadi antar pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa (tidak berelasi). Dengan demikian, besarnya bunga yang dibayarkan seharusnya menggunakan tingkat suku bunga pasar 15% dan dipajaki sebesar 10%. Sedang atas kelebihan pembayaran bunga 5% (20%-15%), pajaknya diperhitungkan sesuai dengan tarif PPh Pasal 26.

  • Asumsi jika PT Fountain International Pty.Ltd menyerahkan CoD nya maka perhitungan bunga dan pajaknya menjadi:Pokok Bunga 3 bulanan ( 1/4 x 15% x USD 200.000) = USD 7.500PPh Pasal 26 sesuai dengan P3B (USD 7.500 x Kurs KMK x 10%)= Rp xxx (a)Kelebihan pembayaran bunga( 1/4 x 20%x USD 200.000)(USD 10.000-7.500)= USD 2.500PPh Pasal 26 ayat (1) huruf b (USD 2.500 x Kurs KMK x 20%)= Rp xxx (b) +Total PPh Pasal 26 yang seharusnya dibayarkan= Rp xxx (a+b)PPh Pasal 26 yang dipotong (USD 10.000 x Kurs KMK x 10%)= Rp xxx -PPh Pasal 26 yang kurang dipotong= Rp xxx

    Atas kekurangan pemotongan PPh Pasal 26 tersebut, Perusahaan dapat terpapar beberapa kemungkinan,misalnya Sanksi bunga Pasal 9 ayat (2a) UU KUP 2%/bulan, jika Perusahaan membetulkan sendiri, atauSanksi bunga Pasal 14 ayat (3) UU KUP 2%/bulan max 24 bulan, jika atas kekurangan pemotongan tersebut diterbitkan STP oleh KPP (tidak dibetulkan sendiri).

  • F. Penjualan Saham Menurut ketentuan tentang sumber penghasilan (KTSP) mengenai Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya. yang berhak mengenakan pajak adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.

    Atas penjualan saham PT Fountain sebanyak 5% oleh Kitaro Corp. Pada bulan Agustus 2013 kepada Seaworld Corporation yang berkedudukan di Singapore dengan nilai transaksi sebesar USD300 ribu. Apabila terdapat keuntungan atas pelepasan saham, maka dikenakan tarif pajak 20% (tidak mempunyai CoD) dari keuntungan penjualan saham tersebut.

  • mas elvan

  • PT HANA

  • SOAL 1Pada tanggal 11 Maret 2014, PT HANA melakukan pembayaran dividen total sebesar USD300.000 kepada SUJU CO. dan AKHI CORP. Baik SUJU CO. maupun AKHI CORP. telah menyerahkan SKD (CoD) kepada PT HANA dengan tanggal SKD SUJU CO. 30 April 2013 dan tanggal SKD AKHI CORP. 31 Mei 2013.

  • Pembayaran Dividen PT HANA (Indonesia) kepada SUJU Co. (Korea Selatan)P3B Indonesia-Korea SelatanPasal 10DIVIDENDividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuan kepada penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya dapat dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya tersebut.Namun demikian, dividen itu dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan di mana perseroan yang membayarkan dividen tersebut berkedudukan dan sesuai dengan perundang- undangan Negara tersebut, akan tetapi apabila penerima dividen adalah pemilik saham yang menikmati dividen itu, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi :a)10 persen dari jumlah kotor dividen apabila pemilik saham yang menikmati dividen tersebut adalah perseroan (selain persekutuan) yang memiliki paling sedikit 25 persen dari modal perusahaan yang membayarkan dividen;(b)15 persen dari jumlah kotor dividen dalam hal lainnya.Ayat ini tidak akan mempengaruhi pengenaan pajak atas laba suatu perseroan yang menjadi dasar pembayaran dividen.

  • Istilah "Dividen" sebagaimana digunakan dalam pasal ini berarti penghasilan dari saham-saham atau hak-hak lainnya yang bukan merupakan surat-surat piutang, namun berhak atas pembagian laba, demikian pula penghasilan dari hak-hak dari perseroan lainnya yang diperlakukan sama dalam pengenaan pajaknya sebagai penghasilan dari saham-saham oleh undang-undang Negara pihak pada Persetujuan dimana perusahaan yang membagikan dividen berkedudukan.

  • UU No. 7 Tahun 1983 stdd. UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh)Pasal 26 ayat (1)Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeriselain bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan: dividen;bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;hadiah dan penghargaan;pensiun dan pembayaran berkala lainnya;premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/ataukeuntungan karena pembebasan utang.

  • Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan (PP 94/2010)Penjelasan Pasal 15 ayat (3)Saat terutangnya Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah pada saat pembayaran, saat disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo (seperti: bunga dan sewa), saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur (seperti: royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasa lainnya).Yang dimaksud dengan "saat disediakan untuk dibayarkan":a. untuk perusahaan yang tidak go public, adalah saat dibukukan sebagai utang dividen yang akan dibayarkan, yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan atau ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Demikian pula apabila perusahaan yang bersangkutan dalam tahun berjalan membagikan dividen sementara (dividen interim), maka Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan terutang pada saat diumumkan atau ditentukan dalam Rapat Direksi atau pemegang saham sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan yang bersangkutan.

  • Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-61/PJ/2009 stdd. Per-24/PJ/2010 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (Per 61/2009)Pasal 3Pemotong/Pemungut Pajak harus melakukan pemotongan atau pemungutan pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam P3B, dalam hal : Penerima penghasilan bukan SUbjek Pajak dalam negeri Indonesia,Persyaratan administratif untuk menerapkan ketentuan yang diatur dalam P3B telah dipenuhi; danTidak terjadi penyalahgunaan P3B oleh WPLN sebagaimana dimaksud dalam ketentuan tentang penyalahgunaan P3B.Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, Pemotong/Pemungut Pajak wajib memotong atau memungut pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

  • Implikasi PerpajakanAtas pembayaran dividen yang dilakukan oleh PT HANA kepada SUJU Co. yang berkedudukan di Korea Selatan, dapat dipotong pajaknya di Indonesia sesuai dengan ketentuan P3B Indonesia-Korea Selatan selama besar pajaknya tidak melebihi 10% dari jumlah bruto dividen yang dibayarkan. Sesuai dengan PP 94/2010, PPh pasal 26 tersebut terutang pada saat disediakan untuk dibayarkan. Dalam hal ini, pada saat PT HANA melakukan RUPS Tahunan atau membagikan dividen interim.Dengan demikian, CoD yang tertanggal 30 April 2013 (berakhir April 2014) masih berlaku karena PT HANA telah membayarkan dividen tersebut pada tanggal 11 Maret 2014. Sehingga, PPh pasal 26 yang terutang sesuai dengan manfaat tarif P3B Indonesia-Korea Selatan adalah :10% * USD 300.000 * KMK IDR 11.150 * 50% kepemilikan saham = IDR 167.250.000

  • Pembayaran Dividen PT HANA (Indonesia) kepada AKHI Corp. (Kuwait)P3B Indonesia-KuwaitPasal 10 DIVIDENDividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuan kepada penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya dapat dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya tersebut.Namun demikian dividen itu dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan di mana perseroan yang membayarkan dividen tersebut berkedudukan dan sesuai dengan perundang- undangan Negara tersebut, akan tetapi pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 10 % (sepuluh persen) dari jumlah bruto dividen. Ayat ini tidak akan mempengaruhi pengenaan pajak atas laba perseroan darimana pembayaran dividen dibayarkan.Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2, dividen dibayarkan oleh suatu perusahaan yang erupakan penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan tidak akan dikenakan pajak di Negara pihak ada Persetujuan itu apabila pemilik saham yang menikmati dividen adalah Pemerintah dari Negara ihak pada Persetujuan lainnya atau setiap lembaga pemerintah atau bentuk lainnya, sebagaimana imaksud dalam Pasal 4 ayat 2.

  • 4. Istilah "dividen" sebagaimana digunakan dalam Pasal ini berarti penghasilan dari saham-saham, aham-saham "jouissance" atau hak "jouissance", saham-saham pertambangan, saham-saham pemilikan atau hak-hak lain yang bukan merupakan surat tagihan piutang, yang berhak atas pembagian laba, maupun penghasilan lainnya dari hak-hak perseroan yang oleh undang-undang perpajakan Negara pihak pada Persetujuan dimana perseroan yang membagikan dividen itu berkedudukan, dalam pengenaan pajaknya diperlakukan sama dengan penghasilan dari saham- saham.

  • PPh Pasal 26PP 94/2010PP 61/2009

  • Implikasi PerpajakanAtas pembayaran dividen yang dilakukan oleh PT HANA kepada AKHI Corp. yang berkedudukan di Kuwait, dapat dipotong pajaknya di Indonesia sesuai dengan ketentuan P3B Indonesia-Kuwait selama besar pajaknya tidak melebihi 10% dari jumlah bruto dividen yang dibayarkan. Sesuai dengan PP 94/2010, PPh pasal 26 tersebut terutang pada saat disediakan untuk dibayarkan. Dalam hal ini, pada saat PT HANA melakukan RUPS Tahunan atau membagikan dividen interim.Dengan demikian, CoD yang tertanggal 31 Mei 2013 (berakhir Mei 2014) masih berlaku karena PT HANA telah membayarkan dividen tersebut pada tanggal 11 Maret 2014. Sehingga, PPh pasal 26 yang terutang sesuai dengan manfaat tarif P3B Indonesia-Kuwait adalah :10% * USD 300.000 * KMK IDR 11.150 * 50% kepemilikan saham = IDR 167.250.000

  • SOAL 2Pada tanggal 3 Juli 2014, PT HANA membayar royalti kepada TAEGUK CO. atas penggunaan merek dagang senilai USD250.000. TAEGUK CO. berdomisili di Korea Selatan dan merupakan induk perusahaan dari SUJU CO. Nilai wajar dari pembayaran royalti tersebut adalah USD200.000. TAEGUK CO. sudah menyerahkan SKD bertanggal 1 Oktober 2013 kepada PT HANA.

  • ReferensiP3B Indonesia-Korea SelatanPasal 12 ROYALTIRoyalti yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkan kepada penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya dapat dikenakan pajak di Negara lain tersebut.Namun demikian, royalti tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan dimana royalti itu berasal dan sesuai dengan perundang-undangan negara tersebut, tetapi apabila penerima royalti adalah pemilik hak yang menikmati royalti itu, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 15% dari jumlah kotor royalti.Istilah "royalti" sebagaimana digunakan dalam Pasal ini berarti pembayaran dalam bentuk apapun yang diterima sebagai balas jasa karena penggunaan atau hak untuk menggunakan, hak cipta kesusasteraan, karya seni atau karya ilmiah, termasuk film-film sinematografi, atau film-film atau pita -pita yang digunakan untuk siaran radio atau televisi, paten, merek dagang, pola atau model, rencana, rumus, atau cara pengolahan yang dirahasiakan, atau untuk penggunaan, atau hak untuk menggunakan perlengkapan industri, perniagaan atau ilmu pengetahuan, atau keterangan menyangkut pengalaman di bidang industri, perniagaan dan ilmu pengetahuan.

  • Pasal 26 ayat (1) huruf c UU PPhPeraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-61/PJ/2009 stdd. Per-24/PJ/2010 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (Per 61/2009)Pasal 3Pemotong/Pemungut Pajak harus melakukan pemotongan atau pemungutan pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam P3B, dalam hal : d. Penerima penghasilan bukan SUbjek Pajak dalam negeri Indonesia,e. Persyaratan administratifuntuk menerapkan ketentuan yang diatur dalam P3B telah dipenuhi; danf. Tidak terjadi penyalahgunaan P3B oleh WPLN sebagaimana dimaksud dalam ketentuan tentang penyalahgunaan P3B.Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, Pemotong/Pemungut Pajak wajib memotong atau memungut pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

  • Implikasi perpajakanAtas royalti yang dibayarkan PT HANA kepada TAEGUK Co. dapat dipajaki di Indonesia dengan berdasarkan pada pasal 12 ayat (2) P3B Indonesia-Korea Selatan sebesar 15% (sepanjang TAEGUK Co. merupakan beneficial owner atas royalti tersebut). Karena dalam hal ini syarat administrasi telah terpenuhi (CoD tertanggal 1 Oktober 2013, berakhir Oktober 2014), maka perusahaan dapat menerima manfaat atas P3B Indonesia-Korea Selatan ini. Oleh karena itu, perhitungan atas pajak yang dikenakan terhadap pembayaran royalti yang dimaksud adalah sebagai berikut :15% * USD 250.000 * KMK IDR 11.150 * 50% * 100% = IDR 209.062.500